Penentuan Hiposenter Sumber Gempa Di

advertisement
Identifikasi Daerah Patahan
dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole
di Desa Renokenongo Porong Sidoarjo
Sri Cahyo Wahyono1, Totok Wianto1, Simon Sadok Siregar1,
Widya Utama2 dan Suminar Pratapa2
Abstract: Fault is already occurred in Renokenongo, Porong - Sidoarjo. These
fault’s have destroyed some building and public facilities. Existence of these
fault’s have been detected by using 2D resistivity method. In this research,
measurement of 2D resistivity is conducted by using Dipole-Dipole configuration.
Configuration has been done in two lines. The first line is length of measurement
200 meters and direction E 98° S and second line the path lenght of 120 meters
and direction N 50 E. From the resistivity section, position of fault is founded. For
first line, position of fault stays at point 25; 43; 57; 97,5; 110 and 136 m. While for
second line position of fault stays at point 33; 50 and 100 m.
Keywords: fault, resistivity, Dipole-Dipole configuration, Renokenongo village
PENDAHULUAN
Erupsi lumpur panas telah
yang
Semburan
lumpur
panas
terjadi
sekitar
sumur
di
terjadi di Porong, Kabupaten Sido-
eksplorasi BJP-1 keluar dari suatu
arjo, sejak tanggal 29 Mei 2006 dan
bidang lemah yang dalam hal ini
sampai sekarang belum berhenti.
adalah patahan/sesar Watukosek,
Erupsi dimulai oleh semburan kecil
sedangkan patahan dangkal yang
gas putih-kelabu dan diiringi dengan
bersifat konsentris di sekitar sumur
air lumpur. Hasil erupsi tersebut
BJP-1
telah menggenangi daerah seluas
amblesan akibat perubahan struktur
kurang lebih 600 hektar dan me-
elastisitas
nenggelamkan sarana dan prasara-
karena keluarnya massa batuan
na kehidupan masyarakat sekitar.
bawah permukaan. Patahan tersebut
Penimbunan
di
oleh
bawah
adanya
permukaan
yang
tampak jelas di Desa Renokenongo
demikian luar biasa telah menimbul-
dan telah merusak beberapa sarana
kan ketidakstabilan bentuk muka
dan prasarana masyarakat seperti
bumi di daerah Porong. Hal ini
jalan dan masjid (Sardjono, 2007).
merupakan
massa
disebabkan
ancaman
utama
Penelitian yang telah dilaku-
terhadap semua aspek kehidupan
kan di sekitar semburan lumpur
masyarakat
panas
di
sekitar
semburan
lumpur Sidoarjo.
antara
lain
penyebab
terjadinya luapan lumpur karena
1
) Staf Pengajar Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat
) Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2
174
Wahyono, S.C., dkk, Identifikasi Daerah Patahan..............
175
atau
dengan “n” dimulai dari 1 dan
pemboran (Davies et. al., 2008);
maksimal bernilai 6. Jika “n” lebih
pengukuran struktur daerah patahan
besar dari 6 maka pengukuran nilai
dengan gelombang seismik resolusi
potensial tidak akurat lagi karena
tinggi
nilai potensialnya sangat rendah.
dipicu
oleh
gempa
(Ben-Zion
penelitian
bumi
et.
tentang
al.,
2007);
pemicu
dan
Untuk
meningkatkan
perubahan secara dinamik dari mud
investigasi,
volcano LUSI (Mazzini, et. al., 2007);
elektroda C2 – C1 (dan juga P1 – P2)
kelahiran mud volcano di Jawa
dinaikkan menjadi “2a” dan seterus-
Timur (Davies et. al., 2007); analisa
nya. Dalam sistem dipole-dipole,
pengaruh infiltrasi air hujan terhadap
intensitas medan listrik berkurang
sifat fisik lumpur Porong Sidoarjo
dengan cepat sesuai dengan seper-
berdasarkan karakteristik kelistrikan
jarak pangkat tiga, sehingga pelak-
(Utama dkk, 2007) dan pengaruh
sanaan pengukuran medan listrik
lumpur
terpenting
menjadi sulit pada jarak pengukuran
penambahan
yang cukup jauh. Problem ini dapat
vulkanik
adalah
adanya
yang
sedimen (Dimitrov, 2002).
dari
batuan
spasi
antara
diatasi dengan memperbesar arus
Sifat listrik batuan merupakan
karakteristik
maka
kedalaman
apabila
atau
panjang
dipole
tersebut
(Hendrajaya dkk, 1990).
dialirkan arus listrik ke dalam batuan
Pada tahanan jenis mapping,
tersebut. Arus listrik ini dapat berasal
jarak spasi elektroda tersebut tidak
dari alam sendiri sebagai akibat dari
berubah-ubah
ketidakseimbangan konsentrasi atau
sounding yang diamati (besarnya “a”
dapat juga berasal dari arus listrik
dan “n” tetap). Sedangkan pada
yang dengan sengaja diinjeksikan
tahanan jenis sounding, jarak spasi
kedalamnya (Hendrajaya dkk, 1990).
antara C1 - C2 ke P1 - P2 elektroda
Pada
konfigurasi
untuk
setiap
titik
dipole-
tersebut diperbesar secara gradual (
dipole, pengukuran biasanya dimulai
“a” tetap, “n” berubah secara gra-
dengan spasi “a” antara elektroda
dual), mulai dari harga n kecil, untuk
C2 – C1 (dan juga P1 – P2).
suatu titik sounding. Model pengu-
Sedangkan jarak antara elektroda C2
kuran 2D konfigurasi dipole-dipole
– C1 ke
seperti terlihat pada Gambar 1.
P1 – P2 sebesar “na”
176
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (174 – 184)
a
na
a
I
V
a
a
C2
C1
P1
P2
Gambar 1. Model pengukuran 2-D konfigurasi Dipole-Dipole (Ward, 1992).
Sedangkan faktor geometri dipole-
dalam bumi dan cara mendeteksinya
dipole sebesar:
di permukaan bumi. Dalam hal ini
K   an(n  1)(n  2)
(1)
meliputi
pengukuran
Dari hambatan jenis yang terbaca
pengukuran
dalam
alamiah maupun akibat injeksi arus
konfigurasi
dipole-dipole
V
I
baik
secara
ke dalam bumi.
dapat dinyatakan dalam rumus:
aw   an(n  1)(n  2)
arus
potensial,
(2)
METODE PENELITIAN
Metode geolistrik merupakan
Metodologi penelitian meliputi
salah satu metode geofisika untuk
beberapa
mempelajari sifat aliran listrik di
Gambar 2.
proses
Informasi Geologi
Survei Awal
Akusisi Data Lapangan
Konfigurasi Dipole-Dipole
Pengolahan Data dengan Software
Res2Dinv
Interpretasi Data
Kesimpulan
Gambar 2. Alur penelitian
seperti
pada
Wahyono, S.C., dkk, Identifikasi Daerah Patahan..............
Lokasi
berada
di
daerah
Desa
penelitian
Renokenongo,
Porong,
Sidoarjo,
Jawa
177
Timur
seperti pada Gambar 3.
Lokasi
Penelitian
Gambar 3. Peta lokasi penelitian
Akuisisi data pada lintasan-1
kuran metode geolistrik. Peralatan
dimulai dari koordinat 112°43’03,2”
yang digunakan adalah Resistivity-
BT
dan
07°31’53,6”
LS
yang
meter,
elektroda,
membentang ke arah E 98° S dan
meteran,
lintasan-2
Talky dan kamera.
dimulai
dari
koordinat
112°43’10,2” BT dan 07°31’53,5” LS
kompas,
palu
geologi,
GPS,
Handy
Tahapan pengambilan data
yang membentang ke arah N 5° E.
adalah
penentuan
Baik lintasan-1 maupun lintasan-2
pada
peta,
berada tepat di atas lokasi yang
sounding di lapangan dan pengukur-
terlihat patahan di Desa Reno-
an lapangan. Penentuan posisi awal
kenongo Sidoarjo.
dengan menggunakan GPS (Global
Tahap
penempatan
titik
Positioning System) untuk menentu-
penting karena akan menentukan
kan posisi terhadap garis lintang dan
beberapa
garis
akusisi
data,
pada
saat
tahap
bujur,
kemudian
dilakukan
perancangan
pengukuran. Pengukuran dilakukan
panjang lintasan dan penentuan titik
sebanyak dua buah lintasan dengan
awal dan akhir. Dalam melakukan
lintasan-1
akuisisi
maka
dengan titik awal pada koordinat
diperlukan peralatan untuk pengu-
112°43’03,2” BT dan 07°31’53,6” LS
data
yaitu
ini
sounding
sangat
hal
survei
titik
lapangan,
sepanjang
200
meter
178
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (174 – 184)
yang membentang ke arah E 98° S
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan lintasan-2 mengambil lintasan
Pergerakan
tanah
dalam
sepanjang 120 meter dengan titik
arah horisontal maupun vertikal di
awal pada koordinat 112°43’10,2”
sekitar semburan lumpur Sidoarjo
BT
adalah sesuatu hal yang wajar dan
dan
07°31’53,5”
LS
yang
membentang ke arah N 5° E.
Setelah
disebabkan oleh beberapa faktor
dilakukan
akuisisi
secara bersama-sama yaitu proses
data lapangan maka didapatkan
relaksasi tanah (ground relaxation)
hasil data tentang resistivitas dari
akibat
tiap-tiap titik, kemudian data tersebut
permukaan tanah dalam volume
dikalikan dengan faktor geometri
yang sangat besar, beban lumpur,
untuk mendapatkan harga resistivi-
pemampatan tanah karena adanya
tas semu yang akan digunakan
pekerjaan dan aktivitas (pembuatan
dalam pengolahan data. Pengolahan
tanggul dengan kendaraan berat
data ini dilakukan dengan komputer
yang
dengan
kembali
menggunakan
perangkat
keluarnya
hilir-mudik)
struktur
lumpur
dan
ke
aktifnya
geologi
sesar
lunak Res2dinv. yang menghasilkan
Watukosek yang melalui kawasan
kontur 2D dengan menggunakan
lumpur tersebut.
program inversi. Program inversi ini
menggambarkan
dan
membagi
Secara
umum
Renokenongo
daerah
termasuk
pada
keadaan bawah permukaan dalam
morfologi Kabupaten Sidoarjo yang
bentuk
penampang
berupa
inversi
yang
2D.
Metode
digunakan
dataran
dengan
dalam
topografi
pengolahan data adalah metode
tanahnya
kuadrat terkecil (least square) (Loke,
alluvial dan batuan sedimen yang
1990).
merupakan batuan induk seperti
Interpretasi
data
adalah
pemberian kesan, pendapat, pandangan
teoritis,
atau
penafsiran
yang
rendah,
seragam
merupakan
dan
endapan
yang terlihat pada Gambar 4.
Sedangkan geologi struktur
Kabupaten
Sidoarjo
adalah
terhadap suatu data. Dari pengolah-
pemunculan batuan kuarter bawah
an data yang berupa pencitraan 2D
yang cenderung berumur tersier,
dengan
akan
seperti yang tampak pada lapisan
diinterpretasikan letak patahan pada
lempung pasiran di sekitar Driyorejo.
setiap lintasan.
Dengan adanya pemunculan batuan
perbedaan
warna
Wahyono, S.C., dkk, Identifikasi Daerah Patahan..............
179
tersier di permukaan menunjukkan
Surabaya, lipatan tersebut memben-
daerah Kabupaten Sidoarjo pernah
tuk struktur antiklin dan sinklin.
terganggu oleh tektonik yang berupa
Sedangkan bagian selatan ke arah
pengangkatan
utara
wilayah Kabupaten Pasuruan secara
Mojokerto, lebih jelas dapat dilihat
tiba-tiba berubah menjadi daerah
pelipatan yang bergelombang dari
perbukitan yang terdiri dari batuan
lapisan batuan sedimen tersier yang
vulkanik muda dan batuan sedimen
penyebarannya
bersifat lempungan berumur kuarter.
di
bagian
menerus
hingga
Lokasi
Penelitian
Gambar 4. Peta geologi Kecamatan Porong
Dalam tatanan geologi Jawa
tektonika
Zona
Kendeng
bagian
Timur, lumpur Porong terdapat di
timur yang berada diutara sub-
cekungan
Porong
cekungan Porong, masih berada
(Porong Sub-Basin) yang terletak
dalam keadaan berevolusi (proses
diantara sesar-sesar (patahan) yang
tektonik masih berlangsung) diban-
sebagian masih aktif, merupakan
dingkan dengan di bagian tengah
bagian
dan barat.
pengendapan
dari
Cekungan
Sentral
(Central Deep) yang mempunyai
Antiklin
Gujangan
dekat
tatanan geologi dan struktur yang
Surabaya dan Pulungan di sebelah
komplek. Data geologi menunjukkan
selatannya,
bahwa
transversi, dengan bagian timurnya
baik
stratigrafi
maupun
dipotong
oleh
sesar
180
yang
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (174 – 184)
turun.
tersebut
pada patahan terisi oleh fluida atau
merupakan tanda peralihan antara
mineral yang relatif lebih kondusif
bagian ujung dari zona Kendeng
dari
(yang telah terlipat lemah) yang
patahan bisa memiliki harga resis-
menunjam di Delta Porong dengan
tivitas yang tinggi melebihi harga
Selat Madura yang masih menurun
resistivitas tanah/batuan yang ada
dan diisi oleh sedimen yang belum
disekitarnya
terlipat. Keadaan tersebut menun-
tersebut tidak terisi (udara). Hal ini
jang
dikarenakan
bahwa
Sesar
proses
gerak-gerak
batuan
sekitarnya.
jika
pada
udara
Bidang
patahan
merupakan
tektonik di wilayah cekungan Porong
isolator sehingga arus listrik sangat
masih berlangsung.
sulit untuk melewatinya.
Selama
masih
Kondisi di lapangan memper-
maka
proses
lihatkan bahwa patahan yang terlihat
akan
terus
di permukaan semua terisi oleh
meluas.
fluida atau materi lainnya. Oleh
Seperti adonan roti yang ditarik ke
sebab itu bidang patahan yang
bawah di bagian tengahnya maka
terdeteksi
disekelilingnya akan terjadi retak
memiliki resistivitas rendah yang
melingkar dan menjari. Tanda-tanda
menerobos atau memotong bidang
amblesan antara lain terjadi retakan
perlapisan antar batuan.
terus
semburan
berlangsung
amblesan
berlangsung
masih
dan
akan
memanjang pada tanah (adanya
adalah
Pengambilan
bidang
data
yang
dengan
kawasan yang tergenang padahal
konfigurasi dipole-dipole dan diolah
sebelumnya belum pernah tege-
dengan
nang; dan munculnya semburan
lunak Res2dinv untuk mendapatkan
baru) dan pada bangunan (pintu dan
tampilan 2D kontur resistivitas dari
jendela rumah tidak bisa dibuka atau
struktur
tidak normal dll).
permukaan. Hasil pengolahan data
Pendugaan
menggunakan
lapisan
perangkat
tanah
bawah
berdasarkan
adalah kontur resistivitas sebenar-
karakteristik kelistrikan bumi dapat
nya yang diperoleh setelah melalui
digunakan untuk menentukan posisi
proses pemodelan inversi (inverse
bidang patahan. Harga resistivitas
model resistivity section) (Telford,
tanah/batuan pada
1976).
patahan pada
umumnya lebih rendah dari tanah/
Akuisisi data lintasan-1 di-
batuan sekitarnya. Hal ini karena
lakukan dengan mengambil lintasan
Wahyono, S.C., dkk, Identifikasi Daerah Patahan..............
181
sepanjang 200 meter dengan titik
variasi jarak antara elektroda arus
awal
koordinat
(C1) dan elektroda potensial (P1)
112°43’03,2” BT - 07°31’53,6” LS
berturut-turut 5, 10, 15, 20 dan 25
yang membentang dari arah barat –
meter.
berada
pada
timur di bahu jalan dengan spasi
Dari hasil pengolahan data
antar elektroda arus (C2 – C1) dan
lintasan-1
spasi antar elektroda potensial (P1 –
harga resistivitas semu dari hasil
P2) adalah 5 meter. Sedangkan
inversi seperti pada Gambar 5.
diperoleh
penampang
Patahan
Gambar 5. Pendugaan posisi patahan untuk lintasan 1.
Gambar 5 terlihat beberapa
yang membentang dari arah selatan
ditunjukkan
–utara di bahu jalan dengan spasi
dengan warna biru dan hijau dengan
antar elektroda arus (C2 – C1) dan
harga resistivitas antara 0,909–8,37
spasi antar elektroda potensial (P1 –
Ωm yang
perlapisan
P2) adalah 5 meter. Sedangkan
antar batuan yang memiliki nilai
variasi jarak antara elektroda arus
resistivitas yang lebih tinggi. Bidang-
(C1) dan elektroda potensial (P1)
bidang ini diperkirakan merupakan
berturut-turut 5, 10, 15, 20, 25 dan
patahan.
30 meter.
bidang
lemah
yang
memotong
Akuisisi
data
lintasan
2
Dari hasil pengolahan data
mengambil lintasan sepanjang 120
diperoleh
penampang
harga
meter titik awal pada koordinat
resistivitas semu dari hasil inversi
112°43’10,2” BT - 07°31’53,5” LS
seperti pada Gambar 6.
182
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (174 – 184)
Patahan
Gambar 6. Pendugaan posisi patahan untuk lintasan 2.
bidang
Gambar 6 terlihat beberapa
bahwa
pada
lintasan
tersebut
lemah
banyak
terjadi
patahan
dangkal
yang
ditunjukkan
dengan warna hijau dengan harga
disebabkan oleh adanya amblesan
resistivitas antara 5,13–14,20 Ωm
akibat perubahan porositas di bawah
yang memotong perlapisan antar
permukaan karena keluarnya massa
batuan yang memiliki nilai resistivitas
batuan bawah permukaan.
yang lebih tinggi. Bidang-bidang ini
diperkirakan merupakan patahan.
Lintasan 2 dengan panjang
bentangan 120 meter pada koordi-
Berdasarkan kontur resistivi-
nat 112°43’10,2” BT dan 07°31’53,5”
tas lintasan 1 terlihat adanya bidang-
LS yang membentang ke arah N 5°
bidang
E
lemah
dengan
harga
dengan
variasi
jarak
antar
resistivitas rendah antara 0,909–
elektroda berturut-turut 5, 10, 15 dan
8,37 Ωm. Bidang ini memotong
20 meter. Hasil pengukuran dipero-
perlapisan batuan yang ada diseki-
leh harga resistivitasnya berkisar
tarnya
antara 0,243–299 Ωm seperti pada
dengan
harga resistivitas
yang lebih tinggi. Jadi pada lintasan
Gambar 6.
tersebut telah terjadi dislokasi atau
Berdasarkan kontur resistivi-
patahan dibeberapa titik yaitu pada
tas lintasan 2 terlihat beberapa
titik 25; 43; 57; 77; 97,5; 110; 125
bidang
dan
lokasi
dengan warna kuning dengan harga
lintasan 1 berada tepat di samping
resistivitas antara 5,13–14,20 Ωm
tanggul
lumpur
yang memotong perlapisan antar
Porong, maka hal ini membuktikan
batuan yang memiliki nilai resistivitas
136
meter.
Karena
penampungan
lemah
yang
ditunjukkan
Wahyono, S.C., dkk, Identifikasi Daerah Patahan..............
yang lebih tinggi. Jadi pada lintasan
tersebut telah terjadi dislokasi atau
patahan dibeberapa titik yaitu pada
titik 33, 50 dan 100 meter.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan selesainya penelitian
ini
kami
kepada
ucapkan
Dirjen
Dikti
terima
kasih
yang
telah
membiayai penelitian dalam Hibah
Pekerti 2008.
KESIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bidang patahan untuk lintasan 1
berada pada titik 25; 43; 57; 77;
97,5; 110; 125 dan 136 meter.
2. Bidang patahan untuk lintasan 2
berada pada titik 33; 50 dan 100
meter.
3. Adanya amblesan akibat perubahan porositas di bawah permukaan karena keluarnya massa
batuan bawah permukaan di
sekitar sumur eksplorasi BJP-1
telah
menyebabkan
patahan
dangkal di Desa Renokenongo.
DAFTAR PUSTAKA
Ben-Zion, Y., Peng, Z., Lewis, M.A.
& McGuire, J. 2007. High
Resolution Imaging of Fault
Zone Structures with Seismic
Fault Zone Waves, Scientific
Drilling, Special Issue 1: 78-79.
183
Davies, R.J, Brumm, M, Manga, M.,
Rubiandini, R, Swarbrick, R &
Tingay, M. 2008. The East
Java
Mud
Volcano:
An
Earthquake or Drilling Trigger?,
Earth and Planetary Science
Letters 272: 627-638.
Davies, R.J., Swarbrick, R.E.,
Evans, R.J. & Huuse, M. 2007.
Birth of a mud volcano: East
Java, 29 May 2006.
GSA
Today 17: 4-9.
Dimitrov, L.I. 2002. Mud Volcanoes
the Most Important Pathway for
Degassing
Deeply
Buried
Sediments.
Earth-Science
Reviews 59: 49-76.
Hendrajaya, L. & Arif, I. 1990.
Geolistrik
Tahanan
Jenis,
Monografi: Metoda Eksplorasi,
Bandung: Laboratorium Fisika
Bumi, ITB.
Loke, MH. 1999, Electrical Imaging
Surveys for Environmental and
Engineering Studies.
Mazzini,
A.,
Svensen,
H.,
Akhmanov, G.G., Aloisi, G.,
Planke,
S.
&
MaltheSorenssen, A. 2007. Triggering
and Dynamic Evolution of LUSI
Mud Volcano, Indonesia, Earth
Planet, Sci.Lett. 266: 375-388.
Sardjono, S.P. 2007. Jurnal Fisika
dan Aplikasinya: Analisis Data
Gaya Berat dan VLF untuk
Penentuan Bidang Patahan
Penyebab Semburan Lumpur
di Sumur Eksplorasi BJP-1
Porong. Surabaya: ITS.
Telford,
W.M.
1976.
Applied
Geophysics.
London:
Cambridge University Prees.
Utama, W., Brigita, D.L. & Muntaha,
M. 2007. Analisa Pengaruh
Infiltrasi Air Hujan terhadap
Sifat Fisik Lumpur Porong
I
184
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (174 – 184)
Sidoarjo Berdasarkan Karakteristik Kelistrikan. Seminar
Nasional Teknik Sipil III 2007.
FTSP ITS. Surabaya
Ward, Stanley H. 1992, Geotechnical and Environmental
Geophysics. Oklahoma:Society
of Exploration Geophysicists.
Download