Sinopsis Buku II KPH STRATEGI PENGEMBANGAN KPH DAN

advertisement
Sinopsis Buku II KPH
STRATEGI PENGEMBANGAN KPH
DAN PERUBAHAN STRUKTURAL
KEHUTANAN INDONESIA
Penulis Buku:
Agus Setyarso, Hariadi Kartodihardjo, Mustofa
Agung Sarjono, Bramasto Nugroho, Christine
Wulandari, Haryato R Putro, Eno Suwarno
Jakarta, 5 November 2014
DARI BUKU I KE BUKU II
• Buku I menguraikan:
–
–
–
–
Konsep, rasionalitas dan sosok KPH
Landasan legal dan kebijakan
Landasan kelembagaan
Landasan pembentukan dan operasionalisasi
• Buku II menyampaikan pembelajaran (dan umpan baik)
dari implementasi pembangunan KPH:
– Perubahan cara berfikir
– Pembelajaran pada tata pemerintahan kehutanan
– Pembelajaran pada konstelasi kelembagaan di tingkat pusat,
daerah, dan tapak
– Pembelajaran pada operasionalisasi KPH
– Rekomendasi mengenai pembangunan KPH ke depan
Sinopsis Bab-per-Bab
I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang: selama 40 tahun – upaya
pemecahan masalah tidak menjadikan
masalah menjadi berkurang
2. KPH sebagai intrumen menyelesaikan
masalah berbasis situasi tapak
3. Namun demikian, membangun KPH tidak
sederhana
4. Memerlukan perubahan mindset,
mainstreaming peraturan perundangan
dan pembelajaran terus menerus untuk
dapat merumuskan strategi ke depan
5. Mengapa buku ini disusun serta kerangka
isinya.
II. KPH: URGENSI DAN TRANSFORMASI PERUBAHAN
STRUKTURAL KEHUTANAN INDONESIA
A. Perubahan 1. Kayu sebagai keutamaan hasil hutan, perizinan, ekonomi
tata nilai dan
biaya tinggi, kebijakan secara adil dan masalah-masalah
mindset
sosial.
2. Perubahan mindset diperlukan dan dijalankan pada
tingkat kelembagaan dan kebijakan. Terbukti gagal apabila
perubahan dilakukan hanya di tingkat operasional saja.
B. Perbaikan
1. Masalah tata-kepemerintahan hutan dan lahan (UNDP,
tata-kepeme2013) serta persoalan pengurusan dan pelaksanaan izin
rintahan
(KPK, 2013).
kehutanan 2. Hubungan antara masyarakat/pengusaha dan
Pemerintah/Pemda dalam pengelolaan hutan tidak efektif.
3. Pemisahan fungsi administrasi, manajemen dan
perencanaan dilakukan untuk mewujudkannya
pembaruan kelembagaan.
4. Efektifitas dan efisiensi peran organisasi kehutanan daerah
dan organisasi perencanaan.
C. Penyesuaian
kelembagaan
kehutanan
1. Arah struktur organisasi kehutanan di Pusat (dan KLH??)
2. Peran KPH sebagai instrumen penting di tingkat tapak.
3. Kelembagaan kehutanan pada tingkat propinsi dan kabupaten.
4. Kesepakatan nasional sudah mengarahkan KPH sebagai instrumen
utama pembenahan kelembagaan kehutanan tersebut.
D. Perubahan
sistem
pengelolaan
sumberdaya
hutan
1. Penguatan fungsi konservasi, lindung dan produksi dikaitkan
dengan ekoregion (landscape management—UU 32/2009).
2. Penjelasan teknis penyelarasan RKTN-RPTP-RKTK-RJPKPH dalam
hubungan spasial dengan tata ruang dan rencana pembangunan
daerah.
3. Konsep “No KPH, No permit” serta RHL dalam KPH.
E. KPH sebagai
titik masuk
1. KPH sebagai building block pembangunan kehutanan 
hierarchical, multidimesional
2. KPH adalah “lukisan faktual” kehutanan  empirical based,
problem based, neeed-based pada struktur dan fungsi
pemerintahan serta kebijakan (bukan lagi assumption based)
3. KPH mandiri dan profesional  Reposisi kelembagaan di pusat dan
daerah
4. KPH menawarkan keberagaman  anti-uniformity di tingkat
kebijakan
III. MAINSTREAMING PERATURAN DAN
PERUNDANGAN KEHUTANAN
A. Kondisi
Kondisi dan masalah pokok pengelolaan hutan
Pengelolaan Hutan konservasi, lindung dan produksi untuk memberi
gambaran fungsi KPH sebagai instrumen untuk
memperbaikinya
B. Konsep dan Prinsip KPH bagian dari ‘institutional change” disamping sesuai
Pengarus-utamaan peraturan dan infrastruktur/sarana fisik, juga distribusi
KPH
power, komunikasi, peran aktor dan jaringan. [Dua
disertasi yang fokus pada komunikasi dan arena aksi
pembangunan KPH]
C. Arah Perubahan/ Pelaksanaan pengelolaan hutan jangka pendek,
Transformasi
menengah dan panjang dan peran KPH baru dibentuk dan
Kebijakan
yang sudah beroperasi.
D. Transformasi
Pengelolaan KPHK perlu transformasi yang spesifik karena
kelembagaan dan menyangkut kekhasan landasan undang-undang dan
kebijakan untuk
kekhasan kewenangan, serta kekhasan pengelolaan di
KPHK
tingkat tapak
IV. MAINSTREAMING PENGURUSAN HUTAN DI DAERAH
(belum dikaji ulang dengan UU 23/2014)
A. Tupoksi Prop. dan 1. Meringkas dan memaknai peraturan-perundangan yang terkait
Kab. dan
dengan tupoksi kehutanan di tingkat Propinsi dan Kabupaten serta
hubungan tata
peran KPH di dalamnya.
kerja dengan KPH 2. Memaparkan alternatif hubungan tata kerja
B. KPH dan
1. Menjabarkan fungsi-fungsi khusus KPH yang mengkaitkan
Pemegang Izin
manajemen hutan dan perencanaan hutan oleh pemegang izin
[Memperhatikan konsep Ditjen BUK dalam mentransformasikan
sistem perizinan ke operasionalisasi KPH—pelaksanaan Renaksi
NKB-KPK].
2. Peluang reformasi relasional KPH-BUMN (Inhutani)
C. Mewujudkan
1. Dengan menggunakan Rencana Jangka Panjang KPH, Pemda dapat
Pemisahan Peran
menetapkan target-target pembangunan kehutanan daerah, baik
Administrasi,
target fisik, insfrastruktur ekonomi dan sosial, pemberdayaan
Manajemen dan
masyarakat, rehabilitasi hutan dan lahan serta pemulihan daya
Perencanaan
dukung lingkungan.
Hutan secara
2. Pembangunan tersebut disejalankan dengan RPJM dan Renstra
Bertahap di
Instansi Kehutanan yang ada
Daerah
3. Pengalaman empirik KPH dan pembangunan daerah
C. Mainstreaming
KPHK di daerah?
V. PEMBELAJARAN DARI PEMBENTUKAN DAN
OPERASIONALISASI KPH
A. Pembelajaran 1. Pembelajaran pada aspek tata
dari KPHP dan
kepemerintahan Pusat-daerah
KPHL:
2. Proses dan hasil pembentukan dan
B. Pembelajaran
operasionalisasi KPH
operasionali- 3. Hambatan utama, termasuk kelemahan
sasi KPHK
kebijakan
4. Pembelajaran dari berbagai kasus (KPH TBS,
Rinjani Barat, Gularaya, Alas Purwo)
KPH TBS: Berbasis produksi, pada kawasan gambut, didominasi oleh pemegang ijin
KPH Rinjani Barat: berbasis hutan lindung dengan tekanan sosial tinggi
KPH Gularaya: berbasis hutan produksi bekas reboisasi
KPH Taman Nasional Alas Purwo: berbasis kawasan konservasi
VI. MENUJU KPH MANDIRI—APA YANG HARUS
DILAKUKAN?
A. Konsep
Dijelaskan bagaimana institusi dapat mandiri baik secara
pemandirian KPH struktural maupun fungsional [Peter Guy, 2000] serta
berkemampuan membangun jaringan [Max Krott, 2005].
B. Pembaruan Sistem Mengenali kekayaan SDH sebagai landasan menjalankan
Pengelolaan Hutan (pembaruan) sistem pengelolaan hutan serta bekerjanya
menuju Pendirian SDM “melampaui” struktur yang telah ditetapkan
KPH
C. Pengalaman
Pengalaman KPH Lakitan
penyiapan PPKPengalaman KPH DIY
BLUD KPH
Pengalaman KPH Gularaya
Kemandirian KPHK
VII. MEMBANGUN PROFESONALISME SDM KPH
A. Urgensi SDM
profesional di KPH,
baseline status SDM
KPH, tantangan yang
dihadapi
B. Penguasaan terhadap
masalah dan akar
masalah pengelolaan
hutan
C. Mempratekkan hasil
pendidikan dan latihan
dalam dunia nyata
D. Sertifikasi kompetensi
termasuk standardnya
E. Kompetensi
membangun jaringan
1. UU ASN dan urgensinya bagi KPH
2. SDM KPH perlu memahami apa yang tersurat dan tersirat dalam
menjalankan organisasi.
3. Pengetahuan untuk menetapkan akar masalah agar mampu
memecahkan masalah secara efektif.
4. Pemberlakuan AEC 2016
Pengetahuan dan keterampilan selamanya hanya sebagai “potensi”
apabila tidak diikuti dengan pengetahuan mengenai “arena aksi” dan
strategi menjalankan pengetahuan dan keterampilan tersebut.
Standar kompetensi dan strategi pencapaiannya
1. Organisasi saat ini tidak dapat hanya bersifat myopic ke dalam namun
juga harus dapat memanfaatkan sumberdaya di luarnya.
2. Prinsip-prinsip membangun jaringan diperlukan bagi tenaga
profesiaonal KPH.
VII. KEMITRAAN KPH DAN
MASYARAKAT
A. Hubungan
Masyarakat dan
Hutan
Setiap hubungan antara hutan dan masyarakat
mempunyai karakteristik tertentu yang harus fihahami.
Sifat-sifat hubungan ini menjadi landasan utama dalam
proses dan pelaksanaan kemitraan
B. Konsep dan Prinsip Terdapat konsep collective actions dan hubungan
Kemitraan
principal-agent yang perlu difahami dalam pelaksanaan
kemitraan
C. Langkah-langkah Model-model kemitraan. Prospek kemitraan melalui
pelaksanaan
skema perijinan HKm, HD, HTR, HA. Tahapan dan
kemitraan
perhatian-perhatian penting dalam menginisiasi dan
menjalankan kemitraan antara KPH dan masyarakat di
wilayah tertentu.
A. Community
Membangun kerjasama usaha (joint venture) dengan
venturing
UKM kehutanan di KPH
IX. Penilaian Kinerja Pembangunan KPH
A. Konsep dan
Prinsip
Penetapan
Kinerja KPH
B. Kriteria dan
Indikator
Pembangunan
dan Kinerja
KPH
C. Implikasi bagi
Manajemen
KPH
Mendefinisikan lingkup pembangunan dan
kinerja KPH, mengetahui kondisi/situasi kunci
yang perlu diukur dalam penilaian
pelaksanaan pembangunan dan kinerja KPH
Menyajikan hasil telaah kriteria dan indikator
pembangunan dan kinerja KPH
Strategi dan langkah-langkah Kepala KPH
menggunakan hasil penilaian standar kinerja
KPH
X. Strategi ke depan
A. The bottle necks
Hambatan dalam transformasi paradigma dari
pemanfaatan kayu ke pengelolaan sumberdaya dan
ekosistem, biaya transaksi pada skema perijinan, proses
transisi regulasi dan sosialisasi KPH, infraskturktur, SDM
dan pendanaan.
B. Jejaring Kerja dan Jejaring di dalam Kemenhut
percepatan
Jejaring lintas sektor
pembangunan KPH Jejaring antar tingkat pemerintahan
Jejaring Akademisi
Jejaring CSO
C. Peta strategi
Penyesuaian struktur di kementerian
Membangun learning organisation
Membangun shared service governance
De-bottlenecking
Terimakasih
Download