BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tindik atau yang disebut dengan piercing merupakan sebuah tindakan yang sudah akrab dilihat di mata kita dan sering didengar oleh telinga kita. Saat ini, tindik bukan merupakan hal yang asing dan aneh dalam kehidupan para kalangan remaja di negara kita, Indonesia, terutama bagi mereka yang tinggal di kota – kota besar di Indonesia yang sudah mengalami banyak proses modernisasi yang berasal dari dunia barat. Tindik tubuh atau body piercing sudah dikenal hampir di seluruh dunia sejak 10 abad silam. Suku – suku primitif melakukan tindik sebagai bagian dari ritual adat atau petunjuk identitas derajat sosial. Dahulu pemakaian tindik hanya didominasi oleh kaum hawa. Akan tetapi, saat ini tindik bukan hal aneh lagi digunakan oleh pria.1,2 Di Amerika, hasil penelitian tahun 2005 menemukan 42% mahasiswa pria dan 60% mahasiswa wanita memakai tindik tubuh. Di Indonesia, banyak menggunakan penghias tubuh karena menganggap penggunaannya dapat meningkatkan penampilan, sebagai sarana ekspresi diri, sebagai symbol kebebasan dari segala formalitas yang ada, fashionable, agar diakui kelompoknya dan sebagainya.1 Jika dulu tindik tubuh digunakan sebagai budaya atau ritual adat, kini tindik merupakan gaya hidup (lifestyle) bagi penggunanya. Mereka menggunakan dimana saja sesukanya, yang paling umum adalah telinga. Tidak sedikit penggunaan di wajah seperti alis, cuping hidung, bibir, area dagu dan lidah. Penggunaan tindik yang paling sering di dalam mulut adalah di lidah.1 Tindik lidah yang sedang menjadi populer sangat berbahaya dan sangat besar resiko yang dapat di timbulkan bagi tubuh terkhusus bagi rongga mulut itu sendiri. Terlebih lagi jika tindik dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang medis, sehingga mereka tidak dapat memberikan pengobatan atau perawatan pasca tindik. Para ahli kesehatan gigi dan mulut menyatakan, resiko infeksi akibat tindikan di lidah lebih tinggi daripada tatto. Rongga mulut memiliki berjuta – juta bakteri, sehingga lubang/luka pada daerah tindikan di lidah dapat menjadi retensi untuk bakteri.2,3 Banyak dampak buruk dari tindik terutama di dalam mulut. Mulai hanya berupa resesi gingival, bagian mahkota gigi patah, rasa sangat sakit, hingga lidah terinfeksi dan sebagainya. Benda yang ditusukkan ke jaringan lunak tubuh dan terpasang dalam jangka lama cukup dapat menyebabkan kebersihan mulut yang buruk. Jika kebersihan mulut tidak terjaga, plak dapat terkumpul di sekitar perhiasan yang di tindik ke lidah. Kebersihan rongga mulut yang baik itu sendiri tidak dapat menjamin bahwa tindikan lidah itu bebas dari infeksi. Bahaya tindik di dalam mulut pada gigi bisa terkait langsung dengan tindikan dan lamanya pemakaian tindik.1,4 Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar karena merupakan salah kota besar di Indonesia yang banyak mengalami proses modernisasi serta kota yang cukup berkembang dan terpusat dibandingkan kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis ingin mengetahui hubungan lama pemakaian tindik lidah terhadap status kebersihan gigi dan mulut serta lidah. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, diajukan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan lama pemakaian tindik lidah dengan status kebersihan lidah ? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui hubungan pemakaian tindik lidah dengan status kebersihan lidah. 1.4 1. MANFAAT PENELITIAN Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung pada peneliti dalam melakukan penelitian ini. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai lama pemakaian tindik lidah dalam keterkaitannya dengan status lidah. 3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat luas, sehingga adanya upaya preventif terhadap penyakit mulut akibat lidah yang kurang bersih khususnya pada pemakai tindik lidah di Makassar. 4. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5 HIPOTESIS Ada hubungan lama pemakaian tindik lidah terhadap status kebersihan lidah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINDIK DAN BODY PIERCING 2.1.1 Pengertian Tindik dan body piercing sebenarnya memiliki arti berbeda. Namun, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah yang sama, yaitu tindik. Salah satu piercer di Indonesia “Yos” mengatakan, tindik dan body piercing memiliki perbedaan mendasar. Tindik adalah tindakan untuk memasukkan benda ke dalam tubuh menggunakan alat seperti jarum atau yang lebih modern berbentuk pistol. Sementara piercing menggunakan pendekatan medis dengan alat – alat yang cukup complicated.10 2.1.2 Sejarah tindik Kemunculan awal body piercing diperkirakan sudah ada pada zaman prasejarah, dimana pada zaman itu tindik merupakan suatu tanda jabatan dan kecantikan. Setiap Negara menggunakan tradisi tua ini sesuai kebudayaan masing – masing. Sekitar 5000 tahun lampau, tentara mesir di tindik di pusar, tentara romawi di putingnya, yang menjadi ritual lambing kejantanan dalam arti semangat dalam melindungi kaisar. Selain itu, anggota kerajaan Victoria menindik putting dan genitalnya. Pendeta suku Indian Aztec dan maya menindik lidah sebagai ritual spiritual agar dapat berkomunikasi dengan dewa. Di India, untuk menghormati dewa, pada bulan februari lelaki melakukan kavandi yaitu menusuki tubuh dengan jarum panjang hampir satu meter. Pemimpin suku atau panglima perang suku Dayak di Kalimantan sejak abad 17 mengenakan tindik di telinga. Lelaki suku asmat di kabupaten Merauke dan suku Dani di kabupaten Jayawijaya,Papua, menusuki bagian hidung dengan batang kayu, tanduk hewan, atau belikat babi, sebagai tanda telah dewasa. Lain halnya dengan kaum wanita suku Dayak menggunakan anting – anting berat untuk memperbesar cuping daun telinga atau makin lebar lubang telinga, semakin cantik dan tinggi status sosialnya di masyarakat. Perkembangan zaman telah membuat adanya perubahan-perubahan pada pola perilaku dan sikap, dimana sekarang ini di Indonesia sendiri sudah mengenal piercing yang dianggap lebih modern dari cara konvensional yang hanya pada daun telinga dikalangan perempuan. Sekarang ini banyak sekali pengguna piercing dikalangan lakilaki. Bahkan mereka melakukan piercing tidak hanya pada bagian daun telinga, tapi juga pada bagian-bagian tubuh yang lain seperti hidung, dagu, pipi, bagian bawah bibir, lidah, pusar, dan sebagianya.1 Gambar 1. Body piercing dari sisi seni dan kebudayaan Available from : http://www.oktomagazine.com/oktolifestyle/art_culture/1385/sejarah.body.piercing Secara historis, Suku Maya menindik lidah untuk menunjukkan kejantanan dan keberanian. Orang Eskimo dan Aleut menindik bibir bayi perempuan sebagai bagian dari ritual pemurnian dan bibir bawah anaklaki-laki sebagai bagian ritual memasuki masa pubertas. Bahan yang digunakan adalah batu, tulang atau gading.13 2.1.3 Lokasi Tindik Jika dulu tindik tubuh digunakan sebagai budaya atau ritual adat, kini tindik merupakan gaya hidup (lifestyle) bagi penggunanya. Mereka menggunakan di mana saja sesukanya, yang paling umum adalah di telinga. Tidak sedikit penggunaan di wajah seperti alis, cuping hidung, bibir, area dagu, dan lidah, bahkan ada tindik di jidat, pangkal hidung. Tindik bibir ada yang memakainya di merah bibir bawah, di bawah bibir, di antara hidung dan bibir atas, yang umumnya di tembuskan ke dalam rongga mulut. Sardella dkk, menemukan beberapa pengguna tindik di bibir bawah yang ditembuskan ke rongga mulut dan dikunci dengan metal disk. Soileau menemukan 38% pengguna tindik bibir intra-oral macam ini. Di rongga mulut banyak sekali tempat untuk di tindik, yang paling sering adalah lidah, sebanyak 8%. Soileau melaporkan 10,5 % dari 446 mahasiswa S1 yang disurvei, menindik lidah mereka. Walaupun jarang, ada juga yang memasang di pipi, uvula, frenum lidah, frenum labialis atas.1 Profesi dokter gigi perlu mewaspadai ketertarikan jenis tindik tubuh terkini seperti ini karena dampak terhadap gigi – geligi dan berbicara dan risiko kesehatan yang berhubungan dengan tindik.11 Gambar 2. Tindik lidah Available from .http//.www.sangatuniksekali.blogspot.com 2.1.4 Bahan tindik Tindik umumnya terbuat dari logam berupa mas (aurum), bahan steel dan alloy atau campuran beberapa metal. Dapat pula logam yang diberi berlian asli atau palsu, dalam bentuk cincin atau giwang, bahkan hanya berlian saja akan dipasang pada gigi. Bentuk tindik yang umum adalah berupa barbel, cincin atau jarum yang disematkan ke kulit atau daging. Bentuk jarum ini ada yang dikunci dengan lempeng logam bergulir seperti screw atau metal disk. Di Belanda, dengan bantuan dokter mata, jewel eye disematkan di bawah membran konjungtiva. Bedah ini dipelopori oleh Netherlands Institute For Innovative Ocular Surgery (NIIOS) dan di praktekkan di klinik mata di Utrecht.1 2.1.5 Alasan memakai body piercing Hasil penelitian yang dilakukan oleh Deschenes dkk (2006) didapatkan bahwa banyak anak remaja menggunakan body piercing dengan alasan sebagai tanda estetika, dan juga sebagai ekspresi diri untuk merasa unik dan spesial, dan sebagai konfirmasi dari identitas personal mereka. Pernyataan diatas juga didukung oleh hasil penelitian dari Armstrong dkk(2004), yang menemukan bahwa tujuan para mahasiswa di salah satu universitas di Quebec menggunakan body piercing adalah untuk menunjukkan keunikan dan menjadi diri sendiri. 2.1.6 Bahaya tindik Tindik dapat membahayakan kesehatan, apalagi jika tindik dilakukan di sembarang tempat di tubuh. Bahaya tindik antara lain terjadi infeksi kronis, perdarahan, abses, alergi kulit, cacat kulit, tetanus, hepatitis B atau C dan HIV. Tindik rongga mulut telah menjadi sangat populer di antara dewasa muda sekarang ini. Tren ini membutuhkan perhatian dari profesi kedokteran gigi dan kedokteran karena risiko dan komplikasi terhadap kesehatan mereka. Komplikasi yang terjadi akibat tindik rongga mulut dapat terjadi bukan hanya saat prosedur awal, tetapi juga dapat terjadi kapanpun setelah pemasangan. Oleh karena itu, profesional pelayanan kesehatan dimotivasi untuk memberikan edukasi pasien mereka sehingga mengetahui faktor risiko, cara untuk mengurangi faktor risiko dan perawatan yang dapat dilakukan di rumah untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut secara optimal ketika mereka melakukan tindik. Khusus akibat penggunaan tindik oral nyeri, Edema, infeksi rongga mulut, penularan penyakit, perdarahan berkepanjangan, Fraktur atau patah gigi, Mukosa atau gingiva trauma, gangguan pengunyahan dan menelan, sulit berbicara, hipersalivasi, Kerusakan saraf dan parestesia, perhiasan tindik bisa tertelan, penumpukan plak pada permukaan logam, hipersensitivitas logam, infeksi dan respon alergi. Perkins dkk. Menyatakan adanya penderita dengan keluhan sakit, pembengkakan dasar mulut dan lidah sehingga lidah terdorong ke palatum dan epiglotis ke posterior. Penderita ini sangat sulit menelan dan hipersalivasi.1,5,13,15 2.2 TINDIK LIDAH Dalam kebudayaan Barat sekarang ini, keputusan untuk menindik seringkali merupakan keinginan yang mempresententasikan fashion, bahaya dan keberanian. Biasanya tidak terdapat tujuan keagamaan, kesukuan atau pemakaian perhiasan secara formal. Namun demikian, beberapa tindik seperti tindik di area lidah digunakan untuk tujuan meningkatkan stimulasi seksual. Tindik di daerah lidah dan area di sekitar rongga mulut telah menjadi bentuk seni tubuh yang semakin populer. Tindik rongga mulut dan disekitar rongga mulut sekarang semakin banyak dan akan sering ditemui di kebanyakan praktik dokter gigi. Oleh karena itu, profesional layanan kesehatan sangat penting untuk dapat terbiasa dengan fenomena tindik rongga mulut dan cukup mewaspadai adanya dampak negatif yang mungkin terjadi. Area tindik rongga mulut/di sekitar rongga mulut untuk penempatan perhiasan termasuk (1) lidah, (2) bibir, (3) pipi, (4) frenum, dan (5) uvula.1 Faktanya, American Dental Association telah membuat sebuah pernyataan yang menentang tindik rongga mulut. Gambar 3. Lokasi tindikan yang biasa dilakukan dalam rongga mulut Sumber: Oral and Perioral Piercing. The journal of Contemporary Dental Practice, Vol 1 No.3 tahun 2000 2.2.1 Lidah Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.Juga membantu membolak balik makanan dalam mulut ...(Graciella Eunike Satriyo,Sanjose,Bali). Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila. Terdapat tiga jenis papila yaitu: 1. Papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus; 2. Papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah; 3. Papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur. 2.2.2 Definisi tindik lidah Tindik lidah adalah suatu penciptaan lubang pada lidah yang kemudian dipasangkan dengan anting logam dekoratif ( barbel) pada lubang tersebut. 2.2.3 Bentuk tindik lidah Terdapat beberapa jenis tindik di rongga mulut, namun demikian, tindik lidah merupkan salah satu tindikan yang sering dilakukan. Terdapat dua jenis tindik lidah dengan area yang paling umum dan paling aman adalah di daerah dorsoventral dan dorsolateral. Pada tindikan dorsoventral, perhiasan diinsersikan dari permukaan dorsal ke permukaan ventral lidah. Tindikan ini biasanya terletak di bagian tengah lidah dan pembuluh darah besar harus dihindari selama prosedur penindikan. Gambar 4. Penempatan barbel di bagian dorsoventral lidah. Sumber: Oral and Perioral Piercing. The journal of Contemporary Dental Practice, Vol 1 No.3 tahun 2000 Tindik dorsolateral bukan merupakan sebuah prosedur yang aman berdasarkan adanya vaskularitas lidah; oleh karena itu, tindik dorsolateral biasanya tidak dilakukan oleh praktisi tindik profesional. Pada tindik dorsolateral, kedua bulatan perhiasan berada pada bagian dorsum lidah di bagian lateral dan terletak sekitar setengah dari arah anteroposterior. Barbel ditempatkan di bagian dorsal, melengkung ke bawah mengarah ke sisi ventral lidah, dan permukaan aspek dorsal. Barbel merupakan bentuk perhiasan yang paling sering pada tindik dorsoventral. Cincin lidah juga dapat digunakan sebagai perhiasan untuk lidah karena area tindik terletak dekat ujung atau batas lateral lidah.13 Gambar 5. Cincin pada lidah. Sumber: Oral and Perioral Piercing. The journal of Contemporary Dental Practice, Vol 1 No.3 tahun 2000 Tindik rongga mulut populer lainnya adalah labret yang merujuk pada area tindik di bibir. Salah satu jenis tindikan ini adalah tindikan yang ditempatkan di atas groove labiomental dan dipusatkan di bawah batas vermillion. Area tindik ini mengingatkan tindikan bibir suku Suya di Brazil dan orang Afrika.4,6 Perhiasan di lokasi ini dapat berkontribusi terhadap resesi gingiva di permukaan fasial anterior regio mandibula akibat trauma fisik pada jaringan. Gambar 6. Tindik Labret Sumber: Oral and Perioral Piercing. The journal of Contemporary Dental Practice, Vol 1 No.3 tahun 2000 Tindik bibir dapat ditempatkan di bagian manapun di sekitar batas vermillion. Area yang paling umum adalah sisi bibir bawah dekat komisura. Tindik bertempat di ekstraoral dan dimasukan ke dalam rongga mulut. Sebuah cincin seringkali digunakan yang melingkari tepi bibir. Gambar 7. Cincin di bibir Sumber: Oral and Perioral Piercing. The journal of Contemporary Dental Practice, Vol 1 No.3 tahun 2000 Lokasi tindik rongga mulut/sekitar rongga mulut yang kurang sering adalah pipi, frenum lingual, dan uvula. Tindik pipi juga dikenal sebagai “lesung pipi” karena penempatan bilateral berhubungan dengan lokasi lesung pipi (Gambar 7). Penempatan bola perhiasan secara intraoral di mukosa bkal dapat menyebabkan resesi gingiva dan/atau abrasi atau gigi patah. Lokasi frenum lingual dapat disebut juga sebagai tindik “jaring.” Uvula bukan merupakan area tindik yang umum dilakukan karena adanya kesulitan dalam melakukan tindik dan penempatan perhiasan. Masalah fungsional yang melibatkan refleks muntah, iritasi tenggorokan, dan deglutisi tidak dapat dianggap remeh. Bagi individu dengan beberapa tindikan rongga mulut, mereka akan mengalami gangguan berbicara, mastikasi, dan deglutisi. Gambar 8. Tindik di bagian pipi Sumber: Oral and Perioral Piercing. The journal of Contemporary Dental Practice, Vol 1 No.3 tahun 2000 Tabel 2.1 Jenis tindikan lidah, posisi anatomi perhiasan, waktu penyembuhan dan jenis perhiasan yang digunakan Jenis tindikan lidah Frenulum lingual (jarang) Lidah Ujung lidah Posisi anatomi perhiasan Di bagian lateral melalui frenulum (jaringan di bawah lidah) Secara vertikal di bagian groove median dan lipatan lateral lidah walaupun beberapa klien tindik mendapatkan “sengatan racun atau gigitan ular” melalui sisi lidah Secara vertikal melalui apeks (ujung) lidah Perkiraan waktu penyembuhan (minggu) 6-8 Jenis perhiasan yang umum digunakan 4-6 Barbel, bengkok cincin Barbel barbel atau 4-6 Cincin atau barbel Sumber : Deboer, Scott dkk. Body Piercing and Airway Management. AANA Journal Vol 76 No.1 February 2008 2.2.4 Pemilihan perhiasan tindik Potensi kerusakan jaringan akibat pemasangan tindik pada lidah dan mulut dapat dikurangi dengan menggunakan perhiasan tindik yang tepat. Komplikasi bisa terjadi jika ukuran perhiasan tidak tepat, cara pemasangan yang tidak tepat atau dengan cara yang kurang baik dan tidak steril. Untuk itu, perlu dioertimbangkan model perhiasan tindik yang tepat untuk anatomi tertentu dan cara pemasangan tindik, ukuran perhiasan tindik harus pas, perhiasan tindik yang digunakan harus sekelas implan, bahan cincin/bola yang terbuat dari akrilik pada barbell lidah guna mengurangi risiko kerusakan gigi, ujung berulir dari tindik berada dalam kondisi aman, bola tindik yang lebih kecil dapat digunakan pada sisi bawah lidah untuk mengurangi kontak dengan bagian sublingual rongga mulut, pemakai tindik harus diperingatkan bahwa bermain – main dengan perhiasan tindik secara berlebihan harus dihindari karena seringkali menyebabkan kerusakan gigi dan gingiva. Sebuah aspek penting dari tindik tubuh adalah pemilihan perhiasan secara tepat yang biasanya dijual di studio tindik. Perhiasan tersebut harus terbuat dari bahan logam inert non-toksik seperti emas 14K atau 18K, stainless steel bedah, titanium atau niobium. Selain itu, biaya tindik tubuh mungkin berkisar dari $15 sampai dengan $50, pembelian perhiasan tubuh merupakan biaya tambahan yang dapat berkisar dari $35 sampai dengan $100. Beberapa individu tidak dapat mengantisipasi biaya perhiasan ketika ingin ditindik. Karena perhiasan yang tepat untuk prosedur mungkin nampak sebagai biaya tambahan yang sangat mahal, remaha mungkin memilih untuk memasang perhiasan imitasi atau sebuah pin keamanan di bagian pembuka. Namun demikian, tidak terdapat pengganti untuk perhiasan berkualitas karena lapisan perak perhiasan imitasi dapat dengan mudah terkelupas, sehingga meninggalkan lapisan abrasif yang dapat menjadi predisposisi area yang ditindik terhadap infeksi dan respon alergi.2,13 2.2.5 Cara pemasangan Sebuah praktik yang cukup baik akan memiliki pengganti perhiasan rongga mulut temporer dengan bahan bukan logam. Penutupan lubang sangat bervariasi di antara individu dan pada kasusu pasien tidak dipersiapkan direkomendasikan bahwa dokter gigi memberikan sebuah pengganti untuk menjaga area tindikan tetap paten. Salah satu metode sederhana dan tidak mahal adalah dengan menggunakan tali nilon yang digunakan dengan perlengkapan berkebun, seperti sebuah alat potong gulma sebagai sebuah pilihan tepat untuk pergantian non-logam. Bahan ini tersedia dalam berbagai diameter. Gauge 12-14 yang sama untuk tindik lidah dan gauge 14 untuk tindik rongga mulut dengan ukuran yang sama dengan perhiasan yang biasa digunakan. Langkah berikut ini dapat digunakan untuk mempersiapkan tali. 1. Potong tali menjadi panjang 1 ½” Gambar 9. Cara memotong nylon 2. Lelehkan salah satu ujung dengan api, sebagai contoh pemantik api atau korek api Gambar 10. Membakar ujung nylon dengan api 3. Selagi masih hangat, secara perlahan, tekan salah satu jung tersebut di permukaan rata. Ujung yang didapatkan akan melebar dan menjadi rata, dan berfungsi sebagai ujung akhir Gambar 11. Meratakan ujung nylon 4. Dengan pisau sakut atau skeler, haluskan ujung kasar di salah satu sisi, lakukan pengecilan tepi untuk insersi yang lebih nyaman. Tempatkan secara terpisah dan lakukan prosedur sterilisasi dengan otoklav secara individual Gambar 12. Menghaluskan ujung nylon 5. Pasien atau klinis harus melepaskan membuka dan melepaskan perhiasan Gambar 13. Melepaskan perhiasan logam 6. Segera masukkan tali nilon Gambar 14. Menginsersi nylon 7. Untuk tindik lidah, ujung tali yang diratakan akan ditempatkan di bagian dorsum lidah Gambar 15. Insersi nylon pada lidah 8. Untuk tindik pipi, labret atauu tindik bibir, insersikan tali dari sisi mukosa dengan meninggalkan ujung yang diratakan di bagian intraoral. Setelah perawatan gigi, tali nilon dilepaskan, dan perhiasan diinsersikan kembali ke dalam area tindik.13 Gambar 16. Insersi perhiasan pada lidah 2.2.6 Cara melepas perhiasan lidah Beberapa praktisi merekomendasikan perhiasan tersebut harus dilepaskan, praktisi lain merasa sebuah pendekatan untuk melepaskan perhiasan rongga mulut merupakan sebuah cara tang tepat untuk menghindari komplikasi – komlikasi yang mungkin terjadi. Ada dua cara untuk melepaskan tindik lidah yakni Cara 1 : 1. Jika memungkinkan, instruksikan pasien untuk duduk tegak, sedikit mengarah ke depan, dan menjulurkan lidah. 2. Secara perlahan, cengkeram barbel dengan tangan yang dilapisi sarung tangan dan sambil memegang gauze. Selalu tempatkan jari Anda tetap berkontak dengan perhiasan. Lepaskan baut bola dari barbel di bagian atas atau bawah lidah, dan pegang dengan jari telunjuk. 3. Ketika bola telah dilepaskan, tetap pegang lidah pasien dan barbel dengan satu tangan dan gauze. Cara ini mungkincara termudah untuk menempatkan bola di bagian samping sebelum masuk ke Langkah 4. 4. . Secara perlahan, tarik perhiasan yang masih ada keluar dari lidah. Cara 2 : 1. Jika memungkinkan, tempatkan pasien pada posisi aman sebelum melepaskan perhiasan. Cengkeram lidah dengan tangan yang dilapisi sarung tangan dan gauze, lalu secara perlahan tarik lidah keluar sampai perhiasan dapat dimanipulasi dengan aman. 2. Cengkeram ujung barbel di antara ibu jari dan jari telunjuk masing-masing tangan. Penggunaan gauze mungkin membantu Anda untuk mendapatkan sebuah pegangan perhiasan secara erat. Selalu jaga agar jari Anda berkontak dengan bagian perhiasan apapun untuk mencegah aspirasi. Ketika bola telah dilepaskan, tetap pegang barbel dengan salah satu tangan dan gauze, dan tempatkan bola ke samping. 3. Secara perlahan, lepaskan bagian perhiasan yang masih ada dari lidah dan tempatkan di samping. Selesaikan proses pelepasan dengan menempatkan lidah kembali ke dalam mulut.16 2.2.7 Cara pemeliharaan Ada beberapa cara pemeliharaan yang dapat dilakukan yaitu: 1. Berkumur dengan larutan air garam a. Baik jika dilakukan setelah makan karena dapat membantu proses penyembuhan pada bekas tusukan b. Masukkan ½ sendok makan garam ke dalam air garam hangat c. Kemudian digunakan untuk berkumur selama kurang lebih 15 menit d. Sebaiknya berkumur air garam juga dilakukan setelah merokok 2. Menyikat gigi a. Penting untuk menyikat gigi tiga kali sehari sementara bekas tindikan dalam proses penyembuhan b. Disarankan menggunakan sikat gigi dengan bulu soft selama masa penyembuhan awal c. Sebaiknya menyikat perhiasan tindik setiap hari untuk mencegah terjadinya penumpukan plak pada daerah bekas tindik lidah Jika seorang pasien atau orangtua yang peduli meminta saran mengenani tindik lidah, berikut beberapa yang dapat dijelaskan : 1. Dibutuhkan kedewasaaan/tanggung jawab seseorang yang akan memasang tindikan karena dibutuhkan pemeliharaan area tindik; 2. Evaluasi pemasangan tindik secara hati-hati yang memfokuskan pada sterilisasi dan kontrol infeksi, dan juga masalah dan kepercayaan penindik; 3. Selama periode penyembuhan 3-4 minggu awal, lidah mengalami pembengkakan yang dapat berpengaruh terhadap berbicara dan makan; 4. Kemungkinan infeksi selalu ada, dan juga gigi fraktur dan resesi gingiva yang membutuhkan intervensi profesional; 5. Kualitas perhiasan dengan ukuran yang tepat merupakan sebuah keharusan.13 2.2.8 Kerugian pemakaian Komplikasi yang terjadi akibat tindik rongga mulut dapat terjadi bukan hanya saat prosedur awal, tetapi juga dapat terjadi kapapun setelah pemasangan. Penting bagi profesional layanan keesehatan rongga mulut untuk mewaspadai masalah yang dapat ditimbulkan setelah pemasangan tindik yang bertujuan untuk menginformasikan orang yang akan dan telah ditindik, dan agar profesional kesehatan dapat mengenali komplikasi sewaktu melakukan pemeriksaan rongga mulut. Dampak tersebut dapat terjadi selama proses pemasangan tindik, segera setelah atau lama setelah pemasangan tindik.13 Kebanyakan risiko berhubungan dengan tindik rongga mulut, dan beberapa risiko tersebut dapat menyebabkan kematian. Efek samping yang umum terjadi adalah pembengkakan, lalu rasa sakit, gigi fraktur, infeksi, hipersalivasi, kerusakan nervus, peningkatan jumlah kalkulus, gangguan berbicara, reaksi alergi terhadap perhiasan, jaringan parut dari jaringan yang robek, transmisi penyakit, perdarahan berkepanjangan, trauma gingiva, kehilangan tulang. Efek samping lain juga termasuk kehilangan pengecapan, mati rasa, abrasi, erosi, atrisi, kista, dehiscence, mobilitas, dan kesulitan mastikasi atau penelanan. Komplikasi tersebut sangat bergantung pada area tindik, prosedur penindikan, bahan yang digunakan, kebiasaan pasien, dan kesehatan pasien secara keseluruhan. Penurunan risiko yang berhubungan dengan tindik termasuk pemilihan ukuran dan jenis perhiasan yang tepat, sebagai tambahan terhadap penempatan tindik secara tepat. Kooperativitas pasien terhadap penuntun setelah perawatan dan edukasi kontrol infeksi merupakan elemen kunci yang bertujuan untuk mengurangi komplikasi. Mayoritas studio modifikasi tubuh tidak memiliki standar kontrol infeksi adekuat yang dapat menyebabkan pasien terjangkit penyakit seperti hepatitis B, virus herpes simplex, virus Epstein-Barr, dan human immunodeficiency virus, sindrom syok toksik, keracunan darah, septisemia, endokarditis, sipilis, dan penyakit menular seksual merupakan faktor risiko. Beberapa penelitian menyatakan tetanus dan tuberkulosis mungkin ditransmisikan melalui tindik walaupun penelitian lain menyatakan tidak terdapat kasus transmisi penyakit yang dilaporkan terjadi akibat penggunaan tindik para rongga mulut, hanya tindik pada telinga saja. Selain kontrol infeksi yang buruk, artis yang melakukan tindik masih kurang mendapatkan pelatihan yang tepat. Kebanyakan artis modifikasi tubuh mendapatkan pelatihan melalui video dan buku di internet, dan disertai dengan prosedur uji coba. Artis yang memasang tindik seringkali tidak memiliki lisensi, dan tidak memiliki pengetahuan klinis dan anatomi yang memadai, sehingga menempatkan pasien dalam risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi berat seperti kerusakan nervus, dan transmisi penyakit.15 Secara medis ,tindakan tindik lidah sangat tidak disarankan. Beberapa fakta di bawah ini menguatkan alasan untuk tidak menindik lidah : 1. Tidak ada tindik lidah yang berlisensi 2. Kebanyakan orang yang menindik bukan ahli medis 3. Tidak ada tenaga medis atau paramedis yang berprofesi sebagai penindik 4. Tidak ada pemeriksaan khusus atau berkala setelah dilakukan tindik lidah 5. Tidak ada peralatan gawat darurat untuk tindik lidah.12 lidah Terdapat sejumlah risiko yang berhubungan dengan praktik tindik tubuh khususnya tindik intraoral yang harus menjadi perhatian bagi komunitas kedokteran gigi. Risiko tersebut berupa : 1. Resesi gingiva Perhiasan dari tindik dapat menggesek gingiva sehingga dapat terjadi resesi bahkan dapat mengakibatkan lepasnya gigi. Kecenderungan untuk menekan barbel lidah secara berulang pada gingiva lingual mandibula dapat menyebabkan resesi ringan, menengah atau parah pada jaringan lunak. Labret atau tindik lidah dapat menyebabkan resesi jaringan fasial mandibula. Selain itu, gigi-geligi dapat terabrasi oleh perhiasan. Koreksi kosmetik atau fungsional dapat diimplementasikan oleh seorang dokter gigi.13 2. Gigi patah/fraktur gigi Gigi fraktur atau patah ini disebabkan karena adanya kebiasaan memainkan tindikan mereka.. Kerusakan gigi kebanyakan terjadi setelah barbel yang terpasang telah longgar di lidah. Gigi maksila atau mandibula dapat mengalami keretakan akibat trauma dari bola ventral atau dorsal pada lidah. Gejala yang menyertai termasuk sensitivitas terhadap sensasi dingin dan manis di dalam rongga muut, dan rasa sakit sewaktu menggigit. Dokter gigi yang telah melakukan injeksi blok mandibula harus mewaspadai sementara pasien masih teranestesi, perhiasan pada lidah yang mengalami mati rasa dapat menyebabkan gigi retak/patah selama kehilangan kontrol lidah.13 Gambar 20. Fraktur cusp gigi no. 13. Sumber: Oral and Perioral Piercing. The Journal Of Contemporary Dental Practice Vol 1 No.3 tahun 2000 3. Perdarahan Hal ini dapat terjadi akibat kesalahan operator pada saat menusuk pembuluh darah pada lidah sehingga menyebabkan perdarahan yang serius serta gangguan bekuan darah. Kurangnya pelatihan dan pendidikan operator yang memasang tindik dapat meningkatkan resiko. 4. Infeksi Tindik dapat menyebabkan terjadinya infeksi karena terbukanya kulit atau jaringan pada rongga mulut. Jika terjadi infeksi pada lidah maupun dasar mulut, dapat menyebabkan pembengkakan pada lidah yang berujung pada kesulitan bernafas. Selain itu, peralatan/perhiasan yang digunakan pada saat penindikan tidak steril, maka resiko terjadi infeksi meningkat berkali – kali lipat. Tindikan di rongga mulut akan menimbulkan potensi bakteri pada tempat pemasangan tindik karena rongga mulut dipenuhi oleh bakteri. Kebanyakan praktisi tindik tubuh tidak memiliki edukasi formal mengenai sterilisasi, perawatan kuilit secara efektif dan kontrol infeksi secara tepat. Akibatnya, tindik mungkin menyebabkan peningkatan risiko transmisi hepatitis B, HIV/AIDS, tetabus, sipilis dan tuberkulosis. 5. Iritasi kronik Dalam rongga mulut terdapat berbagai jenis bakteri yang jika terdapat luka yang terbuka dapat menyebabkan infeksi parah. Kebersihan rongga mulut yang baik itu sendiri tidaka dapat menjamin bahwa tindikan lidah itu bebas infeksi, sedangkan larutan kumur yang mengandung alkohol akan menimbulkan sensasi terbakar dan iritasi pada luka. 6. Reaksi alergi Beberapa orang mungkin alergi terhadap berbagai jenis logam yang digunakan sebagai aksesoris. Reaksi alergi terhadap nikel atau aloi lain yang digunakan dalam logam juga merupakan sebuah kemungkinan yang dapat terjadi. Seluruh perhiasan harus dibuat dari logam inert non-toksik seperti stainless steel , niobium atau titanium emas 14K. 7. Gangguan berbicara Sebuah tinjauan pustaka menunjukkan proses berbicara mungkin mengalami gangguan. Pada sebuah kasus, seorang siswa dengan tindikan pada lidah dipaksa untuk melepaskan barbel tindikan karena adanya gangguan proses berbicara yang dialaminya. 8. Ludwig’s Angina Kondisi ini melibatkan inflamasi jaringan konetif. Infeksi ini menyebar dengan sangat cepat sampai melibatkan spasia submandibula, submental, dan sublingual. Tanda kondisi ini adalah pembengkakan lidah yang menyakitkan, kesulitan menelan dan berbicara, gangguan jalan nampas. Kondisi ini merupakan perkembangan infeksi serius yang membutuhkan intervensi profesional sesegera mungkin. Gangguan jalan napas dapat berakibat fatal. 9. Lain – lain Sejumlah efek samping yang berhubungan dengan tindik telah terdokumentasi yakni rasa sakit, pembentukan kista, jaringan parut hipertropik, kerusakan struktur yang lebih dalam seperti vena dan nervus superfisial, pembentukan hematoma dan neuroma. Septisemia dan sindrom syok toksik juga toksik telah dilaporkan pada kasus tindik tubuh dengan infeksi berat. Tidak beralasan untuk mengatakan risiko spesifik lain terhadap praktik tindik lidah dapat menyebabkan kerusakan jaringan pipi, mati rasa permanen dan kehilangan pengecapan. 2,6,7,8,11,14 BAB III KERANGKA KONSEP Tindik Lidah Alasan penggunaan Dampak tindik lidah Lama pemakaianTindik Lidah - Resesi gingiva - Gigi fraktur - Perdarahan - Infeksi - Iritasi kronik Penumpukan plak Status kebersihan lidah Keterangan: : Variabel yang diteliti. : Variabel yang tidak diteliti. - Gaya hidup - Ritual/budaya BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional analitik. 4.2 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study . 4.3 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan 4.4 WAKTU PENELITIAN Waktu dilakukannya penelitian pada 1 April – 1 Juni 2012 4.5 POPULASI PENELITIAN Semua masyarakat di Kota Makassar yang memakai tindik lidah 4.6 KRITERIA SAMPEL 1. Kriteria inklusi : Pemakai tindik lidah tidak sedang dalam perawatan atau tidak sedang mengkonsumsi obat 2. Kriteria eksklusi : Pemakai tindik lidah tidak bersedia berpartisipasi 4.6 METODE PENGAMBILAN SAMPEL Metode penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling. Accidental sampling adalah pengambilan sampel non-probabilitas atau pengambilan sampel yang kebetulan ada. 4.7 SAMPEL PENELITIAN Pemakai tindik lidah yang berada di Kota Makassar dan tidak sedang dalam perawatan atau tidak mengkonsumsi obat apapun. 4.8 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN 1. Alat: a. Masker b. Handscone c. Handuk putih d. Cotton bud steril/kapas e. Alat tulis f. Alat od g. Jas lab h. Tissu 2. Bahan : 4.8 4.9 a. Betadine b. Disclosing Solution c. Alcohol d. Air mineral PENENTUAN VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel sebab : Lama pemakaian tindik lidah. 2. Variabel akibat : Status kebersihan status kebersihan lidah DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Lama pemakaian tindik lidah: Lamanya pemakaian tindik lidah pada sampel yang diketahui dengan menggunakan kuesioner 2. Status kebersihan lidah : Keadaan lidah pada pemakai tindik lidah yang diukur dengan menggunakan Tongue coating indeks (CTI) 4.10 PROSEDUR PENELITIAN 1. Peneliti menentukan waktu penelitian. 2. Peneliti menentukan sampel melalui kriteria sampel inklusi. 3. Setelah sampel penelitian ditentukan, peneliti mencari sampel sesuai dengan metode yaitu accidental sampling dan didapatkan komunitas pemakai tindik lidah kemudian peneliti memberikan surat persetujuan kepada pemakai tindik lidah. 4. Setelah sampel setuju , dilakukan wawancara dan pemeriksaan status kebersihan lidahnya. 5. Penelitian berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. 6. Mengumpulkan hasil penelitian. 7. Dilakukan pengolahan data dan menganalisis data yang didapatkan sehingga diperoleh hasil penelitian. 4.11 ALUR PENELITIAN Waktu penelitian ditentukan, pengambilan sampel berdasarkan teknik sampling, dan kriteria seleksi sampel. Setelah komunitas pemakai tindik lidah didapatkan, diberi surat persetujuan, kemudian dilakukan pemeriksaan status kebersihan gigi dan mulut serta llidahnya Penelitian berakhir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan Mengumpulkan data dan analisis Data 4.12 KRITERIA PENILAIAN - Tongue Coating Index (TCI) oleh Lee LTCI diukur dalam dua langkah : 1. Menetapkan skor utama berdasarkan cakupan permukaan TC (tongue coating) secara keseluruhan baik pada lapisan yang tebal dan tipis sehingga mendapatkan primary score. 2. Menetapkan subscore berdasarkan persentase cakupan TC (tongue coating) yang memiliki lapisan tebal. Gambar 4.1 pembagian permukaan lidah yang di periksa Kriteia LTCI Skor kriteria Tidak terlihat lapisan pada lidah <1/3 permukaan lidah tertutup 1/3 – 2/3 permukaan lidah tertutup >2/3 permukaan lidah tertutup Interpretasi LTCI Keseluruhan lapisan tipis dan tebal ( primary score ) 0 1 2 3 Lapisan tebal ( subscore ) 0 1 2 3 Skor 1,2 3,4,5 6,7,8 9< 4.13 Interpretasi Lidah normal, tidak terlihat lapisan pada lidah Terlihat lapisan pada lidah yang bersifat sementara ( ringan ) Terlihat lapisan pada lidah yang meluas ( sedang ) Terlihat lapisan pada lidah yang sangat luas dan parah ( berat ) DATA PENELITIAN 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer di mana diperoleh langsung oleh peneliti. 2. Pengolahan data akan dilakukan dengan Program SPSS 16 untuk Windows. 3. Uji hipotesis yang digunakan untuk hasil akhir penarikan kesimpulan adalah uji korelasi pearson. Penyajian data disajikan lewat tabel. BAB V HASIL PENELITIAN Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara lama pemakaian tindik pada lidah dengan status kebersihan lidah pada komunitas pemakai tindik lidah di Kota Makassar. Lama pemakaian tindik pada lidah diukur secara subjektif dari pemakai dan status kebersihan lidah diukur menggunakan indeks TCI (tongue coating indeks). Penelitian dilakukan pada tanggal 1 April - 1 Juni 2012 di Kota Makassar. Penelitian ini melibatkan komunitas pemakai tindik lidah sebagai sampel penelitian dengan ketentuan bahwa harus memenuhi kriteria seleksi, baik inklusi maupun eksklusi, yang telah ditentukan sebelumnya. Secara keseluruhan, jumlah sampel penelitian akhir pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu metode wawancara dan melalui pemeriksaan klinis. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi usia, jenis kelamin, dan lama pemakaian tindik lidah responden. Adapun, pemeriksaan klinis mengacu pada indeks TCI (tongue coating index). Indeks TCI digunakan untuk memperoleh status kebersihan lidah. Hasil penelitian selanjutnya dikumpulkan dan diolah menggunakan program SPSS 16.0, serta ditampilkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5.1 Distribusi karakteristik sampel penelitian (N=35) Karakteristik sampel penelitian Frekuensi (n) Persen (%) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia (tahun) Lama pemakaian tindik lidah (tahun) 30 5 Mean ± SD 85.7 14.3 20.34 ± 3.54 3.84 ± 3.37 Tabel 5.1 memperlihatkan distribusi karakteristik subjek penelitian yang berjumlah 35 orang. Terlihat pada tabel 5.1 bahwa jumlah laki-laki (30 orang) lebih banyak daripada jumlah perempuan (lima orang). Adapun, rata-rata usia sampel penelitian adalah sekitar 20 tahun dengan rata-rata lama pemakaian tindik lidah sekitar tiga tahun. Tabel 5.2 Distribusi status kebersihan lidah sampel (N=35) Status kebersihan gigi dan mulut Frekuensi (n) Persen (%) Nilai Primary Score TCI Nilai Subscore TCI Nilai TCI Status kebersihan lidah (TCI) Normal Ringan Sedang Berat Mean ± SD 4.26 ± 0.91 1.49 ± 0.65 5.74 ± 1.54 0 19 14 2 0 54.3 40.0 5.7 Tabel 5.2 memperlihatkan distribusi status kebersihan lidah sampel pada penelitian ini. Pada penelitian ini, kebersihan lidah diukur menggunakan lidah TCI (tongue coating indeks). Terlihat pada tabel 2, rata – rata nilai primary score TCI 4.27, nilai primary score diperoleh dari status kebersihan lidah sampel dengan menjumlahkan nilai lapisan tipis dan tebal pada lidah sampel. Rata – rata nilai subscore TCI 1.49, nilai subscore diperoleh dari lapisan tebal pada lidah sampel. Rata-rata nilai kebersihan lidah (nilai TCI total) mencapai 5.74, artinya rata-rata setiap orang memiliki lapisan debris pada lidah yang meluas. Pada tabel 2 juga terlihat, status kebersihan lidah sampel yang paling banyak adalah ringan dengan jumlah 19 orang atau 54.3% dari keseluruhan. Tabel 5.3 Distribusi status kebersihan lidah berdasarkan jenis kelamin Status kebersihan lidah Status kebersihan lidah Normal Ringan Sedang Berat Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 0 (0%) 17 (56.7%) 11 (36.7%) 2 (6.7%) 30 (100%) 0 (0%) 2 (40%) 3 (60%) 0 (0%) 5 (100%) Total 0 (0) 19 (100%) 14 (100%) 17 (100%) 35 (100%) Tabel 5.3 memperlihatkan distribusi status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan jenis kelamin. Pada tabel 5.3, terlihat bahwa tidak ada seorang pun baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki status kebersihan lidah normal. Pada lakilaki, paling banyak status kebersihan lidahnya adalah ringan, yaitu 17 orang (56.7%) dan pada perempuan, paling banyak adalah status kebersihan sedang, yaitu tiga orang (60%). Tabel 5.4 Distribusi rata-rata nilai primary TCI dan subscore TCI Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Primary TCI Mean ± SD Subscore TCI Mean ± SD 4.23 ± 0.93 4.40 ± 0.89 4.26 ± 0.91 1.47 ± 0.68 1.60 ± 0.54 1.49 ± 0.65 Tabel 5.5 Distribusi rata-rata lama pemakaian tindik dan TCI Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Lama pemakaian tindik lidah Mean ± SD Nilai TCI Mean ± SD 4.17 ± 3.55 2.00 ± 0.71 3.86 ± 3.37 5.70 ± 1.57 6.00 ± 1.41 5.74 ± 1.54 Tabel 5.4 dan tabel 5.5 memperlihatkan distribusi rata-rata nilai kebersihan lidah berdasarkan jenis kelamin. Pada tabel 5.4 terlihat distribusi nilai Primary TCI, dan Subscore TCI berdasarkan laki-laki dan perempuan. Terlihat bahwa laki-laki memiliki nilai subscore TCI yang lebih tinggi daripada perempuan. Adapun, pada nilai rata-rata Primary TCI, nilai rata-rata perempuan lebih tinggi. Pada tabel 5.5 terlihat lama pemakaian tindik lidah disertai oleh nilai rata-rata TCI. Terlihat bahwa laki-laki yang lebih lama menggunakan tindik lidah (4 tahun) memiliki nilai TCI lebih rendah dibandingkan perempuan yang riwayat pemakaian tindik lidahnya hanya sekitar 2 tahun. Tabel 5.6 Hubungan lama pemakaian tindik lidah dengan lidah TCI Mean ± SD Mean ± p SD value Lama pemakaian tindik lidah 3.84 ± 3.37 5.74 ± 1.54 koefisien korelasi (r) *0.000 0.659 *Pearson’s Correlation test: p<0.05, significant Tabel 5.6 memperlihatkan hubungan lama pemakaian tindik lidah (tahun) dengan lidah. Terlihat pada tabel 5.6, rata-rata lama pemakaian tindik lidah adalah 3 tahun 8 bulan yang diikuti dengan nilai rata-rata TCI sebesar 5.74. Melalui hasil uji korelasi pearson, diperoleh nilai p=0.000, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemakaian tindik lidah dengan kebersihan lidah. Kekuatan korelasi yang diperoleh sebesar 0.659, artinya semakin lama pemakaian tindik lidah maka akan diikuti 65.9% peningkatan nilai kebersihan lidah (TCI). BAB VI PEMBAHASAN Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan lama pemakaian tindik lidah dengan status kebersihan lidah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi status lidah seperti debris, pengetahuan tentang menjaga kebersihan lidah yang kurang, merokok, faktor ekonomi, faktor sosial, menggunakan obat-obatan dan sebagainya. Dari literatur lebih banyak membahas resiko dan dampak dari pemakaian tindik lidah yang lain seperti gigi patah, resesi gingiva, infeksi, Ludwig Angina, gangguan berbicara, reaksi alergi dan perdarahan. Secara teoritis lebih banyak membahas lama pemakaian tindik lidah yang dapat mempengaruhi kebersihan lidah. Bahaya tindik lidah pada gigi bisa terkait langsung dengan tindikan dan lamanya pemakaian tindik. Etiologi yang mempengaruhi status kebersihan lidah sangat bervariasi atau multifaktor. Pada penelitian ini, didapatkan jumlah sampel sebanyak 35 orang pemakai tindik lidah, yang terdiri dari 30 laki-laki dan 5 perempuan. Hasil ini memperlihatkan jumlah sampel laki – laki lebih banyak dari perempuan. Kurangnya sampel perempuan mungkin dipengaruhi oleh cara pengambilan sampel yaitu menggunakan accidental sampling. Tempat yang didatangi pada saat pengambilan sampel adalah komunitas pemakai tindik lidah yang memang didominasi oleh laki-laki. Hal ini ini menunjukkan bahwa memang saat ini tindik bukan hal aneh lagi bagi laki – laki.1 Di Amerika, hasil penelitian tahun 2005 menemukan 42% mahasiswa pria dan 60% mahasiswa wanita memakai tindik tubuh. Di rongga mulut banyak sekali tempat untuk tindik, yang palimg sering adalah lidah sebanyak 8%. Soileau melaporkan 10,5% dari 446 mahasiswa S1 yang disurvei menindik lidah mereka.1 Hasil penelitian yang olehDeschenesdkk dilakukan (2006) didapatkanbahwabanyakanakremajamenggunakanbody piercing denganalasansebagaitandaestetika, danjugasebagaiekspresidiriuntukmerasaunikdanspesial, dansebagaikonfirmasidariidentitas personal mereka.Pernyataandiatasjugadidukungolehhasilpenelitiandari yang menemukanbahwatujuanparamahasiswa di Armstrong dkk(2004), salahsatuuniversitas di Quebec menggunakanbody piercing adalahuntukmenunjukkan keunikandanmenjadidirisendiri. Pada penelitian ini, kebersihan lidah diukur menggunakan TCI. Secara keseluruhan dari sampel memiliki rata – rata lapisan debris pada lidah yang meluas. Dari hasil wawancara dengan sampel, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bahwa menjaga kebersihan lidah itu penting. Pengetahuan yang kurang dan tidak adanya latar belakang medis sehingga mereka tidak menjaga kebersihan lidahnya. Dalam rongga mulut terdapat berbagai jenis bakteri, kebersihan rongga mulut yang baik itu sendiri tidak dapat menjamin bahwa tindik lidah itu bebas infeksi. Banyak faktor yang mempengaruhi status lidah seperti merokok, faktor ekonomi, sosial, kurangnya penegtahuan memebersihkan lidah, faktor lingkungan dan sebagainya. Rongga mulut selalu berada dalam keadaan lembab dan dipenuhi oleh bakteri. Tindik atau barbel pada lidah dapat menjadi retensi bakteri, sehingga pemakai tindik lidah harus memperhatikan status kebersihan lidahnya.Benda atau barbel yang ditancapkan pada lidah lama kelamaan dapat menjadi retensi plak sehingga dapat mengganggu kebersihan lidah.2Menurut Samino, spesialis saraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tindikan di lidah bisa memberi stimulasi infeksi. Sel – sel di lidah akan berubah dan kemungkinan terburuknya kanker. Dalam kasus kanker di lidah, Samino mnejelaskan, itu adalah akibat dari perubahan epitel atau pelapis permukaan lidah. Sel – sel epitel ini berproliferasi atau diproduksi secara berlebihan tanpa diimbangi kematian sel, sehingga sel – sel tersebut banyak berkembang. Sedangkan dokter gigi Departemen Kesehatan Puskesmas Teluk Sebong, Bintan, Kepulauan Riau, Gustantyo menjelaskan rasa sakit setelah tindik disebabkan oleh rangsangan dari tindik yang mengenai lidah. Rangsangan itu diterima reseptor ujung saraf bebas atau reseptor rasa sakit dari saraf lingualis, salah satu dari tiga cabang saraf Trigeminus di otak. Bisa juga tindikan di lidah ini membuat perubahan sensasi pengecapan rasa pada lidah. Menurut dokter lulusan Universitas Gadjah Mada ini, tindikan dianggap sebagai benda asing oleh lidah yang menyebabkan rusaknya reseptor rasa yang terdapat pada sensor – sensor papilla di lidah.11 Pada tabel 4 dan 5 memperlihatkan bahwa laki – laki memiliki nilai subscore TCI yang lebih tinggi daripada perempuan. Pada sampel, Laki – laki yang lebih lama menggunakan tindik lidah rata – rata pemakaian yakni 4 tahun memiliki nilai TCI yang rendah dibandingkan perempuan dengan riwayat pemakaian tindik lidahnya hanya sekitar 2 tahun.Dari hasil wawancara, komunitas pemakai tindik lidah ini beralasan mereka menggunakan tindik lidah karena terpengaruh oleh temannya, sebagai gaya hidup dan agar diakui oleh kelompoknya. Berbagai penelitian yang melibatkan pengguna tindik lidah menemukan bahwa benturan/gesekan yang terus menerus dalam jangka panjang antara perhiasan dengan gigi dapat menyebabkan gigi retak bahkan patah, serta kerusakan pada gusi di bagian dalam gigi (lingual) dan tulang penyangga gigi. Jika kebersihan mulut tidak terjaga, plak dapat terkumpul di sekitar perhiasan yang ditindik ke lidah dan menjadi tempat perkembangbiakan bakteri.8 Walmsley, ilmuan British Dental Association, mengatakan dokter gigi sebenarnya sadar terhadap masalah kesehatan akibat tindikan di daerah oral atau mulut. Walmsley menuturkan, ada banyak potensi komplikasi mulai dari rasa sakit, pembengkakan hingga kerusakan pada gigi.Para ahli kesehatan gigi dan mulut menyatakan, risiko infeksi akibat tindikan di lidah lebih tinggi daripada tatto. Peneliti beralasan karena pada dasarnya mulut seseorang sudah penuh dengan bakteri dan bila ditambah dengan perhiasan logam di lidah, akan menambah kerusakan gigi dan gusi. Bahkan prosedur menusuk lidah sendiri (tindik) diketahui dapat merusak saraf dan mengganggu indera perasa.3,11 Setelah dilakukan uji korelasi pearson, terlihat nilai p=0.000 (r=0.659) , yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemakaian tindik lidah dengan kebersihan lidah. Semakin lama pemakaian tindik lidah makan akan diikuti 65.9 % peningkatan nilai kebersiahn lidah (TCI). BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kota Makassar pada tanggal 1 April – 1 Juni 2012 , maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemakaian tindik lidah dengan kebersihan lidah. 2. Semakin lama pemakaian tindik lidah maka semakin tinggi peningkatan nilai kebersihan lidah (TCI). 3. Rata-rata nilai kebersihan lidah (nilai TCI total) mencapai 5.74, artinya rata-rata setiap orang memiliki lapisan debris pada lidah yang meluas. 4. Terlihat bahwa laki-laki lebih lama menggunakan tindik lidah (4 tahun) memiliki nilai TCI lebih rendah dibandingkan perempuan yang riwayat pemakaian tindik lidahnya hanya sekitar 2 tahun 6.2 SARAN 1. Pemakai tindik lidah di Kota Makassar sebaiknya lebih memperhatikan kebersihan lidahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membersihkan lidah dengan alat pembersih lidah agar tidak terjadi peningkatan jumlah lapisan debris pada lidah. 2. Pemakai tindik lidah di Kota Makassar sebaiknya tidak terlalu sering memainkan tindik (barbel) karena dapat memberikan dampak langsung pada gigi seperti gigi fraktur dan resesi gingiva akibat gesekan barbel secara terus menerus. 3. Pemakai tindik lidah di Kota Makassar harus teliti dalam memilih tempat untuk tindik dalam hal ini penggunaan peralatan tindik yang steril sangat penting agar tidak terjdai penulran penyakit seperti HIV pada peralatan tindik yang tidak steril. 4. Sebagai profesional layanan kesehatan, kita harus mewaspadai prosedur dan risiko yang terlibat dalam penindikan lidah dan alasan sosial dan psikologis yang menyebabkan orang tetap melakukan praktik ini tanpa mempertimbangkan risiko yang dapat terjadi. 5. Sebuah survei perlu dilakukan untuk menyelidiki praktik praktisi tindik tubuh di Kota Makassar. 6. Diharapkan ada penelitian selanjutnya dan serupa, sehingga sumber informasi yang didapatkan lebih mendalam dibanding penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Dewi NM, Hayatun S. Dampak tindik tubuh dan tindik oral terhadap kesehatan. Dentika Dental Journal 2008: 13(1): 85-88. 2. Yusran A, Parinding E. Komplikasi tindik lidah pada rongga mulut. Dentofasial 2008 Okt: 7(2): 115 – 119. 3. Dinas kesehatan Balikpapan. 4 hal wajib diketahui soal kesehatan lidah. [internet]. Available from URL: http://dkk.balikpapan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=102 &Itemid=1 Accessed 31 desember 2011. 4. Kenali resiko tindik lidah | Tanya pepsodent. [internet]. Available from URL: http://www.tanyapepsodent.com/kenali-resiko-tindik-lidah Accessed 31 desember 2011. 5. Hardee P, Mallya LR, Hutchison IL. Tongue Piercing Resulting In Hypotensive Collapse. British Dental Journal 2000 Jun: 188(12): 657-658. 6. Bahaya piercing lidah . Majalah online wanita dan perempuan Indonesia. [internet]. Available from URL: http://www.ibukitakartini.com/tentang/bahayapiercing-lidah/ Accessed 12 november 2011. 7. Keselamatan gigi dan tongue piercings . Artikel kesehatan masyarakat. [internet]. Available from URL: http://dewagratis.com/kesehatan/dokter/indo/beauty/piercing/tonguepiercing/Dental-Safety-And-Tongue-Piercings.html Accesed 31 desember 2011. 8. Resiko penggunaan tindik lidah. [internet]. Available from URL: http://www.dokterumum.net/info-sehat/resiko-penggunaan-tindik-lidah.html. Accesed 31 desember 2011 9. Oral hygiene index (Greene and Vermilion,1960). [internet]. Available from URL: http://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-Hygiene- Indices/Oral-Hygiene-Index-Greene-and-Vermilion-1960-/. Accesed 31 desember 2011. 10. Botchway C, Kuc I. Tongue Piercing and Associated Tooth Fracture. J Can Dent Assoc 1998 Des: 64(11): 803-805. 11. Jangan tunduk pada tindik. [internet]. Available from URL: http://www.tempo.co/read/news/2009/10/29/107205099/Jangan-Tunduk-padaTindik. Accessed 2 juli 2012. 12. Peticolas T. Oral and Perioral Piercing. The Journal Of Contemporary Dental Practice 2000: 1(3): 2-8 13. Ferawati S. Mekanisme Terjadinya Ludwig’s Angina Akibat Oral Piercing. [internet]. Available from URL: http://www.scribd.com Accessed 2 juli 2012 14. Janssen KM, Cooper BR. Oral Piercing. The Internet Journal Of Allied Health Sciences and Practice 2008: 6(3): 1-3. 15. Deboer S, Mcneil M, Amundson T. Body Piercing and Airway Management. AANA Journal 2008 Feb: 76(1): 19-22. 16. Ancaman bahaya di tindik lidah. [internet]. Available from URL: http://metrotvnews.com/metromain/newscat/nusantara/2012/01/17/78833/Ancam an-Bahaya-di-Balik-Tindik-Lidah 17. Lidah. [internet]. Available from URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Lidah Accessed 31 desember 2011. 18. Plak gigi. [internet]. Available from URL: http://dentalhealthcare.wordpress.com/2009/03/14/dental-plaque-plak-gigi/. Accessed 15 agustus 2012. 19. Pembersihan plak dan karang gigi. [internet]. Available from URL: http://majalahkesehatan.com/pembersihan-plak-dan-karang-gigi/ 20. Method to record tongue coating. [internet]. Available from URL: http://www.culminare.org/index.php/tongue-coating/. Accessed 31 Desember 2011