ISSN 1978-869X MAJALAH / JURNAL GENERASI KAMPUS VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013 DITERBITKAN OLEH : PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2013 MAJALAH/JURNAL GENERASI KAMPUS ISSN 1978-869X (CAMPUS GENERATION) VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013 APRIL 2011 Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus . Pelindung : Rektor Unimed (Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si.) Pengarah : *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Dr.Khairil Ansari, M.Pd). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi, M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin Sibarani, M.Pd) Penanggung jawab : Pembantu Rektor III Unimed (Prof. Dr. Biner ambarita, M.Pd.) Ketua Penyunting : Pardomuan N. J. M. Sinambela, S.Pd M.Pd Sekretaris Penyunting : Tappil Rambe, S.Pd, M.Si Penyunting Pelaksana : *Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T., M.M. *Lamhot Basani Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Dr. Paningkat Siburian, M.Pd *Dr. Sukarman Purba *Syamsul Gutom SKM, M.Kes. * PD 3 FIP, *PD 3 FBS, *PD 3 FT, *PD 3, *PD 3 FIS *PD 3 FIK, dan *PD 3 FE Penyunting Ahli : Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan) Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang) Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta) Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor) Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala Darussalam B. Aceh) Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya) Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung) Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman) Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Nurhaida, SH, M.Kn. *Surbita, SH. *Dra. Hayati Tamba. *Dra. Susiarni. *Nusawati BA. *Drs. Idrus. *Dra.Nismawarni Harahap. * Pelaksana Tata Usaha Alamat : Bani Ismail; Dewita Rita Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) 6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319. e-mail : [email protected] Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernalh diterbitkan media dalam cetak lain. Naskah diketik dengan spasi 1,5 pada kertas A4 dengan jumlah halaman 10-15. (lebih jelas baca petunjuk bagi penulis pada sampul dalam belakang). Naskah yang masuk di evaluasi oleh penyunting ahli. Penyunting dapat melakukan perubahan pada tulisan yang SURAT DARI REDAKSI Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas Rahmat dan PetunjukNya, sehingga Jurnal Generasi Kampus Volume 6 Nomor 2 September tahun 2013 dapat terbit sesuaidengan harapan kita bersama. Jurnal merupakan salah satu media ilmiah yang menyuguhkan artikel hasil penelitian dan artikel non hasil penelitian (kajian teori) yang menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikan maupun non pendidikan. Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada para penulis, penyunting pelaksana, dan para penyunting ahli yang telah membantu dalam rangka penyusunan artikel pada jurnal ilmiah ini. Dalam jurnal Volume 6 Nomor 2 September 2013 ini akan disuguhkan beberapa artikel diantaranya adalah : 1) Profesionalisme, Esensi Kepemimpinan, dan Manajemen Organisasi, 2) Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran, 3) Peningkatan Komitmen Organisasi Kepala Sekolah Efektif pada Era Globalisasi, 4) Peningkatan Kualitas Bernalar Mahasiswa dalam Penulisan Karya Ilmiah, 5) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII, 6) Suatu Pendekatan Strategi dan Metode Pendidikan Seni Melalui Kegiatan Bernyanyi sebagai Aspek-Aspek Pengembangan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini, 7) Menghentikan Kebiasaan Merokok dengan Behaviour Therapy, 8) Suatu Upaya dalam Pelaksanaan Pengajaran dan Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Sekolah-Sekolah Maupun Lembaga-Lembaga Pendidikan di Indonesia, 9) Upaya Pembentukan Karakter Melalui Olahraga Permainan Kecil pada Siswa SD, 10) Penekanan Unsur Dekoratif melalui Aplikasi Ornamen Ulos Batak Toba pada Perancangan Busana, 11) Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik melalui Media Pembelajaran. Kiranya Jurnal Generasi Kampus Volume 6 Nomor 2 September 2013 dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka pemberdayaan dunia pendidikan Medan, September 2013 Penanggungjawab Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNIMED, Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd. NIP. 19570515 198403 1 004 i ISSN 1978-869X MAJALAH/JURNAL GENERASI KAMPUS (CAMPUS GENERATION) V VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2008 IL 2008 VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013 Daftar Isi Biner Ambarita Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela Paningkat Siburian Wanapri Pangaribuan Jongga Manullang Yasifati Hia Lamhot Basani Sihombing Syamsul Gultom Danny Ivanno Ritonga Dewi Endriani Indah Verawati Yetti Pangaribuan Johannes Jefria Gultom Profesionalisme, Esensi Kepemimpinan, dan Manajemen Organisasi Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran Peningkatan Komitmen Organisasi Kepala Sekolah Efektif pada Era Globalisasi Peningkatan Kualitas Bernalar Mahasiswa dalam Penulisan Karya Ilmiah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII Suatu Pendekatan Strategi Dan Metode Pendidikan Seni Melalui Kegiatan Bernyanyi Sebagai AspekASpek Pengembangan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini Menghentikan Kebiasaan Merokok dengan Behaviour Therapy Suatu Upaya dalam Pelaksanaan Pengajaran dan Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di SekolahSekolah Maupun Lembaga-Lembaga Pendidikan di Indonesia Upaya Pembentukan Karakter Melalui Olahraga Permainan Kecil pada Siswa SD Penekanan Unsur Dekoratif melalui Aplikasi Ornamen Ulos Batak Toba pada Perancangan Busana Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik melalui Media Pembelajaran ii 1-16 17-29 30-40 41-50 51-62 63-74 75-81 82-98 99-104 105-111 112-121 1 PEMIMPINAN DAN PROFESIONALISME, ESENSI KEPEMIMPINAN, DAN MANAJEMEN ORGANISASI Biner Ambarita Abstrak Wujud pembangunan generasi muda Indonesia agar insan yang professional adalah (a) pemberdayaan pemuda untuk membangkitkan potensi pemuda untuk berperan serta dalam pembangunan. (2) Pengembangan pemuda untuk menumbuhkembangkan potensi manajerial, kewirausahaan dan kepeloporan pemuda, dan (3) perlindungan pemuda menolong pemuda dalam menghadapi demoralisasi, degradasi nasionalisme, tindakan destruktif, regenerasi dan perlindungan hak dan kewajiban pemuda. Jadi dengan demikian diharapkan di masa depan akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa dari generasi muda yang berwawasan kebangsaan, cinta tanah air, yaitu pemuda yang memiliki sikap intelektualitas, dan perilaku yang luhur Kata Kunci: Profesionalisme, Kepemimpinan, Pemuda. A. PENDAHULUAN Era globalisasi yang penuh menyertakan pemuda baik diminta persaingan ini, kekuatan ekonomi suatu maupun secara sukarela aktif di dalamnya. negara dari Bahkan sering sekali pada kesempatan kemampuan teknologi dan inovasi yang penting pemuda Indonesia lahir ide, dimiliki bangsa tersebut. Terkait dengan semangat dan kepemimpinan berpikir hal tersebut untuk mendorong akselerasi jernih dan bebas dalam menuangkan kemakmuran segala bentuk ide serta gagasannya dalam sesungguhnya bangsa, berakar maka kekuatan IPTEKS dan inovasi bangsa tersebut perlu ditempatkan menjadi utama Pemuda sebagai agen perubahan ekonomi. Pemuda yang dipelopori para akan mampu melakukan inovasi yang mahasiswa, harus dapat mengambil peran signifikan berupa sistem atau perangkat- penting dalam perkembangan IPTEKS di perangkat pendukung. Organisasi adalah masa mendatang, Negara dan bangsa sarana paling efektif untuk menginisiasi memerlukan orang-orang yang berkualitas dan melakukan perubahan tersebut. Terkait untuk dan dengan hal tersebut peran organisasi yang melanjutkan cita-cita perjuangan mencapai konsisten tentu saja sangat mendukung tujuan nasional. perubahan atau inovasi yang diharapkan membangun Pemuda kekuatan membangun bangasa dan negara. bangsa Indonesia adalah masyarakat. kelompok usia yang memiliki nilai serta Deklarasi Pemuda yang pernah posisi yang strategis dalam masyarakat. dicetuskan pada tanggal 23 Juli 1973 Sejarah perjalanan bangsa Indonesia selalu antara lain menyebutkan bahwa, selaku Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 2 generasi muda masa kini adalah keharusan merupakan salah satu faktor penggerak menyatukan tenaga dan pikiran untuk ikut sesuatu yang lebih berarti untuk mencapai serta mengisi kemerdekaan dengan lebih cita-cita bangsa Indonesia, menuju jenjang segera mempercepat pembangunan dan yang lebih tinggi bermartabat, berkarakter, kemajuan masyarakat. jujur dan berkeadilan sosial. Pemuda menyadari sepenuhnya akan panggilan sebagai kaum muda yang B. PROFESIONALISME PEMUDA Profesionalisme berasal dari kata profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi sesuai bidang tugasnya dan mendapat gaji sesuai kebutuhan hidupnya. dan Profesionalisme adalah sebutan memerlukan kepandaian khusus untuk yang mengacu kepada sikap mental dalam menjalankannya, (KBBI,1994).Sedangkan bentuk komitmen dari para anggota suatu profesionalisme profesi untuk senantiasa mewujudkan dan adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang meningkatkan professional. dapat Seorang yang memiliki profesionalisme didefinisikan sebagai mutu, kualitas, dan yang tinggi, akan tercermin dalam sikap tindak tanduk yang merupakan ciri suatu mental profesi atau ciri orang yang professional. perwujudan Terkait dengan definisi di atas kata professional melalui berbagai cara dan profesional sendiri berarti bersifat profesi, strategi. Hal ini selalu mengembangkan memiliki karena Profesionalisme kualitas serta profesionalnya. komitmenya dan peningkatan terhadap kualitas keahlian dan keterampilan dirinya pendidikan dan latihan, perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan dan mendapat bayaran karena keahliannya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan tuntutan makna profesional. profesionalisme Organisasi adalah sebuah sistem memiliki dua kriteria pokok, yaitu: (1) yang hidup. Organisasi tidak hidup dalam keahlian dan (2) pendapatan . Kedua hal ruang itu merupakan satu kesatuan yang saling dalamnya berhubungan. Artinya seseorang dapat ditopang dengan sarana dan prasarana dikatakan memiliki profesionalisme ketika yang dibutuhkan dan harus dikendalikan memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu; karena keahlian komputer setelah diinstal program dapat (kompetensi) dan kelayakan kosong. ada manusia dan sistem entitas bukan yang manusia mesin di yang atau berjalan sendiri dan tidak terpengaruh Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 3 dengan sistem luar, manusia dianugerahi untuk: (1) menanamkan rasa cinta pada dengan akal manusia tidak dapat hidup Tuhan dan kebenaran, (2) menumbuhkan dengan model kacamata kuda yang hanya sikap melihat satu arah, tetapi manusia akan mandiri, (3) menumbuhkan sikap amanah terpengaruhi oleh sistem luar meski sudah dan kejujuran, (4) menumbuhkan rasa bertekad hanya melihat satu arah. hormat tanggung dan jawab, sopan disiplin santun, dan (5) pemuda menumbuhkan sikap kasih sayang, peduli Indonesia agar profesionalisme pemuda dan kerja sama, (6) mengembangkan rasa dapat berkembang dapat dilakukan dengan percaya cara: (1) membangun moral dan budi menyerah, (7) membangun sikap adil dan pekerti luhur dan suci, (2) membangun kepemimpinan, (8) menumbuhkan sikap sarana prasarana fisik dan nonfisik dengan rendah hati dan (9) membangun sikap mengedepankan kepentingan bangsa dan toleransi dan cinta damai. Strategi negara di pembangunan atas kepentingan pribadi, diri, kreatif dan pantang Mencermati wawasan kebangsaan kelompok atau golongan, (3) membangun dari pemuda yang merupakan sumber daya manusia dengan keteladanan, pandang pemuda solidaritas, gotong royong, sopan santun, dirinya yang bersifat dinamis, senantiasa ramah tamah, saling menghormati, dan mengikuti saling selalu berinteraksi dengan seluruh dimensi menghargai, dan memelihara cara terhadap eksistensi perkembangan zaman kepekaan sosial, (4) membangun semangat kehidupan juang dan cinta tanah air, dan (5) kebangsaan Indonesia adalah cara pandang membangun future mapping sebagai blue yang harus dimiliki oleh setiap pribadi print for nation character building. warga negara Indonesia yang berjiwa Prioritas pembangunan masyarakat. dan Wawasan pancasila. kepemudaan Indonesia menuju pemuda US Development health and human yang mempunyai profesionalisme meliputi service, (2000), di mana Competency dua hal yaitu: (1) Character building atau improvement pembangunan watak pemuda Indonesia. pengembangan pemuda agar memiliki (1) kecerdasan intelektual, (2) kemampuan pemuda membaca, (3) kemampuan matematika, (4) Indonesia agar memiliki daya saing di bisa dipercaya dan disiplin, (5) mampu tingkat nasional dan global. bekerja sama, (6) mampu menerima dan pengembangan Character Improvement upaya atau (2) Competency merupakan kemampuan building merupakan upaya pengembangan perilaku karakter melaksanakan kewajiban, (7) memiliki motivasi kuat, (8) kemampuan Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 4 komunikasi, (9) mandiri, dan (10) mampu generasi muda Indonesia menjadi generasi menyelesaikan masalah dalam profesinya. penerus Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan professional dan didukung oleh etika pemuda dari dua sisi tersebut diharapkan moral yang terpuji. pembangunan bangsa yang C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PEMUDA INDONESIA Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni permasalahn yang kita hadapi dalam konteks character (2008) mengatakan materialisme building (1) Sakhyan adanya dan arus para pemuda adalah: (1) meningkatnya kekarasan di ketidakjujuran kalangan yang remaja, (2) merajalela, (3) menurunnya rasa hormat kepada orang tua, guru dan pemimpin, (4) tindakan hedonisme kekerasan, (5) meningkatnya rasa saling nasionalisme curiga dan kebencian, (6) penurunan etos para pemuda sehingga menurunkan rasa kerja, (7) menurunkan rasa tanggungjawab persaudaraan tajamnya sebagai individu dan warga negara, (8) individualisme. (2) ketidakmampuan para perilaku merusak diri dengan narkoba, dan pemuda dalam menyesuaikan diri dengan seks bebas, dan (9) semakin kaburnya peluang partisipasi politik yang makin pedoman moral. Sedangkan dari perspektif terbuka ekonomi, permasalah pemuda sekarang ini mengakibatkan di redupnya dan era menimbulkan semakin reformasi, sehingga anarkhisme, tindak adalah: (1) adanya ledakan jumlah kekerasan, dan liberalisme. (3) banyaknya penduduk yang tidak seimbang dengan rintangan untuk menjadi pelaku ekonomi lapangan yang mandiri sehingga menurunkan etos pengangguran kerja pemuda. meningkatnya angka kemiskinan yang Hal senada juga disampaikan oleh Lickona (1992) yang mengemukakan kerja, sehingga tinggi, angka dan (2) mencapai angka hingga 40% dari jumlah penduduk. bahwa permasalahan umum yang dihadapi D. TANTANGAN YANG DIHADAPI PEMUDA DALAM PERUBAHAN KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI Pemuda merupakan generasi sosial dalam masyarakat, tetapi pemuda agent of change (agen penerus suatu bangsa, bila pemuda lemah merupakan maka bangsa itu sendiri akan lemah. perubah) dan agent of social control (agen Pemuda terhadap kontrol sosial). Perlu kita cermati dalam kelangsungan suatu bangsa. Sesungguhnya perjuangan bangsa Indonesia, pemuda pemuda bukan sekedar bagian dari lapisan selalu menempati peran yang sangat sangat berpengaruh Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 5 strategis dari setiap peristiwa penting yang berkembangan terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pembangunan bangsa dan negara. pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan berbagai sektor. bangsa dalam Sejarah telah dalam Perkembangan mengisi IPTEKS telah banyak membantu meningkatkan kualitas dan kesejahteraan kehidupan umat membuktikan, bahwa diberbagai belahan manusia di dunia. Namun bersamaan dunia, dengan perubahan sosial politik hal tersebut, penerapan dan menempatkan pemuda di garda depan. pemanfaatan Peranannya menyeluruh, tidak hanya mata IPTEKS yang pesat selama ini, telah air, tapi juga hulu, hilir sampai muara, melahirkan tuntutan dan kesadaran baru bahkan pemuda sebagai sumber energi akan perubahan. Bahkan Bung Karno (Presiden dimensi spiritualitas serta moralitas dalam RI Pertama) mengungkapkan Beri aku pengalaman sepuluh negara maju. Kemajuan IPTEKS yang pemuda, maka akan kuguncangkan dunia pesat Sejak era reformasi bergulir tahun hasil-hasil pentingnya perkembangan landasan etika pembangunan tersebut, juga dibanyak ditandai global yang glamour. peran luar biasa. Banyak orang kecewa Sejarah membuktikan, bahwa dan karena reformasi tidak berjalan sesuai penguasaan, pengembangan dengan pendayagunaan IPTEKS pencerahan proses tidak didasari moralitas, etika spiritualitas, akan Sekarang dapat membawa manusia atau suatu pemuda lebih cenderung berperan sebagai bangsa menuju penderitaan, kesengsaraan kelompok politik, dan sedikit sekali yang dan kehancuran. Harapan kita semua para melakukan peranan sebagai kelompok pemuda Indonesia harus senantiasa berada sosial, intelektual, dan pencerahan dalam di dalam jalur nilai-nilai kemanusiaan, peningkatan keagamaan, serta berkarakter. belum berbangsa yang dan bernegara, kehidupan dan dengan berkembangnya sikap dan gaya hidup 1998, di mana pemuda juga mempunyai yang diharapkan dan terwujud. keilmuan, sehingga kemandirian pemuda saat ini sangat sulit E. ESENSI DAN URGENSI KEPEMIMPINAN PEMUDA Kepemimpinan pemuda merupakan dalam perspektifnya serta melakukan modal dasar yang sangat penting untuk kepemimpinan partisipasif sejauh mana menjalankan fungsi dan usaha untuk pemimpin mengkaji berbagai masalah kepemimpinan mengambil keputusan bersama dengan membagi kekuasaan Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan dan 6 para anggota (pengikut) sehingga kedua Kepemimpinan pemuda jiwa zaman belah pihak antara pemimpin dan anggota disesuaikan dapat memahami implikasi-implikasi yang mengingat sekarang ini kita hidup sebagai ada sehingga keefektifitan kita pada pemuda pada zaman modern yang realita besar bagi kehidupan makin kompleks, dan penuh menghantar yang lebih dengan harus resiko. Hal ini sejalan dengan pendapat organisasi. Kita ketahui bahwa pemuda saat ini Giddens Modernity is a risk culture. adalah pemimpin masa depan. Bahkan Modernitas memang mengurangi resiko Presiden RI pertama Soekarno pernah baru pada sendi sendi kehidupan dan cara mengatakan beri aku 10 pemuda maka hidup, tetapi membawa parameter resiko akan aku goncangkan dunia. Terkait yang baru yang tidak dikenal pada era dengan hal tersebut, keberadaan kaum sebelumnya, muda mengawal ketangguhan, baik mental maupun fisik, keberlanjutan suatu negara, dan peluang dan pemuda harus mampu mengambil ini harus dimanfaatkan pemuda saat ini. jalan yang penuh resiko. Kepemimpinan Peluang ini mempertemukan berakhirnya boleh berada di depan, boleh di tengah, umur generasi tua untuk menyambut dan boleh di belakang, seperti ungkapan pergantian ing ngarso sung tulodo,ing madyo mangun sangat vital generasi dalam muda menjaga perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran untuk itu diperlukan karso, dan tut wuri handayani. prestasi baru. F. KEPEMIMPINAN PEMUDA Secara konseptual, kepemimpinan dapat dikatakan kemampuan seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi, dalam mendukung tercapainya visi, misi dan tujuan organisasi. Pertama, seorang pemimpin harus mengarahkan dan memotivasi orang lain mampu (bawahan), mau terutama para bawahanya, baik melalui yang unsur perintah maupun tindakan. Namun diharapkan atau diinginkan oleh pemimpin demikian, perlu dipahami bahwa derajat sesuai dengan visi, misi dan tujuan keterpengaruhan pihak lain atau para organisasi. Konsep tersebut mengandung bawahan sejumlah makna yang sangat substantif ditentukan oleh wibawa dan keteladanan mengikuti sehingga dan mereka melakukan apa mempengaruhi tersebut pihak lain, sesungguhnya akan seorang pemimpin. Jadi, kita jangan terlalu Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 7 berharap seorang pemimpin akan diikuti memberikan kehendak dan keinginannya, kalau tidak pemimpin untuk dapat mendorong dan menampilkan merangsang bawahannya, sehingga wibawa terhadap bawahannya. Bawahan mereka melaksanakan tugasnya akan mengikuti kehendak dan keinginan dengan baik. Lantas mengapa faktor pemimpinnya karena merasa terpaksa kepemimpinan menjadi faktor esensial sosok keteladanan dan penguatan mau bagi seorang Kedua, seorang pemimpin harus bagi seorang pemuda?. Adakah benang mampu mengarahkan bawahan pada saat merah antara tugas pokok seorang pemuda melaksanakan dengan pekerjaannya. Perlu aspek-aspek kepemimpinan?. dicermati dan dipahami bahwa tidak Sementara asumsi umum yang tampak semua melaksanakan dipermukaan, bahwa seorang pemuda Dibutuhkan lebih banyak bersentuhan dengan tugas- bawahan tugasnya dapat secara mandiri. arahan dan bimbingan dari pemimpin tugas yang bersifat administratif sehingga mereka melaksanakan tugasnya ketimbang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Setidaknya ada dua argumentasi yang Kalau semua pegawai (bawahan) sudah dapat memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, kemudian seorang pemuda membutuhkan seorang pemimpin juga harus mencermati aspek-apek leadership dalam menjalankan apakah tugasuya. mereka memiliki persamaan tugas-tugas dijadikan manajerial. landasan, mengapa Pertama, tugas seorang pemuda persepsi serta mampu melakukan kerja ikut mencerdaskan kehidupan sama dan koordinasi sehingga terbangun adalah sinergitas dalam mencapai visi, misi, dan bangsa tujuan organisasi ? melalui berbagai aksi nyata, seperti: (1) Ketiga, seorang pemimpin dituntut yang dapat dimanifestasikan disiplin tinggi, (2) bertanggung jawab , (3) motivasi membantu dan membina anak-anak, atau kepada bawahan, agar mereka terdorong kaum miskin, (4) memiliki prilaku yang dan dilandasi jiwa sapta marga. untuk mampu memberikan terangsang energinya dalam Kedua, seorang pemuda dituntut mendukung tercapainya visi, misi, dan tujuan organisasi. Secara psikologis, untuk mampu melakukan berbagai seseorang dapat termotivasi ada dua hal, terobosan dalam bidang IPTEKS dan yang perlu diberikan motivasi dalam mendukung bentuk materi penghargaan bentuk lain. manusia anggaran dari fasilitas, misalnya Sinergitas rangsangan inilah kedua bentuk yang biasanya membangun, penguatan sumber mengembangkan daya atau akselerasi pola kerja sama dengan berbagai Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 8 institusi, baik pemerintah maupun swasta dibutuhkan pemuda yang berkarakter, dan yang diterjemahkan melalui program hibah pemimpin masa depan bangsa. atau bantuan kalau Kualitas kepemimpinan seorang memungkinkan, membangun kerja sama pemuda, antara lain dapat dicermati dari dengan enam karakteristik, sebagai berikut (1) pihak lainnya. Bahkan luar negeri. Kedua argumentasi inilah yang sesungguhnya visioner, mengilhami urgensi peningkatan kualitas intelektual & emosional, (3) memiliki kepemimpinan di lingkungan pemuda. kecerdasan enterpreneur, (4) memiliki Karakteristik kepemimpinan pemuda yang cerdasan dalam mengambil keputusan, (5) berkualitas harus mampu menterjemahkan memiliki integritas & moralitas, dan (6) .Tugas besar yang akan diemban pemuda tangguh & konsisten. (2) memiliki kecerdasan sebagaimana dipaparkan di atas dan Kepemimpinan pemuda dapat dicermati pada gambar berikut ini : Gambar.1. Kepemimpinan Pemuda Bagian bagian kepemimpinan pemuda dalam gambar di atas untuk membangun kebangsaan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bersifat Visioner harus Seorang pemuda yang berkualitas perubahan, yang dimanifestasikan melalui memiliki upaya karakteristik visioner, penataan, pengembangan dan artinya memiliki jangkauan pemikiran jauh penyempurnaan. Bahkan dalam konteks ke depan dan cermat mempertimbangkan tertentu harus berani untuk mengganti atau berbagai potensi yang dimiliki, tantangan, mengubah kendala yang dihadapi serta peluang yang sebuah tatanan, sistem atau model internal mungkin dapat diraih. maupun Pemuda yang visioner secara eksternal mendasar kalau terhadap dibutuhkan. harus Terkait dengan uraian di atas mungkin tangguh dan mampu melakukan berbagai akan berseberangan dengan pihak-pihak Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 9 yang merasa tidak nyaman dengan adanya cukup besar, baik dalam bentuk alienasi, perubahan hal cemoohan bahkan harus perbaikan organisasi tersebut tersebut, tetapi meningkatkan kalau kualitas ancaman, atau demi lembaga. berani menghadapi sejumlah resiko yang 2. Memiliki Kecerdasan Intelektual & Emosional Kecerdasan intelektual merupakan pemikiran yang bersifat intelegensia, maka kemampuan berfikir seseorang yang bertujuan untuk mencapai dan mengasah kepekaan hati, agar dapat memperjuangkan suatu tujuan. Semakin membaca situasi dan kondisi serta mampu cerdas seorang pemimpin, akan semakin mengendalikan diri. Pemuda harus mampu mudah menetapkan dan mewujudkan visi, mencerna dan memaknai setiap fenomena misi, dan tujuan. yang bersentuhan dengan masalah emosi Pemuda, dituntut untuk memiliki kecerdasan emosional. seorang pemuda hendaknya mampu dan perasaan, baik perasaan diri sendiri, Kecerdasan seperti takut, marah, iri, dan jengkel emosional, Semiawan (1984) mengatakan maupun perasaan orang lain. Melalui kemampuan membaca pikiran sendiri dan kecerdasan emosional ini, seorang pemuda pikiran dapat akan lebih memiliki sensitivitas yang menempatkan diri dalam situasi orang lain tinggi terhadap perasaan dan perhatian dan sekaligus dapat mengendalikan dirinya orang lain serta dapat mengadaptasi sendiri. perspektif orang lain, sehingga Berdasarkan pengertian tersebut bahwa kecerdasan emosional esensinya mereka, mengapresiasikan berbagai perbedaan cara pandang orang dalam mencermati sesuatu. lebih menekankan perasaan hati ketimbang 3. Memiliki Kecerdasan Enterpreneur Kecerdasan dimaknai sebagai mengubah nasib enterpreneur dapat adalah (a) kemampuan untuk diinginkan, sendiri, dengan mengetahui memiliki apa cita-cita yang secara realistis, (b) teliti, kreatif dan berimajinasi membangun diri sendiri, melalui usaha- positif, usaha dan kesempatan, siap dan mampu berkompetisi melakukan perbaikan serta perubahan ke serta memiliki gairah kerja yang tinggi, (d) arah hal mampu memotivasi diri dan mampu (1974), menciptakan inisiatif secara realistis, (e) yang bersifat kemajuan. tersebut simultan Sejalan Sumahamijaya dengan mengemukakan ciri-ciri pemimpin yang memiliki karakteristik enterpreneur, memiliki (c) mampu disiplin yang menciptakan tinggi & mensyukuri kondisi yang ada, (f) mampu Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 10 menolong diri sendiri dan orang lain, (g) pihak lain, (j) Tekun atau ulet dalam bersedia bekerja keras, hidup hemat dan melaksanakan pekerjaan, (k) memiliki mau serta mampu menarik pelajaran dari kepribadian sebuah kesalahan, (h) berani mengambil memelihara kesehatan diri. (i) memiliki resiko, (i) memiliki kepercayaan diri yang sikap mental yang baik. yang baik serta mampu tinggi seraya membina kerja sama dengan 4. Memiliki Kecerdasan dalam Mengambil Keputusan Pengambilan keputusan dimaknai upaya untuk memilih atau menentukan pemimpin dalam melakukan interaksi atau hubungan dengan lingkungannya. sesuatu dari beberapa alternatif yang ada. Kearifan seorang pemimpin akan Jadi, dalam perspektif teori organisasi, diuji, apakah keputusan yang diambil pengambilan keputusan dianggap sebagai memiliki akseptabilitas atau tidak. Melalui inti dari kepemimpinan. kecerdasan sosial ini, seorang pemuda atau konteks pemimpin diharapkan mampu melahirkan pengambilan keputusan dituntut, tidak suatu keputusan yang dapat diterima oleh hanya memiliki kecerdasan intelektual dan lingkungan atau pihak-pihak yang terkait emosional saja tetapi harus memiliki untuk menerima dampak dari keputusan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial yang tersebut. Pemimpin dalam dimaksud adalah kemampuan seorang 5. Memiliki Integritas dan Moralitas Seorang pemuda yang berkualitas baik norma atau aturan yang ditetapkan dituntut untuk memiliki integritas atau oleh kelembagaan pemerintah maupun kepribadian serta moralitas yang baik. Jadi lembaga lain persoalan integritas dan dalam konteks kepemimpinan, kedua hal moralitas, tidak hanya berdampak pada tersebut sangat penting karena persoalan kredibilitas pemuda secara individu, tetapi integritas dan moralitas akan bersentuhan akan dengan perilaku, norma-norma dan aturan, institusi kepemudaan secara kelembagaan. 6. berimplikasi pada kredibilitas Tangguh dan Konsisten Pemuda yang berkualitas harus memiliki karakter tangguh, artinya yang menanti di hadapan pemuda tidak mungkin dapat diwujudkan begitu saja. memiliki ketahanan fisik maupun mental, Perjuangan menanti sehingga yang bersangkutan tidak cepat menterjemahkan visi, misi, dan tujuan menyerah, putus asa, atau prustrasi, Harus yang dihiasi dengan sejumlah tantangan, disadari sepenuhnya bahwa, tugas besar kendala bahkan ancaman yang tidak Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan untuk 11 ringan. Ketangguhan seorang pemuda pandangannya mutlak rasional diperlukan. konsisten dalam Pemuda menjaga pandangannya, sejauh harus sikap sikap tersebut benar-benar dan dapat dan dipertanggungjawabkan, dan diharapkan dan selalu berpihak kepada yang lemah. G. PERANAN PEMUDA DALAM ORGANISASI Pemuda adalah harapan dan tulang Pemuda berperan secara alamiah, punggung negara yang dapat melakukan yakni peran kepemimpinan dan komitmennya tanggung menjaga jawab dalam persatuan dan dalam masyarakat. dan keberpihakan kepada masyarakat. memfokuskan Terkait penyusunan pemuda untuk dan menggerakkan potensi dan sumber daya yang ada pada kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, dengan hal tersebut kepeloporan Kalau kita ingin pembicaraan, strategi dan mengenai peran pembangunan, maka sebagai agen perubahan (Agent of Change) pemuda dan agen kontrol sosial (Agent of Social konteksnya Control), agar hal ini terealisasi dapat kepemimpinan. Jadi, untuk meningkatkan dilakukan melalui ormas sarana dan arena peran belajar,bereksperimen berlatih pemuda harus membangun kepeloporan menjadi Agent of Change dan Agent of dan kepemimpinannya. Terkait dengan hal Social Control. dengan tersebut beberapa pengertian yang perlu demikian, para pemuda sebagai generasi mendapat perhatian ada tiga aspek yaitu penerus harus aktif dan mau terlibat dalam membangun organisasi kepemudaan, organisasi profesi, kemampuannya, organisasi fungsional, hal ini wadah yang Kepeloporan dan kepemimpinan berarti tepat untuk membangun kepeloporan dan berada di depan untuk diteladani oleh yang kepemimpinan yang diharapkan. dipimpinnya Pemuda dan Sehingga memiliki kepeloporan dalam adalah pemuda masyarakat. kepeloporan dalam dan pembangunan, semangatnya, dan atau pengalamannya. panutan bagi Kepeloporan jelas yang tinggi, hal ini sesuai dengan apa yang menunjukkan diungkapkan Benedict Anderson, seorang membuka jalan, dan memulai sesuatu, Indonesianist bahwa sejarah Indonesia untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, adalah sejarah pemudanya. Pernyataan dipikirkan dicermati untuk dikerjakan Anderson ini tidak salah apabila dikaitkan bersama dalam mencapai tujuan. dengan sejarah panjang bangsa Indonesia, sikap Kepeloporan terpuji, merintis, ada unsur di mana pemuda menjadi aktor dari setiap menghadapi risiko, kesanggupan untuk langkah perjalanan bangsa Indonesia. memikul risiko hal ini penting dalam Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 12 setiap perjuangan, pembangunan, dan tertentu, tetapi juga membawa parameter tidak ada perjuangan yang tidak ada risiko baru yang tidak dikenal pada era resiko. Jadi dalam zaman modern ini, sebelumnya, semua sektor dan kehidupan sudah makin ketangguhan, baik mental maupun fisik, kompleks, makin penuh resiko. Hal ini dan harus berani, serta mampu mengambil sesuai dengan yang dikemukakan Giddens keputusan walaupun penuh resiko. Sifat- Modernity is a risk culture. sifat itu harus tertanam dalam diri pemuda, Modernisasi dapat dikatakan mengurangi risiko pada bidang-bidang untuk itulah diperlukan karena tugas yang diembannya penuh tantangan dan resiko. H. Peningkatan Kualitas Kinerja Pemuda Apa sesungguhnya yang akan secara kualitas maupun kuantitas sesuai diraih oleh lembaga kepemudaan, ketika dengan aspek-aspek manajerial sudah mampu dicanangkan, dimanifestasikan melalui kepemimpinan bersifat administratif, teknis, terutama pemuda apakah sudah berkualitas?. Secara manajerialnya. kelembagaan upaya membangun kualitas kepemimpinan pemuda, sesungguhnya diproyeksikan meningkatkan program kerja termasuk Kedua yang telah kontrol yang berinisiatif, hal ini mencerminkan bahwa seorang pemuda kinerja yang berkinerja tinggi harus memiliki pemuda agar berkualitas. Persoalannya, inisiatif dalam menyampaikan ide-ide peningkatan kinerja seperti apakah yang cerdas diharapkan dari seorang Pemuda?. Sudah pengembangan, penyempurnaan bahkan barang tentu membutuhkan argumentasi perubahan perubahan yang mungkin dapat dan penjelasan secara komprehensip. dilakukan. Pemuda harus cermat dan Beberapa parameter untuk terkait dengan penataan, bersikap proaktif dalam memperjuangkan mengukur peningkatan kinerja yang diraih peningkatan oleh seorang pemuda, antara lain, (1) kepemudaan secara menyeluruh. produktif, (2) berinisiatif, (3) mandiri, (4) kinerja Ketiga mandiri, kinerja seorang disiplin, (5) mampu bekerja secara efektif, pemuda (6) responsif dan (7) akuntabel. kemandiriannya Pertama produktif., organisasi dapat dicermati. dalam dari melaksanakan seorang pekerjaan, tidak tergantung kepada orang pemuda yang berkinerja tinggi memiliki lain, tetapi harus mampu menterjemahkan produktivitas kerja yang tinggi, artinya setiap mampu menghasilkan pekerjaan, baik sebelumnya. program yang dicanangkan Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 13 Keempat disiplin, seorang pemuda dilayani, baik secara internal maupun yang berkinerja tinggi akan tercermin dari eksternal. Pemuda yang berkinerja tinggi sikapnya dan disiplinnya. Disiplin yang akan tercermin dari sejauh mana ia mampu dimaksud tidak hanya terkait dengan memberikan respon yang positif terhadap persoalan kehadiran dalam bekerja, tetapi berbagai disiplin dalam melaksanakan pekerjaan, kebutuhan pihak lain yang dilayani. membuat laporan serta mengevaluasi hasil pekerjaan yang telah dilakukan. Kelima, mampu keluhan, Ketujuh mengandung bekerja kepentingan akuntabel, makna dan hal bahwa ini seorang sama pemuda yang berkinerja tinggi, akan secara efektif, hal ini dapat dilihat dari mampu menyelaraskan antara program kemampuannya ketika melakukan kerja yang telah dicanangkan, dengan kebutuhan sama dengan pihak lain, baik secara pihak internal maupun eksternal. pertanggungjawaban yang dilaporkan. Keenam responsif, responsivitas yang dimaksud lain yang dilayani serta Parameter di atas, tentunya masih adalah kemampuan sangat debatable, namun sebagai bahan dalam menangkap diskusi kiranya dapat dijadikan bahan seorang pemuda berbagai kebutuhan pihak lain dan kontemplasi. I. KEPEMIMPINAN DALAM SEBUAH ORGANISASI Pemimpin dan kepemimpinan dan Crutchfield memandang bahwa merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dengan kebaikan dari posisinya yang dapat dipisahkan secara struktural maupun khusus dalam kelompok ia berperan fungsional. Banyak muncul pengertian- sebagai agen primer untuk penentuan pengertian dan struktur kelompok, suasana kelompok, kepemimpinan, antara lain (1) pemimpin tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan adalah figur sentral yang mempersatukan aktivitas kelompok. (4) kepemimpinan kelompok, (2) sebagai suatu kemampuan menghandel keunggulan mengenai pemimpin kepemimpinan adalah seseorang atau beberapa orang lain untuk memperoleh hasil yang individu dalam kelompok, dalam proses maksimal dengan friksi sesedikit mungkin mengontrol gejala-gejala sosial, (3) Brown dan (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak kepemimpinan dapat dipisahkan dari kelompok, tetapi semangat/moral yang kreatif dan terarah boleh dipandang sebagai suatu posisi (5) dengan potensi tinggi di lapangan. Krech memiliki program/rencana dan bersama kerja pemimpin sama yang merupakan adalah besar, kekuatan individu Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan yang 14 anggota kelompok bergerak Sondang untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti. (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi yang seorang pemimpin yang efektif apabila (1) menjadi perdebatan mengenai pemimpin, seseorang secara genetika telah memiliki (1) Apakah seorang pemimpin dilahirkan bakat-bakat kepemimpinan , (2) bakat- atau ditempa?, (2) Apakah efektivitas bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan kepemimpinan seseorang dapat dialihkan melalui kesempatan untuk menduduki dari satu organisasi ke organisasi yang lain jabatan kepemimpinannya, (3) ditopang oleh seorang pemimpin yang sama? Jadi oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh pertanyaan pertama melalui pendidikan dan latihan, baik yang tersebut perrhatikan beberapa pendapat bersifat umum maupun yang menyangkut berikut : (1) ada yang berpendapat bahwa teori kepemimpinan. Muncul untuk dua menjawab pertanyaan pemimpin itu dilahirkan dengan bakat- Menjawab pertanyaan kedua dapat bakat kepemimpinannya. (2) kubu yang dirumuskan dua kategori yang harus dikaji menyatakan bahwa pemimpin dibentuk lebih jauh lagi: (1) keberhasilan seseorang dan bahwa memimpin satu organisasi dengan efektivitas kepemimpinan seseorang dapat sendirinya dapat dialihkan kepada dibentuk dan ditempa dengan memberikan kepemimpinan oleh orang yang sama di kesempatan organisasi lain, (2) keberhasilan seseorang ditempa berpendapat luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan memimpin satu mengembangkan merupakan jaminan efektivitas kepemimpinannya. memimpin organisasi tidak keberhasilannya organisasi lain. J. PERANAN PEMUDA DALAM ORMAS Kodrat Pemuda adalah melakukan peran dan komitmennya tanggung menjaga jawab persatuan dalam dan masyarakat intelektual dan ormas sebagai sarana tempat belajar, bereksperimen, dan berlatih menjadi Agent of Change Dan kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, Agent of Social Control. Sehingga dengan dan keberpihakan kepada masyarakat. demikian, pemuda harus aktif dan mau Terkait dengan hal tersebut predikat yang terlibat diberikan dan yang disandang pemuda organisasi kemasyarakatan (Ormas) untuk sebagai agen perubahan (Agent of Change) membangun dan agen kontrol sosial (Agent of Social kepemimpinan Control), kepentingan masyarakat. maka pemuda bagian dari untuk dibina di Organisasi- kepeloporan yang berpihak dan kepada Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 15 Perkembangan ilmu pengetahuan mental maupun fisik. Kalau kita cermati teknologi dan seni serta perkembangan tidak semua pemimpin berani mengambil modernitas memang mengurangi resiko resiko, tetapi pada diri pemuda harus pada terpatri bidang-bidang tertentu, tetapi daya juang, nasionalisme, membawa parameter risiko baru yang keteladanan, jujur, dan lain-lain, untuk tidak dikenal pada era sebelumnya, dengan menjalankan pembangunan yang berpihak demikian diperlukan ketangguhan, baik kepada masyarakat. K. PENUTUP Pada prinsipnya faktor menghadapi perkembangan IPTEKS, kepemimpinan merupakan inti dari proses sangat penting bagi pemuda Indonesia pengelolaan (manajemen) dalam suatu untuk meningkatkan kualitasnya, baik dari organisasi, segi iman dan takwa termasuk di lingkungan maupun IPTEKS organisasi kepemudaan. Jadi upaya untuk dengan berpegang teguh pada nilai-nilai meningkatkan budaya bangsa maupun agama. kualitas kepemimpinan (leadership) di lingkungan kepemudaan tidak dapat diabaikan. Komitmen untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan Disadari atau tidak penguasaan, pengembangan dan pendayagunaan pemuda dapat dimanifestasikan melalui IPTEKS yang tidak dilandasi, kejujuran, tindakan nyata, sehingga kinerja pemuda moralitas, etika, spiritualitas, dan lain-lain dapat terwujud. akan dapat membawa manusia atau suatu Selanjutnya, bahwa bangsa menuju penderitaan, kesengsaraan perkembangan IPTEKS banyak membantu dan kehancuran. Mengatasi hal tersebut meningkatkan kualitas dan kesejahteraan para pemuda Indonesia harus senantiasa kehidupan umat manusia di dunia. Namun berada bersamaan dengan hal tersebut penerapan kemanusian dan keagamaan yang luhur, dan pemanfaatan hasil-hasil perkembangan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu, IPTEKS telah melahirkan tuntutan dan teknologi, kesadaran baru akan pentingnya landasan menumbuhkembangkan jiwa kepeloporan, etika serta daya pikir, inovasi, kreativitas dalam suatu mempersiapkan diri menjadi pemimpin ditandai masa depan dan melahirkan generasi yang dengan berkembangnya sikap dan gaya profesionalis dalam rangka pembangunan dan moralitas negara. disadari dimensi spiritualitas dalam pembangunan Kemajuan IPTEKS di dalam dan jalur nilai-nilai seni hidup global yang glamour. Maka untuk Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan dan 16 bangsa dan negara yang berkualitas di berbagai sektor. DAFTAR PUSTAKA Bronovsky, J. 1972. The Ascent of Mean. Boston : Little Brown. Dick, W and Lou, Carey. (1990). The systematic design of instruction. Florida : Harper Collins. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departement Pendidikan Nasional. Fishbein, M dan Ajzan, Icek. (1990). Belief, attitude, intention, and behavior. New York : McGraw Hill Sumberdaya Habibie B. J. 2012. Manusia Andalan Masyarakat Madani. Makalah disampaikan pada Konvensi Nasional Penddikan Indonesia VII 2012 di Yogayakarta. Hadari, Nawawi, 2005. Manajemen Strategik, Yogyakarta : Gadjah Mada Pers. Parkhe Arvind. 1991. Interfirm Diversity, Organizational Learning, and Longevity in Global Strategic Alliances. Indiana: Indiana University. (www://jstor.org/discover) Gerakan Menyongsong Seratus Tahun Indonesia Merdeka. Makalah Disampaiakan pada Konvensi Nasional Penddikan Indonesia VII 2012 di Yogayakarta Semiawan, Conny, dkk. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta : PT. Gramedia. Slamet, Margono. 2003. Filosofi Mutu dan Penerapan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu di Perguruan Tinggi. Makalah. Jakarta : Depdikbud. Slocum, John W., Jr. dan Hellriegel, Don, 2009. Principles of Organizational Behavior, 12th Edition. Cina: SouthWestern Cengage Learning. Sutarno. 2012. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Gramedia. Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI. Jakarta : Balai Pustaka. Wiles, Raka I Dewa Gede. 2012. Pendidikan Karakter untuk 250 Juta Orang: Kimball. 1983. Democratic Supervision. New York: McGrawHill Book Company Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan 17 KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela Abstrak Kurikulum 2013 menuntut agar dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diberi kebebasan berpikir memahami masalah, membangun strategi penyelesaian masalah, mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka. Kegiatan guru dalam pembelajaran adalah melatih dan membimbing siswa berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Guru harus berupaya untuk mengorganisasikan kerjasama dalam kelompok belajar, melatih siswa berkomunikasi menggunakan grafik, diagram, skema, dan variabel. Diharapkan seluruh hasil kerja selalu dipresentasikan di depan kelas untuk menemukan berbagai konsep, hasil penyelesaian masalah, aturan serta prinsip yang ditemukan melalui proses pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya ditekankan pada satu aspek saja tetapi keseimbangan pada aspek afektif, aspek psikomotorik, dan aspek kognitif. Kata Kunci : kurikulum 2013, guru, siswa, afektif, psikomotorik, kognitif A. PENDAHULUAN Kurikulum 2013 merupakan suatu afektif, dan aspek psikomotor secara kebijakan baru pemerintah dalam bidang berimbang, sehingga pembelajaran yang pendidikan yang diharapkan mampu untuk terjadi diharapkan dapat berjalan dengan menjawab tantangan dan persoalan yang menyeimbangkan ketiga aspek tersebut, akan dihadapi oleh bangsa Indonesia ke tidak seperti yang selama ini terjadi depan. dimana pembelajaran lebih cenderung Perubahan yang mendasar pada kurikulum 2013 dibanding dengan mengutamakan aspek kognitif saja. Akibat kurikulum-kurikulum sebelumnya adalah dari konsep kurikulum 2013 itu, maka perubahan penilaian dalam pembelajaran tentunya pada pendidikannya tingkat dimana satuan implementasi harus disesuaikan dengan konsep kurikulum ini dilakukan pada tingkat kurikulum itu sendiri, sehingga penilaian satuan pendidikan mulai dari sekolah juga harus didasarkan pada ketiga aspek dasar, sekolah menengah pertama, dan tersebut sekolah menengah atas atau sekolah kognitifnya, menilai aspek afektifnya, dan menengah kejuruan. Perubahan yang lain menilai aspek psikomotoriknya. Selain itu dapat dilihat dari konsep kurikulum 2013 kurikulum 2013 juga membawa perubahan itu sendiri. besar dalam pelaksanaannya. Kurikulum diharapkan keseimbangan dalam dapat aspek hal ini memberikan kognitif, aspek yaitu Hal ini harus menilai ditunjukkan aspek dengan disediakannya buku ajar yang disusun sesuai dengan tuntutan kurikulum itu Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 18 sendiri. Artinya kurikulum 2013 itu tidak menata sekedar seharusnya hanya dokumen sebuah semata implementasinya, konsep tetapi kurikulum dan dalam bagaimana dan dilakukan apa guru yang dalam melaksanakan pembelajarannya. 2013 itu B. PEMBAHASAN 1. Pola Pikir Kurikulum 2013 Seperti yang diungkapkan sebelumnya jelas sekali terlihat adanya sebelumnya bahwa pada kurikulum 2013 pemisahan pembelajaran itu tidak hanya menekankan membentuk aspek afektif, membentuk pada aspek kognitif saja, tetapi harus aspek psikomotorik, dan pembentukan meliputi ketiga aspek. Pola pikir yang aspek menjadi rumusan dalam pembentukan menurunkan kurikulum itu adalah memandang bahwa kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta standar kompetensi lulusan diturunkan dari didik, sementara kurikulum 2004 dan kebutuhan. Berbeda kurikulum sebelumnya mata kognitif. pelajaran untuk Kurikulum mata 2013 pelajaran dari halnya dengan KTSP 2006 menurunkan kompetensi dari yaitu standar mata pelajaran. kompetensi diturnkan dari standar isi. Perbedaan pandangan ini akhirnya Pada kurikulum KBK 2004 dan yang tadinya mata pelajaran yang saling KTSP 2006 dijelaskan bahwa standar isi lepas satu dengan yang lainnya, yaitu dirumuskan mata seperti sekumpulan mata pelajaran yang pelajaran yang di dalamnya merupakan terpisah dan tidak tertata irisan dari tiap paparan standar kompetensi lulusan mata mata pelajaran menjadi mengikat semua pelajaran mata pelajaran oleh suatu kompetensi yaitu berdasarkan dirinci tujuan menjadi standar kompetensi dasar mata pelajaran. Pada kompetensi inti dari tiap tingkatan kelas. kurikulum 2013, standar isi diturunkan Pembelajaran yang terjadi akibat dari standar kompetensi lulusan melalui implementasi dari kurikulum 2013 ini kompetensi inti yang tidak terikat pada adalah adalah Pembelajaran tidak lagi mata pelajaran. Pola pikir lainnya dalam berpusat pada guru, tetapi pembelajaran kurikulum 2013 memandang bahwa semua lebih banyak berpusat pada aktivitas siswa. mata Karena pelajaran harus berkontribusi pembelajaran lebih banyak terhadap pembentukan aspek afektif, aspek berpusat psikomotorik, dan aspek kognitif pada pembelajaran tidak lagi menjadi satu arah peserta didik. Padahal pada kurikulum tetapi lebih bersifat interaktif. Kurikulum pada siswa akibatnya Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 19 2013 juga menuntut agar dalam memahami bagaimana menggunakan alat pembelajaran terjadi aktivitas aktif dan multimedia menyeldidiki dan diharapkan juga guru teknologi sebagai fasilitator dalam pembelajaran mengorganisakan siswa dalam belajarnya. dapat merancang pembelajaran agar siswa Satu hal yang sangat menarik tentang mampu kurikulum menyelesaikan permasalahan- yaitu berbagai pendidikan 2013 peralatan yang yaitu mampu siswa dalam permasalahan yang kontekstual dan nyata. belajarnya memperoleh dokumen belajar Pembelajaran yang selama ini terjadi yaitu sesuai pembelajaran yang terlalu luas yang potensinya dalam belajar, sehingga tidak mengakibatkan materi lagi siswa yang dalam tingkatan yang materi sama harus diberikan dokumen belajar diajarkan. terlalu banyak Penyampaian dengan ketertarikannya dan pengetahuan hanya merupakan sebuah yang kegiatan transfer ilmu belaka yang artinya pembagian jurusan di sekolah menengah guru hanya memindahkan pengetahuan atas yang selama ini dilakukan pada waktu saja kepada siswa tanpa memperhatikan siswa naik ke kelas XI, akan tetapi apakah tidak pembelajaran dan dokumen belajar siswa tersebut. akan diperoleh siswa pada waktu siswa Berbeda halnya dengan kurikulm 2013, tersebut duduk pertama sekali di bangku kurikulum sekolah menengah atas. Pembelajaran siswa pengetahuan memahami yang ini atau diberikan memaksa guru agar sama. Hal ini menggugurkan mengerti betul karakteristik dari siswanya. yang Materi pengetahuan yang disampaikan pengetahuan akhirnya menuntut terjadinya guru harus mampu menunjukkan perilaku pertukaran yang khas yang mampu memberdayakan dengan guru lainnya, guru dengan siswa, kaidah keterkaitan antar materi. dan siswa dengan siswa lainnya. tadinya hanya transfer pengetahuan antara ilmu guru Pembelajaran pada kurikulum 2013 juga mengharapkan agar guru dapat 2. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 Berdasarkan pola pikir kurikulum pendekatan yang dalam pendekatan ilmiah. implementasi kurikulum juga mengalami pendekatan perubahan. Perubahan ini mengakibatkan aspek antara lain: 1) Materi pembelajaran pendekatan pembelajaran yang digunakan berbasis pada fakta atau fenomena yang adalah dapat 2013, maka pembelajaran pendekatan saintifik yaitu ini dijelaskan menggunakan Kriteria menekankan dalam beberapa dengan logika atau Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 20 penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, aspek khayalan, legenda, atau dongeng semata; substansi atau materi ajar agar siswa “tahu 2) Penjelasan guru, respon siswa, dan mengapa.”. interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari menggamit transformasi substansi atau prasangka yang serta-merta, pemikiran materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”. subjektif, yang Aspek Kognitif menggamit transformasi menyimpang dari alur berpikir logis; 3) substansi atau materi ajar agar siswa “tahu Mendorong apa.”. atau penalaran dan menginspirasi siswa sikap menggamit transformasi Aspek Hasil psikomotorik akhir dari kegiatan berpikir secara kritis, analistis, dan tepat pembelajaran dalam memahami, peningkatan dan keseimbangan antara dan kemampuan untuk menjadi manusia yang mengidentifikasi, memecahkan masalah, mengaplikasikan Mendorong materi dan pembelajaran. menginspirasi siswa baik adalah diharapkannya (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan mampu berpikir hipotetik dalam melihat untuk hidup secara layak (hard skills) dari perbedaan, kesamaan, dan tautan satu siswa yang meliputi aspek kompetensi sama lain dari materi pembelajaran; 4) sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Mendorong mampu dan menginspirasi memahami, menerapkan, mengembangkan pola berpikir siswa Dimensi paedagogik modern yang dan diterapkan pada kurikulum 2013 adalah yang pendekatan ilmiah. rasional dan objektif dalam merespon pembelajaran materi pembelajaran; 5) Berbasis pada pendekatan konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat observing dipertanggungjawabkan; pembelajaran yang ini Langkah-langkah dilakukan dalam adalah. 1) kegiatan (mengamati); 2) kegiatan 6) Tujuan questioning(menanya); 3) kegiatan dirumuskan secara associating(menalar); 4) kegiatan sederhana dan jelas, namun menarik experimenting (mencoba); dan 5) kegiatan sistem penyajiannya. networking(membentuk Berdasarkan penjelasan sebelumnya yaitu, ada tiga aspek penting jejaring atau menyimpulkan. Pembelajaran yang diterapkan dalam mengakibatkan ilmu pengetahuan sebagai pembelajaran yaitu aspek afektif, aspek penggerak pembelajaran untuk semua psikomotorik, kognitif. mata pelajaran. Kegiatan siswa lebih setiap cenderung untuk mencari tahu tentang pembelajaran tidak boleh terlepas dari prinsip dan konsep ilmu pengetahuan ketiga aspek tersebut. Pada pembelajaran tersebut bukan menunggu dibberikan oleh yang Sehingga harus diperhatikan dan aspek langkah-langkah Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 21 guru, pembelajaran ini disebut dengan merubah kegiatan belajar mengajar yang discovery learning. Discovery Learning teacher oriented menjadi student oriented. adalah teori belajar yang didefinisikan Dalam Discovery Learning, hendaknya sebagai proses pembelajaran yang terjadi guru bila siswa tidak disajikan dengan materi muridnya untuk menjadi seorang problem pelajaran solver, seorang ilmuwan, ahli sejarah, atau dalam bentuk utuh, tetapi harus memberikan kesempatan diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. ahli Dalam mengaplikasikan metode Discovery disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa guru Learning pembimbing berperan dengan matematika. sebagai dituntut memberikan kegiatan untuk Bahan ajar melakukan menghimpun tidak berbagai informasi, kesempatan kepada siswa untuk belajar membandingkan, mengkategorikan, secara aktif, sebagaimana pendapat guru menganalisis, mengintegrasikan, harus mereorganisasikan bahan serta membuat dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai kesimpulan-kesimpulan. dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin 3. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Discovery Learning a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Tahap awal dalam pembelajaran ini pertanyaan, anjuran membaca buku, dan siswa dihadapkan pada sesuatu yang aktivitas belajar lainnya yang mengarah menimbulkan kebingungannya, kemudian pada dilanjutkan memberi Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk generalisasi, agar timbul keinginan dari menyediakan kondisi interaksi belajar siswa untuk menyelidiki sendiri. Selain itu yang guru membantu siswa dalam mengeksplorasi untuk sebagai pembelajarannya tidak fasilitator dengan memulai mengajukan persiapan dapat pemecahan masalah. mengembangkan dan bahan. b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Tahap kedua dari pembelajaran ini kemudian adalah guru memberi kesempatan kepada dirumuskan siswa untuk mengidentifikasi sebanyak (jawaban mungkin kejadian-kejadian dari masalah masalah) salah satunya dalam sementara dipilih bentuk atas dan hipotesis pertanyaan yang relevan dengan bahan pelajaran, Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 22 c. Data collection (Pengumpulan Data). Pada tahap ini berfungsi untuk relevan, membaca sumber belajar, menjawab pertanyaan atau membuktikan mengamati objek, wawancara dengan nara benar sumber, melakukan uji coba sendiri dan tidaknya hipotesis, dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk kegiatan lainnya yang relevan. mengumpulkan berbagai informasi yang d. Data Processing (Pengolahan Data) Menurut pengolahan Syah data (2004:244) merupakan kegiatan bacaan, wawancara, sebagainya, observasi, semuanya diolah, dan diacak, mengolah data dan informasi yang telah diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila diperoleh perlu dihitung dengan cara tertentu serta para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, ditafsirkan lalu ditafsirkan. Semua informai hasil tertentu pada tingkat kepercayaan e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara membuktikan benar cermat menurut Bruner, bertujuan agar proses untuk belajar akan berjalan dengan baik dan tidaknya kreatif jika guru memberikan kesempatan hipotesis yang ditetapkan sebelumnya kepada siswa untuk menemukan suatu dengan beberapa fenomena yang sudah konsep, teori, aturan atau pemahaman diketahui, dihubungkan dengan hasil data melalui contoh-contoh yang ia jumpai processing (Syah, 2004:244). Verification dalam kehidupannya. atau f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap menarik memperhatikan hasil verifikasi (Syah, kesimpulan adalah proses menarik sebuah 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip maka umum dan berlaku untuk semua kejadian mendasari atau masalah generalisasi/ yang sama, dirumuskan prinsip-prinsip yang generalisasi dengan 4. Model-Model Pembelajaran Pendukung Kurikulum 2013 Beberapa model pembelajaran pembelajaran itu bukan “paku mati” model yang sesuai dengan kurikulum 2013 antara yang lain 1) Model Pembelajaran Berdasarkan pembelajaran yang mengimplementasikan Masalah dan 2) Model Pembelajaran kurikulum Berbasis pembelajaran lain juga dapat digunakan Proyek. Kedua model harus dilaksanakan 2013. dalam Model-model Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 23 dengan catatan bahwa model pembelajaran tersebut menganut paham konstruktivisme. a. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah berdasarkan masalah, guru harus adalah suatu pembelajaran yang lebih mengupayakan siswa agar dapat dengan menekankan pada aspek kognitif siswa dan sendirinya mengkonstruk konsep maupun pembelajarannya berpusat kepada siswa. prinsip-prinsip Fokus pengajaran tidak begitu banyak Pembelajaran yang akan dilakukan harus pada apa yang dilakukan siswa melainkan terlebih dahulu dirancang oleh guru, dan kepada apa yang mereka pikirkan pada guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan saat melakukan pembelajaran tersebut. pembimbing. Peran guru Dalam ilmu pengetahuan. model pembelajaran dalam pembelajaran ini melibatkan presentasi dan berdasarkan penjelasan sesuatu hal kepada siswa, instruction) ditekankan bahwa namun pada intinya dalam pembelajaran pembelajaran dikendalikan dengan berdasarkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran terkadang sebagai masalah pembimbing guru berperan dan fasilitator berdasarkan masalah masalah (problem-based dimulai dengan sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah, dan masalah yang memecahkan masalah dengan cara mereka diajukan kepada siswa harus mampu sendiri. memberikan informasi (pengetahuan) baru Model pembelajaran berdasarkan sehingga siswa memperoleh pengetahuan lebih baru sebelum mereka dapat memecahkan menekankan pada aspek kognitif siswa. masalah itu. Dalam pembelajaran yang Pembelajaran diawali dengan memberikan dilakukan tujuannya bukan hanya mencari masalah. Masalah yang diajukan dalam jawaban tunggal yang benar, tapi lebih dari pembelajaran masalah itu siswa harus dapat menginterpretasikan haruslah bersifat top-down artinya diawali masalah yang diberikan, mengumpulkan dengan informasi yang penting, mengidentifikasi masalah, pembelajarannya berdasarkan masalah yang kompleks, dilanjutkan dengan masalah-masalah yang kemungkinan spesifik dengan maksud mencari solusi mengevaluasi masalah kesimpulan. kompleks tersebut. Dalam pemecahan pilihan, dan masalah, menarik pembelajaran dengan model pembelajaran b. Peran guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah Dalam konsep dan mengajarkan prinsip-prinsip konsepmateri pelajaran, guru harus mengilustrasikannya dalam beberapa cara. Dalam Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 24 penyampaiannya dimulai dari ilustrasi lebih kritis dibanding kelas tradisional masalah dengan yang berpusat pada guru. Disamping kehidupan siswa, memilih kata-kata dalam menyajikan pengetahuan bagi siswa, guru percakapan dipahami, dalam pembelajaran berdasarkan masalah memilih simbol-simbol, gambar-gambar, harus melibatkan siswa dalam menyusun atau objek nyata. Hal lain yang perlu informasi dan penggunaan pengetahuan dilakukan adalah memberi kesempatan mereka dalam pemecahan masalah nyata yang yang dekat mudah pada siswa memikirkan, menelaah apa saja yang terkandung dalam konsep dan Guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah harus merancang dan prinsip. Gardner (dalam James Hiebert, mengatur 1992: 66) menyatakan, “karena kerja pemahaman ilmu pengetahuan siswa yang mental tidaklah tampak, mendiskusikan memungkinkan bagaimana gagasan/informasi disusun di siswa dalam menerapkan pengetahuan dalam tingkat pada berbagai situasi masalah. Guru harus berpikir yang tinggi.” Dugaan representase memiliki kemampuan ilmu pengetahuan mental adalah suatu gagasan inti yang yang dalam/luas agar dapat melakukan hal membawa bersama-sama bekerja pada tersebut. Guru dengan kemampuan ilmu pengamatan pengetahuan otak didasarkan dari pada berbagai bidang, pembelajaran guru untuk yang terhadap memandu dangkal dalam mencakup psikologi, ilmu pengetahuan, pembelajaran linguistik, dan banyak hal. kemungkinan akan dapat membawa siswa Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, kemampuan guru mengajar harus berdasarkan masalah, pada kegagalan dalam mempelajari konsep dan prinsip ilmu pengtahuan tersebut. c. Tahapan-tahapan pembelajaran berdasarkan masalah Dalam membuat suatu rencana benar-benar dapat merangsang rasa ingin pembelajaran perlu dibuat tahapan-tahapan tahu siswa serta memotivasi siswa untuk yang akan digunakan dalam pembelajaran, dapat menjadi pebelajar yang mandiri, tujuannya adalah agar pembelajaran yang sehingga memudahkan dalam pelaksanaan akan dilaksanakan benar-benar terlaksana berbagai dengan baik dan memperoleh hasil yang pembelajaran berdasarkan masalah dan diinginkan. pencapaian tahap pembelajaran model tujuan pembelajaran yang Pembelajaran berdasarkan masalah diinginkan. Dalam pembelajaran ini guru adalah pembelajaran yang berpusat pada harus terlebih dahulu menetapkan tujuan siswa. Oleh karena itu guru harus dapat pembelajaran sehingga tujuan itu dapat merancang rencana pembelajaran yang dikomunikasikan dengan jelas kepada Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 25 siswa. Setelah guru menetapkan tujuan konsisten dengan tujuan kurikulum. kemudian guru harus merancang situasi Ibrahim dan Nur (2000: 13) masalah yang sesuai dengan materi. mengemukakan tahapan-tahapan dalam Situasi masalah yang baik seharusnya pembelajaran autentik, mengandung teka-teki, dan tidak (problem-based instruction) terdefinisikan dengan ketat, memungkinan berikut : berdasarkan masalah pada tabel kerja sama, bermakna bagi siswa, dan Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Tahap Tahap-1 Orientasi siswa kepada masalah Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan meng evaluasi proses pemecahan masalah Berdasarkan Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan tahapan-tahapan pembelajaran berdasarkan masalah yang pembelajaran berdasarkan masalah di atas melibatkan jelaslah bahwa pembelajaran berdasarkan pilihan masalah menuntut siswa menginterpretasikan lebih aktif. siswa sendiri, dalam penyelidikan memungkinkan dan siswa menjelaskan Karena dalam pembelajaran berdasarkan fenomena dunia nyata dan membangun masalah siswa dilibatkan secara langsung pemahamannya tentang fenomena itu. dalam Karena pembelajaran berdasarkan masalah penyelidikan dan menemukan penyelesaian masalah, sehingga pada terlebih dahulu memberikan masalah yang akhirnya siswa terbantu menjadi pebelajar kompleks yang otonom yang mampu membantu diri pembelajaran mereka sendiri, di dalam memecahkan pembelajaran top-down maksudnya adalah permasalahan yang dihadapinya. Selain itu pembelajaran diawali dengan pemberian kepada ini siswa maka, tergolong kepada Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 26 masalah yang kompleks, selanjutnya dalam memecahkan masalah diperoleh masalah-masalah yang lebih dengan maksud mencari solusi dari masalah tersebut. spesifik d. Pembelajaran Berbasis Proyek Proyek mendalam tentang sebuah topik dunia (Project Based Learning=PjBL) adalah nyata, hal ini akan berharga bagi atensi metoda pembelajaran yang menggunakan dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Pembelajaran proyek/kegiatan sebagai media. siswa Berbasis Proyek penilaian, memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) interpretasi, sintesis, dan informasi untuk siswa membuat keputusan tentang sebuah menghasilkan hasil kerangka kerja; 2) Adanya permasalahan belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek atau tantangan yang diajukan kepada merupakan peserta didik; 3) siswa mendesain proses melakukan eksplorasi, berbagai metode bentuk belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah untuk awal permasalahan dalam atau solusi atas tantangan yang mengumpulkan dan pengetahuan baru diajukan; 4) siswa secara kolaboratif dalam bertanggungjawab untuk mengakses dan mengintegrasikan berdasarkan menentukan pengalamannya mengelola informasi untuk memecahkan beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek permasalahan; 5) Proses evaluasi pada dijalankan secara kontinu; 6) siswa secara permasalahan komplek yang diperlukan berkala melakukan refleksi atas aktivitas siswa dalam melakukan insvestigasi dan yang sudah dijalankan; 7) Produk akhir dirancang untuk digunakan proses aktivitas belajar akan dievaluasi secara inquiry dimulai dengan memunculkan kualitatif; dan 8) Situasi pembelajaran pertanyaan penuntun (a guiding question) sangat toleran terhadap kesalahan dan dan membimbing siswa dalam sebuah perubahan. memahaminya. Melalui PjBL, proyek kolaboratif yang mengintegrasikan Peran guru dalam pembelajaran berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. berbasis Pada saat pertanyaan terjawab, secara fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara langsung siswa dapat melihat berbagai untuk mendapatkan hasil yang optimal elemen utama sekaligus berbagai prinsip sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan dalam inovasi dari siswa. sebuah disiplin yang sedang proyek sebaiknya sebagai dikajinya. PjBL merupakan investigasi e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 27 1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) With the Essential Question). dengan membimbing siswa ketika mereka pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan membuat cara yang tidak berhubungan yang dapat memberi penugasan siswa dengan proyek, dan (5) meminta siswa dalam untuk membuat penjelasan (alasan) Pembelajaran dimulai melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai tentang pemilihan suatu cara. 4. Memonitor siswa dan kemajuan dengan sebuah investigasi mendalam. proyek (Monitor the Students and the Pengajar berusaha agar topik yang Progress of the Project) diangkat relevan untuk para peserta Guru didik. melakukan monitor terhadap aktivitas 2. Mendesain Perencanaan Proyek dilakukan untuk siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara (Design a Plan for the Project. Perencanaan bertanggungjawab secara menfasilitasi siswa pada setiap roses. kolaboratif antara pengajar dan peserta Dengan kata lain pengajar berperan didik. siswa menjadi mentor bagi aktivitas peserta diharapkan akan merasa “memiliki” didik. Agar mempermudah proses atas proyek tersebut. Perencanaan monitoring, dibuat sebuah rubrik yang berisi tentang aturan main, pemilihan dapat merekam keseluruhan aktivitas aktivitas yang penting. Dengan yang emikian dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan 5. Menguji Hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu berbagai subjek yang mungkin, serta pengajar dalam mengetahui alat dan bahan yang dapat ketercapaian standar, berperan dalam diakses untuk membantu penyelesaian mengevaluasi proyek. masing peserta didik, memberi umpan kemajuan mengukur masing- 3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule) balik tentang tingkat pemahaman yang Pengajar dan siswa secara kolaboratif sudah dicapai peserta didik, membantu menyusun pengajar dalam menyusun strategi jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, pembelajaran berikutnya. 6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience) (2) membuat deadline penyelesaian Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 28 Pada akhir proses pembelajaran, menyelesaikan proyek. Pengajar dan pengajar dan siswa melakukan refleksi siswa mengembangkan diskusi dalam terhadap aktivitas dan hasil proyek rangka memperbaiki kinerja selama yang sudah dijalankan. Proses refleksi proses pembelajaran, sehingga pada dilakukan individu akhirnya ditemukan suatu temuan baru maupun kelompok. Pada tahap ini untuk menjawab permasalahan yang siswa diminta untuk mengungkapkan diajukan perasaan dan pengalamanya selama pembelajaran. baik secara pada tahap pertama C. PENUTUP Kompetensi yang dituntut oleh kurikulum 2013 tergambar pada alat las untuk menyambung pipa, dan sebagainya. kompetensi inti dan kompetensi dasar yang digariskan dalam menteri. dicapai melalui latihan berulang-ulang. Dalam pembelajaran keseimbangan aspek Dalam hal ini guru perlu merancang afektif yaitu aspek sikap. Sikap merupakan pembelajaran pembawaan yang dapat dipelajari, dan aspek dapat mempengaruhi perilaku seseorang diharapkan terhadap suatu objek. Sikap merupakan keseluruhan keterampilan siswa tersebut. kecenderungan untuk merespons suatu Aspek yang terakhir yang tidak dapat stimulus berdasarkan penilaian terhadap dilupakan adalah aspek kognitif. Aspek ini stimulus tersebut. Respons tersebut dapat meliputi kecakapan untuk mengelola dan bersifat positif dapat pula bersifat negatif. mengembangkan proses berpikir dengan Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat cara merekam, membuat analisis dan menumbuhkan respons dalam sintesis. Pengaturan pada proses-proses pembentukan sikap Aspek yang mengaktifkan dan memodifikasi keterampilan proses belajar sangat diharapkan dapat motorik yang tidak hanya mencakup diatur guru dan dilaksanakan guru dalam kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga pembelajaran. psikomotorik positif siswa. merupakan kegiatan-kegiatan digabungkan peraturan Keterampilan motorik paling baik motorik dengan yang psikomotorik dapat dapat membentuk siswa sehingga memperbaiki yang keterampilan intelektual, misal dapat menulis, membaca, menggunakan mikroskop untuk mengamati bakteri tertentu, menggunakan Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 29 DAFTAR PUSTAKA Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta, kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bornok Sinaga, dkk (2013). Buku Petunjuk Guru untuk Kelas X SMA, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hiebert, James (1992). Instruction and Teaching With Understanding. Macmillan, Publishing Company. Ibrahim, Muslimin dan Nur, Mohamad, (2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya, UnesaUniversity Press Sinambela, Pardomuan (2006) Keefektifan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika untuk Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2 Rantau Selatan, Sumatera Utara Tesis: Magister Pendidikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya. Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Intidaiyah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 68 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 71 tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Pedoman Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 tentanng Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013 30 PENINGKATAN KOMITMEN ORGANISASI KEPALA SEKOLAH EFEKTIF PADA ERA GLOBALISASI Paningkat Siburian Abstrak Komitmen organisasi kepala Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas pada organisasi yang dipimpinnya perlu ditingkatkan secara terus – menerus agar mereka mau melaksanakan setiap program pendidikan dengan sebaik – baiknya, sehingga tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien. Model Integrasi Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi. Peningkatan komitmen organisasi kepala SMK dapat dilakukan melalui pengabadian budaya organisasi. Pengabadian budaya organisasi terdiri atas dua proses, yaitu: sosialisasi dan internalisasi. Jadi, kedua proses pengabadian budaya organisasi tersebut sangat diperlukan untuk menjadikan kepala SMK memiliki komitmen organisasi yang diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Kata Kunci : Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Kepala Sekolah. A. PENDAHULUAN Implementasi Kurikulum 2013 dalam memimpin guru melakukan yang diharapkan dapat memberikan bekal pembelajaran yang dapat menumbuhkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi kemampuan peserta didik berpikir kritis, peserta didik ditentukan oleh berbagai kreatif, dan inovatif, sehingga memiliki faktor, baik faktor sosial maupun faktor pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang nonsosisal. dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Menteri Sehubungan Pendidikan dengan dan itu, Kebudayaan Hechinger dalam Direktorat Tenaga (http://www.poskotanews.com/2013/09/01 Kependidikan (2007: 6) mengemukakan /mendikbud-optimis-bisa-laksanakan- bahwa naik atau turunnya kualitas sekolah kurikulum-2013) mengemukakan bahwa sangat tergantung kepada kualitas kepala untuk sekolahnya. menyukseskan Kurikulum berbagai kualitas 2013 faktor, guru, pendukung, sekolah sangat seperti sarana penguatan serta implementasi peran dan Jadi, kepala sekolah ditentukan merupakan orang kunci dalam menentukan peningkatan keberhasilan sekolah, sehingga mereka prasarana manajemen pemerintah di dan kalangan peduli dunia pendidikan. Kepala sekolah sebagai manajer memiliki peran yang sangat penting di harus profesional serta memiliki komitmen organisasi yang tinggi terhadap organisasi yang dipimpinnya. Komitmen organisasi kepala sekolah sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas pada organisasi Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan yang 31 dipimpinnya perlu ditingkatkan secara bahwa komitmen organisasi merupakan terus tantangan utama pada abad XXI. menerus agar mereka mau melaksanakan setiap program pendidikan Oleh karena itu, dalam rangka dengan sebaik – baiknya, sehingga tujuan memberhasilkan pendidikan tercapai secara efektif dan nasional di Sekolah Menengah Kejuruan efisien. Sehubungan dengan itu, Peneliti (SMK), perlu dilakukan kajian tentang dalam Luthans (2006: 248) memandang peningkatan komitmen organisasi kepala sekolah efektif program pada era pendidikan globalisasi. B. PEMBAHASAN Sekolah Menengah Kejuruan bertanggung jawab. Secara khusus, dapat adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikemukakan bahwa SMK diharapkan dapat menghasilkan tenaga untuk menyiapkan peserta didik agar kerja yang dapat diandalkan sebagai faktor menjadi manusia produktif, keunggulan kompetitif dalam menghadapi mampu bekerja mandiri, persaingan global. Sehubugan dengan itu, lowongan pekerjaan yang ada di dunia dilakukan pengembangan kurikulum SMK usaha dan dunia industri sebagai tenaga yang disebut dengan Kurikulum 2013 kerja terampil tingkat menengah serta potensi, mampu mengembangkan diri di kemudian dan hari, baik secara mandiri maupun melalui serta jenjang pendidikan yang lebih tinggi. yang berpusat pada perkembangan, kepentingan kebutuhan, peserta didik lingkungannya. bertujuan kreatif, mengisi Sehubungan dengan itu, Basuki (2005: 21) Kementerian dan mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Kebudayaan (2012: 2) menjelaskan bahwa kejuruan adalah menyiapkan peserta didik kurikulum dikembangkan memasuki dunia kerja dan melanjutkan berbasis kompetensi merupakan instrumen pendidikan ke jenjang pendidikan yang untuk mengarahkan peserta didik menjadi: lebih tinggi. Pernyataan Basuki tersebut (1) manusia berkualitas yang mampu dan mengacu pada fungsi pendidikan kejuruan, proaktif menjawab tantangan zaman yang yakni menyiapkan siswa menguasai ilmu selalu berubah; (2) manusia terdidik yang pengetahuan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang sehingga mampu mengikuti, menguasai, Maha sehat, dan menyesuaikan diri dengan kemajuan berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) Iptek, dan memiliki kemampuan dasar warga 2013 Esa, negara Pendidikan yang berakhlak yang mulia, demokratis dan teknologi (Iptek), dan Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 32 untuk dapat mengembangkan diri secara terencana berkelanjutan. pendidikan agar dapat berkembang dan maju Bachtiar (Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPTK/JUR. untuk sesuai meningkatkan dengan mutu kebutuhan pembangunan dan perkembangan zaman. Peningkatan _PEND.TEKNIK_ELEKTRO/195512041 981031BACHTIAR_HASAN/PENDIDIK kepala AN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.Pdf) mewujudkan kepala sekolah efektif, yang mengemukakan untuk dapat melakukan mampu melakukan pekerjaan yang benar fungsi penyelenggaraan dengan cara yang benar. Sehubungan pendidikan kejuruan harus berlandaskan dengan kepala sekolah efektif, Direktorat filsafat pendidikan kejuruan sebagaimana Tenaga dalam teori Prosser yang menjelaskan menjelaskan bahwa sekolah kejuruan akan efektif hanya sekolah layak dinyatakan sebagai kepala jika diperkenalkan dengan situasi nyata sekolah efektif, jika menguasai jawaban untuk berpikir, berperasaan, berperilaku atas pertanyaan: (1) mengapa pendidikan seperti halnya pekerja di industri, di mana yang baik diperlukan di sekolah; (2) apa siswa akan bekerja setelah lulus. yang diperlukan untuk meningkatkan mutu tersebut, Penyelenggaraan pendidikan kejuruan membutuhkan kepala sekolah sekolah profesionalisme dilakukan Kependidikan bahwa (2007: seseorang untuk 10) kepala sekolah; dan (3) bagaimana mengelola sekolah untuk mencapai prestasi terbaik. profesional yang memiliki kepemimpinan Peranan kepala sekolah sangat efektif dan komitmen organisasi yang dominan dalam menetukan keberhasilan tinggi agar tujuannya dapat tercapai secara sekolah, sehingga kepala sekolah dituntut efektif dan efisien. Bubb dan Earley (2007: memiliki visi dan wawasan yang luas 13) “professional tentang sekolah, dan kemampuan yang development is crucial for organizational baik serta memiliki komitmen organisasi growth and school improvement”. Sesuai yang dengan pernyataan Bubb dan Earley dapat kepemimpinan yang efektif. Indonesia dikemukakan Australia menyatakan profesional bahwa bahwa sangat pengembangan penting untuk tinggi dalam Technical and melakukan Vocational Education Project (1995: 1) menetapkan pertumbuhan organisasi dan perbaikan bahwa sekolah. 83) Kejuruan (SMK) yang baik harus memiliki peningkatan kemampuan yang tinggi dan bekerja secara Mulyasa mengemukakan profesionalisme bahwa kepala (2009: sekolah Kepala Sekolah Menengah perlu penuh waktu dalam perannya sebagai: (1) dilaksanakan secara terus - menerus dan Manajer; (2) Pemimpin; (3) Administrator; Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 33 (4) Wiraswastawan; (5) Penyelia; (6) Wiyata Mandala, yakni cara memandang Pencipta sekolah sebagai lingkungan pendidikan iklim kerja; dan (7) Pendidik. Sehubungan dengan itu, Direktorat dan pembelajaran, dan bertanggung jawab Pendidikan Menengah Kejuruan (1995: 4 – penuh 10) menjelaskan indikator keberhasilan pendidikan. terhadap kepala Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu: (1) sebagai manajer harus mampu penyelenggaraan Sesuai dengan penjelasan di atas, dapat dikemukakan bahwa seseorang mengelola sumber daya manusia, fasilitas, kepala sekolah mau bekerja secara penuh dan dana untuk melaksanakan misi dan waktu mencapai tujuan sekolah; (2) sebagai terhadap penyelenggaraan pendidikan, jika pemimpin harus mampu meyakinkan dan memiliki komitmen organisasi yang tinggi menggerakkan orang lain (staf, siswa, dan terhadap masyarakat) untuk mencapai tujuan sesuai Komitmen organisasi menunjuk pada janji target; (3) sebagai administrator harus atau tanggung jawab seseorang terhadap memahami organisasinya untuk bekerja keras sesuai dan penyelenggaraan mengkoordinasikan administrasi sekolah dan bertanggung jawab penuh lembaga yang keinginan organisasi dipimpinnya. guna mencapai sesuai pedoman pengelolaan administrasi tujuan organisasi secara efektif dan efisien. sekolah, Menurut Colquitt, LePine, dan Wesson dan memberikan pelayanan bahwa “organizational administrasi yang lancar dan tepat waktu; (2009: (4) sebagai wiraswastawan harus mampu commitment is defined as desire on the menganalisis memanfaatkan part an employee to remain a member of peluang, serta menciptakan keunggulan organization.” Berdasarkan penjelasan Colquitt, kompetitif; (5) sebagai penyelia harus LePine, dan Wesson di atas dapat didefinisikan mampu bahwa peluang, mengkomunikasikan penyeliaan, program melaksanakan, menindaklanjuti hasil penyeliaan; 67) komitmen organisasi menunjuk pada dan keinginan seorang karyawan untuk tetap (6) menjadi anggota organisasi. Jadi, sebagai pencipta iklim kerja harus mampu seseorang kepala sekolah yang memiliki meyakinkan dan menggerakkan seluruh komitmen organisasi yang tinggi terhadap tenaga kependidikan dan siswa untuk organisasi sekolah yang dipimpinnya, menciptakan keindahan, tidak berkehendak meninggalkan sekolah ketertiban, keamanan, kerindangan, serta tersebut, karena merasa bahwa tujuan keakraban dan kekeluargaan; dan organisasi sesuai dengan tujuannya. Secara sebagai kebersihan, pendidik harus (7) memiliki pemahaman yang baik terhadap Wawasan rinci, Colquitt, Lepine, dan Wesson mengemukakan tiga tipe komitmen yang Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 34 membentuk komitmen secara keseluruhan berikut ini. sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1 Gambar 1. Drivers of Overall Organizational Sumber: Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behaviour. McGraw-Hill. p. 64 Improving Perfomance and Commitment in the Workplace. New York: commitment, defined as a desire to remain a member of an organizations due to a feeling of obligation.” Sehubungan dengan tipe-tipe komitmen organisasi, Colquitt, LePine, dan Wesson (2009: 68 – 69) menjelaskannya sebagai berikut: “These sorts of emotional reasons create affective commitment, defined as a desire to remain a member of an organizations due to an emotional attachment to, and involvement with, that organization. These sorts of reasons create continuance commitment, defined as a desire to remain a member of an organizations because of an awareness of the costs associated with leaving it. These sorts of reasons create normative Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukakan definisi komitmen afektif sebagai keinginan untuk tetap menjadi anggota dalam organisasi karena keterikatan emosional dan keterlibatan dengan organisasi, definisi komitmen kelanjutan sebagai keinginan untuk tetap menjadi anggota dari sebuah organisasi karena adanya kesadaran akan biaya yang terkait dengan meninggalkannya, Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan dan 35 definisi komitmen normatif sebagai Jadi, kepala sekolah yang keinginan untuk tetap menjadi anggota memiliki kemampuan yang baik untuk dari memimpin sebuah organisasi karena rasa harus dibarengi komitmen kewajiban. Selanjutnya, Prayitno (2009: organisasi yang kuat untuk berusaha keras 219) mengemukakan bahwa komitmen sesuai dapat untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah sunguh- yang dipimpinnya. Sehubungan dengan 249) pentingnya komitmen organisasi kepala diartikan sebagai melakukan sesuatu sungguh. Luthans janji dengan (2006: mengemukakan bahwa komitmen organisasi sering didefinisikan paling keinginan sekolah organisasi dalam pendidikan, dalam memberhasilkan Direktur Tenaga sebagai (1) keinginan kuat untuk tetap Kependidikan (2008: 6) mengemukakan sebagai anggota organisasi tertentu; (2) bahwa komitmen kepala sekolah terhadap keinginan untuk berusaha keras sesuai pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya keinginan organisasi; dan merupakan (3) refleksi dari kompetensi keyakinan tertentu, serta penerimaan nilai kepribadian dan kompetensi sosial yang dan tujuan organisasi. Sesuai dengan harus dimiliki kepala sekolah. hakikat komitmen organisasi sebagaimana Komitmen organisasi dipengaruhi oleh diuraikan di atas, komitmen organisasi berbagai faktor, baik faktor dalam diri kepala SMK yang ideal menunjuk kepada individu maupun faktor lingkungannya. keyakinan tertentu, serta penerimaan nilai Secara rinci, Colquitt, LePine, dan Wesson dan tujuan organisasi; keinginan yang kuat menjelaskan faktor yang mempengaruhi untuk tetap sebagai anggota organisasi; komitmen organisasi, baik secara langsung dan keinginan untuk berusaha keras sesuai maupun keinginan dibuat organisasi sekolah yang tidak pada langsung Gambar 2 sebagaimana berikut dipimpinnya. Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan ini. 36 Gambar 2. Model Integrasi Perilaku Organisasi Sumber: dapat Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behaviour. Improving Perfomance and Commitment in the Workplace. New York : McGraw-Hill. p. 8 Berdasarkan Gambar 2 di atas individual yang meliputi kepuasan kerja, diketahui mekanisme stres, motivasi, kepercayaan, keadilan, budaya etika, pembelajaran, dan pengambilan organisasi yang organisasi, dan bahwa meliputi struktur organisasi; keputusan, mekanisme kelompok yang meliputi gaya individual dan perilaku kepemimpinan, kuasa dan mempengaruhi hasil-hasil individual yang pengaruh meliputi kinerja dan komitmen organisasi. kepemimpinan, karakteristik tim; dan proses tim, karakteristik Jadi, selanjutnya tersebut Model mekanisme secara Integrasi langsung Perilaku individual yang meliputi kepribadian dan Organisasi menjelaskan bahwa budaya nilai budaya, dan kemampuan secara organisasi adalah salah satu faktor yang langsung dapat mempengaruhi komitmen organisasi. mempengaruhi mekanisme Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 37 Gibson, refleksi asumsi-asumsi yang mendasari Ivancevich, dan Donnelly (1996: 77) tentang cara kerja terbentuk, apa yang menyatakan bahwa budaya organisasi dapat diterima dan tidak dapat diterima; mengandung dan apa perilaku dan tindakan yang Sehubungan dengan itu, gabungan nilai-nilai, kepercayaan, asumsi, persepsi, norma, didorong dan dianjurkan. Penjelasan Lussier dan Mullins di kekhasan dan pola perilaku dalam suatu organisasi. Lunenburg dan Ornstein (2000: atas 60) menyatakan bahwa “the culture of an organisasi organization is all the beliefs, feelings, bagaimana anggota organisasi seharusnya behaviors, are bersikap, apa yang dapat diterima dan characteristic of an organization”. Sesuai tidak dapat diterima, dan perilaku yang dengan dan dianjurkan dalam bekerja. Jadi, budaya Ornstein di atas dapat diketahui bahwa organisasi dapat merupakan pedoman yang budaya semua berisi asumsi, nilai, dan norma yang akan dan menuntun anggota organisasi di dalam simbol yang merupakan karakteristik dari berpikir, bersikap, dan bertindak guna sebuah organisasi. Kedua pernyataan di mencapai tujuan organisasi secara efektif atas menjelaskan aspek-aspek budaya yang dan efisien. and symbols pernyataan Lunenburd organisasi kepercayaan, that perasaan, adalah perilaku, menunjukkan hakikat yang dapat Budaya meliputi nilai-nilai, kepercayaan, asumsi, budaya menuntun organisasi perlu persepsi, perasaan, perilaku, norma, dan diabadikan agar anggota organisasi dapat simbol yang merupakan ciri khas dari bekerja dengan baik mencapai tujuan suatu organisasi. Lussier (1997: 255) organisasi. Pengabadian budaya organisasi mengemukakan “organizational adalah proses yang dilakukan secara sadar culture consists of the shared values, atau tidak sadar untuk menanamkan beliefs, and assumptions of how its budaya members should behave”. Mullins (2005: organisasi agar budaya organisasi dapat 891) bahwa terus hidup dan berkembang sepanjang “organisational culture as reflecting the kehidupan organisasi. Pengabadian budaya underlying assumptions about the way organisasi terdiri atas dua proses, yaitu work is formed ; what is ‘acceptable and proses not acceptable’; and what behavior and menanamkan budaya organisasi kepada actions are encouraged and discouraged”. anggotanya (sosialisasi) Berdasarkan penjelasan Mullins dapat internalisasi budaya diketahui bahwa budaya organisasi adalah anggota organisasi untuk menyamakan bahwa mengemukakan organisasi upaya kepada anggota organisasi dan organisasi Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan untuk proses oleh 38 nilai-nilai, norma, dan kepercayaan sikap dan perilaku yang diperlukan dalam individu (anggota organisasi) dengan nilai- pencapaian nilai, norma, dan kepercayaan organisasi. pengabadian Jadi, kedua proses pengabadian budaya lembaga organisasi tersebut sangat diperlukan untuk dengan tahapan seperti pada Gambar 3 menjadikan anggota organisasi memiliki berikut ini. Mulai Seleksi calon anggota organisasi baru Cuci otak dan prakondisi membuka Ya jalan penerimaan budaya organisasi baru tujuan budaya pendidikan organisasi. organisasi dapat Proses pada dilakukan Observasi, tes, ujian, praktik, sanksi dan sebagainya Observasi, tes, ujian, praktik, sanksi dan sebagainya Lulus? Tidak Tidak Calon ditolak Lulus ? Ya Seremoni, wisuda, sumpah, baiat jadi anggota organisasi baru Selesai Penguatan melalui pemberian imbalan dan hukuman Gambar 3 Proses Pengabadian Budaya Organisasi Sumber: Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat. p. 31. Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 39 Sesuai dengan Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa pengabadian diberi sanksi bagi yang gagal. Bagi calon budaya organisasi diawali seleksi para yang lulus diadakan seremoni penerimaan calon anggota organisasi baru untuk anggota organisasi baru yang meliputi mendapatkan yang pengucapan sumpah dan pelantikan, dan memenuhi persyaratan norma, nilai, kode mereka mempunyai hak dan kewajiaban etik, dan harapan dari budaya organisasi. sebagai Calon tidak lulus ditolak, sedang calon memperkuat dan melanggengkan budaya lulus diterima memasuki kegiatan lanjutan organisasi, bagi anggota organisasi yang mencuci otak agar meninggalkan pola berperilaku sesuai dengan norma, nilai, pikir, norma, dan nilai-nilai yang ada dan asumsi serta berjasa bagi organisasi dalam dirinya. Selanjutnya, dilakukan diberi sosialisasi dan difusi budaya organisasi, di sedangkan bagi anggota organisasi yang mana calon anggota baru diperkenalkan, perilakunya tidak sesuai, diberi hukuman. dijelaskan, proses indoktrinasi, dan pelatihan dievaluasi, dan calon dan anggota dirembesi budaya anggota organisasi. penghargaan dan Untuk imbalan, Berdasarkan kajian teori dapat organisasi melalui orientasi, indoktrinasi, dikemukakan dan pelatihan. Selain itu, calon anggota komitmen organisasi kepala SMK dapat baru dan dilakukan melalui berperilaku serta manfaatnya bagi dirinya organisasi atau dan organisasi. diajari bagaimana organisasi. berpikir Hasil orientasi, bahwa peningkatan penguatan budaya pengabadian budaya C. PENUTUP Komitmen organisasi kepala untuk mencapai tujuan pendidikan secara SMK adalah salah satu faktor yang dapat efektif dan efisien. Oleh karena itu, upaya memberhasilkan peningkatan komitmen organisasi kepala pencapaian tujuan sekolah melalui implementasi Kurikulum SMK 2013. Kepala SMK sebagai manajer harus memberhasilkan program pendidikan agar memiliki komitmen organisasi yang tinggi lulusan lembaga tersebut dapat menjadi agar mau bekerja secara penuh waktu dan tenaga bertanggungjawab sebagai penyelenggaraan penuh terhadap pendidikan sangat kerja faktor diperlukan yang dalam dapat diandalkan keunggulan kompetitif yang dalam menghadapi persaingan global. dilakukan melalui proses perencanaan, Peningkatan komitmen organisasi dapat pengorganisasian, dilakukan melalui kegiatan penguatan pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan budaya organisasi kepala Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan SMK 40 DAFTAR PUSTAKA Bachtiar Hasan. 2009. Arti dan Tujuan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPT K/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKT RO/195512041981031BACHTIAR_HASAN/PENDIDIK AN_KEJURUAN_DI_INDONESI A.Pdf), p.5 diakses 27 Maret 2012 Basuki Wibawa. 2005. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan .Manajemen dan Implementasinya di Era Otonomi . Surabaya: Kerta Jaya Duta Media Bubb, Sara and Peter Earley. 2007. Leading and Managing Continuing Professional Development . London: Paul Chapman Publishing Colquitt, Jason A., Jeffery A.Le Pine, dan Michael J.Wesson. 2009. Organizational Behavior. Improving Performance And Comitment In the Workplace. New York: McGraw-Hill International Edition Direktorat Pendidikan Kejuruan. 1995. Keberhasilan Kepala Menengah Kejuruan Direktorat Pendidikan Kejuruan Menengah Indikator Sekolah . Jakarta: Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. 2007. Kepemimpinan Pendidikan Persekolahan yang Efektif . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktur Tenaga Kependidikan 2008. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Yuwono, ANDI et. al., Yogyakarta: Gibson, James L., John. M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, 1996. Organisasi. Terj. Nunuk Adiarni . Jakarta: Binarupa Aksara Indonesia Australia Technical and Vocational Education Project. 1995. Profil Kepala Sekolah Menengah Kejuruan . Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 1995), p. 1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Lunenburg, Fred C dan Allan C. Ornstein 2000. Educational Administration. Concepts and Practices . Belmont: Wadsworth Lussier, Robert N. 1997. Management. Concepts. Applications. Skill Development . Ohio: SouthWestern College Publishing Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Mendikbud Optimis, Bisa Laksanakan Kurukulum 2013. http://www.poskotanews.com/2013 /09/01/mendikbud-optimis-bisalaksanakan-kurikulum-2013/ diakses tanggal 5 September 2013). Mullins, Laurie J. 2005. Management and Organisational Behaviour. London: Prentice Hall Mulyasa, E. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional . Bandung: Remaja Rosdakarya Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Gramedia Fred Luthans . 2006. Perilaku Organisasi. Terjemahan Vivin Andhika Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 41 PENINGKATAN KUALITAS BERNALAR MAHASISWA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH Wanapri Pangaribuan Jongga Manullang Abstrak Kualitas bernalar mahasiswa dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya berdasarkan teori pembelajaran Piaget, Bruner, Bloom, Gagne, dan Marzano. Kemampuan bernalar tingkat tinggi sangat menentukan kualitas karya ilmiah mahasiswa, khususnya karya ilmiah dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Kata Kunci: Kualitas Bernalar, Karya Ilmiah A. Pendahuluan Penerapan baru dalam teknologi ilmu industri menyebabkan penemuan-penemuan pengetahuan dalam terjadinya perubahan-perubahan dan yang sangat ketat, tidak ada pilihan lain, kecuali menyolok akselerasi memasuki revolusi industri I, II, III, dan ke dalam banyak ketertinggalan yang mampu IV (Alisyahbana, 1986: 14). Indonesia pengalaman melanjutkan penjajahan pada tahun sebelum diplokamirkannya kemerdekaan yang RI tahun 1945. Teknologi maju yang melipatgandakan kemampuan otot belum ditawarkan negara maju dengan berbagai selesai bahkan belum dimulai di satu kecanggihan daerah, namun di daerah-daerah lain Indonesia yang konsumtif, tergantung dan seperti di daerah yang berada di negara tidak reatif maupun inovatif (Habibie, maju telah terjadi revolusi industri II yang 2012: 2-3). Lebih lanjut dikatakan bahwa melipatgandakan kemampuan otak, dan dengan diimpornya berbagai produk dari juga telah mempersiapkan diri untuk negara maju, terselubung “jam kerja” yang memasuki dibiayai Revolusi revolusi daerah masyarakat bahkan negara. di turut membentuk nyata mengakibatkan berpartisipasi kehidupan kehidupan manusia. Akselerasi perubahan tersebut harus industri I industri III yang menjadikan rakyat masyarakat Indonesia untuk melipatgandakan kemampuan informasi mengembangkan (Pangaribuan, 1989:1-2). teknologi, proses pendidikan, dan proses Indonesia ketertingalan terjaminnya tersebut, mengalami namun kesejahteraan ilmu pengetahuan, pembudayaan masyarakat lain. Masyarakat demi lain terus berkembang tetapi masyarakat rakyat Indonesia tidak mendapatkan kesempatan Indonesia dalam kompetisi ekonomi dunia 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 42 untuk berkembang karena tidak memperoleh pembinaan yang dibutuhkan. Indonesia harus memegang peran penting dalam persaingan global. Kebijaksanaan membangun dibangun dari sumber daya manusia yang handal, yaitu kemampuan bernalar yang tinggi dan baik manusia kemampuan serta karakter yang kokoh. Tuntutan era berpikir tinggi, keratif, inovatif, dan globalisasi pada masyarakat persekolahan bermental Perkembangan tidak cukup hanya memiliki pengetahuan, mentalitas sangat menentukan kemajuan keterampilan dan teknologi akan tetapi sumber daya manusia suatu negara (Raka, yang sangat mendasar adalah kemampuan 2012:4). harus bernalar yang tinggi dan berkarakter. disiapkan sehingga hidup menantang di Kemampuan bernalar yang tinggi dan dalam “knowledge based society” yaitu berkarakter membangun manusia yang masyarakat berbasis pengetahuan pada hidup dengan bijaksana. Kehidupan yang abad ke-21 (Tilaar, 2012:3). Masyarakat bijaksana membangun keberuntungan dan dunia saat ini memasuki era kebijaksanaan kemudahan-kemudahan (Covey, kesejahteraan. Orang yang bijaksana hidup yang memiliki yang baik. Manusia Indonesia 2005:22-23). Kebijaksanaan dengan pola serta berpikir tingkat tinggi. B. Hakikat Penalaran Segala sesuatu yang terjadi di hakiki (Timpe, 1987: 1-5). Penalaran alam ini adalah mengikuti hukum sebab- adalah proses berpikir yang bersifat logis, akibat. Fenomena alam selalu disebabkan sistematis, dan dapat diuji secara logika. oleh sejumlah faktor fenomena alam Penalaran terdiri dari penalaran deduksi, lainnya. Alam merupakan sistem yang penalaran membangun yang Penalaran deduksi terdiri dari silogisme saling berpangaruh yang mengikuti hukum dan entimen; sedangkan penalaran induktif sebab-akibat terdiri dari generalisasi dan analogi. fenomena-fenomena tersebut. Pemahaman terhadap fenomena didasari oleh penalaran yang baik. induksi (Wildan, 2012). Penalaran deduksi bertolak dari proposisi atau fenomena umum menjadi Penalaran harus dipicu oleh proposisi atau fenomena khusus dan khayalan, khayalan diproses secara sistematis dengan proses yang Penalaran induksi bertolak dari proposisi berkelanjutan berbasis hubungan sebab atau fenomena khusus menuju proposisi selanjutnya menarik kesimpulan. akibat dari semua para meter objek yang 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 43 (fenomena) umum dan selanjutnya menarik kesimpulan. penarikan kesimpulan secara deduktif. disusun dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme adalah rangkaian Silogisme adalah suatu proses Silogisme (pernyataan) dari dua tiga buah pendapat, yang terdiri dari dua pendapat dan satu kesimpulan. proposi Contoh (Sinambela, 2012: 17): Premis I: Kalau kakeknya datang dari kampung, Orlando sangat senang. Premis II: Dari kampung kakeknya datang dan menginap di rumah Orlando. Konklusi: Orlando senang. Entimen adalah penalaran deduksi khusus dari beberapa pendapat khusus secara langsung. Dan dapat dikatakan pula yang lain, dengan cara membandingkan silogisme premisnya dihilangkan atau situasi yang satu dengan yang sebelumnya. tidak diucapkan karena sudah sama-sama Kesamaan diketahui. Contohnya: kelelawar adalah diimplmentasikan pada persoalan yang binatang bersayap yang mencari makan secara sepintas tidak mungkin dilakukan pada malam hari. Keimpulannya adalah akan tetapi sebenarnya dapat dilakukan. bahwa kelelawar beristirahat pada siang hari. tersebut dapat Satu persoalan sebagai contoh. Kerupuk lebar yang renyah akan Generalisasi adalah pernyataan dimasukkan ke sebuah botol yang akan yang berlaku umum untuk semua atau dikirim ke satu tempat dengan harapan sebagian kerupuk besar gejala yang diminati tetap lebar dan renyah. generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, Permasalahan adalah kerupuk tersebut jika bukan rincian. Pengembangan karangan, dimasukkan ke dalam botol akan hancur generalisasi fakta, karena mulut botol terlalu kecil dibanding karakteristik- dengan lebar kerupuk. Dapatkah dilakukan kecenderungan ?. Dengan menggunakan analogis dapat contoh, dibuktikan data karakteristik khusus, statistik, khusus, fenomena dengan khusus. Contoh dilakukan. Seandainya kerupuk tersebut generalisasi: Orang yang ditinggal kekasih elastis seperti daun talas, maka kerupuk yang sangat disayangi pasti bersedih. tidak akan hancur dan tetap dapat dikirim Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak ke tujuan dengan kondisi yang diharapkan. persamaanya. (Analoginya adalah elastisitas daun talas). Kesimpulan yang diambil dengan jalan Langkah selanjutnya adalah bagaimana analogi, yakni kesimpulan dari pendapat membuat kerupak yang elastis ketika 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 44 dimasukkan ke dalam botol hingga berkelanjutan. Pada gambar berikut dikeluarkan dan akan mengeras renyah ditampilkan penalaran deduktif dan relasi setelah beberapa saat dikeluarkan dari yang botol. kesimpulan menjadi tren dalam penarikan sementara. Penalaran deduksi dan induksi dapat dilakukan berurutan dan preposisi Konsep Konsep teori Variabel Variabe l hipotesis Defenisi Operasional Penarikan Defenisi Operasiona kesimpulan analisis data menyimpulkan ada tidaknya adalah pengaruh berdasarkan hasil analisis data. Hasil fenomena berdasarkan gambar di atas atau hubungan antara dua (variabel). Pengambilan kesimpulan dari dua atu lebih preposisi dapat bersyarat. Misalkan, Premis I: Yang disebut mahasiswa Unimed adalah mahasiswa yang terdaftar di buku induk mahasiswa. Premis II: Yang disebut mahasiswa Unimed adalah mahasiswa yang masih aktif kuliah. Premis III: Setiap mahasiswa wajib mengikuti peraturan dan tata tertib Unimed. Premis IV: Budi adalah mahasiswa. Konklusi: Budi terdaftar di buku induk dan masih aktif kuliah serta mengikuti peraturan dan tata tertib Unimed. C. Penalaran berbasis Taxonomi Bloom dan Taxonomi Anderson Penalaran berada dalam ranah Anderson kognitif. Penalaran dalam ranah kognitif memahami, menurut menganalisis, Bloom menyangkut ingatan, pemahaman, palikasi, analisis, sintesa dan terdiri dari mengingat, mengaplikasikan, mengevaluasi, dan mengkreasikan. Penalaran tingkat tinggi berdasarkan taxonomi Bloom meliputi evaluasi, sedangkan penalaran menurut 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 45 analisis, sintesa, dan evaluasi. Penalaran tingkat tinggi berdasarkan taxonomi Bloom memberikan kata kerja operasional dan pertanyaan dalam Anderson meliputi analisis, evaluasi, dan penalaran tingkat rendah dan tingkat tinggi kreasi. sebagai berikut: (Kristinandjerry, 2012). Level 1, Knowledge 8. Complete the solution for . 1. What is the definition for ? 9. Use the technique of to solve the 2. Trace the pattern . problem. 3. Review the facts . Level 4, Analysis 4. Name the characteristics of . 1. What are the component parts of ? 5. List the steps for . 2. Which steps are important in the process Level 2, Comprehension of ? 1. Tell why these ideas are similar. 3. If , then . 2. In your own words retell the story of . 4. What other conclusions can you reach 3. Classify these concepts. about that have not been mentioned? 4. Relate how these ideas are different. 5. The difference between the fact and the 5. What happened after ? hypothesis is . 6. Tell some examples. 6. The solution would be to . 7. Make a model of . 7. What is the relationship between and ? 8. Take notes on . 8. What is the pattern of ? 9. Draw a picture to . 9. How would you make a ? 10. Give the proper sequence for . 10. Which material is the most valuable in 11. If A is related to B, then X is related to enabling to ? . Level 5, Synthesis 12. Act out what happened . 1. Create a model that shows your new Level 3, Application ideas. 1. Graph the data. 2. Devise an original plan or experiment 2. Demonstrate the way to . for. 3. Which one is most like ? 3. Finish the incomplete. 4. Practice . 4. Make a hypothesis about. 5. Act out the way a person would . 5. Change so that it will. 6. Use whatever means necessary to . 6. Propose a method to. 7. Calculate the . 7. Prescribe a new way to. 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 46 8. Give a book a new title. 3. Grade or rank the . 9. Speculate on questions that experts in 4. What do you think will be the outcome the field need to answer to solve the ? problem of 5. What solution do you favor and why? Level 6, Evaluation 6. Which systems are best? Worst? 1. In your opinion. 7. Rate the relative value of these ideas to . 2. Appraise the chances for . D. Upaya Peningkatan Kualitas Penalaran Peningkatan penting penalaran dilakukan bagi sangat memanipulasi simbol secara sistematis. gnerasi Bruner mengatakan bahwa peningkatan muda. Kemampuan bernalar berbanding bernalar lurus secara signifikan dengan prestasi melakukan inkuiri dan discoveri, penalaran belajar fisika (Panggabean, 2011:67-76). induktif, dan motivasi intrinsik. Semakin bernalar mengatakan peningkatan penalaran dapat semakin tinggi prestasi belajar. Berbagai dilakukan dengan pelatihan berpikir dari teori hal-hal yang sederhana ke hal yang tinggi dalam kemampuan peningkatan kemampuan dilakukan melalui keaktivan Gagne berpikir diantaranya teori Piaget, Bruner, kompleks Bloom, Gagne, dan Marzano (King, 2012: mengungkap 19-21). sebagai mana ditampilkan pada tabel Gagne mengatakan melatih berpikir operasional, berpikir logis, dan berikut dan abtrak. dimensi-dimensi (King, Marzano beripir 2012: 22): Tabel : Dimensi, Konsep, dan Elemen Berpikir Dimension Metacognition Concept Knowledge and self Element Commitment, attitudes, attention control Knowledge and control Types of knowledge inportant in metacognition, process declarative, procedural, conditional. Executive control of Evaluation, planning, regulation behavior Critical and Critical thinking Goals, disposition creative thinking Creative thinking Intense desire and preparation, internal rather than eksternal locus of evaluation, reframing ideas, 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 47 Dimension Concept Element getting away from intensive engagement to allow free-flowing throught.. Critical and creative Application. thinking Thinking Concept formation Lebels, levels processes Principle formation Cause-and-effect, correlational, probability, axiomatic, and fundamental principle Comprehension Processes, strategies Problem solving Processes, strategies Decision making Models, processes Research Describing phenomena, testing hypotheses Composition Planning, translating, reviewing Oral discourse Process, application Relationships between processes and skills Core thingking Focusing Defining problems, setting goals skill Information gathering Observing, formulating questions Remembering Encoding, recalling Organizing Comparing, classifying, ordering, representing analyzing Identifying attributes and components, relationships and patterns, main ideas, errors Generating Inferring, predicting, elaborating Integreting Summarizing, restructing evaluating Establishing criteria: a philosophical perspective. Relationship of Content areas as schema Types of schema content area dependent knowledge to Content areas as models thinking and metaphors Tasks, systems Content areas as changing Fromsimple to complex and divers, hierarchical bodies of knowledge heterarchical, mechanical to holographic, determinate to indeterminate,linier to mutual causality, assembly to morphonenesis, objective perspective. Content areas as special Conditions needed 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 48 Dimension Concept Element approaches to investigation E. Karya Ilmiah dalam Program Kreativitas Mahasiswa Program kreativitas mahasiswa berkualitas didanai oleh negara, sehingga (PKM) adalah program yang menfasilitasi dapat menjadi motivasi bagai mahasiswa. mahasiswa untuk berkarya dalam karya Jenis PKM dan tujuannya dapat dilihat ilmiah. Karya ilmiah mahasiswa yang pada Jenis PKM tabel berikut. Penjelasan umum PKM merupakan program penelitian yang bertujuan antara lain: untuk Penelitian mengidentifikasi faktor penentu mutu produk, menemukan hubungan (PKM-P) sebab-akibat antara dua atau lebih faktor, menguji cobakan sebuah bentuk atau peralatan, merumuskan metode pembelajaran, melakukan inventarisasi sumber daya, memodifikasi produk eksisting, mengidentifikasi senyawa kimia di dalam tanaman, menguji khasiat ekstrak tanaman, merumuskan teknik pemasaran, survei kesehatan anak jalanan, metode pembelajaran aksara Bali di siswa sekolah dasar, laju pertumbuhan ekonomi di sentra kerajinan Kasongan, faktor penyebab tahayul yang mewarnai perilaku masyarakat Jawa dan lain-lain kegiatan yang memiliki tujuan semacam itu. PKM berwirausaha dan berorientasi pada profit. Komoditas usaha yang Kewirausahaan dihasilkan dapat berupa barang atau jasa yang selanjutnya merupakan salah satu modal dasar mahasiswa berwirausaha dan memasuki pasar. Jadi pemeran utama berwirausaha dalam hal ini adalah mahasiswa, bukan masyarakat, ataupun mitra lainnya. PKM merupakan program bantuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam Pengabdian upaya peningkatan kinerja, membangun keterampilan usaha, penataan Masyarakat dan perbaikan lingkungan, penguatan kelembagaan masyarakat, (PKM-M) sosialisasi penggunaan obat secara rasional, pengenalan dan pemahaman aspek hukum adat, upaya penyembuhan buta aksara dan lain-lain bagi 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 49 Jenis PKM Penjelasan umum masyarakat baik formal maupun non-formal, yang sementara ini dinilai kurang produktif. Disyaratkan dalam usulan program ini adanya komitmen bekerjasama secara tertulis dari komponen masyarakat yang akan dibantu/menjadi khalayak sasaran. PKM merupakan program bantuan teknologi (mutu bahan baku, prototipe, Penerapan model, peralatan atau proses produksi, pengolahan limbah, sistem Teknologi jaminan mutu dan lain-lain) atau manajemen (pemasaran, pembukuan, (PKM-T) status usaha dan lain-lain) atau lainnya bagi industri berskala mikro atau kecil (industri rumahan, pedagang kecil atau koperasi) dan menengah yang menyangkut kepentingan masyarakat luas dan sesuai dengan kebutuhan calon mitra program. Mitra program yang dimaksud dalam hal ini adalah kelompok masyarakat yang dinilai produktif. PKM-T mewajibkan mahasiswa bertukar pikiran dengan mitra terlebih dahulu, karena produk PKM-T merupakan solusi atas persoalan prioritas mitra. Dengan demikian, di dalam usul program harus dilampirkan Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra. PKM-Karsa merupakan program penciptaan yang didasari atas karsa dan nalar Cipta mahasiswa, bersifat konstruktif serta menghasilkan suatu sistem, desain, (PKM-KC) model/barang atau prototipe dan sejenisnya. Karya cipta tersebut mungkin belum memberikan nilai kemanfaatan langsung bagi pihak lain. PKM Artikel merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari suatu Ilmiah (PKM- kegiatan mahasiswa dalam bidang pendidikan, penelitian atau pengabdian AI) kepada masyarakat yang telah dilakukannya sendiri (misalnya studi kasus, praktek lapang, KKN, PKM, magang, dan lain-lain). PKM Gagasan merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari ide atau Tertulis gagasan kelompok mahasiswa. Gagasan yang dituliskan mengacu kepada (PKM-GT) isu aktual yang ada di masyarakat dan memerlukan solusi hasil karya pikir yang cerdas dan realistik. F. PENUTUP 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 50 Peningkatan kualitas penalaran mengharapkan melalui pelatihan berbasis berbagai teori kemampuan terkait dengan kemampuan menulis karya kemampuan dan membutuhkan berpikir, berpikir tingkat terutama tinggi. ilmiah. Karya ilmiah berupa PKM sangat DAFTAR PUSTAKA Alisyahbana Iskandar. 1986. Penerapan ETI dalam Pembangunan. Majalah Populer Komunikasi dalam Pembangunan (Komonika) No.1 Tahun VII Covey Stephen R., (Alih bahasa Wandi S Brata). 2005. The 8th Habit. Melampaui Efektivitas, Menggapai Keunggulan. Jakarta: P.T. Gramedia Habibie B.J. 2012. Sumber Daya Manusia Andalam Masyarakat Madani. Pidato Kunci Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) VII . Yogyakarta: UNY King F.J., Ludwika Goodson, Faranak Rohani. 2012. Higher Order Thinking Skills. www.cala.fsu.edu. Diunduh tanggal 12 November 2012. Kristinandjerrry.http://kritinandjerry.name /jerry_teaching/general_info/Bloo ms%20Higher %20Order%20Thinking%20Verb s.pdf. Diunduh tanggal 21 November 2012. Pangaribuan Wanapri. 1989. Hubungan antara Kesiapan Kerja, Penguasaan Informasi Kewiraswastaan, dan Motivasi Kerja dengan Minat Berwiraswasta dari Siswa Kelas III Jurusan Listrik STM Negeri III Medan. Tesis. Medan: IKIP Medan. Panggabean Jonny H. Konstribusi Penalaran dan Kreativitas Siswa terhadap Prestasi belajar Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Statik Kelas XI Semester I MAN 2 Medan. Majalah/Jurnal Generasi kampus Vol.4 No. 2 September 2011. Raka I Dewa Gede. 2012. Pendidikan Karakter untuk 250 Juta Orang: Gerakan Menyongsong Seratus Tahun Merdeka. Makalah. Konaspi VII . Yogyakarta: UNY Sinambela Pardomuan N.J.M. Penarikan Kesimpulan dengan Metode Deduktif. Majalah/Jurnal Generasi kampus, Vol 5, No. 1. 2012. Tilaar H. A. R. 2012. Memantapkan Karakter Bangsa Menuju Generasi 2045). Makalah. Konaspi VII. Yogyakarta: UNY. Timpe A. Dale. (Alih bahasa Sofian Cikmat). 1987. Kreativitas. Jakarta: P.T. Gramedia Wildan M Arhamul. Metode Penalaran Deduktif dan Induktif. Arhamulwildan. blogspot.com. diunduh tanggal 12 November 2012. 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. 51 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII Yasifati Hia Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian agar dapat teratasi permasalahan tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013 dengan objek aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Dalam penelitian ini terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP. Kata kunci: aktvitas belajar, hasil belajar. A. Pendahuluan suatu Slavin yang dikutip Trianto, 2009:30) kumpulan konsep – konsep abstrak yang bahwa ”perkembangan kognitif sebagian berhubungan besar bergantung kepada seberapa jauh Matematika dengan adalah sistem deduktif dimana dasar komunikasinya dimulai dari anak unsur – unsur yang tak terdefinisikan. berinteraksi Pelaksanaan pembelajaran selama ini, Untuk lebih sedangkan siswa perlu didesain pembelajaran dengan peranan siswa masih sedikit. Trianto menggunakan model pembelajaran yang (2009:5-6) ”proses pembelajaran hingga melibatkan aktivitas siswa dan disesuaikan dewasa ini masih memberikan dominasi dengan materi yang akan disampaikan. terpusat pada guru aktif memanipulasi dengan meningkatkan Permasalahan guru dan tidak memberikan akses bagi dan aktif lingkungannya”. aktivitas ini belajar diharapkan anak didik untuk berkembang secara dapat diperbaiki melalui penerapan model mandiri melalui penemuan dalam proses pembelajaran yang mengikutsertakan berpikirnya. Meskipun demikian, guru peran siswa. Banyak lebih suka menerapkan model tersebut, pembelajaran sebab tidak memerlukan alat dan bahan diantaranya adalah Model Pembelajaran praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep Kooperatif. Eggen and Kauchak (dalam yang ada pada buku ajar atau referensi Trianto 2009:58) “pembelajaran kooperatif lain” merupakan Hal ini bertolak belakang dengan apa yang dikemukakan Piaget (dalam aktif yang sebuah dapat model digunakan, kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 52 tujuan bersama”. Model pembelajaran antara lain: (1) meningkatkan kerjasama kooperatif memiliki banyak tipe, salah antar siswa (2) Melatih tanggung jawab satunya siswa (3) meningkatkan peran aktif siswa adalah kooperatif model pembelajaran tipe Jigsaw. Model (4) melatih siswa untuk mau berpikir (5) ini menerapkan sistem melatih pembelajaran keberanian siswa untuk belajar berkelompok yang membagi materi menyampaikan pendapat kepada orang ajar lain. menjadi kemudian beberapa setiap bagian anggota dan kelompok Berdasarkan batasan masalah menjadi ahli untuk satu bagian materi maka disusunlah rumusan masalah dalam tertentu, setelah bagian materi dikuasai penelitian ini : Apakah ada peningkatan mereka saling berbagi pengetahuan pada aktivitas dan hasil belajar siswa setelah teman sekelompok. diterapkan model pembelajaran kooperatif Beberapa keuntungan menggunakan model pembelajaran ini tipe Jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP. B. PEMBAHASAN 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk Oral activities, (3). Listening activities, (4). Writing activities, (5). Drawing menghasilkan perubahan pengetahuan- activities, (6). pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan Mental activities, (8). Emosional activities. keterampilan pada siswa sebagai latihan Dalam Penelitian ini, aktivitas siswa yang yang akan diteliti hanya pada : Visual activities, dilaksanakan Menurut Paul B. secara sengaja. Diedrich (dalam Oral activities, Motor activities, (7). Listening activities, Sardiman 2011:101) ada 8 jenis aktivitas Writing activities, Mental activities dan belajar yaitu: (1). Visual activities, (2). Emosional activities. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan tujuan belajar telah ditetapkan oleh guru. yang diperoleh siswa setelah melalui Proses belajar mencapai puncaknya pada kegiatan belajar. Abdurrahman (2003:37) hasil belajar. Anak yang berhasil dalam “hasil belajar adalah kemampuan yang belajar diperoleh anak setelah melalui kegiatan pembelajaran” belajar yang terprogram dan terkontrol Hasil yang disebut kegiatan pembelajaran dan mencapai belajar tujuan-tujuan merupakan kemampuan yang diperoleh siswa berupa Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 53 pengetahuan, sikap, keterampilan setelah hasil belajar akan dicapai melalui usaha melalui yang dilakukan dalam belajar itu sendiri. kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku Hasil dalam diri siswa tersebut, dengan tujuan penelitian ini adalah hasil belajar siswa mendapatkan hasil yang baik. Hal ini yang diukur melalui tes essay setelah berarti belajar dan hasil belajar adalah dua mengikuti belajar yang dimaksud proses dalam pembelajaran. hal yang tidak dapat dipisahkan, karena 3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Model pemebelajaran kooperatif ditugaskan untuk mempelajari dan tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar mendalami topik yang dan kooperatif yang menitikberatkan kepada menyelesaikan kerja kelompok siswa dalam bentuk berhubungan kelompok kecil , seperti yang diungkapkan kemudian Trianto (2009 : 73) : “pembelajaran kelompok asal. sama tugas-tugas dengan dijelaskan yang topiknya kepada untuk anggota kooperatif tipe Jigsaw merupakan model Trianto (2009:73), belajar kooperatif dengan cara siswa mengemukakan langkah-langkah belajar dalam kelompok kecil yang terdiri kooperatif model Jigsaw sebagai berikut: atas lima sampai dengan enam orang 1. secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.” Pada model 2. 3. pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa 4. yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal 5. merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari 6. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa subbab Setiap anggota kelompok membaca subbab yang telah ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu anggota kelompok asal yang berbeda yang Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 54 C. METODE PENELITIAN Jenis adalah yaitu penelitian tindakan kelas, maka Penelitian Tindakan Kelas (Classroom penelitian ini memiliki beberapa tahap Action Reserch) yaitu penelitian yang yang merupakan suatu siklus. Tiap siklus dimaksudkan untuk memberikan informasi dilaksanakan sesuai dengan perubahan bagaimana tindakan yang tepat untuk yang akan dicapai. Arikunto (2008:75) : meningkatkan aktivitas dan hasil belajar “tidak ada ketentuan berapa kali siklus matematika siswa, sehingga penelitian ini harus difokuskan tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, sebagai penelitian kepada usaha ini tindakan-tindakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika dilakukan. Banyaknya siklus namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus”. siswa. Sesuai dengan jenis penelitian ini 1. Alat Pengumpulan Data dan Analisis Alat pengumpulan data adalah tes, dan Setelah dilakukan observasi oleh observer, lembar observasi (Observasi terhadap maka data dianalisis dengan menggunakan proses pembelajaran dan aktivitas siswa). rumus: Pi  jumlah nilai dari seluruh aspek yang diamati banyaknya aspek yang diamati Dimana Pi = hasil pengamatan pada pertemuan ke-i Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran Skor Kriteria Proses Belajar Mengajar 3,6 – 4,0 Sangat baik 2,6 – 3,5 Baik 1,6 – 2,5 Kurang 1,0 – 1,5 Sangat kurang 2. Menganalisis Aktivitas Belajar Siswa Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis secara menggunakan deskriptif persentase dengan Untuk melihat presentase aktivitas siswa digunakan rumus secara kuantitatif. Persentase aktivitas siswa ( PAS )  skor yang diperoleh siswa ï‚´ 100% skor maksimum Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. : 55 Adapun kriteria penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut: PAS<60% : Aktivitas siswa kurang aktif 60% ï‚£ PAS<70% : Aktivitas siswa cukup aktif 70% ï‚£ PAS<85% : Aktivitas siswa aktif PAS  85% : Aktivitas siswa sangat aktif 3. Menganalisis Hasil Belajar Siswa Hasil kemudian tes yang dianalisis diperoleh menyelesaikan soal-soal bangun ruang sisi melihat datar serta upaya apa yang harus dilakukan untuk keberhasilan siswa dalam belajar, kesulitan untuk apa selanjutnya. yang dialami siswa dalam perbaikan pada tindakan Tingkat penguasaan siswa Tingkat Penguasaaan Kriteria Kemampuan 90% - 100% Sangat tinggi 80% - 89% Tinggi 65% - 79% Sedang 55% - 64% Rendah 0% - 54% Sangat Rendah Terdapat dua hal yang akan diukur melalui hasil dari setiap tes yang diberikan kepada siswa, yaitu: 1. Ketuntasan belajar individu Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara perorangan digunakan rumus: KB  T x 100 % Ti (dalam Trianto, 2009:241) Dimana : KB : Ketuntasan belajar T : Jumlah skor yang diperoleh siswa Ti : Jumlah skor total Kriteria: 0 % ï‚£ KB < 65% Siswa belum tuntas dalam belajar 65% ï‚£ KB ï‚£ 100% Siswa telah tuntas dalam belajar Seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika KB siswa tersebut mencapai skor  65% Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 56 2. Ketuntasan belajar secara klasikal Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus: PKK  jumlah siswa yang memperoleh KB  65% ï‚´ 100% jumlah seluruh siswa Keterangan : PKK : Persentase Ketuntasan Klasikal Indikator Penarikan Kesimpulan Aktivitas b) Semakin banyak siswa yang hasil belajar apabila ada mencapai kategori aktif atau sangat pertambahan nilai, skor ataupun persentase aktif dan paling sedikit terdapat pada setiap aspek yang dinilai. Adapun 75% indikator penarikan kesimpulan dalam kategori tersebut. dikatakan dan meningkat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan aktivitas belajar siswa siswa yang memperoleh 2. Peningkatan hasil belajar matematika siswa dikatakan tercapai apabila dikatakan tercapai apabila memenuhi memenuhi kedua kriteria berikut: kedua kriteria berikut: a) Lebih banyak siswa yang tuntas dengan belajar secara individu pada siklus menerapkan model pembelajaran dua dibandingkan dengan pada kooperatif tipe jigsaw sekurang- siklus satu, dengan KB ≤ a) Proses pembelajaran kurangnya berada pada kategori baik, dimana skor . . b) Ada penambahan nilai rata-rata kelas dari siklus satu ke siklus dua. 4. Hasil Penelitian Hasil analisis tes diagnostik 2) Siswa sulit mengidentifikasi unsur- terdapat 3 jenis kesulitan siswa: unsur dalam bangun ruang sisi datar 1) Siswa mengalami kesulitan untuk jika hanya melihat gambar membedakan bangun ruang balok dan kubus jika hanya melihat gambar 3) Siswa tidak mampu menentukan jaring-jaring dari bangun ruang sisi datar 5. Alternatif Pemecahan dan Tindakan Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 57 Alternatif yang juga pemecahan merupakan masalah 3. Mempersiapkan instrumen penelitian, perencanaan yaitu tindakan, yaitu: 1. Merancang yang untuk menguji kemampuan/hasil belajar siswa dan skenario berisikan pembelajaran lembar langkah-langkah bahan sarana ajar untuk melihat siswa dalam proses pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe jigsaw 2. Mempersiapkan observasi aktivitas kegiatan yang sesuai dengan model yaitu tes 4. Mempersiapkan lembar pengamatan pendukung, untuk mengamati situasi dan kondisi yang dirancang kegiatan pembelajaran. menjadi beberapa subbab dan alat peraga yang sesuai dengan materi ajar Hasil Observasi terhadap Proses Pembelajaran I Pertemuan Rata-rata Skor Pada Siklus I Hasil Observasi Kategori Pertemuan I 2,875 Baik Pertemuan II 3 Baik Pertemuan III 3,125 Baik Dari keenam jenis aktivitas siswa (Visual, Oral, Listening, Writing, Mental dan Emosional) yang diamati, diperoleh hasil sebagai berikut: Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Siklus I Persentase Aktivitas Siswa Jumlah Siswa Kategori (PAS) Pert I Pert II Pert III SIKLUS I PAS<60% Kurang Aktif 18 8 3 10 60%≤PAS<70% Cukup Aktif 9 11 12 7 70%≤PAS<85% Aktif 10 19 23 18 PAS≥85% Sangat Aktif 4 3 3 6 Terdapat 24 dari 41 orang siswa atau 58,54% yang termasuk ikut berperan aktif (PAS≥70%) selama Siklus I berlangsung. Dari Tes Hasil Belajar yang telah diberikan setelah siklus I diperoleh: Tingkat Penguasaan Siswa Siklus I Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 58 Persentase Penguasaan 90% - 100% 80% - 89% 65% - 79% 55% - 64% 0% - 54% Tingkat Kemampuan Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah ∑ Banyak Siswa 0 4 27 5 5 41 Persentase Jumlah Siswa 0% 9,75% 65,85% 12,20% 12,20% 100% Rata-rata Skor kemampuan 66,20%(66%) Sedang Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB Siklus I KB yang Diperoleh Keterangan Jumlah Siswa KB ≥ 65% Tuntas Belajar 31 KB < 65% Tidak Tuntas Belajar 10 Nilai rata-rata kelas 66,20 Refleksi I Untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar maka dilanjutkan siklus dua, dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi. Pelaksanaan Siklus dua Kesulitan-kesulitan siswa pada siklus satu adalah: 1. Siswa masih berkesulitan menyelesaikan masalah pada luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. 2. Siswa sulit memahami materi ketika diskusi kelompok asal berlangsung jika terlalu banyak subbab yang harus dipahami. 3. Siswa tidak berani mengemukakan pendapat. Alternatif Pemecahan Masalah dan pelaksanaan tindakan Pada siklus II, pembagian kelompok dibedakan menjadi 4 tim ahli sesuai dengan materi yang akan dipelajari dan pada saat diskusi ahli, kelompok dengan materi yang sama dibagi menjadi 2 bagian. Hasil Observasi Terhadap Proses Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diketahui bahwa kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus I mengenai pengelolaan kelas dan efisiensi waktu tidak lagi ditemukan pada siklus II dan pembelajaran berada pada kategori baik sehingga pembelajaran tersebut dapat dikatakan berhasil. Hasil Observasi terhadap Proses Pembelajaran II Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 59 Pertemuan Pada Siklus II Pertemuan V Pertemuan VI Pertemuan VII Rata-rata Skor Hasil Observasi 3,125 3,250 3,250 Kategori Baik Baik Baik a. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Persentase Aktivitas Siswa (PAS) PAS<60% 60%≤PAS<70% 70%≤PAS<85% PAS≥85% Jumlah Siswa Kategori Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif Sangat Aktif Pert I Pert II Pert III SIKLUS I 2 11 25 3 0 9 27 5 1 8 24 8 1 9 23 8 Dari keenam jenis aktivitas yang pembelajaran siklus II berlangsung diobservasi, diperoleh aktivitas belajar terdapat 31 orang siswa (75,61%) yang siswa secara keseluruhan. Berdasarkan termasuk ikut berperan aktif (PAS≥70%) tabel di atas, diketahui bahwa saat selama Siklus II berlangsung. Hasil Tes Belajar II Tingkat Penguasaan Siswa Siklus II Persentase Tingkat Banyak Persentase Rata-rata Penguasaan Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Skor kemampuan 90% - 100% Sangat tinggi 4 9,76% 80% - 89% Tinggi 8 19,51% 65% - 79% Sedang 24 58,54% 55% - 64% Rendah 3 7,32% 0% - 54% Sangat rendah 2 4,87% 41 100% ∑ 73,54%(74%) Sedang Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB Siklus II KB yang Diperoleh Keterangan KB ≥ 65% Tuntas Belajar KB < 65% Tidak Tuntas Belajar Nilai rata-rata kelas Jumlah Siswa 36 5 73,54 Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 60 Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat 36 dari 41 orang siswa yang telah tuntas belajar (nilainya ≥ 65), dengan demikian diperolehlah Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) sebesar 87,80 %. 6. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil diterapkan model pembelajaran kooperatif terdapat tipe Jigsaw pada materi ajar bangun ruang peningkatan aktivitas dan hasil belajar sisi datar. Peningkatan aktivitas dan hasil siswa dari siklus I ke siklus II setelah belajar siswa pda setiap siklus sbb: penelitian data dan menunjukkan Siklus I Pertemuan Siklus II Skor Kategori Skor Kategori Pertama 2,875 Baik 3,125 Baik Kedua 3 Baik 3,250 Baik Ketiga 3,125 Baik 3,250 Baik Rata-rata 3 Baik 3,208 Baik Peningkatan rata-rata skor 0,208 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa setiap siklus: Kriteria PAS PAS < 60% 60%≤PAS<70% 70%≤PAS<85% PAS≥85% Kategori Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif Sangat Aktif Jumlah siswa Siklus II Siklus I `1 10 9 7 23 18 8 6 Tingkat ketuntasan belajar siswa: Ketuntasan Belajar (KB) Jumlah Siswa Keterangan Siklus I Siklus II KB ≥ 65% Tuntas Belajar 31 36 KB < 65% Tidak Tuntas Belajar 10 5 66,20 73,54 Nilai rata-rata kelas Dari tabel diatas menunjukkan pembelajaran Model Jigsaw. Adapun adanya peningkatan aktivitas dan hasil penelitian lain yang sejenis adalah: Dwi belajar Yunivo siswa setelah diterapkan (2012) dengan menggunakan Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 61 model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw 15,21% setelah diterapkan model untuk melihat peningkatan aktivitas belajar pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa. Hasil penelitian yang dilakukannya pokok bahasan bentuk pangkat dan akar di berbanding lurus dengan hasil penelitian kelas X SMA Sultan Iskandar Muda T.A ini, dimana ia menyatakan bahwa ada 2012/2013. peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 7. Hubungan Aktivitas dan Hasil Belajar Menurut Piaget (dalam Slavin berkaitan dengan hasil penelitian yang yang dikutip Trianto, 2009:30) bahwa diperoleh bahwa semakin aktif seorang ”perkembangan kognitif sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran maka bergantung kepada seberapa jauh anak semakin aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi diperolehnya. baik hasil belajar yang dengan lingkungannya”. Pernyataan ini D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pembahasan, maka diperoleh kesimpulan pada materi bangun ruang sisi datar sebagai berikut: di kelas VIII SMP Swasta Dharma 1. Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I berada pada kategori Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013. 2. Terdapat 31 dari 41 orang siswa baik dan terdapat 24 orang siswa (75,61%) yang telah tuntas belajar (58,54%) ikut secara individu pada THB (Tes Hasil berperan aktif selama pembelajaran Belajar) di siklus I dengan nilai rata- berlangsung. Pada II, rata kelas sebesar 66,20. Pada THB pembelajaran yang dilaksanakan di siklus II, terdapat 36 dari 41 orang setelah yang tergolong dianalisis siklus berada pada siswa (87,80%) yang telah tuntas kategori baik dan terdapat 31 orang belajar secara individu dengan nilai siswa (75,61%) yang tergolong ikut rata-rata berperan aktif selama pembelajaran Sehingga, ada peningkatan hasil berlangsung. belajar Sehingga, ada kelas siswa sebesar setelah 73,54. diterapkan peningkatan aktivitas belajar siswa model pembelajaran kooperatif tipe setelah jigsaw pada materi bangun ruang sisi diterapkan model Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 62 datar di kelas VIII SMP Swasta sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan Dharma Bakti Kab. Langkat T.A hasil belajar siswa. Selain itu agar 2012/2013. mempersiapkan perencanaan yang benar- Berdasarkan dan benar matang, baik itu dalam pembagian pembahasan maka penulis menyarankan materi menjadi beberapa subbab maupun agar dalam guru hasil menggunakan model pembagian waktu agar pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran tersebut berjalan dengan proses pembelajaran matematika, sehingga lebih baik. pembelajaran tersebut lebih bervariasi DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Suwarto, (2011), Penelitian Tindakan Kelas dan Struktur Penulisannya, (Diakses Januari 2012) Arikunto, S., dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung. Dimyati, dan Mudjiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta. Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan, FMIPA Unimed. Hamalik, O, (2008), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung. Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Nuharini, D. dan Wahyuni, T., (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya: untuk SMP/MTs kelas VIII, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Syah, M., (2003), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, P.T. Remaja Rosdakarya, Bandung. Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Inplementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta. Yunivo, D., (2012), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bentuk Pangkat dan Akar di Kelas X SMA Sultan Iskandar Muda Tahun Ajaran 2012/2013, FMIPA UNIMED, Medan. Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. 63 SUATU PENDEKATAN STRATEGI DAN METODE PENDIDIKAN SENI MELALUI KEGIATAN BERNYANYI SEBAGAI ASPEK - ASPEK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI Oleh : Lamhot Basani SihombinG Abstrak Seni bagi anak-anak merupakan kegiatan bermain, berekspresi, dan kreatif yang menyenangkan. Salah satu kegiatan seni dalam pendidikan untuk anak usia dini adalah bernyanyi. Pada usia pra sekolah (4-6 tahun) tidak semua anak mampu mengomunikasikan pikiran dan perasaannya secara verbal atau tertulis, dan pada usia tersebut, daya tangkap anak masih sangat terbatas. Oleh karenanya, melalui kegiatan bernyanyi diharapkan anak dapat memahami dan memaknai pesan moral yang disampaikan, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap karakter dan kepribadian serta tingkah laku anak tersebut. Kegiatan bernyanyi yang sering dilakukan adalah kegiatan bernyanyi aktif. Dimana seluruh aspek pengembangan masuk di dalamnya, antara lain : (1) Ekspresi dan emosi anak; (2) Mengembangkan kecakapan hidup; (3) Kemampuan berbahasa; (4) Hubungan sosial. Kata Kunci : Bernyanyi, Pengembangan Diri, Pendidikan Seni A. PENDAHULUAN Tujuan adanya struktur Pendidikan untuk anak sebaiknya pendidikan guna membentuk seseorang dimulai sejak usia dini, yaitu umur 0 - 6 agar memiliki kepribadian, berkarakter, tahun. Pada masa usia 0 - 6 tahun intelektual, merupakan masa keemasan (golden age), mandiri serta mampu bersosialisasi dengan lingkungansekitar. dimana Ini sesuai dengan pernyataan Dewantara aspek perkembangan (1962 : 14) yang mengemukakan pendapat untuk tugas perkembangan selanjutnya. bahwa pendidikan adalah daya upaya Sejumlah untuk perkembangan kecerdasan anak pada masa memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran stimulasi riset berperan menunjukan seluruh penting bahwa ini mengalami peningkatan. atau intelektual dari tubuh anak kita agar Ahli pendidikan di Universitas anak kita dapat memajukan kesempurnaan Chicago Amerika Serikat mengemukakan hidup dan selaras bagi penghidupan yang bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada kita didik selaras dengan dunianya. anak usia 0 - 4 tahun mencapai 50% hingga usia 8 tahun mencapai 80%. Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 64 Apabila pada usia tersebut anak tidak karena seni mengolah kepekaan anak mendapatkan rangsangan yang maksimal, terhadap alam sekitar dan hal-hal yang maka otak anak tidak dapat berkembang berkaitan secara optimal. Dewantoro dalam Kamaril W.S., 1998). Peran para pendidik baik orang dengan keindahan (K.H Seni bagi anak usia 4 - 6 tahun tua, guru, pengasuh maupun orang dewasa (pra lainnya sangat dibutuhkan pada masa usia bermain, berekspresi, dan kreatif yang dini, dengan menyediakan lingkungan menyenangkan. Salah satu kegiatan seni yang kondusif, sehingga anak memiliki dalam pendidikan untuk anak-anak TK kesempatan mengembangkan adalah bernyanyi. Bernyanyi merupakan seluruh potensinya. Potensi yang dimaksud salah satu fungsi seni sebagai media meliputi seluruh aspek moral dan nilai- komunikasi atau sarana dan cara untuk nilai dan berhubungan dengan anak. Pada usia pra berbahasa, sekolah (4 - 6 tahun) tidak semua anak kognitif, fisik/motorik, termasuk minat dan mampu mengomunikasikan pikiran dan bakat anak dalam bidang seni. Pada masa perasaannya secara verbal atau tertulis, dan usia dini yakni usia 4 - 6 tahun, anak pada usia tersebut, daya tangkap anak mengalami dimana masih sangat terbatas. Oleh karenanya, seluruh fungsi fisik dan psikis merespons melalui kegiatan bernyanyi diharapkan stimulus yang diberikan oleh lingkungan anak dapat memahami dan memaknai sekitar. pesan moral yang disampaikan, yang untuk agama, kemandirian, sosial, emosional kemampuan masa Pendidikan kepekaan, merupakan kegiatan pada anak upaya untuk karakter dan kepribadian serta tingkah laku menggali kemampuan dasar dan potensi anak tersebut. Fenomena inilah yang anak. Pendidikan seni memiliki banyak menarik manfaat membahas lebih dalam tentang bagaimana merupakan salah yang seni sekolah) satu dapat diterima secara nantinya dapat berpengaruh perhatian penulis terhadap untuk langsung maupun tidak langsung oleh pendidikan anak. Fungsi yang dapat diterima secara mengetengahkan pada kegiatan bernyanyi langsung yakni sebagai media ekspresi untuk anak usia pra sekolah (4 - 6 tahun), diri, media komunikasi, media bermain sangat berpengaruh bagi pengembangan dan menyalurkan minat dan bakat anak diri anak baik dari sisi respon afektif, tersebut (Pekerti, 2008 : 127). Melalui seni kognitif seni dan yang lebih psikomotor. seorang anak akan dilatih kehalusan budi, Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 65 B. PEMBAHASAN Taman Kanak-Kanak merupakan dimana anak mulai menirukan sesuatu, wadah pengembangan potensi bagi anak mengingat dan berpikir, mulai menyadari usia dini. Berdasarkan kurikulum tahun bahwa suatu benda tetap ada meskipun 2004, disembunyikan, pendidikan di Taman Kanak bertujuan kemampuan Kanak- mengembangkan fisik, mulai bertujuan, tidak hanya refleks. Sedangkan sosial- pada usia 2 - 7 tahun, anak mulai emosional, moral dan nilai agama, kognitif memasuki periode praoperasional, dimana serta seni (Kurikulum Pendidikan Usia anak Dini 2004 dalam pekerti, 2008 : 145). menggunakan Namun seiring perkembangannya, dalam berpikir operasi satu arah, namun masih Kurikulum TK berbasis KTSP (Kurikulum sulit melihat pandangan orang lain (ego Tingkat tinggi). Teori ini bisa digunakan untuk Satuan bahasa, gerakan-gerakan Pendidikan), bidang mulai mampu berkomunikasi simbol-simbol, mampu pengembangan seni terintegrasi dengan merancang bidang-bidang lainnya, dilakukan pada proses pembelajaran anak dengan usia pra sekolah (4 - 6 tahun) pada pengembangan diantaranya terintegrasi pendekatan pengembangan fisik motorik, terintegrasi umumnya dan dengan bidang pengembangan kognitif, khususnya. bahasa dan juga sosial emosional, serta moral dan nilai-nilai Anak yang akan pendidikan seni pada cenderung menyukai agama kegiatan yang menyenangkan bagi dirinya. (http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/1 Oleh karena itu, guru harus menciptakan 2/pendidikan-seni-untuk-taman-kanak- suasana kanak/). Bukan berarti pendidikan seni pembelajaran untuk anak khususnya anak ditiadakan, hanya saja aspek dan fokus usia pra sekolah (4 - 6 tahun) dengan pengembangannya strategi, metode, menarik serta mencakup semua aspek-aspek pengembangan lainnya. menyenangkan dalam materi mudah proses dan media diikuti anak. Pendidikan untuk anak memiliki Bernyanyi adalah salah satu solusi yang tahapan-tahapan yang harus disesuaikan harus diterapkan guru untuk penyampaian berdasarkan dan materi yang berkaitan dengan tujuan kemampuan anak. Menurut teori Peaget pengembangan anak. Melalui kegiatan (Pekerti, bernyanyi, tingkatan 2008 : 3.5), umur tahap-tahap guru lebih mudah perkembangan kognitif anak pada usia 0 - berkomunikasi dengan anak, dan anak 2 tahun memasuki periode sensori motor, lebih mudah memahami serta memaknai Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 66 pesan-pesan yang disampaikan guru. Berdasarkan observasi yang dilakukan, (http://bintangbangsaku.com/artikel/.berny anyi). terdapat respon positif yang ditimbulkan Kegiatan bernyanyi yang sering anak dari kegiatan bernyanyi. Hal ini dilakukan untuk anak usia pra sekolah membuktikan bahwa kegitan bernyanyi adalah kegiatan bernyanyi aktif, karena merupakan suatu pendekatan yang harus bernyanyi berkaitan dengan ekspresi diri, dilakukan oleh para pendidik sebagai pengembangan bahasa dan intelektual, bagian dari proses pengembangan anak. hubungan sosial serta kreatifitas, dimana Hirmaningsih berpendapat bahwa semua itu menjadi prinsip dari aspek-aspek terdapat dua bentuk kegiatan bernyanyi pengembangan dalam diri anak tersebut. yang dilakukan anak, yang pertama adalah Sekilas, kegiatan bernyanyi terlihat seperti bernyanyi pasif mendengar suara menikmatinya, anak hanya kegiatan olah vokal biasa untuk anak, nyanyian dan namun perlu diketahui bahwa banyak secara manfaat yang diperoleh dari kegiatan dimana tanpa terlibat langsung dalam kegiatan nyanyian, dan bernyanyi. yang kedua bernyanyi aktif dimana anak mengenai melakukan secara langsung kegiatan serta respon yang akan ditimbulkan secara bernyanyi, baik bernyanyi sendiri, mengikuti, maupun berkelompok nyata Berikut aspek-aspek oleh pendidikan analisis penulis pengembangan anak setelah menerima seni melalui kegiatan bernyanyi di TK : 1. Membentuk Ekspresi dan Emosi Anak Peran bernyanyi bagi anak-anak (http://www.medicalera.com/index.phpopti adalah sebagai media ekspresi. Dimana on=com_myblog&show=10manfaat_berm anak-anak mencurahkan apa yang ada ain_alat_musik_bagi_anak- dalam hatinya, baik itu senang ataupun anak.html&itemid=314). Oleh karena itu, menjadi tugas sedih, secara bebas dan spontan. Melalui kegiatan bernyanyi anak dapat guru untuk memperkenalkan mengekspresikan apa yang dirasakan, musik melalui bernyanyi pada anak-anak, dipikirkan, pribadi. serta menempatkan kegiatan bernyanyi Jolkovski berkata, “Musik memberikan pada waktu dan saat yang tepat. Terlebih kesenangan dan mengekspresikan nuansa dahulu guru harus mengerti karakteristik kehidupan emosional dimana tidak ada suara anak, serta membimbing anak untuk kata-kata bernyanyi agar kegiatan bernyanyi menjadi diimpikan di secara dalamnya” Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 67 suatu kegiatan yang menyenangkan bagi penuh imajinatif, gembira, interval nada mereka. dibagi yang mudah dicapai anak (misalnya : do - menjadi dua, yakni suara anak tinggi mi, mi - do), dan lagu ada unsur dengan jangkauan dari c’ - f’’, dan suara perulangan. Wilayah suara anak anak rendah dengan jangkauan nada a - Agar kegiatan bernyanyi lebih d’’. Meskipun suara anak cenderung menarik perhatian anak, guru juga bisa melengking, namun jangan terlalu sering memadukannya dengan gerakan atau tarian memaksakan sesuai anak dengan nyanyian dengan syair lagu yang bernada tinggi, hal itu akan menimbulkan dinyanyikan. Bernyanyi dan menari tidak ketidaknyamanan anak tersebut dalam dapat dipisahkan dari anak-anak. Gerak bernyanyi. merupakan hal yang menyenangkan bagi Pemilihan tema lagu yang akan dinyanyikan baik anak, seperti : melompat, berputar, berlari. secara Ekspresi diri anak juga bisa ditimbulkan berkelompok ataupun individu tentunya dari gerakan dalam bernyanyi. Anak bisa harus disesuaikan dengan kondisi dan mengungkapkan perasaan gembira dengan kemampuan anak, dan dapat menarik gerak ritmik yang cepat dan bersemangat, minat anak untuk merespon pesan-pesan melakukan gerakan yang makin lama yang akan disampaikan dari lirik lagu. makin cepat sesuai dengan pengalaman Pada usia anak 4 - 6 tahun, mereka anak sehari-hari dan lain sebagainya. memiliki kecenderungan akan semua hal Melalui gerak anak dapat menunjukan yang menyenangkan baginya, dan itulah pemahaman yang mereka miliki. Melalui yang menjadi perhatian anak-anak. Oleh gerak ritmik karena itu, untuk menarik minat dan bernyanyi, maka hal ini akan melatih perhatian anak-anak, guru harus pandai emosional dalam pemilihan lagu, tentunya harus kesabaran dalam mengikuti ritmik yang sesuai dengan karakter lagu untuk anak, ditentukan antara lain melodi nada yang dinyanyikan ditimbulkan harus mudah diingat, memiliki tema atau anak dapat cerita sehingga mudah dicerna dan diingat gerakannya. Contoh lagu yang melibatkan anak dan dapat lebih mudah diekspresikan aktifitas yang anak dan dipadukan mengenai rasa karena aman seluruh diungkapkan gerak dan dengan ketukan, yang ekspresi melalui bernyanyi anak, sesuai dengan dunia anak yang lucu, “Tangan ke atas, tangan ke depan Tangan dilipat, duduk yang manis” Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. : 68 Kutipan lagu ini berisi tentang perintah guru kepada anak-anak bernyanyi bukan sekedar bagian dari kecerdasan seni yang dimiliki oleh anak, untuk tertib, disertai dengan ungkapan melainkan gerak. Namun kegiatan bernyanyi yang sosio-emosi anak sebab bernyanyi harus dipadukan dengan aktifitas gerak tidak menyajikan bisa dilakukan terlalu lama pada anak- ekspresi yang tepat sesuai isi lagu. Dari anak, karena menyebabkan kelelahan pada sisi kesehatan menyanyi dapat melatih otot anak. kepala dan leher serta melatih organ Respon yang didapat oleh anak juga mengasah lagu dengan kecerdasan emosi dan pendengarannya melalui kegiatan bernyanyi, anak bisa (http://bintangbangsaku.com/artikel/.berny membedakan sedih, anyi). Dengan kata lain, bernyanyi dan gembira, riang, dan anak dengan penuh gerak adalah suatu media untuk melatih rasa motorik kasar dan motorik halus anak. perasaan puas dan senang, spontan bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan, Meskipun pikirkan dan inginkan. Menambah rasa pertumbuhan fisiknya mengalami percaya diri pada anak, hal ini bisa dilihat perlambatan, namun ketrampilan dari sikap anak saat bernyanyi dengan ketrampilan motorik kasar dan motorik ekspresi suara yang lantang, riang dan halus ekspresi (Desmita, 2008 : 127). gerak Hirmaningsih yang bersemangat. berpendapat selama justru masa anak-anak yang berkembang pesat bahwa 2. Pengembangan Life Skill Anak Pepatah mengatakan “belajar di perkembangan selanjutnya. Sesuai dengan waktu kecil bagai mengukir di atas pasir, standart kompetensi TK, pada usia ini belajar adalah sesudah dewasa, bagaikan waktu yang pembentukan masa kanak-kanak adalah masa yang pembiasaan yang meliputi nilai-nilai moral paling baik untuk memahatkan segala agama dan tingkah laku yang diharapkan bentuk pada diri anak. Pada masa anak- kelak menciptakan ketaqwaan terhadap anak usia 0 - 6 tahun (usia dini) merupakan Tuhan masa keemasan (golden age), dimana keadilan, kepercayaan, rasa hormat, dan stimulasi tanggung jawab. berperan seluruh penting aspek perkembangan untuk Maha anak untuk mengukir di atas air” yang artinya bahwa Yang perilaku tepat Esa, melalui kejujuran, tugas Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 69 Kegiatan bernyanyi memiliki yang ada di SD, SMP dan SMA. Pada usia peran yang sangat besar dalam hal tersebut anak belum mampu mencerna pengembangan kecakapan hidup seorang komunikasi secara mendalam, oleh karena anak, mengingat tantangan globalisasi itu proses pengembangannya harus diolah yang menuntut kualitas sumber daya oleh guru agar lebih mudah diterima dan manusia yang prima dan unggul, oleh dipahami karena itu potensi anak harus digali sejak bernyanyi, pesan-pesan yang berkaitan dini agar siap menghadapi perannya di dengan pengembangan kecakapan hidup masa mendatang. Aspek kecakapan hidup atau general skill dapat dengan mudah pertama yang harus ditanamkan pada anak dicerna dan diterima oleh anak. anak. Melalui kegiatan TK yaitu kecakapan dasar atau general Seorang guru memiliki peran skill, yang mencakup dua sub kecakapan yang besar dalam kegiatan pengembangan yaitu personal skill yakni kecakapan kecakapan hidup atau general skill melalui memelihara dan kegiatan bernyanyi. Syair lagu yang memelihara raga, serta social skill yakni digunakan dalam kegiatan bernyanyi harus kecakapan memelihara hubungan dengan mengandung nilai-nilai moral dan tingkah masyarakat umum dan masyarakat khusus. laku tentang mana yag baik dan buruk Dengan demikian, diharapkan anak kelak untuk dilakukan. memiliki dirinya mengandung unsur nilai moral tetapi juga sebagai makhluk Tuhan dan menunjukan nilai-nilai kehidupan, antara lain kasih sikap rajin beribadah, disiplin dan bekerja sayang antar sesama, kepada orang tua, keras. Anak juga diharapkan menyadari teman, guru, dan lain sebagainya. Salah potensi dirinya sehingga dapat memilih satu contoh lagu yang bisa menimbulkan bidang yang sesuai dengan keinginan dan rasa tanggung jawab anak terhadap diri kemampuannya, akademik sendiri adalah lagu “Bangun Tidur”. Pada makhluk syairnya terlihat jelas mengandung nilai maupun sukma atau kesadaran terhadap baik akademik. roh, non Menjadi Tidak hanya sosial yang saling menghormati, gotong- moral royong serta menjadi makhluk lingkungan untuk membiasakan setelah bangun tidur yang haruslah dapat memelihara alam dan memanfaatkan dengan arif dan bijaksana. tanggung mandi, jawab menggosok anak, gigi, menolong ibu membersihkan tempat tidur. Pengembangan kecakapan hidup Adapun pengertian dari tanggung jawab di yang diterapkan kepada anak TK tidak sini adalah kesadaran dalam diri anak, dapat disamakan dengan pengembangan bahwa setiap tindakannya akan Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 70 mempunyai pengaruh bagi orang lain adanya bimbingan, perhatian dan arahan maupun bagi dirinya sendiri. Menamkan orang tua untuk mengembangkan seluruh rasa anak potensi yang ada dalam diri anak. Karakter sebaiknya dilakukan dengan memberi merupakan watak dasar seseorang, yang contoh kongkrit dari orang tua maupun perkembangannya sangat dipengaruhi oleh guru, sama banyak faktor mulai dari keluarga, sekolah membersihkan tempat tidur dan anak ikut dan masyarakat. Oleh karena itu menjadi membantu, ataupun membuang sampah tugas seorang pendidik untuk membantu pada tempatnya, dengan begitu anak akan tugas orang tua dalam hal pembentukan meniru perbuatan orang tua, karena orang karakter tua adalah cermin bagi anak dan contoh berkarakter paling dekat untuk ditiru. Anak kecil sikap yang baik dan terpuji. tanggung jawab misalnya kepada bersama tumbuh dalam jiwa yang kosong dari diri anak. baik, Seseorang yang cenderung memiliki Menanamkan nilai-nilai moral cukup dengan semua lukisan dan gambaran. Jiwanya siap pada menerima semua ukiran. Jika jiwanya menyampaikan kata-kata dan nasihat serta dibiasakan dengan akhlak yang baik, maka teguran-teguran apabila anak melakukan jiwanya berdasarkan kesalahan. Pada usia anak 0 - 6 tahun daya kebiasaan yang baik (Ghazali dalam tangkap dan daya ingatan anak terhadap Najati, 2002 : 253). perkataan masih sangat lemah, sehingga akan Apabila tumbuh nilai-nilai anak, tidak moral salah satu solusi penyampaiannya melalui ditanamkan kepada anak sejak dini, maka lagu atau nyanyian. Contoh lagu yang besar kemungkinan anak tersebut akan terdapat nilai-nilai moral untuk dilakukan menjadi seseorang yang berguna bagi anak antara lain : bangsa dan negara. Oleh karena itu perlu “Anak TK tak boleh ngompol, Anak TK tak boleh cengeng Anak TK haruslah cerdas, agar disayang semua...” ini, aku sayang Ibu, dua-dua juga sayang menyampaikan pesan moral tanggung Ayah, tiga-tiga sayang Adik Kakak, satu jawab dan disiplin anak, serta dapat dua tiga sayang semuanya”. Lagu ini memotivasi anak untuk melakukannya mengajarkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai syair. menyayangi Contoh lain adalah syair lagu “Satu-satu keluarga dan sesama. Tentunya melodi Dari sebait lirik anak dan untuk menghormati saling dalam Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 71 nada yang digunakan mudah diingat oleh problema hidup dan kehidupan dengan anak, dan jangkauan intervalnya sesuai wajar tanpa merasa tertekan kemudian dengan kemampuan anak, sehingga anak secara aktif dan proaktif mencari serta dapat dengan mudah menyanyikan dan menemukan mengingatnya. mengatasinya. Melalui kegiatan bernyanyi solusi sehingga mampu untuk di TK maka bagi anak yang memiliki secara bakat dan kemampuan bernyanyi baik, alamiah kegiatan bernyanyi juga melatih secara tidak langsung kemampuan tersebut kekreatifitasan media dilatih. Dan apabila bakat dan potensi pengembangan bakat dalam diri anak. bernyanyi anak dikembangkan sejak dini, Sesuai dengan pengertian life skill itu maka sendiri yaitu kecakapan yang dimiliki menjadi suatu prestasi bagi anak di masa seseorang yang akan datang. Selain pengembangan digunakan general untuk anak berani skill, dan menghadapi besar kemungkinan bernyanyi 3. Kemampuan Berbahasa Anak Bernyanyi tentu saja tidak bisa berjudul “Nama-Nama Hari”. Pada lagu ini lepas dari kata atau kalimat yang harus anak diajarkan untuk mengingat nama hari diucapkan. Pada usia 0 - 6 tahun sesuai dengan urutannya. Agar anak bisa perbendaharaan kata anak masih sangat memahami, guru bertugas menuliskan sedikit. Melalui kegiatan bernyanyi secara nama-nama hari tidak langsung anak menambah kosa Smilansky dalam katanya, selain itu anak lebih fasih dalam menemukan tiga fungsi utama bahasa pada berbahasa Indonesia. Guru tidak harus anak (Yeni Rachmawati dan Kurniati, memberikan lagu dengan syair berbahasa 2006 : 65), yaitu : Indonesia saja. Pengetahuan anak terhadap a) Meniru ucapan orang dewasa bahasa lain selain Indonesia juga sangat b) Membayangkan penting, dengan begitu anak bisa menguasai berbagai macam bahasa di sesuai urutannya. Beaty (1994) situasi(terutama dialog) c) Mengatur permainan. dunia meskipun hanya berupa kata-kata sederhana. Pada kegiatan bernyanyi, fungsi Bahasa yang disampaikan kepada bahasa yang paling sering dilakukan anak anak ialah berupa simbol-simbol, bisa adalah menirukan ucapan orang dewasa berupa lain terutama guru di kelas. Pada saat guru sebagainya. Seperti contoh lagu yang menyanyikan nama-nama hari tersebut, gambar, tulisan dan Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 72 secara alamiah anak akan menirukan apa Mengenalkan anak pada bahasa yang diucapkan atau dinyanyikan guru, asing, seperti bahasa Ingris juga penting. dan mudah Untuk menanamkan pemahaman pada diri tersebut anak, bahwa di dunia ini banyak beragam mengandung unsur pengulangan. Dengan suku, ras, bahasa dan kebudayaan. Berikut demikian kemampuan bahasa anak akan salah meningkat dan daya ingat anak terhadap komunikasi dengan anak melalui lagu dan materi juga semakin tajam. simbol dengan bahasa Inggris : anak juga mengingatnya akan apabila lebih lagu satu contoh penyampaian “Kucing cat, anjing dog, gajah itu elephant Semut ant, burung bird, tikus itu mouse” Bernyanyi dengan menggunakan mengekspresikan dirinya. Selain itu, dapat bahasa Inggris dan menyebutkan nama- mengembangkan nama hewan, dapat menarik minat dan anak untuk dapat mengolah perolehan keingintahuan anak. Untuk mempermudah belajarnya, dapat menemukan bermacam- penyampaian bisa macam alternatif pemecahan masalah, menyediakan gambar hewan-hewan yang membantu anak untuk mengembangkan akan dinyanyikan, dan menunjuk ke kemampuan logika matematiknya dan gambar mengarahkan pengetahuan akan ruang dan waktu serta perhatian anak. Apabila perbendaharaan mempunyai kemampuan untuk memilah- kata anak sudah tercukupi, maka hal milah, tersebut akan berdampak positif terhadap mempersiapkan perkembangan berbicara anak. Anak akan kemampuan materi, tersebut untuk guru kemampuan mengelompokkan berpikir serta pengembangan berpikir secara teliti. lebih percaya diri, dan kreatif dalam 4. Hubungan Sosial Kegiatan bernyanyi juga memiliki sebelum dan sesudah malakukan kegiatan, penting pengembangan mengucapkan salam bila bertemu dengan hubungan sosial anak. Baik hubungan orang lain, tolong menolong, dan tenggang sosial anak dengan orang tua, guru rasa. Semua aspek pengembangan perilaku maupun teman sebaya. Melalui kegiatan sosial anak bisa disampaikan melalui bernyanyi kegiatan bernyanyi baik dari syair lagu, peran anak bagi dikenalkan dengan perilaku yang baik, seperti contoh berdoa Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 73 maupun dari pembiasaan yang dilakukan kepekaan yang ditunjukan anak dalam sebelum proses belajar di kelas dimulai. berhubungan sosial dan berkomunikasi Melalui kegiatan bernyanyi anak akan dikenalkan menghargai dengan sesama, dengan orang lain. bagaimana Realitas lainnya yang sering bagaimana ditemukan pada saat guru memberikan menempatkan diri di suatu lingkungan lagu kepada anak, anak akan menanyakan baru, serta melatih kemampuan anak tentang sesuatu yang tidak dimengerti dalam berkomunikasi. Anak juga dilatih dalam syair lagu tersebut, misalnya lagu untuk bersosialisasi berinteraksi yang menyebutkan tentang nama binatang, dengan kelompoknya, dan lingkungan secara spontan anak menanyakan kepada sekitar sekolah. Contoh kongkrit kegiatan guru bagaimana bentuk binatang dan apa bernyanyi makanannya. dan membantu anak mengembangkan kemampuan Melalui hubungan sosial inilah sosialnya dengan orang lain, pada saat semua respon anak ditunjukan, setelah bernyanyi secara bersamaan, guru bisa mengikuti kegiatan bernyanyi. Apabila ada menerapkan gerak bergandengan tangan anak dengan teman sebayanya, dan melakukan hubungan sosialnya dengan orang lain, gerak langkah ke kanan atau ke kiri. maka anak tersebut perlu mendapatkan Apabila ada salah satu teman yang perhatian khusus dari orang tua ataupun melakukan kesalahan secara spontan anak guru. yang dirasa masih pasif dalam akan saling mengingatkan, inilah respon C. PENUTUP Kegiatan bernyanyi merupakan rasa senang ataupun sedih, anak juga aktifitas yang menyenangkan bagi anak dilatih untuk berperilaku sesuai dengan yang bisa dimanfaatkan oleh para pendidik nilai-nilai norma agama, kedisiplinan, untuk menyampaikan materi. Melalui keadilan dan tanggung jawab terhadap diri lebih mudah sendiri dan orang lain, anak juga dilatih memahami dan memaknai pesan-pesan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi yang ingin disampaikan oleh guru. Dengan dengan orang disekitarnya. nyanyian bernyanyi anak anak akan juga untuk mengekspresikan diberi apa wadah yang Secara keseluruhan, pendidikan ada seni melalui kegiatan bernyanyi membawa dalam dirinya, apa yang dirasakan, baik itu banyak manfaat dan respon positif yang Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 74 diterima oleh anak. Baik perkembangan pembangunan negara ini dimasa yang akan afektif, datang. kognif serta psikomotor. Tugas orang tua adalah tetap Pendidikan hanya memiliki satu tujuan, melakukan bimbingan terarah agar anak yakni penerus tetap pada jalan yang benar serta menjadi bangsa yang dapat diandalkan untuk anak yang berguna di masa depan kelak. membangun generasi DAFTAR PUSTAKA Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosda. http://bintangbangsaku.com/artikel/.bernya nyi http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/12 /pendidikan-seni-untuk-tamankanak-kanak http://www.medicalera.com/index.phpopti on=com_myblog&show=10manf aat_bermain_alat_musik_bagi_an ak-anak.html&itemid=314 Shepard, Philip. 2007. Peran Musik Dalam Perkembangan Anak. Jakarta : PT. Gramedia Pusataka Utama. Sudjiono, Yuliani, Nurani. 2005. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Universitas Terbuka. Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni. Bandung : ITB. Pekerti, Widia. dkk. 2008. Metode Pengembangan Seni. Jakarta : Universitas Terbuka. Rachmawati, Yeni dan Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreatifitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Kencana. Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan. 75 MENGHENTIKANKEBIASAAN MEROKOK DENGAN BEHAVIOUR THERAPY Syamsul Gultom Abstrak Merokok merupakan masalah besar yang harus kita tangani bersama karena rokok telah menyebar di seluruh lapisan masyarakat sampai ke kalangan anak-anak dan remaja. Apalagi rokok merupakan pintu masuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Salah satu cara menghentikan kebiasaan merokok adalah dengan behavior therapy. Kata Kunci: kebiasaan merokok, behavior therapy, cara menghentikan A. PENDAHULUAN Merokok merupakan suatu masalah sosial bukan hanya di Indonesia tetapi juga Indonesia menghabiskan 215 milyar batang rokok (Jawa Pos, 2005). diseluruh dunia. Dewasa ini, Indonesia telah Data diatas menunjukkan bahwa menjadi salah satu produsen dan sekaligus prilaku merokok sudah meluas disemua konsumen didunia.Data lapisan masyarakat Indonesia dan cenderung Depertemen Kesehatan menyatakan bahwa untuk terus meningkat setiap tahunnya. Hal konsumen rokok di Indonesia meningkat ini memberi makna bahwa masalah merokok secara konsisten sejak tahun 1970an. Data merupakan masalah serius untuk ditangani ini merokok bersama. Mengingat rokok memberikan penduduk dewasa usia 15 tahun keatas dampak dan resiko timbulnya berbagai meningkat dari 26,9 persen pada tahun 1995 penyakit, menjadi 33 persen pada tahun 2003. kematian. Johnson (2005) dalam Jawa Pos Peningkatan oleh (2005) menyatakan bahwa rokok merupakan peningkatan jumlah perokok laki-laki yaitu salah satu penyebab kematian terbesar 53, 4 persen menjadi 62,2 persen selama didunia. Diduga hingga menjelang tahun periode tersebut. Data WHO menjelaskan 2030, lebih jauh, 59 persen laki-laki dan 3,7 persen mencapai 10 juta orang pertahun. Dan pada perempuan adalah perokok. Jika mengingat tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari jumlah penduduk Indonesia 218, 7 juta 70 persen kematian yang disebabkan oleh maka ada 72 juta perokok di Indonesia. Data rokok akan terjadi di negara berkembang. rokok menyebutkan terbesar prevalensi tersebut dipicu WHO pada tahun 2002 menyebutkan bahwa gangguan kematian kesehatan akibat bahkan merokok akan Hal ini diperkuat dengan data Tim Indonesia negara kelima pengkonsumsi Penanggulangan Masalah Tembakau rokok terbesar didunia. Setiap tahunnya Departemen Kesehatan RI (2008) yang Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 76 menyatakan pada tahun 2001 sebanyak 9,2 pertama karena sukses belajar merokok dan persen dari 3320 kematian di Indonesia kedua disebabkan karena penyakit yang berkaitan Sukses belajar merokok dimulai ketika dengan pertama kali menghisap rokok, asap rokok rokok. Secara global rokok karena pelampiasan merupakan 8,8 persen penyebab dari semua bukanlah kematian pada tahun 2002. Konsumsi rokok individu membunuh satu orang setiap 10 detik. Selain membiasakan diri dengan rasa asap rokok itu diperkirakan yang pahit. Banyak orang menjadi perokok menyebabkan kematian sekitar 2 persen karena pada masa remaja mereka percaya kasus stroke di Indonesia. bahwa merokok adalah tanda kejantanan, penggunaan Selain rokok itu rokok juga dapat kenikmatan. emosional. merasa Namun harus bisa karena merokok, keberanian, kedewasaan atau identitas lelaki menyebabkan penyakit seperti penyakit sejati. saluran pernapasan kronik, jantung, kanker program pikiran ini. Individu tidak mau dan lainnya. Sekitar 56-80 persen penyakit dikatakan banci oleh teman-teman apabila saluran disebabkan tidak berani merokok. Perusahan rokok karena rokok termasuk bronkhitis kronis dan (dengan sengaja atau tidak) juga telah emfisema. Secara global, rokok bertanggung menanamkan persepsi bahwa "rokok itu jawab terjadinya 22 persen penyakit jantung jantan" melalui berbagai iklan rokok yang dan pembuluh darah. Serta menyebabkan dibuat sangat bagus. Sifat remaja yang tidak terjadinya 90 persen kanker paru pada laki- mau diremehkan dan ingin dihargai adalah laki dan 70 persen pada perempuan. Dan faktor pendorong utama mengapa seseorang bukan hanya merugikan bagi orang yang belajar merokok. pernapasan kronik Lingkungan kita menanamkan juga Prilaku merokok ini semakin kuat, berbahaya bagi kesehatan orang lain yang karena pikiran bawah sadar secara otomatis menghirupnya. rokok menghubungkan berbagai aspek kehidupan mengandung sesedikitnya 30 jenis polutan. dengan aktivitas merokok. Individu sudah dan terbiasa merokok setelah makan, sambil mengkonsumsinya, sekitar tetapi Karena 60 zat rokok asap penyebab kanker minum kopi, sambil bekerja, sambil nonton (Sulistyowati, 2008). (2008) televisi, sambil ngobrol, sampai urusan menyebutkan bahwa penyebab utama yang pribadi di toilet pun rasanya tidak lengkap membuat seseorang menjadi perokok adalah tanpa rokok. Sampai tahap ini, rokok sudah Hipnosis Center Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 77 menjadi bagian dari hidup. Lingkungan juga menghabiskan rokok lebih banyak ketika memperkuat Melihat sedang stress. Pelampiasan ini juga terjadi banyak sekali perokok di sekitar individu pada pencandu narkoba dan alkoholis. yang juga melakukan hal serupa. Semua itu Selain alasan ingin mendapatkan ketenangan mendukung individu untuk terus merokok dari dan mencoba narkoba, dan meminum minuman prilaku seolah-olah merokok mendapat pembenaran rokok, individu mulai merokok, Dengan keras karena ingin merusak diri sendiri penguatan lingkungan itu, maka individu sebagai aksi protes terhadap masalah yang merasa bahwa merokok adalah bagian dari dihadapi. bahwa merokok itu wajar. Dewasa ini upaya-upaya untuk kehidupan yang wajar. Bahkan kebanyakan pria merasa bahwa merokok adalah mengurangi permasalahan rokok telah keharusan, karena jika tidak merokok dia banyak dilakukan oleh pihak pemerintah bukan pria. Menjadi perokok adalah hasil tetapi dari belajar membiasakan diri dengan rokok. masyarakat. Dan seseorang mau membiasakan diri Indonesia juga telah menyatakan bahwa dengan rokok karena dia terprogram oleh rokok haram (terlarang) dikonsumsi, tetapi lingkungan kenyataannya masih banyak masyarakat yang menganggap perokok sebagai "orang hebat". Setelah tumbuh hasilnya belum Bahkan, tampak Mejelis oleh Ulama yang tidak mengindahkan fatwa tersebut. Shubinsky dewasa dengan prilaku merokok, perokok (2006) menyatakan umumnya menyadari bahwa rokok sudah bahwa ada 5 cara untuk menghentikan memperbudaknya prilaku selama ini. Namun merokok yaitu; Pertama Cold kebanyakan dari mereka merasa sudah Turkey; merupakan metode yang digunakan terlambat untuk berhenti merokok. Mereka untuk mengubah diri, individu berhenti merasa tanpa menggunakan nicotine replecment tidak mungkin bisa berhenti merokok. seperti permen karet atau lainnya. Hasil riset Penyebab kedua adalah karena pelampiasan kecendrungan emosi. untuk Manusia punya mencurahkan mengatakan bahwa metode ini merupakan proses spontan yang membutuhkan motivasi / yang kuat untuk dapat mengubah prilaku. melampiaskan emosi negatifnya kepada KeduaNicotine Supplements; metode ini seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa menggunakan penggantian nicotine dalam menenangkan rokok melalui kulit (transdermal nicotine), dirinya. Perokok Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 78 mukosa nasal (nicotine nasal spray) atau pada perokok sangat membantu. Kelima buccal mucosa (nicotine chewing gum), terapi alternatif atau complementary yaitu tujuannya menurunkan membantu merubah pikiran dan keyakinan keinginan dan gejala withdrawal, tetapi hidup dan belajar bagaimana mengatasi harganya adalah untuk mahal. Ketiga Penggunaan stress tanpa rokok atau penggunaan zat dan Varenicline terlarang lainnya. Contoh: akupunture, tai Bupropion (Zyban) (Chantix); Bupropion digunakan untuk chi, yoga, hipnosis dan lainnya. menurunkan keinginan untuk merokok. Juga Shubinski (2006) menyatakan bahwa menurunkan gejala depresi pada pasien, salah satu intervensi yang dapat dilakukan tetapi obat ini tidak direkomendasikan pada untuk individu dengan riwayat kejang atau eating adalah behaviour therapy. Menurut Mallin disorder. yang (2002), 70 persen perokok mengatakan akan diresepkan dan berdampak pada otak dan berhenti, tetapi hanya 7.9 persen yang dapat mempunyai cara kerja yang sama dengan melakukannya tanpa pertolongan terapi, nicotine. sedangkan 10.2 persen dengan pertolongan Chantix adalah obat Keempat, program stop merokok, terapi menghilangkan kombinasi prilaku penggunaan merokok nicotine tujuan program ini adalah untuk memotivasi replacement, bupropion (Zyban) dan sosial dan memberikan penguatan pada individu dan tentang kombinasi penghentian konsumsi rokok, behavior ini therapy. Penggunaan menghilangkan prilaku dengan menggunakan cognitif behaviour merokok pasien sampai 35 persen. Leshner therapy. tidak (2002) juga menyebutkan bahwa behaviour mendapatkan sukses yang tinggi karena intervention merupakan bagian integral dari pasien hanya berhenti merokok hanya treatment dengan menghentikan Tetapi program ini mengkombinasikannya dengan medikasi. Akan tetapi behaviour therapy yang dilakukan ketagihan nikotine untuk pada individu. B. PEMBAHASAN terapi Behaviour therapy adalah suatu Laraia, 2005). Terapi ini merupakan suatu yang bentuk diberikan untuk merubah intervensi keperawatan untuk perilaku klien yang menyimpang sehingga meningkatkan prilaku yang diharapkan atau menjadi perilaku yang adaptif (Stuart & menghilangkan prilaku yang Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan tidak 79 diinginkan dari Behaviour Cara mengubahkebiasaan merokok therapy merupakan program yang paling (1) Delaying tactics: coba berhenti untuk 1 efektif hari. dalam seseorang. menghentikan prilaku (2) Fading jumlah techniques: nikotin coba merokok menurunkan dengan (http://www.chantixhome.com/smoking_ces menggunakan permen karet atau dengan sation.html). menurunkan kadar nicotine atau tar atau Menurut Shubinsky (2006), strategi ubah jenis rokok yang sering dikonsumsi. behavior therapy yang digunakan untuk (3) subsitusi satu prilaku dengan prilaku menghentikan prilaku merokok adalah (1) lainnya yaitu permen karet, cereal, tusuk Mencari faktor lingkungan yang menjadi gigi, batang wortel dan exercise. Untuk factor predisposisi terjadinya prilaku membuat sesuatu menjadi prilaku, maka adalah dengan harus dilakukan. Kalau bisa melakukan beri menghilangkan trigger dan benda-benda tanda bintang. (4) Aversive conditioning; yang berhubungan dengan prilaku merokok mengubah stimulus (prilaku atau pikiran) dari rumah (asbak rokok, korek api dan negative dengan prilaku yang ingin dirubah. lainnya) dan buatlah area rumah, tempat Kebiasan bekerja dan mobil menjadi kawasan bebas muntah. Cara ini efektif tetapi harus diulang rokok dan buatlah cara untuk mendapatkan sampai pikiran-pikiran merokok menjadi rokok Mengidentifikasi sesuatu yang memuakkan, dan muntah dapat situasi dan perasaan yang memperkuat beresiko terjadinya perdarahan dan aspirasi. kesenangan untuk merokok, seperti prilaku Fokus merokok diubah dengan memikirkan merokok dengan teman-teman, sosialisasi konsekuensi negative seperti masalah mental dengan teman-teman yang merokok dan dan fisik, menyebabkan terjadinya cedera juga pasangan. Identifikasi situasi yang pada oranglain, dicela oleh lingkungan beresiko tinggi menyebabkan penggunaan social, dilabel menjadi orang yang adiksi rokok seperti penggunaan alcohol, setelah atau budak, berpikir bahwa rokok adalah makan, ketika menyetir atau ketika mood sama menurun. Monitor dan catat di catatan contracting: membuat kontrak dengan diri harian dengan mengidentifikasi hubungan sendiri antara trigger, situasi yang beresiko tinggi pendek menghilangkan prilaku merokok. (5) dengan prilaku merokok. Positive Reinforcement; dasarnya adalah merokok. Caranya menjadi susah. merokok dengan untuk dihentikan suicide. dengan Contingency mencapai tujuan jangka Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 80 pikiran dan prilaku positif dengan prilaku yang tidak merokok, memberikan tips pada yang diinginkan. Dengan cara berfokus pada teman tentang cara penghentian rokok, dan tujuan; mengidentifikasi dan menuliskan bayangkan orang-orang akan mengatakan: insentif pribadi dari penghentian merokok. wow, bagaimana kamu dapat melakukannya Berfokus pada reward personal; rencanakan (6) Meningkatkan konsep diri, koping dan reward dengan cost saving, pikirkan bahwa tehnik pasien dapat melakukan apapun dengan bagaimana uang itu, pikirkan tentang keuntungan dari dirinya, penghentian rokok terhadap hidup dan menghadapi stress dan juga akan dilatih kesehatan atau lainnya. Fokus pada reward tehnik sosial; bayangkan bahwa pasien diceritakan melampiaskan emosinya pada hal-hal yang oranglain ataun masyarakat sebagai orang maladaptive. relaksasi; cara koping relaksasi individu diajarkan meningkatkan yang agar konsep adaptif dalam individu tidak C. KESIMPULAN Masalah rokok merupakan masalah perlu upaya dari seluruh pihak, baik yang sangat kompleks yang memerlukan pemerintah, petugas kesehatan dan juga upaya penanggulangan secara komprehensif. masyarakat. Terapi yang efektif dilakukan Hal ini karena rokok merugikan bagi untuk individu, keluarga maupun masyarakat dan adalah behaviour therapy. menghilangkan prilaku merokok DAFTAR PUSTAKA Megan dkk (2004). Strategies for Smoking Cessation. Dibuka pada http://www.chestnet.org/education/o nline/pccu/vol15/lessons13_14/lesso n13.php tanggal Jam 19.00 WIB 20 Maret 2009 Anonim (2008). Smoking Cessation Treatments. Dibuka pada http://www.chantixhome.com/smokin g_cessation.htmltanggal20 Maret 2009 Jam 19.15 WIB Tim Penanggulangan Masalah Tembakau (2008). Tembakau: Dampaknya Yang Merusak Kesehatan. Dibuka pada http://langitan.net/?page_id=111 tanggal 20 Maret 2009 Jam 19.15 WIB Shubinski (2006). Methods of Smoking Cessation. Dibuka pada Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 81 Therapies. Dibuka pada http://www.aafp.org/afp/20020315/1 107.pdf tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.30 WIB http://wolfweb.unr.edu/homepage/sh ubinsk/smokmet1.html tanggal 20 Maret 2009 Jam 19.15 WIB Sulistyowati (2008). Lingkungan Bebas Asap Rokok Demi Hak Asasi Masyarakat. Dibuka pada tanggalhttp://www.madinask.com/in dex.php?option=com_content&task= view&id=562& tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.00 WIB Leshner (2001). Nicotine Addiction. Dibuka pada http://www.hooah4health.com/4you/s toptobaccoshop/docs/nicotinerr.pdf tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.15 WIB Mallin (2002). Smoking Cessation: Integration of Behavioral and Drug Jawa Pos (2005) . Dibuka pada http.//www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe /s1/hotl/2005/jiunkpe-nsf. tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.45 WIB Hipnosis Center (2008). Smoking Cessation and Hipnosis. Dibuka pada http://www.hypnosis45.com/merokok .htmtanggal 20 Maret 2009 Jam 21.00 WIB Stuart & Laraia (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St: Louis: Mosby Elsevier Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 82 SUATU UPAYA DALAM PELAKSANAAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SENI MUSIK BERBASIS PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH - SEKOLAH MAUPUN LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA Danny Ivanno Ritonga Abstrak Salah satu bidang pendidikan yang berpotensi untuk mengubah moralitas peserta didik adalah pendidikan seni. Berdasarkan hasil survei, sekolah-sekolah maupun lembagalembaga pendidikan di Indonesia perlu meningkatkan pengajaran pendidikan seni dengan menggunakan paradigma sebagai berikut: materi pelajaran berakar dari budaya lokal bukan dari budaya luar, pelajaran seni musik diajarkan sebagai upaya memberikan pengalaman estetis bukan usaha mencetak seniman, dan pengajaran materi seni musik diiringi dengan penanaman nilai atau makna tidak hanya sekedar belajar praktek, sehingga semua materi seni musik yang diajarkan harus yang mengandung makna, bermakna, dan dibermaknakan. Kata kunci : pembelajaran seni musik, pengajaran pendidikan seni musik, pendidikan budaya dan karakter bangsa. A. PENDAHULUAN Persoalan karakter bangsa kita kini menjadi sorotan tajam masyarakat. hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Sorotan itu mengenai berbagai aspek Solusi yang banyak dikemukakan kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan untuk di media cetak, wawancara, dialog, dan mengurangi gelar wicara di media elektronik. Selain di melalui pendidikan. Pendidikan dianggap media massa, para pemuka masyarakat, sebagai alternatif yang bersifat preventif para ahli, dan para pengamat pendidikan, karena pendidikan membangun generasi dan pengamat sosial berbicara mengenai baru bangsa yang lebih baik dalam persoalan karakter bangsa di berbagai berbagai aspek yang dapat memperkecil forum seminar, baik pada tingkat lokal, dan nasional, masalah budaya dan karakter bangsa. maupun Persoalan yang seperti internasional. muncul di masyarakat mengatasi masalah mengurangi Memang atau diakui paling tidak tersebut penyebab bahwa yakni berbagai hasil dari korupsi, kekerasan, kejahatan pendidikan akan terlihat dampaknya dalam seksual, perusakan, perkelahian massa, waktu yang tidak segera, tetapi memiliki kehidupan daya tahan dan dampak yang kuat di ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, masyarakat. dan sebagainya menjadi topik pembahasan pendidikan permasalahan karakter anak Harapannya melalui Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 83 bangsa bisa teratasi, akan tetapi hal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. tersebut tidak semudah membalik kan Sedangkan penanaman nilai-nilai karakter telapak tangan tentu banyak hambatan dan merupakan rintangan yang membutuhkan komitmen karakter yang bisa diartikan sebagai usaha bersama dari berbagai pihak. sadar dan terencana untuk mewujudkan Karakter pendidikan suasana serta proses pemberdayaan potensi karakter dan pembudayaan peserta didik guna individu-individu yang membentuk bangsa membangun karakter pribadi dan/atau itu sendiri. Selama bangsa itu masih ada kelompok yang unik-baik sebagai warga maka pembentukan karakter dari individu- negara, ada individu tersebut akan terus berlanjut. Hal karakter yang perlu ditanamkan dalam ini berarti bahwa pembentukan karakter proses dari bangsa dari dapat dibangun suatu bagian pembentukan delapan belas pembelajaran, nilai-nilai sebagai berikut: bangsa akan berlangsung terus menerus Delapan belas nilai-nilai karakter ditumbuhkembangkan melalui pendidikan tersebut perlu juga ditanamkan sejak dini pada mulai pendidikan dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang merupakan lingkungan tumbuh dan muda. Namun, diharapkan penggerak berkembangnya dunia dapat untuk semua jenjang dasar, mulai tingkat menengah, hingga pendidikan tinggi secara berkelanjutan. generasi Indonesia merupakan negara yang pendidikan kaya akan seni dan budayanya. Dari menjadi motor berbagai macam suku yang ada di memfasilitasi Indonesia muncul beragam kesenian, seni pembangunan karakter bangsa. Artinya, tari dan musik, serta beragam budaya delapan belas nilai-nilai karakter tersebut daerah. Seni dan Budaya daerah yang ada dalam pembentukan karakter bangsa dapat di Indonesia mencerminkan jati Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan diri 84 Bangsa Indonesia. Melalui kesenian dan Sumatera Utara maupun di daerah lainnya budaya yang ada di Indonesia orang akan di Indonesia terancam punah karena tidak kenal dengan Indonesia. Sebagai contoh, ada lagi yang memainkannya. Permainan jika seseorang bicara tentang tari serimpi, tradisional tersebut sudah tergantikan oleh pendet, reog ponorogo, tor-tor atau musik permainan modern seperti video games kolintang, gondang, gamelan, atau tentang maupun playstation. Padahal permainan batik, ulos maka semua orang langsung tradisional seperti patok lele, congklak, tahu bahwa seni dan budaya tersebut galasin dan lain-lain memiliki keunggulan berasal dari Indonesia. Seni dan Budaya dibandingkan permainan modern, antara yang ada di Indonesia tersebut perlu lain permainan tradisional menimbulkan diperkenalkan, inisiatif, kreatif, rasa solidaritas atau ditanamkan kepada generasi penerus bangsa agar tidak punah kesetiakawanan, dan muncul rasa cinta dan bangga akan sesamanya. Sedangkan pada permaianan budayanya. modern akan menimbulkan rasa egoisme Melalui pendidikan seni di dan rasa individualisme empati karena kepada permainan sekolah diharapkan peserta didik akan modern cenderung dimainkan oleh satu mengenal, mencintai, dan memelihara seni orang. Terlihat jelas bahwa dari permainan dan budayanya. Sehingga pada saat seni akan terbentuk karakter anak. Oleh karena dan budaya asing masuk ke Indonesia itu maka perlu dimasukkan permainan diharapkan nilai-nilai seni dan budaya tradisional dan seni budaya lainnya ke Indonesia dalam kurikulum pendidikan seni dan tidak luntur dan tetap dipertahankan. Berbagai jenis permainan memgimplementasikannya. anak tradisional yang banyak tersebar di B. PEMBAHASAN Seni musik sebagai salah satu adalah pemberian bidang yang diberikan di sekolah-sekolah pengalaman maupun lembaga-lembaga di Indonesia penanaman sikap apresiasi dan ekspresi merupakan disiplin ilmu berkaitan dengan peserta didik melalui pendekatan : 1) penanaman dan belajar dengan seni musik; seni musik pengekspresian karya musik, serta rasa dapat memberikan kesempatan kepada berseni (sense of art). Dalam kurikulum peserta didik mengekspresikan musik dan yang diadakan saat ini dinyatakan bahwa mengambil pembelajaran seni musik pada dasarnya pengekspresian sikap apresiasi musik bentuk-bentuk dalam pemahaman musik dari rangka proses tersebut Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 85 (psikomotor), 2) belajar melalui seni pembelajaran seni musik yang berbasis musik; seni musik dapat membantu peserta pendidikan budaya dan karakter bangsa. didik penanaman nilai-nilai atau perilaku Pendidikan budaya dan karakter bangsa berdasarkan makna atau pesan yang dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai terkandung dalam seni musik itu sendiri atau kebajikan yang menjadi nilai dasar (afektif) akan budaya dan karakter bangsa. Kebajikan membentuk karakter peserta didik, dan 3) yang menjadi atribut suatu karakter pada belajar tentang seni musik; seni musik dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu dapat pada pendidikan budaya dan karakter bangsa peserta didik untuk mengetahui unsur- pada dasarnya adalah pengembangan nilai- unsur yang terdapat pada seni musik dan nilai yang berasal dari padangan hidup bahkan dapat memberikan pengetahuan atau ideologi bangsa Indonesia, agama, kepada budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan yang pada memberikan peserta akhirnya kesempatan didik tentang segala sesuatu tentang alam (kognitif). dalam tujuan pendidikan nasional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan 1. Fungsi Seni Musik Pembelajaran seni musik yang mengungkapkan ekspresi, memberikan dilaksanakan di sekolah-sekolah maupun tantangan, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia mengenalkan peserta didik pada sejarah seharusnya sampai pada penanaman nilai- budaya bangsa mereka sendiri. melatih disiplin dan nilai atau pengaplikasian sikap-sikap yang Pembelajaran seni musik dapat terdapat pada makna atau pesan yang berfungsi sebagai stimulus bagi peserta terdapat pada musik itu sendiri. Pendapat didik untuk dapat peka dengan apa yang para pakar pendidikan yang menyatakan terjadi di lingkungan sekitar. Kepekaan bahwa seni musik mempunyai peranan yang dimaksudkan, yakni kepekaan untuk yang penting dalam kehidupan seorang bagaimana peserta yang mungkin, sehingga tidak ada sesuatu hal berpartisipasi dalam kegiatan seni musik, pun yang merasa tidak terperhatikan. selain dapat mengembangkan kreativitas, Lewat seni musik peserta didik dapat musik merasakan didik. juga Peserta dapat didik membantu harus dan berbuat membuat selembut harmonisasi perkembangan individu, mengembangkan dengan lingkungan, baik itu lingkungan sensitivitas, membangun rasa keindahan, sosial diantara peserta didik, maupun Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 86 lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi bangsa dan negara. Dengan kata lain seni dan mengekspresikan keindahan serta musik memberikan pembelajaran untuk harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, menanamkan nilai-nilai kepekaan atau baik dalam kehidupan individual sehingga kepedulian antar sesama lewat pemahaman mampu menikmati dan mensyukuri hidup, terhadap makna atau pesan yang terdapat maupun dalam kehidupan kemasyarakatan pada lagu atau musik. Kepekaan dan sehingga kepedualian kebersamaan yang harmonis. yang dimunculkan dari pemahaman terhadap makna atau pesan lagu yang dipelajari, nantinya akan mampu menciptakan Berdasarkan pendapat di atas, dapat simpulkan bahwa seni musik memberikan pemahaman tentang budaya memiliki fungsi yang sangat sesuai dengan dan karakter bangsa. pendidikan budaya dan karakter bangsa. Depdiknas (2006 : 4) menyatakan Pembelajaran seni bahwa seni musik tergabung kepada keunikannya dapat kelompok estetika berharmonisasi baik dalam kehidupan meningkatkan individu, kehidupan sosial masyarakat, mata dimaksudkan pelajaran untuk sensitivitas, kemampuan mengekspresikan maupun dan kemampuan mengapresiasi keindahan bernegara. 2. kehidupan musik dengan membaur dan berbangsa dan Tujuan Seni Musik Depdiknas 611) menampilkan sikap apresiasi terhadap seni musik musik, 3) menampilkan kreativitas melalui bertujuan agar peserta didik memiliki seni musik, 4) menampilkan peran serta kemampuan untuk : 1) memahami konsep dalam seni musik dalam tingkat lokal, dan regional, mengemukakan 3. (2006 bahwa pentingnya : seni seni musik, 2) maupun global. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Fungsi Pendidikan Budaya dan pengembangan potensi peserta didik yang Karakter Bangsa dapat berupa : 1) lebih bermartabat, dan 3) penyaring, pengembangan, pengembangan potensi penyaring difungsikan untuk menyaring peserta didik untuk menjadi pribadi yang budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa perbaikan, lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai berperilaku baik, (2) memperkuat kiprah pendidikan nasional budaya untuk bermartabat. 4. bertanggung jawab dalam dan karakter bangsa Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan yang 87 Pendidikan Budaya dan Karakter bangsa bertujuan untuk : mengembangkan 1) potensi biasanya dimiliki oleh peserta paduan suara (ansambel mengembangkan musik), kemampuan 4) peserta kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai didik menjadi manusia yang mandiri, manusia dan warga negara yang memiliki kreatif, berwawasan kebangsaan. Hal ini nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Hal dapat dilakukan dengan mempelajari dan ini memahami lagu-lagu wajib nasional dan dapat dicontohkan dengan pengembangan potensi atau minat seni lagu-lagu musik yang dimiliki peserta didik sebagai internasional media mengembangkan peserta didik menjadi mandiri, kreatif, dan mengembangkan dapat menjaga kelesatarian budaya bangsa kebiasaan dan perilaku peserta didik yang mereka sendiri, dan (5) mengembangkan terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai lingkungan kehidupan sekolah sebagai universal dan tradisi budaya bangsa yang lingkungan belajar yang aman, jujur, religius. Hal ini sejalan dengan tujuan dan penuh kreativitas, dan persahabatan, serta ruang lingkup pembelajaran seni musik dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan yang bertujuan untuk memahami konsep penuh kekuatan (dignity). Hal ini sejalan dan pentingnya seni musik, dan dapat dengan fungsi pembelajaran seni musik berkiprah dalam pelestarian budaya baik di yang menjadikan peserta didik sebagai tingkat seseorang yang peduli, sensitif/peka, serta untuk kepribadiannya, 2) lokal, internasional, 3) regional, maupun menanamkan jiwa dapat daerah, yang membuat serta dapat lagu-lagu menjadikan harmonis kepemimpinan dan tanggung jawab peserta kehidupan individu, didik sebagai generasi penerus bangsa. Hal masyarakat, bahkan ini dapat ditunjukkan melalui seorang bernegara, serta pemimpin lagu yang memiliki ciri-ciri kelesatarian dengan keluarga, sosial berbangsa dapat budaya dan menjaga bangsa. kepemimpinan dan tanggung jawab yang 5. Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Ke Dalam Pembelajaran Seni Musik Selanjutnya akan dipaparkan dengan pembelajaran seni musik, sebagai secara global perpaduan nilai-nilai yang berikut: dikembangkan dalam pendidikan budaya ï‚· dan karakter bangsa yang disingkronkan Religius, dapat dimunculkan pada saat mengekspresikan lagu-lagu bertema Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 88 agama ï‚· dan toleransi antar umat pemilihan pemimpin lagu, penentuan Jujur, dapat dimunculkan pada saat jadwal latihan mereka mengakui kesalahannya tentang alat musik, cara bermain Toleransi, dapat dimunculkan ketika musik, bernyanyi ï‚· ï‚· Semangat Kebangsaan, dapat secara bersama, peserta didik selalu dimunculkan menghargai temannya dalam bermain bersemangat ketika memainkan atau musik atau bernyanyi dan berusaha menyanyikan lagu-lagu wajib nasional ï‚· dengan sikap Cinta Tanah Air, dapat dimunculkan Disiplin, dapat dimunculkan ketika ketika peserta didik memainkan atau memainkan atau menyanyikan lagu menyanyikan lagu-lagu wajib nasional sesuai dengan ketukan, tempo lagu, dan dan dinamik lagu, serta peserta didik menyanyikan lagu wajib menunjukkan datang tepat waktu rasa Kerja Keras, dapat dimunculkan ketika mengaplikasikannya dalam kehidupan peserta didik berusaha untuk berlatih sehari-hari dengan sungguh-sungguh ï‚· Rasa Ingin Tahu, dapat dimunculkan ketika peserta didik mencari tahu untuk tidak individual ï‚· ï‚· memainkan atau menyanyikan lagu, dalam bermain musik atau bernyanyi ï‚· Demokratis, dapat dimunculkan ketika beragama peserta didik merasa salah dalam ï‚· ï‚· ï‚· setelah memainkan atau nasionalisme Menghargai Prestasi, dapat Kreatif, dapat dimunculkan dengan dimunculkan adanya inisiatif peserta didik untuk menemukan temannya yang pintar dan memperindah mengembangkan memberikan sikap apresiasi terhadap permainan musik atau lagu yang prestasi teman dengan cara salut dan dimainkan/dinyanyikan bertepuk tangan dan Mandiri, dapat dimunculkan ketika ï‚· ketika dan peserta didik Bersahabat/Komunikatif, dapat peserta didik diberikan kesempatan dimunculkan didik untuk bermain musik atau bernyanyi berkomunikasi dengan temannya, baik secara individual, dan tidak tergantung dalan bermain musik atau bernyanyi. pada orang lain, serta dapat bermain Contohnya : tetap mempertahankan musik atau bernyanyi tanpa dibantu suaranya menurut pembagian suara orang lain masing-masing ketika bernyanyi dalam ketika peserta paduan suara Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 89 ï‚· ï‚· ï‚· Cinta Damai, dimunculkan ï‚· Tanggung Jawab, dapat dimunculkan ketika peserta didik berlatih dengan ketika baik tanpa mengganggu teman lain menampilkan yang sedang latihan dengan lancar dan benar peserta didik berlatih musik Penanaman Gemar Membaca, dapat dimunculkan atau dan nyanyi nilai-nilai yang ketika peserta didik membaca atau terdapat dalam Pendidikan Budaya dan menyanyikan teks lagu atau membaca Karakter notasi musik/lagu ditambahkan dan dikurangi sesuai dengan Peduli Lingkungan, dapat dimunculkan kebutuhan para pengajar di sekolah- ketika peserta didik menyanyikan lagu- sekolah lagu yang bertema lingkungan dan pendidikan di Indonesia sebagai satuan dapat dalam pendidikan dan masyarakat sebagai unsur tetap penunjang pendidikan, serta sesuai dengan mengaplikasikan kehidupan ï‚· dapat sehari-hari untuk Bangsa di maupun atas, dapat lembaga-lembaga peduli terhadap lingkungan hakekat Peduli dimunculkan Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/KD). ketika peserta didik memainkan atau Meskipun demikian ada 5 nilai yang menyanyikan yang diharapkan menjadi nilai minimal yang bertemakan tentang kepedulian sosial, dikembangkan di setiap sekolah, yaitu dan mengaplikasikan lagu tersebut nyaman, dalam kehidupan sosial mereka tangguh/kerja 6. Sosial, dapat lagu-lagu materi jujur, peduli, Standar cerdas, dan keras. Langkah Pembelajaran Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pelaksanaan pembelajaran seni perkembangan fisik, daya pikir, dan minat musik memiliki keunikan, persiapan dan peserta didik, 2) mampu menjadikan rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh peserta didik sebagai media pengungkapan para pengajar. Rambu-rambu tersebut perasaan, pikiran, isi hari peserta didik, 3) dimaksudkan agar para pengajar tidak mampu memberikan kesempatan bagi memaksakan kemampuan peserta didik perkembangan kreativitas berfikir dan dalam bermusik/bernyanyi. Rambu-rambu kreativitas seni, 4) mengakomodir dunia ini dapat diartikan sebagai karakteristik peserta didik, 5) ritme dan pola melodinya bermusik/bernyanyi peserta didik. Secara pendek, sehingga dapat dengan mudah umum karakteristik pembelajaran seni untuk ingat dan dipahami, 6) mengandung musik unsur-unsur musik seperti tempo, dinamik, adalah : 1) sesuai dengan Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 90 interval, dan ekspresi yang dapat diolah Pembelajaran, dan dikuasai oleh peserta didik dan lain- (tahap kegiatan awal, tahap kegiatan inti, lain, 7) memberikan kesempatan untuk dan tahap kegiatan akhir), dan penilaian bergerak mengikuti musik, 8) pemberian pembelajaran, teori berbaur kedalam praktik/pengalaman pengaplikasian seni musik dengan perbandingan 30% teori karakter bangsa. Penanaman nilai-nilai dan 70% praktik, 9) lebih mengutamakan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa latihan dan proses. yang musik langkah pembelajaran serta mengakomodir nilai-nilai dikembangkan budaya dalam dan proses Pelaksanaan pembelajaran seni pembelajaran seni musik tidak dilakukan tidak terpisah, akan tetapi nilai-nilai tersebut terlepas dari perangkat pembelajaran yang tertuang dalam sebuah tergabung Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran. yang dipaparkan salah satu contoh langkah berpedoman pada Standar ke dalam langkah-langkah Selanjutnya akan Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat pendidikan budaya dan karakter bangsa, Satuan Pendidikan (KTSP), Indikator, sebagai berikut: seni musik berbasis Tujuan Pembelajaran, Sumber dan Media No. 1. Tahap Pembelajaran Seni Musik Kegiatan Pembelajaran Seni Musik Kegiatan Awal Pembelajaran dilakukan oleh si pengajar dengan mengecek kehadiran peserta didik dan kesiapan peserta didik untuk belajar, menyiapkan ruangan, dan menyiapkan media pembelajaran. Pembelajaran dilanjutkan dengan membangkitkan skemata peserta didik melalui pengalaman bermain musik atau bernyanyi yang pernah dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengajar membuka skemata peserta didik dengan melakukan tanya jawab dan menggiring serta mengarahkan peserta didik tentang topik yang akan dipelajari. Pengajar menyapa peserta didik dan menanyakan keadaan peserta didik dan setelah itu si pengajar memberikan pertanyaan yang menggiring peserta didik ke topik pelajaran yang akan dipelajari Selanjutnya pengajar berusaha untuk memancing dan menumbuhkan motivasi peserta didik dengan lagu-lagu lain yang disukai peserta didik. Sehingga peserta didik gembira dan menunjukkan semangat dalam bermain musik atau bernyanyi. Pengajar melanjutkan kegiatan membuka skemata peserta didik dengan memberikan pertanyaan tentang pengalaman peserta didik mengenai notasi lagu. Hampir seluruh peserta didik tahu tentang notasi lagu. Pengajar melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu. Pengajar menghidupkan media player (alat pemutar mp3/DVD/VCD Player) dan serentak perhatian peserta didik terarah pada lagu yang diperdengarkan seraya menebak judul lagu yang diperdengarkan dan peserta didik memainkan atau Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Disiplin, peduli lingkungan, kerja keras, dan tanggung jawab Rasa ingin tahu Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 91 No. 2. Tahap Pembelajaran Seni Musik Kegiatan Inti Kegiatan Pembelajaran Seni Musik menyanyikan lagu tersebut dengan ekspresi mereka masingmasing. Beberapa peserta didik mengikuti lagu dengan melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan kemauan mereka. Pengajar mematikan (turn off) media player dan melakukan tanya jawab dengan peserta didik tentang lagu yang dimainkan. Setelah itu si pengajar memusatkan perhatian peserta didik dan memerintahkan untuk mencatat notasi dan lagu wajib nasional. Pembelajaran pada tahap kegiatan inti dilanjutkan pengajar dengan memajang notasi dan lirik lagu wajib nasional yang diperdengarkan kepada peserta didik sebagai panduan bagi peserta didik untuk membaca dan memainkan atau menyanyikan lagu pada pembelajaran seni musik dan kemudian si pengajar meminta peserta didik untuk mencatat notasi dan lirik lagu yang dipajang si pengajar di depan kelas. Setelah selesai mencatat si pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperhatikan dan mengidentifikasi notasi dan lirik lagu yang di pajang. Peserta didik memperhatikan notasi dan lirik lagu tersebut. Setelah beberapa saat, pengajar memberikan pertanyaan seputar notasi dan lirik lagu. Kemudian pengajar melanjutkan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang memandu peserta didik menemukan unsur-unsur yang terdapat pada lagu tersebut. Pengajar memberikan penjelasan tentang notasi dan lirik lagu wajib nasional. Pengajar menjelaskan teori tentang notasi lagu seperti not-not yang membentuk sebuah lagu, tempo lagu, cara memainkan atau menyanyikan lagu dengan ekspresi yang sesuai dengan makna atau isi lagu. Teori juga diberikan di sela-sela latihan. Pengajar memimpin diskusi untuk menemukan makna atau pesan yang terdapat pada lagu. Hal ini dilakukan untuk memberikan arahan tentang bagaimana cara mengekspresikan lagu. Kemudian peserta didik berlatih bermain musik atau bernyanyi dengan terlebih dahulu melakukan pemanasan suara, dan selanjutnya membunyikan simbol not secara bersama sama. Hal ini dilakukan dengan menirukan bunyi notasi yang dibacakan si pengajar. Pengajar memodelkan cara memainkan atau menyanyikan solmisasi di depan kelas dan peserta didik disuruh untuk mengikuti perlakuan pengajar. Pengajar memandu latihan sesuai dengan urutan notasi angka (dari do rendah ke do tinggi dan kembali turun dari do tinggi ke do rendah) secara berulang-ulang sampai peserta didik dapat menemukan dan merasakan perbedaan ketinggian masing-masing not seperti 12-3-4-5-6-7-1 (dibaca: do,re, mi, fa, sol, la, si, do) dan turun kembali dari 1-7-6-5-4-3-2-1 (dibaca: do, si, la, sol, fa, mi, re, do). Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang, hingga peserta didik dapat menirukan solmisasi dengan nada yang tepat. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan membaca notasi. Notasi angka yang dibaca oleh peserta didik, pada awalnya terdengar tidak kompak dan nadanya banyak yang tidak sesuai dengan ketinggian nada (pitch) dan mutu suara (vokal) yang diproduksi oleh peserta didik masih terdengar lengking dan kurang bulat. Pengajar membantu peserta didik sambil menyuarakan notasi ini dengan suara yang agak keras dan jelas. Sehingga peserta didik membunyikan notasi lagu sudah berangsur-angsur tepat dan menyanyikan lagu dengan suara yang lantang. Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan latihan membaca notasi lagu wajib dengan tempo yang sesuai dengan tanda tempo yang terdapat pada lagu. Peserta didik menirukan Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Gemar membaca Rasa ingin tahu Demokratis Kerja keras, dan tanggung jawab Disiplin, rasa ingin tahu, toleransi, kerja keras, dan tanggung jawab Disiplin Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 92 No. Tahap Pembelajaran Seni Musik Kegiatan Pembelajaran Seni Musik notasi yang dibacakan si pengajar. Pengajar membacakan notasi lagu yang terdapat di papan tulis, potongan demi potongan dan pengajar memandu dengan mengetuk-ngetuk papan tulis dengan rol. Peserta didik menirukan notasi angka yang dibaca oleh si pengajar. Latihan ini dilakukan secara bersama-sama dimulai dari awal sampai akhir lagu dan dilakukan secara berulang-ulang sampai terbentuk efek rasa musik (sense of music). Pengajar melakukan pembelajaran dengan menirukan lagu atau potongan not yang akan dinyanyikan dan setelah itu peserta didik diminta untuk mengikuti lagu yang dimodelkan oleh si pengajar. Pengajar membagi peserta didik menjadi 4 kelompok berdasarkan urutan banjar meja dan kursi peserta didik. Peserta didik yang berada pada banjar paling kanan adalah kelompok 1, peserta didik yang berada di sebelah kiri kelompok 1 adalah kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4. Masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang dengan jenis kelamin yang berbeda. Latihan dilanjutkan dengan membagi notasi lagu menjadi empat bagian sesuai dengan jumlah kelompok belajar peserta didik. Peserta didik ditugaskan untuk melakukan latihan membaca notasi dan menyanyikan lirik lagu secara berkelompok berdasarkan notasi dan lirik lagu yang telah dibagi oleh pengajar. Tugas latihan adalah kelompok 1 membaca dan menyanyikan lirik lagu yang terdapat pada kalimat ke 1 lagu, kelompok 2 ditugaskan latihan kalimat ke 2 lagu, kelompok 3 melakukan latihan kalimat ke 3 lagu, dan begitu juga kelompok 4 melakukan latihan membaca notasi dan menyanyikan lirik lagu yang terdapat pada kalimat ke 4 lagu. Latihan membaca notasi dan menyanyikan lirik lagu dilakukan secara bergantian yang dimulai dari kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan terakhir kelompok 4 dengan materi, seperti : 1) peserta didik membaca notasi lagu model secara berulang-ulang. Hingga pada setiap diri peserta didik mulai terbentuk efek wirasa dan wirama terhadap melodi lagu, dan 2) setelah itu peserta didik menyanyikan lirik lagu. Latihan ini juga dilakukan secara berulang-ulang sampai lagu ini dibawakan dengan tepat dan benar, serta sesuai dengan tempo lagu. Ketika proses latihan, suasana kelas menjadi ribut dan masing-masing kelompok bersaing untuk menyelesaikan latihan mereka. Kelompok yang satu tidak mau ketinggalan dengan kelompok yang lain. Dan si pengajar kewalahan untuk menenangkan peserta didik supaya melakukan latihan dengan sedikit tenang. Pengajar memberikan bimbingan bagaimana cara latihan. Latihan dilakukan dengan bimbingan si pengajar yang mendatangi kelompok belajar peserta didik. Setiap kelompok dipandu dalam membaca not dan menyanyikan lirik lagu yang sesuai dengan tempo lagu. Dan setelah notasi dan lirik lagu dinyanyikan dengan tepat dan benar dan sesuai dengan tempo lagu, maka dilanjutkan dengan latihan pada kelompok berikutnya, hingga semua kelompok melakukan latihan terhadap potongan notasi dan lirik lagu. Setelah semua kelompok selesai melakukan latihan, maka dilanjutkan dengan penampilan masing-masing kelompok untuk uji coba. Pengajar melakukan uji coba terhadap penampilan masingmasing kelompok dalam 2 tahap, yaitu : 1) uji coba notasi, dan 2) uji coba lirik. Pengajar membimbing peserta didik menyanyikan notasi dan lirik lagu yang dimulai dari kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4 secara berurutan dan tidak terputus. Setelah penampilan kelompok 1, Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Kerjasama Toleransi, dan cinta damai Kerjasama Tanggung jawab, demokratis Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 93 No. 3. Tahap Pembelajaran Seni Musik Kegiatan Akhir Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Kegiatan Pembelajaran Seni Musik maka dilanjutkan dengan penampilan kelompok berikutnya. Setelah selesai melakukan penampilan secara keseluruhan, dilakukan tanya jawab tentang lagu atau nyanyi yang ditampilkan dengan panduan si pengajar. Proses uji coba selesai dilakukan, dilanjutkan dengan penampilan lagu yang sesungguhnya secara mandiri atau tanpa bimbingan pengajar. Pengajar memposisikan diri sebagai dirigen/conductor (pemimpin lagu) yang sebelumnya diminta kesediaan peserta didik untuk memimpin lagu. Peserta didik membaca notasi dan memainkan atau menyanyikan lirik lagu sesuai dengan efek rasa yang terbentuk dalam diri mereka terhadap lagu yang akan dimainkan atau dinyanyikan. Penampilan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok dengan cara mengurutkan penampilan dari kelompok 1 sampai kelompok 4. Notasi yang dinyanyikan kelompok 1 bersambung ke kelompok 2, ke kelompok 3, dan berakhir pada kelompok 4. Dengan kata lain penampilan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok saling berhubungan sehingga jika didengar hasilnya maka akan terbentuklah lagu yang utuh. Pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanggapi penampilan yang dilakukan secara berurutan dalam sebuah diskusi. Peserta didik saling mengomentari penampilan. Setelah peserta didik selesai melakukan penampilan diskusi, si pengajar menyuruh peserta didik untuk memperbaiki susunan bangku seperti sedia kala, dan peserta didik duduk kembali seperti semula. Pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan refleksi dengan bimbingan si pengajar. Pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan hal apa saja yang telah mereka perdapat dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian si pengajar merangkum dan menyimpulkan semua pendapat yang dikemukakan oleh peserta didik dan sekaligus si pengajar menyempurnakan pendapat peserta didik. Setelah diberitahukan kesimpulan pembelajaran, si pengajar menyuruh peserta didik untuk mencatat kesimpulan pembelajaran yang dituliskan di papan tulis. Semua peserta didik mencatat kesimpulan pembelajaran Sebelum menutup pembelajaran, si pengajar memberikan tugas kepada peserta didik untuk berlatih di rumah terhadap cara membaca notasi, menyanyikan lirik lagu yang sesuai dengan tempo lagu. Pembelajaran seni musik berbasis 12) gemar Demokratis Jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, cinta tanah air, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, tanggung jawab, kreatif, dan mandiri Jujur, dan demokratis Demokratis Kerja keras dan tanggung jawab membaca, 13) peduli pendidikan budaya dan karakter bangsa di lingkungan, dan 14) tanggung jawab. atas nilai-nilai Keempat belas nilai tersebut diaplikasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa pada proses pembelajaran, dan menjadi yang dikembangkan, yakni : 1) jurur, 2) sasaran para pengajar di sekolah-sekolah toleransi, 3) disiplin, 4) kerja keras, 5) maupun lembaga-lembaga pendidikan di kreatif, 6) mandiri, 7) demokratis, 8) rasa Indonesia. terdapat empat belas ingin tahu, 9) cinta tanah air, 10) bersahabat/komunikatif, 11) cinta damai, Dalam pengajaran pendidikan seni musik perlu dilakukan juga upaya Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 94 penggalian nilai-nilai atau pencarian kemungkinan tujuan pendidikan seni yang makna. Hal ini bertujuan agar peserta didik meliputi dua aspek pengembangan yakni tidak hanya belajar seni musik dari cerdas secara intelektual dan moral, dapat cangkang saja, tapi juga dari isi. Tatkala tercapai dengan baik. peserta didik dapat mengaitkan isi dari Ada tiga hal yang perlu pendidikan seni musik dengan pengalaman diperhatikan dalam pengajaran pendidikan mereka seni musik di sekolah-sekolah maupun sendiri, itu berarti mereka menemukan makna. Menurut Johnson lembaga-lembaga (2006 : 35), mampu mengerti makna dari upaya dalam mencetak peserta didik yang pengetahuan melestarikan seni tradisi lokal dan mampu dan keterampilan akan pendidikan sebagai menuntun pada penguasaan pengetahuan menerapkan dan demikian, mencangkup pemahaman terhadap akar apabila peserta didik mampu menemukan budaya lokal, pemahaman pengajaran seni dan sebagai keterampilan. mengerti Dengan makna-makna yang nilai-nilai lokal, pengalaman yakni estetis, dan terkandung dalam pendidikan seni melalui kemampuan materi-materi pengajaran kesenian yang menerapkan diberikan, menutup tersembunyi dalam seni tradisi lokal. Salah satunya merupakan bukti mengarah pada perbaikan kualitas diri, dari kegagalan para pengajar atau pendidik yang diniati sebagai rasa tanggungjawab seni cenderung pribadi untuk menjaga keutuhan budaya menerapkan seni berbasis luar negeri sendiri. Karena telah jelas hukumnya, daripada seni berbasis dalam negeri. Ada bahwa perubahan itu mesti dimulai dengan beberapa kemungkinan para pendidik seni segala musik tidak mengarahkan peserta didik apapun resikonya. 1. maka tidak dalam menemukan makna-makna dan yang Penguatan Akar Budaya musik yang lebih usaha mengubah diri sendiri, kepada pengenalan seni tradisi atau budaya Kedua, kurangnya minat untuk setempat. Pertama, kurangnya kompetensi menularkan seni budaya lokal. Adapun dalam seni budaya lokal. Persoalan ini pendidik seni yang mampu dan cukup telah lama terngiang di lapangan, yang berkompeten dalam seni budaya lokal, disayangkan, para pendidik seni musik namun kehilangan spirit kelokalannya. yang menyandang predikat ini tidak ada Tidak upaya untuk merenovasi diri. Idealnya, pandidik seni musik yang pada awalnya mereka gencar mengamalkan seni tradisi lokal, melakukan pergerakan yang jarang penulis temukan, Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan para 95 kini berubah haluan menjadi misionaris banyak didemonstrasikan hanya bagian dalam penyebaran budaya luar. Ada kulitnya sesuatu yang hilang pada diri mereka, lokalnya yang merupakan intisari, atau antara sebuah lain memudarnya hubungan emosional atau ikatan psikologis dengan saja, sementara panduan way of nilai-nilai live tetap terbungkus utuh dalam kemasannya. seni tradisi setempat. Di sini tampak ada Dengan situasi dan kondisi seperti yang terlupakan, bahwa seni budaya lokal di atas, maka upaya untuk menumbuhkan itu bagian dari tradisi lokal, dan tradisi peserta didik yang berbasis budaya lokal lokal itu melahirkan buah-buah kehidupan dengan dinaungi kecerdasan dalam hal yang disebut keluhuran budi atau kearifan. intelektual dan moral, dapat berbuah Jadi, ikatan kegagalan. Oleh karena itu, satu-satunya dengan budaya lokal sama saja dengan cara yang mesti ditempuh oleh para melepaskan diri dari kearifan lokal. pendidik orang yang melepaskan seni musik yang memiliki Ketiga, kurangnya pendalaman predikat seperti disebutkan di atas, yakni terhadap kekayaan nilai-nilai dalam seni kembali membenahi diri dan menjelma budaya lokal. Masyarakat Indonesia yang sebagai penanam benih nilai-nilai lokal, terdiri dari banyak etnik dengan puspa untuk melakukan penguatan akar budaya ragam seni tradisinya tentu menawarkan pada peserta didik. Karena jika benih yang kekayaan nilai-nilai lokal yang banyak ditanam tersebut tumbuh mengakar kuat pula. Salah satu kelemahan para pendidik dan pohonnya menjulang tinggi, maka seni tidak tidak menutup kemungkinan akan terlahir mempelajari seni tradisi secara tuntas. para generasi penerus yang berbudaya Yang mereka pelajari kebanyakan bagian lokal, namun siap berpetualang untuk luarnya saja, sementara bagian dalamnya mengarungi samudera kehidupan yang tetap utuh tidak terjamah. Akibatnya, yang kian mengglobal. 2. musik adalah terbiasa Pengalaman Estetis Kekeliruan di pemahaman terhadap arti seniman itu kalangan pendidik seni musik di sekolah- sendiri. Pada umumnya, kata seniman sekolah memiliki penyempitan makna sehingga pendidikan maupun di yang terjadi lembaga-lembaga Indonesia, antara lain hanya dianalogikan sebagai seorang memandang pengajaran seni musik sebagai “tukang” saja. Misalnya, seniman gitar upaya mencetak musisi atau seniman. dapat berarti tukang petik (pemain gitar), Sementara itu, tengah terjadi kekeliruan dan seniman tari dapat berarti tukang nari Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 96 (penari). Akibatnya, peserta didik yang seseorang secara rasa pada sesuatu. Peserta sejak dini sengaja diarahkan untuk menjadi didik yang lebih banyak mendapatkan seorang seniman, maka pada akhirnya pengalaman hanya akan menjadi seorang tukang saja. kemungkinan akan lebih peka untuk Lebih parahnya, karena belajar seni identik memberikan penilaian dan merasakan dengan seorang sesuatu dibandingkan dengan peserta didik seniman, tidak sedikit orang tua yang yang kurang mendapatkan pengalaman melarang anaknya untuk belajar seni estetis. Dengan demikian, pendidikan seni khususnya dalam tataran pendidikan dasar memiliki banyak pencalonan seni peserta menuju musik. menutup tugas untuk mengantarkan peserta didik mendapatkan pengalaman estetis, sehingga menuju gerbang pengalaman estetis dan kurang memiliki kehalusan rasa. Padahal menenggelamkan pengalaman membantu dalamnya, sehingga pada suatu saat nanti memberikan pengembangan peserta didik mereka dapat menjadi manusia yang baik memiliki estetis segi yang tidak kurang dari didik Dampaknya, estetis dapat psikomotor, kognitif, maupun afektif. mereka kecerdasan sedalam- intelektual keindahan dan moral. Salah satu tujuan dari pengalaman estetis 3. adalah melatih daya sentuh Menggali Makna Banyak nilai-nilai kearifan yang yang isi liriknya berkaitan dengan nilaiKedua, melalui dapat digali dan dimaknai dari seni tradisi. nilai Dalam di apresiasi seni. Apresiasi dilakukan untuk pendidikan dasar, penggalian nilai dapat mencari makna-makna yang tersembunyi dilakukan melalui berbagai cara. Pertama, di balik pertunjukan seni. Hal ini bersifat melalui pembelajaran teks dan kontekstual. multi tafsir sehingga tugas pendidik seni Dalam hal ini, tugas seorang pengajar atau adalah memaknai kembali pertunjukan pendidik seni musik adalah menyediakan seni konteks. Sasarannya adalah peserta didik dengan dapat memahami teks yang dipelajari mengkomunikasikannya dengan peserta untuk didik. Ketiga, melalui pemilihan karya pendidikan kemudian seni musik dipahami dan kearifan dengan lokal. cara nilai-nilai Dalam hal menghubungkannya kearifan, ini, kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. seni. pendidik Hal ini dapat disiasati salah satunya melakukan pemilihan terhadap berbagai dengan mempelajari lagu daerah setempat macam genre seni, untuk dicari yang Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan seni 97 sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal. tahap ini pendidik seni dan peserta didik Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan memberikan penilain terhadap semua jenis peserta diberi kesenian, untuk diambil jenis mana yang melakukan sesuai dengan norma-norma setempat, 3) ini lebih tahap dapat pendidik seni dapat mengimplementasikan didik, kesempatan penilaian. artinya untuk Agar sistematis, mereka ikut kegiatan maka pemilihan implementasi, klasifikasi pada ini dilakukan dengan mengambil prosedur hasil sebagai berikut : 1) tahap eksplorasi, pada kepada peserta didik. Dengan cara ini, tahap ini pendidik seni dan peserta didik peserta mengumpulkan informasi berbagai macam memahami jenis kesenian, 2) tahap klasifikasi, pada terkandung dalam berbagai jenis kesenian. didik dan tahap menerapkannya diharapkan tentang mampu nilai-nilai yang C. PENUTUP Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan untuk diberikan dengan pengintegrasian nilai- meningkatkan pembelajaran seni musik nilai pendidikan budaya dan karakter dalam membangun dan mengembangkan bangsa ke dalam langkah pembelajaran budaya seni dan diperlukan pembelajaran bahwa mengembangkan kepribadian peserta didik karakter peserta terobosan atau yang berbasis didik inovasi musik peningkatan yang inovatif. Sehingga pembelajaran seni musik pada berbasis pendidikan budaya dan karakter pendidikan budaya dan karakter bangsa bangsa dapat mengembangkan budaya dan dengan penanaman dan pengaplikasian karakter peserta didik. Hal ini sekaligus nilai-nilai yang dapat mengembangkan dapat menjadi suatu alternatif dan solusi budaya dan karakter peserta didik di untuk memecahkan permasalahan krisis kehidupan sehari-hari, baik di kehidupan budaya dan karakter yang mengancam individu, bangsa Indonesia. sekolah, sosial/masyarakat maupun di kehidupan berbangsa dan Sebagai upaya menghasilkan para bernegara. Untuk itu diperlukan langkah- peserta didik yang memiliki kecerdasan langkah pembelajaran yang mengakomodir intelektual dan keindahan moral, salah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Hal satunya ini pengajaran pendidikan seni di sekolah- dapat diaplikasikan dengan pembelajaran yang inovatif. sekolah dapat maupun dilakukan melalui lembaga-lembaga Pembelajaran seni musik yang pendidikan di Indonesia dengan berbasis sarat akan pengaplikasian nilai-nilai untuk tradisi/budaya lokal. Oleh sebab itu, Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 98 beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh mencari atau mengggali nilai dari berbagai para pengajar atau pendidik seni musik genre khususnya berikut. pembelajaran teks dan kontekstual, 2) Pertama, materi pelajaran pendidikan seni apresiasi seni, dan 3) pemilihan karya seni musik harus berasal dari budaya lokal yang dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu: bukan dari budaya luar. Kedua, pelajaran tahap eksplorasi, tahap klasifikasi, dan seni upaya tahap implementasi. Dengan demikian, memberikan pengalaman estetis bukan diharapkan peserta didik dapat menjadi usaha untuk mencetak seniman secara generasi utuh. Ketiga, pengajaran materi seni musik menanamkan harus diiringi dengan penanaman nilai atau berwawasan global, sehingga siap sedia makna tidak hanya sekedar belajar praktek dalam bermusik. Oleh karena itu, pengajaran seni perkembangan zaman. musik adalah sebagai diajarkan sebagai seni melalui tiga penerus yang kearifan menghadapi cara : 1) mampu lokal perubahan dan atau musik dapat dilakukan dengan jalan D. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Jakarta : Puskur. Dewantara, Ki Hadjar. (1962). Pendidikan. Yogyakarta : Taman Siswa. Johnson, Elaine. B. (2006). Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Learning Center. Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan 99 UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI OLAHRAGA PERMAINAN KECIL PADA SISWA SD Dewi Endriani, Indah Verawati Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan karakter melalui olahraga permainan kecil pada siswa sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas IV SD Negeri 101815 Kec. Sibiru-biru, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. Jumlah Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 32 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Uji-t. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembentukan karakter melalui olahraga permainan kecil dengan F = 1.122 dan p = 0.293 (p>0.05). berdasarkan hal tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : pembentukan karakter, olahraga permainan kecil A. PENDAHULUAN Salah satu indikator kemajuan dan kualitas suatu bangsa adalah dan mendapatkan perhatian khusus di dalam dunia pendidikan khususnya di perkembangan moral generasi penerusnya Indonesia (Likona, kasus perguruan tinggi. Di negara lain, seperti kenakalan dan isu-isu masalah moral yang Amerika, China, Jepang, Korea dan Turki terjadi pada remaja bahkan anak-anak pendidikan sangat kompleks dalam kurikulum sekolah dasar (Eric, LU 1992). Sekarang ini dan meprihatinkan. Dimulai dari kasus sederhana ketidak yang diterapkan karakter sudah dalam diterapkan dkk, 2004;Likona, 1994). Permasalahan adalah bagaimana jujuran, tawuran hingga kasus penikaman menumbuhkan pendidikan karakter sejak yang dilakukan anak sekolah dasar. penyimpangan dini diIndonesia dimana Indonesia sendiri perilaku dari anak-anak maupun anak belum mengimplementasikan kurikulum muda menunjukkan lingkungan psikologis berkarakter dan sosiologis yang kurang mendukung Menumbuhkan jiwa yang berkarakter pada bagi perkembangan karakter anak (Likona, anak 1992). Selain lingkungan dan keluarga, pembelajaran sosial dan emosional (SEL) sekolah adalah salah satu families in terms yang tidak terlepas dari perkembangan untuk menumbuhkan pendidikan yang fisik, mental, dan emosi (Santrock, 2002). jujur, adil, terbuka, peduli, dan tanggung Menciptakan jawab(Halit, 2011; Bohlin dkk, 2001). learning (SEL)dan character education Menumbuhkan yang (CE) dapat distimulus melalui sebuah berkarakter merupakan suatu isuhangat kegiatan atau skenario pembelajaran dalam Rentannya pendidikan salah di satunya social sekolah adalah and 1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan dasar. dengan emotional 100 pendidikan jasmani (Santrock, 2002). mengimplementasikan nilai-nilai Permainan kecil adalah salah satu bentuk kejujuran, peduli, kerjasama, tanggung permainan tidak hanya mengandalkan fisik jawab, tetapi dalam permainan kecil, siswa dapat membangun sosial emosional positif anak. adil, terbuka sehingga dapat B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan Apakah Melalui Olahraga Permainan Kecil dapat membentuk Karakter Pada Siswa SD” C. TUJUAN PENELITIAN 1. Meminimalisir moral penyimpangan ataupun perilaku nilai melalui skenario pembelajaran olahraga yang permainan menyimpang pada siswa sekolah dasar. 2. Menumbuhkan emosional yang terciptanya jiwa perilaku sosial positif menuju berkarakterdengan social and emotional learning (SEL) kecilpadasiswa sekolah dasar. 3. Menghasilkan sebuah pembelajaran melalui pendidikan jasmani yang dapat menciptakan siswa yang memiliki karakter bagi siswa sekolah dasar. D. METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah dasar kelas IV SD Negeri 101815 tanggal 23 April 2012 sampai dengan tanggal 07 Juli 2012. Kec. Sibiru-biru, Kab. Deli Serdang, pada 2. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Metode eksperimen eksperimen serta meramalkan pada tingkat tertentu. lapangan. lapangan hasil-hasilnya Dalam penelitian ini dilibatkan adalah dua variabel, yakni : (1). Variabel bebas metode yang hendak menemukan faktor- adalah Olahraga Permainan Kecil (2). faktor sebab akibat, mengontrol peristiwa- Variabel peristiwa dalam interaksi variabel-variabel Karakter. terikat adalah Pendidikan 3. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan secara pendidikan karakter dalam bentuk bertahap dengan tahapan sebagai berikut; skala a. Tahap penelitian untuk mencari Validitas dan 1. persiapan pembuatan instrument penelitian yang membahas serta menguji Reliabilitas. 1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan Instrumen 101 b. Tahap 2. Merancang bentuk olahraga d. Tahap permainan kecil setiap minggunya. Implementasi Olahraga Permainan kecil kepada siswa guna c. Tahap 3.Melakukan Pre test atau tes awal. 4. membangun karakter siswa. e. Tahap 5. Melakukan Post test atau tes akhir 4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis uji-t dengan menggunakan program SPSS 16,00 for windows. 5. Hasil Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian Jumlah Subjek pada penelitian ini adalah 32 orang, yang terdiri atas 16 orang laki-laki dan 16 orang perempuan 6. Hasil Uji Asumsi Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan sebesar 0.181 dengan p = 0.009 (p > 0.05). dalam penelitian ini adalah uji Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukan kolmogorov-smirnov data berdistribusi normal. dengan taraf signifikan = 0.05. Menghasilkan Z K – S Uji Homogenitas Hasil Uji homogenitas dengan menggunakan Levene’s Test for Equality dan p = 0.293 (p>0.05). Hal ini menunjukan bahwa data bersifat homogen. of Variance menunjukan nilai F = 1.122 Uji Hipotesis Hasil Uji dalam terhadap pembentukan karakter terbukti penelitian ini yang berbunyi bahwa ada dalam penelitian ini yang ditunjukkan oleh pengaruh nilai p=0,000 (p,0,05). olahraga Hipotesis permainan kecil E. PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di SD ini dengan metode karakter yang terbukti secara signifikan. penelitian Permainan kecil adalah salah satu bentuk menunjukan bahwa ada pengaruh olahraga permainan tidak hanya mengandalkan fisik eksperimen menggunakan permainan kecil terhadap pembentukan semu, hasil 1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 102 tetapi dalam permainan kecil, siswa dapat dapat mengimplementasikan positif nilai-nilai mengembangkan dari kejujuran, peduli, kerjasama, tanggung kecerdasan jawab, emosional. adil, terbuka sehingga dapat anak aspek dan kinestetik pribadi membangun dan kecerdasan membangun sosial emosional positif anak. Siswa SD berada pada fase masa Perilaku sosial emosional yang kanak-kanak yang merupakan fase yang positif atau social and emotional learning penting anak melalui dikarenakan pendidikan formal dan informal yang memperoleh dapat dirancang dan diintegrasikan dalam keterampilan skenario Pembelajaran Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi diterapkan terciptanya sebuah karakter pada anak dilingkungan sekolahsalah satunya melalui salah satunya adalah lingkungan sosial dan mata lingkungan psikologis. (Licona, 1992). dapat sosial ditumbuhkan pembelajaran. emosional dapat pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga (Zins dkk, 2004). untuk pembentukan pada masa ini anak pengetahuan dari dan lingkungannya. Menumbuhkan Pendidikan jasmani tidak hanya karakter karakter ada baiknya dimulai pada usia anak-anak (age dari keluarga dan sekolah, semata mengolah keterampilan fisik saja school) namun keluaraga berperan untuk menumbuhkan di terkandung dalam kegiatan nilai-nilai yang jasmani dapat kondisi lingkungan psiklogis yang diinternalisasi siswa untuk pengembangan menyenangkan bagi si anak. Sekolah juga emosional anak dan karakter anak (Zins memiliki peran dalam membntuk karakter dkk, 2004). Pendidikan jasmani dan anak, bukan hanya dari segi kognitif olahraga sebagai alat untuk membantu ataupun orientasi untuk mendapatkan nilai siswa mengembangkan sosial emosional tinggi saja tetapi menerapkan pada si anak dan bagaimana akhirnya dapat menumbuhkan mengamalkan ilmu Pendidikan pengetahuan yang ada implementasi ilmu jasmani pada siswa sekolah dasar melalui pengetahuan untuk memiliki kesadaran permainan kecil adalah salah satu upaya pada bangsa, terhadapa diri sendiri, dan dalam membangun sosial emosional di menginternalisasi nilai-nilai luhur, nilai- antara anak. Melalui permainan kecil, nilai kebajikan dan membiaskannya dalam siswa belajar untuk bertanggung jawab, kehidupan sehari sehingga pendidikan kerjasama, jujur, disiplin, perduli dengan berkarakter lingkungan sekitar dan hal lainnya yang memfokuskan karakter bermutu lainnya. lebih mengarah kepada F. KESIMPULAN 1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan dan perubahan. 103 Berdasarkan hasil penelitian dan signifikan Pembentukan Karakter Melalui analisis variansi data diperoleh kesimpulan Olahraga Permainan Kecil Pada Siswa SD. sebagai berikut : Terdapat pengaruh yang G. SARAN Berdasarkan dari 2. Untuk menjadi suatu pertimbangan, hasil penelitian maka peneliti mengajukan bahwa tidak hanya di mata pelajaran saran-saran sebagai berikut : pendidikan jasmani saja pendidikan 1. Kepada pengajar, selain memperhatikan karakter diterapkan, tetapi dalam mata materi kesimpulan pembelajaran harus pelajaran lainnya juga dapat diterapkan. perkembangan 3. Kepada peneliti selanjutnya untuk psikologis anak sehingga pembentukan meneliti pada ruang lingkup yang lebih karakter siswa dapat terbentuk dengan luas baik ditingkat Sekolah Dasar , Sekolah pembentukan karakter melalui olahraga Lanjutan, Perguruan Tinggi dan dalam permainan kecil, yang diterapkan pada kehidupan selanjutnya. waktu, lokasi dan sampel yang berbeda memperhatikan juga dan mendalam, mengenai dengan penambahan variabel bebas. DAFTAR PUSTAKA Bohlin, K.E., Farmer, D, & Ryan, K (2001).Building Character in Schools: Resource Guide. San Fransisco. Teaching Exceptional Children Plus Vol. 2 Issue 1, September 2005. Chrisiana, W (2005). Upaya Penerapan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa: http://puslit.petra.ac.id/journals/in dustrial. UKP Elias, Maurice. (2003). Academic and Social Emotional Learning. Brussels, Belgium: International Academy of Education (IAE) Retrieved December 4, 2003, from http://www.ibe.enesco.org. Eric, LU., &Nicholas, S (2004) Character Education Patnership Defining and Understanding Character Education.Diakses darihttp://www.character.org/reso urces/qanda/ Haling, A.S., Meerah, T.S.M, (2012) The Development of Character Education Curriculum for Elementary Schools Students. International on Social Science Economics & Art Vol.02 No.04. Halit, K. (2011) Transfer of Values in the Turkish and Western Children’s Literary Works: Character Education in Turkey. Academic Journals Educational Research and Reviews Vol.6 pp.472-480, June 2011. Josephson, M (2005). Character Counts: The Basic Primer on Using the Six Piliiars of Character to Make Better Decisions and Better Life.Wes Hanson.Josephson Institute Likona, T. (1992) Educating For Character: How Our Schools Cant Teach Repect and Responsibility. New York. Bantam Book. Liputan 6 diakses dari (http://berita.liputan6.com/read/3 1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 104 77976/polisi-periksa-temanpelaku-penikam-syaiful 2012). Masngudin HMS, Dikutip dari http://www.depsos/Puslitbang/ Mark T. Grenberg; Roger P. Weissberg; Mary Utne O’Brien; Joseph E. Zins; Linda Fredericks dan Hank Resnik; Maurice J. Elias; (2003) (Enhancing School-Based Prevention and Youth Development Through Coordinated Social, Emotional and Academic Learning. Journal American Psychologist Association Vol. 58 No 6/7 466474. Munir, Abdullah, 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah, Yogyakarta : Pedagogia. Santrock, J.W (2002) Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup) Penerbit Erlangga. Jakarta Seputar Indonesia diakses dari http://berita.seputar indonesia.com/read/377976 Zins, JE,. R.B Michelle,. Weissberg, R.P,. Walberg, H.J,.(2004)Building Academic Succes on Social and Emotional Learning.Columbia University New York and London.Teachers College Press. 1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 105 PENEKANAN UNSUR DEKORATIF MELALUI APLIKASI ORNAMEN ULOS BATAK TOBA PADA PERANCANGAN BUSANA Yetty Pangaribuan Abstrak Perancangan busana ada beberapa indikator yang menjadi pertimbangan dalam produksi busana yaitu : 1. unsur struktur 2. Unsur fungsi, 3. Unsur dekoratif. Masing-masing indikator ini telah menjadi standar yang baku untuk menghasilkan busana yang baik. Suatu busana yang memiliki tampilan baik mensaratkan pemilihan letak garis struktur dan fungsi yang tepat, namun hal ini perlu diimbangi dengan aspek dekoratif, sehingga hasil akhir tampilan suatu busana menjadi lebih baik. Unsur dekoratif berfungsi untuk memperindah struktur, penekanan unsur dekoratif pada busana ini menggunakan ornamen ulos batak toba. Yang mana ulos merupakan ciri khas kebudayaan Batak Toba tradisioal yang berwujud kebudayaan (kongrit) yang ditenun sebagai kerajinan tangan Ragam hias dalam masyarakat tradisional batak disebut ornamen. Ragam hias yang disebut ornament pada ulos batak adalah corak yang terdapat pada tenunan ulos . Ulos adalah selembar kain yang ditenun sebagai kerajinan tangan oleh wanita batak dengan berbagai pola dan aturan-aturan Kata Kunci : 1 Ornamen 2 Ulos Batak A. PENDAHULUAN Beragamnya Indonesia, suku menjadikan bangsa beragam di pula Sumatera Utara khususnya batak , para disainer sudah membuatkan berbagai pemilikan peninggalan sejarah kebudayaan model dari yang sekarang ini sudah saatnya diperkenalkan tak ternilai , artefak artefak bahan tenunan ulos, dan peninggalan budaya masyarakat batak disain busana pada bahan tekstil polos terdiri atas budaya teraga dan tidak teraga. dengan ditail motif Artefak teraga corak ulos batak misalnya tradisional, patung-patung, dan bangunan ukiran, bersulam dengan guna semakin memperkenalkan budaya batak. serta ulos, sedangkan artefak yang tidak Seperti yang dinyatakan teraga berupa musik, tarian, upacara adat Djoemena (2000) semakin meningkatnya dan sebagainya. peradaban, keahlian, Meskipun merupakan peniggalan keterampilan serta perkembangan teknologi, maka ditemukan budaya yang memiliki nilai tinggi namun beraneka masyarakat seperti wol, sutra, kapas dan bermacam batak melestarikannya tetap berupaya salah satuya adalah macam ragam bahan penutup tubuh bahan sintetis lainnya yang melalui busana. Karena bahan ulos sudah disebut tekstil, baik yang dibuat melalui semakin tampil di dunia fashion, selain alat tenunan mesin maupun untuk lebih memperkenalkan bukan daerah alat tenan mesin. Dengan demikian Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan minat 106 masyarakat dalam mengkonsumsi pakaian menjadi meningkat pesat, hal ini Beragam disain yang ditawarkan oleh butik tersebut diasumsikan begitu dibuktikan dengan munculnya busana jadi pesatnya (busana siap pakai) yang menawarkan disain dirasakan penting, karena proses beragam model yang mempunyai hiasan. disain adalah suatu proses kreatif, tidak Kenyataan ini ini didukung oleh sejumlah terkecuali industry busana seperti garmen maupun semakin tampil di dunia fashion, selain butik untuk lebih memperkenalkan daerah batak lokal yang relatiif banyak sehingga menjadikan peran busana dari bahan ulos yang bermunculan, bila dilihat secara umum , jenis kain tenunnya desain yang ditawarkan didominasi oleh bervariasi mulai dari yang murah sampai busana beragam aspek dekoratif. yang mahal, namun corak yang ada pada tenunan dan ulos harganya tetap sama B. PEMBAHASAN 1. Ornamen Ulos Batak yang ada pada kain strimin, belacu, Ornamen Ornamen berasal dari kata ornare bahasa Latin yang berarti hiasan atau dekorasi sering dekoratif atau juga terjadi karena proses penenunan atau cara pembuatan kain itu sendiri. 2. Ornament applied yang digunakan atau diterapkan pada bahan / ditambahkan secara sengaja dan diatur benda yang akan dihias dan berfungsi letaknya pada kain . Ornamen berfungsi untuk memperindah penampilan benda untuk tersebut bentuk hiasan disain ini yaitu merupakan disain disebut beludru, corduroy dsb. Ornamen karya seni menambah nilai estetis dari bahan yaitu diciptakan untuk Terdapat empat macam pakaian yang masih polos yang akhirnya ornament applied yaitu : 1) Ornamen akan menambah nilai financial dari pakain geometris 2) , Ornamen organs, 3) tersebut. ornamen Ornamen ada dua macam, yaitu stilasi, dan 4) Ornamen gabungan ketiganya. yaitu a. Ornamen (a) ornament structural dan (b) ornament geometri applied. Ornamen pada desain hiasan motifnya diambil dari bentukbentuk yang busana dan lenan rumah tangga, dapat ada dalam ilmu ukur, seperti bentuk diartikan sebagai berikut :1. Ornament bulatan, segi empat, segi tiga, segi lima , structural setengah lingkaran dan sebagainya. Dari yaitu yang terjadi atau ada padakain itu sendiri, misalnya tekstur ialah ornamen yang bentuk bentuk bentuk tersebut dapat diperoleh Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 107 motif hias dengan cara :1) Menjejerkan Ulos adalah selembar kain yang atau mengelompokkan bentuk tersebut ditenun sebagai kerajinan oleh wanita dengan jarak tertentu 2) Membagi atau dengan berbagai pola dan aturan-aturan. memecahkan bentuk dan sebagainya. b. Ulos merupakan ciri Ornament organis bersifat naturalistis, Batak Toba menggambarkan secara kebudayaan artefaks (konkrit). Sebelum alamiah, misalnya : manusia, binatang, masuknya agama Kristen pada masyarakat rumah, pohon, Batak Toba, ulos sebagainya. bentuk benda bunga, daun Ornament dan organis diresapi khas kebudayaan tradisional adalah berwujud benda yang oleh suatu kualitas/kekuatan ragam “magis religius”. Oleh karena itu, banyak hiasnya dari bentuk alam, dimana manusia larangan dan pantangan yang tidak boleh sebagai bagian dari alam semesta tidak diabaikan ketika proses penenunan karena dapat melepaskan diri dari lingkungan diberkati kehidupannya. c. Ornament stilasi Panjangnya harus tertentu, jika tidak, dapat (renggaan) ragam hias jenis ini, dibuat mambawa maut dan kehancuran pada dengan mengubah atau menyederhanakan “tondi” atau roh sipenerima ulos. akan bentuk–bentuk yang diambil dari alam. tetapi, Penyederhanaan bisa dalam hal bentuk, aturan berupa ukuran dan pola tertentu pewarnaan maupun detailnya. Dalam hal maka ulos akan dapat dijadikan sebagai ini sekalipun bentuknya sudah diubah atau pembimbing dalam kehidupan.(Sirait.B, disederhanakan, bentuk asalnya masih 1980) menampilkan sumber pokok dapat dikenali. Benda alam yang banyak distilasi yaitu : binatang, tumbuhan, manusia, rumah, dan pemandangan. d. Ornament gabungan merupakan bentuk gabungan dari ketiga macam ornament tersebut di atas. Desain hias ornament dengan kekuatan keramat. jika ulos dibuat sesuai dengan Ragam hias dalam masyarakat tradisional batak yang disebut ornamen yaitu yang berbentuk pola atau motif, maka jika hanya sebagai titik titik, garis garis yang tidak berbentuk gambar bukanlah disebut ornamen tetapi dapat dikatakan sebagai hiasan saja atau dekorasi . gabungan akan memberikan keleluasaan Ada beberapa jenis pola ragam untuk memvariasikan jenis–jenis ornament dalam suatau desain hias yang menarik sesuai dengan tujuan penggunaan desian hias tersebut. Ulos Batak hias yaitu 1. Pola lajur atau tepi 2. Pola Simetris 3 Pola sudut atau pola pojok 4. Pola memusat 5. Pola. Memancar 6 Pola geometris tersebut .Dari beberapa jenis pola pola geometris Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan adalah pola 108 corak ulos batak batak toba Dalam kamus budaya pada ulos besar ragiidup, c) sibolang, ragi ada macam macam motif hotang, kebanyakan dipakai pada pinggir ragam hias antara lain: :a) Hotang-hotang ulos, yaitu garis-garis horizontal dan atau bertolak belakang vertical dari benang merah atau putih, biasanya ditempatkan ditengah maupun corak ini biasanya ditempatkan di pinggir dipinggir ulos. b) Gunduk Pahu motif yang ulos menyerupai pakis c) Andor andor, dan sebagainya. yaitu terdapat Contoh ornament ulos Batak 2. Aspek Dekoratif pada Busana Aspek dekoratif (desain hiasan) dengan strukturnya, memberikan pada busana berfungsi untuk memperkaya kesederhanan, hiasan sesuai dengan hiasan permukaan desain strukturnya. Jadi setiap strukturnya. garis, warna atau bahan-bahan lain yang Konteks pembahasan aspek dipergunakan pada desain struktur dengan structural tujuan untuk lebih mempertinggi mutu. menggunakan (Davis, Marian 1980) Suatu benda kadang- idealnya lebih mempertimbangkan mutu kadang memerlukan tambahan hiasan, kualitas bahan, bukan malah sebaliknya apabila hiasan strukturnya sederhana, baik banyaknya hiasan justru membuat si indah dan sesuai dengan fungsinya, tidak pemakainya menjadi soal apakah hiasan itu pada vas, berjalan. Pemilihan ragam hias batak pakaian, kursi, maupun ruangan, desainnya adalah suatu cara membuat busana tampil harus beda, semakin selektifnya memilih ragam memenuhi syarat-syarat; tidak berlebihan, letak hiasan harus sesuai hias, pada busana ornamen kelihatan tampilan busana Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan Batak seperti akan dengan Toba obor lebih 109 ‘berbicara’. Penggunaan Ornamen ulos visualisasidari karakter disain modern dan batak memberikan kesempatan yang lebih tradisional adalah : Modern terdiri dari luas untuk berkreasi, mampu menciptakan Fungsional, Dinamis, Efektif, Efisien dan busana yang memiliki keunikan heritage. teknologi, sedangkan Tradisional terdiri Namun dari : Ornamental, simbolis, tegas, keras, tetap dengan penuh syarat (tradisi). magis, dan dramatis, dengan demikian Unsur tradisi inilah yang akan unsure unsure tradisi inilah yang akan membentuk identitas dari disain busana . membentuk identitas dari disain busana. seperti yang diungkap oleh Davis (1980). 3. Proses Kreatif Konsep perancangan busana ini hiasnya atau ornament digunakan adalah modern dan tradisional. Istilah warna merah, putih, dan hitam yang modern merupakan cirri khas warna tradisi berarti sekarang, merujuk pada sesuatu yang baru, sedangkan tradisi dalam pengertian yang sederhana yaitu suku batak. d. Konsep material, material yang sesuatu yang sejak lama dan menjadi digunakan adalah bahan tekstil polos bahagian dari kehidupan suatu kelompok yang pemeliharaannya dapat dicuci masyarakat. dan di setrika , dan benang sulam Nilai nilai tradisi memiliki peran sebagai penerapan ornamennya yang sangat penting dalam perkembangan sehingga benar benar busana tersebut masyarakat batak dimana yang menjadi mempunyai unsure dekorat komponen komponen disainnya terdiri dari Letak hiasan pada busana adalah a. konsep bentuk , yang diambil adalah pada a) Bagian pinggiran busana yaitu bentuk dari ornament ulos, yaitu Pola lajur tepi merupakan pola yang bentuk geometris. diterapkan dalam menghias salah satu b. konsep gubahan , dari selembar kain bagian dari tepi busana misalnya bagian yang dililitkan pada tubuh (pemakaian tepi kelim . perulangan-perulangan motif ulos), yang akan di jadikan suatu disain membentuk untaian lurus atau model busana, menjadi busan yang berombak maksudnya mewah. atau pinggiran berada pada batas dimana c. konsep warna. Warna yang digunakan batas tersebut berupa ragam hias tepi dua garis lurus terdiri dari arna hitam, merah tua untuk maupun garis melengkung. Lebar dari bahan utama busana sesuai dengan garis batas menentukan lebarnya hiasan warna ulos, sedangkan untuk ragam pinggiran. Hiasan harus digambar di dalam Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 110 kedua garis batas dan tak boleh sampai dengan bentuk garis leher sehingga motif melebihinya sehingga kesannya baik. tersebut lebih memperindah bentuk 5) Dengan, selesainya motif di didisain, garis kerah, 6) bagian bawah rok, 7) bagian batas yang sebetulnya merupakan garis bawah pertolongan, yang boleh saja di hapus. b) sebagainya.. Contoh gambar Bagian bidang busana terdiri di 1) Letak yang akan di terapkan. bagian pusat, letak pada tengah pusat blus, 8) bagian lengan dan motif ulos Ornamen sebagai ragam hias berada disekitar bagian pinggang jika diterapkan model gaun, pas dada pada blus , pada penghias busana juga memiliki nilai bagian tengah muka memanjang dari atas simbolis tertentu didalamnya yaitu norma sampai pinggang bahkansampai bawah adat, rok,2) bagian tengah sisi, 3) bagian sudut, penempatannya pada busana 4) yaitu motif diletakkan juga oleh norma norma adat untuk disekitar garis leher yang mengikuti menghindari timbulnya salah pengertian bentuk garis antara lain bulat oval, segi akan makna atau nilai simbolis yang empat, segi lima dan sebagainya, karena terkandung di dalamnya. Contoh gambar itu kita harus menyesuaikan bentuk motif model dengan hiasan ornament ulos. garis leher, selain karena itu mempunyai bentuk Contoh gambar disain busana dengan motif Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan fungsi motif dan ditentukan 111 C. PENUTUP Suku batak adalah salah satu suku Untuk tetap memperkenalkan yang tersebar di Negara Indonesia, dengan daerah batak pada suku suku lain di kekayaan peninggalan sejarah yang sangat Indonesia corak uolos batak yang indah tinggi yaitu berupa artefak teraga dan dan unik yang disebut ornamen dijadikan artefak tidak teraga. Ulos termasuk bagian sebagai unsur dekoratif atau detail pada artefak teraga busana simbolik, banyak yang mempunyai arti dimana bahan utama busana Bahan tenunan ulos sudah adalah bahan katun polos (bukan tenunan didisain menjadi suatu model ulos batak) dengan memadukan unsur busana namun karena bahan tenunan ulos modern dan tradisioal. yang tidak tahan cuci dan setrika sehingga penggunaan busana menjadi terbatas. DAFTAR PUSTAKA Djoemena (2000) . Dasar dasar Disain. Jakarta. Depdikbud Marian.L.Davis (1980). Visual Design in Dress, Englewood Cliff , New Jersey Mary Thomas, 1969. Embroidery Book. New York. Gramercy Muliawan, Porrie . (2002). Menggambar Mode Busana. Jakarta : Gunung Mulia Pangaribuan Yetty (2011). Disain Ragam Hias. Unimed, Ritu. 1998. Lates Neck Designs, Delhi, Nishi Sirait Baginda (1980) Pengumpulan dan Dokumentasi Tradisional Di Sumatra utara Pempropsu . Laporan Penelitian Wasia Roesbani.1982.Ketrampilan Menghias Kain.BandungAngkasa. Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan PETUNJUK BAGI PENULIS 1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan. 2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus. 3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal) 4. Artikel hasil penelitian memuat : a. Judul b. Nama Penulis c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil penelitian : 50 – 80 kata) d. Kata-kata kunci) e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, dan rangkuman kajian teoritik) f. Metode penelitian g. Hasil penelitian h. Pembahasan i. Kesimpulan dan saran j. Daftar pustaka 5. Artikel Non Penelitian memuat : a. Judul b. Nama Penulis c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata) d. Kata-kata kunci) e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan tentang hal-hal pokok yang akan dibahas). f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan) i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran) j. Daftar pustaka 6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh berikut : Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa. Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for Learning. New Jersey :Prentice Hall Inc ISSN 1978-869X