I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatantingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Jadi ekologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya, dan pemanfaatan sumberdaya yang ada oleh manusia. Secara sederhana ekologi pertanian juga dapatdiartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antar makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan. Dalam sistem ekologi tumbuhan, kehidupan tanaman selalu mengalami interaksi terhadap lingkungannya. Baik pada sesama tumbuhan maupun dengan lingkungan sekitarnya, termasuk hewan dan serangga. Interaksi inilah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan lingkungan sekitarnya dan membuat suatu siklus yang selalu berkesinambungan. Oleh karena itu 1 dalam ekologi pertanian, dipelajari studi iklim mikro yang mencakup tentang suhu dan kelembaban tanah, pengukuran biomassa pohon, analisis vegetasi, dan keanekaragaman arthropoda. 1.2 Tujuan Memenuhi tugas praktikum ekologi pertanian Mengetahui analisis vegetasi dan faktor abiotik (suhu udara, radiasi matahari) yang ada di Cangar dan Jatikerto Mengetahui keragaman arthropoda pada agroekosistem Cangar dan Jatikerto Mengetahui perbandingan vegetasi dan arthropoda antara Cangar dan Jatikerto 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi Matahari) Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyrakat tumbuh-tumbuhan. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhaikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan etak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Tujuan analisis vegetasi yaitu untuk menghitung jumlah vegetasi dalam suatu petak dan untuk memperkirakan tingkat persaingan tanaman/spesies terhadap suatu areal pertanaman. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Sedangkan faktor abotik adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti udara, suhu, dan radiasi matahari. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan kebutuhan manusia dan yang dapat yang dapat mepengaruhi ekoistem antara lain : a. Suhu atau Temperatur Suhu atau temperatur merupakan ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya dinyatakan dalam skala derajat celsius. Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, karena jenis spesies tertentu memiliki persyaratan suhu lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya, serta batas suhu maksimum dan minimum untuk tumbuh. Faktor yang mempengaruhi suhu diantaranya: topografi, ketinggian suatu tempat, sudut datang sinar matahari, lama penyinaran, luas tajuk tanaman. b. Sinar / Radiasi Matahari Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga juga merupakan unsur 3 vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis. Faktor yang mempengaruhi radiasi matahari : intensitas cahaya, panjang hari, dan atmosfer. Pengaruh radiasi matahari terhadap pertumbuhan tanaman: Sumber Energi Yaitu untuk fotosintesis. Radiasi matahari dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai sumber energi dalam bentuk cahaya dari matahari yang digunakan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis (pembuatan makanan), laju fotosintesis sangat bergantung pada intensitas radiasi matahari. Prosesnya 6CO2 + 6H2O 6C6H12 + 6O2 + E Cahaya matahari Mempengaruhi Proses Eveporasi (penguapan) Jika radiasi matahari melebihi normal maka kandungan air dalam tanah menguap / berkurang sehingga menyulitkan perakaran tanaman untuk mencari unsur hara dan menghambat prtumbuhan tanaman. (Anonymous a, 2011) 2.2 Biomassa Pohon dan Faktor Abiotik (Tanah) Biomassa Pohon adalah pengukuran terhadap suatu pohon atau vegetasi yang berada disebuah area atau lulusan tertentu dengan membuat sebuah plot. Yang diukur dalam biomassa pohon itu sendiri adalah pengukuran kanopi pohon yang ada di dalam setiap plot, pengukuran tinggi pohon, dan pengukuran diameter pohon. Fungsi dari melakukan pngukuran tinggi pohon itu sendiri untuk mengetahui kerapatan setiap vegetasi yang ada dalam setiap plot. Dan sebuah plot ini juga mencakup sebuah ekosistem. Hubungan dengan tanah karena tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi penting dalam ekosistem Fungsi tanah diantaranya adalah: 4 Media tumbuh Tanah sebagai salah satu faktor dalam lingkungan tumbuh tanaman, tidak hanya berfungsi sebagai tempat berpijak akar tanaman namun yang lebih penting adalah sebagai media dimana akar tanaman dapat menyerap nutrisi, air, dan oksigen. Tempat habitat hidup mikroba tanah (mikroorganisme). Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Tempat penyimpanan bahan organik Tempat penyimpanan bahan organik berasal dari seresa pohon dan kotoran hewan. Penyediaan kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktifitas metabolismenya, baik selama pertumbuhan maupun untuk berproduksi meliputi air, udara dan unsur hara. Pengatur tata air Pengatur tata air meliputi pelepasan dan penyimpanan air. Pelepasan air berhubungan dengan fraksi, sedangkan penyimpanan air berhubungan dengan pori tanah. Klasifikasi Tekstur Tanah : Pasir, Debu, dan Liat. Klasifikasi yang Mermpengaruhi : Iklim, Bahan induk, Topografi, Organisme, Waktu, Struktur Tanah, Pengolahan Tanah, Porositas Tanah, dan Konsistensi Tanah. (Anonymous b, 2011) 2.3 Faktor Biotik (Keanekaragaman Arthropoda dalam Agroekosistem) Faktor biotik adalah faktor yang hidup meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan (Anonymous c, 2011). Dalam Ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Arthropoda berasal dari kata arthron yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. jadi Athropoda adalah hewan yang memiliki kaki beruas-ruas (Anonymous d, 2011). Arthropoda merupakan komponen penting dalam suatu 5 ekosistem yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas ekosistem tersebut. Peran arthropoda dalam perombakan bahan organik untuk menjaga kesuburan tanah, dengan kata lain menjaga siklus hara dalam ekosistem. Arthropoda secara tidak langsung dipengaruhi oleh vegetasi yang tumbuh disekitarnya. Oleh karena itu keanekaragaman vegetasi juga mempengaruhi keanekaragaman arthropodanya Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Klasifikasi Arthropoda: Arthropoda Invertebrata Mollusca Nematoda Crustacea Arachnida Diplopoda Animalia Vertebrata Chordata Chilopoda Hexapoda (insekta) Gambar 1. Klasifikasi Arthropoda Dalam kelas insekta terdiri dari beberapa suku yang sangat penting dan terdapat paling banyak di alam, diantaranya: 6 Coleoptera, mempunyai 2 pasang sayap. Sayap depan tebal dan halus mengandung zat kitin yang di sebut elitra. Sayap belakang tipis berupa selaput. Contoh: kepik emas, kutu beras. Diptera, mempunyai 2 buah sayap, sayap belakang bermodifikasi menjadi halter, Contoh: nyamuk malaria, lalat rumah. Homoptera, sayap depan dan belakang tersusun sama. Mempunyai alat penusuk. Metamorfosis tidak sempurna. Contoh: kutu perisai Hemiptera, sayap depan sebagian membraneus, bersayap tak sama. Mempunyai alat penusuk dan pengisap makanan. Metamorfosis tidak sempurna. Contoh: wereng Hymenoptera, sayap mirip seperti selaput, mempunyai 2 sayap dengan sayap belakang lebih tipis. Metamorfosis sempurna. Contoh: lebah madu Lepidoptera, mempunyai 2 pasang sayap yang dilapisi bulu atau sisik. Metamorfosis sempurna. Contoh: kupu kupu. Isoptera, mempunyai 2 pasang sayap, yang tipis dengan ukuran sama, metamorfosis tidak sempurna. Contoh: rayap Othoptera, bersayap lurus Mempunyai 2 pasang sayap. Kali belakang kuat di gunakan untuk meloncat. Metamorfosis tidak sempurna. Contoh : belalang, kecoa, jangkrik. (Anonymous c, 2011) Peran Insekta dalam ekosistem Serangga adalah organisme yang mendominasi rantai dan jejaring makanan di hampir semua jenis ekosistem. serangga mempunyai peran sebagai komponen rantai makanan; yaitu sebagai herbivora, karnivora, pengurai (detritivora), dan penyerbuk. Sementara itu, serangga dapat menjadi hama, musuh alami, atau vektor penyakit tanaman, binatang, dan manusia. 7 a. Hama Hama adalah hewan yang menyerang / memakan tanaman budidaya sehingga merugikan secara ekonomis dengan akibat menurunya kualitas dan kuantitas tanaman budidaya. Contoh: Thrips, Kutu Daun dan sebagainya b. Predator Predator merupakan suatu organisme yang memakan organisme lain dengan ukuran yang lebih besar daripada mangsanya. Contoh: Monoetites sexmaculatus memangsa aphid sp. c. Parasitoid Organisme yang yang memerasiti organisme lain baik sebagian maupun keseluruhan. Hidupnya dalam tubuh inang. Contoh: Diadigma insulare yang merupakan parasit telur dari Mutolla xylostela. Apabila telur yang berparasit sudah menetas maka D.Insulare akan muncul dan hidup bebas memakan nektar (Anonymous d, 2011). 8 III. METODOLOGI 3.1 Alat, Bahan beserta Fungsinya dan Teknis Lapang 3.1.1. Analisa Vegetasi No. Alat dan Bahan Fungsi 1. Tali raffia Untuk membuat garis petak 2. Pasak kayu Patokan tali rafia tempatnya di sudut petak dan ditancapkan di tanah. 3. Penggaris Untuk mengukur tinggi tumbuhan 4. Meteran Untuk mengukur petak dan tumbuhan 5. Kamera Untuk mengmbil gambar tumbuhan 6. Tabel pengamatan Menulis hasil pengmatan Tabel 1. Alat dan bahan analisa vegetasi TEKNIS LAPANG Menyiapkan alat dan bahan Identifikasi dengan buku flora Membuat plot sesuai contoh Mengambil sampel Mencatat hasil pengamatan Mengamati vegetasi tiap plot Menganalisa vegetasi yang ditemukan Membuat petak contoh Sub plot 1 Ukuran Petak: Petak 1 : petak contoh 1+2+3+4= 12,5 Petak 2 : petak contoh 1+2+3= 6,25 Sub plot 3 Sub plot 2 Petak 3 : petak contoh 1+2= 3,125m2 Petak 4 : 1,5625 Sub Sub plot 4 plot 5 Petak 5 : 1,5625 Gambar 2. Petak contoh 9 3.1.2. Faktor Biotik (Keanekaragaman arthropoda dalam agroekosistem) No Alat dan Bahan Fungsi 1. Swept net Untuk menangkap serangga yang ada di udara. 2. Plastik ukuran 1 kg Untuk tempat serangga sebelum di taruh fial film. 3. Fial film Untuk menyimpan hewan yang telah di tangkap menggunakan swept-net. 4. Gelas air mineral Untuk menjebak agar serangga yang terdapat pada permukaan tanah. 5. Cawan petri Tempat serangga saat identifikasi. 7. Detergen Untuk menjebak serangga. 8. Kapas Untuk menyerap alkohol dan diletakkan dalam fial film. 9. Alkohol 70 % Untuk membius serangga. Tabel 2. Alat dan bahan pengamatan faktor biotik TEKNIS LAPANG (DIAGRAM ALIR) : Memasang pitfall traps pada masingmasing plot Menangkap serangga dengan swept net dengan metode ayunan ganda Masukkan serangga dari pitfall ke dalam pial film dan masukkan serangga dari swept net ke plastik Mengambil serangga yang terperangkap dalan Pitfall Traps Menuangkan alkohol 70% ke dalam kapas lalu dimasukkan ke dalam pial film dan plastik 10 - Cara menghitung SDR a. Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada setiap petak contoh. Kerapatan Mutlak (KM) = 𝐾𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 Kerapatan Nisbi(KN) =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 x100% b. Frekuensi menunjukkan beberapa jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat jenis tumbuhan (spesies) tersebut dari sejumlah petak yang dibuat. Frekuensi ini dipengaruhi beberapa factor yaitu: -Luas petak contoh -Distribusi tumbuhan -Ukuran jenis tumbuhan Frekuensi Mutlak (FM) = 𝑃𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝐹𝑀 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 Frekuensi Nisbi (FN) =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐹𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 x 100% c. Dominasi ialah parameter yang digunakan untuk menunjukkan luas suatu area yang dirumbuhi suatu spesies (jenis tumbuhan) atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya. Dominasi Mutlak (DM) = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 11 𝐷𝑀 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 Dominasi Nisbi (DN) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑀 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 x100% Luas basal area =[ 𝑑1𝑥𝑑2 Dimana 4 : ]x 2 𝜋 d1 = tinggi tanaman suatu spesies d2 = diameter spesies yang tegak lurus dengan d1 d. Menentukan Nilai Penting (Importance Value= IV) Merupakan jumlah nilai nisbi dari dua atau tiga parameter yang dibuat. Importance Value (IV) = KN + FN + DN e. Menentukan Summed Dominance Ratio (SDR) Perbandingan Nilai Penting (Summed Dominance Ration = SDR), menunjukkan nilai jumlah penting dibagi jumlah besaran dan nilainya tidak pernah lebih dari 100%. Summed Dominance Ratio (SDR)= 𝐼𝑉 3 (Hairiah, 2009) 12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan dan Tabel Pengamatan 4.1.1 Analisis Vegetasi Analisis vegetasi adalah masyarakat tumbuhan yang hidup di dalam suatu tempat dalam suatu ekosistem. Masyarakat tumbuhan (komunitas) adalah kumpulan populasi yang menempati suatu habitat vegetasi yang satu jenis komunitas disebut konsosiasi, sedangkan bermacam-macam jenis disebut asosiasi. Lokasi : Cangar Semusim Luas plot : 5×5 m a. Tabel pengamatan Analisis Vegetasi ∑ Spesies D1 D2 Spesies Petak contoh 1 2 3 4 5 Lavender 5 31 17 0 2 2 1 0 Rumput 13 19 7 3 3 4 2 1 Wortel 189 34 30 15 87 27 23 37 b. Tabel Pengamatan Suhu Udara dan Radiasi Matahari Lokasi Suhu RM (Lux) Cangar 22,8 0C X 100= 95 luks meter 13 Lokasi : Jatikerto Semusim Luas plot : 5×5 m a. Tabel pengamatan Analisis Vegetasi Spesies D1 D2 (cm) (cm) Rumput 30 Putri malu Petak contoh 1 2 3 4 5 15 54 8 15 5 24 8 70 8 4 1 2 0 Singkong 168 103 6 8 2 3 0 Ilalang 100 71 9 1 1 1 0 b. Tabel Pengamatan Suhu Udara dan Radiasi Matahari Lokasi Suhu RM (Lux) Jatikerto 36,9 0,1 x 100 % = 10 % 14 FORM PENGAMATAN POS BUDIDAYA PERTANIAN Lokasi : Kebun Percobaan Cangar (Tanaman Musiman) Luas plot : (5 x 5) m = 25 m² = 250.000 cm² a. Tabel Perhitungan SDR N Spesies Kerapatan o. Frekuensi Mutla Nisb Mutla Nisbi k i k (%) 0,6 23,07 Dominansi Mutlak LBA Nisbi IV SDR (%) (%) (%) (%) 1. Lavend 1 4,03 0,00084 31,82 205,86 58,92 er 2. 19,6 4 Rumput 2,6 6,17 1 38,46 0,00021 7,59 51,95 52,58 17,5 3 3. Wortel 37,8 89,7 1 38,46 0,00159 60,23 398,44 188,48 9 Total 42,1 3 99,9 2,6 99,99 0,00264 99,64 656,25 299,98 9 b. Uraian perhitungan SDR Kerapatan Mutlak 62,8 Lavender = Rumput = Wortel = 5 5 13 5 = 1 = 2,6 189 5 = 37,8 ∑ KM = 1 + 2,6 + 37,8 = 42,1 15 100 Kerapatan Nisbi Lavender = Rumput = Wortel = 1,7 42,1 2,6 42,1 × 100 %= 4,03 % × 100 %= = 6,17 % 37,8 × 100 %= = 89,79 % 42,1 Frekuensi Mutlak Lavender = Rumput = Wortel = 3 5 5 5 5 5 = 0,6 =1 =1 ∑ FM = 0,6 + 1 + 1 = 2,6 Frekuensi Nisbi Lavender = Rumput = Wortel = 0,6 × 100 %= 23,07 % 2,6 1 × 100 %= 38,46 % 2,6 1 2,6 × 100 % = 38,46 % Luas Basal Area (LBA) Lavender = Rumput = Wortel = (31 𝑥 17) 4 (19 𝑥 7) 4 (34 𝑥 30) 4 2 x x 3,14 2 3,14 x 2 3,14 = 205,86 = 51,95 = 398,44 16 Dominasi Mutlak (DM) Lavender = Rumput = Wortel = ∑ DM 205,86 = 0,00084 250.000 51,95 250.000 398,44 250.000 = 0,00021 = 0,00159 = 0,00084 + 0,00021 + 0,0059 = 0,00264 Dominasi Nisbi (DN) Lavender = Rumput = Wortel = 0,00084 0,00264 0,00021 0,00264 0,00159 0,00264 × 100 %= 31,82 % × 100 %= = 7,95 % × 100 %= = 60,23 % Importance Value (IV) Lavender = 4,03 + 23,07 + 31,82 = 58,92 Rumput = 6,17 + 38,46 + 7,95 = 52,58 Wortel = 89,79 + 38,46 + 60,23 = 188,48 Summed Dominance Ration (SDR) Lavender = Rumput = Wortel = 58,92 3 52,58 3 = 19,64 = 17,53 188,48 3 = 62,83 17 Interpretasi data tabel (Cangar) A. Lavender Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Cangar didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi lavender di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 1 dengan kerapatan nisbi sebesar 4,03% sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 0,6 dan frekuensi nisbinya sebesar 23,07%. Nilai dominansi mutlak lavender dalam plot sebesar 0,00084 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 31,82%.Diketahui lavender memiliki d1 sebesar 31cm dan d2 sebesar 17cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 205,86m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV lavender sebesar 58,92%, dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies lavender sebesar 19,64%. B. Rumput Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Cangar didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi rumput di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 2,6 dengan kerapatan nisbi sebesar 6,17% sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 1 dan frekuensi nisbinya sebesar 38,46%. Nilai dominansi mutlak rumput dalam plot sebesar 0,00021 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 7,59%.Diketahui rumput memiliki d1 sebesar 19cm dan d2 sebesar 7cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 51,95m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV rumput sebesar 52,58%, dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies rumput sebesar 17,53%. C. Wortel Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan Cangar didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi wortel di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 37,8 dengan kerapatan nisbi sebesar 89,79% sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 1 dan frekuensi 18 nisbinya sebesar 38,46%. Nilai dominansi mutlak wortel dalam plot sebesar 0,00159 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 60,23%.Diketahui wortel memiliki d1 sebesar 34cm dan d2 sebesar 30cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 398,44m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV wortel sebesar 188,48%, dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies wortel sebesar 62,38%. Lokasi : Jatikerto Semusim Luas plot : 5×5 m = 25 m² = 250.000 cm² a. Tabel perhitungan SDR Kerapatan N o. Spesie s 1. Rump ut 2. Putri malu 3. Singk ong 4. Ilalang Jumlah Mutl ak 21.2 3 3.8 3 31 Nisbi (%) 68.39% 9.68% 12.26% 9.68% 100% Frekuensi Dominansi Mutl ak Nisbi (%) 1.00 29.41 % 0.80 23.53 % LBA (m) IV (%) Mutlak Nisbi (%) 70.8 0.0002866 24 1.77% 99.57% 33.19 % 89.172 0.0003566 88 2.20% 35.41% 11.80 % 0.80 23.53 2755.41 0.0110216 % 4 56 68.09 % 103.88% 34.63 % 0.80 23.53 1131,43 0,0045257 % 4 4 27.94 % 61.14% 20.38 % 100% 300.00% 100% 3.40 100% 4046.82 0.016 b. Uraian perhitungan SDR = Kerapatan Mutlak (KM) Rumput SDR (%) = 54+8+15+5+24 5 = 106 5 = 21,2 19 Putri malu Singkong 8+4+1+2+0 = 5 = 6+8+2+3+0 = 15 = 5 = Ilalang 5 5 = 3,8 = 9+1+1+1+0 = 5 = ∑ KM 19 = = =3 12 = 5 =3 = = 21,2 + 3 + 3,8 + 3 = 31 Kerapatan Nisbi(KN) Rumput = Putri malu = Singkong = Ilalang = 21,2 31 3 31 3,8 31 2,4 31 × 100% = 68,39 % × 100% = 9,68% × 100% = 12,26 % × 100% = 9,68 % Frekuensi Mutlak (FM) Rumput = Putri malu = Singkong = Ilalang = ∑ FM 5 5 =1 4 5 4 5 4 5 = 0,8 = 0,8 = 0,8 = 1 + 0,8 + 0,8 + 0,8 = 3,4 20 Frekuensi Nisbi (FN) Rumput = Putri malu = Singkong = Ilalang = 1 3,4 0,8 3,4 0,8 3,4 0,8 3,4 × 100% = 29.41% × 100% = 23.53% × 100% = 23.53% × 100% = 23.53% Luas Basal Area (LBA) Rumput = Putri malu = Sinkong = Ilalang = (30 𝑥 15) 4 (8 𝑥 70) 4 x 3,14 (168 𝑥103) 4 4 3,14 2 x (100 𝑥 71) 2 x x 2 3,14 2 3,14 = 70,8 = 88,2 = 2725,38 = 1118,25 Dominasi Mutlak (DM) Rumput = Putri malu = singkong = ilalang = 70,8 250000 89.172 250000 = 0.000286624 = 0.000356688 2755.414 250000 1131,434 250000 = 0.011021656 = 0,00452574 21 ∑ DM = 0.000286624 + 0.000356688 + 0.011021656 + 0,00452574 = 0.016 Dominansi Nisbi (DN) Rumput = Putri malu = Singkong = Ilalang = 0.000286624 × 100 % = 1.77% 0.016 0.000356688 × 100 % = 2.20% 0,016 0.011021656 × 100 % = 68.09% 0,016 0,00452574 0,016 × 100 % = 27.94% Importance Value (IV) Rumput = 68.39% +29.41% + 1.77% = 99,57% Putri malu = 9,68% + 23,53% + 2,20% = 35,41% Singkong = 12,26% + 23,53% + 68,09% = 103,88% Ilalang = 9,68% + 23,53% + 27,94% = 61,14% Summed Dominance Ration (SDR) Rumput = Putri malu = Singkong = Ilalang = 99,57 3 35,41 3 = 33,19% = 11,80% 103,88 3 61,14 3 = 34,63% = 20,38% 22 Interpretasi data tabel (jatikerto) A. Rumput Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan jatikerto didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi rumput di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 21,2 dengan kerapatan nisbi sebesar 68,39% sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 1 dan frekuensi nisbinya sebesar 29,41%. Nilai dominansi mutlak rumput dalam plot sebesar 0,000286624 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 1,77%. Diketahui rumput memiliki d1 sebesar 30 cm dan d2 sebesar 15 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 71,656 m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV rumput sebesar 99,57%, dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies rumput sebesar 33,19% B. Putri malu Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan jatikerto didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi putri malu di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 3 dengan kerapatan nisbi sebesar 9,68% sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 0,8 dan frekuensi nisbinya sebesar 23,53%. Nilai dominansi mutlak putri malu dalam plot sebesar 0.000356688 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 2,20%. Diketahui putri malu memiliki d1 sebesar 8 cm dan d2 sebesar 70 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 89172m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV putri malu sebesar 35,41%, dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies putri malu sebesar 33,19% C. Singkong Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan jatikerto didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi singkong di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 3,8 dengan kerapatan nisbi sebesar 12,26% sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 0,8 dan frekuensi nisbinya sebesar 23,53%. 23 Nilai dominansi mutlak singkong dalam plot sebesar 0.011021656 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 68,09%. Diketahui singkong memiliki d1 sebesar 168 cm dan d2 sebesar 103 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 0,2755,414m. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV singkong sebesar 103,88%, dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies singkong sebesar 34,63% D. Ilalang Dari hasil pengamatan analisa vegetasi di kebun percobaan jatikerto didapatkan bahwa nilai kerapatan mutlak vegetasi ilalang di dalam plot yang berukuran 5m x 5m sebesar 3 dengan kerapatan nisbi sebesar 9,68% sedangkan besar frekuensi mutlaknya adalah 0,8 dan frekuensi nisbinya sebesar 23,53%. Nilai dominansi mutlak ilalang dalam plot sebesar 0.004522293 dengan persentase dominansi nisbi sebesar 27,94%. Diketahui ilalang memiliki d1 sebesar 100 cm dan d2 sebesar 71 cm didapatkan Luas Basal Area (LBA) sebesar 1130,573. Besar Nilai Penting (Important Value) didapatkan dari jumlah antara KN, FN, dan DN sehingga didapatkan persentase IV ilalang sebesar 61,14%, dan nilai IV dibagi tiga dapat kita ketahui besar persentase SDR spesies ilalang sebesar 20,38% 4.1.2 Biomassa Pohon dan Faktor Abiotik (Tanah) Pada kelompok praktikum Rabu Jam 06.00 WIB tidak melakukan pengamatan biomassa pohon karena kelompok kita baik Cangar maupun Jatikerto mendapatkan pengamatan tanaman semusim sehingga tidak ada data yang bisa dijelaskan. 24 4.1.3 Faktor Biotik (Keanekaragaman arthropoda dalam agroekosistem) Nama Lokasi : Cangar Jenis Penggunaan Lahan : Tanaman Musiman Tanggal/Bulan/Tahun : 22 Oktober 2011 Ukuran Plot : 5 x 5m Gambar Klasifikasi Bioekologi (Daur/siklus hidup, Peran, Habitat, dan Perilaku) Kerajaan : a. Telur-larva-imago Animalia b. Peran : hama Filum : c.Habitat : terdapat di Arthropoda pohon. Kelas Belalang Coklat : d. Insecta Antenna pendek,ovipositor Ordo : pendek, ukuran tubuh Orthoptera betina lebih besar di Family : banding Acrididae jantan, mempunyai alat suara (tympana) terletak yang di ruas abdomen pertama. Jumlah 3 ekor Kerajaan : Animalia Filum Telur-larva-pupa- : imago Arthropoda b. Peran : hama Kelas : Insecta c. Habitat : di tempat Ordo : Diptera Family Lalat Hitam a. Simuliidae aliran air. : d. Ukuran tubuh kecil, antena pendek, berwarna abu-abu. jumlah 2 ekor 25 Kerajaan : Animalia Filum a. Telur-nimfa-imago : b. Peran : predator Arthropoda Kumbang Kubah Spot c. Habitat : terdapat di Kelas : Arachnida pohon. Ordo : Araenida d. Tubuh bulat, tubuh Family : Araneidae berwarna-warni. Ukuran tubuh jenis jantan lebih kecil. Jumlah 3 ekor Kerajaan : Animalia Filum a. Telur-nimfa-imago : b. Peran : hama Arthropoda Laba-Laba c. Habitat : terdapat di Kelas : Insecta Ordo : Hemiptera Family Pyrrhocoridae dedaunan. : d. Badan oval memanjang, kuat, dan tegap. Ukuran tubuh sedang, berwarna merah/coklat/hitam. Femur tidak kaki depan menebal. Antena 4 ruas. Jumlah 7 ekor Gambar 3.1 Cangar 26 Nama Lokasi : Jatikerto Jenis Penggunaan Lahan/ Pola Tanam : Tanaman Semusim Tanggal/Bulan/Tahun : 22 Oktober 2011 Ukuran Plot :5x5m Gambar Klasifikasi Bioekologi ( Daur/siklus hidup Peran, Habitat dan Perilaku) 1 Kerajaan: - telur- telur telah dibuahi, Animalia semut yang ditetaskan betina Filum: (diploid), Arthropoda metamorfosa yang lengkap, Kelas: melewati tahap larva dan pupa Insekta jantan (haploid)- Ordo: (dengan pupa yang exarate) - Hymenoptera dewasa. Famili: - Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung Formicidae setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan - terdapat sepasang antena - dapat berperan sebagai hama dan predator Semut 2 Jumlah = 1 Kerajaan: - telur – larva – imago Animalia - Sebagian besar Filum: perusak Arthropoda sebagai predator Kelas: Insecta - sebagai tanaman,beberapa ukuran tubuh sedang sampai Ordo: Orthoptera besar, mulut tipe penggigit Famili: Gryllidae pengunyah, antena panjang 27 dan halus seperti rambut - habitat di areal pertanaman budidaya, lingkungan rumah Jangkrik 3 Jumlah = 5 Kerajaan: - ukuran tubuh besar Animalia - antenna seperti rambut Filum: - warna Arthropoda Kelas: Insecta sayap hijau, warna lengan coklat - Ordo: ada yang memiliki sayap, ada yang tidak Orthoptera - nimpha berwarna hijau Famili: - betina mempunyai Ovipositor panjang seperti pedang Tettigoniidae - hidup di rerumputan atau areal pertanaman padi - aktif pada malam hari - dapat berperan sebagai hama atau predator Belalang sembah Jumlah = 1 Gambar 3.2 Jatikerto 28 4.2 PERBANDINGAN HASIL PENGAMATAN DI CANGAR DAN JATIKERTO Dari hasil pengamatan lapang yang telah dilakukan, Cangar memiliki tekstur tanah pasir berdebu. Sedangkan di Jatikerto tanahnya bertekstur lempung berpasir.Suhu di Cangar bersuhu 22,8 0C yang lebih dingin dari pada suhu yang berada di Jatikerto yang sangat panas dengan bersuhu 36,9 0C. Dari intensitas radiasi matahari itu sendiri di Cangar diukur dengan luks meter yang menggunakan yang memakai X 100, sedangkan di Jatikerto menggunakan X 0,1. Dari hasil studi lapang Ekologi Pertanian yang di lakukan di Jatikerto pada tanaman semusim dapat diketahui bahwa terdapat berbagai macam spesies serangga yang hidup ada di sana diantaranya yang ditemukan terdapat semut rangrang, Jangkrik, Belalang sembah. Spesies yang paling banyak dijumpai yaitu semut rangrang sebanyak 9 ekor. Berbeda dengan spesies yang ada di Cangar antara lain Belalang coklat, Kumbang kubah spot, Lalat hitam dan Laba-laba. Spesies yang paling banyak dijumpai yaitu kumbang kubah spot sebanyak 7 ekor. Selain perbedaan spesies terdapat juga perbedaan vegetasi yang ada di Cangar dan Jatikerto. Untuk Jatikerto terdapat rumput, putri malu, ilalang, tanaman X, tanaman Y, dan tanaman Z. Sedangkan, di Cangar terdapat vegetasi rumput, wortel, dan lavender. Perbedaan spesies dan vegetasi itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adanya perbedaan intensitas radiasi matahari, suhu, dan ketinggian tempat. Dari pratikum lapang yang telah kita lakukan dicangar dan di jatikerto dapat diketahui bahwa vegetasi dan arthopoda yang kita amati terdapat perbedaanperbedaan. Dari jenis arthopodanya dapat diketahui bahwa ukurannya berbeda, jika dicangar jenis arthopodanya lebih kecil dan lebih lambat dari pada jenis arthopoda yang berada di Jatikerto yang berukuran besar dan cepat. Karena diipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan oleh arthopoda itu sendiri. Sedangkan dilihat dari segi vegetasi yang terdapat di Jatikerto dan Cangar, kerapatan vegatasi di Cangar lebih rapat dari pada di Jatikertio. Itu dipengaruhi oleh suhu, ketinggian tempat, dan intensitas matahari yang berada disana. 29 V. PENUTUP Kesimpulan : Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuhtumbuhan. Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia yang mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku. Faktor abiotik yang mempengaruhi analisa vegetasi adalah suhu udara dan radiasi matahari. Arthropoda terutama serangga mempunyai beberapa peran dalam ekologi, yaitu : sebagai predator, hama, dan parasitoid. Dari pratikum lapang yang dilakukan oleh kelompok kita yang ada di Cangar dan di Jatikerto terdapat perbedaan Vegetasi dan Arthopoda yang kita amati dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain 1. Ukuran dari arthopoda 2. Ketinggian tempat 3. Suhu 4. Intensitas radiasi matahari 5. Kerapatan vegetasi 30 DAFTAR PUSTAKA Anonymousa .2011. Definisi Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik.http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/analisisvegetasi.html. Diakses tanggal 8 November 2011 Anonymousb .2011.Biomassa pohon dan faktor abiotik.http://id.Wikipedia.org. Diakses tanggal 8 November 2011 Anonymousc .2011.Klasifikasi Arthropoda.http://id.wikipedia.org/wiki/ klasifikasi_arthropoda. Diakses tanggal 8 November 2011 Anonymousd .2011. Peran Insekta dalam ekosistem.http://dewaarka.wordpress.com/2009/ 04/10/peraninsekta-dalam-ekosistem.html. Diakses pada 8 November 2011 Hairiah, Kurniatun.dkk.2009. Modul Praktikum Ekologi Pertanian.Malang: Universitas Brawijaya. Lilies, Cjristina.1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius. Pracaya. 1993. Hama dan Penyakit Tanaman.Jakarta: PT. Penebar Swada. Steenis, J. van.1992. Flora. Jakarta: PT Pradnya Paramita. 31