BAB IX - Bappenas

advertisement
PEMBANGUNAN PERKOTAAN
DAN PERDESAAN,
PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
BAB X
PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN,
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
A.
PENDAHULUAN
Pembangunan perkotaan ditingkatkan dan diselenggarakan
secara berencana dan terpadu dengan memperhatikan rencana
umum tata ruang, pertumbuhan penduduk, lingkungan
permukiman, lingkungan usaha dan lingkungan kerja, serta
kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial lainnya agar terwujud
pengelolaan perkotaan yang efisien dan tercipta lingkungan yang
sehat, rapi, aman, dan nyaman. Perhatian khusus perlu diberikan
pada peningkatan sarana dan prasarana umum yang layak.
Keserasian hubungan masyarakat perkotaan dan perdesaan serta
antar masyarakat kota terus diupayakan agar terwujud keserasian
kehidupan masyarakat dalam segala aspek kehidupannya.
Sasaran pembangunan perkotaan dalam Repelita VI adalah
terselenggaranya pengelolaan pembangunan perkotaan yang lebih
X/3
efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya alamnya,
mengacu pada rencana tata ruang perkotaan yang berkualitas,
termasuk pengelolaan administrasi pertanahan yang tertib dan adil,
dan ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang makin siap
melaksanakan otonomi daerah; makin mantapnya kemitraan
pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha dalam
pelaksanaan pembangunan perkotaan; meningkatnya kesejahteraan
masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan per
kapita dan kualitas hidup penduduk yang makin merata;
berkurangnya jumlah penduduk miskin di perkotaan; serta
meningkatnya kualitas fisik lingkungan di perkotaan.
Kebijaksanaan pembangunan perkotaan dalam Repelita VI
meliputi mengembangkan dan memantapkan sistem perkotaan;
meningkatkan kemampuan kemampuan dan produktivitas kota;
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia; memantapkan
kelembagaan dan kemampuan keuangan perkotaan; melembagakan
pengelolaan pembangunan yang terencana dan terpadu;
memantapkan perangkat peraturan pendukung pembangunan
perkotaan; serta meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial
ekonomi perkotaan.
Pembangunan desa dan masyarakat perdesaan terus didorong
melalui peningkatan koordinasi dan peningkatan pembangunan
sektor, pengembangan kemampuan sumber daya manusia,
pemanfaatan sumber daya alam dan penumbuhan iklim yang
mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat sehingga
mempercepat peningkatan perkembangan desa swadaya dan desa
swakarya menuju desa swasembada. Kemampuan masyarakat desa
untuk berproduksi dan memasarkan hasil produksinya perlu didukung dan ditingkatkan melalui penataan kelembagaan dan
perluasan serta diversifikasi usaha agar makin mampu mengarah-
X/4
kan dan memanfaatkan dana dan daya bagi peningkatan pendapatan
dan taraf hidupnya. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana
perekonomian termasuk koperasi dan lembaga keuangan ditingkatkan agar mampu berperanserta dalam pengembangan ekonomi
rakyat serta makin meningkatkan swadaya masyarakat perdesaan
dalam pembangunan.
Sasaran pembangunan perdesaan dalam Repelita VI adalah
meningkatnya sumber daya manusia di daerah perdesaan dilihat
dari tingkat kesejahteraan, tingkat pendidikan dan keterampilan
masyarakat yang dapat mendorong prakarsa dan swadaya
masyarakat perdesaan; terciptanya struktur perekonomian yang
lebih kukuh, tercermin dari peningkatan diversifikasi usaha yang
menghasilkan berbagai komoditas unggulan setempat serta
didukung oleh sarana dan prasarana perekonomian yang mantap;
makin berkembangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat
perdesaan akan pembangunan yang berwawasan lingkungan serta
upaya pelestarian lingkungan; makin berfungsinya lembaga
pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan desa untuk
meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembangunan perdesaan;
makin terjaminnya kepastian hukum bagi masyarakat perdesaan
mengenai penguasaan dan pengusahaan tanah yang sesuai dengan
hukum serta tradisi dan adat istiadat setempat; serta berkurangnya
jumlah penduduk miskin di perdesaan dan jumlah desa tertinggal.
Kebijaksanaan pembangunan perdesaan pada Repelita VI
meliputi meningkatkan kualitas tenaga kerja di perdesaan;
meningkatkan kemampuan produksi masyarakat; mengembangkan
prasarana dan sarana di perdesaan; melembagakan pendekatan
pengembangan wilayah/kawasan terpadu; serta memperkuat
lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan desa.
X/5
Pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta
menciptakan suasana kerukunan hidup keluarga dan kesetiakawanan sosial masyarakat dalam rangka membentuk lingkungan
serta persemaian nilai budaya bangsa dan pembinaan watak
anggota keluarga. Pembangunan perumahan dan permukiman
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat
tinggal, baik dalam jumlah maupun kualitasnya dalam lingkungan
yang sehat serta kebutuhan akan suasana kehidupan yang
memberikan rasa aman, damai, tenteram, dan sejahtera.
Pembangunan perumahan dan permukiman ditingkatkan dan
diperluas hingga dapat makin merata dan menjangkau masyarakat
yang berpenghasilan rendah dengan senantiasa memperhatikan
rencana tata ruang dan keterkaitan serta keterpaduan dengan
lingkungan sosial di sekitarnya. Pembangunan perumahan dan
permukiman harus dapat mendorong semangat swadaya dan gotong
royong masyarakat. Penyuluhan teknis tentang pembangunan dan
pemugaran perumahan perlu dilanjutkan dan diperluas untuk
meningkatkan kualitas lingkungan dalam kehidupan masyarakat.
Pembangunan rumah susun di kota-kota besar perlu dilanjutkan dan
ditingkatkan dengan memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya.
Koperasi, usaha negara, dan usaha swasta yang melayani
pembiayaan pembangunan perumahan perlu ditingkatkan dan
dikembangkan peranannya. Perlu diciptakan iklim yang menarik
bagi masyarakat dan perseorangan untuk membangun perumahan
melalui penyediaan kredit yang memadai, pengaturan persewaan,
dan hipotek perumahan.
X/6
Pembangunan perumahan dan permukiman harus mampu
memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja serta mendorong
berkembangnya industri bahan bangunan murah yang memenuhi
syarat teknis dan kesehatan serta terbuat dari bahan dalam negeri.
Kualitas tenaga pembangunan perumahan dan permukiman perlu
ditingkatkan dan kelembagaannya perlu dimantapkan.
Penciptaan lingkungan perumahan dan permukiman yang
layak, bersih, sehat, dan aman ditingkatkan melalui antara lain
penyediaan dan pengelolaan air bersih, fasilitas sosial dan ibadah,
fasilitas ekonomi dan transportasi, fasilitas rekreasi dan olahraga,
serta prasarana lingkungan termasuk fasilitas air limbah, disertai
upaya peningkatan kesadaran dan tanggungjawab warga masyarakat
agar makin banyak masyarakat yang mendiami rumah sehat dalam
lingkungan yang sehat.
Sasaran kuantitatif perumahan dan permukiman dalam
Repelita VI adalah pengadaan lebih kurang 500.000 unit rumah
meliputi rumah inti, rumah sangat sederhana (RSS), dan rumah
sederhana (RS); perbaikan kawasan kumuh seluas 21.250 hektare
di 125 kota yang kepadatannya tinggi; peremajaan kawasan kumuh
seluas 750 hektare; serta pemugaran perumahan dan permukiman
di 20.000 desa tertinggal. Disamping itu, pembangunan prasarana
air bersih melalui peningkatan kapasitas produksi air bersih sebesar
30.000 liter per detik di perkotaan yang melayani lebih dari 22 juta
orang serta perluasan pelayanan air bersih di perdesaan di 22.000
desa yang melayani lebih dari 16.5 juta orang.
Kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman
dalam Repelita VI meliputi penyelenggaraan pembangunan
perumahan dan permukiman yang terjangkau oleh masyarakat luas;
penyelenggaraan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan
X/7
berkelanjutan; peningkatan peranserta masyarakat dalam
penyediaan perumahan dan permukiman; pengembangan sistem
pembiayaan dalam penyediaan perumahan dan permukiman
terutama yang dapat membantu masyarakat berpendapatan rendah;
pemantapan pengelolaan pembangunan secara terpadu; dan pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan pendukung.
Dalam rangka mewujudkan berbagai sasaran dan
melaksanakan
berbagai
kebijaksanaan
tersebut
maka
dikembangkan program penyediaan perumahan dan permukiman;
perbaikan perumahan dan permukiman; penyehatan lingkungan
permukiman; penyediaan dan pengelolaan air bersih; penataan
kota, dan penataan bangunan yang didukung oleh programprogram penunjang seperti program pengembangan hukum di
bidang perumahan dan permukiman; penelitian dan pengembangan
perumahan dan permukiman; penyelamatan hutan, tanah, dan air;
penataan ruang, dan penataan pertanahan.
B.
Pelaksanaan Pembangunan Sampai Dengan Tahun
Keempat Repelita VI.
1.
Pembangunan Perkotaan.
1)
Program Pemantapan Fungsi Kota
Untuk melaksanakan program ini, dalam Repelita VI telah
diselesaikan kegiatan berupa: (a) penjabaran Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) kedalam sistem kota-kota nasional,
(b) penataan kota-kota besar yang mempunyai fungsi menunjang
kegiatan ekonomi nasional/wilayah, (c) penataan kota menengah
serta kota di sekitar kawasan cepat berkembang yang berfungsi
X/8
sebagai kota penyangga, dan (d) pemenuhan kebutuhan prasarana
dan sarana dasar bagi masyarakat yang bertempat tinggal di kota
yang terletak di luar kawasan cepat berkembang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional telah ditetapkan
111 Kawasan Andalan, 14 Pusat Kegiatan Nasional (PKN), 55
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan 445 Pusat Kegiatan Lokal
(PKL). Sebanyak 13 Kawasan Andalan di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) dimantapkan peran dan fungsinya melalui
pendekatan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).
Pemantapan peran dan fungsi tersebut telah ditindaklanjuti dengan
penyusunan program jangka menengah, penyusunan rencana
tahunan investasi, dan pelaksanaan investasi.
2) Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Kota
Pembangunan prasarana dan sarana perkotaan sejak Repelita
V dilaksanakan melalui Program Pembangunan Prasarana Kota
Terpadu (P3KT) yang meliputi prasarana dan sarana air bersih,
persampahan, air limbah, drainase, perbaikan kampung dan
perbaikan prasarana pasar, pencegahan dan pengendalian banjir,
dan jaringan jalan kota. Penekanan program ini adalah (a)
desentralisasi yang efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemeliharaan prasarana perkotaan, (b) pemantapan wewenang dan
tanggungjawab pemerintah daerah dalam pembiayaan prasarana
perkotaan, dan (c) peningkatan kemampuan pemerintah daerah
dalam melaksanakan tanggungjawabnya.
Keseluruhan program ini diintegrasikan dalam kegiatan/
proyek pembangunan prasarana perkotaan yang sebagian dananya
dibiayai melalui bantuan luar negeri, baik yang bersifat multilateral
X/9
maupun yang bilateral. Sampai dengan akhir tahun anggaran
1997/98 jumlah bantuan melalui Asian Development Bank (ADB)
sebesar US$ 856.00 juta dengan total penyerapan sebesar US$
289.7 juta, jumlah bantuan melalui International Bank for
Reconstruction and Development (IBRD) sebesar US$ 1,324.00 juta
dengan total penyerapan sebesar US$ 638,9 juta, jumlah bantuan
melalui Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) sebesar ¥
49,687.0 juta dengan total penyerapan sebesar ¥ 31,686.5 juta,
jumlah bantuan Pemerintah Jerman sebesar DM 84.1 juta dengan
total penyerapan sebesar DM 26.2 juta, dan bantuan Pemerintah
Swiss sebesar Sfr 10.2 juta dengan total penyerapan sebesar Sfr
10.1 juta.
3)
Program Pengembangan Ekonomi Perkotaan
Program pengembangan ekonomi perkotaan bertujuan untuk
mengembangkan investasi dan mendorong kegiatan ekonomi di
perkotaan yang meliputi (a) pemantapan ketersediaan fasilitas
pasar, pusat produksi, dan fasilitas perdagangan lainnya termasuk
kemudahan prosedur dan perijinan bagi kegiatan usaha di
perkotaan, (b) pemantapan lembaga perekonomian sekaligus
peningkatan kemudahan pencapaian fasilitas keuangan guna
menunjang usaha masyarakat, (c) pembinaan pengusaha skala
menengah, kecil, dan tradisional termasuk koperasi melalui
pendekatan kemitraan, dan (d) perluasan kesempatan kerja terutama
bagi tenaga kerja setempat.
Melalui Inpres Dati II komponen Pemugaran Pasar
Kecamatan dilakukan rehabilitasi pasar-pasar kecamatan. Pada kotakota sedang dan besar pembangunan pasar dilakukan oleh
pemerintah daerah, perusahaan daerah, atau melalui kerjasama
antara pemerintah daerah dengan dunia usaha dan masyarakat. Pada
X/10
tahun anggaran 1998/99 melalui Rekening Pembangunan Daerah
(RPD) diberikan pinjaman lunak untuk membantu pemerintah
daerah/perusahaan daerah merehabilitasi pasar yang terkena
musibah kebakaran.
4)
Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan.
Program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan aparat pemerintah kota dalam
membangun dan mengelola pembangunan perkotaan secara efisien
dan efektif.
Kegiatan pendidikan formal untuk meningkatkan kemampuan
pengelolaan pembangunan perkotaan telah dilaksanakan baik di
dalam maupun di luar negeri (D3, S1, S2 dan S3). Sejak tahun
1997 melalui proyek Capacity Building in Urban Infrastructure
Management (CBUIM) dengan bantuan dari Asian Development
Bank (AFB), telah dimulai seleksi karyasiswa S2 dan S3 yang
mampu yang diambil dari instansi pemerintah daerah dan pusat
yang dikirim ke lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri. Selain
itu, dikembangkan pula berbagai pendidikan kejuruan untuk
perencanaan dan pengelolaan pembangunan perkotaan, antara lain
dengan ITB, UNDIP dan juga dengan sekolah tinggi yang dikelola
oleh departemen teknis untuk jenjang D-3.
5)
Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Program peningkatan peranserta masyarakat bertujuan untuk
menyiapkan pemerintah kota agar makin mampu berperan aktif
dalam penyelenggaraan pembangunan perkotaan, mulai dari tahap
perencanaan sampai pada pelaksanaan. Selain itu, meningkatkan
peranan dunia usaha dan masyarakat untuk berpartisipasi/bermitra
X/11
dengan pemerintah daerah dalam pembangunan prasarana dan
sarana perkotaan, baik pengadaan, pengelolaan, maupun operasi
dan pemeliharaannya. Kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan
peranserta masyarakat tersebut didukung oleh kerjasama dengan
badan-badan internasional, antara lain ADB, USAID dan
sebagainya.
Dalam rangka mendorong kemitraan swasta dengan
pemerintah daerah dalam pembangunan dan pengelolaan prasarana
perkotaan, telah dilaksanakan proyek Private Participation on
Urban Services (PURSE) bantuan USAID. Kegiatan ini telah
menghasilkan berbagai pedoman dan arahan, serta proyek-proyek
percontohan kerjasama antara swasta dan pemerintah daerah,
khususnya yang dilakukan sesuai Keputusan Presiden Nomor 7
tahun 1998 Tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
Swasta Dalam Pembangunan dan atau Pengelolaan Infrastruktur,
yaitu di Kotamadya Pontianak dan Kotamadya Manado untuk air
bersih. Dari proyek ini, telah diterbitkan Pedoman Penyusunan
Analisa Keuangan untuk Proyek Kerjasama Air Bersih, Pedoman
Pengelolaan Resiko, dan Pedoman Proses Kerjasama Proyek
(Project Life Cycle). Pedoman tersebut bermanfaat bagi pemerintah
daerah dan perusahaan daerah yang akan melakukan kerjasama
dengan swasta.
Sampai dengan akhir Repelita VI telah dikembangkan proyek
percontohan pengembangan kawasan yang bertumpu pada
masyarakat (community based area development) di Yogyakarta,
Pontianak, Ujung Pandang, Medan, dan Bandung, yang didukung
oleh berbagai lembaga multilateral dan bilateral.
Saat ini, sedang dipersiapkan Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (Urban Poverty Reduction Program/
X/12
Crisis Relief in Urban Areas) yang terdiri dari kegiatan yang
bertumpu pada masyarakat dalam pembangunan, perbaikan
prasarana lingkungan, dan penyaluran kredit mikro (micro-credit)
untuk membantu pengusaha kecil, menengah, dan sektor informal.
Kegiatan ini
dipersiapkan, dilaksanakan, dan diawasi oleh
masyarakat perkotaan di tingkat terbawah yaitu tingkat Rukun
Warga. Diharapkan melalui program ini pemberdayaan masyarakat
miskin di perkotaan dapat dipercepat.
6)
Program Pemantapan Keuangan Perkotaan
Program pemantapan keuangan perkotaan bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan pemerintah kota dan efisiensi
penggunaannya.
Program pemantapan keuangan perkotaan dirinci dalam
beberapa sub-program yaitu: (1) penyempurnaan dan perbaikan
sistem bantuan kepada pemerintah kota berdasarkan kebutuhan
pembangunan di perkotaan dan potensi sumber dana lokal serta
kemampuannya untuk meminjam, (2) peningkatan pendapatan kota
untuk kepentingan pembangunan perkotaan, (3) penyempurnaan
dan penyederhanaan mekanisme pinjaman untuk pembiayaan
pembangunan, dan (4) mobilisasi tabungan masyarakat setempat
dan dunia usaha.
Dalam menjabarkan program-program diatas, dilakukan
penyusunan Rencana Tindak Perbaikan Pendapatan Daerah
(RETIPATDA) atau Revenue Improvement Action Plan (RIAP)
oleh pemerintah daerah tingkat II. RETIPATDA diterapkan pada
kota-kota yang tercakup dalam Program Pembangunan Prasarana
Kota Terpadu (P3KT). Selain itu dilakukan penyempurnaan sistem
alokasi dana pinjaman untuk pemerintah kota dan daerah serta
X/13
mekanismenya untuk pemerintah daerah atau perusahaan daerah.
Untuk menangani program pemantapan keuangan perkotaan
dilakukan pelatihan dan proyek percontohan melalui kegiatan
Municipal Finance Project/MFP bantuan USAID.
7)
Program Kelembagaan Pemerintahan Kota
Secara umum program ini meliputi peningkatan organisasi
pemerintahan kota, peningkatan kemampuan aparat pemerintah
kota, peningkatan kerjasama antar pemerintahan kota antara lain
melalui Badan Kerja Sama Antar Kota Seluruh Indonesia (BKSAKSI), dan penyiapan kelembagaan bagi terselenggaranya
kerjasama pemerintah kota dengan masyarakat dan dunia usaha.
Melalui program ini telah dilakukan peningkatan status
pemerintahan kota administratif menjadi kotamadya antara lain
Kotamadya Mataram, Kotamadya Denpasar, dan Kotamadya
Bitung. Selain itu, pengembangan kerjasama antar kota antar negara
seperti Jakarta-Casablanca, Jakarta-Tokyo, Bandung-Braunsweig,
Surabaya–Darwin, dan lain-lain.
Untuk mendorong prakarsa dan inovasi lokal dikembangkan
kegiatan pemberian bantuan bagi pemerintah daerah tingkat II dan
perusahaan daerah yang mempunyai konsep serta usulan yang
bersifat inovatif melalui program Learning Innovation Loans (LIL)
bantuan Bank Dunia.
8)
Program Penataan Ruang, Pertanahan, dan
Lingkungan
Untuk menjamin penyebaran kegiatan ekonomi, pengendalian
urbanisasi, dan efisiensi pembangunan prasarana perkotaan disusun
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata
X/14
Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP), dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kotamadya (RTRW Kab./Kod.). Hingga saat
ini 27 RTRW Propinsi telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri,
76 RTRW Kabupaten telah disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I, 23 RTRW Kotamadya telah disahkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I, dan 303 RTRW kota non status telah
disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Selain itu untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan
dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan dilakukan
peningkatan administrasi, pelayanan, dan tertib hukum pertanahan;
penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL);
penghijauan kota; Program Kali Bersih (Prokasih); dan
penghargaan ADIPURA. Dari awal Repelita VI sampai dengan
tahun keempat, penghargaan ADIPURA telah diberikan kepada 264
kota.
2.
Pembangunan Perdesaan
1)
Program Pengembangan Pendidikan dan
Ketrampilan Masyarakat.
Program ini meliputi: (a) pelaksanaan program wajib belajar
sembilan tahun, dan pemberantasan buta huruf melalui pelaksanaan
kelompok belajar paket A dan B, (b) pengembangan keterampilan
masyarakat sehingga mampu memasuki pasar kerja yang ada di
desa maupun di kota, (c) penyediaan tenaga penyuluh lapangan
baik dari unsur pemerintah maupun non pemerintah dalam bidang
produksi, pengolahan, dan pemasaran barang dan jasa, (d)
pengembangan program pendidikan dan keterampilan bagi
pengembangan usaha ekonomi setempat yang berorientasi pasar,
dan (e) penyuluhan bagi masyarakat perdesaan dalam rangka
peningkatan keserasian lingkungan hidup di desa. Dalam program
X/15
ini, perhatian khusus diberikan kepada anak usia didik dan remaja
serta pemuda putus sekolah, terutama di desa-desa tertinggal.
Pengembangan pendidikan di perdesaan meliputi pendidikan
dasar seperti sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI),
sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) atau madrasah tsanawiyah
(MTs), dan pendidikan luar sekolah antara lain melalui kegiatankegiatan pemberantasan buta aksara atau Kelompok Belajar Paket
A tidak setara SD, Paket A setara SD dan Paket B setara SLTP,
Kejar Usaha, Magang dan kursus-kursus yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan dasar di perdesaan telah mencapai
angka partisipasi murni pada jenjang SD dan MI sebesar 93,4
persen dan angka partisipasi kasar sebesar 107,3 persen. Sekitar
7,8 juta orang telah dientaskan dari buta aksara. Selain itu, sampai
dengan tahun keempat Repelita VI, kegiatan paket Kejar B yang
setara SLTP telah diikuti oleh sebanyak 1,030 juta orang.
Peningkatan sumber daya manusia di kawasan perdesaan
antara lain dilakukan melalui penyebaran para sarjana seperti tenaga
kerja mandiri profesional (TKMP) dan sarjana penggerak
pembangunan di perdesaan (SP3) untuk membantu pelaksanaan
program pengembangan masyarakat di beberapa desa. Untuk
pembangunan perumahan dan permukiman di perdesaan, dari tahun
pertama sampai dengan tahun keempat Repelita VI, telah dilatih
sekitar 3.000 Tenaga Penyuluh Masyarakat dalam pembangunan
perumahan dan permukiman yang terdiri dari para santri, pramuka
dan para pemuda. Disamping itu, dikembangkan pula kader
pembangunan desa (KPD) di seluruh desa, serta kader konservasi
alam dan kelompok pelestari sumber daya alam (KPSDA) di
beberapa desa yang berfungsi sebagai penggerak, pembina, dan
X/16
pembimbing masyarakat dalam menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa dan keswadayaan masyarakat desa.
2)
Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Program ini meliputi berbagai kegiatan, antara lain:
peningkatan gizi masyarakat melalui penganekaragaman pangan
dan penyuluhan cara hidup sehat, peningkatan kebersihan
lingkungan, dan peningkatan aktifitas pos pelayanan terpadu
(Posyandu) dengan perhatian khusus diberikan kepada kesehatan
ibu hamil serta anak balita.
Peningkatan gizi masyarakat perdesaan dilaksanakan dengan
dukungan dari program perbaikan gizi, yang mencakup kegiatankegiatan: penyuluhan gizi masyarakat, usaha perbaikan gizi
keluarga (UPGK), usaha perbaikan gizi institusi (UPGI), fortifikasi
bahan pangan dan penerapan serta pengembangan sistem
kewaspadaan pangan dan gizi. Program Makanan Tambahan Anak
Sekolah (PMTAS) mulai dilaksanakan pada tahun 1996/97 pada
SD/MI di desa-desa tertinggal di luar Jawa dan Bali, yang
mencakup 175 kabupaten, 14.445 desa IDT, 18.518 SD/MI dan
mencakup 2,3 juta murid. Dengan dukungan Instruksi Presiden
Nomor 1 tahun 1997 maka mulai tahun 1997/98 PMTAS diperluas
ke semua propinsi dan mencakup 7,2 juta murid di 49.539 SD/MI
negeri maupun swasta yang tersebar di 26.421 desa IDT, di 297
kabupaten. Program ini akan dilanjutkan pada tahun 1998/99 yang
mencakup 8,8 juta murid di 28.376 desa IDT.
Peningkatan kesehatan ibu hamil dan anak balita di perdesaan
dilaksanakan antara lain melalui upaya penanggulangan masalah
anemia gizi besi (AGB) dengan cara pemberian tablet besi bagi
ibu hamil resiko tinggi di desa-desa tertinggal, pemberian
X/17
suplementasi zat besi pada balita, pemberian vitamin A dosis tinggi
kepada anak balita dua kali setahun, serta penyuluhan gizi pada ibu
hamil. Penyuluhan gizi masyarakat di perdesaan dilaksanakan
melalui Posyandu yang tersebar di seluruh desa. Pada tahun
1996/97 jumlah Posyandu yang melaksanakan penyuluhan gizi
sebanyak 257.000 unit yang didukung oleh berbagai kader
penggerak. Selain melalui Posyandu, dilaksanakan penyuluhan gizi
masyarakat perdesaan melalui PKK, kelompok arisan warga,
kelompok pendengar siaran radio, dan sebagainya.
Dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat perdesaan
dilaksanakan penempatan dokter dan bidan desa melalui pola
pegawai tidak tetap (PTT). Khusus untuk bidan desa sampai dengan
tahun keempat Repelita VI telah ditempatkan sekitar 62 ribu bidan
di hampir semua desa di Indonesia.
3)
Program Peningkatan Teknologi Perdesaan.
Program ini mencakup kegiatan-kegiatan pengembangan dan
penerapan teknologi tepat guna terutama yang dapat memacu
pengembangan agrobisnis di perdesaan, pengembangan dan
pemutakhiran pola usaha tani secara terpadu, dan pengembangan
serta penggunaan teknologi perdesaan tepat guna khususnya dalam
air bersih, sanitasi dan lingkungan permukiman.
Dalam Repelita VI, pengembangan dan penerapan teknologi
di perdesaan dilakukan dengan mengembangkan dan
memanfaatakan energi alternatif terutama bagi kawasan perdesaan
yang terpencil seperti energi surya, energi angin, energi air, dan
sumber tenaga mikrohidro. Ketersediaan energi di perdesaan akan
merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi di perdesaan. Guna
mendukung swasembada pangan melalui teknologi pertanian
X/18
dikembangkan pembibitan unggul serta cara bertanam yang efisiensi
dan produktifitas yang tinggi.
4)
Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat.
Dalam Repelita VI, program ini diwujudkan melalui
pembangunan prasarana dan sarana perdesaan melalui pendekatan
peranserta masyarakat seperti dalam penyediaan air bersih
perdesaan dan irigasi perdesaan. Proyek Water Supply and
Sanitation for Low Income Community (WSSLIC) bantuan IBRD,
Rural Water Supply and Sanitation (RWSS) bantuan ADB, dan
sebagainya menggunakan pendekatan peranserta masyarakat.
Kegiatan penyediaan air bersih di perdesaan sampai dengan tahun
keempat Repelita VI telah mencapai 85 % sasaran Repelita VI atau
mencakup 18.900 desa dengan penduduk yang terlayani lebih dari
14 juta jiwa.
Kegiatan pemugaran perumahan dan permukiman perdesaan,
sampai dengan tahun keempat Repelita VI, telah meliputi lebih dari
300.000 unit rumah di perdesaan yang dipugar dengan bertumpu
pada peranserta masyarakat.
Peningkatan peranserta masyarakat di perdesaan didukung
pula dengan semakin mantapnya kelembagaan masyarakat
perdesaan, antara lain LKMD, KUD, PKK, dan juga kelompokkelompok masyarakat lainnya, seperti: pesantren, kelompok agama,
kelompok remaja, kelompok petani dan pemakai air, Karang Taruna
dan sebagainya.
X/19
5)
Program Peningkatan Prasarana dan Sarana
Perdesaan
Program peningkatan prasarana dan sarana perdesaan
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana
dasar perdesaan yang terjangkau oleh masyarakat perdesaan secara
merata. Program ini dalam Repelita VI mencakup antara lain
Program Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu
(P2LDT) dan Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa
Tertinggal (P3DT).
P2LDT dilakukan sejak Repelita II meliputi kegiatan
pemugaran perumahan perdesaan, penyediaan air bersih,
pembangunan dan peningkatan sarana lingkungan permukiman
perdesaan, dan perbaikan fasilitas lainnya antara lain pasar desa,
pendidikan, dan peribadatan. Sejak tahun pertama hingga tahun
keempat Repelita VI, telah dipugar 136.702 unit perumahan desa
pada 11.332 desa. Pencapaian ini masih di bawah sasaran Repelita
VI yang meliputi 300.000 unit dan 20.000 desa. Diharapkan target
Repelita VI dapat dipenuhi pada tahun anggaran 1998/99. Sasaran
Repelita VI dalam penyediaan air bersih perdesaan dalam P2LDT
ini mencakup 22.000 desa. Sampai dengan tahun keempat Repelita
VI, telah dilaksanakan penyediaan air bersih perdesaan pada
18.869 desa. Dalam rangka perbaikan
kualitas lingkungan
permukiman perdesaan, sasaran Repelita VI mencakup 7.000 desa.
Sampai dengan tahun keempat Repelita VI, telah dilaksanakan
perbaikan sarana penyehatan lingkungan permukiman perdesaan
pada 10.369 desa.
Untuk menunjang program IDT, mulai tahun 1995/96
dilaksanakan pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal
(P3DT). Kegiatan ini diarahkan untuk mendukung pengembangan
X/20
sektor ekonomi di desa tertinggal melalui pembangunan prasarana
yang meliputi pembangunan jalan, jembatan, tambatan perahu
serta sarana air bersih dan sanitasi lingkungan. Sampai dengan
tahun keempat Repelita VI, dialokasikan dana sebesar Rp. 80
miliar untuk menjangkau 939 desa yang berada di 91 kabupaten/
kotamadya di 21 propinsi di luar Jawa dan Bali. Hasil fisik selama
dua tahun (tahun 1996/97 dan 1997/98) terdiri dari (a) jalan
sepanjang 3.463,2 kilometer, (b) jembatan sebanyak 775 unit, (c)
tambatan perahu sebanyak 52 unit, dan (d) alat penyeberangan
sebanyak 13 unit. Di samping itu, telah dilakukan pembangunan
prasarana lingkungan yang meliputi sanitasi lingkungan dan air
bersih yang menjangkau 9.633 desa yang tersebar di 26 propinsi
(kecuali DKI Jakarta).
6)
Program Pemantapan Kelembagaan Perdesaan.
Upaya pemantapan kelembagaan perdesaan diarahkan untuk
meningkatkan peran lembaga kemasyarakatan desa seperti LKMD,
KPD, dan PKK, kader konservasi alam, dan KPSA melalui
peningkatan fungsi dan kemampuannya sehingga masyarakat lebih
berperan aktif dalam pembangunan.
Selama Repelita VI, pola pendekatan pembangunan yang
melibatkan partisipasi dan menumbuhkan inisiatif masyarakat
dikembangkan dengan meningkatkan peran dan kemampuan
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) di tingkat desa dan
Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) di tingkat kecamatan.
Tujuannya adalah untuk membangkitkan dan membina prakarsa
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
desa. Pemberdayaan LKMD dilaksanakan melalui Program
Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) yang
memberi kepercayaan kepada LKMD untuk bertindak sebagai
X/21
pemilik dan penanggungjawab kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana di desa.
3.
Perumahan dan Permukiman
a.
Program Pokok
1)
Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman
Program penyediaan perumahan dan permukiman bertujuan
meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta
meningkatkan kemandirian dan kesetiakawanan sosial masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman,
meliputi pembangunan kawasan permukiman skala besar melalui
pembangunan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan lingkungan
siap bangun (LISIBA), penyediaan perumahan sederhana dan
rumah sangat sederhana (RS/RSS), dan pembangunan kawasan
terpilih pusat pengembangan desa (KTP2D).
Sampai dengan tahun keempat Repelita VI, telah dibangun
Kawasan Siap Bangun (KASIBA) di Driyorejo, Surabaya dengan
lahan seluas 1.200 hektar yang dilaksanakan oleh Perum
Perumnas. Upaya ini meliputi pembangunan fisik perumahan dan
permukiman, pembangunan prasarana dan sarana, manajemen
pembiayaan, manajemen pertanahan, dan pembentukan badan
hukum.
Penyediaan RS/RSS ditingkatkan melalui penerapan pola
pembangunan hunian berimbang (1:3:6), penyediaan fasilitas
kredit pemilikan rumah (KPR) yang suku bunganya disubsidi oleh
pemerintah yaitu untuk RSS tipe 21 dan tipe 36 menjadi 8,5%, RS
tipe 21 menjadi 11% dan RS tipe 36 menjadi 14%. Selain itu,
X/22
pemerintah memberi bantuan penyediaan prasarana dan sarana
dasar permukiman bagi RS/RSS yang dibangun oleh Perum
Perumnas dan Koperasi, serta penerbitan peraturan (Instruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 1996) yang memberikan
keringanan pembebasan retribusi ijin mendirikan bangunan (IMB)
dan pungutan-pungutan lain yang dikenakan atas pembangunan
RS/RSS.
Sampai dengan tahun keempat Repelita VI, RS/RSS yang
dibangun berjumlah 616.557 unit dari sasaran Repelita VI
sebanyak 500.000 unit yang terdiri dari 172.684 unit dibangun oleh
Perum Perumnas, 381.391 unit dibangun oleh usaha swasta yang
tergabung dalam REI, dan 62.482 unit dibangun oleh koperasi
(Tabel X-1). Selain itu juga telah dilakukan rintisan pembangunan
rumah susun sewa bagi pekerja pabrik di Kotamadya Tangerang.
Untuk menggairahkan pembangunan bidang properti telah
diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1996 yang
memungkinkan warga negara asing memiliki rumah di Indonesia
dan penerbitan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak
tanggungan pengembangan bisnis dan pembiayaan sektor properti
di Indonesia sebagai pengganti lembaga hipotik dan
credietverband, yang memberikan jaminan hukum kepada
pengembang, bank, dan pemilik atas bangunan, baik berupa hak
milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai atas
tanah negara.
Di perdesaan pembangunan perumahan dan permukiman
bertujuan untuk membantu dan mendorong masyarakat desa untuk
memperbaiki rumah serta lingkungannya agar memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan. Pembangunan ini antara lain dipadukan dalam pengembangan kawasan terpilih pusat
pengembangan desa atau KTP2D.
X/23
KTP2D bertujuan untuk merangsang pertumbuhan usahausaha ekonomi perdesaan melalui penyediaan berbagai fasilitas
permukiman, berupa fasilitas air bersih, persampahan, dan sanitasi
di desa-desa yang berpotensi untuk berkembang. Sasaran program
KTP2D terutama adalah desa-desa agro wisata, agro industri, agro
bisnis, dan pusat pertumbuhan pelayanan lokal. Sampai dengan
tahun keempat Repelita VI telah dikembangkan kawasan KTP2D
sejumlah 794 kawasan (Tabel X-2).
Dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan rumah
melalui pemberdayaan masyarakat, sejak Repelita VI diterapkan
pendekatan Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok
(P2BPK). Pemerintah melalui Bank Tabungan Negara memberikan
kredit Triguna yang dapat dimanfaatkan untuk pengadaan tanah,
pembangunan rumah dan prasarana lingkungan serta dana stimulan
untuk pengembangan usaha. Sejak dicanangkan program ini telah
diterapkan 130 lokasi yang merangkum 137 kelompok masyarakat
dengan anggota 15.082 kepala keluarga. Hasil fisik yang dapat
diwujudkan sampai dengan tahun 1998 adalah pembangunan 2.759
unit rumah yang tersebar di 11 propinsi dan 18 kabupaten/
kotamadya.
2)
Program Perbaikan Perumahan dan Permukiman
Program perbaikan perumahan dan permukiman bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan
pengelolaan serta pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah
dibangun. Kegiatan program ini dilaksanakan dengan pendekatan
tribina (bina manusia, bina lingkungan dan bina usaha). Program
ini terdiri atas kegiatan perbaikan, peremajaan, dan pemugaran
perumahan dan permukiman di perkotaan dan perdesaan termasuk
perkampungan nelayan dan desa-desa tertinggal melalui perbaikan
X/24
dan pembangunan jalan lingkungan, perbaikan saluran air hujan
dan air limbah, pengadaan sarana MCK, pengadaan air bersih, dan
penanganan persampahan.
Sampai dengan tahun keempat Repelita VI, peremajaan kota
telah dilaksanakan di DKI Jakarta, Semarang, dan Surabaya;
perbaikan lingkungan perumahan kota dan perbaikan kampung
dilaksanakan di 801 kota dengan cakupan 24.436 hektar dengan
jumlah penduduk terlayani sebanyak 3.857,9 ribu jiwa; pemugaran
rumah dan lingkungan permukiman di 11.596 desa dengan rumah
terpugar sebanyak 139.798 unit.
3)
Program Penyehatan Lingkungan Permukiman
Program penyehatan lingkungan permukiman bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan
permukiman melalui penanganan drainase, pengelolaan
persampahan dan pengelolaan air limbah dengan didukung oleh
prakarsa dan peranserta masyarakat.
a)
Penanganan Drainase
Penanganan drainase di perkotaan mencakup pembangunan
drainase makro dan mikro. Drainase makro dilaksanakan untuk
mengatasi banjir rutin dan banjir potensial, sedangkan drainase
mikro dilaksanakan di kawasan-kawasan kota yang rutin
mengalami genangan. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI
telah dilaksanakan pembangunan dan perbaikan saluran drainase di
765 kota yang melayani penduduk sebesar 11,6 juta jiwa.
X/25
b)
Pengelolaan Persampahan
Pengelolaan persampahan meliputi penyediaan prasarana
pengelolaan persampahan sistem kota dan pembinaan pengelolaan
persampahan sistem modul.
Kegiatan ini ditekankan pada
pengangkutan dan pembuangan sampah melalui penggunaan
peralatan mekanis pengelolaan sampah. Sampai dengan tahun
keempat Repelita VI pengelolaan sampah telah dilaksanakan di 470
kota dan melayani penduduk sekitar 13,68 juta jiwa.
c)
Pengelolaan Air Limbah
Sejak tahun terakhir Repelita V hingga tahun keempat
Repelita VI telah selesai dibangun instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) di 3 kota, yaitu Medan, Bandung, dan Yogyakarta. Sampai
dengan tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan
pembangunan dan pengelolaan air limbah di 372 kota yang mampu
melayani penduduk sejumlah 9,7 juta jiwa.
Pengelolaan air limbah perdesaan dilakukan dengan sistem
pengelolaan setempat yang mencakup Jamban Keluarga (JAGA),
Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL), Mandi Cuci Kakus
(MCK). Sampai dengan tahun keempat Repelita VI, pengelolaan air
limbah perdesaan telah dilaksanakan di 9.099 desa yang melayani
penduduk sebanyak 3,09 juta jiwa.
4)
Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih
Program penyediaan dan pengelolaan air bersih mencakup
kegiatan peningkatan kapasitas produksi, perluasan pelayanan air
bersih, serta penurunan tingkat kebocoran pada jaringan distribusi
perpipaan. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI kapasitas
X/26
produksi air bersih berhasil ditingkatkan sebesar 25.210 liter/detik,
sambungan rumah sebanyak 1.039.997, hidran umum sebanyak
25.953 unit, dengan penduduk terlayani sebanyak 12,19 juta jiwa.
Di perdesaan penyediaan air bersih mencakup pembangunan
sistem perpipaan dan non-perpipaan berupa pembuatan sumur gali,
perlindungan mata air (PMA), dan penampungan air hujan (PAH).
Pada tahun pertama Repelita VI mulai dikembangkan dan
dilaksanakan pembangunan sistem penyediaan air bersih sederhana
atau SIPAS yang pelaksanaannya menggunakan teknologi tepat
guna dan melibatkan peran serta organisasi dan lembaga
masyarakat seperti Pramuka, Karang Taruna, dan Pesantren.
Sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan
penanganan air bersih perdesaan dengan penduduk terlayani
sejumlah 3,25 juta jiwa.
5)
Program Penataan Kota
Program penataan kota mulai dilaksanakan dalam Repelita VI
mencakup penyiapan pembangunan kota terpadu yang dituangkan
dalam penyiapan dan penyusunan program jangka menengah (PJM)
kawasan perkotaan dan kota serta penyempurnaan dan pemantapan
sistem data dan informasi pembangunan perkotaan. Penyiapan dan
penyusunan PJM mencakup proses penyusunan skenario
pengembangan, penyusunan rencana induk sistem prasarana dan
sarana dasar, penyusunan tahapan pelaksanaan pembangunan, dan
penyusunan rencana investasi dan rencana pengelolaannya
termasuk skenario kemitraan dengan swasta dan masyarakat dalam
pembangunan kota.
Pembangunan PJM kawasan perkotaan dan kota dilaksanakan
bersama pemerintah daerah tingkat II dan daerah tingkat I yang
X/27
bersangkutan berdasarkan prinsip desentralisasi. Sampai dengan
tahun keempat Repelita VI telah disusun PJM untuk 114 kota dan
140 kawasan perkotaan.
Upaya penyempurnaan dan pemantapan sistem data dan
informasi pembangunan kota mulai dilakukan pada tahun keempat
Repelita VI di 26 propinsi yang meliputi 130 kota/kawasan
perkotaan sebagai penunjang penyiapan pengembangan/
pembangunan kota di daerah tingkat II.
6)
Program Penataan Bangunan
Program ini bertujuan untuk memantapkan kelembagaan
penataan bangunan di daerah agar lebih terwujud ketertiban di
dalam pembangunan dan keselamatan bangunan serta keserasian
bangunan dan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan adalah
penyiapan, pemutakhiran, dan pembakuan peraturan perundangundangan di bidang tata bangunan, pembinaan dan pengawasan
teknis, termasuk kegiatan bantuan teknis pengelolaan dan
pembangunan bangunan gedung negara, penyusunan peraturan
bangunan setempat dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL).
Bantuan teknis penyusunan peraturan bangunan setempat
diprioritaskan pada 94 daerah tingkat II otonomi percontohan dan
daerah tingkat II lainnya yang telah mendesak kebutuhan akan
peraturan daerah tentang bangunan. Sampai dengan tahun keempat
Repelita VI telah disusun 80 naskah Peraturan Daerah tentang
bangunan. Dalam rangka penyusunan RTBL sampai dengan tahun
keempat Repelita VI telah disusun sebanyak 126 RTBL.
X/28
b.
Program Penunjang
1)
Pengembangan Hukum di bidang Perumahan dan
Permukiman
Program ini bertujuan untuk menunjang penyusunan
rancangan peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat
umum maupun yang bersifat sektoral yang mencakup kegiatan
pengkajian, penelitian hukum, serta penyusunan naskah akademis
peraturan perundang-undangan di bidang perumahan dan
permukiman.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman, pada tahun 1994/95 telah
diterbitkan dua buah peraturan pemerintah, yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 40 tahun 1994 Tentang Rumah Negara, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1994 Tentang Penghunian
Rumah oleh Bukan Pemilik. Pada tahun 1995/96 telah diterbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996 tentang Ijin
Pembelian Hunian oleh Orang Asing. Sementara itu, lima
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) lainnya sedang dalam
proses pengesahan, yaitu RPP tentang Kawasan Siap Bangun
(Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang Berdiri
Sendiri, RPP tentang Penyediaan Tanah untuk Perumahan dan
Permukiman, RPP tentang Penunjukkan Perum Perumnas untuk
Melakukan Penyelenggaraan Pengelolaan Kawasan Siap Bangun,
RPP tentang Pembangunan Perumahan dan Permukiman, dan RPP
tentang Pembinaan Perumahan dan Permukiman.
X/29
2)
Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan
dan Permukiman
Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan
pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan terapan untuk
pengem-bangan perumahan dan permukiman. Dalam rangka itu
dalam Repelita VI antara lain telah dikembangkan teknologi tepat
guna serta pendayagunaan bahan-bahan lokal untuk pembangunan
perumahan dan permukiman, yang dilaksanakan oleh pusat
penelitian dan pengembangan permukiman termasuk di perguruanperguruan tinggi.
3)
Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air
Program ini bertujuan untuk mendukung pelestarian fungsi
dan kemampuan sumber daya hayati dan non-hayati serta
lingkungan hidup. Bagi sektor perumahan dan permukiman program
ini mendukung kegiatan penyediaan dan pengelolaan air bersih.
Dalam rangka itu telah dilakukan kegiatan perlindungan mata air
(PMA).
Pada tahun 1997/98 pengelolaan kawasan lindung nasional
seluas 34 juta hektar diserahkan pelaksanaannya kepada Pemerintah
Daerah Tingkat I. Pengelolaan kawasan lindung yang dipadukan
dengan pengembangan daerah khususnya kawasan lindung yang
berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan, daerah resapan air,
danau, dan situ dilakukan dengan pendekatan pengelolaan
ekosistem wilayah aliran sungai.
X/30
4)
Program Penataan Ruang
Program ini bertujuan untuk menyusun dan mengembangkan
struktur dan pola pemanfaatan ruang dan mekanisme pengelolaan
yang dapat menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan air, tanah, udara, serta sumber daya lainnya. Program
ini mendukung sektor perumahan dan permukiman khususnya
dalam rangka optimasi pemanfaatan ruang dan terbentuknya
lingkungan yang serasi.
Sampai dengan tahun 1997/98, seluruh Propinsi telah
menyelesaikan materi Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi
(RTRWP) dan menetapkannya sebagai Peraturan Daerah. Seluruh
Kabupaten telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
(RTRWK) namun baru 58 persen yang telah ditetapkan sebagai
Peraturan Daerah. Seluruh Kotamadya juga telah memiliki Rencana
Tata Ruang Wilayah Kotamadya (RTRWK) dan 80 persen telah
ditetapkan sebagai Peraturan Daerah. Dari sejumlah 1.729 kota non
status (kota administratip, ibukota kabupaten, dan ibukota
kecamatan) pada Repelita V sebanyak 617 kota telah memiliki
rencana tata ruang wilayah kota, dan pada Repelita VI dilakukan
penyusunan rencana tata ruang wilayah kota untuk 615 kota. Dari
615 rencana tata ruang wilayah kota non status yang disusun pada
Repelita VI sejumlah 312 rencana tata ruang wilayah telah
ditetapkan sebagai Peraturan Daerah.
5)
Program Penataan Pertanahan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan dan menyempurnakan penyelenggaraan pelayanan masyarakat, terutama dalam
kaitannya dengan pengurusan hak serta pemberian status hukum
atas tanah dan penyediaan data dasar pertanahan yang konsisten.
X/31
Dalam kurun waktu 1993/94 sampai dengan 1997/98 telah
dilakukan redistribusi tanah obyek landreform seluas 13.207 hektar,
penyiapan konsolidasi tanah perkotaan untuk 22.700 bidang,
pembinaan konsolidasi tanah perkotaan untuk 18.000 bidang, dan
konsolidasi lahan pertanian beririgasi teknis (PIADP) seluas 21.690
hektar. Untuk masyarakat berpendapatan rendah, melalui proyek
operasi nasional (PRONA) pertanahan, dilakukan pemberian
sertipikat tanah secara massal. Sampai dengan tahun keempat
Repelita VI telah diberikan sertipikat tanah sebanyak 333.030 buah
sertipikat.
X/32
TABEL X – 1
PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA
KREDIT PEMILIKAN RUMAH OLEH BANK TABUNGAN NEGARA (BTN)
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(unit rumah)
1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
X/33
TABEL X – 2
PEMBANGUNAN KAWASAN
TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA
MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(kawasan)
1)
2)
X/34
Program ini dimulai pada Repelita VI
Angka sementara sampai dengan Desember 1997
TABEL X – 3
PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA (P2LPK)/PERBAIKAN KAMPUNG
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1)
2)
X/35
Angka Diperbaiki
Angka sementara sampai dengan Desember 1997
TABEL X – 4
PELAKSANAAN PEMUGARAN PERUMAHAN DESA
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1)
2)
Angka diperbaiki
Angka sementara sampai dengan Desember 1997
X/36
TABEL X – 5
PELAKSANAAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1)
2)
X/37a
Angka diperbaiki
Angka sementara sampai dengan Desember 1997
(Lanjutan Tabel X – 5)
X/37b
TABEL X – 6
PENGOLAHAN AIR LIMBAH PERDESAAN
MELALUI PENGELOLAAN SETEMPAT
MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1) Program ini dimulai pada Repelita VI
2) Angka diperbaiki
3) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
Keterangan :
JAGA = Jamban Keluarga
SPAL = Sistem Pembuangan Air Limah
X/38
TABEL X – 7
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I PER TAHUN
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1)
2)
X/39a
Angka diperbaiki
Angka sementara sampai dengan Desember 1997
( Lanjutan Tabel X – 7)
X/39b
TABEL X – 8
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1) Angka diperbaiki
2) Terdiri dari Hidran/Kran Umum dan Terminal Air
3) Terdiri dari Sumur Artesis, Sumur Pompa Dalam/Dangkal, dan Sumur Gali
Keterangan :
PAH = Penampungan Air Hujan
PMA = Perlindungan Mata Air
X/40a
(Lanjutan Tabel X -8)
X/40b
Download