BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Diet
2.1.1 Pengertian Perilaku Diet
Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan
sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik
individu dengan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif,
nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian
berinteraksi juga dengan faktor-faktor lingkungan yang menentukan perilaku seseorang. Perilaku
merupakan setiap tindakan yang dipergunakan sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan
tertentu sehingga kebutuhan terpenuhi.
Menurut Hawks (2008) perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi
dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan
mempertahankan berat badan. Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan perilaku
diet adalah sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan atau kalori yang akan
dimakan dengan tujuan untuk mengurangi berat badan.
2.1.2 Aspek-aspek Perilaku Diet
Aspek diet menurut Herman dan Polivy (menurut Ruderman, 1986) terdiri dari :
a. Aspek eksternal
Aspek eskternal mencakup situasi yang berkaitan dengan cara makan dan faktor makan itu
sendiri, baik dari segi rasa, bau, dan penampilan makanan. Bagi pendiet, aspek eksternal ini akan
lebih bernilai apabila makanan yang tersedia adalah makanan yang lezat.
b. Aspek emosional
Aspek emosional menunjuk emosi yang lebih berperan dalam perilaku makan adalah emosi
negatif, seperti kecewa, cemas, depresi, dan sebagainya. Rasa cemas, rasa takut, dan khawatir
7
8
yang timbul akan melahirkan sikap yang berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang mengatasi
keadaan stres dengan tidur, melakukan berbagai aktivitas fisik seperti olah raga, jalan-jalan,
meminum minuman keras, mengkonsumsi obat-obat tertentu atau mengalihkan perhatiannya
dengan memakan makanan sesukanya. Khusus untuk memakan makanan sesukanya itu, jika
keadaan berlangsung lama dan tidak terkontrol maka akan menyebabkan dampak negatif pada
tubuh, terlebih jika makanan yang dimakan banyak mengandung kalori, karbohidrat, dan lemak
yang tinggi. Kondisi ini bisa menjadi kebiasaan makan yang salah karena dapat menaikkan berat
badan.
c. Aspek restraint
Istilah restraint menurut kamus kedokteran berarti pengekangan atau pembatasan. Aspek
restraint ini kemudian dikembangan oleh Herman dan Polvy (1998: 55) yang mengungkapkan
bahwa pola makan individu dipengaruhi oleh keseimbangan antara faktor-faktor psikologis yaitu
desakan terhadap keinginan pada makanan dan usaha secara kognitif untuk melawan keinginan
tersebut. Usaha secara kognitif inilah yang disebut restraint.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diet
Menurut Denny Santoso (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah :
1.Jenis kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi kebutuhan gizi laki-laki biasanya memerlukan kalori lebih banyak
karena mempunyai masa otot yang lebih besar daripada perempuan.
2. Usia
Faktor kedua adalah usia. Kebutuhan gizi remaja berada pada angka yang paling tinggi karena
masa ini adalah masa transisi dari kecil menuju dewasa jika kebutuhan gizi remaja tercukupi
maka akan menentukan kematangan mereka di umur mendatang.
9
3.Aktifitas
Semakin banyak aktifitas yang dilakukan maka angka gizi yang diperlukan semakin banyak.
Tentu saja angka kebutuhan gizi seorang mahasiswa berbeda dengan angka kebutuhan gizi
tukang bangunan.
2.2 Citra Tubuh
2.2.1 Pengertian Citra Tubuh
Pengertian mengenai citra tubuh menurut Cash dan Deagle (dalam Jones, 2002)
mendefinisikan citra tubuh sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang
mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum. Cash (1994) menyatakan bahwa citra tubuh
merupakan evaluasi dan pengalaman afektif seseorang terhadap atribut fisik, bisa dikatakan
bahwa investasi dalam penampilan merupakan bagian utama dari evaluasi diri seseorang.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh merupakan perasaan,
pengalaman, sikap dan evaluasi yang dimiliki seseorang mengenai tubuhnya yang meliputi
bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik yang dapat
bersifat positif atau negatif.
2.2.2 Aspek-aspek Citra Tubuh
Thompson (2000) menjelaskan aspek-aspek dalam citra tubuh yaitu:
1.
Persepsi terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara keseluruhan.
Bentuk tubuh merupakan suatu simbol dari diri seorang individu, karena dalam hal
tersebut individu dinilai oleh orang lain dan dinilai oleh dirinya sendiri. Selanjutnya bentuk
tubuh serta penampilan baik dan buruk dapat mendatangkan perasaan senang atau tidak senang
terhadap bentuk tubuhnya sendiri.
2. Aspek perbandingan dengan orang lain
10
Adanya penilaian sesuatu yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain, sehingga
menimbulkan suatu prasangka bagi dirinya keorang lain, hal-hal yang menjadi perbandingan
individu ialah ketika harus menilai penampilan dirinya dengan penampilan fisik orang lain.
3. Aspek sosial budaya (reaksi terhadap orang lain).
Seseorang dapat menilai reaksi terhadap orang lain apabila dinilai orang itu menarik
secara fisik, maka gambaran orang itu akan menuju hal-hal yang baik untuk menilai dirinya.
2.2.3 Dimensi Citra Tubuh
Cash (2002) mengemukakan ada lima dimensi dalam pengukuran citra tubuh, yaitu :
1.
Appearance evaluation (evaluasi penampilan)
Evaluasi penampilan yaitu mengukur penampilan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau
tidak menarik serta memuaskan atau belum memuaskan.
2.
Appearance orientation (orientasi penampilan)
Orientasi penampilan yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan diri.
3.
Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh)
Kepuasaan terhadap bagian tubuh yaitu mengukur kepuasaan individu terhadap bagian tubuh
secara spesifik, wajah, tubuh bagian atas (dada, bahu lengan), tubuh bagian tengah (pinggang,
perut), tubuh bagian bawah (pinggul, paha, pantat, kaki), serta bagian tubuh secara keseluruhan.
4.
Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk)
Kecemasan menjadi gemuk yaitu mengukur kewaspadaan individu terhadap berat badan,
kecenderungan untuk melakukan diet, dan membatasi pola makan.
11
5.
Self-classified weight (Pengkategorian ukuran tubuh)
Pengkategorian ukuran tubuh, yaitu mengukur bagaimana individu menilai berat badannya,
dari sangat kurus sampai gemuk.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Citra Tubuh
Citra tubuh terbentuk dari sejak individu lahir sampai selama individu hidup. Banyak hal
yang dapat mempengaruhi citra tubuh seseorang,termasuk pandangan atau penilaian orang lain
terhadap penampilan diri sendiri. faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh
menurut Cash dan Pruzinsky adalah sebagai berikut :
1.
Jenis Kelamin
Menurut Cash dan Pruzinsky (2002) jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi
dalam perkembangan citra tubuh seseorang. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih sering terjadi
pada wanita daripada laki-laki. Pada umumnya wanita, lebih kurang puas dengan tubuhnya dan
memiliki citra tubuh yang negatif. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh
remaja perempuan dari pada remaja laki-laki. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang
puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak citra tubuh yang negatif,
dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat
mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh
yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal.
Sebuah penelitian (Cash dan Pruzinsky, 2002) menjelaskan bahwa sekitar 40-70% gadis
remaja tidak puas dengan dua atau lebih aspek dari tubuh mereka. ketidakpuasan biasanya
berfokus pada jaringan adipose substansial dalam tubuh bagian tengah atau bawah, seperti
pinggul, perut dan paha. Di berbagai Negara maju, antara 50 sampai 80 % gadis remaja ingin
menjadi langsing dan melakukan diet bervariasi dari 20% hingga 60%.
12
2.
Media Massa
Tiggeman (Cash dan Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media massa yang muncul
dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figure wanita dan laki-laki yang dapat
mempengaruhi citra tubuh seseorang. Media massa menjadi pengaruh kuat dalam budaya sosial.
Para remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dan kebanyakan
orang dewasa membaca surat kabar harian dan majalah. Survey media massa menunjukkan
bahwa 83% majalah fashion khususnya dibaca oleh mayoritas wanita. Konsumsi media yang
tinggi dapat mempengaruhi konsumen dalam berbagai cara. Isi tayangan media massa sering
menggambarkan bahwa standar kecantikan wanita adalah tubuh yang kurus, dalam hal ini berarti
level kekurusan yang dimilki, kebanyakan wanita percaya bahwa mereka adalah orang-orang
yang sehat.
Menurut Longe (2008) citra tubuh dapat dipengaruhi oleh pengaruh luar. Sumber media,
seperti televisi, internet, dan majalah sering menggambarkan orang lebih dekat dengan tipe tubuh
yang ideal umum diterima daripada citra tubuh rata-rata untuk menjual produk mereka.
Akibatnya, para remaja terlalu dipengaruhi dan terpengaruh oleh penggambaran seperti citra
tubuh tersebut. Secara singkat media menciptakan citra seorang wanita itu langsing pada majalah
fashion terbukti menyebabkan sejumlah efek negatif secara langsung termasuk perhatian yang
lebih besar tentang berat badan dan ketidakpuasan dengan tubuhnya.
3.
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan
orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi
bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa
cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya.
Rossen dan koleganya (Cash dan Pruzinsky, 2002) menyatakan feedback terhadap penampilan
dan kompetensi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi
bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh.
Dunn dan Gooke (Cash dan Pruzinsky, 2002) menerima feedback mengenai penampilan
fisik mereka berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana seseorang
melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian
13
diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi
orang lain. Dalam konteks perkembangan, citra tubuh berasal dari hubungan interpersonal.
Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang
melihat dirinya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat
mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis.
2.3 Remaja
Menurut Hurlock (1994) istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Santrock mengartikan masa remaja
(adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak
sampai pada kemandirian. Semakin banyak ahli perkembangan yang menggambarkan remaja
sebagai masa remaja awal dan akhir. Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa sekolah
menengah pertama dan mencangkup kebanyakan perubahan pubertas.
Batasan usia yang ditetapkan para ahli untuk masa depan remaja berbeda-beda. Menurut
Santrock (2003), usia remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 tahun. Monks (1999)
menyatakan bahwa batasa usia remaja antara 12 hingga 21 tahun, yang terbagi dalam 3 fase,
yaitu awal (usia 12 hingga 15 tahun), remaja tengah/madya (usia 15 hingga 18 tahun) dan remaja
akhir (usia 18 hingga 21 tahun).
14
Teori Perkembangan Sosial Emosional menurut Erik Erikson yang merupakan ahli neoFreudian bahwa salah satu unsur utama teori peringkat psikososial Erikson adalah perkembangan
identiti ego. Identiti ego rasa sadar kita berkembang melalui interaksi sosial. Menurut Erikson,
identiti ego kita senantiasa berubah disebabkan oleh pengalaman baru dalam interaksi harian kita
dengan orang lain.
Selanjutnya, remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja wanita.
Pertumbuhan tubuh yang pesat pada diri remaja berbeda antara remaja laki-laki dengan remaja
wanita. Selama pertumbuhan pesat pada masa remaja, terjadi empat perubahan fisik penting
dimana tubuh anak menjadi tumbuh dewasa. Keempat perubahan fisik itu adalah perubahan
ukuran tubuh, perubahan proposi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan
ciri-ciri seks sekunder (Hurlock, 1994).
Pada penelitian ini remaja wanita dibatasi pada usia 15 tahun sampai 18 tahun. Secara
umum, pada usia ini mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Adapun
pertimbangan peneliti karena pada usia tersebut, kesadaran untuk memiliki bentuk tubuh ideal
semakin besar sehingga perilaku diet seringkali muncul.
2.4 Kerangka Berpikir
Berbagai permasalahan remaja yang umumnya terjadi pada remaja wanita yang dalam
penelitian ini adalah remaja wanita di SMA Islam Al Azhar 2. Permasalahan yang terjadi
diantaranya keinginan memiliki tubuh yang ideal, mengalami perubahan fisik dan psikis, serta
mengikuti tren baik di televisi, majalah, dan media sosial yang sering menampilkan model yang
memiliki tubuh yang ideal sehingga membuat para remaja wanita ingin memiliki tubuh yang
sama. Hal ini sering dialami selama perkembangan membuat remaja sangat memperhatikan
perubahan yang terjadi pada dirinya. Keinginan tersebut bisa tercapai bila remaja wanita
melakukan diet untuk mendapatkan tubuh yang ideal. Dimensi dalam pengukuran citra tubuh
adalah evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh, kecemasan
menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran badan. Sedangkan aspek dalam pengukuran
perilaku diet adalah eksternal, emosional, dan restraint. Berikut merupakan kerangka berpikir
yang mendasari dilaksanakan penelitian ini:
15
Tabel 2.1 Kerangka Berpikir
SMA Islam Al
Azhar 2
Remaja Wanita
-
Memiliki tubuh yang ideal
Perubahan Fisik dan Psikis
Mengikuti Tren
Body Image
Perilaku Diet
Dimensi dalam pengukuran :
Aspek-aspek :
1.
Evaluasi penampilan
1.
Eksternal
2.
Orientasi penampilan
2.
Emosional
3.
Restraint
3.
Kepuasan terhadap bagian
tubuh
4.
Kecemasan menjadi gemuk
5.
Pengkategorian ukuran badan
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara hasil penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada hubungan antara citra tubuh dan perilaku diet pada remaja wanita di SMA Islam
Al Azhar 2
Ha : Ada hubungan antara citra tubuh dan perilaku diet pada remaja wanita di SMA Islam Al
Azhar.
Download