homogenitas ragam acak dan analisis gabungan

advertisement
Media Soerjo Vol.2 No. 1 April 2008
ISSN : 1978-6239
HOMOGENITAS RAGAM ACAK DAN ANALISIS GABUNGAN
SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA BEBERAPA LOKASI
DI JAWA TIMUR
Homogenity of Random Variance and Combined Analysis of
Ten Soybean Genotypes at Some Locations in The East Java
Meiyana Hikmawati
Fakultas Pertanian
Universitas SOERJO Ngawi
`
A. ABSTRAK
Soybean as agricultural commodity is very important in Indonesia. National demand of soybean for
consumption increased in last years. The objectives of this research is to determine homogeneous of random
variance and combined analysis ten genotypes of soybean at some locations in the East Java.
The research was conducted at Jember, Probolinggo, Mojokerto, Ngawi, Banyuwangi and Kediri.
Ten Soybean genotypes were used, i.e. Burangrang, Argomulyo, Leuser, Malabar, Wilis, G 7955, G 234,
482, Lokon and 481. The research has been designed in Completely Randomized Block Design with three
replication. Planting was done with two plants per hill spaced at 40 cm between rows and 10 within rows, in
a 3 m x 3 m plot size. Bartlett’s test was used to analyze homogeneous of random variance or coefficient
variations of error.
The result showed : (1) not all parameters are homogen for all locations. Coefficient of variation
less than 20 %, so that they can be included in combined analysis. (2) Combined analysis showed there was
interaction between genotype and environment for plant heigh, number of full pod per plant, number of seed
per plant and seed weight per plant.
Key words : genotype, homogeneity of variance error, combined analysis
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanaman kedelai dapat tumbuh di
lingkungan yang luas, mulai lahan yang kurang
subur dengan iklim yang kurang sesuai hingga
lahan yang subur dan didukung iklim yang
sesuai. Namun demikian untuk pertumbuhan
optimal tidak semua kondisi dapat memberikan
hasil yang optimal, bahkan sebagian besar areal
produksi kedelai yang ada sebetulnya merupakan
lahan yang kurang sesuai.
Keragaman sistem dalam usahatani
kedelai ini juga dapat dilihat dari segi tipe lahan
yang dipakai, jenis tanah, cara budidaya, sistem
rotasi dan pola tanam serta musim tanamnya.
Keadaan yang sangat kompleks ini memerlukan
suatu tehnologi yang spesifik, salah satunya
adalah penggunaan varietas unggul yang
beradaptasi pada lingkungan spesifik.
Produktivitas
usahatani kedelai di
Indonesia masih rendah, rata-rata 1,25 ton per ha,
lebih rendah dibanding dengan negara penghasil
utama kedelai dunia (USA dan Brazil) yang telah
mencapai rata-rata melebihi 2,0 ton per ha. Hal
ini berarti produktivitas usahatani kedelai di
Indonesia masih dapat ditingkatkan.
Produktivitas usahatani kedelai merupakan
interaksi antara genotipe dan lingkungan (lokasi
dan musim), oleh karena itu sebelum varietas
baru di release di masyarakat maka perlu
dilakukan uji lokasi. Hasil seleksi dari suatu
lokasi dapat ditanam di lingkungan lain bila
korelasi genetik hasil di kedua lingkungan
tersebut sama.
Interaksi genotipe dan lingkungan (lokasi
atau musim) mengisyaratkan adanya perbedaan
respon maupun adaptasi genotipe yang berbeda
pada lokasi / musim yang berbeda, yang
penilaiannya perlu dilakukan dalam beberapa
lokasi maupun musim. Dalam hal ini Falconer
(1972), menyatakan bahwa hasil seleksi di suatu
lingkungan dapat ditanam di lingkungan yang
lain bila korelasi genetik hasil di kedua
lingkungan tersebut sama atau lebih besar dari
0,80. Dengan kata lain interaksi genotipe dengan
lingkungan untuk hasil tidak nyata.
Varietas yang stabil adalah varietas yang
cenderung memberikan hasil tinggi sebanding
dengan meningkatnya mutu lingkungan dan tidak
berinteraksi dengan lingkungan. Varietas yang
ideal memiliki daya penyesuaian umum,
memberikan potensi hasil maksimum di
Meiyana Hikmawati, Homogenitas Ragam Acak dan Analisis Gabungan
Sepuluh Genotipe Kedelai pada Beberapa Lokasi di Jawa Timur
Media Soerjo Vol.2 No. 1 April 2008
ISSN : 1978-6239
lingkungan paling produktif, dan memiliki
stabilitas maksimum (Subandi, 1979).
Menurut Subandi et al., (1978),
ketidakstabilan hasil suatu kultivar terhadap
lingkungan biasanya ditunjukkan oleh interaksi
yang tinggi antara faktor genetis dan lingkungan.
Penggunaan varietas yang stabil sangat penting
untuk mengurangi resiko petani yang mungkin
timbul karena penanaman pada kondisi
lingkungan yang berbeda. Di negara-negara yang
sedang berkembang, penggunaan varietas unggul
yang stabil sangat diperlukan sehubungan dengan
adanya keterbatasan penguasaan teknik budidaya,
keragaman kelas kesesuaian lahan, perbedaan
iklim, dan sempitnya lahan usahatani.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
mengetahui homogenitas ragam acak dan
interaksi genotipe dan lingkungan dari sepuluh
genotipe kedelai pada beberapa lokasi di Jawa
Timur.
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Lingkungan Tumbuh dan Seleksi
Nugrahaeni, dkk (1993), menyatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangantanaman
dipengaruhioleh
faktor
genetik
dan
lingkungan.Pada
kenyataannya
lingkungan
produksi tidak selalu merupakan lingkungan yang
optimum bagi pertumbuhan tanaman, sehingga
seringkali
tanaman
tidak
mampu
mengekspresikan seluruh potensi genetik yang
dimilikinya. Kendala lingkungan produksi dapat
berupa kendala fisik berupa kekeringan, suhu
tinggi, keracunan dan kahat hara dan dapat pula
berupa kendala hayati seperti hama, penyakit dan
gulma. Lingkungan normal atau optimal
didefinisikan sebagai lingkungan tanpa kendala.
Sebaliknya dengan lingkungan satuatau lebih
kendala baik berupa kendala fisik atau hayati
yang
menghambat
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman didefinisikan sebagai
lingkungan berkendala.
Pemilihan tanaman melalui seleksi
didasarkan atas pengukuran dan penilaian ciri
tanaman yang dapat dilihat, dirasa dan diraba
yaitu sosok luar atau fenotipe yang dinilai
tersebut merupakan hasil gabungan pengaruh
genetik dan pengaruh lingkungan yang bukan
genetik.Karena itu di dalam pengukuran
penampilan sifat kuantitatif seperti hasil dan
komponen hasil suatu tanaman dengan
menggunakan parameter-parameter genetik,
tergantung dari sejauh mana pengaruh lingkungan
yang bukan genetik ini disingkirkan dari
pengaruh genetik (Moll dan Stuber, 1974, dalam
Kasno, 1986).
2. Interaksi Genotipe dan Lingkungan
Interaksi antara genotipe dan lingkungan
memiliki arti yang penting dalam pemuliaan
tanaman terutama dalam program seleksi, sebab
diharapkan munculnya genotipe yang dapat
menunjukkan keunggulan pada berbagai lokasi
tanaman (Poespodarsono, 1988).
Menurut
Dahlan
(1992),
interaksi
menunjukkan
perbedaan
tanggapan/respon
genotipe (galur/varietas) yang diuji di lingkungan
yang berbeda, yang mana akan mengurangi
kemajuan seleksi.Apabila dua varietas dievaluasi
pada dua lingkungan tumbuh, maka ada tiga
kemungkinan garis tanggapan yaitu : a). Kedua
garis sejajar, b). Tidak sejajar tetapi berpotongan;
varietas yang hasilnya tinggi dilingkungan
pertama memberikan tanggapan positif dan yang
lain tanggapannya negatif dan c). Garis
tanggapan berpotongan.
Somaatmadja (1988), menegaskan dalam
usaha meningkatkan produksi hasil, maka
penetapan varietas yang di tanam dan perbaikan
faktor-faktor lingkungan perlu diperhatikan atau
dengan kata lain varietas yang diusahakan
diharapkan mampu memberikan hasil yang
mantap dan stabil pada berbagai kondisi
lingkungan.
3. Hipotesis
Penelitian ini menggunakan hipotesis
sebagai berikut :
a.
Homogenitas ragam acak pada berbagai
lingkungan di Jawa Timur berbeda nyata.
b.
Terdapat
interaksi
genotipe
dan
lingkungan
pada
berbagai
lokasi
pertumbuhan kedelai di Jawa Timur.
D. BAHAN DAN METODE
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di 9 lokasi yaitu :
Kediri, Ngawi, Jember 1, Jember 2, Probolinggo
1, Probolinggo 2, Mojokerto 1, Mojokerto 2 dan
Banyuwangi (peneliti melakukan percobaan di
Ngawi, sedangkan lokasi lainnya merupakan data
dari para peneliti terdahulu yang digabung
dengan seijin yang bersangkutan).
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Juli sampai dengan September 2004.
2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bahan tanaman berupa
sepuluh macam genotipe benih kedelai yang
terdiri dari: Argomulyo, Burangrang, Leuser,
Malabar, Wilis, Lokon, G7955, G234, 428, 481 yang
masing-masing mewakili kelompok sifat-sifat
pertumbuhan (determinate, semideterminate,
indeterminate), sifat umur tanaman, dan sifat
ukuran biji. Bahan-bahan lainnya adalah: pupuk
Meiyana Hikmawati, Homogenitas Ragam Acak dan Analisis Gabungan
Sepuluh Genotipe Kedelai pada Beberapa Lokasi di Jawa Timur
Media Soerjo Vol.2 No. 1 April 2008
ISSN : 1978-6239
urea, herbisida, KCl, Gandasil, TSP, regent,
marshal, confidor dan atabron.
Alat-alat yang digunakan antara lain: tali,
plastik, ajir, alat-alat olah tanah, alat tugal, hand
sprayer, timbangan, kamera, dan alat-alat yang
berhubungan dengan pemeliharaan tanaman dan
panen, serta alat tulis menulis.
3. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak
Kelompok / RAK dengan perlakuan sebanyak
sepuluh genotipe kedelai yang diulang 3 kali.
Menurut Sudjana (1989), model matematis RAK
adalah sebagai berikut:
Yij = ijjij
Yij = pengamatan pada genotipe ke-i, blok
ke-j
rata-rata populasi
ipengaruh genotipe ke-i
jpengaruh blok ke-j
ijpengaruh genotipe ke-i blok ke-j
ij = pengaruh acak terhadap genotipe ke-i,
blok ke-j
4. Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada fase generatif
sampai panen dengan beberapa parameter antara
lain:
1. Tinggi tanaman, diukur tinggi
tanaman (cm) dari permukaan tanah
sampai bagian tanaman tertinggi pada
waktu menjelang panen.
2. Jumlah cabang utama per tanaman,
dihitung banyaknya cabang pada
batang utama pada saat menjelang
panen.
3. Jumlah buku subur pada batang
utama, dihitung jumlah buku yang
menghasilkan polong pada batang
utama, waktu menjelang panen.
4. Jumlah polong isi per tanaman,
dihitung jumlah polong isi per
tanaman.
5. Jumlah biji per tanaman, dihitung
seluruh biji dari setiap tanaman.
6. Berat biji per tanaman, dihitung
seluruh biji dari setiap tanaman
(gram).
7. Hasil biji per petak, ditimbang berat
biji per petak (gram) setelah
dikeringkan dengan sinar matahari.
5. Metode Analisis
Untuk menguji digunakan analisis sebagai
berikut :
a). Membuat analisis ragam RAK setiap
lokasipercobaan.
Tabel 1. Sidik Ragam RAK pada Setiap Lokasi
SK
db
JK
Genotipe
g-1
JKg
KT
KTg atau M3
E(KT)
Ulangan
u-1
JKu
KTu atau M2
Galat
(g-1)(u-1)
JKe
KTe atau M1
 e2  g 2
 e2
Total
gu-1
JKt
Dalam hal ini pendugaan ragam adalah:

2
g
k
(2,3026)( f )(k log S 2 p   log S i2
= (KTg-KTe)/u
X2=
 e2 = KTe
 2p   g2   e2 , dan
Heritabilitas : H 
i 1
1  {(k  1) / 3kf }
 g2
Dalam hal ini :
f = db, dan k = ulangan
S2p = penduga ragam gabungan
 2p
S i2 = penduga ragam
b). Membuat tahapan pengujian yaitu :
1). Uji khi-kuadrat untuk homogenitas
ragam galat dengan uji Barlett’s
(Gomez dan Gomez, 1984; Steel dan
Torrie, 1991), yaitu:
- penduga ragam gabungan:
S i2
Sp= 
i 1 k
k
2
-
 e2  u g2
nilai Uji Khi kuadrat (X2):
Kriteria pengambilan keputusan :
Jika X2hitung < X2(f,0,05) berarti ragam
galat percobaan antara lokasi
yang satu dengan yang lain
homogen.
Jika X2hitung > X2(f,0,05) berarti ragam
galat percobaan antara lokasi
yang satu dengan yang lain tidak
homogen.
2). Uji F, pengujian beda nyata pengaruh g
dan interaksinya (gxs) yaitu:
Meiyana Hikmawati, Homogenitas Ragam Acak dan Analisis Gabungan
Sepuluh Genotipe Kedelai pada Beberapa Lokasi di Jawa Timur
Media Soerjo Vol.2 No. 1 April 2008
ISSN : 1978-6239
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
Analisis ragam gabungan (combined
genotipe
dan
interaksinya
dengan
analysis) atau analisis tergabung (pooled
lingkungan
dibuat
analisis
ragam
analysis), seperti pada Tabel 2.
gabungan sembilan lokasi percobaan.
c). Membuat sidik ragam gabungan
Tabel 2. Sidik Ragam Gabungan Sembilan Lokasi Percobaan
SK
DB
KT
F Hitung
Lokasi/seri (s)
s-1
KTs
(KTs)/(KTu)
Ulangan dalam seri (u) s(u-1)
KTu
Genotipe (g)
(g-1)
KTg
KTg/(KTgxs)
Genotipe x Seri
(s-1)(g-1)
KTgxs (KTgxs)/KTe
Galat
s(u-1)(g-1) KTe
Total
sug-1
Sumber : Gomez dan Gomez (1984)
-
F hit(g)
= KTg/KTe
-
F hit(gxs) = KT(gxs)/Kte
2.
Menghitung nilai standar deviasi yang
sesuai dengan rancangan yang
dipergunakan
Menghitung nilai wilayah beda nyata
terpendek (t-1)
Kriteria pengambilan keputusan:
3.
Jika Fhitung < F(db,) berarti tidak ada beda
nyata antara variabel yang
diperbandingkan
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jika Fhitung > F(db,) berarti ada beda nyata
1. Ragam Galat Percobaan
antara
variabel
yang
Berdasarkanhasil uji homogenitas ragam
diperbandingkan.
acak
dengan menggunakan uji Bartlett
d).
Menentukan
genotipe
terbaik
menunjukkan
bahwa semua variabel pengamatan
menggunakan Uji Jarak Berganda
berbeda sangat nyata pada batas kemungkinan
Duncan (DMRT). Menurut Gomez
0.01 (Tabel 3). Hal ini berarti tidak dapat diuji
dan Gomez (1995), adalah sebagai
lebih lanjut karena data tidak homogen ragam
berikut :
acaknya.
1. Membuat peringkat seluruh rataan
perlakuan dengan urutan menurun
(dari hasil tertinggi ke terendah)
Tabel 3. Khi-kuadrat dan Koefisien Keragaman (KK) Beberapa Sifat Sepuluh Genotipe Kedelai yang Diuji
pada Sembilan Lokasi dengan Tiga Ulangan
No.
Sifat
Khi-kuadrat
Koefisien Keragaman
(KK %)
Kka
KKb
12.94
8.67
1
Tinggi Tanaman (cm)
29.426
**
2
Jumlah Cabang Utama
12.015
**
31.40
33.87
3
Jumlah Buku Subur pada BU
50.813
**
9.65
12.72
4
Jumlah Polong Isi
21.341
**
22.50
22.90
5
Jumlah Biji Per Tanaman
38.200
**
18.93
24.71
6
Berat Biji Per Tanaman (g)
50.541
**
10.92
10.76
7
Berat Biji Per Petak (g)
47.848
**
23.18
19.32
**) Berbeda sangat nyata pada batas kemungkinan 0,05 (p=0,5) dan 0,01 (p=0,01)
Pada percobaan ini koefisien keragaman
maksimum 33,87 persen sehingga untuk uji
selanjutnya masih dapat digunakan untuk analisis
gabungan. Hal ini didasarkan oleh pengalaman
berbagai pihak, yang dapat disimpulkan bahwa
pada percobaan ini masih mempunyai koefisien
keragaman rata-rata sebesar 18.99 persen
sehingga masih di bawah angka 20 persen.
Kisaran koefisien keragaman pada percobaan ini
yaitu 8.67 – 33.87 persen. Koefisien keragaman
yang paling rendah adalah untuk tinggi tanaman,
hal ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman
kedelai relatif serentak atau hampir bersamaan.
Sedangkan koefisien keragaman yang paling
tinggi untuk parameter jumlah cabang utama, hal
ini menunjukkan bahwa jumlah cabang utama
Meiyana Hikmawati, Homogenitas Ragam Acak dan Analisis Gabungan
Sepuluh Genotipe Kedelai pada Beberapa Lokasi di Jawa Timur
Media Soerjo Vol.2 No. 1 April 2008
ISSN : 1978-6239
untuk setiap lokasi mempunyai ragam yang
bervariasi atau ragamnya tidak sama antara lokasi
yang satu dengan yang lain.
Uji homogenitas ini digunakan untuk uji
lebih lanjut. Semakin homogenitas berarti
perbedaan hanya benar-benar karena perlakuan,
hal ini karena galat percobaannya sudah sama,
artinya sistem percobaannya di masing-masing
lokasi sudah sama.
2. Penampilan Kedelai dalam Sembilan
Lingkungan Tumbuh
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4
ternyata terdapat interaksi antara genotipe dan
lingkungan yang berbeda sangat nyata untuk
tinggi tanaman dan jumlah polong isi, berbeda
nyata untuk jumlah biji per tanaman dan berat biji
per petak. Tiga sifat lainnya yaitu jumlah cabang
utama, jumlah buku subur pada batang utama dan
berat biji per tanaman adalah tidak berbeda nyata.
Tabel 4. Sidik Ragam Tergabung Sepuluh Genotipe Kedelai dalam Sembilan Lokasi Percobaan
Lokasi (L)
Genotipe (G)
GXE
Sifat
Tinggi Tanaman (cm)
58.01 **
11.28 **
1.83 **
Jumlah Cabang Utama
30.58 **
1.85 ns
0.82 ns
Jumlah Buku Subur pada BU
23.54 **
8.93 **
0.91 ns
Jumlah Polong Isi
75.60 **
9.66 **
1.97 **
116.73 **
11.99 **
1.67 *
66.76 **
59.45 **
1.42 ns
104.15 **
11.51 **
1.64 *
F Tabel 5%
2.51
2.01
1.48
F Tabel 1%
3.71
2.86
1.74
Jumlah Biji per Tanaman
Berat Biji per Tanaman (g)
Berat Biji per Petak (g)
Keterangan :
ns = berbeda tidak nyata, * berbeda nyata (p=0,05), ** berbeda sangat nyata (p=0,01)
Berdasarkan analisis gabungan tersebut,
maka dapat dinyatakan bahwa untuk sifat yang
berbeda sangat nyata dan berbeda nyata
penampilan sifat tersebut pada beberapa lokasi
yang diteliti tidak konsisten. Sedangkan tiga sifat
lainnya yang menunjukkan interaksi genotipe dan
lingkungannya tidak berbeda nyata menunjukkan
bahwa penampilan sifat tersebut konsisten di
lokasi-lokasi percobaan yang diteliti.
tersebut tidak terdapat keragaman di dalam
populasi yang terdiri atas sepuluh genotipe.
Untuk
lebih
lengkapnya
secara
keseluruhan pengaruh perbedaan lokasi/tempat
terhadap penampilan sepuluh genotipe kedelai
untuk semua sifat sebagai komponen hasil dan
hasil seperti tinggi tanaman (cm), Jumlah buku
subur pada batang utama, jumlah cabang per
tanaman, jumlah piji per tanaman, jumlah polong
isi per tanaman, berat biji kering per tanaman (g)
dan berat biji per petak (g) disajikan pada tabel
berikut :
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa
hampir pada semua sifat, kecuali untuk sifat
jumlah cabang utama yang ragam genotipenya
berbeda tidak nyata. Dengan demikian untuk sifat
Tabel 5. Rataan Komponen Hasil dan Hasil dari Sepuluh Genotipe Kedelai pada Sembilan lokasi Tumbuh.
Lokasi
T.Tnm
J.Bk.Sbr
J.Cab/
J.Biji/
J.Plg
B.BjKrg
B.Bj/
(cm)
Pd BU
Tnm
Tnm
Isi/Tnm
/Tnm (g)
Petak (g)
Jbr 2
54.6 d
11.0 b
2.4 e
65.9 d
60.0 g
7.0 c
2769.9 b
Prob 2
53.7 e
11.8 a
5.8 b
78.3 c
84.7 c
7.2 c
2124.3 e
Mjk 2
54.5 d
11.3 b
6.3 a
45.9 h
61.4 f
4.4 e
1489.8 g
Ngawi
53.2 e
10.6 c
2.7 e
61.1 e
62.0 e
7.0 c
2446.9 c
Bwg
59.6 b
10.6 c
6.0 a
59.3 f
94.7 b
3.1 f
3744.8 a
Kediri
31.0 f
9.4 e
5.1 c
40.9 i
48.4 i
5.1 d
804.6 i
Jbr 1
63.1 a
11.2 b
3.4 d
125.5 a
132.6 a
12.2 a
2215.5 d
Prob 1
58.4 c
10.0 d
5.5 c
85.5 b
64.0 d
10.0 b
1828.8 f
Mjk 1
63.1 a
9.1 e
6.0 a
54.0 g
57.0 b
5.0 d
1129.7 h
Meiyana Hikmawati, Homogenitas Ragam Acak dan Analisis Gabungan
Sepuluh Genotipe Kedelai pada Beberapa Lokasi di Jawa Timur
Media Soerjo Vol.2 No. 1 April 2008
ISSN : 1978-6239
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui
pada parameter jumlah cabang per tanaman di
bahwa masing-masing sifat yang diamati ada
lokasi Probolinggo 1, hal ini berarti bahwa
perbedaan yang nyata antara lokasi yang satu
parameter jumlah cabang per tanaman di lokasi
dengan yang lain, perbedaan tersebut tidak sama
Probolinggo 1 tidak unggul. Sedangkan ragam
antara sifat yang diamati sehingga menyulitkan
genetik rendah ada pada parameter tinggi
untuk membahas lokasi mana yang paling baik.
tanaman (Jember 2 dan Banyuwangi), jumlah biji
Namun secara umum Kediri memberikan hasil
per tanaman di lokasi Mojokerto 1 dan berat biji
yang rendah seperti tinggi tanaman, jumlah buku
per petak di lokasi Probolinggo 1, hal ini berarti
subur, Jumlah cabang per tanaman, jumlah
bahwa parameter tinggi tanaman (Jember 2 dan
polong isi, jumlah biji per tanaman dan berat biji
Banyuwangi), jumlah biji per tanaman di lokasi
per petak.
Mojokerto 1 dan berat biji per petak di lokasi
Probolinggo 1 dapat diunggulkan.
1. Ragam Genetik
Dalam penelitian ini kisaran ragam genetik
adalah 0.03 – 6.00. Ragam genetik tinggi ada
Tabel 6. Ragam Genetik Sepuluh Genotipe Kedelai pada Sembilan Lokasi Percobaan
Lokasi
T.Tnm
J.Bk.Sbr
J.Cab/
J.Biji/
J.Plg
B.BjKrg
B.Bj/
Pd BU
Tnm
Tnm
Isi/Tnm
/Tnm
Petak
Jbr 2
0.03
0.08
0.49
0.18
0.37
0.29
0.30
Prob 2
0.07
0.08
0.29
0.23
0.31
0.49
0.19
Mjk 2
0.04
0.06
0.34
0.32
0.59
0.47
0.42
Ngawi
0.04
0.10
0.44
0.13
0.51
0.33
0.14
Bwg
0.03
0.07
0.34
0.14
0.28
0.35
0.10
Kediri
0.08
0.15
0.31
0.29
0.53
0.45
0.99
Jbr 1
1.16
0.16
0.13
5.11
5.16
0.60
3.93
Prob 1
1.40
0.99
6.00
0.16
0.59
4.67
0.03
Mjk 1
1.29
0.77
0.37
0.03
0.68
1.60
0.16
jarak berganda atau DMRT. Hasil tersebut
4. Produktivitas Sepuluh Genotipe Kedelai
seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :
di Sembilan Lokasi
Untuk mengetahui genotipe terbaik dari
beberapa parameter yang ada, maka dilakukan uji
Tabel 7.
Rangkuman Urutan Sepuluh Genotipe Kedelai Terbaik pada Beberapa Parameter Berdasarkan
Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT 5%)
Genotip
T.Tnm
J.Bk.Sbr
J.Cab/
J.Biji/
J.PlgIsi/
B.Bj Krg/
B.Bj/
(cm)
Pd BU
Tnm
Tnm
Tnm
Tnm (g)
Petak (g)
A
148.06
26.72
12.15
149.84
166.81
19.45
4899.01
e
c
d
c
c
def
d
B
167.29
33.89
13.18
294.38
250.22
21.48
6928.36
bc
a
cd
a
a
ab
ab
C
159.07
32.72
13.98
214.86
235.00
20.39
5584.75
d
ab
bcd
b
a
adcde
c
D
167.56
33.85
15.79
221.61
244.14
19.58
6985.98
bc
a
ab
b
a
cdef
a
E
163.75
31.51
14.55
221.72
235.05
20.59
6612.11
cd
b
bc
b
a
abcd
ab
F
148.52
28.36
13.24
154.31
176.54
20.01
5369.52
d
c
cd
c
bc
bcde
c
G
172.31
32.55
16.44
215.83
241.33
18.06
6445.75
ab
ab
a
b
a
f
b
H
166.58
32.42
14.96
228.74
232.34
21.88
6618.29
bc
ab
abc
ab
a
a
ab
I
170.12
32.36
14.53
171.75
193.73
18.63
5440.00
ab
ab
bc
c
b
ef
c
J
174.18
31.74
14.67
219.75
232.28
21.33
6963.60
a
b
abc
b
a
abc
a
Berdasarkan tabel di atas secara umum
utama, jumlah biji per tanaman dan jumlah
genotipe yang terbaik adalah genotipe B
polong isi per tanaman. Disusul genotipe D
(Argomulyo), yaitu mempunyai tiga sifat unggul
(Malabar) pada urutan ke dua yang unggul pada
pada parameter jumlah buku subur pada batang
parameter jumlah buku subur pada batang utama,
Meiyana Hikmawati, Homogenitas Ragam Acak dan Analisis Gabungan
Sepuluh Genotipe Kedelai pada Beberapa Lokasi di Jawa Timur
Media Soerjo Vol.2 No. 1 April 2008
ISSN : 1978-6239
jumlah cabang per tanaman dan jumlah polong isi
per tanaman. Sedangkan genotipe yang terendah
adalah genotipe A (Burangrang) untuk semua
parameter kecuali parameter berat biji kering per
tanaman genotipe terendah adalah genotipe G (G
234).
F. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan serta analisis
yang digunakan terhadap sepuluh
genotipe
kedelai di sembilan lokasi dapat disimpulkan
sebagai berikut .
2. Hasil pengujian homogenitas ragam
acak menunjukkan bahwa untuk semua
sifat yang diamati tidak homogen,
karena ragam acak untuk masing-masing
lokasi dan gabungannya kebanyakan
masih di bawah 40 % maka analisis
gabungan tetap dapat dilakukan.
3. Berdasarkan analisis gabungan, terdapat
interaksi antara genotipe >< lingkungan
: dua sifat yang berbeda sangat nyata
yaitu tinggi tanaman dan jumlah polong
isi, dua sifat berbeda nyata untuk sifat
jumlah biji per tanaman dan berat biji
per petak.
4. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Genotipe dan interaksi genotipe ><
lingkungan pada pada umumnya
berbeda nyata, oleh karena itu petani
diharapkan berhati-hati dalam memilih
varietas kedelai yang akan ditanam,
perlu dicari kesesuaian varietas tersebut
dengan kondisi lingkungan yang akan
ditanaminya.
2. Ragam genetik terendah ada pada
parameter jumlah buku subur pada
batang utama di lokasi Mojokerto 1,
tetapi perlu ada pengujian lebih lanjut
mengenai genotipe apa yang mempunyai
ragam
genetik
terendah.
G. DAFTAR PUSTAKA
Eberhart, S.A. and W.A. Russell, 1966. Stability for Comparing Varieties, Crop. Sci. 6: 36-40.
Finlay, K.W., and G.N. Wilkinson. 1963, The Analysis of Adaptation in a Plant Breeding Progdrame. Aust.
J. Agric. Res. 14: 742-745.
Gomez, K.A, and A.A. Gomez, 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research 2nd Edt. John Wiley
and Sons, Inc. 680 p.
________, 1992. Pemuliaan Tanaman Kacang-kacangan. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I.
Perhimpunan Pemuliaan tanaman Indonesia (PPTI) Komda Jatim. Hal: 39-79.
________, 1993, Pengembangan Varietas Kacang Tanah, Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang.
Malang, Hal: 31-66.
Nasrullah, 1981. A Modified Procedur for Identifying Varietal Stability. Asgric. Sci. 546: 153-159.
________. 2003, Merancang Sebuah Penelitian, Program Pasca Sarjana Univ. Jember. Makalah Seminar.
Tidak dipublikasikan.
Perkins., J.M. and J.L. Jinks. 1968. Enviromental and Genotype Enviromental Component of Variability. III.
Multiple Lines ande Crosses. Heredity. 23: 339-356.
Poespodarsono, S. 1988, Pemuliaan Tanaman I, Faperta Univraw, Malang, Hal 150-156.
Singh, R.K. and B.,P. Chaudhary, 1979. Biometrical Method in Quantitative Genetics Analysis, Kalyan
Publishery, New Delhi.
Steel. R. G.D., and J.H. Torrie, 1991, Principle and Procedures of Statistics a Biometrical Approanch.
McGrawhill International Book Company, London, 748 pages.
______, 1979, Yield Stability of Nine Early Maturating Vbarieties of Corn. Counter.Centr. Res.Inst. Agric.
Bogor, No. 53: 1-11.
______, 1982. Genotype-Enviroment Interactions in Corn Variety Test. Contr. Centr. Res. Inst. Food Crops
Bogor, Noi. 65: 1-9.
Sumarno, 1984. Penyediaan Benih Berdasarkan Adaptasi Varietas Kedelai Pada Agroklimat Spesifik.
Prosiding Lokakarya Sistem Produksi dan Peningkatan Benih di Jawa Timur. JIOCA-BBIDIPERTA, Hal: 1-12.
Meiyana Hikmawati, Homogenitas Ragam Acak dan Analisis Gabungan
Sepuluh Genotipe Kedelai pada Beberapa Lokasi di Jawa Timur
Media Soerjo Vol.2 No. 1 April 2008
ISSN : 1978-6239
Meiyana Hikmawati, Homogenitas Ragam Acak dan Analisis Gabungan
Sepuluh Genotipe Kedelai pada Beberapa Lokasi di Jawa Timur
Download