komunikasi organisasi dalam kepemimpinan pada pt tempo inti

advertisement
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN
PADA PT TEMPO INTI MEDIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
FITRI SUSILAWATI
NIM. 106051001815
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Desember 2010
Fitri Susilawati
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN
PADA PT TEMPO INTI MEDIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Fitri Susilawati
NIM. 106051001815
Pembimbing:
Dr.Hj. Roudhonah, M. Ag
NIP.195809101987032001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN
PADA PT TEMPO INTI MEDIA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Desember
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Pamulang, 20 Desember 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP.19700903 199603 1 001
Umi Musyarrofah, MA
NIP. 19710816 199703 02 002
Anggota
Penguji I
Penguji II
Drs.H.S. Hamdani, MA
NIP.19550309 199403 1 001
Drs. H. Sunandar, MA
NIP.19620626 199303 1 004
Dosen Pembimbing
Dr.Hj. Roudhonah,MA
NIP.195809101987032001
ABSTRAK
Fitri Susilawati
“Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Pada Tempo Inti Media”
Pemimpin merupakan unsur terpenting dalam suatu organisasi atau
perusahaan, karena maju dan mundurnya perusahaan ada di tangan pemimpin.
Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, pemimpin harus mampu
berkomunikasi secara efektif kepada para bawahanya (staff). Komunikasi efektif
dapat terwujud jika ada keterbukaan dan kepercayaan dalam struktur vertikal
maupun horizontal pada perusahaan. Penerapan komunikasi yang efektif dapat
menciptakan iklim komunikasi organisasi yang baik pula. PT Tempo Inti Media
merupakan salah satu perusahaan media dan penerbitan terbesar di Indonesia.
Dibalik perusahaan yang terus tumbuh maju dengan segala prestasi yang
membanggakan pasti ada koordinasi yang efektif antara pemimpin dan karyawan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Melihat konteks di atas maka ada beberapa pertanyaan yaitu, bagaimana iklim
komunikasi organisasi di PT Tempo Inti Media? Dan bagaimana metode
pimpinan dalam menyebarkan informasi kepada karyawanya?
Di PT Tempo Inti Media tepatnya pada Divisi Sirkulasi dan Distribusi
memiliki beberapa unit kerja yang butuh koordinasi maksimal untuk mencapai
tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan pada divisi ini adalah target oplah, target
penerimaan rupiah yang harus terus meningkat setiap bulanya. Untuk mencapai
itu semua antara atasan dan bawahan harus saling mendukung satu sama lain,
salah satu caranya dengan komunikasi. Pada divisi ini peneliti melihat adanya
komunikasi yang demokratis antara atasan dan bawahan, atasan membuka pintu
lebar kepada staff-staff nya untuk memberikan saran. Namun kenyataanya tidak
semua karyawan berani mengeluarkan pendapat. Komunikasi yang efektif dapat
dilihat dari iklim komunikasi organisasinya. Pada penelitian iklim komunikasi,
peneliti menggunakan teori Charles Redding mengenai lima dimensi iklim
komunikasi sebagai indikator penelitian.
Metode yang digunakan dalam menganalisis pesan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk
menghimpun data yang aktual. Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data
dengan menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan
tersebut. Keadaan yang penulis gambarkan disesuaikan dengan judul yang
diangkat.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan data bahwa iklim
komunikasi di Tempo Inti Media positif. Hal ini dapat telihat dari penjabaran lima
dimensi iklim komunikasi organisasi. Meskipun dimensi keterbukaan tidak terlalu
kuat karena ada sebagian karyawan yang tidak selalu terbuka dengan atasanya
baik mengenai keluh kesah, ide, saran, maupun kritik. Dalam menyebarkan
informasi kepada karyawanya, atasan menggunakan aliran campuran yaitu aliran
serentak dan berurutan. Penggunaan aliran ini disesuaikan dengan isi pesan
(informasi) yang akan disampaikan. Jika informasinya umum maka atasan akan
menggunakan aliran serentak. Sebaliknya jika informasinya khusus, harus
disampaikan secara detail dan mendalam maka aliranya berurutan.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Atas berkah dan inayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat dan salam dihaturkan
kepada junjungan Nabi besar Muhamad SAW, karena perjuangan beliau kita
dapat menikmati iman kepada Allah SWT.
Skripsi ini bisa dapat terselesaikan berkat dukungan, bantuan, fasilitas, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini
perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syrif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A, beserta Bapak Drs. Wahidin
Saputra, M.A selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku
Pudek II dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Jumroni. M.Si, dan Sekertaris Jurusan Ibu Hj.
Umi Musyarofah, MA yang penuh dengan kesabaran banyak membantu
penulis dalam memberikan informasi.
3. Dosen Pembimbing Ibu Dr .Hj. Roudhonah, M. Ag yang telah bersedia
memberikan waktunya, dan selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr H. Daud Effendi.AM. Selaku Penasehat Akademik yang
telah memberikan support hingga penulis dapat menyelesaikan skripi ini.
ii
5. Seluruh Bapak, dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
serta civitas Akademik yang juga memberikan dedikasinya sebagai pengajar
yang memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan
kepada penulis selama dalam masa perkuliahan.
6. Pimpinan, dan karyawan Perpustakaan Utama, dan Perpustakaan Fakultas
yang telah membantu penulis dengan penyediaan bahan-bahan untuk
kerangka rujukan dalam mengerjakan skripsi ini.
7. Segenap Jajaran PT Tempo Inti Media Jakarta, khususnya Divisi Sirkulasi
dan Distribusi. Bapak Windalaksana selaku Kepala Divisi Sirkulasi dan
Distribusi, pak Shalfi Andri selaku Kanit Non Eceran, staff sales executive:
Mas Hengky, Mba Gita, Mas Bobby, Mas Harca, Staff komunitas: pak Joko,
pak Yono, pak Didit, pak Puji, staff administrasi: mba Ina, mba Yoyo, mba
Luisa, mba Hesti, Staff SDM: mas Yudis, semua teman-teman telemarketing
Tempo: mba Endah, Fiko, Diana, Shanti, Eka, Titin, Trisna, dan semua staff
Tempo yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan,
suport, masukan, data, dan informasi kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua Orang tuaku, ayahanda tercinta (alm)Bapak Sunaryo dan Ibunda
tercinta Suwartini yang telah memberikan doa, kasih sayang, perhatian,
kesabaran yang tulus, dukungan baik moril maupun materil, dan motivasi,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis
persembahkan untuk kedua orang tuaku.
iii
9. Kedua adik-adikku Eti Winarti dan Dedy Kurniawan yang telah membantu
mengetik skripsi ini. Terima kasih atas doa, suport dan kecerian di rumah
yang membuat penulis terhibur.
10. Keluarga Besar Ngawi yang begitu tulus memberikan doa dan kasih
sayangnya kepada penulis. Semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah
SWT.
11. Keluarga Besar KPI B angkatan 2006 dan kelompok KKS 95 yang sudah
memberi keceriaan dan indahnya persahabatan yang terjalin selama ini.
Semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga hingga akhir hayat.
12. Rahmat Hidayat yang telah memberikan doa, perhatian, dan, motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Kepada semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah
yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.
Amin ya Rabbal Alamin.
Pamulang, 4 Desember 2010
Fitri Susilawati
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..............................................
7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.....................................................
7
D. Metodologi Penelitian .....................................................................
8
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................
10
F. Sistematika Penulisan ......................................................................
12
BAB II KAJIAN TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM
KEPEMIMPINAN
A. Komunikasi .....................................................................................
14
1. Pengertian Komunikasi .............................................................
14
2. Unsur-Unsur Komunikasi .........................................................
16
B. Organisasi ........................................................................................
18
1. Pengertian Organisasi................................................................
18
2. Ciri-ciri Organisasi ....................................................................
20
3. Unsur-Unsur Organisasi ............................................................
20
4. Fungsi Organisasi ......................................................................
21
C. Komunikasi Organisasi ...................................................................
21
1. Pengertian komunikasi Organisasi ............................................
21
2. Aliran Informasi Dalam Organisasi ..........................................
23
3. Arus Informasi Dalam Organisasi .............................................
25
v
4. Iklim Komunikasi Organisasi ...................................................
29
5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ......................................
33
D. Kepemimpinan ................................................................................
34
1. Pengertian Kepemimpinan ........................................................
34
2. Tipe-Tipe Kepemimpinan .........................................................
36
BAB III
GAMBARAN UMUM PT TEMPO INTI MEDIA
A. Sejarah dan perkembangan PT TEMPO INTI MEDIA ...................
40
1. Produk PT TEMPO INTI MEDIA ..............................................
42
2. Visi dan Misi PT TEMPO INTI MEDIA ....................................
44
3. Penghargaan dan Prestasi PT TEMPO INTI MEDIA ...............
45
4. Struktur Organisasi PT TEMPO INTI MEDIA ..........................
48
B. Divisi Sirkulasi dan Distribusi ........................................................
49
BAB IV
PELAKSANAAN KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM
KEPEMIMPINAN PADA PT TEMPO INTI MEDIA
A. Iklim Komunikasi Organisasi di PT TEMPO INTI MEDIA ..........
51
1. Supportivennes ............................................................................
51
a. Kesamaan..................................................................................
52
b. Orientasi Masalah.....................................................................
53
c. Deskripsi...................................................................................
53
d. Spontanitas...............................................................................
54
2. partisipasi membuat keputusan ...................................................
55
3. kepercayaan .................................................................................
56
4. keterbukaan .................................................................................
57
5. tujuan kinerja yang tinggi ...........................................................
59
B. Metode Pimpinan PT TEMPO INTI MEDIA dalam menyebarkan
Informasi .........................................................................................
60
1. Aliran komunikasi dalam menyebarkan informasi .....................
60
2. Pola penggunaan media dan non media dalam menyebarkan
vi
Informasi .....................................................................................
63
3. faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi...............
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................
69
B. Saran-saran ......................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN
vii
72
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Penyebaran pesan secara serentak ........................................
24
2. Gambar 2 Penyebaran pesan secara berurutan ......................................
24
3. Gambar 3 Alur komunikasi formal .......................................................
28
4. Gambar 4 Bagan pembaca tempo menurut jenis kelamin.....................
42
5. Gambar 5 Bagan pembaca tempo menurut jenjang ekonomi ...............
43
6. Gambar 6 Bagan pembaca tempo english magazine menurut jenjang
pendidikan .............................................................................................
44
7. Gambar 7 Penyebaran pesan secara serentak ........................................
62
8. gambar 8 Penyebaran pesan secara berurutan .......................................
62
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemimpin dan organisasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Organisasi
tanpa pemimpin tidak akan dapat berjalan dengan baik, dan sebaliknya pemimpin
tanpa organisasi tidak ada gunanya. Pemimpin adalah ujung tombak dari suatu
perusahaan. Baik buruknya perusahaan tergantung dari pemimpin.
Pemimpin yang baik mampu mempengaruhi anak buahnya untuk bekerja
semaksimal mungkin. Pemimpin juga harus mampu menyatu dengan bawahan,
mendengarkan keluhan mereka dan memberikan solusi yang terbaik untuk
mereka. Maka dengan sendirinya bawahan akan termotivasi untuk bekerja lebih
baik lagi.
Kepemimpinan
secara
etimologi
berasal
dari
kata
“pemimpin”
ditambahkan awalan “ke” dan akhiran “an”, maka kepemimpinan dapat diartikan
menjadi beberapa bagian yaitu: a) orang atau sekelompok orang yang memimpin;
b) usaha memimpin; c) kemampuan atau kemahiran seseorang untuk memimpin;
d) wibawa sang pemimpin.1
Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
bukan hanya kegiatan memimpin namun juga kemampuan menjalankan usaha
tersebut dan adanya wibawa yang menyebabkan orang dianggap mampu
memimpin. Dengan kemampuan yang dimiliki pemimpin, maka diharapkan dapat
mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba, dapat mengoreksi kelemahan1
J. Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), cet ke-4,
hal. 1-2
1
2
kelemahan, dan sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka
waktu yang sudah ditetapkan. Ringkasnya, pemimpin dapat membawa usahanya
untuk maju pesat atau bahkan mundur jika ia salah dalam bertindak dan tidak
bijaksana.
Selain harus memiliki kemampuan, pemimpin juga perlu memiliki sifat
kemanusiaan, demokratis dan mencintai bawahanya, sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat Ali-Imraan (3), ayat 159:
             
              
      
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakal kepada-Nya.
Dari ayat tersebut jelas bahwa seorang pemimpin harus bertutur dan
bertingkah laku lemah lembut namun tegas. Dalam menjalankan tugasnya
pemimpin harus banyak berkomunikasi dengan bawahan, klien, ataupun teman
sejawat. Komunikasi sangat penting untuk meningkatkan kinerja suatu
perusahaan. Menurut W.G Scott dan T.R. Mitchell yang dikutip oleh Stephen P.
Robbins dalam buku Perilaku Organisasi menyatakan “komunikasi menjalankan
empat fungsi utama di dalam suatu kelompok atau organisiasi yaitu kendali
(kontrol), motivasi, pengungkapan emosional, dan informasi.”2
2
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Prenhallindo, 1996), Edisi
Bahasa Indonesia, hal. 5
3
Menurut Kohler yang dikutip oleh Arni Muhamad dalam buku
Komunikasi Organisasi bahwa “Komunikasi yang efektif sangat penting bagi
semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para
komunikator
dalam
organisasi
perlu
memahami,
dan
menyempurnakan
kemampuan komunikasi mereka.”3
Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan
oleh seorang pimpinan dapat diterima, dan dipahami oleh para anggota, maka
seorang pimpinan harus menerapkan pola komunikasi yang baik pula.
Pengetahuan dasar tentang komunikasi saja belumlah cukup untuk dapat
memahami komunikasi organisasi.
Komunikasi organisasi terdiri dari kata komunikasi dan organsiasi yang
memiliki penjabaran yang luas. Untuk memahami komunikasi perlu kiranya
sedikit membahas konsep dasar komunikasi. Komunikasi menurut Hovland, Janis
dan Kelley yang dikutip oleh Roudhonah dalam buku Ilmu Komunikasi yaitu
“Proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus dengan
tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainya (khalayak).” 4
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi
ada pengirim (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) yang saling
berhubungan, pesan tersebut dapat mengubah persepsi bahkan tingkah laku
(behavior) komunikan.
Sedangkan organisasi adalah “sistem yang mapan dari orang-orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan
dan pembagian kerja.”5 Selain itu juga “organisasi telah dibentuk sejak manusia
3
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta:Bumi Aksara,2009), Cet ke-10, h. 1
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), h. 21
5
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), Modul Kuliah, hal. 1.5
4
4
berada di muka bumi, di dorong oleh tiga motif unsur dasar yaitu orang-orang
(sekelompok orang), kerjasama dan tujuan yang akan dicapai.”6 Tiga motif
organisasi saling ketergantungan satu sama lain, dan penghubung itu semua
adalah komunikasi.
Dari pengertian singkat mengenai komunikasi dan organisasi, maka
komunikasi organisasi adalah “komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang
berada di dalam organisasi itu sendiri, juga antara orang-orang yang berada di
dalam organisasi dengan publik luar, dengan maksud untuk mencapai suatu
tujuan.”7
Komunikasi organisasi dapat dilakukan secara formal maupun non formal.
Secara formal misalnya dengan diadakan rapat antara atasan dan bawahan, surat
memo, dll. Sedangkan komunikasi non formal misalnya grapevine. Grapevine
merupakan desas desus yang terjadi di perusahaan, seperti yang dikemukakan
oleh Arni Muhamad dalam buku komunikasi organisasional :
Grapevine yaitu sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari
orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi
formal. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai
orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi
yang diperoleh dari desas-desus adalah yang berkenaan dengan apa yang
didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan
oleh yang berkuasa.8
Dalam segala lini kehidupan baik di sekolah, negara, perusahaan,
organisasi, agama, dan lain lain, penerapan komunikasi organisasi yang efektif
sangat penting. Karena komunikasi organisasi mencakup segala hal bentuk
komunikasi, misalnya komunikasi interpersonal, komunikasi formal, komunikasi
informal, komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan lain-lain.
6
Yayat hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi, (Bandung: ALfabeta,2005).Cet ke-4,hal. 2.
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasi, hal. 1.3
8
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta, Bumi Aksara, 2009), cet ke-9, h. 125
7
5
Komunikasi yang efektif dapat membentuk iklim komunikasi yang baik
pula. Mudah berkomunikasi dengan sesama rekan kerja atau dengan atasan akan
membuat suasana di kantor menjadi hangat dan terbuka. Keterbukaan adalah
faktor penting dalam membangun kinerja karyawan. Dengan terbuka kepada
atasan mengenai apa saja yang menjadi kendala dalam melakukan pekerjaan,
maka akan sedikit berkurang beban, setidaknya atasan mengetahui kendala para
karyawan dalam bekerja. Disinilah pentingnya berkomunikasi, atasan dapat
mengoreksi, memberikan motivasi, pemberian tugas kerja, memberikan solusi,
dan lain-lain sehingga karyawan merasa dihargai. Selain itu pula bawahan dapat
memberikan masukan ide, gagasan atau bahkan kritikan untuk perusahaan, hal ini
senada dengaan pendapat Toto Tamara dalam buku Komunikasi Dakwah:
Komunikasi organisasi membantu pemimpin dan bawahan dalam
menjalankan tugas masing-masing. Dengan adanya komunikasi maka
informasi dapat tersampaikan. Interakasi harmonis antara para anggota
dalam suatu organisasi akan membuat roda organisasi berjalan kearah
tujuan, namun bila yang terjadi sebaliknya tentu akan mengakibatkan
terjadinya konflik antar sesama anggota, maka dari itu komunikasi antar
pimpinan dengan anggotanya harus berjalan secara proporsional.9
Dalam kaitanya dengan penelitian komunikasi organisasi, penulis memilih
PT Tempo Inti Media, karena perusahaan tersebut adalah salah satu perusahaan
media massa dan penerbitan terbesar di Indonesia. Produk media yang dihasilkan
dari perusahaan ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, sebut
saja Majalah Tempo, Koran Tempo, dll.
Dibalik perusahaan yang sukses pasti dibarengi dengan pemimpin yang
cakap dalam mengorganisir perusahaan. Dalam kegiatan tersebut, komunikasi
sangat diperlukan sekali untuk kelancaran mengatur atau memanej karyawan.
9
Toto Tasmara,Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama,1997),Cet. ke-2
6
PT. Tempo Inti Media adalah perusahaan besar yang memiliki tiga kantor
pusat di Jakarta, pada perusahaan ini ada banyak divisi yang disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Divisi-divisi tersebut diataranya Divisi Pemberitaan,
Divisi SDM dan Umum, Divisi Sirkulasi dan Distribusi, Divisi Iklan, Divisi
Keuangan.
Dalam skiripsi ini penulis membatasi objek penelitian dan fokus hanya
pada Divisi Sirkulasi dan Distribusi yang berkedudukan di Jl Palmerah Barat No.
8 Jakarta, karena menurut hemat penulis divisi ini adalah tulang punggung
perusahaan. Produk yang bagus pasti harus dibarengi dengan penjualan
(marketing) yang bagus pula.
Divisi Sirkulasi dan Distribusi bertugas memasarkan produk Tempo
kepada masyarakat luas. Kerja keras divisi ini dapat terlihat dari oplah penjualan.
Hal ini terbukti bahwa koran Tempo menduduki tiga besar media massa yang
dikonsumsi masyarakat dengan oplah sebesar 240.000 eksemplar. Sedangkan
majalah Tempo adalah majalah yang menguasai 68% pangsa pasar dalam majalah
berita dengan oplah 180.000 eksemplar.
Keberhasilan penjualan ini tidak semata-mata karena karyawan yang
bekerja secara total dan loyal, namun ada yang lebih berperan penting yaitu
pemimpin. Pemimpin lah yang berperan penting dalam kinerja anggotanya.
Bagaimana cara pemimpin memberikan intruksi tugas dan motifasi kepada
karyawannya, berimbas besar pada kinerja karyawan.
Dengan latar belakang inilah yang membuat penulis tertarik untuk
mengambil judul “Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Pada PT
Tempo Inti Media”.
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah hanya pada
komunikasi organisasi dalam kepemimpinan yang ada di PT Tempo Inti Media
bagian Sirkulasi dan Distribusi. Maka komunikasi organisasinya dibatasi hanya
komunikasi vetikal yaitu dari atasan ke bawahan dan dari bawahan ke atasan.
Pembatasan ini dilakukan untuk lebih fokus dan mempermudah dalam penelitian,
selain itu untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak ada sangkut
pautnya dengan masalah yang akan di teliti. Agar penelitian ini berjalan dengan
sistematis, maka perlu di buat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana iklim komunikasi organisasi di PT. Tempo Inti Media?
2. Bagaimana metode pimpinan PT. Tempo Inti Media dalam menyebarkan
informasi kepada karyawanya?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam kepemimpinan di PT
Tempo Inti Media?
C. Tujuan dan Kegunaan penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan pokok pemasalahan di atas, maka tujuan penelitian
dapat di rumuskan sebagai berikut:
a. Ingin mengetahui iklim komunikasi organisasi di PT. Tempo Inti Media.
b. Ingin mengetahui metode pimpinan Tempo Inti Media dalam menyebarkan
informasi.
c. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam kepemimpinan
di PT Tempo Inti Media.
8
2. Kegunaan Penelitian
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat dari segi
akademisi dan praktisi, yaitu :
Secara akademisi yaitu: Untuk pengembangan Ilmu komunikasi,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi, dan peningkatan
wawasan akademis dalam bidang komunikasi organisasi khusunya yang terkait
dengan kepemimpinan.
Secara praktisi yaitu: memberikan informasi bagi akademisi dan
masyarakat luas mengenai komunikasi organisasi di PT Tempo Inti Media. Selain
itu untuk PT. Tempo Inti Media sebagai bahan informasi dan evaluasi mengenai
penerapan komunikasi organisasi dalam perusahaan.
D.
Metodologi Penelitian
1.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yakni
penelitian yang dilalui dengan proses observasi, pengumpulan data yang akurat
berdasarkan fakta di lapangan disertai wawancara dengan narasumber. “Penelitian
kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang di
kumpulkan umumnya bersifat kualitatif.”10 Alasan penulis menggunakan
pendekatan kualitatif untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi
yang terjadi di PT Tempo Inti Media. Dengan metode ini penulis akan
mendapatkan hasil yang lebih mendalam karena dilakukan dengan wawancara dan
observasi.
10
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Peneltian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 41
9
Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk
menghimpun data yang aktual. Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data
dengan menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan
tersebut. Keadaan yang penulis gambarkan disesuaikan dengan judul yang
diangkat.
Adapun penulisan skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skrpsi,Tesis, Disertasi) yang diterbitkan oleh Ceqda (center for
quality development and assurance).
2. Subjek dan Objek
Subjek penelitian disini adalah Divisi Sirkulasi dan Distribusi. Penulis
memilih Divisi Sirkulasi dan Distribusi karena berperan penting dalam
memasarkan produk Tempo. Meningkat dan menurunya oplah penjualan
tergantung dari kinerja divisi ini, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di Divisi tersebut. Sedangkan objek penelitian disini adalah proses
komunikasi organisasi secara vertikal yang terjadi di PT. Tempo Inti Media.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan
metode sebagai berikut:
a. Observasi
Penulis melakukan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap
fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara
langsung ke PT. Tempo Inti Media di Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta 12210.
Hal ini dilakukan sebagai upaya memperkecil kemungkinan yang dapat
10
menghambat dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dilakukan selama dua
bulan untuk proses wawancara, pendekatan antar personal dengan karyawan dan
pimpinan, dan pengamatan kegiatan kerja di Divisi Sirkulasi dan Distribusi.
b. Wawancara (Interview)
Dalam sesi wawancara, penulis memilih narasumber bapak Windalaksana
Kepala Divisi Sirkulasi dan Distribusi. Selain wawancara dengan pemimpin,
penulis juga mewawancari sejumlah karyawan di Divisi Sirkulasi dan Distribusi.
Pemilihan karyawan dilakukan secara random. Dalam proses wawancara, penulis
menggunakan beberapa media pendukung yaitu tape recorder, alat tulis, foto
digital, dan lain-lain.
c. Dokumentasi
Pada tahap dokumentasi, penulis mengumpulkan buku-buku, majalah,
artikel, artikel dari internet yang berkaitan dengan komunikasi organisasi dan
kepemimpinan. Dokumentasi memudahkan penulis dalam mencari teori-teori
yang berkaitan dengan judul skripsi.
d. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif kualitatif, yaitu
setelah
data
diklasifikasikan
sesuai
aspek
data
yang
terkumpul
lalu
diinterpretasikan secara logis. Dengan demikian akan tergambar sejauh manakah
alat komunikasi dalam pengembangan kepemimpinan, dengan melihat data-data
yang diperoleh penulis melalui observasi, dan wawancara, setelah itu dianalisis
yang kemudian disusun dalam laporan penelitian.
E.
Tinjauan Pustaka
11
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku, majalah-majalah
serta skripsi-skripsi yang pernah membahas seputar pola komunikasi organisasi.
Buku-buku yang digunakan diantaranya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
karya Onong Uchayana Efendi, Kepemimpinan dan Komunikasi karya Onong
Uchayana Efendi, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat karya H.A.W Widjaya,
dan lain-lain. Adapun skripsi-skripsi yang pernah membahas seputar komunikasi
organisasi diantaranya:
Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan kepemimpinan di SMU
Muhammadiyah 4 Jakarta. Penulis Eska Ariyati. Pada sikripsi ini mengkaji
bentuk pelaksanaan komunikasi yang dilakukan oleh siswa yang tergabung dalam
Ikatan Pelajar Muhamdiyaah di SMU Muhmadiyah 4 Jakarta. Hasil yang
ditemukan adalah organisasi tersebut menerapkan semua bentuk komunikasi
organisasi yaitu komunikasi internal, komunikasi diagonal, dan komunikasi
ekternal. Metode yang digunakan dalam komunikasi organisasi tersebut
menggunakan metode teladan dan pembiasaan praktek langsung.
Komunikasi Organisasi Persatuan TIONGHOA INDONESIA (PITI)
Dewan Pimpinan Wilayah Jakarta Dalam Berdakwah. Penulis Farah Nurul
Hikam Agustin. Fokus masalah yang diteliti mengenai pola komunikasi antara
pengurus dengan pengurus PITI, pengurus dengan jamaah PITI, dan jamaah
dengan jamaah lainya.
Komunikasi Organisasi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Bogor. Penulis Hayustiro. Pada skiripsi ini Hayustiro meneliti media
yang digunakan pimpinan BAPPEDA dalam menyampaikan informasi kepada
anggotanya.
12
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa skirpsi yang
penulis ajukan tidak sama dengan ke tiga skripsi di atas. Pada skripsi ini penulis
meneliti komunikasi organisasi untuk mengetahui iklim komunikasi di PT Tempo
Inti Media dan metode pemimpin dalam menyebarkan informasi kepada
karyawanya. Selain itu perbedaanya terletak pada tempat penelitian, pada skripsi
ini penulis meneliti PT Tempo Inti Media yang berbeda dengan tempat-tempat
penelitian pada skripsi di atas.
F.
Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan penulisan,
dimana masing-masing dibagi ke dalam sub-sub dengan rincian sebagai berikut :
Bab I
: Pendahuluan
Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, batasan dan
perumusan masalah, tujuan dan kegiatan penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II
: Landasan Teoritis
Bab ini Merupakan uraian teori-teori yang menjadi landasan dalam
kerangka pemikiran dalam penelitian ini, diantaranya pengertian
komunikasi, unsur-unsur komunikasi, pengertian organisasi, ciri-ciri
organisasi, unsur-unsur organisasi, fungsi organisasi, pengertian
komunikasi organisasi, pengertian kepemimpinan, dan tipe-tipe
kepemimpinan.
13
Bab III : Gambaran Umum PT. Tempo Inti Media dan Divisi Sirkulasi dan
Distribusi.
Bab ini membahas tentang sejarah dan perkembangan PT. Tempo Inti
Media, Produk PT Tempo Inti Media, visi dan misi, Prestasi dan
Penghargaan, Struktur organisasi, tugas Divisi sirkulasi dan distribusi.
Bab IV : Temuan dan Analisis
Bab ini membahas mengenai iklim organisasi di PT. Tempo Inti
Media.
Menganalisa
metode
pimpinan
dalam
menyampaikan
informasi. Dan menganalisa faktor pendukung dan penghambat dalam
penyampian pesan dari pimpinan kepada karyawan PT. Tempo Inti
Media.
Bab V : Penutup
Pada bab terakhir ini penulis berharap dapat mendeskripsikan hasil
dari penelitian dan menguraikan data secara baik. Adapun beberapa
uraian penting yang penulis berikan dari hasil penelitian ini akan di
rangkum
dalam
bahasan
kesimpulan.
Selanjutnya
untuk
menyempurnakan penelitian ini penulis menyisipkan saran-saran agar
menjadi bahan pertimbangan tentang bahasan penulis yang telah
diangkat sebagai pokok permasalahannya.
BAB II
KAJIAN TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI
`DALAM KEPEMIMPINAN
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Berkembangnya
pengetahuan manusia dari hari ke hari karena komunikasi. Komunikasi juga
membentuk sistem sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, maka dari itu
komunikasi dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Menurut Edward Sapir yang
dikutip oleh Roudhonah dalam buku Ilmu Komunikasi bahwa ”Jaringan hubungan
masyarakat itu melalui komunikasi, jikalau tidak ada komunikasi, maka tidak ada
masyarakat.”1
Pengertian komunikasi dapat dilihat dari etimologi (bahasa) dan
terminologi (istilah). Dari sudut etimologi, Menurut Raymond S. Ross yang
dikutip oleh Deddy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
bahwa ”komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata
latin communis yang berarti membuat sama.”2 Selain itu menurut Roudhonah
dalam buku Ilmu Komunikasi, dibagi menjadi beberapa kata diantaranya
”communicare yang berarti berpartisipasi atau memberi tahukan, communis
opinion yang berarti pendapat umum.”3 Dari pengertian tersebut dapat ditarik
1
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Press, 2007), h. 13
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung:Rosdakarya, 2007), Cet.
Ke-9, h. 46
3
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Press, 2007), h. 27
2
14
15
kesimpulan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan yang bertujuan untuk
membuat sama persepsi atau arti antara komunikator dan komunikan.
Sedangkan secara ‟terminologi‟ ada banyak ahli yang mencoba
mendefinisikan diantaranya Colin Cherry yang dikutip oleh Burhan Bungin dalam
buku Sosiologi Komunikasi bahwa ”komunikasi adalah penggunaan lambanglambang untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu
objek atau kejadian.”4
Menurut Harold D. Laswell dikutip oleh Djamalul Abidin dalam buku
Komunikasi dan Bahasa Dakwah, merumuskan bahwa ”komunikasi itu
merupakan jawaban terhadap who says what to whom in which channel to whom
with what effect (siapa berkata apa dalam media apa kepada siapa dengan dampak
apa).”5
R. Wayne Pace dan Don F. Faules dalam buku Komunikasi Organisasi
lebih merinci definisi komunikasi yaitu ”Komunikasi merupakan suatu proses, di
dalamnya terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi yaitu pertunjukan
pesan dan penafsiran pesan. Pertunjukan pesan berarti menyebarkan sesuatu
sehingga dapat terlihat secara lengkap dan menyenangkan. Sedangkan penafsiran
pesan yaitu menguraikan atau memahami sesuatu.”6
Dari beberapa pengertian di atas dapat dirangkum bahwa komunikasi ialah
suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan
media tertentu untuk membuat pemahaman yang sama diantara mereka, informasi
4
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. Ke-1, h. 254
Djamaludin Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press,
1996), h. 16-17
6
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung, Rosdakarya,
2006), Cet. Ke-6,h. 26-28
5
16
yang disampaikan dapat memberikan efek tertentu kepada komunikan, bisa
mempengaruhi kognitif, afektif, dan behavioral nya.
2. Unsur-Unsur Komunikasi
a. Komunikator
Dalam proses komunikasi komunikator berperan penting karena mengerti
atau tidaknya lawan bicara tergantung cara penyampaian komunikator.
“Komunikator
berfungsi
sebagai
encoder,
yakni
sebagai
orang
yang
memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, orang
yang menerima pesan ini adalah komunikan yang berfungsi sebagai decoder,
yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan konteks pengertiannya sendiri.”7
Persamaan makna dalam proses komunikasi sangat bergantung pada
komunikator, maka dari itu terdapat syarat-syarat yang diperlukan oleh
komunikator, diantaranya:
1)
2)
3)
4)
5)
memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya
kemampuan berkomunikasi
mempunyai pengetahuan yang luas
sikap
memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan.8
b. Pesan
Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah suatu
informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. ”Pesan ini dapat berupa
verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat secara tertulis seperti: surat, buku,
majalah, memo, sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa percakapan tatap
7
Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), Cet. Ke-
8
Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 59
11, h. 59
17
muka, percakapan melalui telepon, radio, dan sebagainya. Pesan non verbal dapat
berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada suara.”9
Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya:
1) informatif, yakni memberikan keterangan-keterangan dan kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.
2) persuasif, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan
kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan
rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan ini
adalah kehendak sendiri.
3) koersif, yakni dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal
dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan
tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan publik.10
Ketiga bentuk pesan ini sering kali kita temukan dalam kehidupan seharihari, misalnya seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan
komunikasi informatif, selain itu jika murid tidak mematuhi peraturan
menggunakan komunikasi koersif.
c. Media
Media yaitu sarana atau alat yang digunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan atau sarana yang
digunakan untuk memberikan feedback dari komunikan kepada komunikator.
”Media sendiri merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang artinya
perantara, penyampai, atau penyalur.”11
d. Penerima
”Penerima adalah orang yang menjadi sasaran kegiatan komunikasi,
penerima pesan biasa bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.”12 Penerima
tidak hanya pasif menerima informasi namun juga mengolahnya sehingga terdapat
9
Arni Muhamad, Komunikasi organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17-18
H.A.W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997), cet. Ke-3,h. 14
11
Endang Lestari dan Maliki, Komunikasi yang Efektif : Bahan Ajar Diklat Prajabatan
Golongan III, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003), cet. Ke-22, h. 8
12
YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia, 1998), h. 71
10
18
kesamaan makna, ”Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan atau saluran.”13
Komunikasi yang efektif harus ditunjang dari komunikator dan
komunikan. Komunikan harus mampu mendengarkan dan memahami pesan yang
disampaikan. Begitu pula sebaliknya komunikator harus mampu menyampaikan
pesan dengan baik.
e. Efek
Pengaruh atau efek adalah perbedaan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. ”Pengaruh ini
bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu,
pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan”.14
Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:
1) dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan
dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.
2) Dampak afektif, lebih tinggi kadarnya daripada dampak komunikan tahu,
tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan
iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
3) Dampak behavioral (konatif), yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak
yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau
kegiatan.15
B. Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Organisasi sudah diterapkan manusia sejak dahulu kala. Adanya bentuk
kerjasama antara manusia yang satu dengan yang lainya untuk meraih sesuatu
13
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), h. 26
14
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 27
15
Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 7
19
merupakan salah satu kegiatan organisasi. Ada bermacam-macam pendapat
mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi, menurut Schien yang dikutip
oleh Arni Muhamad dalam buku Komunikasi Organisasi mengatakan bahwa
“organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk
mencapai beberapa tujuan umum untuk pembagian pekerjaan dan fungsi melalui
hierarki otoritas dan tanggung jawab.”16
Selanjutnya menurut Khocler yang dikutip oleh Onong Uchayana dalam
buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan organisasi adalah “sistem
hubungan yang berstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu.”17 Lain lagi dengan pendapat Wright yang dikutip
Onong Uchayana, dia mengatakan bahwa “organisasi adalah suatu bentuk sistem
terbuka dari aktifitas yang di koordinasikan oleh dua orang atau lebih untuk
mencapai suatu tujuan bersama.”18
Dari ketiga penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi
merupakan usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memiliki tujuan
dan terbagi dalam sistem kepangkatan yang harus dipertanggung jawabkan.
Organisasi juga merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponenkomponen yang saling tergatung satu sama lain, dalam sistem tersebut butuh
koordinasi untuk mencapai tujuan bersama. Koordinasi tersebut penting agar
masing-masing bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak
menggangu bagian lainya, Misalnya dalam perusahaan, manajer harus
16
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : PT. Budi Aksara, 2007), Cet, Ke-8,
h. 23
17
Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya. 2002). Cet. Ke-6, h. 7.
18
Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, h. 7
20
mengkoordinasikan kegiatan karyawan-karyawanya sehingga pekerjaan masingmasing berjalan lancar.
2. Ciri-Ciri Organisasi
Tiap organisasi di samping mempunyai elemen yang umum juga
mempunyai karakteristik yang umum,yaitu :
a. Dinamis, yaitu terbuka terus menerus mengalami perubahan
b. Memerlukan Informasi
c. Mempunyai Tujuan
d. Terstruktur 19
Organisasi memang harus bersifat dinamis, pujian dan kritikan harus
ditanggapi dengan bijak untuk kemajuan organisasi. Untuk mempermudah dalam
koordinasi dibutuhkan struktur organisasi agar ada pembagian kerja yang jelas
sehingga roda organisasi dapat berputar.
3. Unsur-Unsur Organisasi
Organisasi sangat bervariasi ada yang sangat sederhana ada juga yang
sangat kompleks. Maka untuk membantu kita memahami organisasi tersebut
perhatikanlah model berikut yang menggambarkan elemen dasar dari organisasi
dan saling keterkaitan satu elemen dengan elemen lainnya.
a. Struktur Sosial
Struktur sosial adalah pola atau aspek hubungan yang ada antara partisipan
di dalam suatu organisasi.
b. Partisipan
Partisipan adalah individu-individu yang memberikan kontribusi kepada
organisasi.
c. Tujuan
Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan kontroversial
dalam mempelajari organisasi.
d. Teknologi
19
h 29
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : PT. Budi Aksara, 2007), Cet, Ke-8,
21
Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau
perlengkapan mesin juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan.
e. Lingkungan
Sebagai organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi,
kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana organisasi tersebut
harus menyesuaikan diri. Semua tergantung pada lingkungan yang lebih
besar untuk dapat untuk hidup, tetapi pekerjaan sekarang menitikberatkan
kepada lingkungan hidup. 20
4. Fungsi Organisasi
Dalam mencapai maksud dan tujuan organisasi, ada 4 (empat) fungsi
organisasi yang sangat perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen
organisasi, yakni:
a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengaturan)
c. Accounting (pelaporan)
d. Controling (pengawasan).21
Organisasi membutuhkan perencanaan yang matang dalam menjalankan
kegiatanya. Perencanaan dapat dimusyawarahkan oleh seluruh anggota organisasi.
Untuk mewujudkan perencaan dibutuhkan pengaturan job desk masing-masing
anggota untuk mempermudah jalannya organisasi. Pelaporan dan pengawasan
adalah fungsi penunjang agar tujuan organisasi dapat tercapai.
C. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Dalam buku Komunikasi Organisasi karya R. Wayne Pace dan Don F.
Faules menjabarkan bahwa definisi komunikasi organisasi dapat dilihat dari dua
20
Arni Muhamad, ,Komunikasi Organisasi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-
8, h, 23
21
Lppsm, ”Fungsi Organisasi” Artikel diakses pada tanggal 1 Oktober 2010 dari
www.lppsm.co.cc
22
sudut pandang yaitu definisi subjektif dan definisi objektif. Keduanya memiliki
ciri khas masing-masing.
Komunikasi organisasi dalam prespektif subjektif adalah „perilaku
pengorganisasian‟ yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam
proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. Pada
prespektif ini yang ditekankan adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang menciptakaan, memelihara, dan mengubah organisasi.
Sedangkan dalam definsi objektif adalah kegiatan penangan pesan yang
terkandung dalam suatu batas organisasi. Pada prespektif ini yang lebih
ditekankan adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang
memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.22
Jika R wayne memandang komunikasi organisasi dalam dua prespektif,
lain halnya dengan Redding dan Sanborn yang dikutip oleh Arni Muhammad
dalam buku Komunikasi Organisasi, menurut mereka “komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.
Yang termasuk dengan bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia,
hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward, komunikasi upward, dan
lain-lain.”23
Hampir sama dengan Redding dan Sanborn, Joseph Devito yang dikutip
oleh Soleh Soemirat, dkk dalam buku Komunikasi Organisasional
menyatakan
bahwa “komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan baik
dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun informal organisasi” 24
Dari ketiga pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi
organisasi adalah suatu proses komunikasi di dalam organisasi formal maupun
informal dalam bentuk komunikasi yang kompleks, komunikasi tersebut dapat
22
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung, Rosdakarya,
2006), hal.33
23
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara,2007), cet. Ke-8, h. 67
24
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal. 1.3
23
menimbulkan pengertian yang sama sehingga dapat mewujudkan tujuan
organisasi tersebut.
2. Aliran Informasi Dalam Organisasi
Informasi tidak bergerak dengan sendirinya, kenyataanya informasi
dialirkan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam penyampaian informasi
tersebut merupakan tantangan besar karena mungkin saja terjadi distorsi di tengah
jalan. Dalam suatu organisasi dalam bentuk perusahaan, aliran komunikasi yang
digunakan menentukan informasi tersebut tepat sasaran dan dapat dipahami secara
“sama” oleh semua pihak.
Menurut Guetzzkow yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan Don F. Faules
dalam buku Komunikasi Organisasi menyatakan bahwa “aliran informasi dalam
suatu organisasi dapat terjadi dengan tiga cara: serentak, berurutan, atau
kombinasi dari kedua cara ini.”25
a.
Penyebaran pesan secara serentak
Pada zaman sekarang, penyebaran pesan secara serentak di perusahaan
besar mudah dilakukan. Karena banyak teknologi yang memudahkan manusia
dalam menjalankan aktifitasnya. Sebut saja mesin fax, internet, telefon, dan lainlain. Penyebaran pesan secara serentak mungkin suatu cara yang lebih umum,
lebih efektif dan lebih efisien daripada cara lainya untuk melancarkan aliran
informasi dalam suatu organisasi.
Berikut di bawah ini gambar penyebaran pesan serentak:26
25
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung, Rosdakarya,
2006), hal.171
26
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, hal. 172
24
Sumber
tujuan
tujuan
tujuan
tujuan
tujuan
tujuan
Gambar 1 penyebaran pesan secara serentak
b.
Penyebaran Pesan Secara Berurutan
Dalam buku Komunikasi Organisasi karya Abdullah Masmuh menjelaskan
bahwa penyebaran pesan secara berurutan disampaikan secara bertahap. Bertahap
disini maksudnya adalah sesuai dengan struktur organisasi dalam perusahaan.
Aliran informasi ini memperlambat laju informasi yang akan disampaikan pada
semua pihak yang berada di dalam perusahaan tersebut. Maka individu cenderung
menyadari adanya informasi pada waktu yang berlainan. Karena adanya
perbedaan dalam menyadari informasi tersebut, mungkin timbul masalah dalam
koordinasi.
Dibawah ini gambar penyebaran pesan secara berurutan:27
P
T
T
T
T
T
T
Ket: P = Pesan, T= Tujuan
Gambar 2 Penyebaran pesan secara berurutan
27
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, hal. 173
25
3. Arus Informasi Dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu perusahaan adalah unsur terpenting. Karena
dalam komunikasi ada interaksi sosial yang ditandai adanya pertukaran makna
untuk menyatukan perilaku atau tindakan setiap individu.
Dengan adanya komunikasi maka akan memudahkan pimpinan dalam
menyampaikan informasi kepada karyawan guna mencapai tujuan utama
perusahaan. Selain itu juga akan memudahkan karyawan dalam menyampaian
gagasan atau bahkan keluhan kepada pimpinan. Hal ini penting juga untuk dapat
meningkatkan loyalitas dan totalitas mereka dalam bekerja, jika keluhan dan
gagasan mereka ditanggapi dengan bijak.
Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu diperhatikan,
untuk itu akan dibahas berdasarkan tempat dimana khalayak sasaran berada, yaitu
komunikasi internal, komunikasi diagonal, komunikasi ekternal.
a. Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam organisasi
atau perusahaan. Dalam penerapan komunikasi beragam karena sesuai dengan
struktur organisasi. Komunikasi dalam organisasi bisa terjadi diantara orang yang
memiliki level kepangkatan yang sama, diantara pimpinan dan bawahan, dan lainlain. 28
Berdasarkan alur komunikasi yang terjadi di dalam organisasi, maka
komunikasi internal terbagi menjadi 4 (empat) jalur yaitu vertical, horizontal,
diagonal, dan grapvine.
1) Komunikasi Vertikal
28
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal. 2.12
26
Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang terjadi dari atas ke
bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward
communication). Pada downward communication, pimpinan menyampaikan pesan
kepada bawahan. Alur ini memiliki fungsi sebagai berikut:
(a) Pemberian atau penyampain intruksi kerja, bentuknya perintah, arahan,
penerangan, manual kerja, uraian tugas.
(b) Penjelasan dari pimpinan mengenai mengapa sutu tugas perlu
dilaksanakan. Hal ini ditunjukan agar pekerja mengetahui bagaimana
tugas-tugas berkaitan dengan tugas dan posisi yang lain di organisasi dan
mengapa mereka mengerjakan tugas tersebut.
(c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku
seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji, asuransi kesehatan,
dan lain-lain.
(d) Penyampaian informasi mengenai bagaimana penampilan pekerja, baik itu
penampilan fisik maupun penampilan kemampuan menjalankan pekerjaan
dan memperlihatkan daya tahan dalam keberhasilan kerja.
(e) Pemberian informasi bagaimana mengembangkan misi perusahaan.29
Selain di atas, komunikasi juga mengalir dari bawahan ke atasan atau
upward communication. Metode yang digunakan dalam penyampaian informasi
bisa dengan lisan, tulisan, gambar, skema, atau kombinasi diantara semuanya.
Metode upward communication memiliki beberapa fungsi, yaitu:
(a) Penyampaian informasi mengenai pekerjaan yang sudah dan yang belum
selesai dilaksanakan.
(b) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
(c) Membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan.30
2) Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal yaitu arus informasi yang terjadi secara mendatar
atau sejajar di antara para pekerja dalam satu unit. Menurut soleh Soemirat dan
29
30
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, hal. 2.14
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, hal. 2.15
27
Elvinaro Ardianto dalam buku Komunikasi Organisasional, tujuan dari arus
informasi ini antara lain:
(a) Mengkoordinasikan pengerjaan tugas
(b) Bertukar informasi dalam rencana dan kegiatan
(c) Mengatasi masalah
(d) Mendapatkan pemahaman bersama
(e) Memusyawarahkan, negosiasi, dan menengahi perbedaan
(f) Membangun dukungan interpersonal.31
Dalam penerapan jalur komunikasi horizontal banyak metode yang
digunakan para karyawan, misalnya percakapan pada saat istirahat, percakapan
melalui telefon, menggunakan memo, dengan diadakanya rapat diantara para
karyawan yang sejajar kedudukannya, dan lain-lain.
3) Komunikasi diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam sebuah
organisasi diantara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda
dalam kedudukanya dan bagian. Dalam komunikasi ini tidak ada perintah maupun
pertanggung jawaban, biasanya hanya menyampaikan ide.
Komunikasi diagonal diperlukan khusunya bagi para pekerja pada level
bawah guna menghemat waktu. Dalam penggunaan alur ini diperlukan dua syarat
yakni:
(a) Setiap pekerja melakukan komunikasi secara diagonal harus memperoleh
izin dari atasanya langsung
(b)
Setiap
pekerja
yang
melakukan
komunikasi
diagonal
menginformasikan hasil yang dicapai kepada atasan langsung.32
Berikut gambar mengenai contoh jenis alur komunikasi formal :33
31
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.17
Soleh Soemirat dkk., Komunikasi Organisasiona, h. 2.20
33
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.13
32
harus
28
Direktur
Manajer
Sta
ff
sta
ff
Manajer
sta
ff
sta
ff
sta
ff
Manajer
sta
ff
sta
ff
sta
ff
sta
ff
Gambar 3. Alur komunikasi formal
4) Grapvine
“Grapvine adalah perkataan Inggris untuk tanamanan anggur dan karena
tanaman ini menjalar tanpa arah dan bentuk tertentu, kadang-kadang seperti spiral
dan lingkaran yang kait mengait maka perkataan inilah yang dipilih untuk sistem
komunikasi informal.”34 “Grapevine biasanya disebut juga sebagai rumors.”35
Komunikasi ini bebas hambatan karena berlangsung dari mulut ke mulut, selain
itu informasi yang disampaikan sering kali tidak lengkap yang memungkinkan
disalah artikan, namun begitu umumnya 75% sampai 90% pesan grapevine akurat
yang berkaitan dengan situasi tempat kerja.
b. Komunikasi Eksternal
“Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara orang-orang yang berada
di dalam dengan khalayak di luar organisasi.”36 Adapun tujuan utama
dilaksanakan komuniksi eksternal oleh sebuah organisasi adalah:
34
Phil. Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta, Binacipta,
1986), Cet.Ke-4, h. 89
35
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.20
36
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.21
29
1) Untuk membina dan memelihara hubungan yang baik
2) Untuk menciptakan opini publik yang menguntungkan
3) Untuk memelihara dan menjaga citra organisasi agar tetap positif.37
4. Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi organisasi dalam suatu perusahaan sangat menentukan
kinerja karyawan, maka dari itu pemimpin harus jeli dalam menangkap situasi dan
kondisi iklim komunikasi di perusahaan tersebut. “Istilah „Iklim‟ disini
merupakan kiasan (Metafora). Kiasan adalah bentuk ucapan yang didalamnya
suatu istilah atau frase jelas artinya dalam situasi yang berbeda yang bertujuan
menyatakan suatu kemiripan.”38 Contohnya: tempat ini di rumah sendiri, nyaman,
suasanya kekeluargaan, meskipun perbandingan figuratif, perbandingan tersebut
memberi informasi mengenai ini, struktur, dan arti situasi baru tersebut.
Frase „iklim komunikasi organisasi‟ menggambarkan suatu kiasan
bagi iklim fisik. Sama seperti iklim anda membentuk iklim fisik untuk
suatu kawasan, cara orang berkreasi terhadap suatu aspek organisasi
menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim fisik terdiri dari kondisikondisi cuaca umum mengenai suatu wilayah.39
Dalam menelaah iklim komunikasi organisasi, kita harus memilah terlebih
dahulu apa itu iklim komunikasi dan iklim organisasi. Kedua bentuk iklim
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk pertama-tama akan dibahas
terlebih dahulu iklim komunikasi.
a. Iklim Komunikasi
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu
evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon
37
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.21
R. Wayne Pace & Don F.Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2005), Cet. Ke-4, h.146
39
R. Wayne Pace & Don F.Faules, Komunikasi organisasi h.147
38
30
terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersonal
dan kesempatan bagi pertumbuhan dan organisasi tersebut. Iklim
komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi
meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan-pesan dan peristiwa yang
berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi.40
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi
berhubungaan dengan persepsi-persepsi anggota perusahaan terhadap informasi
dan peristiwa yang terjadi. Dengan begitu jika komunikasi berjalan positif
diantara anggota, maka akan timbul suasana kerja yang penuh dengan
persaudaraan, para anggota perusahaan berkomunikasi secara terbuka, rileks,
ramah tamah, dengan anggota lain. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan
kinerja mereka. Sedangkan iklim komunikasi yang negative dapat menyebabkan
saling curiga dan tertutup antar karyawan.
b. Iklim Organisasi
Kreeps (1986), dalam Curtis (1992) yang dikutip oleh Soleh Soemirat,
Elvinaro Ardianto dan Yenny Ratna Suminar dalam buku Komunikasi
Organisasional meyatakan bahwa:
Iklim organisasi adalah „sifat emosional intern organisasi‟ yang
didasarkan pada bagaimana senangnya para anggota organisasi terhadap
satu sama lain dan terhadap organisasi. Konsep tersebut dibuat atas dasar
analogi antara kondisi lingkungan bisnis dan kondisi cuaca. Beberapa
iklim kerja dikategorikan hangat dan gembira bila orang-orang yang
terlibat didalamnya diperhatikan dan diperlakukan sesuai dengan
martabatnya.41
Sebenarnya pengertian
iklim organisasi belum ada kesepakatan yang
sama dari para ilmuwan. Menurut hemat penulis hal ini dikarenakan iklim
organisasi sangat kompleks cakupan pembahasanya, karena mencakup semua
unsur
dasar
40
organisasi
yaitu
anggota,
pekerjaan,
praktik-praktik
yang
R. Wayne Pace & Don F.Faules, Komunikasi Organisasi h.147
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal. 7.5
41
31
berhubungan dengan pengelolaan, struktur dan pedomanan. Namun dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah suatu situasi
dan kondisi yang terjadi di dalam organisasi yang terbentuk dari perpaduan unsurunsur organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja anggota organisasi.
Dari penjabaran iklim komunikasi dan iklim organisasi di atas, ditemukan
kesamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama dapat mempengaruhi kinerja
anggota organisasi. Setelah kita menelaah iklim komunikasi dan iklim organisasi,
maka kita akan membahas secara keseluruhan yaitu iklim komunikasi organisasi.
Menurut Falcinone yang dikutip oleh Wayne Pace dan Don F.Faules dalam buku
Komunikasi Organisasi menjelaskan bahwa :
Iklim komunikasi organisasi adalah suatu citra makro, abstrak dan
gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komuniksai organisasi.
Kita mengansumsikan bahwa iklim berkembang dari interaksi antara sifatsifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat itu. Iklim
dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari
persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi.42
Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi dapat mengkaji teori
Charles Redding yang dikutip oleh Arni Muhamad dalam buku Komunikasi
Organisasi yanng mengemukakan lima dimensi penting dari iklim organisasi
yaitu:
1. Supportivennes, atau bawahan mengamati bahwa hubungan
komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun, dan
menjaga perasaan diri berharga, dan penting.
2. Partisipasi membuat keputusan
3. Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia
4. Keterbukaan, dan keterusterangan
5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja
dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.43
42
R. Wayne Pace & Don F.Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-4, h. 149
43
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi (Jakarta, Bumi Aksara, 2007),hal. 85
32
Supportiveness dapat di bagi lagi menjadi beberapa kategori, menurut
Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat, dkk dalam buku Komunikasi
Organisasional bahwa ”tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota organisasi
mengarahkan kepada iklim supportiveness. Di antara tingkah laku tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada
kejadian yang dapat diamati dari pada evaluasi secara subjektif atau
emosional.
2. Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi
mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.
3. Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan dalam
merespons situasi yang terjadi
4. Empati, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan pengertian
terhadap anggota lainya
5. Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain
sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan
kekuasaan.
6. Provisionalism, anggota organisasi bersifat fleksibel dan
menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berbeda.44
Indikator di atas dapat dijadikan masukan bagi organisasi untuk
mengetahui apakah iklim komunikasinya positif atau negatif. Iklim komunikasi
organisasi berpengaruh besar terhadap kinerja karyawan karena iklim komunikasi
organisasi juga memberikan pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Hal
ini ditegaskan dengan pendapat Guzley yang dikutip oleh Akhi. Muwafik Saleh
dalam buku Fungsi Komunikasi dalam Organisasi bahwa :
Keputusan dan perilaku individu berupa Keputusan-keputusan yang
diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka
secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi, untuk
bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi
secara bersemangat, untuk mendukung para rekan secara dan anggota
organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, untuk
44
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, hal. 6.9
33
menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi
dan operasinya.45
5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi, baik yang berorientasi untuk menarik keuntungan
(profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi organisasi, yaitu:
fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan integratif. Keempat fungsi tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi.
Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.46
2.
Fungsi Regulatif
“Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh pada fungsi
regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan
manajemen, yaitu mereka yang memiliki wewenang untuk mengendalikan
informasi dan memberikan intruksi atau perintah. Kedua, berkaitan dengan
pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
Artinya bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan
yang boleh untuk dilaksanakan”.47
3.
Fungsi Persuasif
“Fungsi ini lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak pimpinan dalam sebuah
organisasi dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dari karyawan.”48 Fungsi
persuasif adalah penyeimbang dari pemberian intruksi. Seorang atasan harus
pintar-pintar mendapatkan hati para karyawanya, maka persuasif inilah caranya.
45
Akhi. Muwafik Saleh, Fungsi Komunikasi dalam Organisasi, Artikel diakses pada
tanggal 18 Agustus 2010 dari www. muwafikcenter.blogspot.com
46
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
2007), h. 274
47
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka,
2000), Modul Kuliah, h. 2.5
48
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.5
34
Atasan dalam memberikan intruksi pekerjaan juga harus dibarengi dengan sikap
mengajak yang santun dan bijak. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela
oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding jika
pimpinan sering mmperlihatkan kekuasaan dan kewenanganya.
4.
Fungsi Integratif
Setiap
organsiasi
berusaha
untuk
menyediakan
saluran
yang
memungkinkan karyawan dapat melaskanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
“Ada dua saluran komunikasi yaitu, formal, seperti penerbitan khusus dalam
organisasi (newsletter) dan laporan kemajuan organisasi; juga saluran informal,
seperti perbincangan antarpribadi dalam masa istirahat kerja, pertandingan
olahraga, dan lain-lain.”49
D. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Dalam organisasi formal maupun nonformal selalu ada seseorang yang
dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih
tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk
mengatur orang lainya. Biasanya orang yang seperti itu disebut pemimpin.
Kepemimpinan mendapat awalan „ke‟ dan sisipan „em‟ serta akhiran
„an‟. Menurut tata bahasanya awalan „ke‟ dan „ke-an‟ berfungsi sebagai
pembentuk kata benda abstrak yang mengandung arti menjadi atau
peristiwa. Sedangkan sisipan „em‟ pada kata pemimpin berfungsi
membentuk kata baru yang artinya tak berbeda dengan kata dasarnya. Arti
sisipan „em‟ di sini mengandung sifat. Jika pemimpin berasal dari kata
„pimpin‟ yang mendapat awalan „pe‟ mempunyai arti orang yang
melakukan, jadi pemimpin adalah orang yang memimpin.50
49
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
2007), h. 276
50
M.Arifin, Psikologi dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-3, h.87
35
Sedangkan pengertian kepemimpinan menurut istilah, dalam hal ini para
ahli banyak berpendapat, di antaranya:
Onong Uchajana dalam bukunya, Human Relations dan Public Relations
dalam Management, mengatakan bahwa “Kepemimpinan adalah suatu proses
dimana seseorang memimpin (directs), membimbing (guides), mempengaruhi
(influences), atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan atau tingkah laku orang
lain.”51
Menurut Veithzal Rivai dalam buku Kepemimpinan dan perilaku
organisasi yang mengatakan bahwa “kepemimpinan adalah proses untuk
mempengaruhi orang lain, baik di dalam orgnisasi maupun di luar organisasi
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu.
Proses mempengaruhi tersebut sering melibatkan berbagai kekuasaan seperti
ancaman, penghargaan, otoritas, maupun bujukan.”52
Di samping itu, Howard H. Hoyt seperti yang dikutip Kartini Kartono
dalam bukunya Pemimpin dan kepemimpinan, mendefinisikan kepemimpinan
sebagai berikut: “kepemimpinan adalah seni mempengaruhi tingkah laku manusia,
kemampuan untuk membimbing orang.”53
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah suatu kemampuan untuk memimpin (directs), membimbing (guides),
mempengaruhi (influences), atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan daan
tingkah laku orang lain untuk mencapai visi dan misi yang disepakati bersama.
51
Onong Uchjana, Human relation dan Public Relations dalam Management, (Bandung:
CV. Mandar maju, 1989), cet. Ke-7, h.195
52
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2004), h. 3
53
Kartini kartono, pemimpin dan kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada,
1998), cet. Ke-8, h.49
36
Ada tiga teori terkenal yang menganalisa timbulnya seorang pemimpin
yaitu: teori genetic, teori sosial, dan teori ekologis.
a. Teori genetis
Teori ini memilki prinsip leaders are born not made, untuk itu seseorang
akan menjadi pemimpin apabila ia lahir dengan membawa bakat memimpin.
Pendapat lain masih menggunakan prinsip ini mengemukakan bahwa seseorang
dapat menjadi pemimpin apabila ia lahir dari keluarga pemimpin.
b. Teori sosial
Prinsip yang digunakan dalam teori ini bertentangan dengan teori genetis,
leaders are born not made. Teori ini berpendapat bahwa seorang akan mampu
menjadi pemimpin apabila ia memiliki pendidikan, dan pengalaman yang
mendukung kepemimpinannya.
c. Teori ekologis.
Dalam hal ini, teori ekologis muncul sebagai solusi dari pertentangan
kedua teori di atas. Teori ekologis berkeyakinan bahwa seorang dapat menjadi
pemimpin yang baik apabila ia lahir dengan membawa bakat, dan setelah dewasa
bakatnya diasah dengan pendidikan, dan pengalaman.54
2. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan sering disebut perilaku kepemimpinan atau gaya
kepemimpinan (leadership style). “Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh
dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak
oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang
konsisten dari falsafah, ketrampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku
seseorang.”55
Di bawah ini akan diuraikan tipe-tipe (gaya-gaya) kepemimpinan tersebut
di atas dengan maksud memberikan gambaran yang jelas mengenai persamaan
dan perbedaannya, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam memahami gaya
kepemimpinan disebabkan pengistilahan yang berbeda padahal maksud dan
tujuannya sama.
54
Sondang. P.Siagian, Peran Staf dalam Manajemen ,(Jakarta: Gunung Agung,1986), cet
Ke-10,h.101-102
55
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2004), h. 64
37
a. Kepemimpinan Otokrasi atau otoriter
“Gaya pemimpin otoriter adalah seorang pemimpin dalam menentukan
kebijakan kelompok atau membuat keputusan tanpa berkonsultasi atau
memastikan
persetujuan
dari
para
anggotanya.
Pemimpin
ini
bersifat
impersonal.”56
Ciri –ciri gaya kepemimpinan otokrasi diantaranya:
1) Semua ketentuan kebijakan oleh pemimpin
2) Teknik dan langkah aktivitas ditentukan oleh penguasa, satu persatu,
sehingga langkah-langkah masa depan umumya selalu tidak pasti
3) Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap
anggota
4) Penguasa cenderung bersifat “pribadi” dalam memuji dan mencela
pekerjaan masing-masing anggota; mengambil jarak dari partisipasi
kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahlianya.57
b. Kepemimpinan Demokrasi
Gaya pemimpin demokrasi adalah seorang pimpinan dalam menentukan
kebijakan melibatkan anggota kelompok untuk dimintai masukan-masukan.
Sehingga tugas pemimpin selain memberikan pengarahan juga mengijinkan
kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan cara yang dikendaki para
anggotanya. 58
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokrasi diantaranya:
1) Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil
dengan dorongan dan bantuan dari pimpinan
2) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
kelompok dibuat, dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin
menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih
3) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih, dan
pemberian tugas ditentukan oleh kelompok
56
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang, UMM Press, 2008), hal. 266
Fremont E.Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manejemen, (Jakarta,
Bumi Aksara, 1995), cet-5, hal. 536
58
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang, UMM Press, 2008), hal. 266
57
38
4) Pemimpin adalah objektif atau “fact minded” dalam memberikan pujian
dan kecamannya, dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa
dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan 59
Pada penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan Selain harus memiliki
kemampuan, pemimpin juga perlu memiliki sifat kemanusiaan, demokratis dan
mencintai bawahanya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali-Imraan
(3), ayat 159:
             
              
      
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.
Dalam ayat tersebut terdapat kalimat musyawarah yang artinya meminta
pendapat dan mencari kebenaran, itu merupakan salah satu prinsip dalam
demokrasi yang dianut sebagian besar bangsa di dunia. Didalam Islam
bermusyawarah untuk mencapai mufakat adalah hal yang disyariatkan.
c. Kepemimpinan Laisser Faire
“Gaya pemimpin laisser faire adalah seorang pimpinan dalam menentukan
kebijakan tidak memiliki inisiatif untuk mengarahkan atau menyarankan alternatif
tindakan.”60 Akan tetapi, pemimpin ini lebih mengijinkan kelompok untuk
59
60
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang, UMM Press, 2008), hal. 267
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang, UMM Press, 2008), h. 267
39
mengembangkan dan melaksanakan sendiri pekerjaanya, bahkan termasuk juga
mengijinkan untuk melakukan kesalahan.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan laisser faire diantaranya:
1) Kebebasan penuh untuk keputusan kelompok atau individu dengan
minimnya partisipasi pemimpin
2) macam-macam bahan disediakan pemimpin, yang dengan jelas
mengatakan bahwa ia akan menyediakan keterangan apabila ada
permintaan, ia tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok
3) Pemimpin tidak berpatisipasi sama sekali
4) Komentar spontan yang titak frekuen atas aktivitas-aktivitas anggota dan
ia tidak berusaha sama seklai untuk menilai atau mengatur kejadiankejadian.61
61
Winardi SE, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Bandung, Rineka Cipta, 1990), h. 79
BAB III
GAMBARAN UMUM PT TEMPO INTI MEDIA
A. PT Tempo Inti Media
1. Sejarah dan Perkembangan PT Tempo Inti Media
Tempo Media lahir pada zaman orde baru, disokong oleh perusahaan yang
juga dibesarkan pada masa orde baru tahun 1971, tetapi orde baru juga yang
mematikanya.1 Produk media yang pertama kali dihasilkan dari PT Tempo Inti
Media adalah Majalah Tempo yang umumnya meliput berita dan politik. Edisi
pertama Tempo diterbitkan pada tanggal 6 Maret 1971 yang merupakan awalawal pemerintahan orde baru. Majalah Tempo mengutamakan berita yang netral,
mengulas informasi dengan objektif dan menguraikanya dengan bahasa jernih.
Dinamakan Tempo karena pertama, nama itu singkat dan bersahaja, enak
diucapkan oleh lidah Indonesia dari segala jurusan. Kedua, nama ini terdengar
netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang. Ketiga, nama itu bukan simbol
suatu golongan. Dan arti “Tempo” sederhana saja yaitu waktu. Sebuah pengertian
yang dengan segala variasinya lazim dipergunakan oleh banyak penerbitan
jurnalistik diseluruh dunia.2
Majalah Tempo merupakan media pertama dan tidak memiliki afiliansi
dengan pemerintah. Majalah Tempo didirikan oleh jurnalis dari PT Grafiti Pers.
Pendiri Tempo antara lain: Goenawan Muhamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto,
Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, Putu Wijaya. Maka dari salah satu blok
1
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/2053888,htm, artike berjudul
”Enak ddibaca tetapi ini sejarah dari atas” karya Ignatius Haryanto, diakses pada 15 september
2010, pukul 11.00
2
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
40
41
gedung di Jl. Senen Raya 83 Jakarta pada tanggal 6 maret 1971 nomor perdana
tempo dilahirkan dengan Yayasan Jaya Raya sebagai penerbitnya.
Kebebasan Majalah Tempo untuk meliput informasi dengan berita yang
objektif mungkin terbentur oleh pemerintahan orde baru. Dua kali Tempo dilarang
terbit yaitu pada tahun 1982 dan kemudian hal itu terulang kembali ditahun 1994.
Majalah ini dibredel oleh pemerintah orde baru karena berusaha untuk
menampilkan informasi yang seobjektif mungkin yang dinilai sensitif oleh
pemerintahan. Banyak orang yakin bahwa Menteri Penerangan saat itu Harmoko,
mencabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Tempo karena laporan
tentang impor kapal perang dari Jerman. Laporan ini dianggap membahayakan
"stabilitas negara". Laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap
impor oleh Menristek BJ Habibie. 3
Sekitar empat tahun Tempo vakum dari dunia media massa karena kasus
pembredelan oleh pemerintah. Seiring dengan runtuhnya orde baru, akhirnya
manajemen Tempo kembali menerbitkan majalah Tempo pada 6 Oktonber 1998.
Tempo juga menerbitkan majalah dalam bahasa Inggris sejak 12 September 2000
yang bernama Tempo English Managazine.
Pada 2 April 2001, manajemen PT. Tempo Inti Media meluncurkan
inovasi baru yang diberi nama Koran Tempo. Koran Tempo adalah sebuah koran
berbahasa Indonesia yang terbit di Indonesia, pemiliknya adalah PT Tempo Media
Harian, anak perusahaan dari PT Tempo Inti Media. Dalam proses pendirianya,
koran Tempo melakukan penjualan saham kepada publik sebanyak 17,6 persen
dari dana tersebut hingga akhirnya koran ini bisa beroperasi. Koran Tempo
3
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
42
pertama kali diterbitkan di Jakarta 2 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000
setiap hari.4
Kini PT. Tempo Inti Media memiliki 3 kantor di Jakarta yang disesuaikan
dengan kebutuhan perusahaan, lokasi perusahaan PT. Tempo Inti Media antara
lain:
a. Gedung Tempo Jl Proklamasi No. 72 (redaksi Majalah Tempo dan divisi
pendukung)
b. Ruko kebayoran center Blok A11-15 jalan Kebayoran Baru, Mayestik
(redaksi Koran Tempo dan Iklan)
c. PT Temprint Jl. Palmerah Barat No. 8(divisi Sirkulasi dan percetakan).5
2. Produk-Produk PT Tempo Inti Media
a. Majalah Tempo
Terbit setiap Senin. Ada 120 halaman dalam setiap edisi. Pada tahun 2009
Tiras mencapai 180.000 eksemplar dan menguasai 68% pangsa pasar majalah
berita mingguan. Rata-rata Majalah Tempo dibaca oleh kaum pria dan mayoritas
mereka adalah kelompok mapan kategori A dan B (menengah keatas).
Gambar 4. Pembaca Tempo menurut jenis kelamin
4
5
http://idd.wikipedia.org/wiki/koran-Tempo,diakses pada 17 September 14.00
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
43
Sumber : Sales kitt Produk Tempo tahun 2009
Gambar 5. Pembaca Tempo menurut jenjang ekonomi
Sumber : Sales kitt Produk Tempo tahun 2009
b. Koran Tempo
Koran tempo terbit 7 (tujuh) hari seminggu. Koran ini hanya 40 halaman
terdiri dari bagian-bagian yang ditandai dengan huruf abjad. Isi beritanya
berkaitan dengan ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, terkadang juga mengulas
gaya hidup. Format korannya berbentuk compact yaitu tidak terlalu panjang dan
lebar, karena bentuknya yang compact maka tulisanya ringkas dan padat. Yang
menjadi ciri utama di Koran Tempo, tulisanya tidak bersambung ke halaman lain.
Tiras Koran Tempo tahun 2009 sebesar 240.000 eks.
c. Tempo English Magazine
Terbit setiap Rabu, ada 80 halaman. Yang menarik dari majalah ini adalah
satu-satunya majalah berbahasa Inggris dengan prespektif Indonesia. tiras
mencapai 29.000 eksemplar pada tahun 2009. Pembaca Tempo English Magazine
mayoritas berpendidikan pascasarjana, karena mereka umumnya adalah ekspatriat.
44
Gambar 6. Pembaca Tempo English Magazine menurut jenjang pendidikan
Sumber : Sales kitt Produk Tempo tahun 2009
d. U Magazine
U Magazine adalah majalah lifestyle khusus pria. Terbit setip bulan di
minggu pertama. Tiras U Magazine sebesar 30.000 eksemplar pada tahun 2009.
Kelompok pembaca utama adalah kalangan profesional muda perkotaan.
Meskipun U Mag merupakan majalah baru namun termasuk kedalam 6 (enam)
besar majalah yang banyak dibaca.
e. Tempo Interaktif
Tempo interaktif merupakan perintis media berita di internet. Diluncurkan
pada tanggal 6 Maret 1996. pengakses sekitar 3 juta perbulan (Maret 2009).
Rubrik favorite adalah frontpage 91%, nasional 89,8%, internasional 67,1%,
teknologi 66,5%.
3. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk
berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang
menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.
45
b. Misi
1) Menyumbangkan kepada masyarak suatu produk multimedia yang
menampung dan menyalutkan secara adil suara yang berbeda-beda
2) Sebuah produk multi media yang mandiri. Bebas dari tekanan kekuasaan
modal maupun politik
3) Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasan dan
tampilan visual yang baik
4) Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik
5) Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam
sesuai kemajuan zaman
6) Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor
7) Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya
khasanah artistik dan intelektual. 6
4. Penghargaan dan Prestasi
a. Penghargaan
1) 1986
Best Cover-Asia Publishingg Congress, Singapore
2) 1989
Second Best Coverr-Asiaa Publishing Congrrrress, Hongkong
3) 1989
Best Article, 25th National Health Day Award
4) 1990
Best Outdoor Ad, Citra Mara Award, Indonesia
5) 1991
Best Photo, Adinegoro Award, Indonesiaa
6) 1999
The Mosst Read News Magazine, AC Nielsen
7) 1999
Best foreign series foster, 7th International Printed Graphic Art,
Pakistan
6
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
46
8) 1999
The most satsfactory news magazine, frontier
9) 1999
The most recognized magazine, MI
10) 1999
The most popular brand news magazine, marsfrontier-SWA
11) 1999
The most read magazine by indonesian Bussinessmen, IPSOSRSL (Hongkong) Asian Bussinessman Readership Survey
12) 2002
Penghargaan Index Customer Satisfaction Award Frontier
13) 2004
Penghargaan Medal of Honor dari Missiori School of Journalism
Amerika Serikat
14) 2004 Penghargaan dewan pers: Koran Tempo sebagai harian yang
pemberitaanya paling berimbang dan harian kedua terbaik secara
umum.7
b. Prestasi
1) Edisi perdana TEMPO dapat menjual 20.000 kopi
2) 1799 Penjualan mencapai 47.000 kopi
3) 1988 Penjualan mencapai 166.000 kopi
4) 1991
Menjadi satu-satunyaaa jurnalis dari Indonesia yaang meliput
perang Teluk dari Bagdad, Irak
5) 1993 Penjualan mencapai 200.000 kopi
6) 1996
Reporter TEMPO, Ahmad Taufik menerima anugerah S Tasrieb
Award
7) 1997
Reporter Bina Bektiati menerima penghargaan US Woman
Journalist Award
8) 1998
Penjualan pada edisi perdana TEMPO pasca di breidel mencapaai
150.000 kopi
7
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
47
9) 1998 Goenawan Muhamad menerima CPJ Award
10) 2000
Media pertama yang mengungkap Sengketa Buloggate, sedangkan
yang lain menguttip dari TEMPO
11) 2002 Hasil survey AC Nielsen MBM paling banyak pembacanya
12) 2002
Romy Fibri menerima penghargaan sebagai nominee dari
International Federation of Journalist (IFJ) & European Union
(EU) di Belgia
13) 2003
Karaniya Dharmasaputra mendapatkan penghargaan dari AJI
(Aliansi Jurnalistik Independent) untuk tulisanya investigasi
Boullage II
14) 2003
Rommy F dan Maria H menerima penghargaan apresiasi jurnalis
Jakarta dalam peringatan 9 tahun AJI
15) 2003
Merupakan media yang paling komprehensif mengangkat isu ilegal
logging periode 2002-2003 dari Greencom dan Inform (TWI,
WALHI, Telapak, WWF, Kemala, AMAN, FFI, TNC, BLI, CI)
16) 2003
karaniya Dharmasaputra menerima penghargaan M Hatta Award
atas kinerjanya memberantas korupsi
17) Penghargaan kepada wartawan Tempo (Nezar Patria): tolerance Prizedari
International Federation of Journalists atas pemberitaanya mengenai
Aceh.8
5. Struktur Organisasi:
8
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
48
Komisaris
Direktur
Utama
Biro SIM
Corporate Secretary
Direktur Departemen
Produksi, SDM dan Umum
General Manager Divisi
Iklan
Bag.
CS
Bag.
Eceran
Koran
&
langgan
an
Bag.
Kolektif
Direktur Departemen Pemasaran
dan Keuangan
General Manager Divisi
sirkulasi
Bag.
Distri
busi
Bagian
MBM
Eceran
Bag.
eceran
&
langgan
an
TEBI
Keterangan:
Komisaris Utama : Goenawan Muhamad
Komisaris
: Sri Nugraha
Yusril Djalinus
Komisaris Independen : 1. Zulkifly Lubis
2. Ir. H. Tribudi Rahardjo
Direktur Utama
: Bambang Harymurti
Corporate Secretary: Rustam F Man Dayan
Direktur Departemen Produksi, SDM, Umum : Toriq Hadad
Direktur Departemen Pemasaran dan Keungan : Hery Hernawan
GM. Divisi Iklan : Gabriel Sugrahety
GM Sirkulasi dan Distribusi : Windalakasana
Kepala Custumer Service : Demian Subarkah
Kepala unit koran eceran dan langganan : Shanty N
Kepala unit kolektif : Shalfi A
kepala unit distribusi : Ismet Tamara
Kepala unit majalah eceran dan pelanggan : Hariyadi
Bag.
Eceran
&
Langga
nan U
Mag
Unit riset & promosi
49
kepala unit Tempo English Magazine : Jefri
Kepala Unit U Magazine : Indra.9
B.
Divisi Sirkulasi dan Distribusi
Divisi sirkulasi dan distribusi adalah divisi yang bertugas memasarkan
atau mengenalkan produk Tempo kepada khalayak sehingga mereka tertarik untuk
membeli, selain itu juga mendistribusikan kepada konsumen. Dalam memasarkan
dan mendistribusikan produk, divisi ini bekerjasama dengan para agen-agen yang
ada di Indonesia. Untuk mempermudah dalam memasarkan produk, ada
pembagian tugas kerja yaitu dibagi menjadi tujuh unit seperti yang tertera di
struktur organisasi di atas. Penulis akan menyenderhanakan menjadi 3 bagian
yaitu:
1. Unit Eceran dan Langganan
Pada unit ini dibagi menjadi bermacam-macam sub yaitu unit eceran dan
langganan Koran Tempo, unit eceran dan langganan Majalah Tempo, unit eceran
dan langganan Tempo English Magazine, Unit eceran dan langganan Majalah U
Mag. Pada tiap-tiap unit ini bertugas untuk mencari dan bekerjasama dengan
agen-agen yang ada di Indonesia, selain itu juga memasarkan produk kepada
masyarkat umum secara eceran (satuan) dan juga langganan. Agen-agen surat
kabar akan membantu memasarkan produk Tempo kepada masyarakat dengan
bantuan loper koran yang ada di bawah naungan agen.
2.
Unit Kolektif
Unit kolektif ini dibagi menjadi dua yaitu Corporate Relations dan Tempo
komunitas. Corporate Relations bertugas memasarkan produk Tempo ke
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia misalnya Rumah sakit, hotel,
9
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
50
airlines, food & beverage, dan lain-lain. Sedangkan Tempo Komunitas
merupakan sebuah wadah bagi pembaca Koran Tempo dan Majalah Tempo untuk
berinteraksi satu sama lain. Tempo Komunitas banyak bekerjasama dengan
berbagai event organizer, konsultan, dan pusat pelatihan, hal itu juga bertujuan
untuk menjaring pembaca Tempo lebih banyak lagi.
3.
Unit Distribusi
Pada unit ini bertugas untuk mengirimkan produk kepada konsumen
langsung dan juga ke agen-agen yang ada di Indonesia. Hanya koran Tempo dan
majalah Tempo yang di distribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, sedangkan
Tempo English Magazine dan majalah U Mag untuk saat ini hanya di wilayah
Jabodetabek, Jawa, dan Bali.
Dari semua unit kerja di atas, tujuan akhir yang akan dicapai menurut
Windalaksana, General Manager Sales dan Marketing adalah “target oplah, target
penjualan, target penerimaan rupiah, sehingga bisa mendukung target keseluruhan
dari perusahaan.”10 Pencapaian kerja unit-unit di atas dapat dilihat dari tiras
produk-produk Tempo, misalnya koran Tempo mencapai 240.000 eksemplar,
selain itu majalah Tempo menduduki 68 % pangsa pasar majalah mingguan
dengan tiras 180.000 eksemplar.
10
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing,
Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
51
BAB IV
PELAKSANAAN KOMUNIKASI ORGANISASI
PADA PT TEMPO INTI MEDIA
A. Iklim Komunikasi Organisasi Pada PT Tempo Inti Media
Setiap lingkungan kerja memiliki atmosfer yang berbeda. Para ahli
menggunakan istilah iklim komunikasi organisasi untuk menggambarkan tingkat
kenyamanan yang karyawan rasakan di tempat kerja. Iklim komunikasi organisasi
sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan, kepuasan, dan kenyaman
karyawan berada di tempat kerja. Iklim komunikasi yang positif menciptakan
suasana kerja yang kekeluargaan dan karyawan leluasa untuk mengemukakan
pendapatnya baik kepada sesama rekan kerja maupun terhadap atasanya. Suasana
yang nyaman di tempat kerja menurut Gin (1961) adalah iklim mendukung.
Dalam menganalisa, penulis menggunakan teori Charles Redding yang
mengemukakan lima dimensi penting iklim organisasi dan akan dijabarkan satu
persatu.
1. Supportivennes
Suasana suportif atasan kepada bawahan dapat di lihat dari seberapa sering
atasan memberikan saran dan solusi yang baik kepada bawahan, itu merupakan
salah satu bentuk dukungan atasan untuk membantu mengatasai permasalahan
bawahanya. Suasana ini sering terjadi, biasanya atasan memanggil langsung salah
satu atau beberapa karyawan ke ruangannya. Dalam pembicaraan tertutup atasan
mendengarkan apa yang terjadi di lapangan, jika memang ada masalah atasan
segera memberikan petunjuk untuk mengatasi. Hal seperti ini sering terjadi
51
52
hampir setiap hari. Atasan (General Manager of Sales & Marketing) memantau
pekerjaan karyawanya setiap hari.
Pada teori suportivennes dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa kategori,
hal ini sesuai dengan pendapat Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat, dkk dalam
buku Komunikasi Organisasional yaitu:
a. Kesamaan
Di Tempo Inti Media, suasana yang dirasakan nyaman, antar karyawan
bebas berkomunikasi, saling menghargai satu sama lain. Penulis mewawancarai
beberapa karyawan mengenai iklim komunikasi, menurut Sutiyono, “suasana di
kantor
ini
kekeluargaan,
berkomunikasi
dengan
semua
karyawan
menyenangkan.”1 Hal ini senada dengan Denda, menurut beliau: “suasana disini
itu enak sih, kekeluargaanlah, saling membantu satu sama lain.”2
Iklim komunikasi yang positif tidak hanya dilihat dari tingkat kenyamanan
berkomunikasi dengan sesama rekan kerja namun juga keterbukaan dan
kenyamanan berkomunikasi dengan atasan. Atasan memberikan ruang bicara
kepada bawahan untuk mengutarakan pendapatnya, bisa mengenai kritik, saran,
ide, dan lain sebagainya.
“Saya membebaskan cara penyampaian opini, kritik, saran dari
bawahan, apapun mau pake jalur struktur melalui kepala seksi trus ke
kepala unit langsung ke saya itu bebas saja karena ya itu tadi kembali ke
cerita awal saya tentang Tempo, Tempo itu demokratis. Nah saran itu
diterima atau tidaknya nanti akan kembali lagi kepada struktur, kepada
otoritas. Nah kemudian komunikasi, emmm apa ya, pesan tadi atau
informasi tadi masuk atau tidak tergantung kepada perantaranya. Klo di
sampaikan secara stuktur kan mungkin pemahaman kepala unit, kepala
seksi kan berbeda-beda. Makanya saya sering meminta kepada semua
orang untuk bebas berbicara kepada siapa saja walau kepada koleganya,
1
Wawancara pribadi dengan Sutiyono, Community Relation, Jakarta, Jumat 24
September 2010 pukul 14.00, PT Tempo Inti Media
2
Wawancara pribadi dengan Denda, Staff PT Tempo Inti Media, Jakarta, Jumat 24
September 2010 pukul 15.00, PT Tempo Inti Media
53
kepada atasanya, kepada bawahanya selama pembicaraan itu konteksnya
dalam membangun, kontrukstif bukan defensive, bukan menggunting
dalam lipatan tapi sesuatu yang memang bagus untuk perusahaan. Atau
jika ia merasa terzalimi, merasa dibedakan atau merasa tersakiti ya di
sampaikan saja, kita akan komunikasikan apa dan bagaimananya,
kenapanya di komunikasikan dengan pihak yang terkait. Sehingga saya
dalam melihat organisasi itu adalah seperti harmoni sepeti alunan
semuanya bias menikmati dan jangan sampai ada nada sumbang, ada nada
fales. Saya ingin semuanya pada sebuah pola tapi bukan berarti ritme itu
tidak dinamis ritme itu pasti ritmik atau bermain pada kort pada nada-nada
yang bermain, tidak statis pada satu nada”3
b. Orientasi Masalah
Pendapat dari bawahan baik berupa ide, saran maupun kritik
sangat
penting sekali untuk manajemen perusahaan. Karena Bawahanlah yang bekerja di
lapangan dan mengetahui kondisi dan situasi yang terjadi dilapangan.
Di Divisi Sirkulasi dan Distribusi, rata-rata karyawan memang bekerja di
luar ruangan. Karena mereka harus menawarkan produk Tempo Media kepada
masyarakat luas. Target pasar mereka pun dibagi per unit, seperti pada bagian
sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu unit eceran dan unit non eceran. Target pasar
unit eceran adalah masyarakat umum, mereka biasanya bekerjasama dengan para
agen dan loper koran di seluruh Indonesia. Sedangkan unit non eceran
berkerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, misalnya
hotel, airlines, rumah sakit, dll.
Karyawan yang menghadapi kendala atau masalah ketika berhubungan
dengan client harus segera ditangani, disinilah fungsi saling keterbukaan dengan
atasan. Karena dengan di bicarakan akan menghasilkan saran dan solusi yang
terbaik. Dalam penyampaian ide, saran maupun kritik karyawan dapat langsung
kepada atasan tinggi atau menghadap ke atasan per unit.
3
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta,
Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
54
c. Deskripsi
Rapat merupakan salah satu alternatif untuk membicarakan pekerjaan
kepada atasan dan kepada sesama rekan kerja. Rapat di Tempo Inti Media
dilakukan 1 (satu) minggu sekali di hari Senin. “Emm klo saya rapatnya banyak,
tapi secara utuh dan lengkap yaitu seminggu sekali, tapi disisi lain terkadang ada
rapat-rapat unit yang terkadang harus saya ikuti. Jadi rapat umumnya ada satu,
rapat perunitnya banyak”.4
Dalam rapat akan banyak yang didiskusikan, berbagi pengalaman,
mengutarakan masalah yang terjadi, mencarikan solusi yang
terbaik, dan
merencanakan program kerja yang akan dilaksankan kemudian hari. Review lebih
mengevaluasi apa yang terjadi pada minggu lalu, bagaimana kinerja minggu lalu
dan seperti apa capaian kinerja minggu lalu. Problem solving, mengevaluasi
masalah-masalah apa saja yang terjadi pada minggu lalu, masalah itu dicari
penyelesaianya apa yang terbaik untuk memecahkan masalah pada minggu lalu.
Setelah itu ditemukan solusi, apa yang harus segera dilakukan untuk menuju hari
esok atau minggu depan.
d. Spontanitas
Ketika rapat memang bawahan dan atasan dituntut untuk mengutarakan
pendapatnya. Jika memang ada yang tidak setuju dengan ide atau gagasan yang di
berikan atasan, bawahan bebas saja untuk memberikan komentar. Namun
terkadang ada juga sebagian karyawan yang tidak berani menolak pendapat dari
atasan dan alhasil mereka melakukan grapevine yaitu komunikasi informal yang
4
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta,
Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
55
berjalan berliku-liku di semua tingkatan sesuai dengan derajat ikatan bathin yang
dimiliki anggota, biasanya disebut dengan desas desus.
Grapevine biasanya terjadi karena adanya rasa ketidak puasan karyawan
akan suatu hal, misalnya gaji yang minim. selain itu adanya keterikatan bathin
diantara karyawan karena sering bekerjasama maka disamping pekerjaan resmi
yang dibicarakan juga hal-hal lain yang menyangkut orang-orang dalam
lingkungan kerjanya.
Hal ini senada dengan beberapa karyawan yang diwawancarai ”Kita
biasanya klo ada uneg-uneg lebih sering ngomong di belakang tentang suasana
kantor yang tidak nyaman, ga brani ngomong langsung ke pemimpin.”5
”Untuk berkomunikasi dengan atasan memang kadang sungkan untuk mengkritik
maupun memberikan pendapat. Tidak ada melalui media misalnya kotak saran.
Saran dan kritik dilakukan langsung kepada pemimpin. Tapi jika hanya 4 (empat)
mata memang bisa terbuka, tapi jika beramai-ramai tidak terlalu terbuka. Tapi
intinya dalam menyampaikan harus hati-hati.”6
Inilah sebenarnya yang harus dihindari, tidak semua karyawan berani
untuk mengungkapkan pendapatnya langsung kepada atasan. Harus ada media
lain yang di gunakan agar keluhan, ide, kritik, saran dari para bawahan
tersampaikan. Penulis mengamati tidak ada media seperti kotak saran yang
dipasang, selain itu para karyawan yang tidak setuju dengan pendapat atasan
hanya membicarakan di belakang namun tidak disampaikan langsung ke atasan.
5
Wawancara pribadi dengan beberapa staff Tempo, Jakarta, Jumat 24 September 2010
pukul 15.00, PT Tempo Inti Media
6
Wawancara pribadi dengan Sutiyono, Community Relation, Jakarta, Jumat 24
September 2010 pukul 14.00, PT Tempo Inti Media
56
Ini adalah salah satu kendala untuk membentuk iklim komunikasi yang positif di
perusahaan.
Sebenarnya informasi dari komunikasi grapevine dapat digunakan
pemimpin untuk meningkatkan pengertian serta kerjasama dan suasana kerja yang
baik dalam organisasi. Selain itu dapat juga menjadi bahan pertimbangan untuk
membuat kebijakan yang lebih baik untuk karyawan.
2. Partisipasi membuat keputusan
Setiap karyawan memang diharapkan untuk berpartisipasi dalam membuat
keputusan baik ketika rapat umum mapun ketika rapat per unit. Ketika rapat
memang beberapa bawahan aktif, mereka juga memberikan saran untuk
memecahkan masalah. Misalnya ketika rapat membahas mengenai program kerja
yang akan dilaksanakan pada bulan ramadhan. Para staf seperti bagian Corporate
Relation dan Marketing & Community Relation memberikan masukan, program
kerja apa yang akan dibuat untuk bulan ramadhan. Setelah keputusan diambil,
Manager Sales & Marketing mengemukakan program kerja tersebut ke forum
direksi (rapat umum). ”. . . . . klo saya dalam rapat yang umum, kepala unit
sudah menghandle permasalahan yang terjadi pada bawahanya. Pastinya saya
membutuhkan masukan dari teman-teman untuk memecahkan masalah yang tejadi
di lapangan dan mencari solusi yang terbaik.”7
3. Kepercayaan
Saling percaya antar atasan dan bawahan adalah dimensi yang sangat
krusial. Atasan memberikan beban dan tanggung jawab kepada bawahanya sesuai
dengan job desk nya masing-masing, itu merupakan bukti atasan memberikan
7
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta,
Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
57
kepercayaan kepada bawahanya. Atasan yang memiliki rasa kepercayaan yang
tinggi terhadap bawahanya tidak akan selalu mendikte apa yang harus dilakukan
oleh anak buahnya. Atasan percaya bahwa anak buahnya memiliki kemampuan
untuk menjalankan tugas pekerjaan dengan sebaik mungkin.
Rasa kepercayaan ini bukan berarti atasan melepas kontrol begitu saja,
namun dilakukan secara demokratis yaitu gaya kepemimpinan dengan
memberikan kesempatan kepada anggota (bawahanya) untuk mengembangkan
kemampuanya dan melaksanakan cara yang dikehendaki para bawahanya namun
atasan tetap memberikan arahan dan kontrol kepada bawahan.
”Ada sesuatu hal yang secara umum tapi tidak menjadi sebuah pola
tapi sebagai sebuah roh bisa dikatakan, kepemimpinan di Tempo itu
demokratis. Emm kepemimpinan itu sulit untuk distandarisasi dalam pola,
karena macem-macem. Klo pada zaman Soeharto kan ada tut wuri
handayani, emm ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa sama
tut wuri handayani. Nah itu tergantung pada pimpinannya pertama dan
tergantung pada organisasinya. Nah klo organisasi pada pemasaran saya
lebih memilih tengah tengah ing madya mangun karsa”.8
Dari kutipan di atas ada penggalan kalimat ”ing ngarsa sung tulada, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Arti dari semboyan itu adalah: dari
belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan, di tengah
atau diantara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan di depan,
seorang pendidik harus memberikan teladan aataau contoh tindakan yang baik.
4. Keterbukaan
Selain kepercayaan pastinya harus dibarengi dengan keterbukaan.
Keterbukaan antar karyawan dan juga dengan atasan akan meningkatkan rasa
solidaritas yang tinggi. Keterbukaan adalah salah satu cara untuk meningkatkan
8
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta,
Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
58
rasa empati, kedekatan satu sama lain, dan memperat rasa persaudaraan.
Komunikasi yang dilakukan tidak hanya terbatas pada komunikai formal namun
juga non formal.
Komunikasi non formal inilah biasanya bawahan tidak canggung untuk
mengeluarkan pendapat kepada atasanya, karena situasi dan kondisinya berbeda,
lebih santai dan rileks. Berbeda jika dengan komunikasi formal, misalnya rapat,
karyawan terkadang enggan memberikan pendapat, karena suasana dan kondisi
terkesan kaku, formal sehingga ada beban tersendiri jika berbicara dengan atasan.
Dalam konteks ini atasan harus melebur dengan bawahan. Berkomunikasi
antar pribadi dengan bawahan, bukan hanya mengenai pekerjaan saja namun juga
tentang kehidupan pribadinya. Atasan harus mampu mengemas intruksi pekerjaan
dengan cara yang terkadang formal namun juga terkadang santai.
”Emmm saya lebih banyak berkomunikasi dalam konteks yang
pastinya pekerjaan, intinya adalah pekerjaan. Tapi dalam mengemas
pekerjaan tadi, saya biasanya mengemas dalam dua pendekatan yaitu
formal dan informal. Jadi obrolan ketika lagi makan siang, obrolan ketika
lagi melakukan aktivitas di luar kantor, obrolan ketika lagi main futsal,
main sepeda atau lagi ngobrol di kantor, obrolanya sekalipun obrolan
informal tapi menyampaikan pesanya tentang pekerjaan.”9
Keterbukaan juga sangat diperlukan bawahan dari atasanya, misalnya
mengenai cara untuk dapat naik pangkat. Atasan dan juga perusahaan harus
terbuka mengenai hal ini, karena para bawahan juga ingin memperlihatkan
kemampuanya lebih dari yang ia kerjakan. Di Tempo Inti Media ada keterbukaan
mengenai jenjang karir, Misalnya dengan memberikan challenge berupa
kompetisi membuat proposal mengenai marketing dan bisnis.
”Keterbukaan mengenai jenjang karir juga ada sih, misalnya seperti
kenaikan pangkat di Tempo terbuka lebar untuk itu. Pimpinan juga
9
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta,
Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
59
memberikan informasi jika memang ada kesempatan. Yang paling
terpenting adalah kemampuan dan kesempatan. Dalam divisi ini pernah
diadakan kompetisi membuat proposal untuk kenaikan pangkat contoh
proposal marketing plan dan marketing bisnis”.10
Untuk jenjang karir di Tempo Inti Media, karyawan rata-rata harus
mengenyam pendidikan S1 telebih dahulu, selain itu pula memiliki kemampuan
dan jam terbang yang tinggi. ”Emmm klo secara administratif lah saya katakan
pastinya S1, karena pimpinan itu kan macem-macem ada pimpinan di level bawah
ada pimpinan di level atas, tapi secara umum bisa saya gambarkan harus S1.
Terbuka kemungkinan untuk di bawah SI tapi tentunya dengan track record, forto
folio yang sudah memberikan pembuktian, jam terbang yang sudah memberikan
pembuktian artinya tidak kaku”.11
5. Tujuan kinerja yang tinggi
Yang terakhir dari lima dimensi iklim komunikasi organisasi adalah
Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja di komunikasikan
dengan jelas kepada anggota organisasi. Atasan harus memberikan informasi yang
jelas mengenai intruksi pekerjaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Jika di
Divisi Sirkulasi dan Distribusi tujuannya adalah target oplah, target penjualan dan
target penerimaan rupiah.
”Tugasnya tentunya yah kembali lagi mencapai tujuan perusahaan
atau mendukung tujuan perusahaan. Nah tujuan perusahaan kebetulan
pada unit kerja saya sirkulasi dan distribusi eemm pastinya target yaitu
target oplah, target penjualan, target penerimaan rupiah, sehingga bisa
mendukung target keseluruhan dari perusahaan. Nah tugas-tugas secara
besar tadi terjemahkan pada unit-unit kerja yang kecil-kecil, produk yang
dikerjakan juga banyak, jadi kalo dipecah berdasarkan produk dan
berdasarkan bisnis model. Nah model ada langganan, ada eceran, ada
kolektif, semuanya berbeda-beda. Pembagianya berdasarkan bisnis model
10
Wawancara pribadi dengan Sutiyono, Community Relation, Jakarta, Jumat 24
September 2010 pukul 14.00, PT Tempo Inti Media
11
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing,
Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
60
tadi nah targetnya diakumulasikan. Elemen omset itukan volume kali
price, jumlah kali harga, jadi dua variable itulah yang menjadi acuan”.12
Tujuan perusahaan harus menjadi acuan karyawan dalam bekerja. Karena
tujuan tersebut bagaikan cambuk semangat untuk bekerja semaksimal mungkin
untuk menggapai tujuan bersama. Kinerja karyawan juga ditentukan oleh
atasanya. Jika atasanya dapat memberikan pengarahan dengan benar, tidak selalu
menekan dan bersikap kasar, dengan sendirinya bawahan akan menjalankan
pekerjaannya dengan baik.
Atasan setidaknya harus memahami arti kepemimpinan, karena dengan
begitu atasan tidak akan bertindak sewenang-wenang dengan bawahnya. Atasan
dan bawahan harus bisa bekerja sama dengan baik. Karena atasan tanpa bawahan
yang loyal maka dapat dipastikan perusahaan tidak akan berjalan lama.
”Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya pemimpin itu sendiri
tapi karena tim yang mendukung sehingga kalaupun misalnya emm dia
berhasil pasti akan diikuti dengan keberhasilan timnya, jika ia gagal ada
dua kemungkinan yaitu kegagalan pada konteks bawahan atau kegagalan
dalam konteks kepemimpinanya, demikikan juga dengan keberhasilan,
karena kalo seorang pemimpin punya unit kerja yang banyak ada yang
gagal ada yang berhasil. Jika direkap itu secara rata-rata berhasil atau
secara rata-rata gagal. Gagal dan berhasil konteksnya adalah standar target.
Nah klo saya melihat karena ini adalah masalah dalam pembagian tugas
sehingga intinya adalah kita bersama-sama. Misalnya bukan saya menjadi
motor penarik gerbong tapi semua element itu menjadi motor. Jadi jika
diilustrasikan dalam mesin, dalam mesin itu ada gir yang saling
berinteraksi, ada gir besar ada gir kecil, nah tidak hanya gir besar
menggerakan gir kecil tapi gir besar dan gir kecil sama-sama bergerak
sehingga energi yang dihasilnya dari mesin itu justru lebih besar. Harus
bekerjasama antara satu dengan yang lainya”.13
Dari penjabaran diatas penulis menarik kesimpulan bahwa iklim
komunikasi di Tempo Inti Media positif. Hal ini dapat telihat dari penjabaran lima
12
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing,
Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
13
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing,
Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
61
dimensi iklim komunikasi organisasi. Meskipun dimensi keterbukaan tidak terlalu
kuat karena ada sebagian karyawan yang tidak selalu terbuka dengan atasanya
baik mengenai keluh kesah, ide, saran, maupun kritik. Hal ini terbukti dari
banyaknya karyawan yang melakuka grapevine di kantor maupun di luar kantor.
Untuk mengatasi hal tersebut mungkin manajemen bisa memberikan kebebasan
yang nyaman bagi karyawan untuk memberikan pendapat misalnya dengan
mengadakan saran dan kritik untuk manajemen tanpa menuliskan identitas yang
ditulis di secarik kertas, atau menyediakan kotak saran sebagai sarana karyawan
menyalurkan uneg-uneg nya.
B. Metode Pimpinan dalam Menyebarkan Informasi
1. Aliran Komunikasi dalam Menyebarkan Informasi
Komunikasi adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan organisasi
atau
perusahaan.
mengkoordinir
Dengan
bawahanya
berkomunikasi
untuk
memungkinkan
mencapai
tujuan
atasan
bersama.
untuk
Dengan
berkomunikasi baik verbal maupun non verbal atasan dapat memberikan intruksi
dan motivasi kepada bawahanya. Bayangkan jika atasan dan bawahan tidak ada
komunikasi maka perusahaan dapat dipastikan tidak akan berjalan maju.
Memang komunikasi bukanlah oase di padang gurun yang luas, tapi
setidaknya komunikasi dapat menciptakan pengertian dan saling memahami.
Dengan berkomunikasi dapat meminimalisir konflik.
Jika membicarakan penyampaian pesan berarti membahas aliran
komunikasi yang digunakan atasan dalam penyampaian pesan. Aliran komunikasi
62
terbagi menjadi tiga yaitu secara serentak, secara berurutan, dan kombinsi antara
keduanya.
Setiap pemimpin pasti memiliki cara yang berbeda dalam menyampaikan
informasi kepada karyawanya. Hal ini tergantung dari informasi yang akan
disampaikan. Jika informasi yang akan disampaikan bersifat umum, misalnya
tanggal cuti bersama untuk Idul Fitri maka pengumuman dari atasan akan
ditempel di dinding pengumuman. Sedangkan jika informasinya memerlukan
intensitas, misalnya atasan menginginkan program baru yang lebih menarik agar
lebih banyak perusahaan-perusahaan bekerja sama dengan Tempo, maka
informasi tersebut disampaikan per kepala unit. Kemudian setelah itu kepala unit
menyebarkan ke bawahanya.
”Tergantung emmm materinya. Biasanya kalo materinya umum saya
akan sebarkan langsung melalui surat pengumuman, surat edaran, atau
apapun dan di tempel di dinding pengumuman. Tapi jika yang
memerlukan intensitas atau memerlukan kedalaman, saya menugaskan
secara struktur. Dari Kepala Divisi minta ke Kepala Unit, dari Kepala Unit
minta ke Kepala Seksi setelah itu baru ke staff staffnya. Jadi klo yang
intens itu artinya perlu disampaikan dengan pemahaman yang utuh dan
jelas dan memerlukan kedalaman, tapi klo yang umum kan gampang orang
memahami jadi tergantung isi, tergantung materinya”.14
Penyebaran Informasi secara serentak:
Divisi Sirkulasi
Windalaksana
semua staff di Divisi Sirkulasi dan Distribusi
Gambar 7. Penyebaran informasi secara serentak
Penyebaran informasi secara berurutan:
14
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing,
Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
63
Direktur Pemasaran
Herry Hernawan
GM Sirkulasi
Windalaksana
7
1
2
6
3
staff
4
5
staff
staff
staff
staff
staff
staff
Gambar 8. Penyebaran pesan secara berurutan
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kepada Custumer Service : Demian Subarkah
Kepala unit koran eceran dan langganan : Shanty N
Kepala unit corporate dan community : Shalfi A
kepala unit distribusi : Ismet Tamara
Kepala unit majalah eceran dan pelanggan : Hariydi
kepala unit Tempo English Magazine : Jefri
Kepala Unit U Magazine : Indra15
Maka dapat disimpulkan dalam penyebaran informasi dari atasan ke
bawahan dengan menggunakan aliran kombinasi yaitu aliran serentak dan aliran
berurutan. Penggunaan aliran tersebut disesuaikan dengan materi atau isi pesan
yang akan di sampaikan.
Dalam penyebaran informasi dari atasan kepada bawahan dapat
menggunakan media atau non media. Media yang digunakan di Tempo
diantaranya telepon, email, telepon genggam, papan pengumuman, dll. Dalam
15
Profile company PT Tempo Inti Media
64
pengamatan banyak karyawan yang menggunakan telepon kantor untuk
berkomunikasi dengan sesama rekan kerja yang jarak mejanya berjauhan. Jika
berkomunikasi dengan atasan biasanya akan menuju ke ruang kerja atasanya. Jika
dalam situasi formal, atasan dalam berkomunikasi dengan bawahanya biasanya
berbicara di ruangnya.
“.........Kalo langsung, adalah pertemuan langsung secara fisik dari
mata ke mata, klo yang tidak langsung melalui sebuah medium. Kalo
langsung bisa empat mata itu atlist langsung di ruangan saya atau bisa juga
diluar kantor secara formal maupun informal. Kemudian ada juga yang
dalam forum rapat itu klo bicara langsung. Kalo secara tidak langsung ya
pasti melalui seperangkat yang lain seperti hand phone, hand phone bisa
call bisa sms, sementara saya ga pake black berry, jadi ga bisa BBM,
kemudian bisa juga melalui PSTN atau bisa juga terkadang saya
menggunakan sekertaris saya untuk bisa menyapaikan pesan kepada orang
lain. Itu medium komunikasi atau modal komunikasi yang saya pakai dan
tidak hanya dalam konteks hanya menyebarkan informasi tapi juga
konteks berkomunikasi”.16
2. Pola Penggunaan Media dan Non Media dalam Menyebarkan
Informasi
Dari penjelasan di atas mengenai cara penyampain informasi dari atasan
kepada bawahan dapat dibagi menjadi media dan non media yang digunakan.
Berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
a. Pola penggunaan media dalam menyebarkan informasi
1) Papan Pengumuman
Di Divisi Sirkulasi dan Distribusi terdapat satu papan pengumuman yang
memudahkan karyawan untuk mengetahui informasi. Biasanya informasi yang di
berikan sifatnya umum. Informasi yang di berikan bisa dari internal, misalnya
pemberitahuan rapat karyawan untuk pemilihan ketua koperasi yang baru. Bisa
16
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing,
Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
65
juga dari eksternal, misalnya pemberitahuan dari PLN akan ada pemadaman
listrik di daerah perkantoran dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 15.00.
2) Surat Edaran
Surat edaran ini informasinya juga umum. Sama halnya dengan media
papan pengumuman, surat edaran juga memiliki dua kategori, yang pertama, surat
edaran yang dikeluarkan oleh PT. Tempo Inti Media. Kedua, surat edaran yang
dikirim dari luar perusahaan. Surat edaran ini biasanya menggunakan Fax untuk
memudahkan pihak atasan dalam menyebarkan informasi kepada karyawanya.
3) Jaringan Telepon
Tiap-tiap divisi dilengkapi dengan pesawat telepon. Untuk di Divisi
Sirkulasi dan Distribusi terdapat 50 (lima puluh) pesawat telepon. Sebagian besar,
tiap-tiap meja karyawan difasilitasi pesawat telepon, hal ini untuk memudahkan
karyawan dalam berkomunikasi dengan sesama karyawan, dengan atasan, dan
juga dengan klien mereka.
4) Email
Setiap karyawan memang harus memiliki email pribadi. Rata-rata server
email mereka @tempo.co.id. Dengan email karyawan mudah untuk mengirim
proposal penawaran kerjasama kepada klien. Selain itu juga dengan email,
memudahkan karyawan untuk saling memberikan informasi yang sifatnya tentang
pekerjaan.
5) Fax
Terdapat 2 (dua) mesin fax di Divisi Sirkulasi dan Distribusi. Mesin fax
untuk menerima dan untuk mengirim. Fungsi mesin fax ini hampir sama dengan
email, yaitu untuk mengirimkan surat-surat penting ke klien, misalnya surat
66
penawaran untuk berlangganan koran Tempo. Selain itu juga untuk memudahkan
pihak atasan dalam menyebarkan informasi kepada karyawannya.
6) Telepon Genggam
Telepon genggam adalah tekonologi yang sangat memudahkan dalam
proses berkomunikasi. Telepon genggam saangat fleksibel unutk memberikan
informasi kapan pun. Karena semua pegawai Tempo memiliki telepon genggam.
b. Pola penggunaan non media dalam menyebarkan informasi
1) Rapat umum
Rapat umum adalah rapat yang dilakukan oleh kepala-kepala bagian di
Departemen pemasaran dan keuangan. Divisi sirkulasi dan distribusi termasuk
kedalam departement tersebut. Rapat umum dilakukan seminggu sekali setiap hari
Senin pukul 09.00 wib. Dalam rapat umum biasanya tiap-taip unit menunjukan
kinerja bawahanya. Selain itu juga membicarakan masalah yang terjadi di
lapangan, dan kemudian melakukan perencanaan apa saja yang akan dilakukan
untuk satu minggu yang akan datang.
2) Rapat per unit
Rapat per unit dilakukan setelah rapat umum. Jadi tiap-tiap unit ada hari
tersendiri untuk rapat dengan staf-stafnya. Dalam rapat tersebut biasanya kepala
unit menyampaikan ide atau gagasan dari atasan misalnya dari General Manager
Marketing atau dari Direktur Pemasaran. Ide atau gagasan tersebut di diskusikan
apakah akan di jalankan atau tidak. Dalam rapat per unit juga tiap-tiap kepala unit
memberikan solusi dari masalah yang terjadi di lapangan.
3) Rapat Kondisional
67
Rapat kondisional adalah rapat mendadakan yang dilakukan oleh atasan.
rapat ini hampir setiap hari terjadi. Atasan memanggil salah satu atau beberapa
staf untuk keruanganya kemudian mendiskusikan mengenai pekerjaan. Rapat
kondisional memudahkan atasan (General Manager Sales & Marketing) untuk
memantau kinerja staf-stafnya. Ini adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri
dengan para karyawanya. Dalam rapat ini hanya empat mata atau enam mata,
maka pembicaraan juga lebih rileks. Biasanya dalam rapat kondisional atasan
memberikan wejangan kepada karyawanya.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Berkomunikasi
Dalam berkomunikasi pasti ada faktor distorsi yang menyebabkan pesan
tidak ditangkap sempurna oleh komunikan. Penyebab distorsi tersebut bermacammacam, bisa karena media yang digunakan tidak berfungsi dengan baik, misalnya
surat yang dihasilkan dari mesin fax sulit untuk di baca karena cetakanya ngeblur.
Ada banyak kendala dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi dari
atasan kepada bawahan. Terkadang ketika atasan sedang berbicara dengan
bawahan sering menggunakan bahasa asing (Inggris) yang para bawahan tidak
semua memahami, itu yang menjadi salah satu kendala dalam berkomunikasi.
Selain itu juga atasan sering menggunakan kata-kata ilmiah yang berkaitan
dengan dunia bisnis dan marketing. Dengan komunikasi semacam itu, pesan yang
di sampaikan tidak diterima dengan penuh dan baik oleh komunikan (bawahan).
Dalam berkomunikasi memang diperlukan faktor pendukung untuk
memudahkan pesan diterima dengan baik. Selain media komunikasi tentunya
yang harus disiapkan adalah paradigma antara komunikan dan komunikator harus
68
sama. Kesamaan tersebut menyebabkan pesan ditangkap sempurna. “Kalo
pendukung adalah mengkomunikasikanya dengan baik dan memastikan apa yang
dikomunikasikan ditangkap dengan paradigma yang sama dengan pemahaman
yang sama sehingga pendukungnya adalah tentunya pasti kemampuan,
penggunaan bahasa,dan lain-lain”.17
Faktor pendukung di atas dapat pula menjadi penghambat dalam
berkomunikasi. Itulah yang perlu diminimalisir. Karena tidak semua karyawan
memiliki kemampuan yang sama. Untuk mengatasi hambatan komunikasi tersebut
diharapkan karyawa meningkatkan kemampuanya, baik dalam wawasanya,
struktur berfikirnya,
dan lain-lain. Yang lebih penting adalah
ketika
berkomunikasi harus memastikan pesanya objektif jangan subjektif.
“Meningkatkan kompetensi, kemampuan. Kemampuan itu ya masuk
di dalam wawasanya, penangkapanya, struktur berfikirnya, paradigmanya
yang kadang-kadang kita bisa lupa kadang orang berfikir dengan asumsi.
Itu hal-hal yang menghambat, jadi ketika kita berdiskusi atau
berkomunikasi kita harus jauhkan dari asumsi, kita harus memastikan
asumsi itu objektif tidak subjektif. Kalo asumsinya pribadi itu subjektif
tapi kalo asumsinya sudah dikonfirmasi itu objektif, sehingga tidak lagi
menjadi asumsi tapi menjadi sebuah fakta. Itu yang kadang-kadang kita
lupa. Terus yang kedua adalah tentang empati, terkadang kita tidak
berempati apa yang terjadi pada orang itu, tanpa ada rasa tanpa ada
tendensi dalam berkomunikasi tidak memahami lawan bicaranya”.18
17
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing,
Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
18
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta,
Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, sebagai upaya dari hasil pembahasan dalam penulisan
skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Iklim komunikasi di Tempo Inti Media positif. Hal ini dapat telihat dari
penjabaran lima dimensi iklim komunikasi organisasi. Meskipun dimensi
keterbukaan tidak terlalu kuat karena ada sebagian karyawan yang tidak
selalu terbuka dengan atasanya baik mengenai keluh kesah, ide, saran,
maupun kritik. Hal ini terbukti dari banyaknya karyawan yang melakukan
grapevine di kantor maupun di luar kantor.
2.a. Dalam menyebarkan informasi kepada karyawanya, atasan menggunakan
aliran campuran yaitu aliran serentak dan berurutan. Penggunaan aliran ini
disesuaikan dengan isi pesan (informasi) yang akan disampaikan. Jika
informasinya umum maka atasan akan menggunakan aliran serentak.
Sebaliknya jika informasinya khusus, harus disampaikan secara detail dan
mendalam maka aliranya berurutan.
2.b Atasan juga menggunakan media dan non media komunikasi dalam
menyampaikan pesan kepada karyawanya, diantaranya:
1) Media
(a)
Surat edaran
(b)
Jaringan Telepon
(c)
Email
68
69
(d)
Fax
(e)
Telpon Genggam
2) Non Media
(a) Rapat Umum
(b)
Rapat perunit
(c)
Rapat kondisional
3. Dalam berkomunikasi terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat.
Di PT Tempo Inti media selain media yang terkadang menjadi
penghambat dalam berkomunikasi ada hal lain yang lebih penting yaitu
kesiapan diri secara personal. Faktor pendukung dan faktor penghambat
tersebut adalah kemampuan, penggunaan bahasa, paradigma yang sama.
Jika lawan bicara (karyawan) kurang memahami apa yang dikatakan
atasan karena tidak memiliki paradigma yang sama atau tidak memahami
informasinya maka hal itu akan menjadi penghambat, dan juga sebaliknya
jika karyawan dan atasan memiliki paradigma yang sama maka akan
menjadi pendukung dalam berkomunikasi.
B. Saran-saran
1. Disarankan agar PT Tempo Inti Media menyediakan sarana untuk
menampung saran dan kritik dari para karyawan. Karena tidak semua
karyawan berani bicara dengan atasan.
2. Untuk meminimalisir penghambat dalam berkomunikasi, disarankan
pemimpin dapat menyesuaikan dengan bawahanya. Penggunaan kalimat
70
yang sederhana lebih memudahkan bawahan dalam menerima informasi
dari atasan.
3. Atasan atau pimpinan dapat menggunakan informasi dari grapevine untuk
menjadi salah satu rujukan dalam membuat kebijakan perusahaan. Karena
informasi dari grapevine jika disaring bukan hanya desas desus belaka tapi
juga informasi di level bawah yang tidak disampaikan kepada atasanya.
Infromasi dari grapevine bisa dijadikan koreksi bagi pimpinan.
4. Bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
hal ini adalah Fakultas Ilmu Dakwah dan ilmu Komunikasi jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk mengadakan “Praktek Kerja
Lapangan” guna menerapkan ilmu yang di pelajari di kuliah dan memiliki
pengalaman mengenai dunia kerja. Mengingat banyaknya lulusan sarjana
yang kurang memiliki bekal pengalaman kerja.
Berita Wawancara
Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Denda (Nama Samaran)
Jabatan
: Staff
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 24 September 2010
Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana suasana di kantor mba?
Saya sih ngrasa suasana di kantor ini kekeluargaan saling membantu satu sama lain.
Jika ada masalah atau keluh kesah terbuka tidak ke atasan?
Antara saya dengan atasan sih terbuka. Atasan saya kan pak Yono dan pak Joko, jadi
ya sering curhat klo ada masalah di kantor. Biasanya sih anak-anak telemarketing
cuhat sama pak Yono dan pak Joko kalo ada yang tidak menyenangkan, trus masalah
di kantor, masalah dengan klien.
Tapi terkadang curhat kita-kita hanya di dengar aja tapi ga disampein ke atasan yang
lebih tinggi, ga tau deh kenapa.
Terkadang kita sungkan untuk memberikan saran atau kritik ke atasan, gimana
tuh mba?
Antara saya dan atasan sih tebuka, saya mengeluarkan pendapat saya, jika ada
masalah saya sih crita, tapi kadang tidak disampaikan keluhannya ke atasan yang
lebih tinggi. Kita kan ga berani ngomong langsung dengan atasan yang lebih tinggi.
Emm kita biasanya kalo ada uneg-uneg sering ngomong di belakang tentang suasana
di kantor yang tidak nyaman, ga berani mengeluarkan uneg-uneg ke pemimpin
langsung.
Responden
Denda
Koresponden
Fitri Susilawati
Berita Wawancara
Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Sutiyono
Jabatan
: Maketing & Community Relation
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 24 September 2010
Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana suasana kerja di PT. Tempo Inti Media pak?
Menurut saya sih suasananya kekeluargaan, bebas berkomunikasi dengan semua
karyawan, yah menyenangkanlah.
Untuk berkomunikasi dengan atasan terbuka ga pak, misalnya menyampaikan
ide, kritik, dan lain-lain?
Untuk berkomunikasi dengan atasan memang kadang sungkan untuk mengkritik
maupun memberikan pendapat, tidak ada melalui media. Kritik dan saran dilakukan
langsung keatasan. Jika hanya empat mata memang bisa terbuka, tapi jika beramairamai tidak terlalu terbuka juga, tapi untuk menyampaian harus hati-hati.
Atasan tebuka tidak pak mengenai jenjang karir?
Emm terbuka sih. Keterbukaan dalam jenjang karir misalnya seperti kenaikan pangkat
di Tempo terbuka lebar untuk itu. Pimpinan juga memberikan infromasi jika memang
ada kesempatan, yang paling terpenting adalah kemampuan dan kesempatan sih.
Dalam divisi ini pernah diadakan kompetisi membuat proposal untuk kenaikan
pangkat, yaitu membuat proposal ”Marketing Plan atau Marketing Bisnis” kalo tidak
salah. Kompetisi disesuaikan dengan job desk yang kosong.
Responden
Koresponden
Sutiyono
Fitri Susilawati
Berita Wawancara
Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Guntur (nama samaran)
Jabatan
: Staff
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 12 November 2010
Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana Suasana di PT. Tempo Inti Media?
Menurut saya suasana di kantor baik, lumayan menyenangkan. Orang-orang disini
care semua, kekeluargaan juga, jadi ngerasa betah aja.
Apakah anda nyaman bekerja di PT. Tempo Inti Media ?
Kadang nyaman, kadang juga ga, tergantung suasanya. Kalo abis di omelin, kadang
jadi males, tapi kadang yang bikin ga nyaman kerja disini juga karena faktor salary
nya yang ga ada kenaikan. Secara ini perusaan besar tapi kenapa salarnya segitu-gitu
aja .
Trus, jika anda tidak setuju atau ada keluhan seperti itu bicara langsung tidak
ke atasan?
Ga sih, Cuma crita aja ke teman kerja, karna ga berani ngomong langusng ke atasan,
karena takut salah bicara, yah paling-paling hanya dibicarakan sama temen-temen aja.
Atasan sering memberikan motifasi tidak?
Kadang-kadang kalo lagi rapat suka dikasih masukan, gimana caranya supaya bisa
perolehnya banyak
Atasan sering membantu tidak dalam menyelesaikan masalah di pekerjaan?
Emm palingan dikasih data base untuk cari pelanggan baru.
Responden
Koresponden
guntur
Fitri Susilawati
Berita Wawancara
Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Donna (nama samaran)
Jabatan
: Staff
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 12 November 2010
Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana Suasana di PT. Tempo Inti Media?
Baik karna suasanya seperti keluarga sendiri
Apakah anda nyaman bekerja di PT. Tempo Inti Media ?
Nyaman, karena kita bekerja disini ada teman-teman yang baik ada atasan yang
emmm okay dan ada rekan-rekan yang sudah kita kenal baik. Dan tidak nyaman bagi
saya salary nya yang jauh dari angan-angan.
Bagaimana jika anda tidak setuju dengan pendapat atasan?
Yah cerita sama teman-teman yang senasip aja. Walau pun kita mau berpendapat di
depan atasan kita rasanya mulut ini susah banget mengeluarkan kata-kata atau
pendapat. Yang ada hanya bisa ngomongin pendapat kita dari belakang mereka.
Atasan sering memberikan motifasi tidak?
Kadang-kadang sih, kalo kita lagi dapat perolehan sedikit kadang-kdang dikasih
semangat.
Atasan sering membantu tidak dalam menyelesaikan masalah di pekerjaan?
Iya dibantu tapi kita di marahin dulu. Baru di kasih solusinya hee..
Responden
Dona
Koresponden
Fitri Susilawati
Berita Wawancara
Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Endah. F
Jabatan
: Administrasi Retur
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 12 November 2010
Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana Suasana di PT. Tempo Inti Media?
Suasananya penuh dengan kekeluargaan, keharmonisan dan kesetikawanan, ga ada
jenjang perbedaan sih karena semua rata dan semua sama.
Nyaman tidak bekerja di PT. Tempo Inti Media ?
Nyaman sih, situasi kerja yang penuh kekeluargaan
Bagaimana jika anda tidak setuju dengan pendapat atasan?
Bicara langsunglah ke atasan kalo kita tidak setuu dengan pendapatnya. Kita juga bisa
memberikan masukan, ide, pendapat yang sekiranya bisa dipertimbangkan oleh
atasan.
Atasan sering memberikan motivasi tidak dalam bekerja?
Dalam pekerjaan yang cukup sulit biasanya atasan suka memberikan bantuan atau
menanyakan kesulitan dan sering kali memberikan semangat melalui candaan seperti
halnya dalam keluarga.
Atasan membantu permasalahan yang dihadapi di tempat kerja?
Sering sih. Misalnya masalah program komputer yang digunakan. Sering kali
membantu untuk memperbaiki dan membuatnya lebih mudah.
Responden
Koresponden
Endah
Fitri Susilawati
Transkip Wawancara dengan Windalaksana
(General Manager Sales & Marketing)
Media dan non media apa saja yang digunakan pimpinan dalam
menyebarkan informasi?
Kalo saya membedakan media dan non media dalam kacamata saya adalah
langsung dan tidak langsung. Kalo langsung, adalah pertemuan langsung secara
fisik dari mata ke mata, klo yang tidak langsung melalui sebuah medium. Kalo
langsung bisa empat mata itu atlist langsung di ruangan saya atau bisa juga diluar
kantor secara formal maupun informal. Kemudian ada juga yang dalam forum
rapat itu klo bicara langsung. Kalo secara tidak langsung ya pasti melalui
seperangkat yang lain seperti hand phone, hand phone bisa call bisa sms,
sementara saya ga pake black berry, jadi ga bisa BBM, kemudian bisa juga
melalui PSTN atau bisa juga terkadang saya menggunakan sekertaris saya untuk
bisa menyapaikan pesan kepada orang lain. Itu medium komunikasi atau modal
komunikasi yang saya pakai dan tidak hanya dalam konteks hanya menyebarkan
informasi tapi juga konteks berkomunikasi.
Bagaimana cara untuk menyebarkan informasi dari pimpinan kepada
anggotanya?
Kemudian emm caranya yaitu tadi, jadi klo media berikut dengan cara jadi iclued
dalam media dan no 2 jawabanya ada di no 1.
Biasanya dalam penyebaran informasi secara serentak atau secara
berurutan?
Tergantung emmm materinya. Biasanya kalo materinya umum saya akan sebarkan
langsung melalui surat pengumuman, surat edaran, atau apapun dan di tempel di
dinding pengumuman. Tapi jika yang memerlukan intensitas atau memerlukan
kedalaman, saya menugaskan secara struktur. Dari Kepala Divisi minta ke Kepala
Unit, dari Kepala Unit minta ke Kepala Seksi setelah itu baru ke staff staffnya.
Jadi klo yang intens itu artinya perlu disampaikan dengan pemahaman yang utuh
dan jelas dan memerlukan kedalaman, tapi klo yang umum kan gampang orang
memahami jadi tergantung isi, tergantung materinya.
Sebagai pemimpin, mengenai hal apa saja yang anda komunikasikan kepada
anggota?
Emmm saya lebih banyak dalam konteks yang pastinya pekerjaan, intinya adalah
pekerjaan. Tapi dalam mengemas pekerjaan tadi, saya biasanya mengemas dalam
dua pendekatan yaitu formal dan informal. Jadi obrolan ketika lagi makan siang,
obrolan ketika lagi melakukan aktivitas di luar kantor, obrolan ketika lagi main
futsal, main sepeda atau lagi ngobrol di kantor, obrolanya sekalipun obrolan
informal tapi menyampaikan pesanya tentang pekerjaan.
Kemudian tentang motivasi juga termasuk dalam elemen dimana saya
berkomunikasi. Makanya intinya adalah komunikasi bukan pada informasinya.
Informasi adalah elemen inti tapi dalam komunikasinya saya memasukan element
motivasi, Elemen dimana saya menantang mereka, menchalange mereka,
menarget mereka itu adalah bagian-bagian motivasi untuk mereka yang disatukan
dengan intruksi pekerjaan ataupun pekerjaan.
Menurut anda, apa pengertian kepemimpinan?
Kepemimpinan menurut saya, kalo kepemimpinan itu ada dua hal yaa yaitu
menjadi leader dan menjadi boss. Dan saya memilih cenderung menjadi leader.
Pemahaman saya, ini hanya masalah dalam konteks responsibility atau tanggung
jawab. Kalo tentang hubungan ke perusahaan itu semua sama, artinya peranan
mereka harus memberikan sesuatu untuk perusahaan itu sama. Yang berbeda
adalah pada tanggung jawab, maksudnya terkait pada otoritas. Sehingga terkadang
saya menempatkan mereka menjadi boss saya, konteksnya begini dimana-mana
organisasi, keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya pemimpin itu sendiri tapi
karena tim yang mendukung sehingga kalaupun misalnya dia berhasil pasti akan
diikuti dengan keberhasilan timnya, jika ia gagal ada dua kemungkinan yaitu
kegagalan pada konteks bawahan atau kegagalan dalam konteks kepemimpinanya,
demikikan juga dengan keberhasilan, karena kalo seorang pemimpin punya unit
kerja yang banyak ada yang gagal ada yang berhasil. Jika direkap itu secara ratarata berhasil atau secara rata-rata gagal. Gagal dan berhasil konteksnya adalah
standar target. Nah klo saya melihat karena ini adalah masalah dalam pembagian
tugas sehingga intinya adalah kita bersama-sama. Misalnya bukan saya menjadi
motor penarik gerbong tapi semua element itu menjadi motor. Jadi jika
diilustrasikan dalam mesin, dalam mesin itu ada gir yang saling berinteraksi, ada
gir besar ada gir kecil, nah tidak hanya gir besar menggerakan gir kecil tapi gir
besar dan gir kecil sama-sama bergerak sehingga energi yang dihasilnya dari
mesin itu justru lebih besar. Harus bekerjasama antara satu dengan yang lainya.
Apa tugas, dan syarat dalam suatu kepemimpinan di PT Tempo Inti Media
ini?
Emmm klo secara administratif lah saya katakan pastinya S1, karena pimpinan itu
kan macem-macem ada pimpinan di level bawah ada pimpinan di level atas, tapi
secara umum bisa saya gambarkan harus S1. Terbuka kemungkinan untuk di
bawah SI tapi tentunya dengan trade record, forto folio yang sudah memberikan
pembuktian, jam terbang yang sudah memberikan pembuktian artinya tidak kaku.
Nah klo saya melihat dalam konteks pertanyaan disini, apa tugas dan syarat
kepemimpinan itu, emm kepemimpinan itu sulit untuk distadarisasi dalam pola,
karena macem-macem. Klo pada zaman Soeharto kan ada tut wuri handayani, ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa sama tut wuri handayani. Nah itu
tergantung pada pimpinannya pertama dan tergantung pada organisasinya. Nah
klo organisasi pada pemasaran saya lebih memilih tengah tengah ing madya
mangun karsa jadi sama-sama tapi dalam konteks seperti distribusi, karena disana
kan sistemik nah itu lebih memimpin yang di depan artinya dia memberikan
intruksi. Eemm klo di keuangan juga demikian karena tidak bisa ada element
kreatifitas tapi harus mengikuti sistem yang berlaku. Jadi polanya tergatung
dimana dia memimpin, di unit kerja apa dia memimpin, dan divisi apa dia
memipim tapi secara umum Tempo memberikan ilustrasi seperti itu. Tugasnya
tentunya yah kembali lagi mencapai tujuan perusahaan atau mendukung tujuan
perusahaan. Nah tujuan perusahaan kebetulan pada unit kerja saya sirkulasi dan
distribusi eemm pastinya target yaitu target oplah, target penjualan, target
penerimaan rupiah, sehingga bisa mendukung target keseluruhan dari perusahaan.
Nah tugas-tugas secara besar tadi terjemahkan pada unit-unit kerja yang kecilkecil, produk yang dikerjakan juga banyak, jadi kalo dipecah berdasarkan produk
dan berdasarkan bisnis model. Nah model ada langganan, ada eceran, ada kolektif,
semuanya berbeda-beda. Pembagianya berdasarkan bisnis model tadi nah
targetnya diakumulasikan. Elemen omset itukan volume kali prise, jumlah kali
harga, jadi dua variable itulah yang menjadi acuan.
Ada sesuatu hal yang secara umum tapi tidak menjadi sebuah pola tapi sebagai
sebuah roh bisa dikatakan, kepemimpinan di Tempo itu demokratis. Semua orang
bisa mengutarakan apa pendapatnya, apa idenya, apa opininya. Dan tidak dibatasi
oleh kamar-kamar atau bidang-bidang dimana meereka bekerja. Jadi setiap orang
terlepas dari posisinya apapun bisa mengutarakan pendapat dan setiap orang juga
harus bisa untuk menerima pendapat orang lain. Nah dalam intruksi pertama tadi
apa lagi sudah lari kearah implementasi,
pendapat-pendapat tadi ya
diperhitungkan untuk menemukan hasil yang terbaik atau pendapat yang terbaik.
Bisa satu pendapat utuh dari satu orang bisa diambil, atau bisa menjadi kombinasi
diantara itu semua agar kita bisa mengambil jalan yang terbaik. Dan yang
mayorits memberikan pendapat itu yang akan diambil, nah selain itu juga
pendapat harus diperkaya dengan variable-variable penyeimbang, jadi klo
penyeimbangnya juga utuh, kaya dan dilengkapi dengan masing-masing pendapat
orang lain itu yang menjadikan keputusan tadi menjadi mantap, itu elemen dan
proses tentang kepemimpinan di Tempo.
Menurut bapak faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
penghambat dalam berkomunikasi dengan bawahan?
Kalo pendukung adalah mengkomunikasikanya dengan baik dan memastikan apa
yang dikomunikasikan ditangkap dengan paradigma yang sama dengan
pemahaman yang sama sehingga pendukungnya adalah tentunya pasti
kemampuan, penggunaan bahasa,dan lain-lain.
yah klo tidak bisa pendukung pasti penghambat.
Nah untuk mengatasi hambatanya itu gimana?
Meningkatkan kompetensi, kemampuan. Kemampuan itu ya masuk di dalam
wawasanya, penangkapanya, struktur berfikirnya, paradigmanya yang kadangkadang kita bisa lupa kadang orang berfikir dengan asumsi. Itu hal-hal yang
menghambat, jadi ketika kita berdiskusi atau berkomunikasi kita harus jauhkan
dari asumsi, kita harus memastikan asumsi itu objektif tidak subjektif. Kalo
asumsinya pribadi itu subjektif tapi kalo asumsinya sudah dikonfirmasi itu
objektif, sehingga tidak lagi menjadi asumsi tapi menjadi sebuah fakta. Itu yang
kadang-kadang kita lupa. Terus yang kedua adalah tentang empati, terkadang kita
tidak berempati apa yang terjadi pada orang itu, tanpa ada rasa tanpa ada tendensi
dalam berkomunikasi tidak memahami lawan bicaranya.
Rapat antara pimpinan dan bawahan berapa minggu sekali?
Emm klo saya rapatnya banyak, tapi secara utuh dan lengkap yaitu seminggu
sekali, tapi disisi lain terkadang ada rapat-rapat unit yang terkadang harus saya
ikuti. Jadi rapat umumnya ada satu rapat perunitnya banyak.
Biasanya membahas tentang apa?
Isinya review, problem solving, perencanaan. Review itu lebih mengevaluasi apa
yang teradi pada minggu lalu, bagaimana kinerja minggu lalu dan seperti apa
capaian kinerja minggu lalu. Yang kedua mengevaluasi masalah-masalah apa saja
yang terjadi pada minggu lalu, masalah itu dicari penyelesaianya apa yang terbaik
untuk memecahkan masalah pada minggu lalu. Setelah ditemukan solusi, apa
yang harus segera kita lakukan untuk menuju hari esok atau minggu depan.
Dalam rapat apakah bawahan dilibatkan dalam memberikan masukan dan
juga dalam pengambil keputusan?
Tentunya, tentunya sepeti yang saya jelaskan tadi dalam review, klo saya dalam
rapat yang umum, kepala unit sudah menghandle permasalahan yang terjadi pada
bawahanya. Pastinya saya membutuhkan masukan dari teman-teman untuk
memecahkan masalah yang tejadi di lapangan dan mencari solusi yang terbaik.
Pak misalnya dalam penyampaian kritik dan saran kan, terkadang bawahan
suka sungkan, nah itu dalam Tempo apakah menggunakan media seperti
kotak saran atau bagaimana?
Saya membebaskan cara penyampaian opini, kritik, saran dari bawahan, apapun
mau pake jalur struktur melalui kepala seksi trus ke kepala unit langsung ke saya
itu bebas saja karena ya itu tadi kembali ke kecerita awal saya tentang Tempo,
Tempo itu demokratis. Nah saran itu diterima atau tidaknya nanti akan kembali
lagi kepada struktur, kepada otoritas. Nah kemudiaan komunikasi, emmm apa ya,
pesan tadi atau informasi tadi masuk atau tidak tergantung kepada perantaranya.
Klo disampaikan secara stuktur kan mungkin pemahaman kepala unit, kepala
seksi kan berbeda-beda. Makanya saya sering meminta kepada semua orang untuk
bebas berbicara kepada siapa saja walau kepada koleganya, kepada atasanya,
kepada bawahanya selama pembicaraan itu konteksnya dalam membangun,
kontukstif bukan defensive, bukan menggunting dalam lipatan tapi sesuatu yang
memang bagus untuk perusahaan. Atau jika ia merasa terzalimi, merasa dibedakan
atau merasa tersakiti ya disampaikan saja, kita akan komunikasikan apa dan
bagaimananya, kenapanya dikomunikasikan dengan pihak yang terkait. Sehingga
saya dalam melihat organisasi itu adalah seperti harmoni sepeti alunan semuanya
bias menikmati dan jangan sampai sampai ada nada sumbang, ada nada fales.
Saya ingin semuanya pada sebuah pola tapi bukan berarti ritme itu tidak dinamis
ritme itu pasti ritmik atau bermain pada kort pada nada-nada yang bermain, tidak
statis pada satu nada.
Jakarta, 22 September 2010
mengetahui,
Fitri Susilawati
Peneliti
Windalaksana
General Manager Sales & Marketing
DOKUMENTASI
Foto bersama Staff Telemarketing dan Community Relations
Suasana tempat kerja di kantor Tempo, Divisi sirkulasi dan distribusi
Foto bersama General Manager Sales & Marketing (Windalaksana)
Download