DAMPAK SOSIAL EKONOMI TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR

advertisement
DAMPAK SOSIAL EKONOMI TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR
SITU AKIBAT MUSIBAH SITU GINTUNG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam
(S.Sos.I)
Oleh:
AZHAR FIRDAUS
NIM. 107054002177
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H./2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 25 Mei 2011
Azhar Firdaus
ABSTRAK
Azhar Firdaus
Dampak Sosial Ekonomi terhadap Masyarakat Sekitar Situ Akibat Musibah
Situ Gintung
Situ Gintung dulunya adalah sebuah danau alami berupa rawa-rawa. Setelah
itu, danau itu diperluas dengan tambahan fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat
sekitarnya. Pada tahun 2009, danau ini ambrol karena tidak kuat lagi menahan
limpahan air di dalamnya. Ketika tragedi Situ Gintung terjadi, banyak aspek
sosiologis dan ekonomi masyarakat yang berubah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak bagi
masyarakat sekitar Situ Gintung akibat dari tragedi ini. Dampak ini menghasilkan
perubahan-perubahan sosial ekonomi bagi masyarakat. Melalui proses wawancara
dan observasi, dapat diketahui bahwa terdapat berbagai dampak yang terjadi di
masyarakat, yaitu dampak pada pekerjaan, kelembagaan sosial, dan sistem nilai.
Dengan mewawancarai berbagai informan, dapat diketahui bahwa terjadi
banyak perubahan. Dampak pada pekerjaan mengalami berbagai perubahan yaitu
masyarakat tidak bisa mengambil keuntungan ketika membuka usaha. Karena
yang didapat hanya untuk membayar uang sewa, dan masyarakat harus
menyesuaikan diri dengan keadaan yang sekarang dengan tidak mempunyai
pekerjaan. Kemudian dampak pada kelembagaan sosial yaitu terbentuknya Forum
Situ Gintung. Solidaritas antar warga sebagian besar terjadi ketika ada kegiatan
sosial di lingkungannya, dan yang dibicarakan hanya keluhan-keluhan mengenai
tragedi Situ Gintung. Dampak pada sistem nilai yaitu masyarakat saling mengerti
satu sama lain ketika ada warga yang terkena musibah, dan hanya masyarakat
yang tinggal menetap saja yang bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat Sarjana,
selebihnya masyarakat berpendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas), SMP
(Sekolah Menengah Pertama), dan SD (Sekolah Dasar).
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke
Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Pelaksanaan skripsi ini yang berlangsung
selama kurang lebih 3 bulan tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak sebagai berikut:
1. Orang tua, Muhammad Puteh dan Mariani ZA, dan kakak, Amalia
Zahra, atas segala perhatian, kasih sayang, semangat, motivasi,
dukungan, dan do’a yang peneliti dapatkan selama pelaksanaan skripsi.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komuniasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Pembantu
Dekan 1, dan Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Selaku Pembantu
Dekan II yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Tantan Hermansah, M. Si, selaku pembimbing skripsi, atas segala
bimbingan, nasihat, kritik, dan motivasi yang diberikan selama
melakukan penelitian dan penulisan skripsi.
4. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam dan Bapak Drs. M. Hudri, M. Ag. selaku Wakil Ketua
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam atas segala ilmu yang
diberikan selama masa studi peneliti di Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam.
ii
5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh
Civitas Akademika yang telah memberikan wawasan keilmuan dan
membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Tommy, selaku informan dan warga RT 001/08 Kp. Gintung Cirendeu,
yang membantu peneliti untuk mendapatkan data mengenai Situ
Gintung dan memperlancar skripsi ini.
7. Seluruh informan yang bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai
demi mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang sudah
peneliti anggap sebagai keluarga kedua, Imron, Yovi, Rijal, Pita, Usni,
Tika, Deden, Febiansyah (Tata), Ega, Nawi, Bayu, Anton (Kolay), dan
yang lainnya, yang maaf tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Peneliti
menyadari masih ada kekurangan dalam pelaksanaan skripsi ini. Untuk itu,
peneliti menerima segala saran dan kritikan demi perbaikan dan kemajuan
penelitian di masa mendatang. Terima kasih.
Ciputat, 25 Mei 2011
Azhar Firdaus
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 6
C. Tujuan Penelitian
......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian
...................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
F. Metodologi Penelitian ................................................................... 9
1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 9
2. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 10
3. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 10
4. Analisa Data ............................................................................. 12
5. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 14
6. Penetapan Obyek Penelitian ..................................................... 14
7. Teknik Penulisan ...................................................................... 15
8. Sistematika Penulisan ............................................................... 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Dampak ...................................................................................... 17
iv
1. Perubahan Sosial ..................................................................... 18
2. Teori Struktural Fungsional ..................................................... 21
3. Teori Solidaritas ...................................................................... 27
B. Sosial Ekonomi ........................................................................... 28
BAB III GAMBARAN UMUM SITU GINTUNG
A. Data Topografi Situ Gintung ........................................................ 30
B. Gambaran Umum Warga Sekitar Situ Gintung Sebelum Tragedi
Situ Gintung ..................................................................................... 35
1. RT 001/08
.............................................................................. 35
2. RT 002/08 ............................................................................... 36
3. RT 003/08
.............................................................................. 36
4. RT 004/08 ............................................................................... 37
C. Gambaran Umum Warga Sekitar Situ Gintung Setelah Tragedi
Situ
Gintung .................................................................................. 38
1. RT 001/08 ............................................................................... 38
2. RT 002/08 ................................................................................ 41
3. RT 003/08 ............................................................................... 42
4. RT 004/08 ............................................................................... 42
D. Gambaran Kelembagaan Sosial .................................................... 44
E. Gambaran dan Peran Pemerintah Tangerang Selatan .................... 44
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A . Dampak kepada Pekerjaan ........................................................ 47
v
1. Dampak kepada Pola Pencarian Nafkah ................................. 47
2. Keadaan Ekonomi
................................................................. 49
3. Kehilangan Pekerjaan Lama dan berganti dengan Pekerjaan
Baru ............................................................................................. 51
4. Jaringan Sosial Pekerjaan
....................................................... 51
5. Warga yang mempunyai Pekerjaan Baru dan Tidak Bekerja
... 54
B. Dampak kepada Kelembagaan Sosial ........................................... 54
1. Tumbuh Organisasi Baru .......................................................... 54
2. Perubahan Struktur .................................................................. 55
C. Dampak kepada Sistem Nilai ....................................................... 56
1. Memaknai Masyarakat ............................................................. 56
2. Pendidikan
............................................................................. 57
3. Memaknai Alam (Situ Gintung) ................................................ 58
4. Memaknai Agama .................................................................... 59
5. Rasa Solidartitas ....................................................................... 60
6. Perubahan Hubungan Antarwarga ............................................ 62
7. Nilai-nilai Kepedulian dan Kebersamaan ................................. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 65
B. Saran ............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 ........................................................................................................ 31
Gambar 3.2 ........................................................................................................
31
Gambar 3.3 ........................................................................................................ 31
Gambar 3.4 ........................................................................................................ 31
Gambar 3.5 ........................................................................................................ 32
Gambar 3.6 ........................................................................................................ 33
Gambar 3.7 ........................................................................................................ 34
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ............................................................................................................
2
Tabel 1.2 ............................................................................................................
3
Tabel 1.3 ............................................................................................................
3
Tabel 1.4 ............................................................................................................
4
Tabel 1.5 ............................................................................................................
4
Tabel 3.1 ............................................................................................................ 35
Tabel 3.2 ............................................................................................................ 36
Tabel 3.3 ............................................................................................................ 37
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Buku Pemerintahan Kota Tangerang Selatan yang berjudul Data
Korban Bencana Situ Gintung Buku 1, (Waduk) Situ Gintung terletak di
Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Kotamadya Tangerang Selatan, Propinsi
Banten. Menurut catatan, Situ Gintung dibangun oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1933 dengan fungsi utama sebagai penampung air untuk mengairi
persawahan yang terletak di bagian hilir (Timur Laut) di bawah tanggul
bendungan. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh pakar BPPT, luas daerah
tangkapan air (catchment) Situ Gintung diperkirakan sekitar 112,5 hektar.
Luas tubuh air Situ Gintung pada saat dibangun tahun 1933 diperkirakan
sekitar 31 hektar, sedangkan perkiraan luas hasil pengukuran oada citra Google
Earth oleh Tim BNPB menunjukkan angka luasan sekitar 24 hektar. Daerah hilir
yang dahulunya merupakan persawahan terletak di sepanjang bantaran (flood
plain) saluran air Situ Gintung yang terletak di cekungan sebelah Timur Laut
tanggul dan dibatasi oleh tebing di sebelah Timur dan Baratnya, dan membentang
hingga Kali Pesanggrahan. Luas wilayah yang dahulunya persawahan ini menurut
pengukuran perkiraan dari citra Google Earth diperkirakan sekirar 18 hektar.
Bencana banjir bandang Situ Gintung terjadi akibat tanggul utama
pembendung air di sekitar bangunan gelontor (spillway) tidak kuat menahan
jumlah air yang meluap. Penyebab jebolnya tanggul masih terus dalam
penyelidikan, namun diketahui bahwa limpasan air yang tertampung di dalam situ
1
2
yang diperkirakan memiliki volume 2 juta m3 segera setelah pecahnya tanggul
menimbulkan banjir bandang yang menghanyutkan tanah dari tanggul dan lumpur
dari Situ, serta beberapa bangunan yang terletak tepat di bawah tanggul.
Turbulensi aliran ke arah hilir diduga makin membesar volume maupun berat
jenisnya akibat makin banyaknya material dari bangunan dan benda-benda lain
yang tersapu banjir. Dampak terbesar dari aliran air dan lumpur ini diduga
mencapai puncaknya pada kawasan pemukiman dan bangunan di sekitar gedung
perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang terletak sekitar 650 meter
dari titik pecahnya tanggul.
Menurut buku yang dterbitkan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan
mengenai Data Korban Bencana Situ Gintung, terdapat rekapitulasi data akhir
korban Bencana Situ Gintung.1
Tabel 1.1
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Lokasi
Jumlah
Jumlah
Tetap
KK
Jiwa
Rw
Rt
02
03
29
100
23
02
04
36
91
16
02
05
1
6
1
08
01
41
123
27
08
03
62
172
20
08
04
135
381
78
11
04
5
19
11
05
7
23
3
316
915
168
Total
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
Musiman
6
20
14
42
57
5
4
148
Dapat dilihat dari tabel di atas, bahwa jumlah jiwa yang paling banyak
mendapat korban adai RT 04 RW 08 yang berjumlah 135 KK (Kartu Keluarga)
1
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
3
atau berjumlah 381 jiwa. Serta yang paling sedikit adalah di RT 05 RW 02 yang
berjumlah 1 KK (Kartu Keluarga) atau berjumlah 6 jiwa.
Terdapat 87 jiwa yang teridentifikasi dari tragedi Situ Gintung ini, 3 jiwa
tidak teridentifikasi, 8 jiwa memiliki identitas sama, dan 1 orang selamat.
Jumlahnya adalah 99 jiwa.2
Tabel 1.2
No
1
Jumlah Jiwa
Tidak
Identitas
Teridentifikasi
Teridentifikasi
Sama
87
3
8
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 1
Selamat
1
Total
99
Jumlah korban meninggal berdasarkan jenis kelamin adalah 28 jiwa lakilaki, 52 jiwa perempuan, 1 jiwa belum diketahui jenis kelamin. Jumlah korban
meninggal berdasarkan RT/RW adalah 3 jiwa di RT 04/02, 1 jiwa di RT 03/08, 59
Jiwa di RT 04/08, 1 Jiwa di Pratama Hill, 17 Jiwa tidak diketahui RT/RW. 3
Tabel 1.3
Korban Meninggal
Jenis Kelamin
Rt/Rw
Tidak
Pratama
Tidak
L
P
04/02 03/08 04/08
diketahui
Hill
Diketahui
28
52
1
3
1
59
1
17
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 1
No
1
Data pekerjaan korban bencana Situ Gintung di RW 02, RW 08, dan RW
11 adalah 90 KK (Kartu Keluarga) bekerja sebagai Wiraswasta, 55 KK (Kartu
Keluarga) bekerja sebagai Swasta, 148 KK (Kartu Keluarga) bekerja sebagai
2
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 1(Media Center, 2009)
3
Ibid
4
Karyawan, 8 KK (Kartu Keluarga) sebagai mahasiswa, dan 15 KK (Kartu
Keluarga) adalah lain-lain. 4 Berikut tabelnya.
Tabel 1.4
Lokasi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
RW
RT
Jum
lah
KK
Wirasw
asta
Swast
a
Karyaw
an
Mahasis
wa
02
03
29
5
4
17
02
04
36
9
5
16
02
05
1
1
08
01
41
16
10
13
08
03
62
31
22
9
08
04 135
27
9
87
11
04
5
1
1
3
11
05
7
1
3
3
316
90
55
148
Total
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
3
5
8
Lai
nLai
n
3
3
2
7
15
Juml
ah
29
36
1
41
62
135
5
7
316
Data pemilik bangunan rumah dan kontrakan yang terkena akibat tragedi
Situ Gintung yaitu Kp. Gunung, Gintung dan Poncol; Charitas; Pratama Hills;
Cirendeu Permai adalah 83 pemilik mengalami rusak berat, 61 pemilik mengalami
rusak sedang, 117 pemilik mengalami rusak ringan, 6 pemilik tidak mengalami
kerusakan, 24 pemilik tidak ada keterangan.5 Berikut tabelnya.
Tabel 1.5
Lokasi
Rumah
Pemilik Rusak Rusak Rusak Tidak Tidak Ada Total
No Rw Rt
Berat Sedang Ringan Rusak Keterangan
157
Kp. Gunung, Gintung dan Poncol
1
02 03
15
1
5
11
17
2
02 04
9
5
7
2
14
3
02 05
1
1
4
08 01
26
17
4
2
23
5
08 03
19
8
14
22
4
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
5
Ibid
5
6
7
8
08
11
11
04
04
05
Charitas
9
02 02
63
1
4
1
49
1
1
12
14
1
2
75
1
4
1
1
1
4
6
5
38
38
Cirendeu Permai
11 12 01
57
4
6
41
12 12 02
38
0
7
18
Total
272
83
61
117
6
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
6
13
24
95
57
38
291
Pratama Hills
10 02 03
38
11
12
Dari hasil pengamatan untuk kegiatan penelitian ini, diketahui bahwa
tanggul Situ Gintung sudah selesai dibangun kembali. Dari dua responden yang
diwawancarai, diketahui bahwa tanggul Situ Gintung telah selesai pada bulan
Februari 2011. Perbaikan yang sangat signifikan dari tanggul Situ Gintung, adalah
adanya saluran air untuk mengalirkan air apabila volume air tidak dapat
ditampung. Saluran air ini mengalir sampai ke petukangan. 6
Kita juga bisa melihat bahwa pada sisi kiri saluran air telah dibangun
monumen untuk mengenang korban tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung pada
tahun 2009. Ini menjadi tanda, bahwa kita harus lebih waspada untuk menghadapi
musibah, dan berharap kejadian yang lalu tidak akan terulang kembali.
Ada beberapa warga yang berjalan-jalan di sekitar tanggul Situ Gintung.
Karena sekarang di sekitar Situ Gintung, terdapat jalan untuk pejalan kaki bagi
yang ingin berolahraga atau sekedar melihat tanggul Situ Gintung yang sudah
dibangun kembali. Ada beberapa warung yang menjual makanan bagi para warga
6
Wawancara pribadi dengan Narasumber 1 dan Narasumber 2 (Warga sekitar Situ
Gintung), Gintung, 16 Maret 2011 Siang Hari
6
sekitar, tetapi memang relatif sepi. Kemudian jika malam tiba, ada berbagai
macam dagangan untuk dijual sehingga di sekitar tanggul Situ Gintung terlihat
ramai oleh pelanggan.7
Kejadian tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung menarik untuk diteliti
karena banyak warga yang menjadi korban dan melahirkan trauma. Banyak warga
kehilangan anggota keluarga, aset, termasuk yang kehilangan pekerjaan.
Akibatnya terjadi perubahan sosial di warga pasca tragedi ini.
Dengan melihat konteks perubahan yang terjadi pada warga sebelum dan
sesudah tragedi, maka penelitian ini dilakukan, dan kemudian peneliti
menuangkannya dalam hasil laporan penelitian yang berjudul “Dampak Sosial
Ekonomi terhadap Masyarakat Sekitar Situ Akibat Musibah Situ Gintung”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penulisan tidak meluas, maka peneliti membatasi masalah hanya
pada dampak sosial ekonomi akibat jebolnya tanggul Situ Gintung terhadap warga
sekitar situ dalam kurun waktu pasca jebolnya tanggul Situ Gintung dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2010. Rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat Situ
Gintung dan sekitarnya setelah musibah Situ Gintung?
2. Perubahan sosial ekonomi seperti apa yang terjadi pada masyarakat Situ
setelah musibah Situ Gintung?
7
Wawancara pribadi dengan Informan (Warga sekitar Situ Gintung), Gintung, 16 Maret
2011 Siang Hari
7
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui dampak sosial ekonomi yang terjadi pada
masyarakat Situ Gintung dan sekitarnya setelah musibah Situ Gintung.
2.
Untuk mengetahui perubahan sosial ekonomi seperti apa yang terjadi
pada masyarakat Situ setelah musibah Situ Gintung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai ekologi manusia, dan
diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan peningkatan akademis
dalam
bidang
pengembangan
masyarakat
yang
terkait
dengan
keseimbangan antara alam dan manusia.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi
masyarakat, agar senantiasa menjaga keseimbangan alam namun juga
memberikan manfaat kepada masyarakat sekitarnya.
E. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan perbandingan dan bahan kajian dalam penulisan skripsi ini,
maka peneliti membahas beberapa skripsi sebagai berikut:
1. Skripsi yang berjudul: Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung
oleh PKPU.
Penulis
: Ersyad Tonnedy
8
Prog. Studi
: Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
Lulus
: 1431 H/2010 M
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah, Pertama: apa saja tahapan
penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU untuk Situ Gintung?
Kedua: apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam tahapan
penanggulangan bencana Situ Gintung oleh PKPU?
2. Skripsi yang berjudul: Resiliensi Korban Bencana Situ Gintung dan
Hubungannya dengan Kecenderungan PTSD (Post Traumatic Stress
Disorder)
Penulis
: Dewi Anisa Nasrah
Prog. Studi
: Fakultas Psikologi
Lulus
: 1430 H/2009 M
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah: apakah ada hubungan
antara resiliensi korban Situ Gintung dengan kecenderungan PTSD? PTSD
atau Gangguan Stres Pascatrauma merupakan suatu kejadian atau beberapa
kejadian yang dialami atau disaksikan secara langsung oleh seseorang
berupa kematian atau ancaman kematian, atau cedera serius, atau ancaman
terhadap integritas fisik atau diri seseorang. Kejadian tersebut harus
menciptakan ketakutan ekstrem, horror, atau rasa tidak berdaya.
9
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh masyarakat misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.8
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai
prosedur yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara
lain dari kuantifikasi (pengukuhan).10
Penelitian kualitatif dapat menunjukkan pada penelitian tentang
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, atau hubungan kekerabatan.11
8
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2007), h. 6
9
Ibid, h. 4
10
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES,
1989), h. 30
11
Ibid, h. 30
10
2. Jenis dan Sumber Data
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan narasumber
sebanyak 14 narasumber dengan frekwensi kunjungan sekitar 1 sampai 5
kali kunjungan per narasumber.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara dan
observasi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.12
Ada salah satu metode ketika melakukan wawancara. Yaitu metode
wawancara mendalam. Metode wawancara mendalam secara umum adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan
wawancara
mendalam
adalah
keterlibatannya
dalam
kehidupan
informan.13
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara
sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam proses wawancara
tersebut. Dia pula berhak menentukan materi yang akan diwawancarai
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, Januari 2007), h. 186
13
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Maret
2009), h. 108
11
serta kapan dimulai dan diakhiri. Namun, kadang kala informan pun dapat
menentukan perannya dalam hal kesepakatan mengenai kapan waktu
wawancara mulai dilaksanakan dan diakhir.14
Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.15
Sedangkan obeservasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu
utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan
kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pacaindra mata serta
dibantnu dengan pancaindra lainnya. Di dalam pembahasan ini, kata
observasi dan pengamatan digunakan secara bergantian. Seseorang yang
sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindra
mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang
dihasilkan oleh pancaindra lainnya; seperti apa yang ia dengar, apa yang ia
cicipi, apa yang ia cium dari penciumannya, bahkan dari apa yang ia
rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya.16
Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya
yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data
14
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Maret
2009), h. 108
15
Ibid, h. 108
16
Ibid, h. 115
12
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan.17
Peneliti mewawancarai warga yang menjadi korban Situ Gintung,
beberapa warga yang mengetahui Situ Gintung baik sebelum dan setelah
tragedi Situ Gintung, Pemerintah Daerah Tangerang Selatan, dan warga
yang tidak mengalami dampak dari tragedi Situ Gintung dan tinggal di
sekitar Situ Gintung. Wawancara ini dilakukan tiga sampai lima kali
wawancara.
Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap Situ Gintung dan
sekitar Situ Gintung baik itu dari kegiatan sosial warganya, maupun dari
kegiatan usaha yang dilakukan warga sekitar Situ Gintung.
4. Analisa Data
Dalam melakukan proses analisis data, ada beberapa langkahlangkah analisis sebagai berikut18:
a. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Peneliti
menyiapkan transkripsi wawancara dari warga sekitar Situ Gintung,
men-scanning materi, mengetik data lapangan, atau memilah-milah
dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang tergantun pada
sumber informasi yang peneliti dapatkan pada warga sekitar Situ
Gintung.
17
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Maret
2009), h. 115
18
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed
(Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010), h. 108
13
b. Membaca keseluruhan data. Membangun general sense atas informasi
yang diperoleh dari warga sekitar Situ Gintung dan merefleksikan
maknanya secara keseluruhan.
c. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding dat. Coding merupakan
proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan
sebelum memaknainya (Rossman & Rallis, 1998: 171). Langkah ini
melibatkan beberapa tahap: mengambil data tulisan atau gambar yang
telah dikumpulkan selama proses pengumpulan di sekitar Situ
Gintung, mensegmentasi kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau
gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori, kemudian
melabeli kategori-kategori ini dengan istilah-istilah khusus, yang
seringkali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar berasal
dari partisipan.
d. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis. Deskripsi ini
melibatkan usaha penyampaian informasi secara detail mengenai
orang-orang, lokasi-lokasi, atau peristiwa-peristiwa di sekitar Situ
Gintung.
e. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan
kembali dalam narasi/laporan kualitatif.
f. Langkah terakhir dalam analisis data adalah menginterpretasi atau
memaknai data.
14
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di sekitar Situ Gintung, karena tempat
relatif terjangkau dan hemat biaya. Penelitian dilakukan selama 4 bulan,
yaitu dari bulan Maret sampai bulan Juni 2011 dengan perincian sebagai
berikut:
a. Mematangkan proposal penelitian, membuat desain riset dan
menentukan informan,
b. Melakukan diskusi dengan informan yang telah tercatat, untuk
menetapkan calon narasumber antara lain,
i. Korban tragedi Situ Gintung.
ii. Aparat Pemerintah (Ketua RT 001/08 sampai RT 004/08 dan
Pemerintah Daerah Tangerang Selatan)
iii. Aktivis (Penasehat Ketua RT 001/08)
iv. Warga di sekitar Situ Gintung yang tidak kena bencana.
c. Merapikan hasil wawancara, melakukan analisis dan penyusunan
hasil penelitian.
6. Penetapan Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah aparat, korban tragedi Situ Gintung, dan
warga sekitar Situ Gintung. Penetapan obyek penelitian ini didasarkan dari
berbagai informasi yang didapat dari warga sekitar Situ Gintung, yang
menurut mereka mengetahui mengenai Situ Gintung baik sebelum dan
sesudah tragedi.
15
7.
Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dan transliterasi yang digunakan berpedoman pada
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
disusun oleh TIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh UIN Jakarta
2007, cet. Ke.1.
8.
Sistematika Penulisan
Laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
teknik penulisan, dan sistem penulisan.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Bab ini akan memabahas mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian ini,
yang terdiri dari teori mengenai dampak, sosial ekonomi, perubahan sosial,
struktural fungsional, dan solidaritas.
BAB 3
GAMBARAN UMUM SITU GINTUNG
Bab ini membahas mengenai gambaran umum Situ Gintung dari segi Topografi,
Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Situ Gintung Sebelum dan Sesudah Tragedi
Situ Gintung, Gambaran Kelembagaan Sosial, dan Gambaran dan Peran
Pemerintah Daerah Tangerang Selatan.
BAB 4
ANALISIS
DARI
PERUBAHAN
AKIBAT JEBOLNYA TANGGUL SITU GINTUNG
SOSIAL
EKONOMI
16
Bab ini membahas mengenai hasil dan temuan data yang telah ditemukan, yaitu
Dampak kepada Pekerjaan, Dampak kepada Kelembagaan Sosial, dan Dampak
kepada Sistem Nilai. Kemudian peneliti akan menganalisisnya.
BAB 5
PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran yang didapatkan hasil dan
temuan data yang telah dianalisis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Dampak
Dampak dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti benturan,
pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif), benturan
yang cukup hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang
berarti dalam momentum (pusa) sistem yang mengalami benturan itu. Dampak
ekonomis juga berarti pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap
perekonomian.1
Dari definisi dampak tersebut, terdapat akibat yang terjadi dari suatu
dampak. Akibat sendiri dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
sesuatu yang merupakan akhir atau hasil suatu peristiwa (perbuatan, keputusan);
persyaratan atau keadaan yang mendahuluinya.2 Sedangkan perubahan sendiri
berasal dari kata ubah, yang berarti menjadi lain (berbeda) dari semula. Jadi,
perubahan adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran.3
Jadi, dari definisi di atas mengenai dampak sosial ekonomi akibat tragedi
Situ Gintung terhadap masyarakat sekitar situ, terdapat dampak akibat tragedi Situ
Gintung. Dampak di sini yaitu sosial ekonomi yang mengalami perubahan. Sosial
yaitu adanya perubahan rasa solidaritas di masyarakat, kebersamaan di
masyarakat, tingkat agama dan lingkungannya, dan lain sebagainya. Sedangkan
untuk yang ekonomi, terdapat perubahan di masyarakat dari segi hilangnya
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 234
2
Ibid, h. 20
3
Ibid, h. 1234
17
18
pekerjaan, warga yang mendapatkan pekerjaan baru, keadaan ekonomi
masyarakat, dan lain sebagainya.
Untuk memperjelas, penulis menggunakan teori perubahan sosial, teori
struktural fungsional Talcott Parsons dan teori solidaritas Emile Durkheim.
1. Perubahan Sosial
Ada yang memandang masyarakat merupakan sesuatu yang life
dan karena itu pastilah berkembang dan kemudian berubah. Karena itu,
kajian utama perubahan sosial mestinya juga menyangkut keseluruhan
aspek kehidupan masyarakat atau harus meliputi semua fenomena sosial
yang menjadi kajian sosiologi. Cara pandang demikian mengindikasikan
bahwa perubahan sosial mengandung perubahan dalam tiga dimensi:
struktural, kultural, dan interaksional. Jadi, orang baru bisa menyebut telah
terjadi perubahan sosial manakala telah dan sedang terjadi perubahan pada
ketiga dimensi dimaksud. Atau singkatnya, perubahan sosial tak lain
merupakan perubahan yang terjadi dalam organisasi sosial.4
Herbert Blumer melihat perubahan sosial sebagai usaha kolektif
untuk menegakkan terciptanya tata kehidupan baru. Ralp Tunner dan
Lewis M. Killin (1962), perubahan sosial sebagai kolektivitas yang
bertindak terus menerus, guna meningkatkan perubahan dalam masyarakat
atau kelompok.5
4
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi
Kedua(Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, September 2007), h. 362
5
Ibid, h. 363
19
Jadi dapat disimpulkan, bahwa perubahan sosial itu merujuk
kepada perubahan suatu fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan
manusia mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia.6
Ahli lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena
adanya
perubahan
dalam
unsur-unsur
yang
mempertahankan
keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur
geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian, ada pula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non
periodik. Pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa
perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian.7
Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial
primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi
ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjaidnya
perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya (William
F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis). Sebaliknya ada pula
yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu
atau semua akan menelorkan perubahan-perubahan sosial.8
Dalam teori evolusioner mengungkapkan, bahwa semua teori
evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang
dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat itu melalui urutan
pentahapan yang sama dan bermula dari tahao perkembangan awal menuju
ke tahap perkembangan terakhir. Di samping, itu, teori-teori evolusioner
6
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi
Kedua(Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, September 2007), h. 363
7
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2006), h. 263
8
Ibid, h. 264
20
menyatakan bahwa manaka tahap terakhir telah tercapai, maka pada saat
itu perubahan evolusioner pun berakhir.9
Para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahap
yang harus dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa
proses peralihan masyarakat bukannya berakhir pada tahap ‘terakhir’ yang
sempurna, melainkan berputar kembali ke tahap awal untuk peralihan
selanjutnya.10
Proses perubahan terdiri dari tiga macam, yaitu penemuan, invensi,
dan difusi.
Penemuan merupakan persepsi manusia, yang dianut secara
bersama, mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada.
Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan
pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan
sesuatu yang baru pada kebudayaan karena meskipun kenyataan tersebut
sudah lama ada, namun kenyataan itu baru menjadi bagian dari
kebudayaan pada saat kenyataan tersebut ditemukan.11
Invensi seringkali disebut sebagai suatu kombinasi baru atau cara
penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Serta proses difusi
adalah perubahan sosial masyarakat yang dikenal, yakni penyebaran
unsur-unsur budaya daru suatu kelompok ke kelompok lainnya. Difusi
berlangsung baik di dalam masyarakat maupun antarmasyarakat.12
9
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid 2 Edisi Keenam (Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 1984), h. 208-209
10
Ibid, h. 210
11
Ibid, h. 212
12
Ibid, h. 212-213
21
Difusi terjadi manakala beberapa masyarakat saling berhubungan.
Masyarakat juga dapat mengelakkan diri dari difusi dengan dengan cara
mengeluarkan larangan dilakukannya dengan kontak masyarakat lain.13
2. Teori Struktural Fungsional
Teori Struktural Fungsional yang dipakai adalah teori struktural
fungsional Talcott Parsons. Bahasan tentang fungsionalisme struktural
Parsons ini akan dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem
“tindakan”, terkenal dengan skema AGIL.14
A G I L. Suatu fungsi (function) adalah “kumpulan kegiatan yang
ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem”
(Rocher, 1975:40). Dengan menggunakan definisi ini, Parsons yakin
bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem, yaitu sebagai
berikut15:
a. Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
b. Goal
attainment
(Pencapaian
tujuan):
sebuah
sistem
harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
c. Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antarhubungan
bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus
mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L).
13
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid 2 Edisi Keenam (Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 1984), h. 213
14
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 121
15
Ibid, h. 121
22
d. Latency (latensi atau pemeliharaan pola): sebuah sistem harus
memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi
individual maupun pola-pola kultural yang
menciptakan dan
menopang motivasi.
Parsons mendesain skema AGIL ini untuk digunakan di semua
tingkat dalam sistem teoritisnya. Dalam bahasan tentang empat sistem
tindakan di
bawah,
akan dicontohkan
bagaimana
cara Parsons
menggunakan skema AGIL.16
Organisme perilaku adalah sistem tindakan yang melaksanakan
fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah
lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian
tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya
yang ada untuk mencapainya. Sistem sosial menanggulangi fungsi
integrasi
dengan
komponennya.
mengendalikan
Terakhir,
sistem
bagian-bagian
kultural
yang
menjadi
melaksanakan
fungsi
pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai
yang memotivasi mereka untuk bertindak.17
Karya Parsons dengan peralatan konseptual seperti empat sistem
tindakan dan
fungsi
imperatif
menimbulkan tuduhan
bahwa
ia
mengetengahkan teori struktural yang tak mampu menjelaskan perubahan
sosial. Parsons yang telah lama merasakan tuduhan ini menyatakan bahwa
meski studi tentang perubahan itu perlu, namun harus didahului oleh studi
tentang struktur. Tetapi, sekitar tahun 1960-an ia tak lagi mampu melawan
16
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 121
17
Ibid, h. 121-122
23
serangan dan mengalihkan perhatiannya ke arah tentang perubahan sosial,
terutama studi evolusi sosial.18
Teori Evolusi. Orientasi umum Parsons untuk studi tentang
perubahan sosial dibentuk oleh biologi. Untuk menerangkan proses ini
Parsons mengembangkan apa yang disebutnya “Paradigma Perubahan
Evolusioner”.19
Komponen pertama paradigma itu adalah proses diferensiasi.
Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan
subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan
makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat
berubah, subsistem baru terdiferensiasi. Tetapi ini belum cukup, subsistem
baru ini juga harus lebih berkemampuan menyesuaikan diri ketimbang
subsistem terdahulu. Jadi, aspek esensial paradigma evolusioner Parsons
adalah kemampuan menyesuaikan diri yang meningkat. Proses ini
dilukiskan Parsons seperti berikut ini20:
Karena proses diferensiasi menghasilkan sistem yang makin
berkembang
dan
seimbang,
setiap
instruktur
yang
baru
saja
terdiferensiasi...tentu mempunyai kapasitas menyesuaikan diri yang
meningkat untuk melaksanakan fungsi utamanya jika dibandingkan
dengan
18
pelaksanaan
fungsi oleh
struktur
yang
lebih
menyebar
Ibid, h. 133
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 133
20
Ibid, h. 133
19
24
sebelumnya... Proses ini dapat kita sebut sebagai aspek peningkatan
kemampuan menyesuaikan diri dari lingkungan evolusioner.
Selanjutnya Parsons menyatakan bahwa proses diferensiasi
menimbulkan sekumpulan masalah integrasi baru bagi masyarakat. Ketika
subsistem-subsistem berkembang biak, masyarakat berhadapan dengan
masalah baru dalam mengoordinasi operasi unit-unit yang baru muncul
itu.21
Masyarakat yang mengalami evolusi, tentu akan berubah dari
sistem yang berdasarkan kriteria askripsi (ascription) ke sistem yang
berdasarkan kriteria prestasi. Keterampilan dan kemampuan yang lebih
besar diperlukan untuk menangani masalah subsistem yang makin
menyebar. Kemampuan umum para aktor harus dibebaskan dari ikatanikatan askriptifnya sehingga dengan demikian kemampuan aktor itu dapat
dimanfaatkan oleh masyrakat. Ini berarti bahwa kelompok-kelompok yang
semula tidak mendapat peluang untuk memberikan kontribusi kepada
masyarakat, harus mendapat kebebasan sebagai anggota penuh dari
masyarakat.22
Terakhir, sistem nilai dari masyarakat sebagai satu kesatuan pasti
mengalami perubahan serentak dengan perubahan struktur dan fungsi
sosial yang tumbuh semakin terdiferensiasi. Tetapi karena sistem baru itu
semakin bervariasi, maka semakin sulit pula bagi sistem nilai untuk
mencakupnya. Karena itu, masyarakat yang semakin terdiferensiasi
21
Ibid, h. 134
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 134
22
25
memerlukan sistem nilai yang “menggariskan ketentuan-ketentuan umum
pada tingkat yang lebih tinggi untuk melegitimasi keanekaragaman tujuan
dan fungsi yang semakin meluas dari subunit masyarakat”. Tetapi, proses
generalisasi nilai ini sering tak dapat berjalan mulus karena berhadapan
dengan perlawanan dari kelompok-kelompok yang melaksanakan sistem
nilai sempit mereka sendiri.23
Selanjutnya Parsons menganalisis sederetan masyarakat khusus
yang berada dalam evolusi dari tahap primitif menuju masyarakat modern.
Ada satu hal penting yang ditekankan di sini: Parsons beralih ke teori
evolusi, setidaknya sebagian, karena ia dituduh tak mampu menjelaskan
perubahan sosial. Tetapi analisisnya tentang evolusi bukan dilihat dari
sudut proses; analisisnya itu lebih merupakan upaya untuk menyusun tipetipe struktural dan menghubungkannya secara berurutan. Ini adalah sebuah
analisis perbandingan struktural, bukan studi tentang proses perubahan
sosial. Jadi, ketika ia seharusnya mengamati perubahan pun, ia tetap
melakukan studi tentang struktur dan fungsi.24
Media Pertukaran Umum. Salah satu cara Parsons memasukkan
aspek dinamis, yang berubah-ubah, ke dalam sistem teorinya adalah
melalui gagasannya tentang media pertukaran umum di dalam dan di
antara empat sistem tindakan (terutama dalam sistem sosial) yang dibahas
di atas. Model untuk media pertukaran umum ini adalah uang, yang
berperan sebagai medium di dalam perekonomian. Tetapi, selain
memusatkan perhatian pada fenomena material seperti uang, Parsons juga
23
Ibid, h. 134
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 135
24
26
memusatkan perhatian pada media simbolik dari pertukaran. Bahkan
ketika Parsons membicarakan uang sebagai medium pertukaran di dalam
sistem sosial, ia lebih memusatkan perhatian pada kualitas simboliknya
ketimbang kepada kualitas materialnya. Di samping uang dan simbolsimbol yang lebih jelas lainnya, terdapat media pertukaran umum
lainnya—seperti kekuasaan politik, pengaruh, dan komitmen terhadap
nilai. Parsons menjelaskan mengapa ia memusatkan perhatian pada media
simbolik pertukaran: “Pengenalan suatu teori media ke dalam perspektif
struktural bagi saya adalah untuk menolak tuduhan bahwa tipe analisis
struktural ini secara inheren ternoda oleh bias statis, yang membuatnya
mustahil untuk diterapkan pada problem-problem yang dinamis”.25
Media simbolik pertukaran, seperti uang, mempunyai kapasitas
dapat diciptakan dan beredar dalam masyarakat yang lebih luas. Jadi, di
dalam sistem sosial, orang yang berada dalam sistem politik mampu
menciptakan kekuasaan politik. Lebih penting lagi, mereka dapat
mengeluarkan kekuasaan politik itu, dengan demikian memungkinkannya
beredar secara bebas di dalam dan berpengaruh terhadap sistem sosial.
Melalui pengeluaran kekuasaan seperti itu, para pemimpin memperkuat
sistem politik maupun masyarakat secara keseluruhan. Lebih umum lagi,
inilah media umum yang beredar antara empat sistem tindakan dan di
dalam struktur masing-masing sistem itu. Keberadaan dan gerakan media
25
Ibid, h. 135-136
27
umum pertukaran inilah yang memberikan dinamisme terhadap sebagian
besar analisis struktural Parsons.26
3. Teori Solidaritas
Menurut Durkheim, masyarakat kuno ditandai dengan adanya
solidaritas mekanis: bahwa individu bisa dipertukarkan secara internal
(interchangeable), sedangkan kesadaran sepenuhnya berupa moral dan
kepercayaan kolektif. Masyarakat baru juga memiliki ciri berupa
solidaritas organik: yang terdiri dari individu-individu yang jelas-jelas
dibedakan karena pembagian kerja, sehingga kesadaran individual
beremansipasi (bebas) secara luas dalam hal moral dan nilai-nilai
kelompok.27
Sekalipun begitu ada satu risiko utama: bahwa “Perubahanperubahan mendalam terjadi pada struktur masyarakat kita, dan dalam
waktu yang agak sedikit singkat. Selanjutnya moral yang terkait dengan
tipe sosial lama mengalami kemunduran, sedangkan moral lain tidak
cukup cepat berkembang dalam kesadaran kita. Keyakinan kita semakin
kabur, tradisi sudah kehilangan kekuasaannya dan penilaian individual
terbebas dari penilaian kolektif. Namun kehidupan yang baru muncul ini
tidak terorganisasi sedemikian rupa sehingga bisa memenuuhi kebutuhan
akan keadilan yang bangkit dari hati kita.” Masyarakat baru yang selalu
mendorong lebih jauh pembagian kerja ini tampaknya mereduksi individu
dari pekerjaan yang dilakukannya: karena “Perintah yang menjadi
26
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam(Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, Februari 2010), h. 136
27
Anthony Giddens, Daniel Bell, Michael Forse, etc, Sosiologi Sejarah dan Berbagai
Pemikirannya(Yogyakarta :KREASI WACANA, Mei 2008), h. 48-49
28
kategori kesadaran moral tengah mengambil bentuk berikut: mulailah
dengan situasi yang bisa mengisi fungsi yang telah ditentukan.” Oleh
karena itu tidak ada satu masyarakat pun yang bisa bertahan hidup tanpa
moral, tanpa keyakinan bersama dan tanpa jiwa.28
B. Sosial Ekonomi
Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti berkenaan
dengan masyarakat dan perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang
pembangunan ini; suka memperhatikan kepentingan umum (suka
menolong, menderma, dsb).29
Istilah ekonomi lahir di Yunani (Greek), dan dengan sendirinya
istilah ekonomi itu pun berasal dan kata-kata bahasa Yunani pula. Asal
katanya adalah Oikos Nomos. Orang-orang Barat menerjemahkannya
dengan management of household or estate (tata laksana rumah tangga
atau pemilikan)
Ekonomi sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barangbarang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan
perdagangan); pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang
berharga; tata cara kehidupan perekonomian (suatu negara); urusan
keuangan rumah tangga (organisasi negara).30
28
Anthony Giddens, Daniel Bell, Michael Forse, etc, Sosiologi Sejarah dan Berbagai
Pemikirannya(Yogyakarta :KREASI WACANA, Mei 2008), h. 49
29
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1085
30
Ibid, h. 287
29
Dari definisi di atas mengenai sosial dan ekonomi, dapat
disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah suatu interaksi masyarakat yang
terjadi, dan di dalamnya ada proses kegiatan ekonomi yaitu perindustrian,
perdagangan, dan lain sebagainya, serta selalu memperhatikan kepentingan
masyarakat.
BAB III
GAMBARAN UMUM SITU GINTUNG
A. Data Topografi Situ Gintung
Menurut Buku Pemerintahan Kota Tangerang Selatan yang berjudul Data
Korban Bencana Situ Gintung Buku 1, (Waduk) Situ Gintung terletak di
Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Kotamadya Tangerang Selatan, Propinsi
Banten. Menurut catatan, Situ Gintung dibangun oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1933 dengan fungsi utama sebagai penampung air untuk mengairi
persawahan yang terletak di bagian hilir (Timur Laut) di bawah tanggul
bendungan. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh pakar BPPT, luas daerah
tangkapan air (catchment) Situ Gintung diperkirakan sekitar 112,5 hektar.
Luas tubuh air Situ Gintung sendiri pada saat dibangun tahun 1933
diperkirakan sekitar 31 hektar, sedangkan perkiraan luas hasil pengukuran oada
citra Google Earth oleh Tim BNPB menunjukkan angka luasan sekitar 24 hektar.
Daerah hilir yang dahulunya merupakan persawahan terletak di sepanjang
bantaran (flood plain) saluran air Situ Gintung yang terletak di cekungan sebelah
Timur Laut tanggul dan dibatasi oleh tebing di sebelah Timur dan Baratnya, dan
membentang hingga Kali Pesanggrahan. Luas wilayah yang dahulunya
persawahan ini menurut pengukuran perkiraan dari citra Google Earth
diperkirakan sekirar 18 hektar.
Berikut ini beberapa foto yang saya ambil dari aplikasi Google Earth, foto
ini saya ambil sebelum dan sesudah terjadinya tragedi Situ Gintung. Gambar
30
31
berikut ini adalah sebelum terjadinya tragedi Situ Gintung, tepatnya di bagian
belakang Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar berikut ini, adalah gambar setelah terjadinya tragedi Situ Gintung.
Tepatnya berada di dekat TK Tunas Mentari yang menjadi sumber jebolnya
tanggul situ gintung.
Gambar 3.3
Gambar 3.4
32
Gambar di bawah ini, adalah gambar dari lokasi tragedi situ gintung secara
keseluruhan.
Gambar 3.5
33
Peneliti mengambil gambar
yang diambil dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan Citra Satelit. Berikut gambar
sebelum terjadinya tragedi Situ Gintung.1
Gambar 3.6
1
Geospasial,
artikel
diakses
pada
22
Mei
http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/situ-gintung-sebelum-jebol-2-april-2009/
2011
dari
34
Gambar di bawah ini, adalah gambar yang diambil setelah terjadinya
tragedi Situ Gintung.2
Gambar 3.7
2
Geospasial,
artikel
ini
diakses
pada
22
http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/situ-gintung-sesudah-2-april-2009/
Mei
2011
35
B. Gambaran Umum Warga Sekitar Situ Gintung Sebelum Tragedi Situ
Gintung
1. RT 001/08
Peneliti mendapatkan data warga RT 001/08 hanya sebatas korban
dari tragedi Situ Gintung. Jumlah warga tetap korban Situ Gintung
berjumlah 27 KK (Kartu Keluarga) dan untuk warga musiman berjumlah
14 KK (Kartu Keluarga).
Untuk pekerjaan di RT 001/08, 16 KK (Kartu Keluarga) bekerja
sebagai Wiraswasta, 10 KK (Kartu Keluarga) bekerja sebagai Swasta, 13
KK (Kartu Keluarga) bekerja sebagai Karyawan, tidak ada mahasiswa, dan
2 KK (Kartu Keluarga) bekerja selain dari berbagai pekerjaan tersebut.3
Berikut tabel data pekerjaan korban bencana Situ Gintung.
Tabel 3.1
Jenis Pekerjaan
RT 001/08
(Berdasarkan
KK)
Wiraswasta
16
Swasta
10
Karyawan
13
Mahasiswa
-
Lain-lain
2
Jumlah
41
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
3
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
36
2. RT 002/08
Tidak ada data yang peneliti dapat dari buku data korban bencana
Situ Gintung Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
3. RT 003/08
Peneliti mendapatkan data korban warga RT 003/08 dari tragedi Situ
Gintung. Jumlah warga tetap adalah 20 KK (Kartu Keluarga) dan untuk
warga musiman berjumlah 42 KK (Kartu Keluarga).4
Pekerjaan yang ada di warga korban RT 003/08 adalah 31 KK (Kartu
Keluarga) sebagai Wiraswasta, 22 KK (Kartu Keluarga) sebagai Swasta, 9
KK (Kartu Keluarga) sebagai Karyawan, dan tidak ada mahasiswa.5
Tabel 3.2
Jenis Pekerjaan
RT 003/08
(Berdasarkan
KK)
Wiraswasta
31
Swasta
22
Karyawan
9
Mahasiswa
-
Lain-lain
-
Jumlah
62
Sumber: Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
4
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
5
Ibid
37
4. RT 004/08
Peneliti mendapatkan data korban warga RT 004/08 dari tragedi Situ
Gintung. Jumlah warga tetap adalah 78 KK (Kartu Keluarga) dan untuk
warga musiman berjumlah 57 KK (Kartu Keluarga).6
Pekerjaan yang dilakukan bagi warga korban Situ Gintung RT
004/08 adalah 27 KK (Kartu Keluarga) sebagai Wiraswasta, 9 KK (Kartu
Keluarga) sebagai Swasta, 87 KK (Kartu Keluarga) sebagai Karyawan, 5
KK (Kartu Keluarga) sebagai Mahasiswa, dan 7 KK (Kartu Keluarga)
memiliki pekerjaan selain dari berbagai pekerjaan tersebut.7
Tabel 3.3
Jenis Pekerjaan
RT 003/08
(Berdasarkan
KK)
Wiraswasta
31
Swasta
22
Karyawan
9
Mahasiswa
-
Lain-lain
-
Jumlah
62
Sumber: Buku Data Korban Bencana Situ Gintung Buku 2
6
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
7
Ibid
38
C. Gambaran Umum Warga Sekitar Situ Gintung Setelah Tragedi Situ
Gintung
1. RT 001/08
Suku warga di sekitar Situ Gintung campuran. Ada yang dari
suku Jawa, Sunda, Betawi dan Aceh. Narasumber sendiri berasal dari
Garut, dan istrinya berasal dari Bogor. Lebih banyak warga sebagai
perantau daripada penduduk asli. 8
Peneliti mendapatkan data penduduk ini dari Wakil Ketua RT
001/08, bernama Bapak Bongas. Setelah peneliti mengunjungi Bapak
Bongas, peneliti menanyakan kepada Bapak Yudi, selaku Ketua RT
001/08, yang mengatakan bahwa data penduduk sebelum tahun 2009
belum ada, dan baru dilakukan pendataan penduduk setelah tahun
2009.9
Jumlah penduduk yang peneliti dapatkan dari Bapak Bongas
dari tahun 2010 sampai sekarang, adalah 98 penduduk laki-laki dan
102 penduduk perempuan. Serta data penduduk baru yang berjumlah 5
penduduk laki-laki dan 4 penduduk perempuan.
Menurut penuturan dari Bapak Iqin, selaku keamanan di RT ini.
Ia bertemu tetangga sekitar setiap hari, yaitu bertemu dengan Pak
Ujang, Pak Hamid, Egi, dan Pak Joko. Menurutnya, ia sebagai
keamanan harus menyatu dengan warga. Bapak iqin biasanya
membicarakan dengan warga sekitar mengenai keluhan-keluhan akibat
8
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26 April 2011
Malam Hari
9
Wawancara Pribadi dengan Yudi (Ketua RT 001/08), Gintung, 28 April 2011 Malam Hari
39
tragedi Situ Gintung tahun 2009. Menurutnya ketika seseorang
seringkali merenung, akan berakibat penyakit TBC, karena penyakit
TBC berasal dari pikiran kita yang selalu memikirkan mengenai
musibah-musibah yang dialaminya.10
Kebersamaan menurut Bapak Iqin tetap terus dilakukan baik itu
sebelum dan sesudah tragedi Situ Gintung. Kegiatan gotong royong
masih tetap dilakukan dan tidak ada perubahan. Mas Tommy selaku
penasehat Ketua RT 001/08 sering melakukan pendekatan ke anakanak remaja, dan mereka dekat dan patuh dengan Mas Tommy.11
Manfaatnya sendiri bagi Bapak Shodiqin ketika sering bertemu
warga sekitar adalah dapat meningkatkan silaturahmi. Karena dalam
agama Islam, diharuskan untuk silaturahmi. Silaturahmi menurutnya
dapat membuat kita awet muda.12
Perasaan trauma yang dialami oleh Bapak Shodiqin masih
tersisa. Tetapi, ia mencoba untuk tidak terlalu menghayati apa yang
sudah terjadi. Ketika Bapak Shodiqin selalu menghayati apa yang
terjadi, ia bisa menjadi gila. Bapak Shodiqin tidak ada keinginan untuk
pindah rumah dari lingkungan sekitar situ, karena menurutnya situ
10
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April 2011
Malam Hari
11
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26 April 2011
Malam Hari
12
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April 2011
Malam Hari
40
dengan kehidupannya sudah menyatu, sudah menjadi sejarah
baginya.13
Untuk suasana tempat tinggal sendiri, baik sebelum dan sesudah
tragedi Situ Gintung, Bapak Shodiqin merasa nyaman, karena warga
sudah kenal dengannya. Menurutnya, sikap warga di sini, lebih banyak
mengeluarkan keluhan-keluhan yang mereka miliki. Untuk kegiatan
sosial seperti kerja bakti, warga sudah pasti ikut serta, ia yang
mengarahkan warganya.14
Menurut Bapak Bongas, ketika ia bertemu dengan tetangga,
justru tetangga yang mampir ke rumahnya yang sekaligus menjadi
tempat usahanya, ia tidak mengunjungi tetangga sekitar rumah. Yang
dibicarakan biasanya hanya mengenai pendapatan dagang, jika bukan
pendapatan
dagang,
membicarakan
masalah-masalah
lain.
Menurutnya, warga berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti. Tetapi
jarang melakukan kegiatan gotong royong.15
Pencarian nafkah di warga RT 001/08 sebelum tragedi Situ
Gintung sebagian besar anak-anak masih bersekolah. Ada yang
menjadi tukang parkir. Ketika sudah lulus sekolah, ada yang bekerja,
ada yang melanjutkan kuliah. Setelah tragedi Situ Gintung, ada yang
kembali melanjutkan untuk berdagang. Tetapi, dulu dengan sekarang
berbeda. Dulu ketika berdagang, ketika ada keuntungan yang didapat,
13
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April 2011
Malam Hari
14
15
Ibid
Wawancara Pribadi dengan Bongas (Wakil Ketua RT 001/08), Gintung, 15 April 2011
Siang Hari
41
bisa ditabung. Tetapi sekarang ketika berdagang, keuntungan yang
didapat tidak bisa untuk ditabung, melainkan digunakan untuk
membayar kontrakan atau tempat sewa berdagang.16
2. RT 002/08
Dari data yang peneliti dapat, Ibu Iyok ternyata baru menjabat
sebagai ketua RT 002/08. Ibu Iyok belum mendata kembali penduduk,
yang ada hanya data dari KK (Kartu Keluarga). KK (Kartu Keluarga)
di RT 002/08 kira-kira 67 KK (Kartu Keluarga).17
Memang di RT 002/08 tidak ada akibat dari tragedi Situ
Gintung. Yang kena hanya warga RT 001/08, 003/08, dan 004/08.
Lokasi yang paling parah terkena akibat tragedi Situ Gintung adalah
warga RT 004/08.18
Warga kompak untuk warga yang lagi dirawat di rumah sakit.
Besuk bersama. Kalau ada orang lahiran, dikasih uang tambahan dari
uang kas yang dikumpulkan. Kebersamaan sesama RT kompak, ada
pengajian, kondangan. Selalu bareng. Sedangkan untuk RT 001/08
tidak aktif. Arisan RW tidak pernah ikut, sekalipun undangan sudah
dikirim ke RT 001/08.19
Dari penuturan Ibu Iyok sendiri, ia bertemu dengan tetangga
karena memang ada keperluan. Ibu Iyok bertemu dengan tetangga
16
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 011/08), Gintung, 26 April 2011
Malam Hari
17
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
18
Ibid
19
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang Hari
42
sekitar lebih banyak di pengajian, yang dibicarakan biasanya masalah
keluarga. Dan Ibu Iyok lebih banyak melakukan kegiatan di pengajian
sekalipun Ibu Iyok juga bekerja di POSYANDU.20
Pola-pola pencarian nafkah di RT 002/08 sebagian besar
berdagang. Sebagian ada yang bekerja dan menganggur juga. Ada
yang bekerja sebagai guru.21
3. RT 003/08
Warga di RT 003/08 menurut Bapak Sumarno termasuk aktif
dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti pengajian, kerja bakti, dan lain
sebagainya.22
Serta peneliti mendapatkan data dari KK (Kartu Keluarga). Pada
KK (Kartu Keluarga) terdapat perbedaan, yaitu dari segi tahun
dikeluarkan KK (Kartu Keluarga) tersebut.
Untuk di RT 003/08, mayoritas pekerjaan yang dilakukan oleh
warga adalah wiraswasta, guru, dan pegawai. Tidak ada perubahan
dari pekerjaan yang dilakukan oleh warga baik itu sebelum dan setelah
jebol. Karena rumah warga di RT 003/08 tidak ada yang hanyut.23
4. RT 004/08
Untuk RT 004/08, sebelum terjadinya tragedi situ gintung,
terdapat 97 KK (Kartu Keluarga). Bapak Nana selaku Ketua RT
20
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang Hari
21
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
22
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang
23
Ibid
Hari
43
004/08, tidak pernah mendata setiap orang penduduk di RT 004/08, ia
hanya menyalin dari KK (Kartu Keluarga) yang dibentuk menjadi
arsip. Setelah terjadinya tragedi Situ Gintung, ada penambahan
menjadi 119 KK (Kartu Keluarga). Di RT 004/08 lebih banyak
pendatang daripada penduduk asli. Kontrakan di RT 004/08 sangat
banyak. Lebih banyak anak mahasiswa dari UMJ (Universitas
Muhammadiyah Jakarta) dan UIN (Universitas Islam Negeri).24
Yang menjadi korban waktu tragedi Situ Gintung ada 57 pintu
kontrakan. Belum terhitung yang menjadi korban dari warga tetap.25
Kegiatan sosial di warga ini sebelum jebol agak lumayan, tetapi
setelah jebol memang warga sudah pindah dan meninggal, jadi warga
yang mengikuti kegiatan sosial menjadi sedikit. Kegiatan kerja bakti
masih dilakukan di warga RT 004/08.26
Pencarian nafkah di warga RT 004/08 bekerja sebagai kuli
bangunan. Ada juga beberapa yang menjadi karyawan. Sebelum kena
musibah, sebagian ada yang kerja harian lepas, seperti kuli bangunan.
Pegawai hanya beberapa orang, serta Pegawai Negeri Sipil hanya ada
satu. Ada yang bekerja sebagai Guru SD dan sampai sekarang masih
mengajar sebagai Guru SD, sebagian besar bekerja di swalayan.
Untuk yang mengontrak tidak hanya mahasiswa di RT 004/08.27
24
Wawancara Pribadi dengan Nana (Ketua RT 004/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
25
Ibid
26
Ibid
27
Ibid
44
Bapak Nana selaku Ketua RT 004/08, baru tinggal di rumah
yang baru ini selama 1,5 tahun. Sebelumnya Bapak Nana sekeluarga
tinggal di bawah.28
D. Gambaran Kelembagaan Sosial
Ketika peneliti menanyakan mengenai suatu organisasi di sekitar situ
gintung dari Bapak Shodiqin, terdapat organisasi yang bernama Ikatan Pemuda
Situ Gintung. Tetapi ketika peneliti menanyakan mengenai seberapa besar
pengaruh organisasi tersebut dengan warga sekitar dari Mas Tommy, selaku orang
yang mengetahui seluk-beluk Situ Gintung. Menurutnya, organisasi tersebut tidak
berjalan dengan lancar. Maka dari itu, Mas Tommy mendirikan Forum Situ
Gintung.29
E. Gambaran dan Peran Pemerintah Daerah Tangerang Selatan
Pemerintah Daerah Tangerang Selatan menurut Bapak Lamro dari bagian
Kessos Pemerintah Daerah Tangerang Selatan dibentuk pada bulan Januari 2008
berdasarkan UU Nomor 51 Tahun 2008. 30 Setelah peneliti menelusuri situs
28
Wawancara Pribadi dengan Nana (Ketua RT 004/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
29
Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung, 30 April 2011
Malam Hari
30
Wawancara Pribadi dengan Lamro S. (Bagian Kessos Pemerintah Daerah Tangerang
Selatan), Pamulang, 28 Juni 2011 Siang Hari
45
Tangerang Selatan ternyata persetujuan dari terbentuknya Pemerintah Daerah
Tangerang Selatan pada tanggal 27 Desember 2006.31
Pada bulan Maret 2009 terjadilah tragedi Situ Gintung. Jadi, perbaikan
tanggul dilakukan oleh Pemerintah Tangerang, Pemerintah Daerah Tangerang
Selatan hanya melanjutkan apa yang telah dilakukan.32
Menurutnya, sebelum tragedi Situ Gintung, tidak diperbolehkan warga
untuk membangun rumah di bagian bawah tanggul Situ Gintung. Karena itu
bahaya bagi warga sekitar, baik bertempat tinggal ataupun sekedar bermain di
sekitar tanggul Situ Gintung. Tetapi itu kembali dari kesadaran warga sendiri
untuk mentaatinya.33
Bantuan bencana sendiri sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Tangerang Selatan baik yang terkena korban bencana maupun yang tidak terkena
korban bencana.34
31
Sejarah Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 28 Juni 2011 dari
http://www.tangerangselatankota.go.id/
32
Wawancara Pribadi dengan Lamro S. (Bagian Kessos Pemerintah Daerah Tangerang
Selatan), Pamulang, 28 Juni 2011 Siang Hari
33
Ibid
34
Ibid
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Terdapat dampak yang terjadi dari jebolnya tanggul Situ Gintung. Bagi
warga, dampak dari tragedi ini, membuat sertifikat tanah rumahnya hilang. Untuk
mendapatkan kembali sertifikat tanah yang sudah hilang warga harus membayar
seharga 1 juta rupiah, yang menurut mereka sangat berat.1
Ketika tragedi Situ Gintung pada tahun 2009, akibatnya tidak lain karena
ulah manusia sendiri. Sekarang bendungan Sintung tidak curam seperti dahulu.
Dan sekarang bendungan Gintung telah dibangun dengan benar-benar aman, agar
kejadian yang dahulu tidak terulang kembali.
Dampak bagi sosial ekonomi warga korban tragedi Situ Gintung, yaitu
kehilangan pekerjaan, kehilangan tempat tinggal, dan lain sebagainya. Mereka,
sebelum tragedi Situ Gintung, dapat membuka usaha di rumahnya dan bisa
menabung, tetapi sekarang mereka hanya bisa menyewa tempat usaha dari orang
lain, yang diharuskan untuk membayarkan sewa tiap bulannya. Salah satu
informan yang dahulu mempunyai rumah sendiri sekalipun ukuran rumahnya
kecil, sekarang menyewa kontrakan, yang sudah dua bulan belum dibayar.2
Berikut peneliti akan menjelaskan lebih lanjut berbagai dampak sosial
ekonomi yang terjadi setelah tragedi Situ Gintung yang mengakibatkan perubahan
1
Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung, Maret 2011 Siang
Hari
2
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26 April 2011
Malam Hari
46
47
sosial ekonomi di warga sekitar Situ Gintung, yaitu Dampak pada Pekerjaan,
Dampak pada Kelembagaan Sosial, dan Dampak pada Sistem Nilai.
A. Dampak kepada Pekerjaan
Peneliti akan membahas mengenai dampak kepada pekerjaan. Dampak
kepada pekerjaan terbagi menjadi dampak kepada pola pencarian nafkah,
keadaan ekonomi, kehilangan pekerjaan lama dan berganti kepada pekerjaan
baru, jaringan sosial pekerjaan, dan warga yang mempunyai pekerjaan baru dan
tidak bekerja.
1. Dampak kepada Pola Pencarian Nafkah
Warga RT 001/08 sebelum tragedi Situ Gintung sebagian besar
bekerja sebagai wiraswasta, swasta, dan karyawan.3
Di RT ini memang tidak ada korban, tetapi rumah warga hanyut
dari tragedi ini. Dari segi perubahan ekonomi, ada beberapa perubahan
yang dialami warga. Ketika mereka sebelum tragedi Situ Gintung bisa
berdagang di rumahnya sendiri, dan ketika keuntungan yang didapat dapat
ditabung untuk keperluan keluarganya.
Tetapi sekarang,
mereka
mengontrak dan menyewa tempat untuk berdagang. Ketika mendapatkan
3
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
48
keuntungan, mereka tidak bisa menabung, karena uang tersebut
dikumpulkan untuk membayar tempat sewa.4
Untuk di RT 002/08 tidak ada perubahan ekonomi yang terjadi
setelah tragedi Situ Gintung. Karena RT tersebut, tidak mengalami
dampak dari tragedi Situ Gintung seperti jatuhnya korban jiwa, rumah
yang hanyut, dan sebagainya. Tetapi, sebagian besar warga bekerja sebagai
wiraswasta. Ada yang bekerja sebagai guru. Sebagian ada yang bekerja
dan tidak bekerja.5
Warga RT 003/08 sebelum tragedi Situ Gintung masih didominasi
oleh pekerjaan sebagai Wiraswasta, Swasta, dan Karyawan.6
Menurut penuturan Bapak Sumarno, selaku Ketua RT 003/08, warga
di sini sebagian besar bekerja sebagai Wiraswasta, Guru, dan Pegawai.
Tidak jauh berbeda dibandingkan sebelum tragedi Situ Gintung.7 Warga
RT 004/08 sebelum tragedi Situ Gintung didominasi oleh pekerjaan
sebagai Karyawan, kemudian Wiraswasta dan Swasta.8
Warga sebelum tragedi Situ Gintung sebagian besar bekerja sebagai
kerja harian lepas, seperti kuli bangunan. Dan ada yang bekerja sebagai
guru. Sekarang setelah tragedi Situ Gintung, ia tetap bekerja menjadi
4
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26 April 2011
Malam Hari
5
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
6
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
7
8
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang Hari
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban Bencana Situ
Gintung Buku 2(Media Center, 2009)
49
Guru. Perubahan sendiri tidak terlalu banyak, tetapi di RT ini memang
lebih banyak pendatang daripada warga tetap.9
Berbagai perubahan yang peneliti dapatkan di atas, dapat dikatakan,
bahwa perubahan tidak selalu mencakup dari tiga aspek, yaitu struktural,
kultural, dan interaksional, tetapi perubahan sosial bisa terjadi ketika
dalam suatu warga terdapat peristiwa yang tidak bisa ditolak, yaitu
peristiwa tragedi Situ Gintung, yang tidak lain karena ulah manusia
sendiri.
2. Keadaan Ekonomi
Warga di RT 001/08, lebih banyak mereka tidak bekerja daripada
yang bekerja. Warga yang tidak bekerja karena menjadi korban dari
tragedi Situ Gintung, sedangkan warga yang masih bekerja, mereka tidak
menjadi korban dari tragedi Situ Gintung. 10
Warga yang bekerja di lingkungan RT 002/08 termasuk banyak.
Dapat dihitung untuk warga yang tidak bekerja.11
Pekerjaan yang dilakukan beberapa warga di RT 003/08 yaitu kuli
bangunan, dalam arti warga bekerja tidak setiap hari. Sebenarnya mereka
tidak menganggur, hanya pekerjaannya dituntut berdasarkan panggilan
bekerja dari warga sekitar.
9
Wawancara Pribadi dengan Nana (Ketua RT 004/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
10
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 11 Mei 2011
Malam Hari
11
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 11 Mei 2011 Sore Hari
50
Warga di RT 004/08, yang bekerja dan tidak bekerja jumlahnya
sama. Pak Nana selaku ketua RT 004/08 bekerja sebagai wiraswasta.
Rumahnya yang sekarang mendapatkan santunan, karena sebelumnya
rumahnya sudah hancur akibat tragedi Situ Gintung.12
Warga mengalami perubahan setelah tragedi Situ Gintung. Yang
menjadi korban tidak mempunyai pekerjaan lagi, sedangkan yang tidak
menjadi korban, mereka masih mempunyai pekerjaan. Ketika warga ini
berubah, mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang
mereka alami sekarang. Sebelum tragedi Situ Gintung, mereka masih
mempunyai pekerjaan, sekarang setelah tragedi Situ Gintung, mereka tidak
mempunyai pekerjaan.
Penyesuaian yang dilakukan oleh Bapak Shodiqin yang dahulu
punya rumah, sekarang menyewa tempat tinggal sangat sulit. Ia sampai
dua bulan belum membayar tempat sewa. Menurut penuturan Bapak
Shodiqin, yang dahulu mempunyai tempat usaha di rumahnya dan bisa
menabung, sekarang menyewa tempat usaha dan tidak bisa menabung,
karena penghasilan yang didapat untuk membayar sewa tempat usaha. Di
sinilah menurut Parsons tingkat penyesuaian diri suatu warga menjadi
meningkat.
Penyelesaian masalah menurut peneliti yang harus dilakukan di sini
adalah memberikan modal bagi korban yang telah kehilangan pekerjaan.
Ketika korban telah diberikan bantuan usaha untuk bekerja, mereka
12
Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Aminah (Warga RT 004/08), Gintung, 11 Mei
2011 Siang Hari
51
menjadi semakin termotivasi untuk bergerak ke depan dan mengurangi
perasaan trauma yang mereka miliki.
3. Kehilangan Pekerjaan Lama dan berganti dengan Pekerjaan Baru
Warga yang kehilangan pekerjaan di RT 001/08 setelah tragedi Situ
Gintung sangat banyak. Sebagian besar mendapatkan pekerjaan yang baru,
sebagian lagi masih belum mendapatkan pekerjaan. Jumlah warga yang
mendapatkan pekerjaan baru dan belum mendapatkan pekerjaan relatif
sama.13
Ini mengakibatkan bahwa tragedi Situ Gintung membuat semakin
banyak warga yang kehilangan pekerjaan. Memang ada sebagian yang
sudah mendapatkan pekerjaan baru, tetapi tidak sedikit warga yang tidak
mendapatkan pekerjaan.
Ketika ada seseorang yang tidak mendapatkan pekerjaan setelah
tragedi Situ Gintung, ini disebabkan oleh beberapa hal. Tidak adanya
modal yang didapatkan bagi korban sebagai pengganti, perasaan trauma
yang masih dialami dari para korban, dan lain sebagainya. Hal yang harus
dilakukan adalah pelatihan motivasi dan juga penyediaan modal usaha
bagi korban tragedi Situ Gintung.
4. Jaringan Sosial Pekerjaan
Arti jaringan sosial pekerjaan adalah bagaimana setiap warga di
setiap daerah yang belum mempunyai pekerjaan dapat berhubungan
13
Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011
Malam Hari
52
dengan orang lain untuk mencari pekerjaan atau membutuhkan pekerjaan.
Dan dapat juga diartikan sebagai seseorang yang membutuhkan modal
untuk usaha supaya tidak menganggur.
Warga sekitar Situ Gintung di RT 002/08, RT 003/08, dan RT
001/08 beranggapan bahwa warga bekerja sendiri untuk mencari
pekerjaan. Tidak melakukan pinjaman uang ke tetangga untuk melakukan
usaha.14 Warga sendiri sudah mempunyai modal untuk membuka usaha
sendiri.15 Mereka melakukan lamaran kerja ke berbagai perusahaan.
Ketika mereka melamar pekerjaan, mereka hanya membuat surat kelakuan
baik dari Ketua RT.16
Warga RT 01/08 hanya meminta pinjaman usaha dari Dompet
Dhuafa. Tetapi ketika warga sudah mendapatkan pinjaman untuk usaha,
warga tidak bisa mengembalikan uang yang dipinjam. Karena untuk
makan sehari-hari tidak mencukupi dan mengembalikan uang yang
dipinjam pun tidak bisa. Serta ada sumbangan-sumbangan yang didapat
oleh warga untuk melakukan usaha. Kalau meminta bantuan dari warga
tidak bisa diharapkan, baik itu sebelum tragedi Situ Gintung maupun
sesudah tragedi Situ Gintung. Memang ada yang meminta dicarikan
pekerjaan, tetapi lebih banyak warga tidak mendapatkan pekerja daripada
14
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Iyok (Ketua RT 002/08), dan
Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 8 Mei 2011 Siang Hari dan Malam Hari
15
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 8 Mei 2011 Siang
16
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 8 Mei 2011 Siang Hari
Hari
53
yang mendapatkan pekerjaan. Tergantung dari hati seseorang untuk
membantu mencari pekerjaan.17
Solidaritas warga sekitar Situ Gintung memang sangat tinggi
seperti kegiatan kerja bakti, gotong royong, pengajian, dan lain
sebagainya. Tetapi ketika menyangkut untuk menolong mencari pekerjaan
bagi yang membutuhkan, warga cenderung tidak bisa diharapkan.18
Jadi, dalam jaringan sosial pekerjaan pada warga sekitar Situ
Gintung sebagian besar melakukan secara individu, tidak bergantung
kepada tetangga sekitar. Warga hanya membutuhkan surat kelakuan baik
dari Ketua RT untuk melamar pekerjaan. Serta warga meminta bantuan
pinjaman dana dari sumbangan-sumbangan seperti Dompet Dhuafa.
Solidaritas pada warga sekitar Situ Gintung bukan dari pemberian
informasi mengenai lapangan pekerjaan, tetapi solidaritas atas kegiatankegiatan sosial seperti kerja bakti, gotong royong, dan lain sebagainya.
Hal yang harus dilakukan adalah dengan membangun kembali rasa
kebersamaan antar warga baik itu dari kegiatan sosial maupun dari
kegiatan ekonomi. Yaitu dengan cara mendirikan suatu kelompok yang
membahas mengenani informasi pekerjaan dan kegiatan sosial yang akan
membuat warga menjadi terbuka akan informasi ini. Dan diharapkan
semua warga bisa ikut serta dalam kelompok ini.
17
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 8 Mei 2011
Malam Hari
18
Ibid
54
5. Warga yang mempunyai Pekerjaan Baru dan Tidak Bekerja
Warga di RT 004/08 setelah tragedi Situ Gintung mendapatkan
pekerjaan baru lagi. Dan jumlahnya lumayan banyak. Tetapi lebih banyak
yang menganggur daripada yang bekerja.19
Perlunya penyediaan lapangan kerja yang memadai bagi masyarakat
yang belum punya pekerjaan, atau ada bantuan dari beberapa lembaga
sosial untuk memberikan modal dalam melakukan kegiatan usaha.
B. Dampak kepada Kelembagaan Sosial
Peneliti di dalam dampak kelembagaan sosial akan menjelaskan mengenai
tumbuhnya organisasi baru, perubahan struktur.
1. Tumbuh Organisasi Baru
Warga di RT 001/08 terdapat dua organisasi yaitu organisasi Ikatan
Remaja Pemuda Situ Gintung, dan sampai sekarang organisasi ini belum
berjalan dengan baik. Akhirnya dibentuk Forum Situ Gintung oleh
Tommy.20
19
Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
20
Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung, 30 April 2011
Malam Hari
55
Tetapi untuk warga di RT 004/08, tidak dibentuk organisasi apapun
mengenai Situ Gintung setelah tragedi Situ Gintung.21
Ikatan Remaja Pemuda Situ Gintung yang tidak berjalan dengan baik
akhirnya dibentuk Forum Situ Gintung. Dengan tumbuhnya organisasi
yang baru ini diharapkan bisa menyalurkan aspirasi masyarakat sekitar
Situ Gintung untuk membuat Situ Gintung lebih baik setelah tragedi Situ
Gintung yang terjadi pada bulan Maret 2009.
2. Perubahan Struktur
Perubahah struktur RT 004/08 telah dilakukan. Tetapi Bapak Nana
terpilih lagi menjadi ketua RT 004/08. Karena pekerjaan menjadi ketua RT
sangat pusing, sehingga tidak ada warga yang berkeinginan untuk menjadi
ketua RT selain Bapak Nana.22
Ini membuat warga tidak ada rasa percaya perdiri untuk memimpin
warganya menjadi lebih baik. Mereka hanya menganggap tugas ketika
menjadi ketua RT sangat berat, dan mereka pesimis dahulu sebelum
mencobanya.
Berbeda dengan warga di RT 001/08. Mereka sudah melakukan
pergantian jabatan ketua RT. Sebelum Bapak Yudi, yang menjabat ketua
21
Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
22
Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
56
RT 001/08 adalah Bapak Robi. Dan Bapak Yudi belum lama menjabat
sebagai ketua RT 001/08.23
Warga harus mempunyai rasa optimis dan menumbuhkan
kepercayaan diri untuk memimpin warganya menjadi lebih baik. Tidak
dengan dipimpin oleh salah seorang warga sebelumnya.
C. Dampak kepada Sistem Nilai
Peneliti di dalam dampak pada sistem nilai akan menjelaskan mengenai
beberapa hal yaitu memaknai warga sendiri, pendidikan, memaknai alam (Situ
Gintung), memaknai agama, rasa solidaritas, perubahan hubungan antarwarga
dan nilai-nilai kepedulian dan kebersamaan.
1. Memaknai Masyarakat
Warga di RT 004/08 saling mengerti satu sama lain ketika
warganya mengalami musibah seperti kematian, warga yang sedang sakit,
dan lain sebagainya. Warga sebagian besar menjenguk bersama dengan
tetangga-tetangga yang lain.24
23
Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011
Malam Hari
24
Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
57
2. Pendidikan
Warga di RT 001/08 sebagian besar memiliki pendidikan terakhir
yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas). Hanya warga yang sudah lama
menetap yang memiliki pendidikan terakhir sampai Sarjana.25
Pendidikan di warga RT 002/08 sebagian besar sampai SMA
(Sekolah Menengah Atas). Mayoritas warga di sini sekolah, tidak ada yang
tidak sekolah. 26
Pendidikan di warga RT 003/08, pendidikan minimal SMA
(Sekolah Menengah Atas) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Serta
banyak warga yang pendidikan minimal SD (Sekolah Dasar) dan S1
(Strata 1).27
Pendidikan di warga RT 004/08 sebagian besar berpendidikan
SMA (Sekolah Menengah Atas), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan
SD (Sekolah Dasar).28
Peneliti dapat mengatakan, bahwa hanya warga yang tinggal sudah
lama menetap saja yang memiliki pendidikan sampai Sarjana. Sebagian
besar warga di RW 08 berpendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas),
SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SD (Sekolah Dasar).
25
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 11 Mei 2011
Malam Hari
26
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 11 Mei 2011 Sore Hari
27
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 11 Mei 2011 Siang
Hari
28
Wawancara Pribadi dengan Suhaini, Sumarni, dan Aminah (Warga RT 004/08), Gintung,
11 Mei 2011 Siang Hari
58
Seharusnya pendidikan ini merata bagi semuanya, baik penduduk
tetap maupun pendatang. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan
fenomena seperti ini. Pertama, penduduk tetap diibaratkan sebagai warga
yang mempunyai pikiran ke depan, bahwa pendidikan itu penting, dan
harus dilakukan setinggi-tingginya. Sedangkan bagi penduduk musiman,
cenderung
hanya memiliki pendidikan sebatas SMA, yang menurut
mereka sudah bagus.
Kedua, penduduk tetap beranggapan bahwa mereka telah sukses
dan bisa menyekolahkan dirinya dan anak-anaknya sampai ke tingkat
Sarjana. Sedangkan, bagi pendatang, menganggap bahwa mereka tidak
mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikannya sampai tingkat
Sarjana, sehingga hanya bisa mempunyai pendidikan pada tingkat SD
(Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah
Menengah Atas).
Dan yang harus dilakukan adalah adanya penyediaan bantuan bagi
masyarakat yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi
agar bisa mensejahterakan dirinya dan keluarga.
3. Memaknai Alam (Situ Gintung)
Masyararakat di RT 004/08 tidak peduli mengenai alamnya
sekalipun tragedi Situ Gintung telah terjadi. Warga masih banyak yang
59
membuang sampah sembarangan. Serta tidak ada kegiatan-kegiatan seperti
kerja bakti untuk membersihkan lingkungannya.29
Yang terjadi di warga RT 004/08 sama dengan yang terjadi di
warga RT 001/08. Sampah masih menumpuk dan itu dari hasil sampah
komplek. Kadang sampah itu hanya dibakar, yang dapat menimbulkan bau
tidak sedap bagi warga sekitar.30
Perlu disediakan tempat untuk daur ulang dari sampah yang
dihasilkan tersebut. Jadi, sampah tidak menjadi perusak lingkungan, tetapi
bisa berguna bagi masyarakat terutama dalam bidang ekonomi.
4. Memaknai Agama
Setelah tragedi Situ Gintung, minat agama warga di RT 004/08
semakin berkurang. Karena warga banyak yang meninggal. Sebelum
tragedi Situ Gintung, warga melakukan kegiatan pengajian dan itu
dilakukan dengan rutin. Kegiatan Majelis Ta’lim untuk sekarang ini belum
dilakukan lagi.31
Warga di RT 001/08 juga mengalami hal yang serupa. Minat
agama warga di pengajian sudah tidak aktif lagi. Sebelum tragedi Situ
Gintung, pengajian ini aktif dihadiri oleh warga. Pengajian yang dulu
29
Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
30
Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011
Malam Hari
31
Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
60
dilakukan setiap hari Senin, sekarang berganti menjadi hari Sabtu.
Pengajian yang diikuti pada hari Sabtu sangat sepi, jarang warga
mengikuti pengajian ini. Sehingga Ibu Shodiqin mengaji sampai ke RT
002/08 pada siang hari jam setengah 2.32
Perlu
diadakannya
kembali
kegiatan-kegiatan
agama
di
maskayarakat sekitar Situ. Karena dengan diadakannya kembali kegiatankegiatan agama, masyarakat menjadi lebih memaknai hidup setelah tragedi
Situ Gintung, dan pribadi masyarakat sendiri menjadi lebih baik, tidak
selalu mengingat apa yang terjadi pada tahun 2009.
5. Rasa Solidaritas
Ketika ada pengajian, dan ketika salah satu peserta pengajian yang
sakit, mereka mengajak semua warga untuk mengumpulkan uang dan
menjenguknya. Antara RT 002/08 sampai RT 004/08 saling bekerja sama
satu sama lain baik itu ada kegiatan ataupun ada rapat RW. Tetapi menurut
ketua RT 002/08, hanya ketua RT 001/08 saja yang hampir tidak pernah
bekerja sama untuk mengikuti kegiatan-kegiatan antar RT.33
Menurut Bapak Bongas, selaku Wakil Ketua RT 001/08, ia tidak
pernah mengunjungi warga untuk silaturahmi, karena warga sendiri yang
32
Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011
Malam Hari
33
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 2 Mei 2011 Siang Hari
61
datang ke tempat usahanya. Yang dibicarakan biasanya seputar hasil
dagangan, atau yang lainnya.34
Bapak Shodiqin, selaku keamanan di RT 001/08, mengatakan ia
hampir setiap hari bertegur sapa dengan tetangga sekitar. Di antaranya Pak
Ujang, Pak Joko, Egi, dan Pak Hamid. Yang dibicarakan biasanya
keluhan-keluhan yang dialami dari tragedi Situ Gintung. Bapak Shodiqin
menasehati warga agar selalu tabah dan sabar.35
Ibu Yok selaku ketua RT 002/08, bertemu dengan tetangga karena
memang ada keperluan. Ibu Iyok lebih banyak silaturahmi dengan tetangga
sekitar di pengajian. Yang dibicarakan biasanya masalah keluarga. Serta
Ibu Iyok lebih banyak melakukan kegiatan di pengajian sekalipun Ibu Iyok
bekerja di POSYANDU.36
Solidaritas yang peneliti dapatkan di sini ada dua. Solidaritas
mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik cenderung warga
bertemu dan berbicara dengan warga sekitar mengenai keluhan-keluhan
mengenai tragedi Situ Gintung. Untuk solidaritas organik sendiri, warga
ketika di warung membicarakan mengenai pendapatan usaha, atau yang
lain sebagainya. Serta ketika warga melakukan pengajian, yang
dibicarakan tidak mengenai isi dari pengajian tersebut melainkan
mengenai keluarganya. Dan dari penuturan Ibu Yok, ia bertemu dengan
tetangga memang ada keperluan, tidak untuk silaturahmi.
34
Wawancara Pribadi dengan Bongas (Wakil Ketua RT 001/08), Gintung, 15 April 2011
Siang Hari
35
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April 2011
Malam Hari
36
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April 2011 Siang Hari
62
Solidaritas sebaiknya dibangun atas rasa silaturahmi yang tinggi,
tidak dengan sikap hanya keperluan semata. Memang, ada warga yang
menjunjung tinggi silaturahmi antar warga, tetapi juga ada yang hanya
sebatas keperluan pribadi. Dan ini harus ditumbuhkan dari individu
masing-masing untuk meningkatkan silaturahmi antar warga.
6. Perubahan Hubungan Antarwarga
Hubungan antar warga di RT 004/08 masih kompak. Ketika ada
kondangan, gotong royong, dan Majelis Ta’lim, warga ikut serta untuk
melaksanakannya.37
Beda dengan di RT 001/08, hubungan antar warga semakin baik
ketika ada uang yang berbicara. Ketika tidak ada uang, warga seringkali
tidak kompak dengan sesama tetangganya.38
Hubungan
antar
warga
seringkali
dilakukan
karena
itu
menghasilkan, tetapi hubungan antar warga juga terjadi karena ada ikatan
yang kuat antar sesama, sehingga warga menjadi kompak dan akrab satu
sama lain. Yang harus dikedepankan di sini adalah hubungan antar warga
didasarkan karena ada rasa tolong menolong di dalam setiap individu.
37
Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08), Gintung, 19 Mei
2011 Siang Hari
38
Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung, 19 Mei 2011
Malam Hari
63
7. Nilai-nilai Kepedulian dan Kebersamaan
Ketika warga bersosialisasi dengan warga sekitar, yang dibicarakan
sebagian besar hanya rasa prihatin dan rasa duka mengenai tragedi Situ
Gintung. Warga sekitar Situ Gintung rasa kebersamaannya sangat kuat,
karena ketika ada kegiatan-kegiatan sosial seperti kerja bakti, gotong
royong, mereka selalu mengikutinya.39
Kegiatan gotong royong yang dilakukan di RT 002/08 menjelang
puasa Ramadhan dan Hari Kemerdekaan. Kegiatan ini seharusnya
dilakukan sebulan sekali, tetapi warga masing-masing melakukannya, dan
ikut serta dalam kegiatan ini.40
Sedangkan kegiatan gotong royong dilakukan di RT 003/08 tidak
pasti. Dan biasanya hari jumat dilakukan hari bersih bagi semua warga.41
Untuk di RT 004/08, warga masih mengurus keperluannya masingmasing. Ketika warga ikut serta dan kompak hanya pada saat kegiatan
gotong royong dan mengunjungi pernikahan tetangga sekitar. 42
Kepedulian dan kebersamaan yang dilakukan warga ini sangat baik
ketika ada kegiatan gotong royong, kerja bakti, mengunjungi pernikahan
tetangga sekitar, dan lain-lain. Tetapi ketika menyangkut urusan keluarga
39
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14 April dan 26
April 2011 Malam Hari
40
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/008), Gintung, 11 Mei 2011 Sore Hari
41
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 11 Mei 2011 Siang
Hari
42
Wawancara Pribadi dengan Suhaini, Sumarni, dan Aminah (Warga RT 004/08), Gintung,
11 Mei 2011 Siang Hari
64
atau pribadi, warga cenderung melakukan keperluan sendiri-sendiri, tidak
ada campur tangan dari orang lain. Warga ini dapat disebut dengan warga
yang memiliki solidaritas organik, yang bersilaturahmi atau bertegur sapa
dengan tetangga memang ada keperluan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada temuan penelitian yang dijelaskan dalam uraian pada bab
temuan dan analisis, dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat berbagai dampak
yang mengakibatkan berbagai perubahan sosial ekonomi pada warga sekitar Situ
Gintung, akibat dari musibah Situ Gintung.
Adapun dampak yang dapat diketahui yaitu sebagai berikut:
1. Dampak pada Pekerjaan
Ada beberapa perubahan dari dampak pekerjaan yaitu sebagai berikut:
-
Warga yang dahulu bisa membuka usaha sendiri di depan rumahnya
dan dapat mengambil keuntungan, sekarang warga hanya bisa
menyewa tempat untuk membuka usaha, dan hasil keuntungan hanya
bisa untuk membayar uang sewa.
-
Warga harus menyesuaikan diri dengan keadaannya sekarang
dengan tidak mempunyai pekerjaan, yang sebelum tragedi Situ
Gintung mereka mempunyai pekerjaan.
-
Banyak warga yang kehilangan pekerjaan dari tragedi Situ Gintung.
-
Warga meminta bantuan pinjaman dana pada tetangga untuk
melakukan usaha.
-
Warga juga meminta santunan pada lembaga-lembaga sosial seperti
Dompet Dhuafa.
65
66
-
Warga cenderung melakukan semua urusannya secara individu.
2. Dampak pada Kelembagaan Sosial
Ada beberapa perubahan dari dampak pada kelembagan sosial yaitu
sebagai berikut:
-
Forum Situ Gintung telah dibentuk sebagai pengganti organisasi
sebelumnya yaitu Ikatan Remaja Situ Gintung. Forum ini dibentuk
karena organisasi Ikatan Remaja Situ Gintung tidak berjalan dengan
baik.
-
Solidaritas terjadi antar warga ketika ada kegiatan sosial di
lingkungannya.
-
Perubahan struktur yang terjadi di RT 001/08 terjadi dengan teratur,
lain dengan yang terjadi di RT 004/08, tidak ada perubahan struktur
RT, karena warga tidak mempunyai keinginan dan rasa percaya diri
untuk menjabat sebagai ketua RT.
3. Dampak pada Sistem Nilai
Ada beberapa perubahan dari dampak pada sistem nilai yaitu sebagai
berikut:
-
Warga saling mengerti satu sama lain ketika ada warga yang terkena
musibah.
-
Hanya warga yang tinggal menetap saja yang bisa melanjutkan
pendidikan ke tingkat Sarjana, selebihnya warga hanya mampu
menempuh pendidikan sampai tingkat SMA (Sekolah Menengah
Atas), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SD (Sekolah Dasar).
67
-
Warga cenderung tidak menghargai alam setelah tragedi Situ
Gintung. Warga masih membuang sampah sembarangan dan
menumpuk sampah, kemudian sampah tersebut hanya dibakar. Tidak
ada proses daur ulang.
-
Warga lebih banyak tidak melakukan pengajian kembali setelah
tragedi Situ Gintung. Alasannya karena banyak warga yang menjadi
korban meninggal dari tragedi Situ Gintung.
-
Solidaritas terjadi antar warga ketika ada kegiatan sosial di
lingkungannya.
-
Hubungan antar warga berjalan dengan baik bila menghasilkan bagi
dirinya sendiri. Bila tidak menghasilkan, warga cenderung bergerak
secara individu. Tetapi ada juga sebagian warga yang cenderung
akrab dan kompak satu sama lain.
-
Kepedulian dan kebersamaan antar warga sangat baik. Tetapi ketika
menyangkut urusan keluarga atau pribadi, tidak ada campur tangan
dari orang lain.
B. Saran
Demi memberikan perubahan sosial ekonomi yang lebih baik setelah tragedi
Situ Gintung, dan setelah peneliti melakukan penelitian selama 3 bulan yang
terhitung dari bulan Maret sampai dengan Mei 2011, maka peneliti mempunyai
saran-saran di antaranya:
68
1. Agar warga tidak terbebani dengan pinjaman usaha dari lemabaga sosial
seperti Dompet Dhuafa, seharusnya diadakan kerjasama untuk saling
membantu agar warganya mempunyai penghasilan.
2. Solidaritas yang dibangun seharusnya didasarkan rasa tolong menolong
yang sangat besar, bukan karena menghasilkan bagi diri masing-masing.
3. Kepedulian kepada alam harus lebih ditingkatkan, karena tragedi Situ
Gintung dikarenakan oleh ulah manusia sendiri. Warga harus sadar akan
alam dan peduli akan alam.
4. Keimanan setiap warga juga harus ditingkatkan sesuai dengan agamanya.
Karena dari peningkatan ibadah yang dilakukan setiap warga, membuat
warga menjadi nyaman menjalani hidup dan melakukan semua kegiatan
berdasarkan tuntunan agamanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Daftar Buku
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009.
Creswell, John W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010.
Giddens, Anthony. dkk. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya.
Yogyakarta: KREASI WACANA. 2008.
Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. Sosiologi Jilid 2 Edisi Keenam.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1984.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan Edisi Kedua. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA
GROUP, 2007.
Posko Terpadu Penanggulangan Bencana Situ Gintung, Data Korban
Bencana Situ Gintung Buku 2. Media Center, 2009.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. Teori Sosiologi Modern Edisi
Keenam. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2010.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survai.
Jakarta: LP3ES, 1989.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2006.
Pengantar.
Jakarta:
PT
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
2. Daftar Sumber Internet
Geospasial. “Situ Gintung Sebelum Jebol (2 April 2009).” Artikel diakses
pada 22 Mei 2011 dari http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/situgintung-sebelum-jebol-2-april-2009/
Geospasial. “Situ Gintung Sesudah (2 April 2009).” Artikel diakses pada
22 Mei 2011 dari http://geospasial.bnpb.go.id/2009/05/12/situgintung-sesudah-2-april-2009/
Tangerang Selatan. “Sejarah Kota Tangerang Selatan”. Artikel diakses
pada 28 Juni 2011 dari http://www.tangerangselatankota.go.id/
3. Daftar Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Bongas (Wakil Ketua RT 001/08), Gintung, 15
April 2011 Siang Hari
Wawancara pribadi dengan Informan (Warga sekitar Situ Gintung),
Gintung, 16 Maret 2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Istri Shodiqin (Warga RT 001/08), Gintung,
19 Mei 2011 Malam Hari
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 28 April
2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 2 Mei 2011
Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 8 Mei 2011
Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Iyok (Ketua RT 002/08), Gintung, 11 Mei
2011 Sore Hari
Wawancara Pribadi dengan Lamro S. (Bagian Kessos Pemerintah Daerah
Tangerang Selatan), Pamulang, 28 Juni 2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Nana (Ketua RT 004/08), Gintung, 28 April
2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 14
April 2011 Malam Hari
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 26
April 2011 Malam Hari
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 8
Mei 2011 Malam Hari
Wawancara Pribadi dengan Shodiqin (Keamanan RT 001/08), Gintung, 11
Mei 2011 Malam Hari
Wawancara Pribadi dengan Suhaini, Sumarni dan Aminah (Warga RT
004/08), Gintung, 11 Mei 2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Suhaini dan Sumarni (Warga RT 004/08),
Gintung, 19 Mei 2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 2 Mei
2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 8 Mei
2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Sumarno (Ketua RT 003/08), Gintung, 11 Mei
2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung,
Maret 2011 Siang Hari
Wawancara Pribadi dengan Tommy (Penasehat RT 001/08), Gintung, 30
April 2011 Malam Hari
Wawancara Pribadi dengan Yudi (Ketua RT 001/08), Gintung, 28 April
2011 Malam Hari
LAMPIRAN
1.
Data Penduduk
DATA WARGA TETAP RT 01/08 TAHUN 2010-2013
Jenis Kelamin
No
Jumlah
1
Laki-Laki
Perempuan
96
102
198
DATA KEPALA KELUARGA YANG BARU RT 01/08
Jenis Kelamin
No
Jumlah
1
Laki-Laki
Perempuan
5
4
9
DATA PENDUDUK RT 03/08
Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahun Dikeluarkan KK (Kartu Keluarga)
No
1997 1998 2000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1
12
10
3
-
9
13
30
65
14
57
115
132
26
4
Jum
lah
425
2.
Data Korban Bencana Situ Gintung
Tabel Rekapitulasi Data Akhir Korban Bencana Situ Gintung
LOKASI
JUMLAH
JUMLAH
NO.
TETAP
MUSIMAN
RW
RT
KK
JIWA
1
08
01
41
123
27
14
2
08
03
62
172
20
42
3
08
04
135
381
78
57
238
676
125
113
TOTAL
Tabel Rekapitulasi Data Korban Bencana Situ Gintung berdasarkan
Pekerjaan
LOKASI
JML
NO.
W
SW
KY
MHS
L2
JML
RW
RT
KK
1
08
01
41
16
10
13
-
2
41
2
08
03
62
31
22
9
-
-
62
3
08
04
135
27
9
87
5
7
135
238
74
41
109
5
9
238
TOTAL
Keterangan:
W: Wiraswasta
SW: Swasta
KY: Karyawan
MHS: Mahasiswai
L2: Lain-lain
3. Data Kelembagaan Sosial
Susunan Kepengurusan RT 002/08 tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
a. Pelindung
: Kadus 08
Ketua Rw 08
b. Penasehat
: H M Jamal Dahlan BA
Ruslan Effendi
Darman K
Asnan Marta
c. Ketua RT
: Yok Nasiawati Nazar
d. Sekretaris
: Suhendra
e. Bendahara
: Sri Darman K
f. Kerohanian
: Sa’adah Jamal
Nani R
Een
Amin
g. PKK
: Sa’odah
Tuti
Yana
Zakiyah Ulfa
Sri W
Empoi
Lilis
h. Humas
: Ading
Iyus
i.
Kepemudaan
: Forgint 28
Struktur Organisasi RT 002/08 Desa Cirendeu
PELINDUNG
PENASEHAT
KETUA RT 002/08
BENDAHARA RT
KEROHANIAN
KEPEMUDAAN
SEKRETARIS RT
PKK
KEAMANAN
HUMAS
Wawancara dengan Informan
Identitas Informan:
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
: H. Su’aib
: 78 tahun
: Kp. Gintung RT 01 RW 08 Cirendeu
: Usaha Kontrakan
: Kediaman Rumah H. Su’aib
: 7 April 2011, Pukul 16.00 WIB
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): saya mau ada penelitian tentang Situ Gintung. Nama Bapak?
H. Su’aib (S): Apa itu?
Azhar (A): Bapak namanya?
H. Su’aib (S): H. Su’aib
Azhar (A): Bapak kan udah lama tinggal di sini?
H. Su’aib (S): Iya, udah lama.
Azhar (A): Saya ada sedikit bertanya, tentang Situ Gintung, Situ Gintung seperti apa
sebelum jebol?
H. Su’aib (S): Apa itu? Apanya?
Azhar (A): Situ Gintungnya
H. Su’aib (S): Yah... Sebelum jebol? Lebih bagus sekarang buatannya ama dulu.
Azhar (A): Waktu itu emang kondisinya seperti apa si pak?
H. Su’aib (S): Dulu kan begini ya, di atas tu jalan besi, gede, bawahnya kolong, nih
kayak meja begini, kayak meja begitu, gitu aja udah, ama pinggirannya dipelur terus kan
ada turunan ke bawah, pelur, gitu aja, habis semuanya dibongkar.
Azhar (A): berarti bahaya juga kalo lewat situ?
H. Su’aib (S): ya dulu
Menjelaskan mengenai Situ
Gintung sebelum jebol dan
setelah
jebol
dengan
antusias.
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): bolong kayak gini
H. Su’aib (S): iya, kayak meja gitu, jadi jembatan atasnya, bawahnya kolong
Azhar (A): saya juga udah pernah ngelewatin waktu pertama kali, ngeri juga, sebelah air
sebelah warga.
H. Su’aib (S): kalo sekarang kan udah bagus, sekarang waduh udah pake pintu airnya
lain, ininya lain. Dulu si emang kalo banjir tu, kan ada kolong, naik kan air, duh nimpa,
kalo air biasa aja kan, nih kan meja begini, kan air segini, terus nimpa. Kalo kebetulan
airnya besar, penuh tuh kolong, itu yang bikin bobol gitu.
Azhar (A): udah gag kuat nahan ya?
H. Su’aib (S): iya, udah dari jaman belanda
Azhar (A): jaman belanda?
H. Su’aib (S): iya, hahahaha
Azhar (A): waktu jebol ini bapak kena efeknya atau?
H. Su’aib (S): gag kena apa2
Azhar (A): gag kena apa2, alhamdulillah.
H. Su’aib (S): yang kontrakan atas banyak, hanyut rumah-rumahnya.
Azhar (A): berarti yang orang kontrakan atas pada meninggal ya pak?
H. Su’aib (S): hmm?
Azhar (A): udah meninggal semua ya pak?
H. Su’aib (S): gag, sini mah gag ada yang meninggal.
Azhar (A): yang kontrakan atas sebelah mana ya pak?
H. Su’aib (S): ini di bawah setu, kan ada kontrakan, sebelumnya itu udah pada manjat.
Azhar (A): tapi sekarang udah pada pindah semua ya pak?
H. Su’aib (S): rumahnya hanyut, tapi orangnya selamat.
Azhar (A): iya, udah gag tinggal di sini lagi.
H. Su’aib (S): kalo rt 01 semuanya selamet.
Azhar (A): alhamdulillah
H. Su’aib (S): kalo sonoen, tuh depan pabrik tahu, ada jual rokok, ama tempat ukiran,
dibangun2in ama pabrik tahu, air itu, bedah-bedah, pada diem aja, takut yang bangunin
hanyut, akhirnya begitu anu, udah rubuh, dia hanyut, istrinya hanyut, suaminya selamet.
Suaminya selamet, kesangkut kabel, bininya dari sini ke situ gimana mau nolongin,
airnya begitu besar, datengnya baru, hanyut bininya.
Azhar (A): saya ngebayanginnya aja udah ngeri.
H. Su’aib (S): baru hamil 6 bulan, paling banyak di sono di muhammadiyah, ya di situ
banyakan mahasiswa-mahasiswa
Azhar (A): kalo di bawah ini rt berapa si pak, yang deket masjid?
H. Su’aib (S): kita rt 1
Azhar (A): sampai masjid itu rt 1 masih ya?
H. Su’aib (S): iya
Azhar (A): berarti yang selamat alhamdulillah semua warga rt 1?
H. Su’aib (S): warga rt 3, pas jalan sana kan rt 3, ya itu, kan di sana kan mahasiswa,
mangkal2 di pinggir2 selokan kan rumah mulu, jadi orang kalo setengah 5 orang-orang
tidur.
Azhar (A): yang bangun buat salat subuh aja yang bisa nyelamatin, jadi memang semua
warga rt 01 ini jadi korban tapi semua selamat.
H. Su’aib (S): selamat, rumah banyak yang hanyut.
Azhar (A): rumah hanyut, Cuma warganya aja ya..
H. Su’aib (S): Alhamdulillah, berarti udah tahu duluan, takut nanti ini, pindah, rumah
hanyut. Rumah itu gag banyakan, ada rumah kontrakan, hanyut. Ya rumah pribadi berapa
biji.
Azhar (A): Sempat ngeri juga lihat di berita kan, air, pada hanyut semua.
H. Su’aib (S): Tau ni, yang kerja udah gag ada.
Azhar (A): Iya,waktu itu peresmian ya yang hari minggu kemarin.
H. Su’aib (S): Belom
Azhar (A): Yang peresmian itu waktu hari minggu ini.
H. Su’aib (S): Umm maulid?
Azhar (A): Oiya maulid, sekalian peresmian juga.
H. Su’aib (S): Emang ada peresmian?
Azhar (A): Waktu saya dateng, ajm 9 ada dari camat ciputat timur, segala macem.
H. Su’aib (S): Ya, ya. Udah diresmikan? Belon ya?
Azhar (A): Umm, diresmikan mungkin bendungan gintung, bukan Situ Gintung lagi.
Suaranya gede bgt ya pak waktu jebol gtu?
H. Su’aib (S): Hehe, menggrubuk-grubuk. Aer aja larinya kayak apa tau.
Azhar (A): Waktu itu emang lagi sering-sering hujan dari malem ya?
H. Su’aib (S): Orang sedang anak-anak pada tidur
Azhar (A): Tiba-tiba ya
H. Su’aib (S): Setengah 5
Azhar (A): Sempet ada kabar juga, katanya sampai adzan gag selesai-selesai ya?
H. Su’aib (S): emang adzan?
Azhar (A): gag sampe selesai
H. Su’aib (S): kagak bawa hair nanaon. Haduh jak ke sono ke bawa air. Untung lari ke
kanan. Naik ke atas. Air udah sampe, kan ini pintu, ini pintu, ini pintu, dari sini air
masuk, pas jalan kemari, kedorong dia, untung lari ke depan. Kan dari sono naik ke atas,
manjat kan. Selamat dia. Kalo lari ke belakang kebawa ama air. Lagi adzan emang itu,
saya bilang, kok udah tutup, gag bawa hair nanaon, rebahan kakinya, udah kebentur. Kan
kalo diterusin lama juga. Kalo air kan dateng, masya Allah, kayak apa tau.
Azhar (A): Lari juga gag cukup ya pak? Kenceng bgt airnya ya pak?
H. Su’aib (S): Hmmm
Azhar (A): Berarti yang kena ini rt 03 sebelah mana ya?
H. Su’aib (S): Rt 03 situ
Azhar (A):deket muhammadiyah ya ?
H. Su’aib (S): iya
Azhar (A): saya sempet nanya ama ketua rt, yang udah pindah.
H. Su’aib (S): ya?
Azhar (A): yang warga jadi korban, tp udah pindah, cuman tidak mencantumkan alamat
yang lengkap gitu pak. Jadi cuman bilang, ke reni, ke kedaung, sedangkan reni kedaung
gag sepetak kecil gtu, gede. Jadi saya mau ke sananya, waduh ada berapa rt ini saya
harus.. mungkin segitu aja pak saya mau nanya-nanya. Mungkin bapak bisa gag, dalam
beberapa hari ke depan saya ke rumah bapak lagi untuk nanya-nanya. Ga apa-apa pak?
H. Su’aib (S): Ya kadang-kadang saya, pergi-pergian.
Azhar (A): Kalo bapak emg setiap hari apa perginya?
H. Su’aib (S): Ya saya si gag tentu, ya orang.... hehe kuli.
Azhar (A): Ya gpp, nanti kalo misalnya sempet, kalo gag ada bapak, ya gpp, saya bisa ke
yang lain
H. Su’aib (S): Kalo saya mah apa adanya. Buat nambahin ya enggak, apa adanya aja.
Bagi saya, emang waktu itu, waktu subuh, mau adzan si, tau air udah gede, udah,
akhirnya sembahyang subuh udah siang, ketakutan.
Azhar (A): yang saya ngeri, sebelumnya ada rumah di bawah, udah hilang
H. Su’aib (S): itu rumah di bawah ya, ada 3, pabrik tahu, pabrik tahu kan hanyut
Azhar (A): makanya dulu kan saya pernah ke rumah warga juga, nanya-nanya kan?
H. Su’aib (S): udah pernah ya?
Azhar (A): dulu sebelum jebol, waktu ke rumah temen, nanya-nanya rumah temen. Saya
juga agak ngeri-ngeri ni ke bawah, bendungan, ngeri juga dalam hati.
H. Su’aib (S): kalo dulu. Kalo sekarang permanen banget dah
Azhar (A): udah permanen, udah bagus.
H. Su’aib (S): kalo dulu, maap aja, kayak meja gini. Pas jalan di atas, di bawahnya,
kolongnya air.
Azhar (A): nah di situ saya ngeri.
H. Su’aib (S): ya begitu, kalo air gede, ya kita lewat, lewat aja dulu.
Azhar (A): Cuman kena airnya doang sedikit. Ada tersapu sedikit.
H. Su’aib (S): Ada besinya kan gede. Besi gedenya, asal apa aja rontok, bobol, semua
ngumpul, ya jublek.
Azhar (A): Yaudah pak itu aja mau nanya
H. Su’aib (S): Ini dari mana?
Azhar (A): Mahasiswa uin, pak. Saya mau ada penelitian Situ Gintung. Saya tadi mau
ketemu pak iqin, cuman saya ketok berapa kali..
H. Su’aib (S): Mas iqin ini? Kenal ama mas iqin?
Azhar (A): Gag, saya disaranin ama pak rt. Coba ketemu pak iqin. Dia udah lama tinggal
di Situ Gintung.
H. Su’aib (S): Ya, saya boleh juga si.
Azhar (A): saya udah ketok 10 kali. Tapi kayaknya orangnya lagi pergi
H. Su’aib (S): Lagi pergi.
Azhar (A): malam mungkin ada ya pak ya?
H. Su’aib (S): ada.
Azhar (A): yaudah itu aja, makasih banyak nie bapak.
H. Su’aib (S): sama-sama.
Azhar (A): udah ganggu begini.
Interviewer
Interview
Azhar Firdaus
H. Su’aib
Identitas Informan:
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
: Bongas
: 39 tahun
: Kp. Gintung RT 01 RW 08
: Buka Usaha
: Kediaman Rumah Bapak Bongas
:
1. 8 April 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): Begini, pak. Saya dari mahasiswa UIN. Mau penelitian mengenai Situ
Gintung untuk skripsi saya.
Bapak Bongas (B): Iya.
Azhar (A): saya mau menanyakan beberapa hal mengenai Situ Gintung.
Bapak Bongas (B): oh iya, silahkan.
Azhar (A): bapak udah lama tinggal di sini ya pak?
Bapak Bongas (B): iya, udah lama.
Azhar (A): saya sempet denger dari pak iqin, katanya waktu jebol ada penampakan.
Bapak Bongas (B): saya sendiri yang tinggal di sini, saya begadang semaleman, sehari
semalem, pas mau jebol aja, gag pernah saya lihat apa-apa. Biasa2 aja. Kecuali kalo ad
aorang “oh.. putih.”
Azhar (A): halusinasi aja ya pak.
Bapak Bongas (B): saya begadang ampe jebol, saya. Gag ada apa2. Cuma kata2 orang
aja yang bisa bisa, cuman pengen ngerame-ramein ada penampakan lah, ini lah, itu lah.
Azhar (A): haha, makanya saya juga mau klarifikasi lagi.
Bapak Bongas (B): ini semua karena bencana. Bencana siapa yang mau tahu? Gag ada
yang tahu kan
Bapak
Bongas
menceritakan
secara
singkat apa yang saya
tanya,
langsung
ke
sasaran, tidak keluar ke
mana-mana.
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): iya, Allah aja yang tahu.
Bapak Bongas (B): iya, ada penampakan begini, begini, begini. Wah..
Azhar (A): Iya, bapak kira-kira bisa gag kalo misalnya beberapa waktu kemudian saya
wawancara lagi?
Bapak Bongas (B): Ya, boleh. Boleh-boleh aja.
Azhar (A): Bapak di sini terus ya?
Bapak Bongas (B): Iya, saya jualan di sini.
Azhar (A): td saya juga udah ketemu istrinya, katanya lg tidur, waktu tadi, jam berapa.
Yaudah pak itu aja.
Bapak Bongas (B): ya banyak anak-anak mahasiswa uin yang bikin skripsi datengnya
kemari. Dari bandung, dari mana, datengnya ke saya, akan saya jelasin apa adanya.
Azhar (A): Yaudah deh pak. Makasih banyak ni, pak.
Bapak Bongas (B): sama2...
Azhar (A): Assalamualaikum, pak.
Bapak Boas (B): Waalaikum salam.
2. 15 April 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): pak
Bapak Bongas (B): apa lagi?
Azhar (A): saya mau nanya-nanya sedikit lagi, pak
Bapak Bongas (B): nanya apa lagi?
Azhar (A): boleh kan pak?
Bapak Bongas (B): gag
Azhar (A): hehehe. Kan emang skripsi saya tentang sosial. Kalo bapak itu setiap
harinya ketemu siapa aja si pak kalo di tetangga.
Bapak
Bongas
menceritakan
secara
singkat apa yang saya
tanya,
langsung
ke
sasaran, tidak keluar ke
mana-mana.
PERSONAL
JOURNAL
Bapak Bongas (B): kalo di mana?
Azhar (A): kalo bapak ketemu tetangga itu setiap harinya ketemu siapa aja?
Bapak Bongas (B): ya ketemunya orang ya ketemu. Dateng kemari.
Azhar (A): Oh yang dateng kemari aja.
Bapak Bongas (B): oh iya, saya gag ke tetangga. Malah tetangga kemari.
Azhar (A): oh, biasanya apa si pak yang dibicarakan?
Bapak Bongas (B): ya apa yang dibicarakan, banyak macem2.
Azhar (A): kegiatan biasa aja, sehari-hari.
Bapak Bongas (B): ya iya. Kegiatan sehari-hari, pendapatan dagang, kalo ada dagang
yang diomongin, gag ada masalah2 lain.
Azhar (A): terus kalo misalnya ada kegiatan gotong royong atau apa, semua warga ikut
semua?
Bapak Bongas (B): ikut.
Azhar (A): terakhir gotong royong kapan ya pak? Kerja bakti apa gitu?
Bapak Bongas (B): kerja bakti, kemarin kita ngadain kerja bakti. Gotong royongnya
jarang.
Azhar (A): yaudah segitu aja, pak.
Bapak Bongas (B): oh iya.
Interviewer
Azhar Firdaus
Interview
Bapak Bongas
Identitas Informan:
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
: Bapak Lamro S.
: 40 tahun
: Perumahan PU Kelapa Dua Kabupaten Tangerang Selatan
: Bagian Kessos Pemda Tangerang Selatan
: Kantor Pemerintah Daerah Tangerang Selatan
: 28 Juni 2011
VERBATIM
Azhar (A): kira-kira kan ada kiat langsung dari pemerintah tangerang selatan untuk
memperbaiki tanggul itu, kata masyarakat kan ada yang rusak.
Bapak Lamro (L): ini kamu tahunya dari mana, kepada yang terhormat bagian kessos
pemerintah daerah.. kok tahu?
Azhar (A): iya saya tahu dari ams tommy di warga sekitar situ. Kalo misalnya bantuan
dana itu kira2 disalurkannya seperti apa? Dalam bentuk apa?
Bapak Lamro (L): yg mau anda tanyakan dalam skripsimu itu apa?
Azhar (A): peran pemerintah daerah tangerang selatan ketika itu.
Bapak Lamro (L): mengayomi, melindungi, membantu, banyak perannya.
Azhar (A): ketika bantuan itu sudah disalurkan semua?
Bapak Lamro (L): sudah. Sudah disalurin.
Azhar (A): kepada korban semuanya?
Bapak Lamro (L): jangankan korban, yg gag korban aja kebagian.
Azhar (A): tapi kalo untuk masalah perbaikan itu, bagaimana tadi?
Bapak Lamro (L): sudah. Sebelum jebol sudah. Sudah ada perbaikan. Sudah ada
peringatan.
Azhar (A): tapi di bawah tangga itu sebelum jebol, memang boleh dibangun pemukiman
apa enggak?
Bapak Lamro (L): gag boleh. Kesadaran warga. Contoh, kan sudah ada aturan, bangun
INFERENCE
PERSONAL
JOURNAL
rumah, 10 meter kiri kanan di jalan, lintasan rel kereta api. Banyak gak yang bangun?
Azhar (A): banyak
Bapak Lamro (L): kalo nabrak, salah gag?
Azhar (A): ya gag juga salah, salahnya dari warga, kan ada peraturan.
Bapak Lamro (L): sebaliknya gitu, situ gintung adalah situ yang di atas permukaan tanah.
Sekarang jangankan bertempat tinggal di situ, main sekitar situ aja, khawatir gag?
Azhar (A): khawatir.
Bapak Lamro (L): apalagi bertempat tinggal. Sekarang yang anda mau tanyakan itu
untuk bahan skripsi itu apa?
Azhar (A): saya udah nanya kan, bantuan pemerintah, sama perbaikan tanggul itu. Segitu
doing.
Bapak Lamro (L): jadi pemerintah, pemerintah daerah. Jadi gini, dek. Biar adek tahu
sejarahnya. Sejarahnya situ gintung itu, kita pemerintah kota tangerang selatan baru
dibentuk, tahun 2008. Pemerintah kota tangsel baru dibentuk bulan januari 2008.
Tadinya apa?
Azhar (A): tangerang pusat.
Bapak Lamro (L): kabupaten tangerang. Terus dimekarin, tapi dalam skripsi kamu, harus
dijelaskan kronologisnya dulu. Kronologis ceritanya, kabupaten tangerang dimekarkan
menjadi dua. Satu kota tangerang selatan, yang terbentuk berdasarkan undang undang
nomor 51 tahun 2008. Itu di bulan januari 2008. Terbentuknya kota tangerang selatan.
Azhar (A): tapi bukannya tragedy itu terjadi tahun 2009, pak?
Bapak Lamron (L): ah salah kali kamu. Kamu yang salah apa bapak yang salah.
Azhar (A): ya nanti saya cek lagi, pak. Jadi 3 bulan baru.
Azhar (A): 3 bulan baru.
Bapak Lamro (L): baru 3 bulan, kebol situ gintung. Gimana nanganinnya itu?
Azhar (A): kalo jadi saya, juga bingung. Memang kabupaten tangerang yang sudah
memperbaiki.
Bapak Lamro (L): terus diterusin.
Azhar (A): diterusin sama tangerang selatan.
Bapak Lamro (L): kronologisnya dulu, ceritakan dulu asal muasalnya, pemerintahannya,
peralihan, pemerintahan, dari kabupaten ke kota, pemekaran istilahnya. Pemerintahnya
itu baru terbentuk, sudah terjadi musibah nasional. Akibat situ gintung itu berakibat
ekonomi masyarakat.
Interviewer
Azhar Firdaus
Interview
Bapak Lamro S.
Identitas Informan:
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
: Nana
: 51 tahun
: Kp. Gintung RT 04 RW 08 Cirendeu Ciputat Timur
: Ketua RT 04/08 dan Keamanan
: Kediaman Rumah Bapak Nana
: 28 April 2011
VERBATIM
INFERENCE
Bapak Nana (N): kuli2 bangunan, gitu ya. Ada si beberapa orang jadi karyawan.
Menjawab dengan
singkat dan jelas
Azhar (A): bapak kira2 punya data penduduk yang rt 04 gag pak?
Bapak Nana (N): gag ada datanya mah. Buat apaan?
Azhar (A): buat di sini kan, di bab 3 ada gambaran penduduknya, penduduk situ gintungnya,
kan saya udah ke rt 1, 2, ama 3. Rt 1 saya udah dapet penduduknya, rt 2, 3 saya belum. Kalo 3
kan emang ketua rt-nya baru, si ibu yok. Jadinya dia masih mencari data2 juga, belum
diperbarui lagi. Mungkin rt 3 saya bisa dapet lagi.
Bapak Nana (N): nama2 orangnya?
Azhar (A): iya nama2 orangnya, pak.
Bapak Nana (N): susah mas kalo di sini. Di sini kebanyakan pengontrak. Pribuminya yang
punya kk, gag banyak. Di sini kebanyakan pengontrak daripada warga.
Azhar (A): tapi kalo misalnya sedikit juga data yang gag lengkap juga ga apa2.
Bapak Nana (N): gag perlu data warga kali, data warga gag perlu lah.
Azhar (A): ga, maksud saya cuman gambaran penduduknya, oh ini penduduk rt 04, penduduk
rt 03, 02, 01 gitu doang.
Bapak Nana (N): kalo data2 untuk warga si, ya sebetulnya si di sini, kebanyakan pengontrak
daripada warga.
Azhar (A): kalo boleh si, bapak bisa kasih tahu aja, berapa KK si yang tinggal di sini.
Bapak Nana (N): sekarang ni?
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): ya sekarang, atau gag pas sebelum masih ingat bapak, sebelum berapa sesudah
berapa?
Bapak Nana (N): mak, dulu KK sebelum jebol berapa mak? 97 ya? Sini sebentar mak. Kasian
ni, mau bikin skripsi dia. 97 ya? Di sini pengontrak banyak. Di depan kontrakan. Banyak
kontrakan. Ini aja berapa pintu ni. 1,2,3,4,5,6,7. 16 pintu ni satu.
Azhar (A): wah banyak banget.
Bapak Nana (N): iya. 16 pintu itu belum tentu satu orang satu pintu kan. Ada 3 ada 2.
Banyakan ya mahasiswa. Anak UMJ, sama anak UIN juga ada. Di sini mah banyak kontrakan.
Mana mamak, dek?
Azhar (A): kalo bisa si saya juga pengen fotocopy juga, pak. Nama orangnya. Kan saya udah
dapet dari pak bongas, yang wakil rt 01, datanya udah dapet, 60an.
Bapak Nana (N): kalo saya, terus terang aja, gag pernah saya data. Kalo saya data, KK-nya
aja. Gag pernah saya catet. Kalo dari pihak kelurahan, data, tinggal kasih fotokopi KK aja.
Kalo didata takutnya ada yang kelewat. Ada yang kurang. Kalo fotokopi KK kan kita bisa
lihat, siapa yang belum.
Azhar (A): Jadi, dari fotocopy KK, bapak catet di buku?
Bapak Nana (N): enggak, fotocopy KK saya kumpulin, arsip.
Azhar (A): oh bentuknya arsip?
Bapak Nana (N): hu uh.
Azhar (A): itu kalo saya fotokopi gmn pak?
Bapak Nana (N): apanya?
Azhar (A): itu, arsip bapak.
Bapak Nana (N): jangan lah fotokopi mah. Fotokopi mah jangan. Takutnya nanti, orangnya
gag terima, gmana. Saya yang kena. Sembarangan aja. Ya maaf aja ya. Kamu misalnya jatuh
di jalan, atau tercecer, atau selesai, skripsinya udah selesai, kalo di pake, kalo gag, ntar
dibuang ama kamu, masalah kan.
Azhar (A): saya mikirnya, bapak tuh fotokopi KK, maksudnya sudah digabung semua, bukan
bentuk KK asli, tapi udah ditulis sama bapak.
Bapak Nana (N): enggak, per lembar, per KK.
Azhar (A): saya juga minta maaf. Paling hanya jumlahnya aja.
Bapak Nana (N): yang kena musibah 57 pintu, kontrakan doang, belum ama warga. Ada
berapa mak? KK. Yang kena musibah 97 ya? 97 dah.
Azhar (A): Setelah musibah?
Istri Bapak Nana (IN): Setelah musibah mah banyak, ada 100. Nambah2 dikit. 119-an.
Bapak Nana (N): hapal kan?
Azhar (A): hapal. 97 sama 119 KK.
Bapak Nana (N): catat aja.
Azhar (A): gag, saya rekam, jadi saya tinggal didengerin ditulis lagi.
Bapak Nana (N): hahahahaha.
Azhar (A): saya takutnya lupa gitu. Yaudah deh pak segitu aja. Bapak capek banget.
Bapak Nana (N): masalah sosial sudah saya sampaikan. Tinggal kamu, jangan ngaco
kesimpulannya.
Azhar (A): jadi kalo menurut bapak sosialnya sebelum jebol itu agak lumayan, setelah jebol
saya bisa...
Bapak Nana (N): yah setelah jebol ibarat kata, agak berkurang karena warga banyak, satu ada
yang pindah, dalam arti berkurang bukan dari sifat negatif.
Azhar (A): tapi masih ada lah kerja bakti.
Bapak Nana (N): masih.
Azhar (A):walaupun sebelum atau sesudah itu masih.
Bapak Nana (N): kecuali dampak ekonominya. Memang sebelum kena musibah, di sini
banyakannya harian lepas, kayak kuli2 bangunan gitu lah. Kalaupun ada pegawai, juga
beberapa orang. PNS ada satu. Yang kena musibah itu yang PNS. Guru dia. Guru SD. Guru
Agama SD. Yang lainnya, yang swasta, berapa orang. Yang swasta, di swalayan2 gitu,
banyak, banyaknya pengontrak. Pengontrak juga gag semua mahasiswa, ada yang kerja, ada
yang kuliah. Cuman pada umumnya, yang kuliah di muhammadiyah. Mahasiswa UIN gag ada
ya?
Gag, UMJ.
Azhar (A): tapi yang guru SD, sekarang masih ngajar juga?
Bapak Nana (N): masih. Saya kan di sini baru mas.
Azhar (A): berapa tahun?
Bapak Nana (N): gag, maksudnya tinggal di sini. Rumah saya di bawah, kena musibah juga.
Azhar (A): tapi udah sempet ngungsi juga ya pak?
Istri Bapak Nana (IN): Atas genteng, lantai 3.
Bapak Nana (N): saya, pak kadus, kena musibah. Wakil rt. Ni sebelah juga wakil rt. Ni baru di
sini, habis satu setengah saya tinggal di sini. Tadinya di bawah, tempat saya.
Azhar (A): kena air semua itu?
Bapak Nana (N): iya. Rumah orangtua saya hancur, rubuh. Rumah saya juga. Makanya kamu
saya bilangin, saya kasih masukan, saya kasih saran, bikin kesimpulannya yang jelas, gitu lho.
Jangan ngira-ngira.
Azhar (A): iya, sesuai dengan data yang saya dapet.
Bapak Nana (N): karena apa? Karena kalo kamu jelasin nanti, ada salah satu permasalahan
nanti, karena ada dosen pembimbing yang terjun kemari. Yang ibu itu sama pak siapa? Lupa
lagi. Dua orang lah pokoknya. UIN. Makanya dia di situ sebagai apa gitu. Siapa dulu
namanya, deon-deon gitu. Nama aslinya siapa gitu. Ada dulu anak UIN ada 7 orang.
Azhar (A): yang pas 2009 itu?
Bapak Nana (N): hu uh, yang bikin acara agustusan itu, 7 orang. Takutnya nanti kesimpulan
dalam skripsi masalah situ gintung.
Begitu lagi.Lupa namanya
Azhar (A): pembimbing saya pak tantan
Istri Bapak Nana (IN): Oh laki ya.
Azhar (A): pak tantan hermansah. Yaudah deh pak segitu aja.
Bapak Nana (N): terus korbannya di sini kalo mau tahu, semuanya 91, yang meninggal. Yang
ketemu cuman 87, yang 4 gag ketemu.
Interviewer
Interview
Azhar Firdaus
Bapak Nana
Identitas Informan:
Nama
: Shodiqin dan Istri
Usia
: 59 tahun (Shodiqin) dan 54 tahun (Istri)
Alamat
: Kp. Gintung RT 01 RW 08 Cirendeu Tangsel
Pekerjaan
: Keamanaan RT 001/08
Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Shodiqin
Waktu Wawancara :
1. 7 April 2011, Pukul 20.00 WIB
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): Tadi saya siang ke sini, pak
Sodiqin (S): Bapak lagi jaga di sini lingkungan rt rw, bapak kan keamanan di sini. 22
tahun di sini. Kalo dijadiin angkatan udah jendral ini.
Azhar (A): Hahaha, jadi jendral.
Sodiqin (S): Iya, kalo di ABRI.
Azhar (A): bapak emang hansipnya sebelah mana aja, pak?
Sodiqin (S): ya di sini aja, dek.
Azhar (A): di rt ini aja?
Sodiqin (S): iya, 22 tahun.
Azhar (A): lama banget itu pak.
Sodiqin (S): bener2 bapak kepake terus, alhamdulillah. Sampe 3 kali ganti lurah
Azhar (A): cuman bapak doang yang hansip di sini atau?
Sodiqin (S): saya, saya sendiri. Yang baru ada noh ada dua bulan kali. Jadi teman bapak
kan dua-duanya barengan udah meninggal
Azhar (A): karena jebol ini ya pak?
Sodiqin (S): enggak, penyakit. Yg satu ganti, meninggal. Orangtua meninggal, Cuma
bapak doang sendiri. Alhamdulillah udah panjang umur. Temen2 bapak yang satu di
sini udah meninggal dua orang. Cuman bapak yang alhamdulillah dipanjangin umur.
Bapak Iqin dan istrinya
bercerita mengenai Situ
Gintung dengan teratur
dan apa adanya.
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): waktu itu memang ada rumah di bawah situ?
Sodiqin (S): ya rumah di bawah
Azhar (A): baru pindah ke sini waktu jebol itu?
Sodiqin (S): iya, ngontrak. Dikasih uang sama ibu gubernur, pertama, 1 tahun, 5 juta,
dikasih ama gubernur waktu itu juga, namanya juga uang sumbangan, di sini kan gag
ada, dek. namanya uang salawatan, kan lain hawanya, dek. Lain, udah kayak daun talas
begitu. Kadang2 bapak juga suka melamun, ngontrak begini. Ibu sekarang kerja, jadi
pembantu di situ dek, bank mandiri, kasian saya sm ibu, udah tua. Tapi kan, sudah
sekian, gajinya Cuma 300 sebulan. Cuma 300, dek. Ahh..buat makan gag ada. Begitu,
dipikir2 saya juga sedih, makin susah aja. Prinsip bapak lain, kalo kita begini, cobaan
dari tuhan, tuhan memberikan teguran, tuhan masih sayang sama kita. Prinsip bapak
begitu aja udah, gitu aja udah. Kita ditegur sama yang maha kuasa. Ya tahan2 begini,
lama2, ni dua bulan belum bayar kontrakan, 2 bulan, begini aja. Bapak bingung kemana
ni. Makan. Jadi, ngomong-ngomong ada apa, dek?
Azhar (A): Hah?
Sodiqin (S): Ada apa?
Azhar (A): Maksudnya?
Sodiqin (S): Ya adek kemari?
Azhar (A): Ya, saya lagi laporan akhir skripsi, disuruh dosen saya, coba cari keluarga
yang korban tapi masih selamat. Tapi yang kos2an di sebelah sini dulu tinggalnya
pernah di bawah?
Sodiqin (S): Kos2an di sini? Gag ada.
Azhar (A): Baru bapak doang, saya juga tanya ke ketua rt.
Sodiqin (S): pak yudi?
Azhar (A): iya, katanya udah pindah ke reni, seroa, kedaung.
(IS): gag jauh2 pasti
Sodiqin (S): yang masih tampil, bapak doang, gag ada lagi. Ada juga situ, yang ono noh
yang tukang ketupat sayur.
Azhar (A): ketupat sayur?
Sodiqin (S): ketupat sayur, yang di atas, wak hasan, namanya.
Azhar (A): itu juga dulu di bawah?
Sodiqin (S): iya juga, di bawah juga, rumah sendiri juga.
Azhar (A): akhirnya pindah ke sini?
Sodiqin (S): ya ngontrak juga sama. Wa’ hasan,
Azhar (A): mawa’ hasan?
Sodiqin (S): wa’hasan, wa’ enah wa’ hasan,
Azhar (A): sebelah mananya rumah rt?
Sodiqin (S): sono depan, pas di tanggul aja, kan di situ ada ketupat tahu, ketupat sayur
Istri Sodiqin (IS): iya dagang
Sodiqin (S): dagang, bedua ama dia saya.
Azhar (A): wa’ hasan...
Sodiqin (S): iya...
Azhar (A): itu kalo pagi besok ada ya?
Sodiqin (S): kalo pagi, ya justru pagi udah rame.
Azhar (A): oh dia lagi jualan ya, saya sekalian makan aja.
Sodiqin (S): waduh lumayan, mendingan, pedagang, pedagang kan begitu, dek. Kalo
orang dagang kan pasti ada harapan, kalo kuli mah kan gag ada harapan jadi jutawan.
Azhar (A): berarti ketupat sayur itu yang sebelum belokan ke kiri .
Sodiqin (S): ya pokoknya bapak tu, adek tu, langsung dari rumah pak rt, lurus aja, pas
di setu kan kelihatan orang-orang dagang ketupat sayur. Sama penderitaan dengan saya
dia, sama. Warungnya habis.
Azhar (A): Tapi keluarganya selamat?
Sodiqin (S): Alhamdulillah, kalo warga di rt 1 gag ada korban. Harta mah habis.
Darimana emang, dek?
Azhar (A): UIN, pak.
Sodiqin (S): oh UIN. Oh iya, iya. Dulu mah bukan UIN, IAIN dulu.
Azhar (A): Iya, dulu mah IAIN.
Sodiqin (S): Kenal ama pak arifin toy dong?
Azhar (A): Iya, temen ibu saya di tarbiyah.
Sodiqin (S): Arifin toy?
Azhar (A): He eh, anaknya juga waktu itu mas tommy kan.
Sodiqin (S): Mas tommy, terus, bertiga si. Kalo gag salah, putranya yang laki ada tiga.
Azhar (A): Yaudah deh pak, berarti mungkin saya bakal ke sini lagi ni, pak. mau
wawancara lebih dalem lagi. Ga apa2 pak ya?
Sodiqin (S): Iya ga apa2.
Azhar (A): Takutnya lagi ngerepotin. assalamualaikum.
Istri Shodiqin (IS): Waalaikum salam.
Shodiqin (S): Waalaikum salam.
2. Tanggal 14 April 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): Masih ada yang mau saya tanyain lagi ni, pak. Ga apa-apa?
Bapak Sodiqin (S): ya ga apa-apa, orang nanya.
Azhar (A): Gini pak, kalo misalnya kan penelitian saya judulnya sosial ya. Jadi, bapak
kalo misalkan ketemu-ketemu tetangga itu berapa kali si pak kalo dalam sehari?
Bapak Sodiqin (S): Kenapa?
Azhar (A): Tetanga, tetangga sekitar.
Bapak Sodiqin (S): sebenarnya si ya, tiap hari.
Azhar (A): Siapa aja pak?
Bapak Sodiqin (S): Sebelah, pak ujang, pak hamid. Terus.
Istri Sodiqin (IS): Egi
Bapak Sodiqin (S): Pak Joko. Ya sekitar sini aja. Kadang-kadang keluar. Ya namanya
Bapak Iqin
menceritakan dengan
santai dan mengalir.
Tidak ada raut
kecemasan di wajah pak
Iqin.
PERSONAL
JOURNAL
keamanan mah dek, ma masyarakat mah harus menyatu.
Azhar (A): itu sering banget ya ketemu?
Bapak Sodiqin (S): ya tiap hari lah. Tiap bapak mau jaga ketemu masyarakat sini.
Azhar (A): biasanya kalo ketemu itu, yang dibicarakan apa si pak?
Bapak Sodiqin (S): ya terutama ya, keluhan-keluhan. Itu namanya udah teguran. Teguran
Tuhan. Ni kita punya orangtua perempuan di rumah, kalo dibangunin gimana, ya kagag
enak, kalo ditegur, gag enak. Ya itu, tuhan juga begitu, itu namanya teguran. Kita harus
tabah. Kalau namanya manusia, kena musibah maupun penyakit, itu namanya teguran.
Tergantung kitanya, tawakkal atau enggak. Dikasih ujian, kuat gag ujian ini. Dari sabar
jadi bubur, Gag sabar jadi bubar. Ini kan bahasa orangtua begitu. Kalo sabar, jadi bubur,
kalo sabar gag kuat ya bubar.
Azhar (A): hahahaha.
Bapak Sodiqin (S): banyak renungan jadi penyakit TBC.
Azhar (A): hah?
Bapak Sodiqin (S): ya kan penyakit TBC kalo banyakan renungan mah dek
Azhar (A): kok bisa TBC?
Bapak Sodiqin (S): ya bisa juga, kalo pikiran, kan TBC, diragotin tuh pikiran. Penyakit
kan bukan dari batu, dari pikiran juga lahirnya TBC, paru-paru, jantung, pikiran.
Azhar (A): saya pernah TBC juga waktu itu
Bapak Sodiqin (S): ya pikiran, perlu banyak hiburan. Apalahi anak muda, hiburan.
Jangan banyak pikiran didalemin. Pikiran elmu mah lain. Pikiran elmu mah gimana ini
orang kok bisa, kita gag bisa. Gitu, didalemin, dihayatin, timbul terbuka nantinya
Azhar (A): Kalo manfaatnya sendiri gimana si pak
Bapak Sodiqin (S): ya?
Azhar (A): manfaatnya, bagi bapak. Apakah bapak tu, gag ada manfaatnya, cuman ada
kerugian bagi bapak.
Bapak Sodiqin (S): Kerugian si sangat besar. Sangat besar ruginya. Harta benda.
Azhar (A): Gak, maksudnya. Apakah ada untungnya pas kita silaturahimi. Ada
untungnya itu seperti apa?
Bapak Sodiqin (S): Kalo masalah silaturahmi, emang harus, dalam agama islam memang
harus silaturahmi. Gitu. Harus banyak salam sama tetangga. Assalamualaikum.
Timbulnya awet muda. Awet muda itu bukan masalah duit, kita banyakan salam,
banyakan silaturahmi, timbulnya awet muda. Kalo istilah jaman sekarang, mah sutek
Azhar (A): Sutek?
Bapak Sodiqin (S): Cepet tua
Azhar (A): hehehe
Bapak Sodiqin (S): Kalo kita kebanyakan jabat tangan sama orang, banyak
assalamualaikum. Ya timbulnya ya itu.
Azhar (A): jadi kalo bapak, masih ada gag si perasaan trauma.
Bapak Sodiqin (S): trauma udah pasti, cuman bapak gag terlalu dihayati. Ini teguran lah.
Kalo dihayati mah bisa gila. Coba kalo dibayangin waktu air dateng, harta benda hanyut,
jiwa hampir2 melayang. Ini gigi pada rontok, kena balok-balok.
Azhar (A): Kalo misalnya untuk tinggal di sini lagi, itu bapak, kan pasti walaupun tinggal
di atas, Situ Gintung udah bagus, segala macem, tapi kan kok bapak masih pengen
tinggal di sini, itu kenapa pak?
Bapak Sodiqin (S): soalnya udah menyatu, dek. Bapak dengan setu udah menyatu. Apa
menyatunya? Dari susah, biarpun ibu kerja di rumah tangga, bapak sakit juga. Tapi
alahamdulillah kita masih bisa biaya anak sekolah. Sejarah itu namanya.
Istri Sodiqin (Is): Ya punya rumah, biar gubuk2 juga
Bapak Sodiqin (S): Biar gubuk2 juga, alhamdulillah. Usaha sendiri. Tanpa dari manamana. Ada uang sedikit, tapok, semen maksudnya. Uang sedikit, pelur. Dari keringat ibu,
keringat bapak, sambil nyekolahin anak. Bapak juga dibayangin ke situ.
Azhar (A): Udah dibangun. Bayangin aja kan udah dibangun sendiri, tiba-tiba jebol.
Istri Sodiqin (IS): niatnya mah mau ningkat.
Bapak Sodiqin (S): ada duit, beli semen, tapok.
Azhar (A): tapi kan bapak waktu itu kan, tetangganya kan udah dibawa. Bapak kan
pindah ke sini, nah suasanya gimana si pak, bapak kan baru, tetangga, semuanya di sini.
Bapak Sodiqin (S): ya kalo masalah suasana mah, udah kenal ama bapak.
Azhar (A): udah kenal ya. Udah biasa.
Bapak Sodiqin (S): udah biasa. Tetangga sini, juga orang sini juga. Udah saudara sendiri.
Timbul betah juga. Cuman sayangnya bukan rumah sendiri, juga masih ngontrak,
ngontrak. Ya ngontrak satu bulan cepet, baru pecah bisul, udah nongol lagi bisulnya,
bayar lagi. Bapak si ya apa adanya dek. Terbuka. Selesai bayar kontrakan, besok makan
ikan asin lagi, kapan mau makan dagingnya kalo begini.
Azhar (A): kalo menurut bapak, bapak kan keamanan di sini, pasti udah tau udah kenal
ama masyarakat
Bapak Sodiqin (S): kenal semua
Azhar (A): menurut bapak sikap masyarakat di sini gimana pak? Apa solidaritasnya
bagus atau gimana.
Bapak Sodiqin (S): ghibah ya, banyak ama bapak. Ghibah ya, cuman ghibahnya doank.
Yah apa daya lah. Sama-sama susah. Cuman ngomong doank. Kasihan pak ya. Ya
alhamdulillah, bilang kasihan juga, namanya ikut berduka.
Azhar (A): Bisa ngeluarin unek-unek lah.
Bapak Sodiqin (S): Iya, alhamdulillah.
Azhar (A): Tapi kalo misalnya ada kegiatan, apa gitu, sosial, gotong royong.
Bapak Sodiqin (S): Udah pasti.
Azhar (A): Udah pasti masyarakat semua.
Bapak Sodiqin (S): Masyarakat mah, bapak ngarahin, ada kerja bakti, siap.
Azhar (A): Siap semua ya.
Bapak Sodiqin (S): Bapak kan di humas juga. Jadi, udah terpadu bapak di sini. Bapak si
gag mau ninggalin gintung, habis bagaimana, tanah tinggal sedikit. Habis, ada kali 2x5
meter. Lebar 2 meter panjang 5 meter ada kali.
Azhar (A): Tapi sekarang ini gag boleh dibangun lagi?
Bapak Sodiqin (S): Ya kalau luar daripada itu si gag boleh, kalo luar daripada proyek si
boleh. Cuman perencanaannya, nanti tahap ke-2, nanti gag tau deh. Tadi mau 8 juta.
Belum keluar. Kalau ama pemerintah, masih dipegang aja duit. Harapan duit, bukan
bapak aja, keluhan dek, dari masyarakat. Tahu begini, ngapain digembor-gemborkan ke
tv. Ke koran. Kalo gag, enggak.
Azhar (A): Masyarakat jadi berharap.
Bapak Sodiqin (S): Harepin. Kapan ni pak SBY. Yang 30 juta, yang 15 juta, yang 5 juta.
Uang penggantiannya. Bukan penggantian namanya, yah upah lah. Yang punya
kontrakan sekian.
Azhar (A): saya juga denger dari mas tommy, katanya banyak sertifikat tanahnya gag ada
yang keluar. Yang rumah di bawah.
Bapak Sodiqin (S): gag ada emang.
Azhar (A): waktu itu bapak sempet nyelamatin?
Bapak Sodiqin (S): kalo yang di bawah itu, terkecuali dek ya, ini yang china ini, kan
sampai bawah tanahnya, emang ada sertifikatnya, yang tingkat noh, cuma dua orang yang
punya sertifikat, dek. China ini ama bu ratna ini. Itu yang tingkat. Itu ada sertifikatnya.
Azhar (A): tapi kalo ini gag ada yang di bawah itu.
Bapak Sodiqin (S): kalo di bawah ini, udah ada. Ini kan tanah kosong ini, langsung ke
bawah tuh. Itu sertifikat. Udah sertifikat. Empang-empang itu kan, udah sertifikat.
Cuman di bawahnya dibeli sama PU. PU yang beli. Tinggal di atas doang.
3. Tanggal 26 April 2011
VERBATIM
Azhar (A): lagi nyantai aja pak?
Bapak Shodiqin (S): iya
Azhar (A): saya pengen nanya, kalo warga di sini kebanyakan sukunya apa si pak?
Daerah asalnya?
Bapak Shodiqin (S): ya campur, dek. Suku sunda, jawa, betawi
INFERENCE
Bapak Iqin menjawab
pertanyaan dengan jelas.
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): aceh juga ada di sini?
Bapak Shodiqin (S): iya, banyakan si, banyakan perantau
Azhar (A): . kebanyakan yg perantau
Bapak Shodiqin (S): iya, betawi juga mah.
Azhar (A): orang betawi itu asli di sini?
Bapak Shodiqin (S): iya.
Azhar (A): bapak dari mana?
Bapak Shodiqin (S): bapak si dari garut. Ibu dari bogor
Azhar (A): kalo misalnya organisasi2 di sini seperti apa si pak? Organisasi apa aja?
Bapak Shodiqin (S): ya organisasi...
Azhar (A): selain RT apalagi tuh pak?
Bapak Shodiqin (S): ya tahu bapak, anak muda itu. Ada anak bapak ikut organisasi.
IKGR, Ikatan Keluarga Remaja Gintung. IKGR.
Azhar (A): Siapa si ketuanya pak?
Bapak Shodiqin (S): Ketuanya kalo gag salah bopak. Di situ rumahnya. IKGR. Ikatan
Remaja Keluarga Gintung
Azhar (A): Setiap hari ngumpulnya?
Bapak Shodiqin (S): Kan begini, dek. Setiap malam minggu doang ngumpulnya, itu
pun juga, anak2 ini kan pada kerja ini semuanya, pada nganggur. Seperti pak rt di
restoran. Ada yang kerja di kuningan, cibubur. Ada ikatan organisasinya, IKGR.
Azhar (A): cuma itu doang atau ada lagi?
Bapak Shodiqin (S): ya itu ya, karang taruna emang dari dulu.
Azhar (A): bophak sebelah mana tadi?
Bapak Shodiqin (S): di sini, andi namanya. Andi namanya. Kalo panggilnya bophak.
Azhar (A): kalo gang ini keluar sana?
Bapak Shodiqin (S): ini samping musholla.
Istri Shodiqin (IS): Pas depan mushalla, yg ada pohon mangga
Bapak Shodiqin (S): yg ada halaman, di situ rumahnya. Dia si ada di rumah rutin, gag
kemana2.
Azhar (A): saya juga mau nanya, pak. Kalo misalkan, setelah kejadian jebol, kalo misal
warga sebelum kejadian jebol dan setelah jebol apakah sama kekerabatannya,
kebersamaannya?
Bapak Shodiqin (S): gotong royong, alhamdulillah
Azhar (A): walaupun sebelum jebol
Bapak Shodiqin (S): sebelum jebol emang udah ada ikatan ini. Sebelum jebol, semua
tuh pada begitu semua, pada teriak, pada anu dah, ngasih informasi, hati2, maupun
jebol pada terjun.
Azhar (A): misalnya jebol tahun 2009, misalnya sebelum tahun 2009, pada tahun 2000
sampai tahun 2008, kebersamaan memang
Bapak Shodiqin (S): terus. Gag ada berubahnya. Alhamdulillah, ikatan remaja mah
belum pernah mentah. Karena mas tommy terjun, bola serangan pentingnya. Wartawan
juga, wartawan koran. Pendekatan ke anak2 remaja, mas tommy, dekat sekali. Apapun
yang terjadi, mas tommy suka ngasih wejangan2. Nurut sama mas tommy.
Azhar (A): untuk pencarian nafkah sendiri. Misalnya warga di sini. Untuk setelah jebol
itu pencarian nafkahnya seperti apa si pak? Misalnya dia ngelakuin kerja apa?
Bapak Shodiqin (S): ya terutama si dia, kalo ada kerja bakti di lingkungan, Kompak
semua
Azhar (A): tapi kalo untuk kerja nafkah ini, untuk memenuhi kebutuhannya, setelah
jebol ama sebelum jebol apa pekerjaannya tetep sama atau berbeda?
Bapak Shodiqin (S): ya pada waktu itu kan anak2 masih sekolah, dek. Sekolah. Kan
biasa, anak2 paling parkir2 depan.
Azhar (A): Itu setelah jebol?
Bapak Shodiqin (S): Sebelum. Sebelum jeblos. Di samping itu juga, anak2 sini ya itu
aja. Udah pada lulus, karena dari biaya. Sebagian mah masih lanjut. Kuliah.
Azhar (A): Ada yang kerja.
Bapak Shodiqin (S): Banyak yang kuliah juga. Kalo melihat bapak gini anaknya, kerja.
Azhar (A): Berarti kalo misalnya ini, sebelum jebol sama setelah jebol.
Bapak Shodiqin (S): kebersamaannya sama.
Azhar (A): ada yang kerja ada yang lanjut kuliah.
Bapak Shodiqin (S): ya iya, begitu selesai jebolnya, di situ, ada kesempatan, mau
diteruskan sekolahnya, lanjut, dibiayain pemerintah.
Istri Shodiqin (IS): Dhuafa ya pak?Untuk dhuafa
Bapak Shodiqin (S): untuk dhuafa. Dari smp maupun sd, begitu juga. Terutama anak
yatim. Ya gag anak yatim kek, yang penting mau diteruskan gag.
Azhar (A): tergantung dari dirinya masing2.
Bapak Shodiqin (S): ya tergantung daripada anaknya, mau gag kuliah.
Azhar (A): tapi kalo misalnya orangtua, kayak bapak, itu pencarian nafkahnya apa
berbeda seperti pas sebelum jebol sama setelah jebol?
Bapak Shodiqin (S): ya berbeda juga dek.
Azhar (A): misalnya kayak bapak sebelum jebol, kerja seperti apa.
Bapak Shodiqin (S): bapak si sebelum jebol sesudah jebol gag ada tingkatan.
Azhar (A): tapi kalo masyarakat di sini ada tingkatan gag si pak? Kalo bapak lihat
sendiri.
Bapak Shodiqin (S): kalo masyarakat sini, dagang.
Azhar (A): jadi setelah jebol malah lebih meningkat ya?
Bapak Shodiqin (S): lebih meningkat
Azhar (A): ohh, yang wa’ enah ya.
Bapak Shodiqin (S): nah, yang wa’ enah sebetulnya si dari dulu juga emang juga bukan
main majunya, dibandingkan dengan sekarang, sekarang kan tanah orang, dek. Kalo
dulu kan tanah sendiri. Itu doang bedanya.
Azhar (A): dia harus bayar lagi.
Bapak Shodiqin (S): bayar, tiap bulan sekian sekian, ngontrak. Sekarang mah lain, dulu
kan punya lahan sendiri, sekarang mah, itu kan tempat orang, belum rumah, belum
ngontraknya. Bukannya peningkatan, malah menurun. Uang buat kantong sendiri,
malah diberikan ke kontrakan. Bapak kan jalan 3 bulan bayar kontrakan. Jalan 3 bulan.
Sudah disuruh keluar. Sebulan 500 dek ni.
4. 8 Mei 2011
VERBATIM
Azhar (A): ternyata kan masih kurang juga datanya. Kalo misalnya kan bapak
keamanan, ngeliat warganya sendiri, kalo ketika mencari pekerjaan ini, apa warga itu
mencari modal dari tetangga, apakah sendiri-sendiri?
Bapak Shodiqin (S): masalah modal si gag ada, sama2 penderita.
Azhar (A): berarti kalo misalnya mau dagang itu kebanyakan modalnya dari?
Bapak Shodiqin (S): ya kan dari dhuafa tadinya, dhuafa kecewa, istilahnya banyakan
gag bisa mulangin. Boro2 untuk mulangin, buat makan aja susah, ya kecewa, dhuafa
juga kecewa. Tadi si, ada dikit2, sumbangan2. Sumbangan juga, kreatif bagus, kalo
enggak ya, ya itu kebanyakan yang gag biasa dagang, yg danga sebagian dagang, ada.
Azhar (A): tapi modalnya dari sumbangan semua.
Bapak Shodiqin (S): sumbangan tadinya. Dhuafa juga sebagian. Sumbangan sebagian.
Azhar (A): dhuafa, dompet dhuafa maksudnya?
Bapak Shodiqin (S): iya. Ilang. Akhirnya kebanyakan pada habis. Dompet dhuafa
tergantung-gantung. Jadi gag dipercaya lagi.
Azhar (A): tapi kalo misal minjem ke tetangga itu memang?
Bapak Shodiqin (S): yah jauh.
Istri (IS): jauh deh, gag bisa diharepin.
Bapak Shodiqin (S): dari dulu, enggak ada. Sebelum gintung, sebelum jebol juga, kalo
ke tetangga gag ada.
Istri Shodiqin (IS) : susah ya pak?
Bapak Shodiqin (S): susah.
Azhar (A): tapi kalo misalnya ada yang minta pekerjaan gitu ke tetangga misalnya,
INFERENCE
Bapak Iqin menjawab
pertanyaan dengan jelas
PERSONAL
JOURNAL
tolong dong cariin pekerjaan.
Bapak Shodiqin (S): gag ada.
Azhar (A): gag ada juga itu pak?
Bapak Shodiqin (S): sebagian ada, sebagian. Ya kebanyakan ya gag ada. Tergantung
orangnya.
Azhar (A): mungkin tetangga solidaritasnya bukan karena pekerjaan tetapi karena
kebersamaannya aja
Bapak Shodiqin (S): kebersamaannya, ada kerja bakti. Cuman itu aja. Pengajian.
5. 11 Mei 2011
VERBATIM
Azhar (A): kalo misalnya untuk sekarang ini lebih banyak yang penganggur apa yang
bekerja, pak?
Bapak Shodiqin (S): kalo yang sekarang, yang bekerja itu yang gag kena musibah,
kalo yg kena musibah gag ada yang kerja.
Azhar (A): yg kena musibah gag bekerja?
Bapak Shodiqin (S): gag bekerja
Azhar (A): tapi yang..
Bapak Shodiqin (S): yang gag kena musibah udah ada 3. Yang kena, gag ada yang
kerja.
Azhar (A): tapi kira2..
Bapak Shodiqin (S): termasuk anak saya lah
Azhar (A): tapi kira2 banyakan yang kerja atau yang nganggur?
Bapak Shodiqin (S): banyakan yang nganggur. Di bawah kan banyak dek, rumah itu.
Bawah.
INFERENCE
Bapak Iqin menjawab
pertanyaan dengan jelas.
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): tapi kalo misalnya pendidikan sendiri, sebagian besar warga
pendidikannya apa si pak?
Bapak Shodiqin (S): sebagian si SMA.
Azhar (A): kalo bapak?
Bapak Shodiqin (S): kalo bapak si dulu SMEP
Azhar (A): SMEP apa?
Bapak Shodiqin (S): Sekolah Menengah Ekonomi Pertama, dulu.
Azhar (A): kalo ibu sendiri?
Bapak Shodiqin (S): SMP dia. SMP 48, sono kebayoran
Azhar (A): oh 48 yang ini.
Bapak Shodiqin (S): iya, yang bayoran.
Azhar (A): tapi kalo S1 itu jarang ya pak, S1, S2.
Bapak Shodiqin (S): kalo S1 ada, tapi orang-orang.
Azhar (A): dikit ya?
Bapak Shodiqin (S): ini, orang asli. Saudaranya ini, pak arifin toy. Pak keron ya S1.
Suci adeknya pak epeng S1 juga kerjaannya dia.
6. 19 Mei 2011
VERBATIM
Azhar (A): situ gintung pas sebelum, setelah jebol ini, minat agamanya di masyarakat
itu gmn bu? Misalnya keagamaannya masyarakatnya, sebelum jebol, apa sama aja
atau berkurang?
Istri Shodiqin (IS): ininya apa kurang ini, gag aktif di sini, mesjid ini.
Azhar (A): kok bisa bu? Tapi sebelum jebol juga sepi?
Istri Shodiqin (IS): sebelum jebol ya ibu suka ngaji.
Azhar (A): sering banyak di sini?
Istri Shodiqin (IS): iya
INFERENCE
Istri bapak Shodiqin
menjawab pertanyaan
dengan singkat dan jelas
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): jadi begitu ya.
Istri Shodiqin (IS): tadi kan senin, sekarang jadi sabtu.
Azhar (A): sabtu juga gag ada yang ikut?
Istri Shodiqin (IS): sabtu juga sepi amat, jarang yang ngaji, paling berapa orang.
Azhar (A): umm gitu.
Istri Shodiqin (IS): Paling ibu ngaji ke rt 2.
Azhar (A): ke rt 2 ibu sampe?
Istri Shodiqin (IS): iya sana, masjid sana tuh, rt 2 ibu jalan ke sana dari rumah.
Azhar (A): itu malam atau?
Istri Shodiqin (IS): siang, setengah 2
Azhar (A): kalo masyarakat di sini, situ gintung jebol karena ulah manusia, apakah
sekarang masih masyarakat peduli ama alamnya? Buang sampah pada tempatnya
atau?
Istri Shodiqin (IS): sekarang buang sampah ni, sini, ni numpuk, sebelah ini, yang ada
pohon rambutan, itu di bawah
Azhar (A): kagak diambil2 itu sampahnya, di situ aja dibuang?
Istri Shodiqin (IS): banyakan mah dari komplek.
Azhar (A): jadi bertumpuk
Istri Shodiqin (IS): tumpuk situ, kadang dibakar.
Azhar (A): kalo ibu sendiri masyarakat sendiri apakah ketika ada kesulitan atau apa,
masyarakat itu membantu langsung atau gimana tuh bu?
Istri Shodiqin (IS): gag ada kayaknya.
Azhar (A): masing-masing
Istri Shodiqin (IS): kalo orang kuliah juga, kalo ada duit, barulah.
Azhar (A): oh jadi kalo ada duitnya aja, baru di-itu-in
Istri Shodiqin (IS): iya, makanya ibu juga jarang keluar, paling ngaji aja.
Azhar (A): tapi kalo pak yudi ini, rt-nya sejak kapan, bu?
Istri Shodiqin (IS): apa?
Azhar (A): pak yudi, rt-nya dari kapan?
Istri Shodiqin (IS): kayaknya belum lama si, baru ganti. Paling pak robi
Azhar (A): sbelumnya?
Istri Shodiqin (IS): sebelumnya pak robi
Azhar (A): sampai tahun berapa itu, bu?
Istri Shodiqin (IS): lupa saya, tahunnya, belum lama si pak yudi jadi rt.
Azhar (A): umm gitu, terus kalau di sini berapa banyak bu yang kehilangan
pekerjaan? Kira2 aja bu, kehilangan pekerjaan itu banyak atau sedikit, bu? Setelah
jebol ini?
Istri Shodiqin (IS): banyak juga si.
Azhar (A): tapi itu sebagian besar dapet pekerjaan lagi atau masih nganggur?
Istri Shodiqin (IS): ada yang nganggur, ada yang kerja.
Azhar (A): sama lah jumlahnya?
Istri Shodiqin (IS): iya.
Azhar (A): kalo organisasi, paling, yang kata pak iqin, bophak, ikatan remaja pemuda
situ gintung.
Istri Shodiqin (IS): iya, bophak.
Azhar (A): sampai sekarang masih?
Istri Shodiqin (IS): masih.
Azhar (A): yaudah deh bu, itu aja.
Interviewer
Interview
Azhar Firdaus
Shodiqin
Identitas Informan:
1. Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
2. Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
3. Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
a. 11 Mei 2011
: Suhaini
: 43 tahun
: Jl. H. Dali RT 04 RW 08 No. 31
: Ibu Rumah Tangga
: Di kediaman rumah Ibu Suhaini, Sumarni dan Aminah
: Sumarni
: 50 tahun
: Jl. H. Dali RT 04 RW 08 No. 31
: Ibu Rumah Tangga
: Di kediaman rumah Ibu Suhaini, Sumarni, dan Aminah
: Aminah
: 62 tahun
: Jl. H. Dali RT 04 RW 08 No. 31
: Tidak bekerja
: Di kediaman rumah Ibu Suhaini, Sumarni, dan Aminah
:
VERBATIM
INFERENCE
Ibu Suhaini (S): tinggal di sini?
Azhar (A): dari tahun?
Ibu Suhaini (S): dari tahun
Ibu Aminah (A): dari saya kecil
Azhar (A): oh gitu.
Ibu Aminah (A): oroknya di sini, gedenya
Ibu Suhaini (S): gedenya ya, masih kecilnya di kebon kacang, gitu ya, deket belakang
sarina, jalan thamrin, terakhirnya di sini
Ibu Suhaini, Ibu Sumarni
dan Ibu Aminah semangat
menjawab
pertanyaan
peneliti.
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): Ibu namanya siapa?
Ibu Suhaini (S): saya Suhaini
Azhar (A): Kalo ibu?
Ibu Suhaini (S): Aminah. Ini mak saya
Azhar (A): Umurnya udah berapa bu sekarang?
Ibu Suhaini (S): Bangsa 75-an deh.
Azhar (A): Oh.... saya juga pengen nanya. Kalo kebersamaan di sini kayak gimana si bu?
Masyarakatnya, rt 04.
Ibu Suhaini (S): biasa aja
Azhar (A): biasa2 aja dalam arti?
Ibu Suhaini (S): maksudnya ya. Masing-masing gitu. Tapi kalo ada gotong royong, atau
kondangan atau apa, ya bersatu
Azhar (A): tapi kalo di sini pengangguran, atau masih ada yang kerja, atau gmana
masyarakatnya.
Ibu Suhaini (S): banyak dek yang pengangguran
Ibu Aminah (A): banyak yang kerja
Ibu Suhaini (S): banyak yang kerja juga, sebagian, ada yang pensiun
Azhar (A): tapi kalo pendidikan, sebagian besar di sini apa si bu?
Ibu Suhaini (S): mungkin ke bawah itu aje. Udah tahu.
Azhar (A): gag, maksudnya tiap warga ini pendidikannya.
Ibu Suhaini (S): SMA, SMP, gitu. Bahkan yang rendah, sampe SD aja gitu. Kebanyakan
kan, lagi susah gini kan, dapet bantuan. Anak saya kan yatim semua, bapaknya kan udah
lama meninggal.
Azhar (A): sakit?
Ibu Suhaini (S): iya, sakit liver
Azhar (A): tahun berapa, ibu?
Ibu Suhaini (S): tahun 2005
Azhar (A): ibu waktu situ gintung ini jebol.
Ibu Suhaini (S): ini, deket sini.
Azhar (A): tapi gag kena kan, ibu?
Ibu Suhaini (S): gag, alhamdulillah. Cuma sakitnya aja, shock gitu.
Azhar (A): tiba2 air.
Ibu Suhaini (S): iya. Air tau2 ini. Dikit lagi. Yah duduk di bangku dunk
Azhar (A): iya ga apa2 ibu.
Ibu Suhaini (S): dianggurin aja
Azhar (A): iya ga apa2. makanya saya juga gag enak juga nanya2 pak nana lagi, katanya
dia udah capek ditanya2in.
Ibu Suhaini (S): memang dek. Sekarang dia dagang.
Azhar (A): waktu itu pak nana rumahnya yang kena. Pindah baru.
Ibu Suhaini (S): ini rumah sendiri, dek. Dapet santunan gitu.
Azhar (A): dari pemerintah semua?
Ibu Suhaini (S): dapet setahun sekali. Dapet dari RCTI, SCTV, atau siapa gitu. Gag tau.
Saya kan dulu tinggal di parung panjang. Ya 30 juta.
b. 19 Mei 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): kejadian ini minat agama masyarakat itu bertambah atau sama aja?
Ibu Suhaini (S): berkurang
Azhar (A): kok berkurang, maksudnya?
Ibu Suhaini (S): banyak yang pada meninggal, gitu. Dulu kan ada apa namanya si, ngaji2
apa gitu, rutin, sekarang mah gag ada. Jadi berkurang.
Ibu Sumarni (SM): Di sini kebanyakan bayi. Bayi yang tidak ada.
Ibu Suhaini (S): di sini berkurang, ngaji di masjelis ta’lim, sekarang kagak, apa namanya
si, belum di-ini-in deh gitu, belum di-ini-in lagi pengajian, di majelis ta’lim.
Ibu Suhaini, Ibu Sumarni
dan
Ibu
Aminah
semangat
menjawab
pertanyaan peneliti.
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): tapi kalo misalnya, kan dari situ gintung, karena kesalahan manusia sendiri ya,
taoi masyarakat sini jadi peduli gag si bu sama alam?
Ibu Suhaini (S): ya begitu deh, masih banyak buang2 sampah sembarangan gitu. Masih
begitu, jorok. Kurang ini, rt-nya, gag tepat, gag kerja bakti gitu. Biasa2 aja gitu. Gag ada
kegiatan apa2 gitu.
Azhar (A): kalo misalnya hubungan antar warga sendiri, setelah ini, apa biasa2 aja
sebelum jebol atau setelah?
Ibu Suhaini (S): masjelis ta’lim apa gtu, dari rt mana2, bergabung.
Azhar (A): masih erat ya?
Ibu Aminah (A): iya, kompak gitu.
Ibu Suhaini (S): kalo kondangan apa, gotonng royong gitu.
Azhar (A): kalo masyarakat sendiri saling mengerti gag si bu? Misalnya ada kesusahan
tetangga.
Ibu Sumarni (SM): iya, iya. Kalo ada kematian apa. Ada musibah, misalnya ada pesakitan,
kita besuk gitu.
Ibu Suhaini (S): Jadi tengok rame2, gitu.
Azhar (A): Kalo perubahan struktur sendiri ada gag si bu, perubahan rt rw, setelah
kejadian. Rt ini pak nana?
Ibu Suhaini (S): iya, pak nana.
Azhar (A):emang kalo rt itu berapa tahun si bu?
Ibu Suhaini (S): 5 tahun sekali apa 3 tahun sekali.
Ibu Sumarni (SM): tapi kan kemarin pilihan, menang dia lagi.
Ibu Suhaini (S): gag ada yang mau jadi rt, puyeng jadi rt, jadi dia lagi, dia lagi.
Ibu Sumarni (SM): itu gag mau dia bapak itu, kan dua tuh rt-nya, jadi pak nana lagi yang
dipanggil.
Ibu Suhaini (S): yang terpilih dan dipilih
Ibu Aminah (A): capek jadi rt.
Ibu Sumarni (SM): pak nana lagi jadi dia.
Azhar (A): Berapa banyak si bu yang kehilangan pekerjaan lama masyarakatnya?
Ibu Suhaini (S): yah kurang tahu juga sini.
Azhar (A): jadi yang ibu tahu.
Ibu Suhaini (S): yang ibu tahu ya dari rt 1 sampe rt berapa ya? Rt 5.
Azhar (A): itu sebagian besar dapet pekerjaan baru lagi?
Ibu Suhaini (S): iya. Baru lagi pekerjaannya
Azhar (A): dapet lagi, hmm... tapi ada juga bu ya gag dapet pekerjaan lagi?
Ibu Suhaini (S): iya, pengangguran apa gitu. Banyakan yang nganggur.
Azhar (A): tapi ketika setelah jebol ini, ada tumbuh organisasi baru gag si bu? Kayak
kelompok baru buat situ gintung, yah organisasi masyarakat.
Ibu Suhaini (S): gag ada.
Azhar (A): gag ada untuk di sini?
Ibu Suhaini (S): gag ada.
Interviewer
Azhar Firdaus
Interview 1
Suhaini
Interview 2
Interview 3
Sumarni
Aminah
Identitas Informan:
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
1. 2 Mei 2011
: Sumarno
: 51 tahun
: Kp. Gintung RT 03 RW 08 No. 51 Cirendeu Tangsel
: Ketua RT 03/08
: Kediaman Rumah Sumarno
:
VERBATIM
INFERENCE
Menjawab dengan singkat
Azhar (A): Tadi kata Bu Iyok, rt 03 memang paling banyak ya warganya?
pertanyaan yang diajukan.
Bapak Sumarno (SR): Iya
Azhar (A): saya pengen tahu, pak. Kebersamaan di rt 03 seperti apa, kalau misal ada
kegiatan sosial apakah kerja bakti, pengajian, segala macem, itu masyarakatnya aktif
atau enggak?
Bapak Sumarno (SR): aktif
Azhar (A): dari semuanya itu ya?
Bapak Sumarno (SR):
Azhar (A): dari segi pekerjaan, mayoritas yang bekerja di rt 03 itu sebagai apa?
Bapak Sumarno (SR): ada yang wiraswasta, guru, pegawai
Azhar (A): tapi tidak ada perubahan ya sebelum jebol dan setelah jebol
Bapak Sumarno (SR): maksudnya perubahan apa?
Azhar (A): misalkan setalah jebol, misalnya ada rumah warga yang kena di rt 03,
jadinya dia misalnya dia dulunya usaha di rumahnya, tiba2 rumahnya hanyut, jadinya..
Bapak Sumarno (SR): tidak ada hanyut
Azhar (A): oh gag ada ya, rt 04
Bapak Sumarno (SR): rt 04
PERSONAL
JOURNAL
2. 8 Mei 2011
VERBATIM
INFERENCE
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): misalnya warga ketika mencari pekerjaan atau apapun, misalnya lagi nganggur Menjawab dengan singkat
cari pekerjaan, masyarakat apakah minta modal ama tetangga, atau cuman kasih, minta pertanyaan yang diajukan.
surat aja dari bapak, surat kelakuan baik dari rt, itu gimana pak? Kalo misalnya warga.
Bapak Sumarno (S): mau kerja di mana, maksudnya?
Azhar (A):gag misalnya warga sekitar bapak, mencari pekerjaan, menambah modal, dapet
dari uang sendiri atau?
Bapak Sumarno (S): dapet uang sendiri.
Azhar (A): oh dia gag pernah minjem ke tetangga atau apa?
Bapak Sumarno (S): minjem sendiri
Azhar (A): minjem sendiri, tetapi kalo misalnya ini, bapak punya gag, kan bapak ketua rt,
bagan organisasinya, ketua rt, sekretaris.
Bapak Sumarno (S): oh... punya.
Azhar (A): saya pengen fotokopi, boleh?
Bapak Sumarno (S): itu udah saya bagi2kan itu. Gag megang si.
Azhar (A): susunannya ketua rt, wakil
Bapak Sumarno (S): ketua rt, wakil gag ada. Jadi kan ketua rt, sekretaris, bendahara. Gitu.
Terus penasehat
Azhar (A): dibawah sekretaris ama bendahara ya penasehat?
Bapak Sumarno (S): ya.
3. 11 Mei 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): saya pengen nanya beberapa hal, kalo di rt 3 ini, untuk yang masyarakat kurang Menjawab dengan singkat
mampu itu, ada berapa ya pak masih nganggur?
pertanyaan yang diajukan.
PERSONAL
JOURNAL
Bapak Sumarno (S): banyak
Azhar (A): kira2 kalo menurut, kayak presentase warganya lah, yang nganggur ama yang
kerja itu.
Bapak Sumarno (S): kerjanya memang serabutan. Kuli bangunan, gag setiap hari gtu ya.
Asli si gag nganggur. Saya juga nganggur. Sekitar 10 orangan ada.
Azhar (A): yang nganggur itu?
Bapak Sumarno (S): iya. Tp ya kadang2, serabutan gitu lah.
Azhar (A): kalo misalnya ini pak, warga ni masyarakat, sebagian besar pendidikannya
sampe mana si pak, untuk masyarakat di rt 03 ini?
Bapak Sumarno (S): ya ada yang, minimal SMA. Saya masih data2. SMP.
Azhar (A): tetapi untuk yang SMA/S1/SD jarang ya?
Bapak Sumarno (S): ada.
Azhar (A): ada juga ya.
Bapak Sumarno (S): banyak.
Azhar (A): banyak juga. Kalo di sini ada kegiatan gotong royong kerja bakti gitu gag si
pak?
Bapak Sumarno (S): ada.
Azhar (A): itu setiap kapan aja?
Bapak Sumarno (S): ya gag pasti ya.
Azhar (A): bulan kemarin juga ada ya?
Bapak Sumarno (S): ada, kita kan tiap jumat, kalo hari jumat kan, ada hari bersih-bersih.
Azhar (A): tapi itu ikut semua kan? Kebersamaannya kuat banget?
Bapak Sumarno (S): beres2 di rumah saya aja. Bagian saya juga punya kebersihan.
Interviewer
Interview
Azhar Firdaus
Sumarno
Identitas Informan:
Nama
: Tommy
Usia
: 35 tahun
Alamat
: Kp. Gintung RT 001 RW 08
Pekerjaan
: Wiraswasta
Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Mas Tommy
Waktu Wawancara :
1. 24 Maret 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): Assalamualaikum mas tommy. Saya azhar dari mahasiswa UIN, yang mau
neliti di situ gintung. Katanya mas tommy punya foto-foto situ gintung sebelum dan
sesudah kejadian itu.
Tommy (T): Waalaikum salam. Oh iya. Saya memang punya data-datanya. Tetapi kamu
memang maunya foto yang benar-benar baru atau yang sudah lama dari situ gintung.
Mas
Tommy
menceritakannya dengan
antusias mengenai situ
gintung.
Azhar (A): Kalau memang ada yang tahun-tahun dulu, itu ga apa-apa. Tapi kalo yang baru
juga ga apa-apa.
Tommy (T). Saya di sini ada, foto-foto saya sama keluarga saya waktu tahun 1970-an.
Tapi memang saya gag berniat untuk dipublikasikan. Paling yang bisa saya kasih Cuma
foto-foto baru ini aja sebelum dan sesudah jebolnya tanggul ini. Dan saya memfoto ini
ketika tanggul dibuat sebanyak 3000 frame foto dalam waktu hampir satu tahun. Kalau
boleh tau, ngebahas apa di situ gintung?
Azhar (A): Saya mau membahas mengenai sosial ekonomi.
Tommy (T): Oh, sosial. Saya kasih saran aja ya. Coba kamu bahas mengenai BNPB,
Rusunata, dan Sertifikat Tanah. Itu bagus kalau kamu membahas semuanya. Seperti yang
Rusunata, itu sudah dibangun dan memakan biaya 9 miliar. Tetapi warga di sini belum
ada yang tahu mengenai Rusunata ini, karena belum adanya sosialisasi. Kalau sertifikat
PERSONAL
JOURNAL
tanah, warga korban di sini susah mendapat dana sebesar 1 juta rupiah untuk mengurus
surat tanah. Jadi, saya juga sekarang lagi mengurus untuk mendapatkan dana dari
pemerintah daerah untuk sertifikat tanah ini.
Azhar (A): Boleh juga mas. Kira-kira saya bisa ambil foto-foto situ gintung ini kapan ya?
Tommy (T): Habis acara tanggal 27 Maret aja ya tentang pengenalan bendungan gintung.
Kamu datang aja, siapa tahu nanti ada gambaran mengenai apa yang akan dibahas di
skripsi kamu. Saya punya temen dari Perancis, nanti saya kenalin juga ama kamu, dia juga
meneliti tentang situ gintung.
Azhar (A): Oke deh mas, nanti saya dateng ke acaranya, setelah itu saya hubungi mas lagi
buat foto-foto situ gintungnya. Terimakasih banyak mas.
Tommy (T): Ya sama2..
Azhar (A): Assalamualaikum
Tommy (T): Waalaikum salam.
2. 30 April 2011
VERBATIM
INFERENCE
Tommy (T): pa kabar?
Azhar (A): baik2.
Tommy (T): udah sampe di mana perkembangannya?
Azhar (A): perkembangan si sudah, saya lagi bab 3 udah kumpul semua, tinggal saya
analisis. Cuman ada yang eprlu saya tambahin datanya. Kan saya udah ke rt 1,2,3,4. Situ
gintung itu sebagian besar warganya sukunya apa si?
Tommy (T): bekasi, ya kan. Terus pendatang, yang punya kontrakan. Lebih banyak si
emang pendatang. Jadi pendatang, ngontrak di situ. Sudah pegang buku biru itu belum?
Azhar (A): buku yang mana? Belum kayanya.
Tommy (T): ntar dulu ya. Ini buku yang dibuat oleh media center kerjasama sama PJL.
Punya UMJ ini.
Mas
Tommy
menceritakannya dengan
antusias mengenai situ
gintung.
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): data korban apa lagi di situ?
Tommy (T): banyak itu. Korban diklasifikasi. Berdasarkan, ini pake rt ni. Berdasarkan
pekerjaan ada, korban.
Azhar (A): kalo saya fotokopi juga gpp mas?
Tommy (T): gpp, fotokopi.
Azhar (A): untuk ikatan remaja pemuda situ gintung masih berjalan atau enggak?
Tommy (T): udah enggak berjalan, makanya saya buat forum situ gintung ini, saya ketok
dari pintu ke pintu warga.
Interviewer
Azhar Firdaus
Interview
Mas Tommy
Identitas Informan:
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
: Wa’ Enah
: 52 tahun
: Kp. Gintung RT 001 RW 08
: Pedagang
: Di tempat usaha Wa’ Enah
: 8 April 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): Janji apa itu, bu?
Wa’ Enah (E): Ya katanya mau dibayar apa itu, NTB atau apa itu, ampe detik ini belum
dikasih.
Azhar (A): Menurut ibu Situ Gintung seperti apa sebelum jebol?
Wa’ Enah (E): Pak Haji tuh, Pak Haji asli sininya.
H. Rusli (R): apaan?
Wa’ Enah (E): Situ Gintung itu dulu gimana?
Azhar (A): Situ Gintung gimana si pak dulu sebelum jebol?
H. Rusli (R): Sebelum jebol atau asal mula?
Wa’ Enah (E): asal mula, kalau saya kan pendatangm bu, dek, kalau pak haji kan asli
sini.
Azhar (A): boleh asal mula boleh sebelum jebol.
H. Rusli (R): rawa-rawa.
Azhar (A): rawa-rawa? Gag sebagus ini?
H. Rusli (R): oh enggak, ini kan udah ada pemugaran ini.
Wa’ Enah (E): ini kan udah direnovasi, sayang.
Azhar (A): udah bener-bener kayak gag di kota?
H. Rusli (R): ini kan alam, kayak di taman ria atau ancol, buatan kan. Kalau ini kan
alami. Sekarang ini baru dibuatin, tanggul di situ bikinan baru.
Wa’ Enah dan Pak Haji
Rusli menceritakan dengan
semangat mengenai Situ
Gintung, yaitu asal mula
Situ Gintung sampai jebol
tanggul Situ Gintung
PERSONAL
JOURNAL
Wa’ Enah (E): karena jebol
H. Rusli (R): ini juga karena ulah tangan manusia.
Wa’ Enah (E): betul, pak.
Azhar (A): Pak Haji memang tinggal di mana sekarang?
H. Rusli (R): Depan sandratek.
Azhar (A): Sebelumnya di sini atau?
H. Rusli (R): enggak.
Azhar (A): tapi saudara bapak gak ada yang kena ini kan?
H. Rusli (R): Gak, kan karena saya jauh. Di sini alhamdulillah gak ada yang kena,
karena rt di sini tanggap pas ada detik-detik rembesan.
Azhar (A): rt 1 juga gag ada.
Wa’ Enah (E): alhamdulillah rt di sini, alhamdulillah.
H. Rusli (R): karena aparat di sini tanggep ya, pas ada tanda-tanda rembesan, jadi warga
pindah semua.
Wa’ Enah (E): pas malem jam 3, ujan, mau subuh.
H. Rusli (R): karena kebiasaan warga lihat banjirnya sungai, santai, taunya bukan
sungai.
Azhar (A): jebol itu.
Wa’ Enah (E): air langsung blek, setinggi berapa lantai itu, pak haji?
Azhar (A): kata pak iqin sampai 7 meter.
Wa’ Enah (E): air udah kayak didorong pake..
H. Rusli (R): Karena ulah tangan manusia, ini curam dulu, gag curam seperti yang baru
ini, dulu ada dataran baru turun, jadi kan tipis, ini kan rumah-rumah di bawah.
Azhar (A): Bapak pak haji siapa?
H. Rusli (R): Haji Rusli, ente tinggal di mana?
Azhar (A): UIN. Komplek UIN.
H. Rusli (R): Lama tinggal di komplek UIN?
Azhar (A): Lama pak, dari lahir.
H. Rusli (R): berarti asli situ dong ya?
Azhar (A): Iya.
H. Rusli (R): UINnya deket masjid?
Azhar (A): Iya.
H. Rusli (R): Masjid sebelah kiri?
Azhar (A): Iya.
H. Rusli (R): Yang deket rumah sakit itu ya?
Azhar (A): Iya *
Interviewer
Interview
Azhar Firdaus
Wa’ Enah
Identitas Informan:
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
1. 28 April 2011
: Ibu Iyok
: 52 tahun
: Kp. Gintung RT 02 RW 08 No. 42
: Ketua RT 02/08 dan POSYANDU
: Kediaman Rumah Ibu Yok
:
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): mungkin kan saya perlu datanya, data penduduknya ya, mislanya sebelum 2009
kalo misalnya ada, setelah 2009 juga gag apa2. Ibu kan memang sudah 10 tahun di sini.
Kalo ibu sendiri.
Bu Iyok (Y): ibu netepnya si belum 10 tahun, cuman ibu kan maksudnya masih, di kota
gitu ya, di rt si baru kemaren ya 2010. Baru 1 tahun ini gitu, jadi kalo masalah yang situ
gintung kan. Ibu juga KK sini baru loh. Baru. Jadi ibu emang pas ibu bikin KK sini, deh
gitu ya. Kan suami ibu emang orangtuanya di sini, jadi ibu ini ya rumah tinggal cuma
begitu2 aja, belum netep banget. Nah bikin ktp ibu, kk baru pindah, ya ibu pas diangkat
jadi ketua rt kemarin, gitu. Jadi belum lama ya.
Azhar (A): kalo misalnya ibu kan udah tinggal 9 tahun.
Bu Iyok (Y): kurang lebih deh.
Azhar (A): kalo menurut ibu gimana si bu kalo kebersamaan rt ini. Kalo misalnya sebelum
jebol sama setelah, apakah sama apakah tetep, apakah masih jauh berkurang atau nambah
erat?
Bu Iyok (Y): angkatan rt 2 ini gitu?
Azhar (A): rt 2 aja.
Bu Iyok (Y): rt 2 kan ibu sekitar sini ya, kalo rt 3 kan sana. Sebetulnya kan kalo ibu gag
ada sangkut pautnya ama situ gintung. Satu emang gag ada korbannya. Rumah maupun
Ibu Iyok dengan ramah
menjawab
segala
pertanyaan yang saya
ajukan.
PERSONAL
JOURNAL
orangnya, kalo rt 3 masih kena, jadi yang kena jebol situ gintung si sebetulnya, 1,2,3 eh
1,3,4. Jadi yang lebih banyak memang daripada satu tuh, imbasnya keempat yang lebih
banyak. Bawah kan tahu kan?
Azhar (A): sebelah mananya?
Bu Iyok (Y): dari sini, mesjid kan turun ke bawah, ikutin jalan situ, nah itu udah wilayah rt
4. Di situ justru yang memang yang, di rt 4. Kalo ibu si di rt 2 memang gag ada yang ini
kan jauh, gag ada yang, kalo di rt 3 masih banyak kan yang ngontrak2, itu yang pada rumah
pinggir-pinggiran situ. Jadi 1,3,4, gitu. Jadi kalo ibu, emang gag gitu, sama sekali. Kalo
adek mau ini, yang ibu bilangin gitu, ibu juga kenal ama rt-nya kan, lebih enaknya, yang
lebih banyak tahunya, rt 4. Itu bener2 yang imbasnya kan ke sana semua, yang kuburan itu
tuh. Nah itu kan daerah situ dek, bawah sini, UMJ.
Azhar (A): itu udah rt 4 semua.
Bu Iyok (Y): itu rt 4 tuh, belakang situ, ke sananya si udah poncol, rwnya 2. Kita kan rw 8,
4 rt. Jadi, ya pokoknya di situ deh yang lebih ininya. Pas turun dari sini aja deh, mesjid, tau
kan mesjid ini ya, terus ikutin jalanan aja, turun ke bawah. Lebih enak. Ibu si paling. Kalo
rt 2 ya, gmn ya, gag terlalu ini begitu aja, maksudnya. Emang kita juga gag deketan, jadi
emang gag ada sama sekali, yang membantu si membantu. Maksudnya kita buka kos2an
lagi yang jebolnya. Tapi emang kagak ada, kita korban juga kagak ada, rumah pun yang
ikut hanyut gag ada. Di bawah dulu kan banyak, rumah yang kumuh2 gitu lah, itu banyak
kontrakan2. Kalo ini si emang sama sekali gag ada, gitu. Jadi makanya, ibu gag terlalu,
memang gag ada korban gitu di rt 2. Jadi yang banyak 1, kalo korban si emang banyak di rt
4 lah. 1,3,4. Cuman yang parah ya 4, yang ampe sekarang juga kan masih banyak rumahrumah itu. Masih rt 4.
Azhar (A): ibu kalo boleh saya minta data penduduknya, saya fotokopi.
Bu Iyok (Y): oh KK?
Azhar (A): gag, data penduduk rt 02. Saya fotokopi
Bu Iyok (Y): umm, jadi gini ibu masih ini KK aja. Kira2 67 kk. Soalnya ibu juga masih
pindah dari rt yang lama gitu, kan jadi ada yang udah pindah, keluar, jadi ibu belum data-in
semua. Ya kalo kurang lebihnya 67 KK kan ad ayang juga tinggal di sini, rumah di sini,
gag punya KK. Terus ada yang KK di sini, rumahnya di rt 3. Jadi masih. Jadi ya ibu paling
belum ada lengkapnya, penduduknya berapa gitu, jadi belum, baru ya dari garis besarnya,
baru KK ni 67 KK-an kurang lebih, yang ngontrak juga didata si didata, cuman masih
gimana ya, belum rapih.
Azhar (A): pak rt 03 ini pak siapa ya?
Bu Iyok (Y): pak sumarno
Azhar (A): kemarin saya lupa nanya si
Bu Iyok (Y): kalo dia ya, emang orang lama, enak juga rt-nya. Kalo ibu kan di sini, ibu kan
dari belakang giant. Kalo di ibu, susah deh, jadi KK juga ada yang. Satu rumah ada yang
berkeluarga, lagi begitu. Kalo satu rumah, tinggal ada berapa keluarga, tapi ibu mau jangan
satu KK, tapi dalam satu rumah ada 3 KK, ya 3 Kepala Keluarga. Ibu tuh maunya begitu.
Jadi baru kurang lebih 67 KK-an deh. Penduduknya si, ada yang pindah, ada yang pindah,
tapi masih KK sini. Terus kalo KTP, udah enggak ada. Ada apa2 masih ke sini. Jadi kan,
makanya ibu lagi mau data ulang. Jadi belum ketahuan penduduknya di sini berapa. Emang
ibu belum. Itu kan musti ibu door to door deh. Jadi gag bisa KK, mendingan gitu. Susah
emang, susah banget. Kalo KK kan, tau2 keponakan, pindah. Yang ini udah tinggal di sini.
Kalo langsung ibu kasih kertas tulis. Minimal kan ibu, rumah ini, kayaknya keluarga ini,
ini, ini, jadi hapal. Kalo ini kan masih burem kayak kemarin. Jadi ada aduan, gag ada
laporan, tapi tinggal di situ, katanya 2 keluarga. Sama sekali gag ada apa, juga gag ada
laporan. Lainnya apa lagi?
Azhar (A): ibu juga kalo kebersamaan karena memang rt 2 gag jatuh korban, kebersamaan
tetep saja kuat.
Bu Iyok (Y): iya, he eh
Azhar (A): tapi kalo misal ibu liat sendiri, pola2 pencarian nafkah di sini, warganya rt 02
sebagian besar apa si bu?
Bu Iyok (Y): di rt 02 ini?
Azhar (A): he eh di ibu
Bu Iyok (Y): sebagian ya ada yang nganggur, terus ya kerja juga ada, yang kantor,
wiraswasta, macem2 deh. Kalo di rt 2ni, apalagi di dalem2, kan memang gimana ya,
warung, kebanyakan gitu. Gitu aja deh, emang sedikit dibanding sama rt 3 300 KK-an. Di
rt 3 mah banyak.
Azhar (A): 300 KK?
Bu Iyok (Y): pokoknya dia banyak si, dek. Emang belum ke sana?
Azhar (A): saya udah ke sana, cuman kan belum saya ambil data penduduknya.
Bu Iyok (Y): banyak bgt deh, kalo ibu si KK sekitar 67-an gitu. Orangnya juga belum ini
banget deh, emang lagi, ibu lagi nyusun rapi, belum, masih begitu, masih burem. Soalnya
ibu mau tuh yang pasti gitu, kan biar enak, kalau ditanya ntar, laki2 berapa, perempuan
berapa, emang belum, ibu emang lagi, lagi ngumpulin juga, ngumpulin data. Kalo di ibu
emang masih begitu deh, dek. Masih gimana ya, rw-nya juga kan warga ibu, pak darman
kan, rw 8, di depan.
Azhar (A): yaudah deh bu, itu aja. Mungkin kalo ada perlu lagi saya dateng ke sini
Bu Iyok (Y): iya, nanti kalo ada bisa ibu bantu, ibu bantu lagi.
2. 2 Mei 2011
VERBATIM
INFERENCE
Bu Iyok (Y): umpamanya dia ikut, sakit, ikut di rt 3 ni, ikut arisan, apa itu, kita ada uang
kas, nanti kita turunan gitu, serelanya kita kumpulin, kalo yg di rumah sakit, ada uang
berapa, kita bareng2 ke rumah sakit. Di sini, kayaknya kalo buat ini kita kompak, gitu,
terutama buat yang sakit, lagi diopnam gitu. Orang yang mau. Hampir seluruh si, biasa
gitu. Kalo yang sakit, kita cepet, besuk rame-rame. Jadi kita kayak umpama, ada di sini,
orang lahiran, kita gag ke rumah sakit, emang di rumah, oh yang ibu ini, ikut arisan rt,
kita sedikit, memang ada kas dari rt, terus ditambah uang kumpulan, bareng2. Kerja sama,
3, 2. Gitu, karena deket. Kalo 4 kan kita agak jauh.
Ibu Iyok dengan ramah
menjawab
segala
pertanyaan yang saya
ajukan.
PERSONAL
JOURNAL
Azhar (A): Ya agak jauh. Tapi kalo ibu liat sendiri, rt 4 kebersamaannya ya hampir sama
lah.
Bu Iyok (Y): hu um, hampir sama, kita gabung. Maksudnya juga rt 4 juga, kayak ibu juga
di posyandu. Rt 3 kan sendiri, krn ini kan banyak warganya, kalo ibu kan sedikit. Ibu tuh
gabung, posyandu sama rt 4. Pokoknya kalo masalah itu si memang kita kompak, kayak
ada pengajian, di keluarahan kek, kondangan, gitu. Kita memang bareng gitu lah. Kalo rt
1 emang kita, bukan jaga jarak ya, orangnya juga pun emang kita gag ini, gag aktif si, gag
kayak kita ni, 2,3,4 gitu. Terutama kita juga ama 3, emang berdampingan, jadi kita selalu
ada apa ya, bareng2, ada hajatan, kita bareng-bareng bantu.
Azhar (A): tapi lumayan jauh juga ya rt 1.
Bu Iyok (Y): gintung. Dari sini ni belakang ruko2 sini. Kita juga memang jarang si. Dia
juga arisan rt ama kita kayaknya gag ikut, arisan rw. Rw kita 2,3,4, rt 1 gag ada.
Azhar (A): tapi udah diundang itu?
Bu Iyok (Y): udah, kita memang undang, ya emang gag ada gitu. Jadi, yaudah lah kita
kan yang 2,3,4. Rt 1 juga memang orangnya gag ada, kita juga jadi memang jarang.
Paling juga, 3,4 lah kalo ada apa2, kita selalu bareng.
Azhar (A): tapi memang kegiatan usaha dagang kebanyakan ya?
Bu Iyok (Y): hu um.
Azhar (A): kalo kecil2 itu, kalo misalkan, sebagian besar dagang kan, kalo sebagian kecil
itu kerjanya apa si bu kalo di sini?
Bu Iyok (Y): kalo rt 2, lain dengan rt 3 ya.
Azhar (A): kalo rt 3?
Bu Iyok (Y): kayak ukir-ukiran
Azhar (A): ukir-ukiran.
Bu Iyok (Y): mungkin. Ibu juga kurang tahu si, kebanyakan memang kalo di bawah kan
pendatang, tukang sayur gitu. Kalo di ibu si, ya paling memang apa, dagang-dagang juga
di rumah. Sebagian ada yang kerja, ada yang nganggur juga. Ibu banyakan kalo di depan
mah kita kan dek, usaha ya. Kebanyakan ya paling jadi guru, gitu
Azhar (A): kalo di sini ya?
Bu Iyok (Y): hu um.
3. 8 Mei 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): kalo warga di rt 2 ini, ketika mencari pekerjaan apakah minta bantuan tetangga
atau enggak?
Ibu Iyok (Y): gag si, sendiri, paling cuman minta surat kelakuan baik dari ibu ketika
melamar pekerjaan.
Azhar (A): kalo yang dagang ini, modalnya meminta dari tetangga atau modal sendiri?
Ibu Iyok (Y): modal sendiri si, entah dari saudara atau yang lainnya.
Ibu Iyok dengan santai
dan teratur menjawab
pertanyaan yang peneliti
ajukan
PERSONAL
JOURNAL
4. 11 Mei 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): kalo warga di sini ni, lebih banyak yang nganggur atau kerja di rt 02
Ibu Iyok (Y): di rt 02?
Azhar (A): he eh
Ibu Iyok (Y): banyakan si kerja deh, mungkin, yg ibu lihat si gitu, kerja paling, yang
nganggur, beberapa si. Banyak juga. Kerja deh kayaknya sebagian mah, masih banyak
yang kerja.
Azhar (A): presentasinya berapa tuh bu kira2?
Ibu Iyok (Y): dari keseluruhan, ibu si gag tau. Tapi lebih banyak yang kerja deh dari yang
nganggur kayaknya, bisa dihitung kayaknya.
Azhar (A): tapi kalo di sini ada kegiatan gotong royong bu, di rt ibu? Kayak kerja bakti
Ibu Iyok dengan santai dan
teratur
menjawab
pertanyaan yang peneliti
ajukan
PERSONAL
JOURNAL
gitu
Ibu Iyok (Y): iya
Azhar (A): itu berapa bulan sekali bu?
Ibu Iyok (Y): ininya si kalo umpama itu ya, paling, yang diutamakan, mau puasa, agustus,
harusnya si memang sebulan sekali. Cuman si kita kayaknya, emg bukannya gag ada gitu,
ya ada cuman, terutama ya kita masing-masing lah, kiri kanan ya kayak rumah gitu kita,
biasa kan kalo nyapu, apa, jadi mah sendiri-sendiri udah bersih juga kan, kiri kanan, bersih
gitu, paling kalo ada apa gitu, baru. Kerja bakti kita juga wilayahnya kecil si ya. Kan
sebelah giant pak rw, gang situ, gang sini ke sana, udah 3 kan. Jadi gag terlalu. Terus yang
depan giant kan jalan raya, itu yang bu rw masuk sebelah kanan, jadi kayaknya kerja bakti
paling kalo mau puasa.
Azhar (A): masyarakat ikut serta semua?
Ibu Iyok (Y): hu um, alhamdulillah, gotong royongnya masih. Ibu bilang si enaknya
begitu, akrab, ibu-ibu juga di pengajian cepet, ada apa2, bapak-bapak juga.
Azhar (A): tapi kalo pendidikan warga sendiri, minimal warganya pendidikannya sampe
apa bu? Sampe sma?
Ibu Iyok (Y): SMA ya. Paling. Ibu kan memang belum. Makanya ibu bilang kan, ibu ya
baru gitu, jadi belum terlalu ngedetail warga yang, kasarnya gitu, belum tahu sepenuhnya
remaja lakinya berapa, berapa, ibu si belom gitu. Tapi si, Kebanyakan si sekolah. SMA,
gitu. Kayaknya gag ada yang gag sekolah si gitu.
Interviewer
Interview
Azhar Firdaus
Ibu Iyok
Identitas Informan:
Nama
: Yudi
Usia
: 36 tahun
Alamat
: Kp. Gintung RT 001 RW 08
Pekerjaan
: Ketua RT 01/08
Lokasi Wawancara : Kediaman Rumah Bapak Yudi
Waktu Wawancara :
1. 23 Maret 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): Assalamualaikum pak. Saya azhar mahasiswa UIN, mau minta izin untuk
melakukan penelitian mengenai dampak sosial ekonomi di sekitar situ gintung.
Pak RT (R): Nanti kamu mau wawancarai siapa aja?
Azhar (A): Warga sekitar situ gintung yang kena dampak dari jebolnya tanggul situ
gintung.
Pak RT (R): Sebentar ya, saya tanda tangan dan cap dulu suratnya.
Pak RT (R): Ini, udah saya tanda tangan dan cap suratnya. Nanti kalau wawancara, bawa
aja surat yang ini.
Azhar (A): Terima kasih banyak, pak. Kira-kira bapak punya foto mengenai situ gintung
sebelum jebol?
Pak RT (R): Saya gag punya, coba ke mas tommy, rumahnya di seberang ni!, dia yang
punya data-data foto mengenai situ gintung sebelum dan sesudah jebol. Bapaknya juga
ngajar di UIN namanya Bapak Zainal Arifin Toy.
Azhar (A): Umm gtu, kira-kira mas Tommy ada di rumah jam berapa ya?
Pak RT (R): Ya siangan lah mas Tommy udah di rumah..
Azhar (A): Oke deh pak. Makasih banyak. Saya pamit dulu. Assalamualaikum.
Pal RT (R): Waalaikum salam.
Pak Yudi sangat baik
untuk membantu saya
dalam penelitian dan pak
yudi
menceritakan
mengenai info tentang
foto situ gintung yang
dimiliki oleh tetangganya
dengan nyaman.
PERSONAL
JOURNAL
2. 28 April 2011
VERBATIM
INFERENCE
Bapak Yudi (Y): nanya apa lagi?
Azhar (A): gak, pak. Kemarin saya udah ketemu pak bongas. Dia adanya data penduduk,
cuman dari 2009 sampai sekarang. Saya mau nanya sebelum 2009.
Bapak Yudi (Y): gag ada.
Azhar (A): oh emang gag ada ya pak.
Bapak Yudi (Y): karena pengadaan data itu dari rt sebelumnya Cuma yang ada itu doang.
Dari rt sebelumnya gag data2 penduduk yang sebelum 2009. Data ulang ya itu yang
adanya. Jadi kita itungnya pusat, kalo untuk data2 penduduk kayak korban, korban yang
udah pindah, korban yang masih di sini. Gitu.
Azhar (A): kemarin kan nanya ke pak iqin. Ada ikatan remaja pemuda situ gintung. Itu
emang ketuanya bophak ya?
Bapak Yudi (Y): hu um
Azhar (A): tinggal di mana si pak?
Bapak Yudi (Y): ya tinggalnya di deket mushalla.
Azhar (A): mushalla yang bawah itu?
Bapak Yudi (Y): situ mau nyari apa lagi?
Azhar (A): saya mau nyari ada organisasinya. Saya pengen tahu organisasinya, pemuda2
gitu. Saya mau nanya tentang visi misinya.
Bapak Yudi (Y): kalo mau lebih enak, kan saya udah bilang. Ke tommy langsung. Kalo ke
tommy langsung, itu mungkin data2 korban, masalah kepemudaan, dia lebih tahu. Jadi
mau nanya apa juga, dia lebih tahu. Kalo masalah situ gintung, karena memang waktu
tanggul jebol, dia yang berperan. Terus masalah kepemudaan, dia yang berperan. Jadi
nanya apapun, ama dia pasti dia tahu. Jadi itu dia memang salah satu dari penasehat saya.
Azhar (A): yaudah deh pak itu aja.
Bapak Yudi membantu
dengan baik data yang
dibutuhkan
dan
menjawab dengan jelas.
PERSONAL
JOURNAL
Interviewer
Interview
Azhar Firdaus
Bapak Yudi
Identitas Informan:
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
: Narasumber 1
:: Sekitar Situ Gintung
: Tukang Bangunan
: Sekitar tanggul Situ Gintung
: 16 Maret 2011
VERBATIM
Azhar (A): Assalamualaikum pak.. Bapak tinggal di sini?
Narasumber 1 (N1): Iya, ada apa ya mas?
Azhar (A): Begini, pak. Saya mahasiswa UIN yang mau mengadakan penelitian di situ
gintung.
Narasumber 1 (N1): Oh gitu. Saya juga tinggal ama anak saya, kuliah juga. Itu buat apa?
Azhar (A): buat penelitian skripsi saya, pak..
Narasumber 1 (N1): Oh....
Azhar (A): Kira-kira saluran air di situ gintung menuju ke mana ya pak?
Narasumber 1 (N1): saluran air ini sampai petukangan, dan bendungan ini juga dibangun
jadi lebih bagus, karena udah dibangun saluran airnya.
Azhar (A): Kalau kegiatan sosial ekonominya di sini, vaik itu sebelum jebol tanggul situ
INFERENCE
Merasa kaget, pertama
kali ditanya mengenai situ
gintung, kemudian mulai
enak bercerita ketika saya
memperkenalkan diri
sebagai mahasiswa UIN
PERSONAL
JOURNAL
Untuk studi
perubahan
sosial, waktu
tak hanya
merupakan
dimensi
universal tetapi
menjadi faktor
inti dan
menentukan.
Dalam dunia
sosial,
perubahan ada
di mana-mana.
Sumber: Buku
Sosiologi
Perubahan
gintung dan setelah jebol tanggul situ gintung seperti apa ya pak?
Sosial karangan
Piotr Sztompka
Narasumber 1 (N1): Tetep, tetep rame. Ramenya pas lagi malem-malem.
Azhar (A): Yaudah, terima kasih banyak ya pak.
Narasumber 1 (N1): Ya, sama-sama.
Interviewer
Interview
Azhar Firdaus
Narasumber 1
Identitas Informan:
Nama
Usia
Alamat
Pekerjaan
Lokasi Wawancara
Waktu Wawancara
: Narasumber 2
:: Kp. Gintung RT 01 RW 08
: Buka Usaha
: Tempat Usaha Narasumber 2
: 16 Maret 2011
VERBATIM
INFERENCE
Azhar (A): Permisi ibu, saya dari mahasiswa UIN yang mau mengadakan penelitian di Reaksi ibu ini pertama
sekitar situ gintung. Kira-kira ibu punya foto-foto situ gintung waktu sebelum jebol?
kali merasa kaget, tetapi
ketika saya
Narasumber 2 (N2): Duh, foto-fotonya udah kena lumpur, jadinya udah gag ada lagi.
memperkenalkan diri
sebagai mahasiswa UIN
Azhar (A): Umm gitu, tapi ibu tahu tetangga ibu yang masih punya foto-foto situ gintung
yang melakukan
yang dulu?
penelitian di situ gintung,
ibu itu langsung merasa
Narasumber 2 (N2): Wah, saya gak tahu.
nyaman untuk menjawab
Azhar (A): Yaudah, terima kasih bu.
pertanyaan saya.
Interviewer
Interview
Azhar Firdaus
Narasumber 2
PERSONAL
JOURNAL
Download