analisis pengukuran kinerja hotel sahid bandar lampung

advertisement
1
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA HOTEL SAHID BANDAR
LAMPUNG
OLEH
FLORENTINA PASARIBU
NPM : 0811031033
Tlpn : 081929903639
Email : [email protected]
Pembimbing I : R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., CPA.
Pembimbing II : Komaruddin, S.E., M.Si., CPA.
ABSTRAK
Hotel Sahid merupakan salah satu hotel berbintang tiga yang ada di
Bandar Lampung yang sudah cukup lama berdiri di tengah pesatnya
perkembangan industri perhotelan. Untuk tetap dapat bertahan hidup dengan
menjaga standar pelayanan hotel, manajer perlu melakukan analisis kinerja agar
dapat mengetahui keadaan dan perkembangan yang telah dicapai guna
mempertahankan atau meningkatkan kinerja usahanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Hotel Sahid Bandar
Lampung. Tehnik analisis yang digunakan untuk menilai kinerja Hotel Sahid
Bandar Lampung adalah dengan analisis rasio keuangan, analisis perbandingan
fasilitas dan pelayanan dengan hotel sejenis yaitu Hotel Bukit Randu, Hotel Grand
Anugerah, Hotel Marcopolo, dan Hotel Amalia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan Hotel Sahid
Bandar Lampung tidak baik. Dari segi fasilitas yang ditawarkan baik tetapi tidak
sesuai dengan yang ada di lapangan.
Kata kunci: kinerja, rasio keuangan
2
ABSTRACT
PERFORMANCE ANALYSIS OF SAHID HOTEL BANDAR LAMPUNG
By
FLORENTINA PASARIBU
NPM : 0811031033
Tlpn : 081929903639
Email : [email protected]
Pembimbing I : R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., CPA.
Pembimbing II : Komaruddin, S.E., M.Si., CPA.
Sahid Hotel is a three-star hotel in Bandar Lampung, which have long
stood in the middle of the rapid development of the hospitality industry. To still
be able to survive by maintaining standards of hotel services, managers need to
conduct performance analysis to be aware of the situation and progress has been
achieved in order to maintain or improve their business performance.
This study aims to determine the performance of the Hotel Sahid Bandar
Lampung. Technical analysis is used to assess the performance of the Hotel Sahid
Bandar Lampung is a financial ratio analysis, comparative analysis with the hotel
facilities and services that is similar Bukit Randu Hotel, Grand Anugrah Hotel,
Marcopolo Hotel, and Amalia Hotel.
The results showed that the financial performance Sahid Hotel Bandar
Lampung is not good. In terms of facilities offered good but does not match the
one on the field.
Key word: performance, financial ratio
3
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri perhotelan merupakan bagian dari industri pariwisata yang memiliki arti
penting, terutama bila dikaji dari aspek ekonomi. Industri perhotelan ini secara
ekonomi dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk perekonomian terutama
untuk pajak penghasilan, pajak pembangunan I, dan pajak bumi dan bangunan. Di
samping itu, dengan keberadaan suatu hotel maka akan terjadi transaksi ekonomi
antara hotel sebagai pihak yang memerlukan bahan makanan dan minuman dan
keperluan operasional lainnya dengan para rekanan. Dari sisi ketenagakerjaan,
hotel memberikan peluang kerja yang berarti. (IBM Wiyasha, 2010)
Hotel Sahid adalah salah satu hotel berbintang tiga yang ada di propinsi
Lampungtepatnya di Jalan Yos Sudarso No. 294 Bandar Lampung. Selain
memperoleh pendapatan dari penjualan kamar, Hotel Sahid juga memperoleh
pendapatan dari penjualan food and beverage, penjualan tiket kolam renang,
telepon, dan laundry.
Dengan semakin berkembangnya industri pariwisata di Indonesia, industri
perhotelan juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai
dengan munculnya hotel-hotel berbintang baru, yaitu Amelia Hotel, Grand
Anugrah Hotel, Novotel, dan yang akan segera dibuka Emersia Hotel.
Hotel Sahid memiliki 78 kamar dengan tingkat hunian sebesar 34,94% pada tahun
2009. Angka ini termasuk rendah apabila dibandingkan dengan tingkat hunian
kamar hotel lain pada tahun yang sama. Berikut ini adalah tabel mengenai tingkat
hunian kamar serta jumlah kamar hotel-hotel di Bandar Lampung tahun 2009.
Tabel 1.1
Jumlah Kamar dan Tingkat Hunian Kamar Hotel Di Bandar Lampung
Tahun 2009
Hotel
Jumlah
Tingkat
Kamar
Hunian (%)
Sahid Bandar Lampung
78
34,94
Indra Puri
64
44,04
Marcopolo
104
31,64
Bukit Randu
72
60,06
4
Grand Anugrah
81
69,20
Amalia Hotel
139
69,22
Sumber: Hotel Sahid Bandar Lampung
Dari data diatas dapat diketahui bahwa tingkat hunian Hotel Sahid berada di
nomor dua terbawah dibanding dengan hotel lainnya. Hal ini merupakan
tantangan bagi Hotel Sahid Bandar Lampung untuk mempertahankan hidup
dengan tetap menjaga standar pelayanan hotel yang berlaku. Oleh karena itu Hotel
Sahid perlu melakukan analisis kinerja baik dari aspek keuangan maupun aspek
pelayanan dan fasilitasnya agar dapat mengetahui keadaan dan perkembangan
yang telah dicapai guna mempertahankan atau meningkatkan kinerja usahanya.
Dengan menganalisa laporan keuangan periode yang sudah berlalu dapat
diketahui kelemahan serta hasil yang dianggap cukup baik untuk kemudian bisa
diambil langkah-langkah sebagai rencana ke depan guna memperbaiki kelemahan
yang ada. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS
PENGUKURAN KINERJA HOTEL SAHID BANDAR LAMPUNG”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kinerja Hotel
Sahid Bandar Lampung?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui kinerja Hotel Sahid Bandar Lampung.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi khasanah ilmu pengetahuan
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan gambaran dan
pemahaman serta wawasan yang lebih mengenai tolak ukur kinerja
perusahaan.
2. Bagi Hotel Sahid Bandar Lampung
5
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan
masukan terhadap kebijakan operasional dan organisasi dalam rangka
meningkatkan kinerja Hotel Sahid Bandar Lampung.
2.
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja
Menurut Mulyadi (2001:415), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik
efektivitas suatu organisasi, bagian organisasi dari karyawan berdasarkan sasaran,
standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pokok penilaian
kinerja adalah memotivasi karyawan dalam pencapaian sasaran organisasi dan
dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
2.2 Rasio Keuangan
IBM Wiyasha (2010) dalam bukunya mengungkapkan beberapa rasio yang lazim
diterapkan untuk mengevaluasi kinerja keuangan hotel diantaranya:
1. Rasio likuiditas
Rasio ini terdiri dari:
a. Current ratio, membandingkan antara aktiva lancar dengan utang lancar,
karenanya rasio ini mengukur kemampuan hotel dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
b. Acid-test ratio atau quick ratio, mambandingkan antara aktiva lancar yang
benar-benar likuid dengan kewajiban lancar hotel.
c. Tingkat perputaran piutang, membandingkan antara penjualan kredit
dengan rata-rata piutang. Rasio ini mengukur tingkat perputaran piutang
hotel menjadi kas.
d. Jangka waktu pengutipan piutang, mengukur jangka waktu piutang menjadi
kas.
e. Arus kas operasional atas utang lancar, mengungkapkan informasi
mengenai besaran arus kas dari kegiatan operasional hotel dibandingkan
dengan kewajiban jangka pendek hotel.
6
2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan hotel unutk memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Rasio solvabilitas terdiri dari beberapa, diantaranya:
a. Rasio solvabilitas, membandingkan jumlah aset yang dimiliki oleh hotel
dengan kewajiban hotel.
b. Rasio ekuitas hutang, membandingkan total kewajiban hotel dengan total
modal pemilik.
c. Number of times interest earned ratio (NTIE), mengukur kemampuan hotel
dalam menutupi beban bunga dalam menutupi beban bunga jangka panjang
dibandingkan dengan laba sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan hotel.
3. Rasio Aktivitas
Rasio ini mengungkapkan informasi mengenai efektivitas manajemen dalam
mengelola sumber daya hotel. Rasio aktivitas diantaranya:
a. Perputaran persediaan, mengungkapkan informasi tingkat kecepatan
berputar persediaan bahan makanan dan minuman dalam satu periode.
Pengertian perputaran persediaan bahan makanan adalah dari saat bahan
makanan diterima dari rekanan-disimpan di gudang makanan-keluar
gudang unutk diproduksi-dijual di restoran.
b. Jangka waktu perputaran persediaan, mengukur berapa lama waktu hari
yang diperlukan untuk satu kali perputaran bahan makanan untuk periode
satu bulan.
c. Perputaran aset, mengungkapkan aktivitas manajemen dalam mengelola
aset hotel yang digunakan. Dalam menentukan perputaran aset ini, hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa nilai aset yang diterapkan dalam
penghitungan adalah nilai buku aset. Rasio ini membandingkan antara total
pendapatan dengan rata-rata total aset.
d. Persentase tamu yang bayar, membandingkan jumlah kamar yang dijual
kepada tamu dengan jumlah kamar yang ditawarkan oleh hotel.
e. Persentase tamu komplimen, membandingkan antara jumlah kamar yang
diberikan secara gratis dengan jumlah kamar yang ditawarkan hotel.
7
f. Persentase hunian ganda, mengungkapkan informasi jumlah kamar yang
dihuni oleh lebih dari satu orang atau dihuni oleh dua orang. Rasio ini
membandingkan antara jumlah tamu dikurangi jumlah kamar terhuni
dengan kamar terhuni.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini memberikan gambaran pada pihak-pihak yang berkepentingan
tentang kemampuan manajemen hotel dalm menghasilkan laba untuk periode
tertentu. Rasio ini ada beberapa macam, diantaranya:
a. Margin laba, mengungkapkan informasi kemampuan manajemen dalam
menghasilkan laba dalam periode tertentu. Rasio ini membandingkan
antara laba bersih dengan total pendapatan.
b. Rasio efisiensi operasional, mengungkapkan informasi efisiensi manajemen
dalam menghasilkan tingkat laba sebelum beban-beban tetap hotel. Rasio
ini membandingkan antara laba bersih setelah dikurangu dengan
undistributed operating expenses dengan total pendapatan.
c. Return on asset, mengungkapkan informasi besaran laba yang diberikan
oleh aset hotel. Rasio ini membandingkan antara laba bersih dengan ratarata total aset.
d. Return on equity, mengungkapkan informasi laba yang diperoleh oleh
investor untuk dana yang diinvestasikan pada hotel. Rasio ini
membandingkan antara rata-rata total aset dengan rata-rata modal.
e. Earning per share, menggambarkan jumlah laba yang dihasilkan untuk
setiap lembar saham yang dimiliki oleh pemilik atau investor. Rasio ini
membandingkan antara laba bersih dengan average share outstanding.
5. Rasio Operasional
Dengan menganalisis rasio ini, manajemen hotel mendapatkan informasi
tentang operasional hotel, baik untuk revenue generating department seperti
room dan food and beverage. Maupun non-revenue department seperti
marketing, administrative and general dan lainnya. Rasio ada beberapa macam
diantaranya:
8
a. Rerata harga kamar harian, membandingkan antara pendapatan kamar
dengan jumlah kamar yang terjual. Dalam menentukan rasio ini, penjualan
kamar komplimen tidak dibutuhkan.
b. Pendapatan per kamar, memberikan informasi mengenai penjualan yang
dihasilkan setiap kamar yang dimiliki hotel yang dapat dijual kepada tamu.
Rasio ini membandingkan antara pendapatan kamar dengan jumlah kamar
yang ditawarkan hotel.
c. Rerata pengeluaran tamu restoran, mengukur efektivitas penjualan
makanan di restoran hotel. Rasio ini membandingkan antara penjualan
makanan dengan food covers.
d. Persentase harga pokok makanan, menggambarkan efisiensi kinerja bagian
produksi makanan hotel. Rasio ini diukur dari persentase harga pokok
makanan yang dijual dengan harga pokok makanan baku.
e. Persentase harga pokok minuman, mengungkapkan informasi mengenai
efisiensi bagian minuman (bar) hotel. Rasio ini membandingkan antara
harga pokok penjualan minuman dengan penjualan minuman.
2.3 Statistik Hotel
2.3.1 Definisi Terminologi
a.
Jumlah kamar hotel (number of rooms in hotel) adalah jumlah kamar untuk
dijual kepada tamu.
b.
Permanent house use adalah kamar yang diperuntukan bagi pejabat hotel
tertentu, misalnya general manager. Jumlah permanent house use
dikurangkan dari jumlah kamar hotel untuk mendapatkan jumlah kamar hotel
tersedia untuk dijual.
c.
Kamar tersedia untuk dijual (room available) adalah jumlah (a) dikurangi
jumlah (b).
d.
Kamar terhuni oleh tamu yang membayar (paid rooms occupied) adalah
kamar dihuni oleh tamu yang membayar untuk setiap segmen pasar, transient
regular, transient group, permanent, dan transient contract.
e.
Kamar komplimen (complimentary rooms) adalah tamu tidak membayar
(gratis) jasa kamar yang dihuni pada saat meninggalkan hotel (check-out).
9
f.
Kamar terhuni (rooms occupied by guest) adalah jumlah (d) ditambah jumlah
(e).
g.
Temporary house use rooms adalah kamar yang diperuntukkan bagi pejabat
hotel tertentu untuk jangka pendek. Jenis kamar ini dikurangkan dari jumlah
kamar hotel untuk mendapatkan jumlah kamar tersedia untuk dijual (c).
h.
Rooms in use adalah jumlah (f) ditambah jumlah (g).
i.
Rooms vacant adalah kamar yang tidak terhuni dan siap untuk dijual pada
saat/hari tertentu.
j.
Rooms available for sale adalah jumlah (h) ditambah jumlah (i) di atas.
k.
Rooms out of order adalah kamar yang tidak dapat dijual kepada tamu pada
saat/hari tertentu karena renovasi atau perbaikan-perbaikan fasilitas kamar.
m. Rooms available adalah jumlah (j) ditambah jumlah (k).
2.3.2 Persentase Tingkat Hunian Kamar
a.
Transient: regular (kamar yang dihuni oleh tamu individual dengan rerata
lama tinggal tamu relatif singkat, sampai dengan 7 hari)
Persentase tingkat hunian kamar transient: regular dihitung dengan
membandingkan jumlah kamar transient: regular yang terjual dengan jumlah
kamar yang tersedia untuk dijual.
Transient: regular
b.
=
Transient: group (kamar yang dihuni oleh tamu gabungan atau kelompok
dengan rerata lama tinggal tamu relatif singkat, sampai dengan 7 hari)
Persentase tingkat hunian kamar transient: group dihitung dengan
membandingkan jumlah kamar transient: group yang terjual dengan jumlah
kamar yang tersedia untuk dijual.
Transient: group
c.
=
Permanent (kamar yang diperuntukkan bagi pejabat hotel tertentu, misalnya
general manager)
Persentase tingkat hunian kamar permanent dihitung dengan membandingkan
jumlah kamar permanent yang digunakan dengan jumlah kamar yang tersedia
untuk dijual.
10
Permanent
d.
=
Paid Occupancy (kamar terhuni oleh tamu yang membayar)
Persentase tingkat hunian kamar yang terjual dihitung dengan
membandingkan jumlah kamar yang terjual dengan jumlah kamar yang
tersedia untuk dijual.
Paid Occupancy
e.
=
Complimentary (kamar yang dihuni oleh tamu yang tidak membayar jasa
kamar (gratis) pada saat meninggalkan hotel)
Persentase tingkat hunian kamar complimentary dihitung dengan
membandingkan jumlah kamar complimentary yang digunakan dengan
jumlah kamar yang tersedia untuk dijual.
Complimentary
f.
=
Guest Occupancy (kamar terhuni oleh tamu yang membayar dan tamu yang
tidak membayar atau gratis)
Persentase tingkat hunian kamar inidihitung dengan membandingkan jumlah
kamar yang dihuni oleh tamu yang membayar dan yang tidak membayar atau
gratis yang digunakan dengan jumlah kamar yang tersedia untuk dijual.
Guest Occupancy
g.
=
Temporary House Use (kamar yang diperuntukkan bagi pejabat hotel tertentu
untuk jangka pendek)
Persentase tingkat hunian kamar inidihitung dengan membandingkan jumlah
kamar temporary house useyang digunakan dengan jumlah kamar yang
tersedia untuk dijual.
Temporary House Use
h.
=
Total Occupancy (jumlah semua kamar yang terhuni)
Persentase tingkat hunian kamar inidihitung dengan membandingkan jumlah
semua kamar yang terhuni dengan jumlah kamar yang tersedia untuk dijual.
Total Occupancy
=
11
NPRO = Number of Paid Rooms Occupied
2.4 Kriteria Fasilitas Hotel Bintang Tiga
Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut
Umum:
a. Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur, dan
function room
Bedroom:
a. Terdapat minimum 20 kamar standar dengan luas 22 m2/kamar
b. Terdapat minimim 2 kamar suite dengan luas 44 m2/kamar
c. Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai
Dining room:
a. Bila tidak berdampingan dengan lobby, maka harus dilengkapi dengan
kamar mandi.
Bar:
a. Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi AC dengan suhu 240
b. Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 meter.
Ruang fungsional:
a. Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan
kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar.
b. Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby.
c. Terdapat pre function room.
Lobby:
a. Mempunyai luasan minimum 30 m.
b. Dilengkapi dengan lounge.
c. Toilet umum minimum satu buah dengan perlengkapan.
d. Lebar koridor minimum 1,6 m.
Drug store:
a. Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro perjalanan, airline
agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan salon.
b. Tersedia poliklinik.
c. Tersedia paramedis.
12
Sarana rekreasi dan keluarga:
a. Minimum 1 buah dengan pilihan tenis, bowling, golf, fitness, sauna,
billiard, jogging, diskotik atau taman bermain anak.
b. Terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang anak.
Utilitas penunjang:
a. Terdapat transportasi vertikal mekanis.
b. Ketersediaan air bersih minimum 500 liter/orang/hari.
c. Dilengkapi dengan instalasi air panas dan dingin.
d. Dilengkapi dengan telepon lokal dan interlokal.
e. Tersedia PABX.
f. Dilengkapi sentral video/TV, radio,paging, carcall.
3.
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Hotel Sahid Bandar Lampung yang berlokasi di Jl. Yos
Sudarso No. 294 Bandar Lampung.
3.2 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan Hotel Sahid Bandar
Lampung.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Data Kuantitatif
Adalah data berupa angka-angka yang dapat dihitung berdasarkan satuan
hitung. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Neraca, Laporan Laba Rugi periode 2007, 2008, 2009,2010,2011, data
jumlah karyawan, data mengenai tingkat hunian rata-rata hotel di Bandar
Lampung.
b. Data kualitatif
Adalah data yang tidak berbentuk angka-angka dan tidak dapat diukur
dengan satuan hitung. Dalam penelitian ini yang termasuk data kualitatif
13
yaitu sejarah berdirinya, struktur organisasi serta tugas masing-masing
jabatan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2009), teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang
digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan untuk menunjang analisis
yang dilakukan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
a. Dokumentasi
b. Wawancara langsung dengan karyawan Hotel Sahid Bandar Lampung.
c. Observasi langsung Hotel Sahid Bandar Lampung dan observasi di media
internet.
3.5 Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis yang digunakan untuk menilai kinerja Hotel Sahid Bandar
Lampung adalah dengan analisis rasio keuangan, analisis persentase tingkat
hunian kamar, analisis perbandingan fasilitas dan pelayanan dengan hotel sejenis
yaitu Hotel Bukit Randu, Hotel Grand Anugerah, Hotel Marcopolo, dan Hotel
Amalia.
3.5.1 Analisis Rasio
Analisis rasio yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
a. Current ratio
Current ratio =
Bagi pemilik, current ratio yang relatif kecil akan lebih baik karena
investasi dalam aktiva lancar berjumlah besar kurang menguntungkan
apabila dibandingkan dengan investasi pada instrumen investasi jangka
pendek yang lain.
2. Rasio Solvabilitas
a. Rasio solvabilitas
14
Rasio solvabilitas =
Penekanan arti penting dari rasio ini berbeda dari pihak yang memerlukan
informasi keuangan hotel. Pemilik memerlukan rasio rendah karena dapat
memaksimalkan kapasitas hotel dengan utang jangka panjang dan beban
bungan yang harus ditanggung. Di sisi lain, kreditur menginginkan rasio
yang tinggi untuk keamanan dana yang ditanamkan pada hotel dalam
jangka panjang.
3. Rasio Aktivitas
a. Perputaran aset (Asset Turn Over)
ATO =
Pemilik hotel lebih menyukai nilai rasio yang tinggi karena
menggambarkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aset pemilik.
4. Rasio Profitabilitas
a. Marjin laba (Profit Margin)
PM =
Semua pihak yang terlibat, pemilik, kreditur, dan manajemen lebih
menyukai rasio PM yang relatif tinggi.
5. Rasio Operasional
a. Rerata harga kamar harian (Average Daily Rate)
ADR =
3.5.2 Analisis Persentase Tingkat Hunian Kamar
Analisis persentase tingkat hunian kamar yang digunakan adalah:
a.
Transient: regular
=
b.
Transient: group
=
15
c.
Paid Occupancy
=
NPRO = Number of Paid Rooms Occupied
3.5.3 Analisis Perbandingan Fasilitas dan Pelayanan
Tehnik analisis yang digunakan adalah dengan membandingkan fasilitas-fasilitas
standar hotel bintang tiga yang tersedia di Hotel Sahid Bandar Lampung dengan
hotel pesaing yaitu Hotel Marcopolo, Hotel Bukit Randu, Hotel Grand Anugerah,
dan Hotel Amalia. Adapun fasilitas-fasilitas tersebut adalah coffee shop, fasilitas
rapat, safe deposit box, layanan kamar, lift, restorant, bakery and cake, salon,
concierge, transfer bandara, layanan kamar 24 jam, tur, laundry, pusat bisnis, taxi,
wi-fi, ATM, kolam renang, billiard, spa, gym, ruang uap, taman, pijat, sauna,
akses internet, internet (wireless), internet (gratis), internet wireless (gratis),
tempat parkir mobil.
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Dalam penelitian ini kinerja Hotel Sahid Bandar Lampung akan diukur
menggunakan analisis rasio, analisis perbandingan fasilitas serta layanan dengan
hotel berbintang tiga lainnya yang ada di Bandar Lampung, yaitu Hotel
Marcopolo, Bukit Randu, Grand Anugerah, dan Amalia.
Dengan analisis rasio akan diperoleh gambaran mengenai baik buruknya posisi
keuangan suatu perusahaan. Di dalam pembahasan ini digunakan analisis rasio
sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas terdiri dari current ratio.
2. Rasio Solvabilitas terdiri dari rasio solvabilitas.
3. Rasio Aktivitas terdiri dari asset turn over (ATO).
4. Rasio Profitabilitas terdiri dari profit margin (PM).
5. Rasio Operasional terdiri dari average daily rate (ADR)
Kinerja keuangan yang dinilai adalah kinerja keuangan tahun 2007-2011. Untuk
menghitung seluruh rasio keuangan yang telah disebutkan diperlukan sumber data
16
berupa laporan laba rugi serta neraca yang berakhir 31 Desember 2007, 2008,
2009, 2010, dan 2011.
Berdasarkan data tersebut, kinerja hotel dapat diukur sebagai berikut:
1.
Rasio Likuiditas
a. Current Ratio =
Hasil perhitungan current ratio Hotel Sahid Bandar Lampung tahun 20072011 disajikan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1
Perkembangan Current Ratio
Hotel Sahid Bandar Lampung Tahun 2007-2011
Tahun
Aset Lancar (Rp)
Hutang Lancar
Current Ratio
(Rp)
2007
3.621.014.424
3.951.467.838
0,92
2008
2.194.298.418
2.832.286.861
0,77
2009
5.746.775.801
2.401.649.212
2,39
2010
5.891.285.279
4.154.848.373
1,42
2011
5.833.390.703
5.841.213.373
0,99
Sumber: data kuantitatif yang diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, hasil current ratio
perusahaan sebesar 0,92. Angka tersebut menunjukkaan bahwa perusahaan hanya
dapat menjamin Rp 1 hutangnya dengan aset lancar sebesar Rp 0,92. Hal ini
menunjukan bahwa current ratio perusahaan dibawah batas likuid. Pada tahun
2008, hasil current ratio perusahaan sebesar 0,77 yang berarti kemampuan
perusahaan menjamin hutang lancarnya semakin menurun yaitu Rp 1 hutang
lancar hanya dijamin dengan aset lancar sebesar Rp 0,77.Terjadi penurunan
sebesar 0,15 pada tahun 2008 ini disebabkan karena menurunnya aset lancar
perusahaan. Pada tahun 2009 current ratio perusahaan naik sebesar 1,62 menjadi
2,39. Kemampuan perusahaan menjamin hutang lancarnya meningkat yaitu Rp 1
hutang lancar dijamin dengan aset lancar sebesar Rp 2,39. Peningkatan ini
disebabkan karena meningkatnya aset lancar terutama kas perusahaan dan
menurunnya hutang lancar perusahaan. Pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar
0,97 sehingga current ratio perusahaan menurun menjadi 1,42. Hal ini berarti
bahwa kemempuan perusahaan menjamin hutang lancarnya menurun yaitu Rp 1
17
hutang lancar dijamin dengan aset lancar sebesar Rp 1,42. Hal ini disebabkan
karena naiknya hutang lancar perusahaan khususnya pada pembelian barang
secara kredit. Pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 0,43 sehingga current
ratio perusahaan menjadi 0,99. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
perusahaan menjamin hutang lancarnya menurun yaitu Rp 1 hutang lancar dijamin
dengan aset lancar sebesar Rp 0,99. Hal ini disebabkan karena naiknya hutang
kepada kreditur.
Dari hasil analisis current ratio Hotel Sahid cenderung turun hanya di tahun 2009
saja current ratio naik. Penurunan ini disebabkan karena Hotel Sahid cenderung
membeli barang secara kredit sehingga hutang lancar semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Untuk menjaga agar current ratio tetep dalam batas likuid maka
Hotel Sahid perlu mengelola kembali kebijakan hutangnya agar tidak terjadi
kenaikan hutang di tahun-tahun berikutnya.
2.
Rasio Solvabilitas
a. Rasio Solvabiltas =
Hasil perhitungan rasio solvabilitas Hotel Sahid Bandar Lampung tahun
2007-2011 disajikan dalam tabel 4.2
Tabel 4.2
Perkembangan Rasio Solvabilitas
Hotel Sahid Bandar Lampung Tahun 2007-2011
Tahun
Aset (Rp)
Hutang (Rp)
2007
4.692.843.782
3.951.467.838
2008
3.297.903.528
2.832.286.861
2009
6.668.426.035
2.401.649.212
2010
7.155.774.123
4.161.422.873
2011
7.689.892.556
5.841.213.373
Sumber: data kuantitatif yang diolah
Solvabilitas
1,19
1,16
2,78
1,72
1,32
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, hasil rasio solvabilitas
sebesar 1,19. Hasil tersebut bearti bahwa setiap Rp 1 total hutang perusahaan
dijamin oleh Rp 1,19 total aset yang dmiliki perusahaan. Pada tahun 2008 rasio
solvabilitas menurun 0,03 sehingga solvabilitasnya menjadi 1,16. Hasil tersebut
18
bearti bahwa setiap Rp 1 total hutang perusahaan dijamin oleh Rp 1,16 total aset
yang dmiliki perusahaan. Pada tahun 2009 hasil rasio solvabilitas naik sebesar
1,62 menjadi 2,78. Hasil tersebut bearti bahwa setiap Rp 1 total hutang
perusahaan dijamin oleh Rp 2,78 total aset yang dmiliki perusahaan. Kenaikan ini
disebabkan karena meningkatnya aset perusahaan khususnya pada kas. Pada tahun
2010 hasil rasio solvabilitas 1,72 menurun sebesar 1,06. Hasil tersebut bearti
bahwa setiap Rp 1 total hutang perusahaan dijamin oleh Rp 1,72 total aset yang
dmiliki perusahaan. Penurunan ini disebabkan karena meningkatnya hutang
perusahaan kepada kreditur. Pada tahun 2011 hasil rasio solvabilitas kembali
menurun sebesar 0,4 sehingga solvabilitas perusahaan menjadi 1,32. Hasil
tersebut bearti bahwa setiap Rp 1 total hutang perusahaan dijamin oleh Rp 1,32
total aset yang dmiliki perusahaan. Penurunan ini kembali terjadi karena
meningkatnya hutang lancar perusahaan terutama hutang kepada kreditur.
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa hotel dalam keadaan solvabel karena dari
tahun ke tahun solvabilitas Hotel diatas 1. Walaupun solvabel, solvabilitas dari
tahun ke tahun semakin menurun karena meningkatnya hutang kepada kreditur.
3.
Rasio Aktivitas
a. Asset Turn Over (ATO) =
Hasil perhitungan asset turn over (ATO) Hotel Sahid Bandar Lampung
tahun 2007-2011 disajikan dalam tabel 4.3
Tabel 4.3
Perkembangan Asset Turn Over
Hotel Sahid Bandar Lampung Tahun 2007-2011
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
Penjualan (Rp)
Aset (Rp)
ATO
6.936.462.303
4.692.843.782
1,48
5.864.483.194
3.297.903.528
1,78
5.147.550.321
6.668.426.035
0,77
6.174.058.599
7.155.774.123
0,86
8.084.800.819
7.689.892.556
1,05
Sumber: data kuantitatif yang diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, asset turn over perusahaan
sebesar 1,48 menujukkan bahwa setiap Rp 1 aset yang dimiliki perusahaan dapat
19
menghasilkan penjualan sebesar Rp 1,48. Pada tahun 2008, hasil asset turn over
naik 0,3 sehingga asset turn over menjadi 1,78 menujukkan bahwa setiap Rp 1
aset yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 1,78.
Kenaikan ini terjadi karena penurunan penjualan dapat mengimbangi penurunan
aset perusahaan. Pada tahun 2009 hasil asset turn over turun sebesar 1,01
sehingga menjadi 0,77 menujukkan bahwa setiap Rp 1 aset yang dimiliki
perusahaan dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 0,77. Penurunan ini
disebabkan karena meningkatnya aset perusahaan khususnya pada piutang yang
meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, hasil asset turn over naik
sebesar 0,09 sehingga asset turn over menjadi 0,86 menujukkan bahwa setiap Rp
1 aset yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 0,86.
Pada tahun 2011, hasil asset turn over 1,05 naik sebesar 0,19 yg disebabkan
karena meningkatnya penjualan. Hasil asset turn over sebesar 1,05 menujukkan
bahwa setiap Rp 1 aset yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan penjualan
sebesar Rp 1,05.
Dari hasil analisis asset turn over Hotel cenderung naik walaupun tidak tinggi.
Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya penjualan dapat mengimbangi
meningkatnya aset. Untuk terus meningkatkan rasio perputaran aset ini
manajemen perlu menjaga kestabilan penjualan baik penjualan kamar maupun
penjualan makanan dan minuman dengan memberikan promo-promo dan diskon
khusus di hari besar atau dapat juga menempatkan staf penjualan yang terampil
dan kompeten.
4.
Rasio Profitabilitas
a. Profit Margin (PM) =
Hasil perhitungan Profit Margin (PM) Hotel Sahid Bandar Lampung tahun
2007-2011 disajikan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4
Perkembangan Profit Margin
Hotel Sahid Bandar Lampung Tahun 2007-2011
Tahun
Laba (Rp)
Penjualan (Rp)
PM (%)
20
2007
1.191.896.360
6.936.462.303
17
2008
809.258.222
5.864.483.194
14
2009
298.504.004
5.147.550.321
5
2010
161.300.193
6.174.058.599
3
2011
375.136.037
8.084.800.819
5
Sumber: data kuantitatif yang diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, profit margin perusahaan
sebesar 17% menujukkan bahwa perusahaan mampu meghasilkan laba sebesar Rp
17 dari setiap penjualan. Pada tahun 2008, profit margin turun sebesar 3%
menjadi 14% menujukkan bahwa perusahaan mampu meghasilkan laba sebesar
Rp 14 dari setiap penjualan. Penurunan sebesar 3% disebabkan karena
menurunnya laba. Di tahun 2009 profit margin perusahaan turun drastis sebesar
9% menjadi 5%. Hal tersebut menujukkan bahwa perusahaan mampu
meghasilkan laba sebesar Rp 5 dari setiap penjualan. Pada tahun 2010, profit
margin perusahaan sebesar 3% menujukkan bahwa perusahaan mampu
meghasilkan laba sebesar Rp 3 dari setiap penjualan. Pada tahun 2011, profit
margin perusahaan sebesar 5% menujukkan bahwa perusahaan mampu
meghasilkan laba sebesar Rp 5 dari setiap penjualan.
Dari hasil analisis rasio profit margin tidak baik. Penurunan laba bersih
perusahaan dari tahun ke tahun mengindikasikan ketidakefisienan manajemen
dalam mengelola biaya dimana pendapatan yang diterima terlalu rendah untuk
tingkat biaya yang dikeluarkan perusahaan. Penurunan yang drastis ini dipicu oleh
semakin menurunnya laba dari tiap departemen yaitu departemen kamar, makanan
dan minuman, telepon, laundry, dan kolam renang. Menurunnya laba ini
dipengaruhi oleh semakin besarnya biaya operasional di tiap departemen kecuali
departemen kamar. Agar dapat meningkatkan laba manajemen sebaiknya
mengefisienkan biaya operasional di tiap departemen seperti untuk departemen
kolam renang manajer dapat menggunakan alat daur ulang air.
5.
Rasio Operasional
a. Average Daily Rate (ADR) =
21
Hasil perhitungan Average Daily Rate (ADR) Hotel Sahid Bandar
Lampung tahun 2007-2011 disajikan dalam tabel 4.5
Tabel 4.5
Perkembangan Average Daily Rate
Hotel Sahid Bandar Lampung Tahun 2007-2011
Tahun
Room Revenue
Number of
ADR (Rp)
(Rp)
room sold
2007
3.738.289.669
17620
212.162
2008
3.046.000.858
12087
252.006
2009
2.490.882.398
9905
251.477
2010
2.819.611.041
11306
249.391
2011
3.444.428.546
13139
262.153
Sumber: data kuantitatif yang diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, average daily rate kamar
hotel sebesar Rp 212.162 menunjukkan bahwa rata-rata harga kamar dari setiap
kamar yang terjual dalam 1 tahun adalah sebesar Rp 212.162. Pada tahun 2008,
average daily rate kamar hotel sebesar Rp 252.006 menunjukkan bahwa rata-rata
harga kamar dari setiap kamar yang terjual dalam 1 tahun adalah sebesar Rp
252.006. Pada tahun 2008 average daily rate mengalami kenaikan cukup tinggi
yaitu sebesar Rp 39.844 walaupun tingkat hunian kamar turun. Hal ini disebabkan
karena penurunan keduanya cukup seimbang. Di tahun 2009, average daily rate
kamar hotel sebesar Rp 251.447 menunjukkan bahwa rata-rata harga kamar dari
setiap kamar yang terjual dalam 1 tahun adalah sebesar Rp 251.447. Pada tahun
2010, average daily rate kamar hotel sebesar Rp 249.391 menunjukkan bahwa
rata-rata harga kamar dari setiap kamar yang terjual dalam 1 tahun adalah sebesar
Rp 249.391. Pada tahun 2011, average daily rate kamar hotel sebesar Rp 262.153
menunjukkan bahwa rata-rata harga kamar dari setiap kamar yang terjual dalam 1
tahun adalah sebesar Rp 262.153.
Dari hasil analisis average daily rate kamar hotel mengalami naik turun dari tahun
ke tahun. Walaupun average daily rate berada di kisaran Rp 250.000 harga ratarata ini masih tergolong rendah untuk hotel bintang tiga. Hal ini dipicu oleh
rendahnya jumlah kamar tersedia yang berhasil dijual. Rendahnya kamar yang
berhasil dijual dikarenakan kondisi kamar yang sudah kuno dan fasilitasnya yang
kurang memadai sehingga banyak keluhan dari pelanggan yang menyebabkan
22
pelanggan enggan memilih Hotel Sahid Bandar Lampung. Hal ini berdasarkan
penelusuran di media internet. Untuk meningkatkan jumlah kamar yang terjual
sebaiknya Hotel Sahid perlu mengadakan renovasi dengan design mengikuti
perkembangan jaman sehingga pelanggan dapat tertarik untuk menginap di Hotel
Sahid.
4.2 Rekapitulasi Hasil Analisis
Dari hasil perhitungan rasio-rasio diatas maka di bawah ini akan disajikan
ringkasan hasil analisa rasio yang tampak pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Ringkasan Analisis Rasio Keuangan
Rasio
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
2007
2008
2009
2010
2011
0,92
0,77
2,39
1,42
0,99
2. Rasio Solvabilitas
a. Solvabilitas
1,19
1,16
2,78
1,72
1,32
3. Rasio Aktivitas
a. Asset Turn Over
1,48
1,78
0,77
0,86
1,05
4. Rasio Profitabilitas
a. Profit Margin
17%
14%
5%
3%
5%
252.006
251.477
249.391
262.153
5. Rasio Operasional
a. Average Daily Rate
212.162
Sumber: data yang sudah diolah
4.3 Laba/ Rugi Tiap Departemen
Setiap departemen tentunya akan bekerja semaksimal mungkin untuk mencapai
tujuan mereka yaitu memperoleh laba yang tinggi. Untuk melihat kinerja Hotel
Sahid dapat dilihat juga dari laba/rugi masing-masing departemen. Berikut ini
adalah tabel mengenai laba/rugi masing-masing departemen.
Tabel 4.7
Laba/Rugi Tiap Departemen di Hotel Sahid Bandar Lampung 2007-2011
Departe
men
2007
2008
2009
2010
2011
23
Kamar
3.055.151.405 2.456.435.998 1.910.171.670
Food and
856.159.640
949.305.536
828.126.399
Beverage
Telepon
12.296.432
5.444.288
3.484.248
Kolam
32.494.041
30.463.465
35.434.713
renang
Laundry
43.907.127
6.362.194
(5.790.155)
Sumber: Hotel Sahid Bandar Lampung
2.246.857.474
1.087.744.575
2.435.399.646
1.084.498.019
5.687.668
16.437.758
8.456.887
12.259.207
17.953.995
135.263.618
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa laba terbesar didapat dari departemen kamar
dan laba terendah didapat dari departemen telepon. Laba dari departemen food
and beverage dari tahun ke tahun cenderung naik turun. Laba dari departemen
kolam renang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sedangkan laba dari
departemen Laundry mengalami naik turun yang cukup tinggi.
Laba yang rendah dari tiap departemen disebabkan karena biaya operasional yang
tinggi khususnya untuk departemen kolam renang. Biaya perawatan untuk kolam
renang cukup tinggi akan tetapi penjualannya rendah sehingga laba yang
dihasilkan rendah. Rendahnya penjualan ini dipicu oleh kondisi kolam renang
yang semakin tidak terawat sehingga pelanggan merasa tidak nyaman dan pindah
ke tempat lain. Untuk departemen kamar, Hotel Sahid memiliki laba yang rendah
untuk hotel sekelas bintang tiga dengan 28470 kamar. Hal ini dipicu oleh
rendahnya penjualan yang dikarenakan kondisi serta fasilitas hotel yang kurang
memadai. Berdasarkan hasil pengamatan testimoni, sejumlah pelanggan
mengeluhkan kondisi kamar yang sudah kuno dan fasilitas yang tidak sesuai
dengan standar bintang tiga, banyak pelanggan yang kecewa dengan pelayanan
dari Hotel Sahid yang mengakibatkan mereka tidak merekomendasikan Hotel
Sahid sebagai hotel pilihan untuk menginap. Laba yang dihasilkan departemen
food and beverage juga terbilang rendah karena makanan dan minuman yang
dijual di departemen ini berasal dari seluruh outlet-outlet yang menyediakan
makanan dan minuman baik dari kamar, restoran, cafe, acara-acara seperti
pernikahan, rapat, seminar, dan diklat.
Untuk meningkatkan laba manajer perlu mengadakan evaluasi untuk
mengefisiensi biaya sehingga biaya dapat ditekan. Untuk meningkatkan penjualan
24
manajer dapat menempatkan staf penjualan yang kompeten dan terampil, staf
penjualan ini nantinya secara rutin mengadakan kunjungan ke perusahaanperusahaan dan menjalin kerja sama dengan perusahaan event organizer.
4.4 Analisis Persentase Tingkat Hunian Kamar Hotel Sahid Bandar
Lampung
Jasa kamar merupakan jasa yang paling besar memberikan pendapatan hotel. Jasa
ini didapatkan dengan membandingkan jumlah kamar yang dihuni tamu dengan
jumalh kamar tersedia untuk dijual. Pengertian dijual disini adalah bahwa tamu
memiliki hak untuk menggunakan jasa kamar dengan tarif tertentu untuk jangka
waktu tertentu. Makin tinggi persentase kamar hotel yang berhasil dijual kepada
tamu, makin efektif manajemen hotel menggunakan aset hotel sehingga makin
tinggi pula rasio aktivitas hotel.
Jenis kamar yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Transient: regular adalah kamar yang dihuni oleh tamu individual dengan
rerata lama tinggal tamu relatif singkat, sampai dengan 7 hari. Formula yang
diterapkan untuk menghitung persentase tingkat hunian kamar transient:
regular adalah Transient: regular=
Hasil perhitungan persentase tingkat hunian kamar transient: regular Hotel
Sahid Bandar Lampung tahun 2007-2011 disajikan dalam tabel 4.8
Tabel 4.8
Persentase Tingkat Hunian Kamar Transient: Regular
Hotel Sahid Bandar Lampung Tahun 2007-2011
Tahun
Room Occupied
Available Room
POP (%)
2007
13675
28548
48
2008
8752
28548
31
2009
3871
28470
14
2010
6982
28470
26
2011
9862
28470
35
Sumber: data kuantitatif yang diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, persentase tingkat hunian
kamar transient: regular sebesar 48% menujukkan bahwa dari 100 kamar yang
tersedia 48 kamar yang dihuni oleh tamu individual berhasil terjual. Pada tahun
2008 persentase tingkat hunian kamar transient: regular sebesar 31% menujukkan
25
bahwa dari 100 kamar yang tersedia 31 kamar yang dihuni oleh tamu individual
berhasil terjual. Di tahun 2009, persentase tingkat hunian kamar transient: regular
sebesar 14% menujukkan bahwa dari 100 kamar yang tersedia 14 kamar yang
dihuni oleh tamu individual berhasil terjual. Pada tahun 2010, persentase tingkat
hunian kamar transient: regular sebesar 26% menujukkan bahwa dari 100 kamar
yang tersedia 26 kamar yang dihuni oleh tamu individual berhasil terjual. Pada
tahun 2011, persentase tingkat hunian kamar transient: regular sebesar 35%
menujukkan bahwa dari 100 kamar yang tersedia 35 kamar yang dihuni oleh tamu
individual berhasil terjual.
b.
Transient: group adalah kamar yang dihuni oleh tamu gabungan atau
kelompok dengan rerata lama tinggal tamu relatif singkat, sampai dengan 7
hari. Formula yang diterapkan untuk menghitung persentase tingkat hunian
kamar transient: groupadalah
Transient: group =
Hasil perhitungan persentase tingkat hunian kamar transient:group Hotel
Sahid Bandar Lampung tahun 2007-2011 disajikan dalam tabel 4.9
Tabel 4.9
Persentase Tingkat Hunian Kamar Transient: Group
Hotel Sahid Bandar Lampung Tahun 2007-2011
Tahun
Room Occupied
Available Room
POP (%)
2007
3495
28548
12
2008
3355
28548
12
2009
6034
28470
22
2010
4324
28470
15
2011
3277
28470
12
Sumber: data kuantitatif yang diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, persentase tingkat hunian
kamar transient: group sebesar 12% menujukkan bahwa dari 100 kamar yang
tersedia 12 kamar yang dihuni oleh tamu individual berhasil terjual. Pada tahun
2008 persentase tingkat hunian kamar transient: group sebesar 12% menujukkan
bahwa dari 100 kamar yang tersedia 12 kamar yang dihuni oleh tamu individual
berhasil terjual. Di tahun 2009, persentase tingkat hunian kamar transient:
groupsebesar 22% menujukkan bahwa dari 100 kamar yang tersedia 22 kamar
26
yang dihuni oleh tamu individual berhasil terjual. Pada tahun 2010, persentase
tingkat hunian kamar transient: group sebesar 15% menujukkan bahwa dari 100
kamar yang tersedia 15 kamar yang dihuni oleh tamu individual berhasil terjual.
Pada tahun 2011, persentase tingkat hunian kamar transient: groupsebesar 12%
menujukkan bahwa dari 100 kamar yang tersedia 12 kamar yang dihuni oleh tamu
individual berhasil terjual.
c.
Paid Occupancy adalah kamar terhuni oleh tamu yang membayar. Kamar
dihuni oleh tamu yang membayar untuk setiap segmen pasar, transient
regular, transient group. Formula yang diterapkan untuk menghitung
persentase tingkat hunian kamar yang terjual adalah
Paid Occupancy
=
Hasil perhitungan Paid Occupancy Percentage (POP) Hotel Sahid Bandar
Lampung tahun 2007-2011 disajikan dalam tabel 4.10
Tabel 4.10
Paid Occupancy Percentage
Hotel Sahid Bandar Lampung Tahun 2007-2011
Tahun
Room Occupied
Available Room
POP (%)
2007
17620
28548
62
2008
12087
28548
42
2009
9905
28470
35
2010
11306
28470
39
2011
13139
28470
46
Sumber: data kuantitatif yang diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2007, paid occupancy percentage
perusahaan sebesar 62% menujukkan bahwa dari 100 kamar yang tersedia 62
kamar berhasil terjual. Pada tahun 2008, paid occupancy perusahaan sebesar 42%
menujukkan bahwa dari 100 kamar yang tersedia 42 kamar berhasil terjual. Di
tahun 2009, paid occupancy percentage perusahaan sebesar 35% menujukkan
bahwa dari 100 kamar yang tersedia 35 kamar berhasil terjual. Pada tahun 2010,
perusahaan sebesar 39% menujukkan bahwa dari 100 kamar yang tersedia 39
kamar berhasil terjual. Pada tahun 2011, paid occupancy percentage perusahaan
sebesar 46% menujukkan bahwa dari 100 kamar yang tersedia 46 kamar berhasil
terjual.
27
Untuk lebih memberikan arti dilakukan pembandingan persentase tingkat hunian
kamar hotel berbintang lainnya.
Di bawah ini adalah jumlah kamar hotel yang ada di Bandar Lampung tahun 2011
Tabel 4.11
Jumlah Kamar Hotel Di Bandar Lampung Tahun 2011
Hotel
Jumlah Kamar
Sahid Bandar Lampung
78
Marcopolo
104
Grand Anugrah
81
Amalia
139
Sheraton
110
Novotel
200
Nusantara
130
Sumber: Hotel Sahid Bandar Lampung
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kamar hotel Sahid dapat
dikategorikan sedikit dibanding dengan hotel lain yang sejenis.
Berikut ini adalah tabel perbandingan tingkat hunian kamar dengan hotel pesaing.
Tabel 4.12
Perbandingan Tingkat Hunian Kamar dengan Hotel Pesaing
Hotel
2007
2008
Sahid
61,72
42,34
Marcopolo
65,34
62,78
Grand Anugrah
0
0
Amalia
0
0
Sheraton
70,32
65,47
Novotel
0
0
Sumber: Hotel Sahid Bandar Lampung
2009
34,94
60,06
69,20
0
63,89
0
2010
39,86
57,69
58,02
23,74
41,82
44,05
2011
45,57
26,92
83,95
73,38
52,73
60,50
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat hunian Hotel Sahid Bandar Lampung
cenderung naik turun, tetapi jika dibandingkan dengan hotel sejenis tingkat hunian
Hotel Sahid masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan kondisi Hotel Sahid
yang sudah kuno, kurang terawat, dan fasilitasnya yang tidak memenuhi standar
sehingga pelanggan merasa harga yang ditawarkan serta standar bintang tiga tidak
sesuai dengan yang ada di lapangan. Untuk itu agar dapat tetap bertahan di tengah
persaingan yang semakin ketat ini sebaiknya Hotel Sahid merenovasi baik dari
gedung maupun interior design agar pelanggan tertarik menginap di Hotel Sahid.
Selain merenovasi tentu pelayanan harus lebih ditingkatkan agar pelanggan
28
merasa puas dan dapat merekomendasikan Hotel Sahid sebagai pilihan menginap
bila berkunjung ke Bandar Lampung. Hal ini sekaligus dapat menjadi promosi
yang dapat membantu naiknya tingkat hunian kamar.
4.5 Perbandingan Fasilitas dan Pelayanan dengan Hotel Pesaing
Untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa seperti hotel, fasilitas dan
pelayanan merupakan hal yang harus diperhatikan karena dengan layanan dan
fasilitas yang sesuai standar pelanggan akan merasa nyaman dan apabila sudah
merasa nyaman tentunya akan menjadi pelanggan tetap dan dapat
mempromosikan hotel ke luar, hal tersebut akan menjadi tehnik promosi yang
sangat baik baik dibandingkan dengan promosi melalui media iklan.
Berikut ini adalah tabel perbandingan fasilitas yang ada di masing-masing hotel
berbintang tiga.
Tabel 4.13
Fasilitas dan Layanan Hotel Bintang Tiga di Bandar Lampung
Fasilitas
Coffee Shop
Fasilitas Rapat
Safe Deposit Box
Layanan Kamar
Lift
Restoran
Bakery and Cake
Salon
Concierge
Transfer
bandara/salon
Layanan kamar 24
jam
Tur
Laundry
Pusat bisnis
Taxi
Wi-fi
ATM BCA
Kolam renang
Billiard
Spa
Gym
Sahid
v
Bukit
Randu
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Marcopolo
v
v
v
v
v
v
v
Grand
Amalia
Anugerah
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
29
Ruang uap
v
Taman
v
Pijat
v
v
Sauna
v
Akses internet
v
v
Internet (wireless)
v
v
Internet (gratis)
v
v
Internet wireless
v
v
(gratis)
Tempat parkir
v
v
v
v
v
mobil
Sumber: www.agoda.com
Dari tabel diatas dapat dilihat fasilitas yang ditawarkan oleh Hotel Sahid sudah
sesuai dengan standar hotel bintang tigadan berdasarkan komentar pelanggan di
media internet pelayanan hotel sudah cukup baik. Akan tetapi jika dibandingkan
dengan hotel-hotel baru seperti Bukit Randu, Grand Anugerah, dan Amalia masih
banyak kekurangan khusunya untuk fasilitas olahraga dan rekreasi.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, Hotel Sahid memiliki beberapa
kelemahan apabila dibandingkan dengan hotel bintang lainnya, yaitu:
a. Desain interior hotel yang sudah kuno membuat hotel ini tampak terlihat
tidak menarik sehingga pelanggan lebih memilih hotel lain yang kelihatan
jauh lebih menarik.
b. Kolam renang yang tidak terawat sehingga kolam renang terkadang tidak
dibuka karena tidak memenuhi standar.
c. Kebersihan yang kurang terjaga sehingga pelanggan merasa tidak nyaman.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis rasio pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinerja keuangan Hotel Sahid Bandar Lampung tidak baik.
2. Fasilitas yang ditawarkan baik tetapi tidak sesuai dengan yang ada di
lapangan.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan terdapat beberapa saran, yaitu:
30
1. Agar dapat terus bersaing dengan hotel-hotel lain dapat dilakukan renovasi
baik dari gedung, kantor maupun kamar hotel sehingga baik karyawan
maupun pelanggan dapat merasakan kenyamanan yang setara dengan hotel
bintang tiga. Untuk melakukan renovasi sebaiknya pemilik menambah
modal karena apabila menggunakan laba tidak akan cukup untuk menutupi
biaya renovasi.
2. Hotel sebaiknya bekerja sama dengan pihak tur dan travel untuk
meningkatkan tingkat hunian kamar.
3. Untuk departemen kolam renang, head manager perlu meningkatkan
kualitas air kolam dengan menjaga kebersihan kolam renang. Untuk
menekan biaya perawatan kolam renang, Hotel Sahid dapat membeli alat
daur ulang air kolam sehingga biaya untuk menjernihkan air kolam dapat
berkurang, dengan alat tersebut Hotel Sahid juga dapat menghemat
pemakaian air.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N, Vijay Govindarajan (F.X Kurniawan Tjakrawala,
Penerjemah). 2005. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba
Empat.
Ismani, Ngadirin Setiawan, Andian Ari Istiningrum. 2011. Analisis Profitabilitas
Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Manajemen Hotel (Studi Kasus pada UNYHotel Yogyakarta).Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX No. 2.
Kusumastuti, Iin. 2000. Analisis Kinerja Keuangan Pada Hotel Cantik Ungaran.
http://eprints.undip.ac.id
NN. 2011. Tingkat Penghunian Kamar Hotel dan Jasa Akomodasi Lainnya
Provinsi Lampung 2011. Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung.
Sangkala, H. Abd. Azis. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio
Profitabilitasnya Pada Perusahaan Pabrik Roti Tony Bakery Pare-Pare.
Jurnal Balance Unismuh Makasar Volume 4 No. 3.
Subramanyam, K. R. dan John J. Wild.2008. Analisis Laporan keuangan Edisi 10.
Jakarta: Salemba Empat
31
Wiyasha, IBM. 2010. Akuntansi Perhotelan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
www.agoda.web.id
www.scribd.com/doc/56687680/18/Kriteria-Fasilitas-Hotel-Bintang-3
www.tripadvisor.com
Download