Danau Kerinci - Departemen Kehutanan

advertisement
KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP
Gerakan Penyelamatan Danau
(GERMADAN)
Danau Kerinci
2014
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Kerinci
© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014
Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai
ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Cara mengutip :
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau
(GERMADAN) Kerinci.
Pengarah :
Arief Yuwono
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH
Penanggung Jawab :
Hermono Sigit
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH
Tim Penyusun :
Aswandi Idris, Asropi, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap,
Inge Retnowati, Siti Rachmiati Nasution, Wahyu Cahyadi Rustadi.
Didukung oleh :
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan,
Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset
dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, Bappeda Provinsi Jambi, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi, Bappeda
Kabupaten Kerinci, Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kerinci, serta Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Jambi dan Kabupaten Kerinci.
Diterbitkan oleh :
Kementerian Lingkungan Hidup.
Cetakan I : Tahun 2013
Cetakan II : Tahun 2014
SAMBUTAN
DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
DAN PERUBAHAN IKLIM
Danau Kerinci merupakan salah satu dari 15 (lima belas) danau prioritas yang disepakati pada
Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan saat penyelengaraan Konferensi
Nasional Danau Indonesia I tahun 2009 di Denpasar Bali. Kesepakatan Bali yang
ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Menteri Kehutanan,
Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset
dan Teknologi telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan, melestarikan dan
memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung
lingkungannya.
Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi
Nasional Danau Indonesia II di Semarang, KLH telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan
Danau (Germadan) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model.
Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening yang telah disusun dalam dokumen
Germadan Rawapening dapat direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya.
Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, maka saat ini dokumen
Germadan Danau Kerinci telah tersusun. Dokumen Germadan Kerinci ini lahir berdasarkan
arahan dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem
Danau Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai Danau
Kerinci dari berbagai sumber terkait. Germadan Kerinci ini berisi Rencana Aksi Penyelamatan
Danau Kerinci yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau
Kerinci yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah
Daerah serta oleh Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas fungsi dan kewenangannya.
Danau Kerinci yang terletak di Provinsi Jambi memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi
diantaranya sebagai sumber energi, perikanan, pengendali banjir, irigasi pertanian, dan lain
sebagainya. Danau Kerinci merupakan danau volcano-tectonik yang mendapatkan pasokan air
dari sungai-sungai yang berasal dari Gunung Kerinci dan keluar melalui Sungai Batang
Merangin. Danau Kerinci pada tahun 1995 mengalami penurunan kualitas air danau yaitu
mengalami eutrofikasi berat dengan gejala dimana 80% permukaan danau telah tertutup oleh
Eceng Gondok. Akbat dari kejadian tersebut, aktivitas pemanenan ikan oleh masyarakat
hamper terhenti total sehingga pada tahun 1998 permukaan danau telah bersih kembali dengan
adanya introduksi ikan pemakan Eceng Gondok (Grass Carp) sebagai penanganan alami untuk
Eceng Gondok. Dalam rangka mewujudkan Danau Kerinci yang Elok, Sejuk, Sehat,
Berdayaguna maksimal serta berkelanjutan, maka diharapkan dengan adanya buku Gerakan
Penyelamatan Danau Kerinci ini dapat menjadi sumber acuan penyelamatan danau serta
mempermudah penyelenggaraan program aksi penyelatan ekosistem Danau Kerinci
Akhir kata saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih kepada
Tim Penyusun khususnya dan para narasumber baik yang berasal dari pemerintah pusat,
daerah, dunia usaha maupun masyarakat pada umumnya, sehingga dokumen Gerakan
Penyelamatan Danau Kerinci ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen Germadan ini dapat
menjadi bahan arahan dan acuan bersama bagi para pihak untuk secara sinergis dan terpadu
merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan
penyelamatan Danau Kerinci.
Jakarta,
Juli 2013
Deputi Bidang Pengendalian
Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Ir. Arief Yuwono, MA
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN .............................................................................................
ABSTRAK ........................................................................................................
SAMBUTAN DEPUTI PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PERUBAHAN
IKLIM KLH ......................................................................................................
KATA PENGANTAR GUBERNUR PROVINSI JAMBI ....................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Dasar Hukum ..........................................................................................
1.3 Strategi Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci ...................................
1.4 Tujuan Penyusunan Progran Penyelamatan Danau Kerinci ...................
BAB II PERMASALAHAN, KONDISI YANG DIHARAPKAN, RUANG
LINGKUP DAN PENDEKATAN ..........................................................
2.1 Permasalahan .........................................................................................
2.2 Kondisi Yang Diharapkan ........................................................................
2.3 Ruang Lingkup dan Pendekatan .............................................................
BAB III GAMBARAN UMUM DANAU KERINCI ..............................................
3.1 Kondisi Geografis ....................................................................................
3.2 Batas Administrasi ..................................................................................
3.3. Topografi ................................................................................................
3.4 Geologi dan Potensi Tambang ..............................................................
3.5 Tutupan Lahan ......................................................................................
3.6 Sumber Daya Air dan Hidrologi .............................................................
3.7 Keanekaragaman Hayati .......................................................................
3.8 Kependudukan ........................................................................................
3.9 Perekonomian
BAB IV PROGRAM AKSI PENYELAMATAN DANAU KERINCI ..................
4.1 Faktor-faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor-faktor
Eksternal (Peluang dan Ancaman) .......................................................
4.2 Analisis SWOT .....................................................................................
4.3 Program Pokok (Super Prioritas) dan Program Penunjang (Prioritas) ..
BAB V PENUTUP .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
i
ii
iii
vi
viii
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 2.1.
Tabel 3.1.
Daftar Potensi Danau di Provinsi Jambi …...……....…………………….
Zonasi wilayah DTA Danau Kerinci …………………………….…….…..
Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi
(Kecamatan) ………...………………...…………………………………….
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Bentuk lahan pada DTA Danau Kerinci ………….………….…….….......
Penggunaan Lahan Kabupaten Kerinci Tahun 2006
.......................................................................................…………………
Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Budidaya
.................................................................................................................
Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau
Kerinci........................................................................................................
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Kerinci .………………...…………….…...
Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten
Kerinci ………………….…………………………………….....…………….
Tabel 3.4.
Tabel 3.5
Tabel 3.6.
Tabel 3.7.
Tabel 3.8.
Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan
Keliling Danau ………………………………………...……………………...
Tabel 3.9.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Menurut Lapangan
Usaha Berdasarkan Harga Berlaku ………………………..………………
Matrik Analisis SWOT Untuk Kawasan Danau Kerinci …………….…….
Tabel 4.1.
Tabel 4.3.
Rencana Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci Berdasarkan
Skala Prioritas (2014-2018) ………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
Gambar 3.4.
Gambar 3.5.
Gambar 3.6.
Gambar. 2.7.
Gambar 3.8.
Gambar 3.9.
Gambar 3.10.
Gambar 3.11.
Gambar 3.12.
Gambar 3.13.
Gambar 3.14.
Gambar 3.15.
Gambar 3.16.
Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kerinci ……..……….…...………..
Peta lahan kritis di sekitar Danau Kerinci ……..……………...………….
Peta Penambangan Galian C di Danau Kerinci .....................................
Aktivitas penambangan bahan galian Golongan C oleh masyarakat di
Danau Kerinci .......................................................................................
Pemandangan Danau Kerinci ................................................................
Peta Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kerinci …..............................
Topografi/kelas lereng DTA Danau Kerinci ............................................
Tutupan Lahan Kabupaten Kerinci.........................................................
Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci …......................
Penggunaan Lahan DTA Danau Kerinci ...............................................
Peta Daerah Aliran Sungai Yang Menjadi Daerah Tangkapan Air
Danau Kerinci ........................................................................................
Sketsa penggunaan air Danau Kerinci (Sumber: BWS Sumatera VI,
2007) ......................................................................................................
Daerah Aliran Sungai Batanghari ………………………………………….
Air Danau Kerinci yang biru ………………………………………………..
Hasil Pemanenan Ikan di Danau Kerinci………………………………….
Ikan dari Danau Kerinci …………………………………………………….
Jenis ikan yang hidup di Danau Kerinci …………………………………..
Lokasi Permukiman Sekitar Danau Kerinci ………………………………
Persawahan di Sekitar Danau Kerinci …………………………………….
Pemanfaatan Badan Air Danau Kerinci untuk Perikanan ………………
Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Provinsi Jambi terdapat beberapa danau (Tabel 1.1) yang merupakan salah satu
sumber air tawar yang berfungsi tidak hanya sebagai penyedia air bersih, namun juga
sebagai sumber air untuk energi, pertanian, perikanan, serta sebagai pengendali
banjir, asimilasi nutrisi tanaman, penampung sedimen serta sumber pengisian ulang
air tanah.
Danau Kerinci terbentuk dari proses patahan tektonik di jalur Bukit Barisan yang
merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi besar, namun kelestariannya
sedang terancam oleh proses sedimentasi dan eutrofikasi yang berasal dari wilayah
Daerah Tangkpan Air (DTA). DTA danau memiliki jenis tanah yang sangat subur dan
peka terhadap erosi, sehingga sangat mudah tergerus oleh curah hujan dan kemudian
dibawa aliran sungai masuk ke danau. Kemiringan aliran (water sloping) yang tinggi
serta pengolahan lahan yang sangat intensif namun belum menerapkan sistem
pertanian konservatif, telah memicu tingginya laju sedimentasi yang masuk ke dalam
danau. Hal ini juga dipengaruhi oleh keberadaan 10 sungai yang menjadi inlet suplai
air Danau Kerinci.
Potensi sumberdaya air Danau Kerinci tergolong besar dan masih alami, dengan aliran
permukaan yang semuanya berasal dari kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS) yang memiliki curah hujan sangat tinggi dan komposisi hutan yang
masih lebat. Potensi pasokan air Danau Kerinci yang cukup terjamin keberadaannya
sepanjang musim ini terkait dengan keberadaan TNKS yang merupakan kawasan
konservasi dengan luas hampir 1,5 juta Ha. Mengingat keterkaitan erat antara
ketersediaan air danau dengan kondisi hutan dan lahan di hulu, maka upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Kerinci serta
kabupaten/kota lain disekitarnya harus dilakukan secara terintegrasi terhadap potensi
hutan, lahan dan air.
Ekosistem Danau Kerinci memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat beragam,
meliputi sumber energi (PLTA), pariwisata, pertanian, perikanan (minapolitan), sumber
air baku air minum, serta pertambangan (bahan galian Golongan C). Besar dan
beragamnya potensi ekosistem Danau Kerinci memiliki dampak positif terhadap
perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat; namun, apabila pemanfaatan
ekosistem danau dilakukan dengan tidak efisien, justru akan menyebabkan dampak
negatif secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan. Dampak negatif
langsung yang dapat terjadi antara lain berupa penurunan kualitas air dan umur pakai
danau (lake usage). Dampak negatif tidak langsung antara lain terganggunya
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-1
Pendahuluan
pemanfaatan debit aliran air danau bagi PLTA Merangin (Kapasitas 2 x 175 MWt)
yang saat ini sedang dibangun.
Tabel 1.1. Daftar Danau di Provinsi Jambi
No
Nama Danau
LOKASI
Kecamatan
1
Danau Kerinci
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Danau Gunung Tujuh
Danau Belibis
Danau Lingkat
Danau Duo
Danau Sipin
Danau Kenali
Danau Teluk
Danau Biaro
Danau Baru
Danau Sarang Burung
Danau Sirih
Danau Depati Empat
Danau Kecil
Danau Pauh
Danau Kerinci dan
Keliling Danau
Kayu Aro
Kayu Aro
Gunung Raya
Gunung Raya
Telanaipura
Telanaipura
Danau Teluk
Sarolangun
Sarolangun
Jambi Luar Kota
Jambi Luar Kota
Jangkat
Jangkat
Jangkat
Kabupaten
Keterangan
Kerinci
Kerinci
Kerinci
Kerinci
Kerinci
Kota Jambi
Kota Jambi
Kota Jambi
Sarolangun
Sarolangun
Muaro Jambi
Muaro Jambi
Merangin
Merangin
Merangin
Telah menjadi sawah
Telah menjadi sawah
Sumber: Survei, inventarisasi, identifikasi dan reconnaisance danau-danau di wilayah
Sungai Batanghari, Provinsi Jambi, Tahun 2007. BWS-VI Sumatera.
Kerusakan ekosistem Danau Kerinci kurang dipahami oleh pihak-pihak terkait, antara
lain karena ketidakpahaman mereka akan batas-batas sistem hidrologi dan tata air
danau yang sangat komplek, dengan intensitas dan durasi curah hujan yang sangat
tinggi. Akibat ketidakpahaman tersebut, pembangunan yang dilakukan di daerah hulu
(DTA) sering kali menyebabkan kerusakan di hilir (di Danau Kerinci). Kondisi ini
mencerminkan tidak terintegrasinya kebijakan sistem pengelolaan sumber daya air
dari hulu hingga ke hilir.
Peningkatan jumlah sedimen yang dibawa oleh aliran air dari sungai-sungai ke Danau
Kerinci merupakan permasalahan besar dan penting. Selain itu, telah banyak hasil
studi yang menjelaskan bahwa banjir besar yang selalu terjadi setiap tahun di Kerinci
telah mengangkut sedimen dalam jumlah besar yang selalu berakhir di danau Kerinci.
Agar Danau Kerinci tidak menjadi “sediment trap” atau bahkan menjadi danau mati,
harus dilakukan pengelolaan daerah tangkapan air (DTA) secara terintegrasi.
Penurunan kualitas lingkungan di kawasan Danau Kerinci perlu segera ditangani agar
tidak berpengaruh lebih jauh terhadap kualitas ekosistem danau maupun
keberlangsungan kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk itu, tindakan penyelamatan
yang dilakukan perlu melibatkan pemerintah, masyarakat dan pihak swasta, serta
dalam lingkup keruangan (spasial) yang terpadu, terintegrasi dalam satu kesatuan
ekosistem.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-2
Pendahuluan
Gambar 1.1 Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kerinci
1.2. Dasar Hukum
A. Undang - Undang
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
3. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB
Mengenai Keanekaragaman Hayati;
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
menjadi Undang-Undang;
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-3
Pendahuluan
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara;
10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
11. Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
B. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar;
5. Peraturan Pemerintah Nomor
25 Tahun 2000
tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa.
C. Keputusan Presiden
1. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung.
2. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang
Pertanahan.
3. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-4
Pendahuluan
D. Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRTI1990 tentang Pembagian
Wilayah Sungai.
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/1990 tentang Pengendalian
Mutu Air pada Sumber-Sumber Air.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan
Atas Air dan Sumber Air Pada Wilayah Sungai.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Ijin Penggunaan dan atau Sumber Sumber Air.
5. Peraturan Menteri Kesehatan
Pengawasan Kualitas Air.
Nomor
416/1990
tentang
Syarat-Syarat
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sepadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Peguasaan Sungai dan
Bekas Sungai
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau Waduk.
8. Peraturan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Nomor
PM
86/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan
Akomodasi.
9. Peraturan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Nomor
PM
87/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan
dan Minuman.
10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 88/HK.501/MKP
/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Kawasan Pariwisata.
11. Peraturan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Nomor
PM
89/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Transportasi
Wisata.
12. Peraturan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Nomor
PM
90/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik
Wisata.
13. Peraturan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Nomor
PM
91/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan
Kegiatan Hiburan dan Rekreasi.
14. Peraturan
Menteri
92/HK.501/MKP/2010
Pramuwisata.
Kebudayaan
tentang Tata
dan
Cara
Pariwisata
Pendaftaran
Nomor
Usaha
15. Peraturan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Nomor
96/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Wisata Tirta.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
PM
Jasa
PM
I-5
Pendahuluan
E. Keputusan Menteri
1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan
Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Penambangan Bahan Galian
Golongan C.
2. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
687/KPTS-11/1989 tentang
Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Rakyat dan
Taman Wisata Laut.
3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Pengendalian Banjir dan Pengaturan Sungai.
779/KPTS/1990
tentang
4. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 167/KPTS-11/1994 tentang Sarana dan
Prasarana Pengusahaan Pariwisata di Kawasan Pelestarian Alam.
5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/KPTS-11/1996 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Pengusahaan Pariwisata Alam.
6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 348IKPTS-11/1997 tentang Perubahan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 446/KPTS-ll/1996 tentang Tata Cara
Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 Tahun 2003 tentang
Pedoman mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan serta Pedoman
Pembuangan Limbah ke Air.
F. Peraturan Daerah Provinsi Jambi
1. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi.
2. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
DAS Provinsi Jambi.
3. Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 10 Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jambi Tahun 2013 – 2033.
G. Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci
1. Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 24 Tahun 2012, tentang RTRW
Kabupaten Kerinci Tahun 2012-2032.
H. Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh
1. Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Tahun 2011-2031.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-6
Pendahuluan
1.3. Strategi Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci
Visi pengelolaan Kawasan Danau Kerinci merupakan penjabaran dari visi Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kerinci yang diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Kerinci Nomor 24 Tahun 2012 dan visi Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Sungai Penuh yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh
Nomor 5 Tahun 2012. Berdasarkan Visi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh
tersebut maka Visi pengelolaan Danau Kerinci adalah sebagai berikut:
Visi
"Menuju Fungsi Ekosistem Danau Kerinci Yang Elok, Sejuk, Sehat,
Berdayaguna Maksimal dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat
yang Taat Kepada Agama"
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditentukan misi Pengelolaan Kawasan Danau
Kerinci sebagai berikut:
Misi
1. Mewujudkan upaya-upaya penyelamatan ekosistem danau (menghentikan
laju kerusakan dan pemulihan fungsi danau), dan nilai manfaat yang
berkelanjutan dari potensi sumbardaya yang dimiliki sesuai daya dukung dan
daya tampungnya.
2. Mewujudkan semangat dan dinamika kerjasama akademik antar pihak-pihak
untuk melindungi, mengendalikan dan memanfaatkan ekosistem danau
untuk kesejahteraan bersama.
3. Mewujudkan kesadaran, peningkatan kapasitas dan peran serta masyarakat
lokal sekitar danau dalam melakukan pengawalan, perlindungan dan
pengelolaan ekosistem danau.
4. Mewujudkan suasana aman, damai, harmonis, bermoral dan berbudaya
agama, yang dijunjung secara bersama untuk mendorong kemajuan
kunjungan wisata danau Kerinci.
5. Mewujudkan Sistem Informasi Danau (SID) Danau Kerinci yang lengkap dan
mudah diakses oleh semua pihak.
Terkait dengan misi tersebut, perlu dipastikan bahwa kebijakan, rencana dan/atau
program yang dikembangkan di wilayah Provinsi Jambi maupun Kabupaten Kerinci
dan Kota Sungai Penuh telah memuat ketentuan yang diperlukan bagi penyelamatan
ekosistem danau berdasarkan misi penyelamatan ekosistem danau, antara lain
dengan mengintegrasikan upaya pengendalian kerusakan dan pencemaran danau ke
dalam kebijakan, rencana dan/atau program (KRP). Untuk itu melalui Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang dilaksanakan terhadap KRP, antara lain
terhadap RTRW dan RPJM Provinsi Jambi atau Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai
Penuh, perlu dipastikan bahwa KRP tersebut mengintergrasikan atau mengangkat
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-1
Pendahuluan
kepentingan penyelamatan ekosistem danau, artinya, dipastikan bahwa pertimbangan
lingkungan diintegrasikan dalam proses pengambilan keputusan pada tahap
perumusan KRP.
Salah satu implementasi pengintegrasian kepentingan lingkungan hidup dalam KRP,
adalah pengintegrasian upaya konservasi dan pemulihan kondisi sumberdaya alam
dan lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan, dalam rencana pembangunan
jangka panjang di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Selain itu, dalam
Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 10 Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi
Jambi Tahun 2013-2033, telah termuat kebijakan dan strategi pengelolaan lingkungan
hidup yang memperhatikan upaya konservasi hutan dan lahan, dengan mengingat
dominannya daya rusak air di wilayah tersebut. Hal ini juga sejalan dengan prinsip
yang termuat dalam Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (RPDAS), dimana pendekatan
pengelolaan DAS dilakukan secara terpadu antar komponennya, yaitu hutan, lahan
dan air. Berdasarkan pentingnya keterpaduan pengelolaan hutan, lahan dan air,
wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh didorong untuk dapat menerapkan
konsep kabupaten dan kota konservasi.
Sesuai arahan Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia (KLH, 2012),
perumusan program penyelamatan Danau Kerinci dilakukan dengan strategi umum
Penataan, Pengendalian dan Pengembangan Ekosistem Danau; Pengaturan,
Penertiban dan Pengawasan Ekosistem Danau; serta Penyediaan Sistem Informasi
Ekosistem Danau. Ketiga strategi umum tersebut akan menjadi acuan untuk
perumusan Program Super Prioritas (Pokok) dan Program Prioritas (Penunjang) dalam
penyelamatan ekosistem Danau Kerinci, berdasarkan kondisi dan permasalahan
danau. Program yang dirumuskan diharapkan mampu mengatasi permasalahan
ekosistem Danau Kerinci dalam jangka waktu 5 tahun, sehingga fungsi danau dapat
dipertahankan.
1.4. Tujuan Penyusunan Program Penyelamatan Danau Kerinci
Penyusunan program penyelamatan Danau Kerinci bertujuan untuk memberikan
arahan dan menyediakan acuan bagi pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan aksi
penyelamatan Danau Kerinci, guna mengembalikan dan meningkatkan fungsi
ekologis, sosial maupun ekonomis danau, yang mencakup:
a. Tersedianya sumber air yang cukup sepanjang tahun sehingga fungsi dan
peran Danau kerinci sebagai reservoir alami untuk berbagai kebutuhan
seperti irigasi pertanian, perikanan, sumber air baku air minum, PLTA dan
wisata dapat tetap terjaga;
b. Terjaganya kualitas air danau (in-situ) dari pencemaran limbah pertanian,
domestik maupun dari kegiatan lainnya, dan dari gulma air, melalui proses
pembangunan di badan air maupun di sempadan dan daerah tangkapan air
(ex-situ) yang memenuhi kaidah konservasi;
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-1
Pendahuluan
c. Terlaksananya kegiatan pembangunan di berbagai bidang, baik di badan
air, sempadan danau maupun DTA, yang memenuhi kaidah konservasi,
sehingga mendukung upaya penyelamatan danau;
d. Terciptanya kerjasama mulipihak dalam upaya penyelamatan danau; dan
e. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengambilan keputusan
penyusunan kebijakan maupun program yang terkait dengan penyelamatan
Danau Kerinci.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
I-2
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
BAB II
PERMASALAHAN, KONDISI YANG DIHARAPKAN, RUANG
LINGKUP DAN PENDEKATAN
2.1
Permasalahan
Danau Kerinci merupakan suatu ekosistem dimana manusia beserta aktivitasnya
berinteraksi dengan daerah tangkapan air (DTA) atau daerah aliran sungai (DAS)
serta komponen sumber daya alam hutan, tanah dan air dikelola untuk memenuhi
kebutuhannya secara lestari. Kekeliruan dalam pengelolaan sumber daya alam dalam
wilayah DTA akan mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kemerosotan biogeofisik
lingkungan Danau Kerinci, yang pada gilirannya dapat berakibat pada penurunan
kesejahteraan manusia di sekitarnya.
Pengendalian erosi, sedimentasi dan banjir merupakan isu utama dalam pengelolaan
DTA Danau Kerinci, karena ketiga kejadian alam tersebut tidak hanya terkait dengan
kondisi fisik dan kesejahteraan penduduk di bagian hulu, tetapi juga akan terkait
langsung dengan kondisi fisik alam, infrastruktur maupun produktivitas danau di
bagian hilir.
2.1.1 Erosi, Sedimentasi, Pendangkalan Danau dan Banjir Yang Dipengaruhi
oleh Kondisi Daerah Tangkapan Air (DTA)
Daerah tangkapan air (DTA) Danau Kerinci merupakan wilayah-wilayah DAS bercurah
hujan tinggi yang terletak di dataran tinggi daerah volkan, mulai dari Gunung Kerinci.
Wilayah ini memiliki topografi bergunung dan berbukit yang umumnya ditutupi hutan
lebat (kawasan TNKS) dengan jenis tanah yang berasal dari endapan lahar atau abu
vulkanik baik basaltik maupun andesetik. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang
cukup subur dan kaya unsur hara (kecuali N) serta bertekstur pasir halus hingga
lempung berpasir dengan kadar tanah liat yang rendah, sehingga kapasitas
infiltrasinya menjadi sangat tinggi.
Karakteristik tanah di wilayah DTA ini adalah memiliki lapisan padas (harpan) yang tak
tembus air. Apabila tanah jenis ini terus dibasahi oleh air hujan hingga melampaui
batas konsistensi maksimumnya (liquid limit), maka kestabilan agregatnya terganggu
dan menjadi labil. Lapisan padas yang tak tembus air menjadi sejenis bidang peluncur
yang menggerakan tanah dan menjadikan bencana tanah longsor. Ancaman tanah
longsor ini sering terjadi bahkan pada saat penutupan hutan di atasnya masih utuh.
Erosi yang terjadi pada kawasan DTA yang berlereng dapat mengakibatkan penipisan
lapisan tanah, menurunkan tingkat kesuburan tanah serta merusak kondisi tutupan
lahan (land cover).
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 1
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
Berdasarkan pada pola tata ruang kabupaten/kota dan sesuai dengan arahan
penggunaan lahan berdasarkan Pola Pola RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi
Tanah), penggunaan lahan di DTA Danau Kerinci terdiri dari beberapa zonasi yaitu
kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya (tahunan, semusim dan
sawah) dan kawasan permukiman/perkotaan pada masing-masing sub DAS. Zonasi
tersebut didasarkan pada kemiringan lahan, jenis tanah dan penggunaan lahan (land
cover). Kawasan hutan lindung di daerah Kerinci merupakan salah satu hutan
simpanan yang ditetapkan berdasarkan Besluit Van Den Gouvernour – General Van
Nederland – Indian Van (GBdd 29 Juni 1926 No.44), dan dikukuhkan kembali dengan
Tata Guna Hutan (TGH) tahun 1987.
Tabel 2.1. Zonasi wilayah DTA Danau Kerinci
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jml
NAMA DAS
Ambai
Jujun
Air Milut
Tanjung Baru
Anak Kerinci
Buai
Semerap
Koto Pulau
Tengah
Merao
Koto Petai
Kawasan Budidaya
Luas (ha)
%
1488
551
1860
2115
1368
4042
1824
1352
46.49
17.11
72.57
95.01
33.50
41.73
100.00
71.01
46514
1326
62440
68.00
100.00
Kawasan
Lindung
Luas
%
(ha)
1249
39.02
2363
73.39
697
27.19
Kawasan
Penyangga
Luas
%
(ha)
464
14.50
306
9.50
6
0.23
111
4.99
2716
5219
66.50
53.88
425
4.39
186
9.77
366
19.22
16633
24.32
5256
7.68
29063
6934
Jumlah
3201
3220
2563
2226
4084
9686
1824
1904
68403
1326
98437
Sistem pengolahan lahan di Kerinci pada umumnya masih konvensional, dan dibatasi
oleh kepemilikan lahan yang kecil, sehingga sulit menerapkan manajemen pengolahan
yang lebih baik dalam suatu keluarga. Petani sulit mengadopsi teknologi konservasi
karena terbatasnya kepemilikan lahan. Pemilihan teknik pertanian konservasi telah
banyak ditawarkan namun petani masih sulit mengadopsi, sehingga petani cenderung
mengolah lahan tidak sesuai konsep konservasi tanah dan air, terutama pada lahan
tanaman semusim. Kegiatan pertanian yang semula hanya di wilayah Kayu Aro
berupa perkebunan campuran, saat ini sudah meluas hingga ke lahan dengan
kemiringan >40% terutama di sekitar Sungai Gelampeh. Kegiatan pertanian semacam
ini dan tingginya curah curah hujan mengakibatkan kerusakan pada jenis tanah
Andosol. Kerusakan ini telah berjalan cukup lama khususnya di kawasan pertanian
campuran Kayu Aro sehingga diperkirakan menjadi salah satu sumber permasalahan
erosi lahan.
Kegiatan konservasi tanah yang telah dilakukan belum mampu menahan tingginya laju
sedimentasi pada wilayah yang proses erosinya didominasi oleh tanah-tanah andosol
yang bersifat morpho-erosi ini. Contoh kegiatan represif yang telah dilakukan adalah
II - 2
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
normalisasi sungai Batang Merao di wilayah DTA danau, yang hasilnya mampu
menurunkan intensitas banjir namun justru mempercepat laju sedimentasi dan proses
pendangkalan danau.
PETA LAHAN KRITIS
Sumber : BPDAS 2011
Gambar 2.1. Peta lahan kritis di sekitar Danau Kerinci
Kondisi lahan, curah hujan, serta penggunaan dan pengelolaan lahan di daerah
tangkapan air (DTA) Danau Kerinci yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi ini
berpengaruh pada kondisi Danau Kerinci. Proses erosi dan sedimentasi berlangsung
cukup intensif dan menjadi salah satu masalah utama dalam pengembangan potensi
Danau Kerinci. Bendungan yang terbentuk secara alami dari cekungan yang melintang
pada aliran sungai menyebabkan akumulasi endapan dari proses erosi-sedimentasi
atau pendangkalan danau.
Berdasarkan hasil perhitungan BP-DAS Batanghari tahun 2003, kerusakan yang
terjadi di DTA Danau Kerinci telah mengakibatkan bahaya erosi dengan potensi
sedimentasi di Danau Kerinci sebesar 2,68 juta ton/tahun. Perhitungan ini diperkuat
oleh perhitungan BWS Sumatera VI tahun 2008 yang menjelaskan bahwa laju
sedimentasi yang terjadi di DTA Danau Kerinci adalah sebesar 2,23 juta m3/tahun.
Jumlah sedimentasi tersebut setara dengan laju pengendapan di danau 5,0 cm/tahun.
Masalah yang dihadapi oleh perencana ataupun pengguna Danau Kerinci adalah
sulitnya memperkirakan laju erosi pada lahan dan laju sedimentasi yang masuk ke
danau. Laju erosi dan sedimentasi tersebut cenderung terus meningkat, dipicu oleh
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 3
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
tingkat kesuburan tanah yang tinggi di daerah hulu maupun tingginya tingkat
pertumbuhan masyarakat sekitar danau. Untuk mengoptimalkan umur pakai (useful
life) danau, laju sedimentasi Danau Kerinci yang merupakan outlet dari 10 DAS harus
dikendalikan. Untuk itu, laju erosi lahan harus dikendalikan, di samping melakukan
pengerukan lumpur yang mengendap di dasar danau.
Selain erosi dan sedimentasi, kejadian lain yang dipengaruhi oleh ketidaktepatan tata
guna lahan pada daerah tangkapan air danau sehingga mengakibatkan kerusakan
lahan di wilayah DTA, adalah banjir. Istilah banjir dalam tulisan ini adalah luapan air
yang tidak tertampung oleh badan sungai (banjir bandang, flash flood, torrent). Dalam
hidrologi, istilah banjir juga berarti puncak hidrograf, yang tidak selalu berasosiasi
dengan bencana. Banjir adalah sebuah kisah pahit di wilayah tropika basah. Setelah
musim kemaran dilalui, dimana terjadi perubahan yang cukup besar terhadap kondisi
ekologi, ekonomi dan sosial masyarakat sekitar danau, terjadinya musim penghujan
dengan intensitas yang tinggi yang menimbulkan musibah baru berupa banjir dan
tanah longsor dengan dampak yang besar.
Dalam konsep pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) (watershed management,
catchment area, drainage/river basin), DAS adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
topografi, dimana air hujan yang jatuh di wilayah tersebut mengalir ke anak-anak
sungai atau sub-DAS, menuju ke sungai utama yang mengalir ke danau atau ke laut.
Jadi secara teoritis, seluruh wilayah di permukaan bumi terbagi habis dalam wilayah
DAS, dimana wilayah hulu (upstream) dan hilir (downstream) memiliki keterkaitan
hidrologi yang erat. Degradasi ekologi secara on-site di wilayah hulu berdampak
secara off-site di wilayah hilir (danau), Oleh karena itu DAS sebagai wilayah DTA
danau adalah unit hidrologi yang sangat ideal digunakan sebagai unit perencanaan,
pengelolaan dan pemantauan sumberdaya alam, khususnya sumberdaya air.
Pada puncak musim hujan, deforestasi atau degradasi lahan di DTA antara lain
mengakibatkan kondisi tanah jenuh terhadap curah hujan yang turun terus menerus.
Banjir yang disebabkan oleh terbatasnya daya tampung tanah atau kapasitas tanah
menginfiltrasi air ini berakibat pada timbulnya akumulasi debit puncak banjir yang
tinggi. Dalam kasus ini deforestasi menjadi faktor penyebab yang sama dominannya
dengan faktor-faktor penyebab banjir lainnya. Dalam beberapa waktu terakhir,
frekuensi banjir ekstrim cenderung meningkat, terlihat dari debit sungai yang
meningkat tajam dan fluktuatif. Kecenderungan meningkatnya rasio debit maksimum
dan minimum menunjukkan bahwa kondisi wilayah DTA telah rusak. DAS-DAS di
wilayah DTA Danau Kerinci tidak lentur terhadap perubahan, air hujan lebih banyak
menjadi aliran permukaan (surface flow) dan akan langsung masuk ke sungai,
sementara mekanisme pengisian air tanah (ground water) pada sistem akuifer
semakin lambat, akibatnya pelepasan air pada musim kemarau menurun drastis.
Karakteristik wilayah DTA Danau Kerinci dengan 10 DAS-nya, sangat responsife
terhadap kondisi iklim ekstrim. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu karena
tingkat kemiringan sungai sangat tajam dengan elevasi terendah di muka air danau
(800 m sementara titik tertinggi 3.867 m dengan jarak 80 km). Kondisi tanah juga
mudah tererosi. Selain itu, tingginya aktifitas pertanian di kawasan ini telah ikut
memicu laju kerusakan sistem pengisian air tanah. Berkurangnya jumlah kawasan
resapan air akibat alih fungsi lahan menjadi penyebab utama permasalahan banjir di
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 4
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
beberapa kawasan DTA danau. Dilematik permasalahan ini semakin nyata sejak
digulirkannya UU Otonomi Daerah serta dipicu oleh proses demokratisasi yang belum
selesai.
Kondisi curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi secara merata dalam waktu lama
menjadikan pola pengaliran air di wilayah DTA ini berlangsung dengan tenggang
waktu yang sama atau lebih cepat dan kemudian terakumulasi ke bagian hilir. Luapan
air dari bentangan sungai utama di bagian hilir akan segera terjadi dan sekaligus
mengangkut semua material ke dalam danau. Dengan demikian, banjir yang terjadi di
wilayah DTA Danau Kerinci terjadi karena pengaruh intensitas hujan, distribusi ruang
hujan, lama hujan, dan pola aliran sungai. Sementara itu, perubahan lahan yang
terjadi menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan debit minimum air
danau pada musim kemarau.
2.1.2 Penurunan Kualitas Air dan Gulma Air Akibat Pencemaran Limbah
Pertanian, Perikanan dan Domestik
Sumber pencemaran limbah penduduk berasal dari permukiman pada daerah
tangkapan air (DTA) Danau Kerinci, khususnya permukiman di sekeliling danau pada
Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau. Jumlah beban penduduk
150.000 orang adalah 11,58 ton P/tahun yang menimbulkan kadar Total P di danau
Kerinci 6,2 mg/m3, sedangkan proyeksi jumlah penduduk 818.000 orang membuang
beban pencemaran 61,56 ton P/tahun yang menimbulkan kadar Total P di danau
33,65 mg/m3.
Beban limbah pertanian sisa pupuk pertanian mengandung unsur Nitrogen dan
Phosphor yang menimbulkan eutrofikasi danau. Beban pencemaran limbah sawah
sekitar Danau Kerinci adalah 3.100 hektar.
Jumlah keramba jaring apung (KJA) yang saat ini berkembang di perairan Danau
kerinci yaitu sebanyak 400 unit, dimana potensi danau untuk kegiatan KJA tersebut
mencapai hingga 8.000 unit. Tingginya potensi Danau Kerinci untuk kegiatan
perikanan budidaya diiringi dengan tingkat resiko kerusakan danau. Berkembangnya
kegiatan budidaya perikanan KJA dapat memperburuk kondisi kualitas air danau
karena pemberian pakan terhadap ikan akan menimbulkan sisa yang kemudian
mengendap di dasar danau. Karena itu, pengembangan kegiatan perikanan budidaya
di perairan Danau Kerinci dapat dikaji ulang terhadap akibat yang akan ditimbulkan
serta kondisi Danau kerinci yang sudah mengalami sedimentasi yang tinggi. Hasil
perhitungan beban pencemaran budidaya ikan keramba saat ini menunjukkan bahwa
dari 412 petak KJA yang ada total beban limbah sebesar 59,5 ton P/tahun, yang
menimbulkan kadar Total P dalam air danau sebesar 16,2 mg/m3. Batas beban
pencemaran budidaya ikan keramba berdasarkan alokasi kadar Total P dalam air
danau 15 mg/m3 adalah 383 petak. Hasil perhitungan tambahan beban pencemaran
budidaya ikan keramba Program Minapolitan 1282 petak adalah 512,7 ton P/tahun,
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 5
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
yang menambah kadar Total P dalam air danau 139,5 mg/m3 sehingga statusnya
akan menjadi Hypertrofik.
Kondisi tahun 2012 menunjukkan bahwa Status Mutu Air Danau Kerinci menggunakan
Metoda Indeks Pencemaran Air Kelas 2 adalah Status Mutu B atau tercemar ringan
oleh parameter BOD, H2S dan NO2; sedangkan Status Trofik Danau Kerinci adalah
eutrofik dengan kadar Total P 45 – 57 ug/l melebihi syarat Mesotrofik 30 ug/l,
kecerahan 1,5 m kurang dari syarat 2,50 m, dan kadar Chlorophyl @ 0,5- 4,0 masih
memenuhi syarat.
Berdasarkan karakteristik morfometriknya, daya tampung beban pencemaran air
(DTBPA) Danau Kerinci memenuhi syarat status trofik danau Mesotrof dengan Total P
30 ug/l adalah 55,13 ton P/tahun. Namun beban pencemaran air saat ini telah melebihi
DTBPA, yaitu diperkirakan 130 ton P/tahun yang berasal dari penduduk, pertanian dan
budidaya perikanan dengan KJA.
Danau Kerinci pernah menghadapi permasalahan gulma air yang cukup berat, yaitu
penutupan perairan danau oleh tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) sampai
pada tingkat yang sangat mencemaskan. Penutupan pada saat itu mencapai 70-80
persen luas permukaan danau. Pada saat itu nelayan tidak bisa menggunakan jaring
dan jala. Sejak tahun 1970-an berbagai upaya dilakukan untuk mengendalikan eceng
gondok ini, namun tidak berhasil. Hingga pada akhirnya diterapkannya pengendalian
eceng gondok secara biologis yang dimulai pada tahun 1995 dengan menggunakan
ikan grass carp (Ikan Koan) (Clenophoryingodon idella). Hal ini dilakukan dengan cara
melepas 48.500 ekor benih ikan grass carp ukuran 5-8 cm ke danau selama tiga tahun
berturut-turut.
Cara bekerja ikan tersebut yaitu memakan tanaman eceng gondok (Eichornia
crassipes) hingga ke bagian akar tanaman, sehingga tanaman gulma mengalami
ketidakseimbangan dan jatuh ke dasar danau. Dekomposisi penumpukan tanaman di
dasar danau menjadi alternatif pakan ikan tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 1998
perairan Danau Kerinci telah bersih dari tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes)
dan siap dimanfaatkan potensinya secara arif dan bijaksana.
Saat ini perairan Danau Kerinci hampir bebas dari tanaman air, hanya sedikit bagian
yang ditumbuhi tanaman rumput dan eceng gondok. Namun demikian tumbuhan air
tidak perlu dihabisi semua, karena perlu disisakan untuk keperluan konservasi
perikanan tangkap yaitu sebagai media kembang biak biota dan ikan serta sumber
pakannya.
2.1.3 Penurunan populasi ikan lokal
Upaya yang telah dilakukan untuk mengendalikan eceng gondok, diduga
menyebabkan menurunnya populasi ikan lokal, yaitu ikan semah, karena biota yang
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 6
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
digunakan untuk membasmi eceng gondok tersebut, yaitu ikan koan, memakan eceng
gondok, sementara eceng gondok merupakan tempat pemijahan yang penting bagi
ikan semah. Ikan koan atau grass carp (Ctenopharyngodan idella) memang terkenal
sebagai ikan pemangsa tanaman air khususnya eceng gondok.
Meskipun pemerintah sudah melakukan upaya peningkatkan populasi ikan di Danau
Kerinci dengan cara menaburkan ribuan ekor benih ikan, namun jumlah ikan tetap
berkurang. Berdasarkan informasi sejumlah nelayan, turunnya populasi ikan diduga
kuat akibat musnahnya eceng gondok di Danau Kerinci. Danau selama ini menjadi
sarang dan tempat penetasan telur ikan, sehingga nelayan bisa memperoleh ikan
dalam jumlah yang cukup banyak. Namun, sejak habisnya eceng gondok, jumlah ikan
kian menurun, bahkan ukurannya pun tidak besar lagi. Keberadaan eceng gondok
selain menjadi pelindung telur ikan, juga menjadi makanan sebagian spesies ikan
yang hidup di Danau Kerinci. Habisnya eceng gondok selain berdampak terhadap
turunnya spesies ikan, juga menurunkan populasi udang.
Selain itu, diduga pula bahwa berkurangnya ikan varietas lokal di Danau Kerinci
berkaitan dengan pesatnya perkembangan populasi ikan koan yang merupakan ikan
predator, yang sebelumnya dibudidayakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
memberantas eceng gondok. Untuk mengetahui penyebab penurunan populasi ikan
lokal secara pasti, harus dilakukan penelitian secara mendalam, antara lain, harus
dipelajari apa saja yang menjadi makanan Ikan Koan, karena tidak tertutup
kemungkinan ikan koan yang menyebabkan populasi ikan lokal berkurang.
2.1.4 Ketidaktertiban Pemanfaatan Ruang di Sempadan Danau
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, pada Pasal 56, zona sempadan danau adalah daratan dengan jarak 50 (lima
puluh) sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau, atau daratan
sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
danau atau waduk. Sementara itu, Perda Kabupaten Kerinci No 24 Tahun 2012
tentang RTRW Kabupaten Kerinci, mengatur lebih ketat, dimana pada Pasal 28
disebutkan bahwa kawasan sempadan danau adalah daratan berjarak 100 (seratus)
meter dari titik pasang tertinggi danau. Untuk mengimplementasikan peraturan
tersebut, beberapa kawasan permukiman perkotaan yang berada di tepian danau
perlu ditertibkan, diantaranya di Desa Sanggaran Agung dan Desa Koto Petai.
2.1.5 Penambangan Pasir Danau
Usaha penambangan galian pasir danau memerlukan penertiban karena lokasinya
tersebar dan tumpang tindih dengan area perikanan yang peka terhadap kekeruhan.
Lokasi penambangan Galian C tersebut antara lain di Semerap, Talago, Jujun,
Tanjung Batu, Koto Petai dan lainnya. Kegiatan eksploitasi tambang bahan galian
Golongan C yang dilakukan di Danau Kerinci harus dikendalikan dan disesuaikan
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 7
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
dengan peruntukan zonasi danau, karena bila tidak, dalam jangka panjang kegiatan ini
dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan kondisi fisik ekosistem danau dan
menurunkan kualitas air, sehingga dapat mengganggu kegiatan pariwisata, produksi
perikanan dan pemenuhan kebutuhan air untuk keperluan lainnya. Oleh karena itu
perlu kewaspadaan terhadap kegiatan pertambangan yang potensial berdampak
negatif terhadap kelestarian dan kualitas air danau. Namun, apabila kegiatan
pertambangan tersebut dilakukan secara terencana dan sesuai dengan Rencana
Pengembangan dan Penyelamatan Danau, dampak negatif diharapkan dapat dicegah
atau diminimalkan.
Gambar 2.2. Peta Penambangan Galian C di Danau Kerinci
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 8
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
Gambar 2.3. Aktivitas penambangan bahan galian Golongan C oleh
masyarakat di Danau Kerinci
2.1.6 Sosial Ekonomi: Tekanan Penduduk terhadap Lahan dan Kurangnya
Pengembangan Alternatif Perekonomian
Tekanan penduduk terhadap lahan di wilayah DTA Danau Kerinci cukup
memprihatinkan dan perlu dikendalikan. Salah satu penyebabnya adalah tingginya
ketergantungan penduduk terhadap lahan itu sendiri. Ketergantungan penduduk
terhadap lahan di wilayah DTA Danau Kerinci yang cukup tinggi, antara lain
ditunjukkan oleh besarnya persentase petani di wilayah tersebut, antara lain untuk
pertanian tanaman padi, kulit manis, jagung dan kopi. Hampir seluruh penduduk
(±93%) di wilayah tersebut melakukan kegiatan pertanian/perkebunan. Bahkan apabila
diamati di lapangan, tidak hanya petani yang memiliki lahan tetapi juga pegawai dan
pedagang. Ketergantungan penduduk yang tinggi terhadap lahan menyebabkan
intensitas pemanfaatan lahan meningkat sehingga berakibat pada perubahan sifat fisik
lahan secara drastis. Pada akhirnya erosi dan kerusakan lahan akan menurunkan
produktivitas lahan, dan akibat lanjutnya adalah kemiskinan penduduk
Kondisi lahan memburuk antara lain karena sistem usahatani yang diterapkan tidak
memperhatikan lingkungan. Untuk itu, perlu diupayakan agar para petani menerapkan
alternatif teknologi yang konservatif terhadap lingkungan, antara lain yang dapat
meminimalkan tingkat erosi. Untuk mengatasi hal tersebut, telah dilakukan penyuluhan
pertanian agar petani menerapkan sistem usahatani konservasi (SUK). Namun secara
umum respon penduduk terhadap SUK masih rendah. Hal ini terlihat dari data hasil
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 9
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
penelitian yang menunjukkan bahwa sebesar 91% petani di wilayah penelitian belum
meyakini SUK yang dianjurkan oleh para penyuluh. Salah satu contoh yang terlihat di
lapangan adalah bahwa system pertanian tanam kubis, cabe dan bawang merah
masih ditanam dengan sistem membujur atau searah lereng, tidak melintang lereng
sebagaimana yang dianjurkan oleh penyuluh.
Terkait dengan sulitnya petani menerima dan menerapkan teknologi baru, secara
teoritis, dapat dipahami bahwa petani akan bersedia menerima suatu teknologi baru
jika menguntungkan bagi dirinya secara ekonomi maupun sosial. Untuk itu perlu
dilakukan kajian yang melibatkan para petani mengenai teknologi SUK yang sesuai
dengan kondisi mereka. Pengembangan teknologi SUK ini dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan lembaga penelitian/ perguruan tinggi.
Tingginya ketergantungan penduduk terhadap lahan juga terkait dengan sempitnya
lapangan pekerjaan dan usaha di luar usaha tani. Untuk itu penting diupayakan
pengembangan alternatif perekonomian berdasarkan potensi wilayah yang dapat
menjadi sektor unggulan. Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mengalahkan
sektor yang sama dari wilayah lain. Sektor uggulan yang dikembangkan diharapkan
berbasis sendi-sendi ekonomi rakyat, sehingga akan dapat meningkatkan
perekonomian rakyat secara nyata.
Di kawasan DTA Danau Kerinci, sektor unggulan yang masih sangat potensial untuk
dikembangkan di luar pertanian adalah pariwisata dan industri. Untuk itu perlu
dikembangkan industri rumah tangga perdesaan yang menggunakan bahan baku
lokal, seperti industri kerajinan. Saat ini industrialisasi di desa belum berkembang
dengan baik, diantaranya karena rendahnya kemampuan penduduk menghasilkan
barang-barang berkualitas sehingga kalah bersaing di pasaran, serta kurangnya
dukungan pemerintah dalam penyediaan bahan baku dan akses pasar.
2.2 Kondisi Yang Diharapkan
Program kegiatan penyelamatan Danau Kerinci diharapkan dapat menjadi acuan
upaya bersama unuk mewujudkan kondisi yang diharapkan yaitu terselamatkannya
Danau Kerinci sehingga fungsi danau baik secara ekologis, sosial maupun ekonomi
dapat tetap terjaga.
Adapun rincian kondisi yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Tersedianya sumber air yang cukup sepanjang tahun sehingga fungsi dan
peran Danau kerinci sebagai reservoir alami untuk berbagai kebutuhan
seperti irigasi pertanian, perikanan, sumber air baku air minum, PLTA dan
wisata dapat tetap terjaga.
b. Terjaganya kualitas air danau (in-situ) dari pencemaran limbah pertanian,
domestik maupun dari kegiatan lainnya, dan dari gulma air, melalui proses
pembangunan di badan air maupun di sempadan dan daerah tangkapan air
(ex-situ) yang memenuhi kaidah konservasi.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 10
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
c. Terlaksananya kegiatan pembangunan di daerah tangkapan air (DTA) yang
dapat menurunkan laju sedimentasi yang tinggi dari proses erosi pada 10
daerah aliran sungai (DAS) yang mengalir ke danau, agar proses
pendangkalan danau dapat diperlambat dan sekaligus memperpanjang
umur pakai danau (usefull life).
d. Terpantaunya proses perlindungan dan pemanfaatan sumber daya danau,
baik di badan air, di sempadan danau maupun di wilayah DTA.
e. Terciptanya diversifikasi kegiatan perekonomian masyarakat yang berbasis
potensi lokal dan keelokan wisata danau.
f. Berkembangnya sektor pariwisata yang dipromosikan antara lain melalui
kegiatan Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK).
g. Terciptanya kerjasama berbagai pihak di bidang pariwisata pada skala regional,
nasional maupun internasional, antara lain dalam penyediaan paket-paket
wisata alam terpadu.
h. Terbentuknya Forum Penyelamatan Danau Kerinci yang merupakan gugus
kerjasama multipihak dalam upaya penyelamatan danau.
i. Terbentuknya pusat data dan informasi Danau Kerinci yang sangat
diperlukan dalam penyusunan program aksi penyelamatan danau.
j. Tersusunnya kebijakan (di tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat) yang akan
memayungi upaya penyelamatan Danau Kerinci antara lain dengan konsep
Kabupaten Konservasi.
k. Terbentuknya opini publik yang mengangkat kepentingan penyelamatan Danau
Kerinci melalui kegiatan kampanye dan konsultasi para pihak.
l. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam pengambilan keputusan
berbagai kebijakan perlindungan dan penyelamatan danau, maupun
kelayakan lingkungan dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan untuk perlindungan dan pemanfataan danau.
2.3 Ruang Lingkup dan Pendekatan
Sebagaimana digariskan dalam buku Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau
Indonesia (KLH, 2012), secara umum, lingkup perumusan rencana aksi penyelamatan
Danau Kerinci mencakup tiga wilayah, yaitu di wilayah daerah tangkapan air (DTA), di
sempadan danau dan pada badan air danau.
Penyelamatan ekosistem danau mencakup pengelolaan DAS Terpadu untuk 10 DAS
yang menjadi inlet Danau Kerinci, yang sejalan dengan kebijakan yang tertuang dalam
Perda Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengelolaan DAS Terpadu di
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 11
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
Provinsi Jambi, dimana unit DAS menjadi unit pengelolaan dan pemantauan. Dalam
peraturan daerah tersebut, rencana pengelolaan DAS telah disesuaikan dengan
kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Untuk itu pengelolaan DTA Danau Kerinci
harus dilakukan melalui pendekatan pengelolaan per DAS dari masing-masing DAS
yang menjadi DTA danau. Selain itu, pengelolaan DTA juga harus memperhatikan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kerinci, RTRW Kota Sungai Penuh
serta Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) DAS atau Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RP-DAST) yang telah ditetapkan dalam
Perda Provinsi Jambi Nomor 1 Tahun 2013.
Penyusunan rencana pengelolaan DTA Danau Kerinci dilakukan dengan pendekatan
fungsional dan optimasi, yaitu pemanfaatan sumber daya alam yang memperhatikan
daya dukungnya. Dalam hal ini, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya lahan
dilakukan dengan memperhitungkan resiko serta pengaturan berbasiskan ruang
pemanfaatan lahan pada setiap DAS-nya.
Program rehabilitasi yang akan disusun didekati dengan pengembangan teknik
rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, yang mempertimbangkan aspek biofisik
maupun sosial-ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Dari aspek biofisik,
perencanaan pada suatu bidang lahan didasarkan pada permasalahan utama yang
telah atau sedang terjadi serta ditinjau dari tingkat kekritisan lahan. Jika permasalahan
utamanya adalah pengendalian banjir dan peningkatan potensi air, maka perlu
dilakukan analisis terhadap tingkat kekritisan peresapan air hujan ke dalam tanah atau
tingkat kekritisan daerah resapannya. Sementara itu, apabila masalah utamanya
adalah erosi dan sedimentasi, maka perlu dianalisis tingkat erosi dan tingkat bahaya
erosinya. Jika dirasakan luas lahan kritis semakin meningkat, maka perlu dilakukan
kaji ulang terhadap area dan penyebaran lahan kritis tersebut. Sementara untuk
permasalahan yang berkaitan dengan menurunnya produktivitas lahan perlu didukung
dengan analisis mengenai kemampuan penggunaan lahan.
Dari aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat, diperlukan informasi dalam
pemilihan teknik konservasi yang akan direkomendasikan, yang meliputi tekanan
penduduk, kegiatan dasar wilayah, pendapatan petani, keadaan tenaga kerja,
perkembangan penduduk dan tenaga kerja, pusat pertumbuhan wilayah, disamping
mempertimbangkan tanggapan/respon masyarakat serta adat kebiasaan masyarakat
dalam kaitannya dengan upaya konservasi. Informasi tersebut selanjutnya digunakan
untuk evaluasi kondisi sosial ekonomi untuk wilayah yang bersangkutan ke dalam tiga
indikator, yaitu tingkat ketergantungan penduduk terhadap lahan, tingkat pemahaman
dan kemampuan petani terhadap penerapan teknologi baru yang diperkenalkan, serta
keberadaan dan aktifitas kelembagaan yang ada untuk mendukung sistem pertanian.
Prinsip aksi yang perlu dipahami yaitu bahwa setiap penggunaan sumberdaya alam
baik hutan, tanah, maupun air harus diupayakan keberadaan dan kelestarian
fungsinya. Hal ini tidak terlepas dari misi penyelamatan Danau Kerinci. Tekait dengan
II - 12
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Rumusan Masalah, Ruang Lingkup dan Pendekatan
hal tersebut, dalam penyelamatan Danau Kerinci, diperlukan berbagai pengaturan
melalui sistem pendekatan pengelolaan ruang DAS, dan yang sejalan dengan konsep
kabupaten konservasi, dimana ada upaya menempatkan domain kegiatan konservasi
sejalan dengan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang meningkatkan efisiensi,
di samping peningkatan produksi.
Strategi atau pendekatan rencana aksi penyelamatan Danau Kerinci di ekosistem
danau ini antara lain ditekankan kepada penerapan teknologi tepat guna, untuk
mendorong tumbuh kembangnya perekonomian, baik melalui pemberian keterampilan
usaha minapolitan, industri kerajinan maupun pengembangan potensi wisata. Guna
penguatan aksi penyelamatan di kalangan masyarakat sekitar danau, untuk
mendorong keterlibatan semua pihak terkait, serta agar kegiatan aksi bisa terlaksana
sesuai arah atau target penyelamatan ekosistem Danau Kerinci di masa datang,
diperlukan wadah organisasi multi pihak.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
II - 13
Gambaran Umum Danau Kerinci
BAB III
GAMBARAN UMUM DANAU KERINCI
3.1 Kondisi Geografis
Danau Kerinci memiliki luas 4.370 hektar dengan kedalaman 110 m dan terletak pada
ketinggian lebih kurang 800 m dari permukaan laut. Secara geografis, Danau Kerinci
terletak pada 2o08’58,72” LU dan 101o29’19,02” BT. Danau Kerinci berada pada dua
kecamatan di Kabupaten Kerinci, yaitu Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan
Keliling Danau. Jarak Danau Kerinci dari Kota Jambi lebih kurang 420 km dan dari
Kota Sungai Penuh lebih kurang 20 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Gambar 3.1. Pemandangan Danau Kerinci
3.2 Batas Administrasi
Secara administratif, badan air Danau Kerinci berada pada dua Kecamatan, yaitu
Kecamatan Keliling Danau dan Kecamatan Danau Kerinci, sedangkan daerah
tangkapan air (DTA) danau meliputi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, tepat
di wilayah Desa Koto Petai, Ujung Pasir, Sumerap, Lumpur Danau, Koto Tua, Jujun
dan Keluru.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 1
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.2. Peta Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Kerinci
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 2
Gambaran Umum Danau Kerinci
Tabel 3.1. Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi
(Kecamatan)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Wilayah
Gunung Raya
Batang Merangin
Keliling Danau
Danau Kerinci
Sitinja Laut
Air Hangat
Air Hangat Timur
Depati VII
Gunung Kerinci
Siulak
Kayu Aro
Gunung Tujuh
Jumlah
Luas (Ha)
74.385
56.510
30.320
29.730
3.950
22.221
15.152
2.580
44.476
59.020
26.655
16.250
381.249
Sumber: Kabupaten Kerinci Dalam Angka 2012
3.3 Topografi
Topografi Kabupaten Kerinci secara umum terbagi dalam 3 bagian, yaitu dataran
tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Ketinggian kawasan berkisar antara 5001.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kemiringan lereng, wilayah
Kabupaten Kerinci terbagi menjadi 4 kelompok kategori, yaitu:
1) Kemiringan 0 - 2 % dari jumlah 3,33 % dari luas wilayah Kabupaten Kerinci,
sebagian besar berada di Kecamatan Gunung Raya, Keliling Danau, Danau
Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci,
Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh.
2) Kemiringan 2-15 % berjumlah 15,62 % dari luas Kabupaten Kerinci yang
sebagian besar Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau,
Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung
Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh.
3) Kemiringan Lereng 15 - 40 % lebih kurang 26,51 % dari luas Kabupaten Kerinci
dengan penyebaran hamparan ke seluruh wilayah kecamatan, akan tetapi yang
paling dominan di Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau,
Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung
Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 3
Gambaran Umum Danau Kerinci
4) Kemiringan Lereng > 40 % merupakan persentase terbesar yaitu berkisar 53,05
% dari luas Kabupaten Kerinci, penyebarannya terdapat di Kecamatan Gunung
Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air
Hangat, Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan
Gunung Tujuh.
Kondisi Lahan di sekeliling Danau Kerinci, yaitu pada Kecamatan Keliling Danau dan
Kecamatan Danau Kerinci juga terdiri dari empat kategori tersebut, sehingga terdapat
tepian danau yang landai maupun curam.
Gambar 3.3. Topografi/kelas lereng DTA Danau Kerinci
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 4
Gambaran Umum Danau Kerinci
3.4 Geologi dan Potensi Tambang
Berdasarkan sistem lahan pada peta Repprot, Bakosurtanal, diperoleh 14 bentuk
lahan atau geomorfologi pada DAS Batang Merao Kerinci. Bentuk lahan dapat dilihat
pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.2.
Tabel 3.2. Bentuk lahan pada DTA Danau Kerinci
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Sistem Lahan
(dalam kode unit)
BBG
BBR
BMS
BPP
BTG
GJO
KNJ
MPT
PDH
PKS
SLK
TGM
TLU
UBD
Bentuk Lahan
Pegunungan
Perbukitan
Perbukitan
Pegunungan
Dataran
Kipas dan Lahar
Kipas dan Lahar
Perbukitan
Pegunungan
Dataran
Dataran Aluvial
Pegunungan
Kipas dan Lahar
Perbukitan
Sumber: BP-DAS Batanghari, Departemen Kehutanan, 2004
Bentuk lahan yang terdapat di DAS Batang Merao didominasi oleh pegunungan
dengan luas 52,26% ha atau sebanyak 50,78% dan dataran aluvial yang banyak
dimanfaatkan untuk budidaya padi sawah, yaitu mencapai 13660,7 ha atau 13,88%
dari luas DAS
Danau Kerinci secara geologi merupakan hasil bentukan alam berupa danau tektonik,
yang secara fisiografi merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten
Kerinci secara morfologi terdiri dari beberapa satuan yaitu:
a. Satuan morfologi dataran tinggi yang merupakan lembah Kerinci pada ketinggian
835 m di atas permukaan air laut dan tersusun oleh alluvial. Endapan Alluvial
berupa lapisan, pasiran, kerikil dan kerakal.Endapan alluvial merupakan hasil
dari endapan danau dan endapan banjir terutama daerah dataran yang terkena
banjir.
b. Satuan morfologi kuesta terdapat di bagian barat laut Danau Kerinci, dan
tersusun oleh batuan sedimen Formasi Kumun.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 5
Gambaran Umum Danau Kerinci
c. Satuan morfologi pegunungan kasar mengapit daerah morfologi dataran tinggi
yang merupakan Danau Kerinci.
Struktur geologi yang berkembang adalah struktur geser atau dikenal dengan
Sesar Siulak, yang mengarah dari barat laut ke tenggara. Pekembangan struktur
sesar tersebut sangat rumit terutama pada daerah sekitar Danau Kerinci, hal ini
terkait erat dengan dengan sifat tektonik lempeng samudra.
Jenis tanah yang terdapat di wilayah ini terbagi ke dalam enam jenis, yaitu, andosol,
latosol, podsolik, alluvial komplek podsolik-latosol dan litosol. Dilihat dari
penyebarannya, maka jenis tanah yang mendominasi adalah andosol dengan wilayah
penyebaran seluas 275.755 Ha (65,65%) dari luas wilayah dan hampir sebagian besar
berada di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat. Kondisi jenis tanah disekitar danau
terdiri dari hidromorfik dan andosol (BP-DAS Batanghari, 2014).
Kabupaten Kerinci banyak memiliki deposit endapan bahan tambang, baik yang
berupa golongan A, B, maupun C. Potensi ini terutama ditemukan pada sungai-sungai
yang bermuara ke Danau Kerinci, dan juga di dalam Danau Kerinci dimana terdapat
kegiatan penambangan pasir (Galian C), baik yang berizin maupun yang tidak berizin.
3.5 Tutupan Lahan
Berdasarkan data BP-DAS Batanghari, penggunaan lahan Kabupaten Kerinci
(termasuk Kota Sungai Penuh) yang terluas adalah hutan lebat (TNKS), kemudian
perkebunan yaitu berturut-turut 51,19 % dan 28,71 %. Sedangkan sawah hanya 3,96
% (Tabel 2.3 dan Gambar 2.7). Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci
mengalokasikan lahan pertanian seluas 22.70 % (Tabel 2.4). Tutupan lahan pada
daerah tangkapan air (DTA) danau atau Sub-DAS Danau Kerinci juga teridiri dari
hutan alam 33,50 % dan sawah 16,0 % (Gambar 2.8, Gambar 2.9 dan Tabel 2.5).
Penggunaan lahan di sekitar danau yang paling dominan adalah pertanian dan
perkebunan. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan di sekeliling Danau Kerinci,
diketahui bahwa dominansi lahan pertanian mencapai tepi perairan danau, bahkan
pada sempadan danau. Pertanian lahan padi sawah di Kecamatan Keliling Danau
seluas 1.040 ha dan hutan rakyat sebesar 200 ha, sedangkan di Kecamatan Danau
Kerinci luas lahan padi sawah adalah 2.051 ha dan hutan rakyat seluas 700 ha.
Sementara itu lahan perkebunan menyebar di atas bantaran danau hingga ke daerah
yang memiliki kelerengan yang lebih tinggi. (BP-DAS Batanghari, 2004).
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 6
Gambaran Umum Danau Kerinci
Tabel 3.3. Penggunaan Lahan Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh
Tahun 2006
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jenis Penggunaan Tanah
Permukiman/kampung
Sawah
Tegalan dan ladang
Perkebunan
a. Kayu manis
b. Teh
c. Kopi
d. Karet
Kebun campuran
Semak/alang-alang/rumput dsb
Hutan lebat/hutan negara (TNKS)
Hutan rakyat/belukar
Htan sejenis (pinus) dll
Sungai, danau dan rawa
Jalan (perhubungan)
Jumlah
Luas (Ha)
3.345,00
16.630,00
36.450,00
120.587,00
109.823,00
3.016,00
7.000,00
719,00
3.625,00
16.082,00
215.000,00
846,00
1.250,00
5.890,00
295,00
420.000,00
% luas
Kabupaten
0,796
3,960
8,679
28,711
26,148
0,718
1,667
0,178
0,863
3,829
51,190
0,201
0,298
1,402
0,070
100,000
Sumber : BWS Sumatera IV, 2008
Tabel 3.4. Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Budidaya
No
A
B
Jenis Penggunaan Tanah
Luas (Ha)
Kawasan Lindung
1. Kawasan Pelestarian Alam
2. Kawasan Suaka Alam
3. Kawasan Cagar Biosfer
4. Kawasan Cagar Budaya
5. Kawasan Sempadan Sungai
dan Danau
6. Kawasan Gambut
7. Kawasan Rawan Bencana
Alam
8. Kawasan Penyangga
253.126,00
191.819,00
60,00
4.212,00
1.679,00
54.426,00
% luas
Kabupaten
66,46
50,37
0,02
1,11
0,44
14,29
576,00
325,00
0,15
0,09
30,00
0,01
Kawasan Budidaya
1. Kawasan Produksi
2. Kawasan Pertanian
3. Kawasan Permukiman dan
Perkotaan
4. Area Penggunaan Lain
Jumlah
127.724,00
30.490,00
86.459,00
3.345,00
33,64
6,01
22,70
0,88
7.430,00
380.850,00
1,95
100,00
Sumber: Data Pokok Bappeda Kabupaten Kerinci, 2010
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 7
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.4. Tutupan Lahan Kabupaten Kerinci
(Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kerinci)
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 8
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.5. Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 9
Gambaran Umum Danau Kerinci
Tabel 3.5. Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau Kerinci
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis Penggunaan Lahan
Belukar
Danau
Hutan alam
Hutan lahan kering
Kebun campuran
Permukiman
Sawah
Tegalan
Jumlah
Luas (Ha)
19.784,87
5.517,91
32.104,70
1.843,31
9.743,43
3.711,01
15.349,10
8.612,54
95.666,90
% luas DTA
20,68
4,72
33,56
1,93
10,18
3,88
16,04
9,00
100,00
(Sumber: Tim Kajian, BPLHD Prov.Jambi, 2012)
Gambar 3.6. Penggunaan Lahan DTA Danau Kerinci
(Sumber: Tim Kajian, BPLHD Prov.Jambi, 2012)
3.6 Sumberdaya Air dan Hidrologi
Badan air Danau Kerinci memiliki luas genangan 4.370.000 ha, dengan volume
tampungan 2.266.390.000,00 m3. Kedalaman rata-rata danau adalah 70 m, dimana
kedalaman maksimum mencapai 105,20 m. Elevasi muka air minimum + 795,00 m,
dan elevasi muka air maksimum + 796,72 m.
Wilayah Kabupaten Kerinci banyak memiliki aliran sungai yang secara umum mengalir
dari mata air pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang masih alami, terutama
dari kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Aliran air dari kawasan
yang masih alami ini masuk ke kawasan budidaya pertanian dan perkebunan dan
bermuara di Danau Kerinci.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 10
Gambaran Umum Danau Kerinci
Sungai yang mengalirkan air ke Danau Kerinci antara lain Sungai Batang Merao,
Sungai Buai, Sungai Jujun, Sungai Batang Sangkir, Sungai Batang Merangin, Sungai
Betung Kuning dan sejumlah besar terbagi dalam anak-anak sungai kecil dan sedang.
Selain itu, sumber air yang terdapat di wilayah Kabupaten Kerinci juga mencakup
danau dan rawa yang memiliki kekayaan hayati, seperti Danau Gunung Tujuh, Danau
Belibis, Danau Kerinci, Danau Lingkat, Danau Padeang, Danau Kaco, dan Danau
Kecik. Sedangkan rawa banyak tersebar di dataran rendah.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 11
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar. 2.7. Peta Daerah Aliran Sungai Yang Menjadi Daerah
Tangkapan Air Danau Kerinci
Sistem sungai yang mengalir di Kabupaten Kerinci dapat diklasifikasikan atas dua
kelompok, yaitu:
a). Sistem sungai yang merupakan sumber air masuk (inlet) Danau Kerinci yakni
DAS Batang Merao yang merupakan bagian dari DTA Danau Kerinci, Sungai
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 12
Gambaran Umum Danau Kerinci
Kerinci, Sungai Tebing Tinggi, Sungai Siulak atau Merau, Sungai Kapur dan
Sungai Jujun.
b). Sistem sungai yang merupakan sumber air keluar (outlet) danau, yaitu DAS
Merangin yang merupakan bagian dari DAS Batanghari. Sungai Merangin
adalah sungai yang keluar dari Danau Kerinci, dan sumberdaya airnya
dimanfaatkan untuk PDAM dan PLTA Merangin. Perencanaan pembangunan
PLTA Kerinci Tira Energi (KTA) yang akan di dirikan di Danau Kerinci di
Kecamatan Batang Merangin Kabupaten Kerinci sudah dalam tahap konstruksi.
PLTA ini memanfaatkan air yang keluar dari Danau Kerinci melalui Sungai
Batang Merangin untuk menggerakkan turbin berkekuatan 2 x175 MW.
Pembangunan PLTA ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Provinsi
Jambi dan Kabupaten Kerinci dengan Stat Kraft, Perusahaan Norwegia.
Adapun penggunaan air Danau Kerinci adalah sebagaimana diilusrasikan pada
Gambar 3.8.
Selain dari air sungai, aliran yang masuk ke Danau Kerinci juga berasal dari air tanah
dengan aliran yang relatif besar, termasuk dari sumber mata air yang muncul dari
dasar danau. Aliran air tanah ini menyebabkan ketersediaan air danau atau debit di
outlet (Sanggaran Agung) tetap tinggi, walaupun pasokan air yang terukur dari sungaisungai yang masuk kecil, terutama pada musim kemarau (BP-DAS Batanghari, 2004).
Permasalahan klasik sumber daya air adalah banjir di musim hujan dan kekeringan di
musim kemarau. Hal ini telah diupayakan dikendalikan dengan pembangunan saluran
banjir sebagai tambahan outlet Danau Kerinci, yang bermuara di sungai Batang
Merangin. Namun beberapa persawahan yang berada di sekeliling danau masih
mengalami genangan banjir karena pendangkalan muara sungai Batang Merau;
bahkan material batu-batu besar sering terbawa sungai Sei Jujun dan Sei Pulau
Tengah.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 13
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.8. Sketsa penggunaan air Danau Kerinci (Sumber: BWS Sumatera VI, 2007)
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 14
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.9. Daerah Aliran Sungai Batanghari
Gambar 3.10. Air Danau Kerinci yang biru
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 15
Gambaran Umum Danau Kerinci
3.7 Keanekaragaman Hayati
Jenis ikan yang ada di Danau Kerinci antara lain ikan Nila, Basu, Seluang, Mujair,
Medik, Udang, Gabus, Sepat, Lele, Gurame dan Semah. Sedangkan ikan yang
dominan terdapat di danau Kerinci adalah ikan Nila, Barau, Mujair, Seluang, Tilan dan
Koan.
Gambar 3.11. Hasil Pemanenan Ikan di Danau Kerinci
Gambar 3.12. Ikan dari Danau Kerinci
Pemerintah Kabupaten Kerinci terus mendorong petani budidaya untuk
mengembangkan tiga jenis ikan lokal yang semakin langka dan sulit ditemukan,
terutama di Danau Kerinci. Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Peteternakan
Kabupaten Kerinci, terdapat tiga jenis ikan lokal yang menjadi prioritas pengembangan
yakni ikan semah, ikan barau, ikan medik dan ikan batok. Dinas Perikanan dan
Petenakan Kabupaten Kerinci mendapatkan bantuan dari Tim Puslitbang Kementerian
Kelautan dan Perikanan untuk pengembangan budidaya ikan batok di Danau Kerinci
berupa pemberian bibit ikan semah dan batok.
Pengembangan ketiga jenis ikan lokal tersebut dilakukan dengan keramba tancap.
Prioritas utama yang dikembangkan adalah ikan semah yang dikenal sangat enak dan
gurih serta harganya yang lebih mahal dibandingkan jenis ikan air tawar lainnya yang
hidup di danau dan sungai air deras. Permintaan dan peminat ikan semah juga kian
III - 16
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Gambaran Umum Danau Kerinci
tinggi, namun belum bisa diimbangi dengan produksi yang masih mengandalkan hasil
tangkapan. Warga yang bermukim di sekitar danau dan bantaran sungai arus deras
kini digalakkan untuk mengembangkan ikan tersebut lewat keramba tancap. Melalui
perikanan dengan keramba tancap, perbanyakan lubuk larangan serta suaka mina
bagi pengembangan ikan tersebut, diharapkan produksi ikan bisa ditingkatkan.
Selain itu, untuk pengembangan ikan lokal, telah dibangun balai benih ikan (BBI)
perairan umum, dimana benih ikan dibiakkan atau dikembangkan untuk ditebar di
Danau Kerinci dan sungai-sungai di sekitarnya. Saat ini di Kerinci telah tersedia
tiga Balai Benih Air Tawar (BBAT) untuk meningkatkan produksi berbagai jenis ikan
lokal. Pengembangan budi daya ikan semah yang hanya ada di Kabupaten Kerinci ini
terus dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan, sejak tahun 2009.
Eceng gondok (Eicchornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air yang
mengapung di perairan. eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan
perairan. Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam
tanah, dengan tinggi sekitar 0,4-0,8 meter. Tingkat pertumbuhannya dapat mencapai
100% luas dalam waktu hanya dua minggu.
Gulma air eceng gondok pernah tumbuh marak di Danau Kerinci, namun telah berhasil
dikendalikan secara biologi dengan penebaran ikan koan atau grass carp
(Ctenopharyngodan idella) pada tahun 1997. Ikan Koan memang terkenal sebagai
ikan pemangsa tanaman air khususnya eceng gondok. Ikan tersebut adalah ikan
herbivora yang lezat dengan kandungan gizi dagingnya yang tinggi. Saat ini perairan
Danau Kerinci hampir bebas dari tanaman air, hanya sedikit bagian yang ditumbuhi
tanaman rumput dan eceng gondok. Namun demikian tumbuhan air tidak perlu
dihabisi semua, karena perlu disisakan untuk keperluan konservasi perikanan tangkap
yaitu sebagai media kembang biak biota dan ikan serta sumber pakannya.
Meskipun pemerintah sudah melakukan upaya peningkatkan populasi ikan di Danau
Kerinci dengan cara menaburkan ribuan ekor benih ikan, namun jumlah ikan tetap
berkurang. Berdasarkan informasi sejumlah nelayan, turunnya populasi ikan diduga
kuat akibat musnahnya eceng gondok di Danau Kerinci. Danau selama ini menjadi
sarang dan tempat penetasan telur ikan, sehingga nelayan bisa memperoleh ikan
dalam jumlah yang cukup banyak. Namun, sejak habisnya eceng gondok, jumlah ikan
kian menurun, bahkan ukurannya pun tidak besar lagi. Keberadaan eceng gondok
selain menjadi pelindung telur ikan, juga menjadi makanan sebagian spesies ikan
yang hidup di Danau Kerinci. Habisnya eceng gondok selain berdampak terhadap
turunnya spesies ikan, juga menurunkan populasi udang.
Selain itu, diduga pula bahwa berkurangnya ikan varietas lokal di Danau Kerinci
berkaitan dengan pesatnya perkembangan populasi ikan koan yang merupakan ikan
predator, yang sebelumnya dibudidayakan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
III - 17
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Gambaran Umum Danau Kerinci
memberantas eceng gondok. Untuk mengetahui penyebab penurunan populasi ikan
lokal secara pasti, harus dilakukan penelitian secara mendalam, antara lain, peneliti
harus mempelajari apa saja yang menjadi makanan Ikan Koan, karena tidak tertutup
kemungkinan ikan koan yang menyebabkan populasi ikan lokal berkurang.
Gambar 3.13. Jenis ikan yang hidup di Danau Kerinci
(Sumber: Badruddin M, 2004, 2010)
3.8 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada tahun 2012 tercatat sebesar 235.251 jiwa,
terdiri dari 117.682 jiwa perempuan dan 117.569 jiwa laki-laki, yang tersebar di 12
wilayah kecamatan. Total jumlah penduduk terbesar yaitu terdapat di Kecarnatan Kayu
Aro dan Kecamatan Siulak, sementara jumlah penduduk paling kecil terdapat di
Kecamatan Gunung Tujuh dan Gunung Raya. Proporsi penduduk laki-laki dan
perempuan pada setiap wilayah kecamatan relatif berimbang, namun pada sebagian
besar kecamatan, teridentifikasi jumlah penduduk perempuan lebih besar dari jumlah
penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki yang melebihi jumlah penduduk
perempuan hanya terdapat pada lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Batang
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 18
Gambaran Umum Danau Kerinci
Merangin, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh. Kecenderungan
tersebut berkaitan langsung dengan karakteristik angka harapan hidup kaum
perempuan yang umumnya lebih tinggi dari pada kaum laki-laki.
Tabel 3.6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Kerinci
Kelompok umur
0–4
5–9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75 +
Jumlah
Jenis kelamin
Laki-laki
10.722
11.010
11.514
9.794
8.283
9.203
10.295
9.695
7.646
7.309
6.680
5.794
3.490
2.247
1.915
1.972
117.569
Perempuan
9.767
10.170
10.633
9.374
8.396
9.711
10.872
9.288
7.790
7.671
7.039
5.596
3.303
2.731
2.275
3.066
117.682
Jumlah
20.489
21.180
22.147
19.168
16.679
19.914
21.167
18.983
15.436
14.980
13.719
11.390
6.793
4.978
4.190
5.038
235.251
Sumber: BPS Kabupaten Kerinci, 2012
Persebaran penduduk di Kabupaten Kerinci tergolong tidak merata. Pada tahun 2012,
Kecamatan Depati VII merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk
tertinggi di Kabupaten Kerinci yaitu 573 jiwa per km2. Kondisi tersebut karena luas
wilayah yang relatif sempit dan merupakan pemekaran dari Kecamatan Air Hangat dan
sekaligus dekat dengan pusat pemerintahan. Kecamatan Sitinjau Laut mencatat
tingkat kepadatan tertinggi setelah Depati VII, yaitu mencapai 245 jiwa per km2.
Sementara Kecamatan Gunung Raya merupakan tingkat kepadatan penduduk
terendah yaitu 19 jiwa per km2.
Di Kecamatan Keliling Danau dan Kecamatan Danau Kerinci yang merupakan lokasi
Danau Kerinci, jumlah penduduknya mencapai 16,43 % dari jumlah penduduk di
kabupaten. Namun berdasarkan informasi Balai Wilayah Sungai pada tahun 2008,
proyeksi penduduk tersebut pada tahun 2021 diperkirakan akan mencapai 818.162
jiwa. Permasalahan limbah penduduk yang masuk badan air danau adalah
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 19
Gambaran Umum Danau Kerinci
pencemaran zat organik, unsur hara dan bakteri patogen. Beban pencemaran tersebut
akan terus meningkat bila tidak dilakukan upaya pengendalian melalui program
sanitasi lingkungan.
Tabel 3.7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Kerinci
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11.
12.
Kecamatan
Gunung Raya
Batang Merangin
Keliling Danau
Danau Kerinci
Sitinja Laut
Air Hangat
Air Hangat Timur
Depati VII
Gunung Kerinci
Siulak
Kayu Aro
Gunung Tujuh
Luas
Km2
746,77
567,32
304,39
298,47
58,25
216,75
160,00
25,80
350,00
590,20
328,05
162,50
%
19,61
14,90
7,99
7,84
1,53
5,69
4,20
0,68
9,19
15,50
8,61
4,27
Penduduk
Jumlah
%
14.277
6,07
17.312
7,36
22.519
9,57
16.138
6,86
14.292
6,08
19.944
8,48
17.897
7,61
14.785
6,28
11.892
5,06
31.513
13,40
40.294
17,13
14.388
6,12
Kepadatan
jiwa/Km2
19
31
74
54
245
92
112
573
34
53
123
89
Sumber: BPS Kabupaten Kerinci, 2012
Tabel 3.8. Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan
Keliling Danau
Prediksi Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kecamatan
2006
2007
2009
2013
2021
Danau Kerinci
dan Keliling
Danau
37.967
46.591
70.161
Interval Tahun
0
1
2
159.102 818.162
4
6
Sumber: Investigasi & Desain Pengembangan Danau Kerinci, Balai Wilayah Sungai 2008
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 20
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.14. Lokasi Permukiman Sekitar Danau Kerinci
(Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kerinci)
3.9 Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kerinci mencapai 5,89 persen per tahun selama
periode 2009-2011 yang ditunjukkan oleh kenaikan PDRB dari Rp 2,652,261.55 juta
pada tahun 2009 menjadi Rp 3.464.114,25 juta pada tahun 2011. Kontribusi terbesar
berasal dari sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 66.94
%. Bidang usaha pertanian (tanaman pangan) dan perkebunan memberikan
kontribusi terbesar, berturutan 34,32 % dan 26,87 % (Tabel 2.9). Namun bidang
usaha perikanan termasuk kecil yaitu hanya 1,38 % saja. Sumberdaya lahan dan
sumberdaya air sangat berperan terhadap lapangan usaha pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan. Bidang pertambangan sangat rendah hanya 0,42 %.
Selain itu sektor perdagangan, perhotelan dan restoran juga berperan penting yaitu
9,62 % antara lain berasal dari usaha pariwisata Danau Kerinci.
Meskipun demikian, pengembangan pertanian dan peternakan di sekeliling danau
dan limbah perikanan budidaya pada badan air danau perlu diantisipasi dampaknya
terhadap kualitas air danau.Limbah pupuk, limbah ternak dan limbah budidaya ikan
keramba berpotensi mencemari perairan danau (Gambar 2.14).Perairan danau saat
ini sebagian dikelilingi sarana budidaya perikanan Keramba Jaring Apung (KJA) dan
keramba jaring tancap (KJT), serta pukat perikanan tangkap (Gambar 2.15).Perlu
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 21
Gambaran Umum Danau Kerinci
diantisipasi pengendalian jumlah KJA dan KJT agar tidak melampaui daya dukung
danau sehingga pencemaran limbah perikanan budidaya dapat dicegah atau
diminimalkan.Kelestarian badan air danau perlu dijaga untuk menjamin
kesinambungan usaha perikanan.
Tabel 3.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci Menurut Lapangan Usaha
Berdasarkan Harga Berlaku
No
Lapangan Usaha
1
Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan,
Perikanan
a. Tanaman bahan
makanan
b. Tanaman
perkebunan
c. Peternakan dan
hasil-hasilnya
d. Kehutanan
e. Perikanan
Pertambangan
Industri pengolahan
Listrik dan air bersih
Bangunan
Perdagangan, hotel,
restoran
Pengangkutan,
komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
PDRB
2
3
4
5
6
7
8
9
2009
PDRB
%
(juta Rp)
1.777.606,35 67,02
2010
PDRB
%
(juta Rp)
2.048.869,87 66,74
2011
PDRB
%
(juta Rp)
2.318.868,99 66,94
921.664,51
34,75
1.072.672,95
34,99
1.188.724,67
34,32
706.071,22
26,62
801.652,61
26,11
930.959,53
26,87
111.679,19
4,21
129.816,91
4,23
149.790,88
4,32
1.131,49
37.059,93
10.340,06
60.389,33
16.926,68
87.866,38
252.491,19
0,04
1,40
0,39
2,28
0,64
3,31
9,52
1.465,21
43.262,18
18.826,92
73.343,68
20.555,24
102.876,77
292.981,89
0,05
1,41
0,42
2,39
0,67
3,35
9,54
1.578,95
47.814,96
14.562,56
84.075,45
22.754,70
117.342,85
333.086,22
0,05
1,38
0,42
2,43
0,66
3,39
9,62
97.930,84
3,69
113.561,86
3,70
125.407,02
3,62
21.819,96
326.890,76
2.652.261,55
0,82
12,32
100,00
25.462,42
326.890,76
3.069.977,13
0,83
12,36
100,00
28.692,31
419.324,16
3.464.114,25
0,83
12,10
100,00
Sumber: BPS Kabupaten Kerinci 2012
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 22
Gambaran Umum Danau Kerinci
Gambar 3.15. Persawahan di Sekitar Danau Kerinci
Gambar 3.16. Pemanfaatan Badan Air Danau Kerinci untuk Perikanan
(Sumber:Pemetaan Tim Kajian Danau Kerinci, BPLHD Provinsi Jambi, 2012)
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
III - 23
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
BAB IV
PROGRAM AKSI PENYELAMATAN DANAU KERINCI
Untuk menyusun program aksi penyelamatan Danau Kerinci, dilakukan pendekatan
melalui analisis kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (SWOT Analysis). Pendekatan
keempat faktor tersebut dinilai masih relevan dalam menjelaskan faktor-faktor internal
dan eksternal yang berpengaruh terhadap kelestarian ekosistem Danau Kerinci.
4.1 Faktor-faktor Internal (Kekuatan
Eksternal (Ancaman dan Peluang)
dan
Kelemahan)
dan
Faktor-faktor
Faktor internal yang dimaksud adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem
yang berasal dari dalam ekosistem Danau Kerinci, sedangkan faktor eksternal adalah
hal-hal yang dapat mempengaruhi degradasi Danau Kerinci yang berasal dari luar
ekosistem danau. Faktor internal terdiri atas faktor kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) sedangkan faktor eksternal terdiri atas peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) bagi ekosistem Danau Kerinci.
4.1.1 Kekuatan (strength)
a.
Potensi Ketersediaan Air
Sumberdaya air Danau Kerinci yang melimpah berasal dari kawasan DTA yang masih
terjaga baik, yaitu dari hutan TNKS yang masih tergolong alami. Potensi ketersediaan
air yang tinggi ini sangat bermanfaat bagi kegiatan yang ada di Danau Kerinci dan
sekitarnya, terutama air baku air minum, kemudian untuk wisata, perikanan, dan PLTA
maupun kegiatan lainnya. Danau Kerinci mempunyai potensi sumber daya air yang
cukup besar yaitu 1.796 juta m3. (BLHD Prov Jambi, 2012) Volume air tersebut
diperkirakan dapat memproduksi energi listrik dengan daya 2 x 75 MW (150 MW)
(pembangunan PLTA Saat ini sedang Tahap Konstruksi). Potensi listrik dari proyek
PLTA Merangin ini, sepenuhnya ditentukan oleh ketersediaan air Danau Kerinci. Suplai
air danau yang berasal dari 10 sungai di wilayah DTA Danau Kerinci, didukung dengan
potensi curah yang tinggi serta keberadaan hutan TNKS yang terpelihara, maka dapat
diperkirakan volume air Danau Kerinci dapat mendukung untuk keberlangsungan
operasional PLTA Merangin.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 1
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
b.
Potensi Keindahan Alam
Danau Kerinci yang terletak pada ketinggian hampir 800 meter diatas permukaan air
laut merupakan objek alam dengan fungsi yang beragam. Selain memiliki
pemandangan yang cukup indah dengan bentang alam yang masih alami, Danau
Kerinci pun memiliki udara yang sejuk di sekitar kawasan danau. Danau Kerinci
merupakan danau yang berada di lembah pegunungan Kerinci (3.850 meter dpl,
gunung tertinggi di Sumatera), dengan luas danau 4.370 ha (BLHD Provinsi Jambi,
2012). Hamparan perairan danau yang cukup luas dan jernih dikelilingi pegunungan
dan perbukitan serta sepuluh buah sungai yang airnya masih jernih yang berasal dari
hutan TNKS pada musim kemarau aktif mengalirkan airnya ke Danau Kerinci.
Bebarapa pilihan kegiatan wisata dapat dikembangkan di kawasan Danau Kerinci
seperti berkemah, perahu wisata, memancing, outbound, berenang, wisata kuliner
serta wisata penangkapan Ikan Semah.
Keindahan alam Danau Kerinci bukan merupakan satu-satunya potensi yang dimiliki
oleh Danau Kerinci, tetapi masih terdapat beberapa objek wisata yang saling
berinteraksi dengan Danau Kerinci seperti potensi air terjun yang besar, pemandian air
panas alami, panorama, kebun teh Kayu Aro, Danau Gunung Tujuh pada ketinggian
1950 m dpl (Dikelilingi oleh 7 buah puncak gunung, adalah danau tertinggi di Asia),
serta paket-paket wisata religius (di Masjid Hijau-Ust. Karim Jambek Kerinci) dan paket
wisata konservasi yang telah dikembangkan oleh TNKS untuk kunjungan wisata dan
keperluan riset.
Pemerintah Provinsi Jambi dan juga Kabupaten Kerinci telah lama menetapkan Danau
Kerinci sebagai objek wisata utama dan dipadukan dengan paket wisata lainnya yang
terdapat di Kabupaten Kerinci. Beberapa objek wisata yang terdapat di sekitar Danau
Kerinci antara lain Kunjungan Air Terjun Talun Berasap, Pemandian Air Panas,
Panorama, Pendakian Gunung Kerinci, Danau Gunung Tujuh, dan Kunjungan TNKS.
Selain itu, potensi wisata juga dikuatkan dengan diselenggarakannya kegiatan Festival
Penyelamatan Danau Kerinci yang digelar setiap tahun.
c.
Potensi Perikanan Lokal
Potensi ikan lokal dari Danau Kerinci yang merupakan ikan endemik adalah Ikan
Semah. Ikan Semah yang terdapat di Danau Kerinci berukuran cukup besar, dengan
bobot yang mencapai 7 kg/ekor. Ikan Semah merupakan ikan bernilai ekonomi tinggi
karena rasanya yang enak (banyak minyak). Potensi Ikan Semah juga menjadi paket
pilihan utama untuk kegiatan wisata kuliner di restoran-rentoran di sekitar Danau
Kerinci. Keberadaan Ikan Semah tersebut diharapkan dapat menarik banyak
wisatawan yang datang ke Danau Kerinci khususnya menikmati hidangan Ikan Semah
yang tersedia di warung makan dan restoran di sepanjang sempadan Danau Kerinci.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 2
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Untuk meningkatkan populasi ikan ini telah diupayakan re-stocking di perairan danau
oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci, dan reservat ikan semah di outlet danau menuju
Sungai Batang Merangin oleh Pemerintah Provinsi Jambi.
4.1.2 Kelemahan (weakness)
a.
Penurunan Populasi Ikan Lokal
Kondisi perairan Danau Kerinci yang alami menjadikan perairan tersebut salah tempat
hidup ikan endemik setempat yakni Ikan Semah. Namun populasi yang tinggi dari Ikan
Semah saat ini mengalami penurunan. Penurunan populasi ikan ini disebabkan oleh
produktivitasnya yang memang rendah, sementara animo masyarakat untuk
mengambilnya sangat tinggi.
b.
Kurangnya Sarana dan Prasarana Wisata
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung wisata di sekitar Danau Kerinci seperti
tempat sampah, toilet, tempat istirahat, tempat ibadah dan pasokan air bersih
menyebabkan masyarakat dan wisatawan yang datang masih melakukan kegiatan
pencemaran lingkungan seperti membuang sampah sembarangan. Tersedianya
sarana dan prasarana umum di kawasan wisata Danau Kerinci masih berjumlah
minimal dengan kondisi yang tidak terawat. Hal ini, selain telah memberikan kesan
yang tidak indah, kenyamanan akan tempat wisata lambat laun akan hilang serta
kelestarian danau menjadi terancam.
c.
Kurangnya Akses Jalan
Danau Kerinci terletak di jalur perbukitan Bukit Barisan, dengan Gunung Kerinci
(tertinggi di Sumatera) adalah kawasan dengan curah hujan yang tinggi sering
menyebabkan kondisi jalan rusak karena tanah longsor. Akses jalan lebih mudah dari
Padang dibandingkan akses dari Kota Jambi. Dari Kota Padang dapat ditempuh
selama ± 5 jam perjalanan darat, dan dari Kota Jambi ke Danau Kerinci memerlukan
waktu selama 10 jam perjalanan darat. Topografi kawasan ini adalah bergunung dan
berbukit dan menyebabkan akses jalan darat kurang lancar, karena jalan berkelokkelok mulai dari Bangko sampai ke Kerinci.
Untuk meningkatkan akses jalan menuju Danau Kerinci, terutama dari ibukota Provinsi
Jambi (Jambi), di samping dari ibukota Provinsi Sumatera Barat (Padang), akses jalan
masih perlu dikembangkan.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 3
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
d.
Keberadaan Bangunan di Sempadan Danau
Di sempadan Danau Kerinci, banyak terdapat rumah penduduk, restoran serta
pendukung kegiatan wisata, yang dapat mengganggu kelestarian dan keindahan
Danau Kerinci. Kebanyakan bangunan di kawasan danau ini belum memiliki surat IMB;
selain itu perkembangan bangunan belum diarahkan sesuai dengan rencana
pengembangan danau. Tidak adanya peraturan yang tegas untuk membatasi
pembangunan di sepanjang sempadan danau menyebabkan masyarakat leluasa
mendirikan bangunan. Selain itu kesadaran masyarakat masih rendah dalam menjaga
keindahan dan kelestarian ekosistem Danau Kerinci.
4.1.3 Peluang (opportunity)
a.
DTA Danau Kerinci Dapat Mensuplai Air Lebih Besar
Kabupaten Kerinci memiliki banyak aliran sungai yang pada umumnya mengalir dari
mata air di kawasan pergunungan dan perbukitan khususnya dari kawasan hutan
TNKS. Aliran sungai tersebut mengalir ke sekeliling Danau Kerinci melalui kawasan
pertanian dan perkebunan hingga bermuara di Danau Kerinci. Sungai yang menjadi
inlet air Danau Kerinci antara lain Sungai Batang Merao, Sungai Buai, Sungai Jujun,
Sungai Batang Sangkir, Sungai Batang Merangin, Sungai Betung Kuning dan sejumlah
besar terbagi dalam anak-anak sungai kecil dan sedang. Selain aliran air sungai, yang
menjadi sumber air Danau Kerinci yaitu sumber mata air yang jumlahnya relatif banyak
yang bersumber dari dasar danau. Banyaknya sumber air yang menjadi inlet Danau
Kerinci menjadikan danau tersebut tetap memiliki debit air yang relative tinggi
meskipun pada saat musim kemarau. (BP-DAS Batanghari, 2004).
b.
Dukungan Masyarakat
Masyarakat telah menyadari adanya kawasan wisata Danau Kerinci yang dapat
memberikan manfaat bagi mereka. Terbukanya kesempatan untuk berusaha, terlibat
dalam tim pengelola, berinteraksi dengan wisatawan dan berekreasi di kawasan wisata
Danau Kerinci merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh masyrakat sekitar
danau. Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) merupakan salah satu
kegiatan yang dapat menjadi wadah keterlibatan masyarakat. Selain itu, masyarakat
juga diwajibkan menjaga potensi sumberdaya alam yang dimiliki Danau Kerinci yaitu
dengan tidak membuang limbah cair dan sampah padat hasil kegiatan rumah tangga,
pertanian dan perikanan ke saluran air yang menuju danau. Adanya potensi dan
manfaat Danau Kerinci mendorong masyarakat untuk dapat mengelola lingkungannya
agar terjaga baik, baik kegiatan tersebut diatas maupun kegiatan PLTA Merangin yang
saat ini masih dalam tahap pembangunan. Diharapkan keberadaan PLTA tersebut
dapat mendukung upaya penyelamatan dan pelestarian ekosistem Danau Kerinci serta
keberadaannya tidak merubah struktur ekosistem yang telah dimiliki oleh Danau
Kerinci. Dukungan masyarakat ini harus diupayakan untuk dipertahankan, karena
sangat dipengaruhi oleh manfaat sosial ekonomi yang dapat diperoleh masyarakat.
IV - 4
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
c.
Forum Kerjasama Yang Sudah Terbentuk (Forum DAS, TKPSDA, dan Dewan
Air Provinsi Jambi)
Penetapan Perda No. 1 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan DAS oleh DPRD Provinsi
Jambi telah menjadi perhatian berbagai pihak dalam implementasi penyelamatan
sumberdaya air, termasuk air danau. Legitimasi upaya penyelamatan DAS berdampak
positif untuk mendorong DTA Danau Kerinci dikelola secara baik dan lestari. Dalam
mengontrol pelaksanaan Perda No. 1 Tahun 2013 ini, Gubernur telah membentuk
Forum DAS Batanghari. Keseriusan pemerintah dalam menfasilitasi terjaganya
sumberdaya air di Provinsi Jambi, telah ditunjukkan dengan dibentuknya Dewan
Sumberdaya Air Provinsi. Kemudian juga telah dibentuk TKPSDA melakukan kegiatan
aksi penyelamtan DAS Batanghari, diamana di sana terdapat Danau Kerinci. Maka
dalam uapaya melibatkan peran serta masyarakat Kerinci khususnya untuk
penyelamatan Danau Kerinci, juga telah dilakukan pertemuan antar stakeholder untuk
menginisiasi terbentuknya Forum Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci.
d.
Terdapat Banyak Objek Wisata Di Sekitar Danau Kerinci Yang Dapat
Dipadukan Dengan Wisata Danau
Melihat potensi Danau Kerinci yang khas, yang dikelilingi daerah pergunungan dimana
terdapat Kebun Teh Kayu Aro yang telah ada sejak zaman Belanda, pemandangan
yang menarik, memiliki sumber air terjun dan mata air panas yang dapat digunakan
untuk mandi, serta tersedia juga paket wisata konservasi yang telah dirancang oleh
pihak TNKS. Semua pilihan-pilihan objek wisata tersebut telah menjadi agenda wisata
Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci merupakan en-clave di TNKS, terletak di
lembah Pergunungan/Bukit Barisan di jantung Pulau Sumatera dengan luas 420.000
hektar, dimana 215.000 hektar di antaranya merupakan kawasan konservasi TNKS. Di
samping Danau Kerinci, memiliki udara yang sejuk dan panorama alam yang indah,
Kabupaten Kerinci memiliki beragam obyek wisata yang alam yang menarik. Pemda
Kabupaten Kerinci, Pemda Provinsi dan Dinas Pariwisata Provinsi Jambi serta Balai
TNKS bertekat menjadikan Kerinci sebagai obyek dan sasaran utama pengembangan
ekowisata (wisata alam) di Provinsi Jambi.
e.
Adanya Promosi Wisata
Promosi wisata Danau Kerinci disampaikan melalui Festival Masyarakat Peduli Danau
Kerinci (FMPDK) telah dilaksanakan setiap dua tahun dalam kurun waktu 10 tahun ini.
Pemerintah Provinsi Jambi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kerinci dan
Dinas Pariwisata telah melakukan berbagai promosi mengenai Danau Kerinci melalui
brosur, leaflet, dan pameran. Dengan adanya penyelenggaraan festival danau ini
secara tidak langsung telah membantu penyediaan dan perbaikan sarana prasarana,
aksesibilitas dan fasilitas wisata di Danau Kerinci, sehingga sektor pariwisata di
Kabupaten Kerinci kian membaik.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 5
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
4.1.4 Ancaman (threat)
a.
Pola Penggunaan dan Pengelolaan Lahan Di Hulu Yang Dapat
Menyebabkan Erosi, Sedimentasi dan Pendangkalan Danau
Wilayah DTA Danau Kerinci merupakan wilayah-wilayah DAS yang terletak di dataran
tinggi daerah volkan Gunung Kerinci. Wilayah ini memiliki curah hujan yang tinggi,
jenis tanah yang peka terhadap erosi serta kemiringan lereng bukit yang tinggi tersebut
menyebabkan proses erosi dan sedimentasi berlangsung cukup tinggi dan cepat. Hal
tersebut menjadi salah satu masalah utama dalam pengembangan potensi Danau
Kerinci sebagai sumber air. Bendungan yang terjadi secara alami dari cekungan yang
melintang pada aliran sungai menjadi lokasi utama terjadinya akumulasi material dari
proses erosi-sedimentasi yang menjadi penyebab terjadinya pendangkalan Danau
Kerinci.
Erosi yang terjadi pada kawasan DTA yang berlereng mengakibatkan penipisan
lapisan tanah, menurunkan tingkat kesuburan tanah dan rusaknya kondisi tutupan
lahan (land cover). Kerusakan jenis tanah Andosol, khususnya pada kawasan
pertanian campuran menjadikan kawasan tersebut terdegradasi sehingga
mengakibatkan terjadinya erosi-sedimentasi yang tinggi. Tingginya kondisi curah hujan
di kawasan tersebut menjadi salah satu pendukung terjadinya erosi lahan DTA bahkan
bencana tanah longsor.
Kegiatan konservasi yang dilakukan saat ini masih sangat minimal dan tidak mampu
untuk menahan terjadinya laju erosi khususnya pada wilayah yang memiliki jenis tanah
andosol. Tindakan refresif atau in-stream normalisasi sungai Batang Merao di wilayah
DTA danau telah dapat menurunkan kawasan banjir, namun akibatnya telah
mempercepat laju sedimentasi aliran masuk ke Danau Kerinci, sehingga pendangkalan
danau semakin cepat terjadi. Kegiatan antiipatif saat ini menjadi prioritas khususnya
dalam menghitung laju sedimentasi dari 10 DAS yang masuk ke Danau Kerinci.
b.
Pencemaran Air Akibat Pembuangan Limbah dari Hulu (limbah pertanian
maupun domestik)
Pemanfaatan sumber daya alam Ekosistem Danau Kerinci oleh masyarakat diduga
menjadi salah satu penyebab meningkatnya pencemaran dan masuknya limbah
sampah domestik ke perairan danau. Tingginya jumlah masyarakat yang bermukim di
kawasan hulu Danau Kerinci (kawasan sempadan sungai) hingga sempadan
ekosistem Danau Kerinci menjadikan ekosistem danau menjadi tercemar. Kondisi
kualitas air danau kerinci pada beberapa tahun terakhir mengalami penurunan akibat
pencemaran tersebut. Penurunan kualitas air danau tersebut dikhawatirkan dapat
menurunkan kelestarian sumberdaya yang hidup di dalamnya serta mengancam
kegiatan wisata.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 6
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
4.2 Analisis SWOT
Analisis SWOT Danau Kerinci dilakukan untuk mengetahui atau mengukur kondisi
sebuah objek sumberdaya Danau Kerinci secara sistematik berdasarkan faktor-faktor
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang merupakan faktor internal serta
peluang/kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang merupakan faktor
eksternal yang dihadapi. Pendekatan strategi yang efektif akan dapat tercapai yaitu
dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dan kesempatan yang ada serta
meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Berdasarkan
analisis yang dilakukan terhadap ekosistem Danau Kerinci, maka dapat disajikan faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman seperti pada Tabel 4.1.
Berdasarkan hasil analisis SWOT dapat diketahui strategi yang diperlukan bagi upaya
penyelamatan ekosistem Danau Kerinci. Strategi tersebut dituangkan dalam program
aksi, yang berdasarkan urgensinya ditentukan Program Super Prioritas (Program
Pokok) dan Program Prioritas (Program Penunjang). Sebelum ditentukan program aksi
yang prioritas, untuk dapat mengetahui daftar panjang kegiatan aksi yang diperlukan,
dilakukan pemetaan permasalahan dan program aksi dalam penyelamatan Danau
Kerinci, sebagaimana tertuang pada Tabel 4.2.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 7
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Tabel 4.1. Matrik Analisis SWOT Untuk Kawasan Danau Kerinci
Evaluasi Faktor Eksternal
Evaluasi Faktor Internal
Kekuatan (S)
1. Potensi ketersediaan air
2. Potensi keindahan alam
3. Potensi perikanan lokal
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Kelemahan (W)
Penurunan populasi ikan lokal
Kurangnya sarana prasaran wisata
Kurangnya akses jalan
Keberadaan bangunan di sempadan danau
Peluang (O)
Suplai air yang besar dari DTA
Dukungan masyarakat
Forum Kerjasama
Obyek wisata sekitr
Agenda promosi wisata
Strategi S-O
Mendorong terjaganya kawasan konservasi TNKS untuk pasokan
volume air danau yang lestari & khususnya agar suplai air terjaga
dan cukup saat musim kemarau
Mengadakan kerjasama promosi wisata yang tetap menjaga
kealamian dan kelestariannya.
Menawarkan investasi wisata
Menginisiasi terbentuknya forum atau lembaga independen
penyelamatan danau guna meningkatkan pengawalan dan
mendampingi proses pelibatan pihak-pihak secara terintegrasi
Strategi W-O
1.
2.
3.
4.
Pemberdayaan masyarakat untuk kegiatan ekonomi alternatif yang
tidak merusak ekosistem danau tetapi juga mendukung potensi
wisata seperti industri kerajian, kuliner dan keterlibatan dalam
paket-paket wisata.
Penyediaan berbagai prasarana dan fasilitas wisata Danau Kerinci
(termasuk akses jalan dan tempat penampungan sampah
sementara)
Mendorong kerjasama berbagai pihak untuk pengembangan wisata
Danau Kerinci dan kawasan di sekitarnya
Mengoptimalkan peran dan fungsi forum kerjasama yang ada dalam
sinergi upaya penyelamatan danau
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
1.
2.
Ancaman (T)
Pola penggunaan dan pengelolaan lahan di daerah tangkapan
air
Pencemaran air dari hulu dan sempadan
Strategi S-T
1. Mendorong tersusunnya peraturan penataaan ruang dan zonasi
terutama untuk menata kawasan di DTA, kawasan sekitar
danau dan sempadan danau, yang memperhatikan aspekaspek penyelamatan danau
2. Pendampingan untuk penerapan sistem pertanian konservasi
dengan konsep adaptasi dan modifikasi pengelolaan lahan pada
kemiringan tinggi
3. Mendorong sistem penanaman tanaman non monokultur dan
bernilai ekonomi tinggi
4. Mendorong tersusunya konsep kabupaten konservasi untuk
meningkatkan nilai ekonomi dan umur pakai Danau Kerinci di
masa mendatang
5. Pengendalian sedimen yang menuju ke danau maupun yang di
badan danau
Strategi W-T
1. Peningkatan upaya pelestarian dan pengembangan ikan lokal
termasuk pembangunan fish-way (tangga ikan)
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian
Danau Kerinci melalui kegiatan peningkatan kesadaran dan
pemberdayaan masyarakat
3. Meningkatkan upaya pengendalian pencemaran baik dari hulu
maupun sempadan danau.
4. Mendorong pembatasan jumlah dan zona KJA (keramba jaring
apung) dan KJT (keramba jaring tancap)
5. Penataan dan penertiban penggunaan lahan sempadan danau
6. Pengembangan sistem informasi, pemantauan dan evaluasi
IV - 8
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Tabel 4.2 Matrik Pemetaan Permasalahan dan Program Aksi dalam Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci
Permasalahan
Peningkatan laju kerusakan DTA
yang berpengaruh pada kestabilan
lahan (erosi dan sedimentasi)
serta suplai air
Penurunan kualitas air
Penurunan poulasi ikan
lokal
Penurunan kelestarian dan
keindahan sempadan danau
Sosial ekonomi:
Tekanan penduduk
terhadap lahan
yang berakibat
pada kerusakan
ekosistem danau
Tujuan
Pelestarian fungsi DTA
Peningkatan kualitas air danau (agar kualitas air terjaga untuk
pemenuhan fungsinya sebagai air baku air minum, sumber air PLTA,
dan kegiatan lainnya)
Pelestarian ikan lokal
Peningkatan kelestarian dan
keindahan sempadan danau
Penurunan tekanan
penduduk terhadap
lahan
Program
A. Penatagunaan dan pengelolaan
lahan DTA
B. Penurunan beban
pencemaran dari
kegiatan pertanian,
pertambangan, industri
dan wisata
E. Pelestarian dan
pengembangan ikan
lokal
F. Penatagunaan lahan
sempadan danau
G. Pengembangan
kegiatan
ekonomi
alternatif: wisata
Komponen
manajemen:
1.
Pengembanga
n regulasi dan
konsep
pengelolaan
C. Penurunan
beban
pencemaran
limbah
domestik
(limbah cair &
padat)
D. Penurunan
beban
pencemaran dari
perikanan
budidaya
Kegiatan per program dan per komponen manajemen
 Penataan ruang Kawasan Danau Kerinci (termasuk di DTA dan kawasan konservasi TNKS)
 Penyusunan peraturan dan panduan teknis penyelamatan dan pemanfaatan danau termasuk untuk penerapan sistem insetif- disinsentif & imbal jasa
 Integrasi kearifan lokal dalam peraturan pengelolaan danau
 Pengembangan regulasi di tingkat kecamatan (untuk lebih meningkatkan peran pihak-pihak terkait sampai ke tingkat kecamatan)
Pengendalian/
 Pengembangan peraturan untuk
 Pengendalian KJT
pembatasan jumlah
kepentingan konservasi TNKS
(keramba jaring tancap)
dan zona KJA
 Pengembangan konsep kabupaten
 Peraturan penangkapan
konservasi
ikan (pembatasan alat
dan metode tangkap)
 Penetapan zonasi danau
(antara lain untuk area
suaka/ perlindungan ikan
lokal)
2.
Pengembanga
n/ penerapan
teknologi/tekni
k tertentu
 Pengembangan teknik budidaya
pertanian/ perkebunan yang
konservatif
 Rehabilitasi lahan kritis
 Diversifikasi tanaman (non
monokultur)
 Pengembangan tanaman produktif
& bernilai ekonomi tinggi yang
sesuai kondisi tanah & iklim
 Intensifikasi pertanian/ perkebunan
 Pengerukan sedimen di dasar
danau
Pengembangan pertanian
organik:
 Penggunaan pupuk
alami
 Penggunaan pestisida
ramah lingkungan
Pengembangan
teknologi
pengolahan
sampah
3.
Pengembanga
n sarana dan
prasarana
 Pembangunan sediment trap
 Pembuatan bangunan pengarah
aliran/ drainase
 Pembuatan bangunan pengendali
banjir
 Pembangunan IPAL
komunal
 Pengembangan saluran
irigasi yang terpisah dari
drainase limbah
 Pembangunan
drainase
 Pembangunan
sarana sanitasi
 Penyediaan
 Pengendalian
area sebaran
eceng gondok
(misal dengan
pagar pembatas)
 Pengembangan
pupuk organik dan
media tanam dari
sedimen limbah
pakan ikan
 Pengembangan
batubata dari
sedimen
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
 Penangkaran ikan
 Pengembangan alat
tangkap ramah
lingkungan
 Penebaran benih ikan ke
danau (re-stocking)
 Pembangunan tempat
penangkaran ikan
 Pembangunan fish-way
(tangga ikan) pada dam
PLTA

Penentuan daerah
sempadan & pasang surut
 Re-disain sempadan danau
 Peraturan zonasi sempadan
danau (termasuk tata
bangunan)
 Pemasangan patok batas
sempadan & penanaman
tanaman keras sebagai batas
alami sempadan
 Revitalisasi danau
 Pengerukan sedimen di tepi
danau
 Pembangunan jalan pembatas
ruas danau
 Pembangunan drainase
 Pembangunan dermaga
IV - 9
 Peningkatan akses
jalan untuk wisata
 Peningkatan/penye
diaan berbagai
fasilitas wisata
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Permasalahan
Peningkatan laju kerusakan DTA
yang berpengaruh pada kestabilan
lahan (erosi dan sedimentasi)
serta suplai air
Penurunan kualitas air
Penurunan poulasi ikan
lokal
Penurunan kelestarian dan
keindahan sempadan danau
Sosial ekonomi:
Tekanan penduduk
terhadap lahan
yang berakibat
pada kerusakan
ekosistem danau
Tujuan
Pelestarian fungsi DTA
Peningkatan kualitas air danau (agar kualitas air terjaga untuk
pemenuhan fungsinya sebagai air baku air minum, sumber air PLTA,
dan kegiatan lainnya)
Pelestarian ikan lokal
Peningkatan kelestarian dan
keindahan sempadan danau
Penurunan tekanan
penduduk terhadap
lahan
Program
A. Penatagunaan dan pengelolaan
lahan DTA
B. Penurunan beban
pencemaran dari
kegiatan pertanian,
pertambangan, industri
dan wisata
E. Pelestarian dan
pengembangan ikan
lokal
F. Penatagunaan lahan
sempadan danau
G. Pengembangan
kegiatan
ekonomi
alternatif: wisata
Komponen
manajemen:
C. Penurunan
beban
pencemaran
limbah
domestik
(limbah cair &
padat)
D. Penurunan
beban
pencemaran dari
perikanan
budidaya
Kegiatan per program dan per komponen manajemen
 Penguatan tebing danau
TPS
 Pembangunan
septic tank
permukiman
4.
Pengawasan,
pemantauan
dan evaluasi
 Evaluasi kesesuaian lahan
 Moitoring laju sedimentasi dari 10
DAS
 Pemantauan lahan kritis





5.
Pengembanga
n basis data
dan informasi
Profil DTA
 Data kualitas air
 Hasil penghitungan dan penetapan DTBPA
6.
Pemberdayaan
masyarakat
 Peningkatan kesadaran, pemahaman & keterampilan masyarakat, misal dengan pendidikan lingkungan
 Pemberdayaan masyarakat untuk turut menjaga kelestarian danau (DTA, sempadan maupun badan air)
 Pelatihan dan percontohan
 Pemberdayaan masyarakat untuk kegiatan ekonomi alternatif, misal: wisata dan industri rumah tangga
Pelibatan masyarakat dalam
Percontohan
menjaga kelestarian kawasan
pengelolaan sampah
konservasi TNKS
7.
Pengembanga
n kelembagaan
Pemantauan kualitas air
Pemantauan status trofik air
Pemantauan sumber pencemar
Pengawasan ijin pembuangan limbah
Pengawasan pembuangan limbah
 Validasi alat tangkap
 Monitoring status flora
dan fauna (keanekaragaman hayati) perairan
danau
 Pengawasan dan penertiban
pemanfaatan ruang pada
lahan sempadan maupun
lahan pasang surut
 Pengawasan ijin dan
penertiban bangunan
(termasuk sarana prasarana
wisata)
 Pengawasan pengurugan/
penimbunan tepi danau
 Data alat tangkap
 Kajian produktivitas
perikanan lokal
 Agenda wisata
 Paket wisata
 Promosi wisata
(misal melalui
event festival)
Kerjasama berbagai
pihak (termasuk
pihak swasta) dalam
penyediaan fasilitas
wisata
 Optimasi peran dan fungsi forum kerjasama ayang sudah ada
 Pengembangan forum baru yang independen untuk mengawal upaya penyelamatan danau
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 10
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
4.3 Program Pokok (Super Prioritas) dan Program Penunjang (Prioritas)
Berdasarkan hasil analisis SWOT maupun pemetaan permasalahan dan program aksi
yang diperlukan sebagaimana tertuang dalam matrik pada Tabel 4.1. dan 4.2, ditentukan
program pokok (Program Super Prioritas) dan Program Penunjang (Program Prioritas)
Penyelamatan Ekosistem Danau Kerinci,
4.3.1 Program Pokok (Super Prioritas)
1. Pengembangan dan Penerapan Pola Pertanian dan Perkebunan Yang
Konservatif Untuk Mengurangi Laju Erosi dan Sedimentasi
Pada DTA Danau Kerinci terdapat lahan kritis yang telah rusak akibat
perambahan liar seluas 200.000 hektar yang memerlukan rehabilitasi baik
melalui penghijauan berbasis masyarakat dengan skema imbal jasa
lingkungan maupun penanaman pohon pada sempadan danau.
Rehabilitasi lahan kritis melalui penghijauan berbasis masyarakat dengan
skema imbal jasa lingkungan yaitu dengan didasarkan pada prinsip bahwa
siapa yang mendapatkan manfaat dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh
masyarakat melalui penghijauan lahan kritis harus membayar kepada
masyarakat yang melaksanakan penghijauan tersebut.
Sementara rehabilitasi lahan kritis melalui penanaman pohon pada sempadan
danau dilakukan dengan menanam tanaman lokal yang beraneka jenis atau
multi purpose trees species (MPTS) dengan tujuan agar kawasan sempadan
danau selain berfungsi sebagai pengendali banjir dan erosi juga memiliki
fungsi sebagai kawasan biodiversity yang pohonnya dapat menjadi rumah
burung.
Pembinaan sistem pertanian dan perkebunan konservasi dilakukan dalam
rangka menekan tingginya laju erosi karena curah hujan dan sifat morfometri
aliran sungai yang tidak mendukung upaya penyelamatan Danau Kerinci.
2. Pengembangan Paket Wisata Terpadu
Pengembangan paket wisata danau perlu dilakukan melalui pengembangan
agenda dan sarana promosi, pengembangan paket wisata dan
pengembangan. fasilitas dan prasarana wisata, termasuk akses jalan dan
berbagai fasilitas lainnya. Paket wisata danau yang dikembangkan berupa
paket wisata terpadu, yaitu paket wisata yang mencakup pula obyek-obyek
wsata lain di sekitar Danau Kerinci, yang masih termasuk dalam DTA Danau
Kerinci, yaitu Danau Air Hangat, Air Terjun, Kebun Teh Kayu Aro, Danau
Gunung Tujuh, Gunung Kerinci, Taman Nasional Kerinci Seblat, dll.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 11
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
3. Pengembangan Kelembagaan
Hingga saat ini institusi khusus yang mengelola Danau Kerinci belum ada
sehingga menjadikan Danau Kerinci sebagai suatu ruang terbuka yang tidak
ada pemiliknya dan semua pihak dapat mengeksploitasi Danau Kerinci untuk
pencapaian target kegiatan masing-masing. Sektor pariwisata memanfaatkan
Danau Kerinci dengan menjual keindahannya untuk mendapatkan pemasukan
dalam bentuk PAD. Sektor perikanan menjadikan perairan Danau Kerinci
sebagai wilayah perairan umum yang akan dipenuhi dengan kerambakeramba ikan dalam upaya mencapai swasembada ikan. PDAM
menggunakan air Danau Kerinci sebagai pasokan air baku untuk air minum.
Sementara sektor lingkungan hidup baru sebatas memantau kualitas air
Danau Kerinci setiap enam bulan sekali.
Pada tingkat pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota juga belum
ada tim khusus yang dibentuk untuk menangani dan mengelola Danau
Kerinci, kalaupun ada di bentuk Dewan Sumber Daya Air Daerah ruang
lingkup kerjanya masih tergolong umum. Dalam kondisi seperti ini, kebijakan
yang dihasilkan dalam upaya penyelamatan Danau Kerinci masih tergolong
sedikit serta bersifat parsial. Untuk itu sebagai langkah awal perlu dibentuk
suatu kelembagaan yang diberi wewenang untuk mengelola Danau Kerinci.
Dengan adanya lembaga ini maka semua informasi dan kegiatan yang
dilakukan untuk Danau Kerinci dapat dihimpun menjadi satu sehingga mudah
untuk dikoordinasikan dan ditindaklanjuti.
Apabila kelembagaan ini sudah terbentuk, maka perlu disusun aturan teknis
mengenai pemanfaatan Danau Kerinci baik yang menyangkut insentif maupun
disinsentif. Pada masa mendatang dapat disusun skema imbal jasa bagi
pemanfaatan air danau sehingga memberikan pemasukan bagi daerah yang
pada akhirnya akan digunakan kembali untuk pengelolaan Danau Kerinci.
4. Pengembangan Regulasi
Hingga Bulan Desember 2012, Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah
Kabupaten Kerinci belum menerbitkan peraturan daerah tentang
penyelamatan danau, antara lain peraturan penataan ruang kawasan Danau
Kerinci, padahal peraturan daerah ini sangat diperlukan agar pemeliharaan
lingkungan dan pemanfaatan kawasan Danau Kerinci dapat dilaksanakan
secara optimal, serasi, seimbang dan lestari oleh berbagai instansi pemerintah
dan mayarakat secara terpadu. Beberapa ketentuan yang perlu dicantumkan
dalam perda ini meliputi amanat penataan kawasan dalam rencana umum tata
ruang dan rencana pembangunan, dan ketentuan dalam penataan lingkungan
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 12
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
yang terdiri dari pengaturan pada kegiatan masyarakat yang dapat
mengganggu kelestarian danau serta ketentuan dalam penataan bangunan,
termasuk pengaturan jenis-jenis kegiatan yang diperkenankan, baik di DTA,
sempadan danau maupun badan air, baik berupa kegiatan wisata, kehutanan,
pertanian, perkebunan, permukiman, perikanan dll.
Sebagai objek wisata, keberadaan Danau Kerinci telah memberikan pengaruh
yang sangat besar dalam perekonomian wilayah sekitarnya dan hal ini telah
memberikan tekanan pada lingkungan yang dibuktikan dengan penurunan
kualitas air danau. Jumlah penduduk di sekitar kawasan danau semakin
meningkat diiringi pertumbuhan permukiman baru dan jasa lainnya yang
memberikan dampak negatif berupa masuknya limbah padat dan cair ke
perarian Danau kerinci.
Pada kawasan hulu sungai-sungai yang airnya mengalir ke Danau Kerinci
juga terdapat masalah penebangan liar yang menyebabkan hutan menjadi
gundul serta alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian serta
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Dari hasil
penelitian diperoleh data bahwa dari luas 98.535 hektar daratan daerah
tangkapan air (DTA) Danau Kerinci seluas 27.000 hektar (29%) telah berubah
menjadi lading dan kebun.
Guna mewujudkan arah pengelolaan kawasan Danau Kerinci yang optimal
maka perlu disusun Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Kerinci yang akan
menjadi pedoman bagi para pemangku kepentingan kawasan Danau Kerinci
dalam rangka pengelolaan secara terpadu. Rencana tata ruang ini juga
mencakup pengalokasian ruang bagi kegiatan wisata di sempadan danau,
yang memnuhi kaidah konservasi, yaitu tetap menjaga kelestarian fungsi
ekologis sempadan danau.
Dengan adanya Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Kerinci diharapkan
tercipta pengelolaan Danau Kerinci yang berkelanjutan yang dapat memberi
banyak manfaat bagi masyarakat yang meliputi:
 Air di ekosistem kawasan Danau Kerinci layak di pergunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 Danau Kerinci memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
berinteraksi dengan ekosistem danau baik sebagai objek wisata maupun
kegiatan lainnya.
 Lahan di daerah tangkapan air mempunyai fungsi ekosistem yang optimal.
 Ikan dan hasil pertanian dari ekosistem kawasan danau dipastikan tidak
terkontaminasi dan layak untuk dikomsumsi.
 Air Danau Kerinci berpotensi besar digunakan sebagai sumber tenaga listrik
(saat ini PLTA sedang pada tahap konstruksi).
IV - 13
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
 Ekosistem flora dan fauna dalam keadaan sehat dan terpelihara
keanekaragaman hayatinya.
 Udara di ekosiostem kawasan danau dapat mendukung kehidupan
ekosistem yang sehat.
Sempadan Danau Kerinci sudah mengalami alih fungsi lahan yang cukup luas
sehingga perlu upaya pemulihan dan penertiban. Alih fungsi lahan yang terus
meningkat menjadikan perubahan yang signifikan terhadap kondisi sempadan
danau. Perubahan yang pada umumnya terjadi yaitu alih fungsi lahan menjadi
persawahan dan pemukiman.
Langkah awal yang perlu dilaksanakan yaitu penentuan daerah sempadan dan
daerah air surut (draw drow) sebagai zona perlindungan danau dalam tata
ruang ekosistem danau, yang kemudian dilanjutkan dengan pemasangan
patok batas sempadan danau. Upaya berikutnya adalah penanaman tanaman
keras di daerah sempadan danau sebagai batas alami perlindungan danau
(penanaman tumbuhan pelindung), penguatan tebing batas tepi danau,
pembangunan jalan pembatas ruas danau, pembangunan sarana drainase,
dan pembangunan dermaga beserta fasilitas pembuangan limbah yang
memadai.
Terlaksananya seluruh kegiatan dalam rangka penyelamatan Danau Kerinci
tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, salah satunya upaya persuasif yang
perlu dilakukan dalam menegakkan aturan dengan disusunnya aturan dan
larangan dalam rangka penertiban terhadap tindakan eksploitasi terhadap
lahan sempadan dan daerah air surut. Disamping itu, penertiban sarana dan
prasarana pariwisata yang melanggar tatakelola lingkungan, tidak memiliki
sertifikat tanah dan izin mendirikan bangunan di sempadan danau, serta
pelarangan pengurugan/penimbunan di tepian danau dilakukan penindakan
yang tegas demi terselenggaranya upaya penyelamatan ekosistem danau di
Danau Kerinci.
4.3.2 Program Prioritas (Penunjang)
1. Pengendalian Sedimentasi di Sekitar Inlet dan di Badan Danau
Upaya yang harus dilakukan yaitu melalui pengerukan dasar danau dengan
tetap memperhatikan kondisi kealamiahan ekosistem danau. Proses
pengerukan harus bertahap dan hati-hati jangan sampai terjadi gerakan
kenaikan air dari lapisan dasar danau ke lapisan permukaan danau. Bila hal
ini terjadi maka zat-zat yang bersifat toksik yang mengendap di dasar danau
akan naik ke permukaan dan menyebabkan pembalikkan air danau yang
dapat berakibat pada kematian ikan.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 14
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian sedimen di
perairan Danau Kerinci yaitu dengan memanfaatkan sedimen untuk hal yang
produktif seperti pembuatan pupuk organik. Upaya ini dilakukan dengan cara
pengerukan terhadap sedimen yang berbentuk tanah mineral (bukan tanah
gambut) untuk selanjutnya di olah untuk menjadi pupuk organik, media tanam
maupun batu bata. Dengan adanya upaya ini diharapkan dapat diambil
sedimen banyak 50 ton per tahun sehingga kedalaman danau akan
bertambah 50 cm setiap tahun.
Danau Kerinci mengalami sedimentasi dengan ketebalan yang berbeda-beda
pada beberapa lokasi. Pada sebagian besar dasar danau ketebalan
sedimentasi mencapai 10-50 cm, pada bagian tengah danau ketebalan
sedimentasi mencapai 60-70 cm, dan pada lokasi Keramba Jaring Apung
(KJA) dan Keramba Jaring Tancap (KJT) ketebalan sedimentasi mencapai
110-150 cm. Tingginya ketebalan sedimentasi yang terdapat di sekitar lokasi
budidaya perikanan ini disebabkan oleh adanya pengendapan dari pakan ikan
yang tidak termakan sehingga mengendap di dasar danau.
2. Pengendalian Pencemaran Air
Permasalahan sempadan Danau Kerinci tidak hanya terbatas pada alih fungsi
lahan, tetapi juga menyangkut limbah rumah tangga yang dibuang ke
sempadan dan badan air danau tersebut. Limbah ini perlu segera ditangani
agar tidak mencemari wilayah danau yang lebih luas. Upaya yang dapat
ditempuh antara lain melalui pembangunan sarana drainase dan sanitasi
untuk kegiatan di sempadan danau, pengolahan limbah tinja penduduk,
pembuatan saluran/peredam limbah penduduk rumah tangga (IPLT),
pembangunan septic tank pemukiman, penertiban dan pengawasan izin
pembuangan air limbah, dan perbaikan fasilitas teknologi pengolahan
sampah.
Dengan beberapa upaya ini diharapkan limbah rumah tangga tersebut dapat
dikendalikan dan tidak mencemari perairan Danau Kerinci sehingga bahaya
timbulnya penyakit pencernaan seperti diare, sakit perut dan disentri yang
disebabkan oleh bakteri Eschericha coli yang berkembang biak pada tinja
manusia dapat dihindari.
Dalam upaya menciptakan kualitas air Danau Kerinci yang bersih dan sehat
serta bebas dari pencemaran, maka pada daerah tangkapan air atau daerah
aliran sungai perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran. Upayaupaya yang mendesak untuk segera dilaksanakan adalah penentuan daya
tampung beban pencemaran air (DTBPA) pada ekosistem DAS, pembuatan
saluran penyaring/peredam limbah rumah tangga (IPLT), pembuatan septic
tank di pemukiman, pembangunan IPAL komunal (terintegrasi dengan
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 15
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
pembangunan drainase di sub-sub DAS), penertiban dan pengawasan izin
pembuangan air limbah, pelarangan kegiatan pertambangan (Galian C),
perbaikan fasilitas teknologi pengolahan sampah, dan penyediaan tempat
pembuangan sampah dan sarana pengolahan sampah.
Dengan adanya berbagai upaya ini maka diharapkan kualitas perairan Danau
Kerinci dapat dikembalikan kepada kondisi semula yaitu dengan status mutu
air kelas 1 yang dapat dipergunakan sebagai sumber air baku untuk air
minum.
Sebagian daerah tangkapan air Danau Kerinci adalah areal persawahan yang
menjadi lumbung beras bagi Kabupaten Kerinci. Penggunaan pestisida
berkelanjutan telah menyebabkan meningkatnya kandungan phosphate dan
nitrit pada perairan danau dan menjadi salah satu penyebab kondisi eutrofik
pada perairan Danau Kerinci. Untuk mempertahankan fungsi Danau Kerinci
sebagai air baku air minum PDAM, maka sangat perlu dikembangkan
pertanian yang ramah lingkungan dengan sasaran peningkatan produksi
pertanian yang tidak diiringi dengan peningkatan konsentrasi bahan pencemar
yang masuk ke danau.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar pengembangan pertanian ramah
lingkungan ini dapat berjalan dengan baik adalah melalui pengembangan
pertanian organik, penyuluhan penggunaan pupuk organik, pengembangan
SRI (System Rice Intensification), pengaturan pola tanam, pengembangan
UPPO (unit pengolahan pupuk organik), pengembangan RPPO (rumah
pengolahan pupuk organik), fasilitasi dan pengawasan penggunaan pupuk
organik, dan pengembangan drainase irigasi yang terpisah dengan drainase
limbah.
3. Pelestarian dan Pengembangan Ikan Lokal
Danau Kerinci kaya akan berbagai jenis ikan lokal antara lain Nila, Basu,
Barau, Tilan, Koan, Seluang, Mujair, Medik, Udang, Gabus, Sepat, Lele,
Gurame dan Semah. Selain itu juga terdapat Eceng gondok (Eichhornia
crassipes) yang pada beberapa tahun yang lalu pernah tumbuh marak di
Danau Kerinci, namun telah berhasil dikendalikan secara biologi dengan
penebaran Ikan Koan atau grass carp (Ctenopharyngodan idella) pada tahun
1997.
Dewasa ini populasi ikan lokal di Danau Kerinci semakin menurun akibat
penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat setempat melebihi kemampuan
ikan untuk bereproduksi. Upaya pemulihan sudah dilakukan melalui
penebaran benih ikan, namun tetap tidak menjamin ikan-ikan tersebut dapat
berkembang sampai bereproduksi sebelum ditangkap oleh masyarakat.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 16
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk menjamin keberlanjutan populasi
ikan di Danau Kerinci antara lain penetapan kawasan perlindungan Ikan
Semah. Ikan Semah merupakan ikan endemik Danau Kerinci yang hidup di
sungai-sungai di pegunungan, yang berbatu dan beraliran deras dengan
panjang mencapai satu meter lebih. Ikan Semah adalah jenis ikan pemakan
segala (omnivora) dengan makanan utamanya berupa buah-buahan, moluska
dan serangga. Ikan Semah memijah dengan cara meletakkan telur di
bebatuan yang jumlahnya dapat mencapai 63.360 butir. Kawasan
perlindungan Ikan Semah yang ada di Kabupaten Kerinci baru satu lokasi
yaitu yang terdapat di kawasan lubuk larangan di Desa Pulau Sangkar
Kecamatan Batang Merangin. Kawasan ini harus dilindungi secara hukum
melalui penetapan statusnya dengan Keputusan Bupati Kerinci.
Selain itu perlu pula dilakukan penyusunan aturan penangkapan ikan melalui
Keputusan Bupati Kerinci agar ada batas maksimal baik jumlah maupun
ukuran ikan yang boleh ditangkap oleh masyarakat sehingga ketersediaan
ikan dapat berlangsung secara terus menerus. Hal lain yang perlu dilakukan
yaitu monitoring status flora dan fauna yang terdapat di Danau Kerinci secara
berkala sehingga akan diperoleh gambaran tentang status flora dan fauna
tersebut apakah masih berlimpah atau sudah tergolong ke dalam status
terancam atau status langka.
Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang Danau Kerinci dinilai
perlu untuk melakukan penelitian tentang peningkatan produktivitas ikan
danau akibat introduksi Ikan Koan dalam rangka mengatasi eceng gondok,
sehingga diperoleh informasi yang tepat mengenai baik buruknya
pemanfaatan Ikan Koan ini. Selain itu, terkait dengan pembangunan PLTA
Merangin yang masih dalam tahap konstruksi fasilitas turbin, terowongan air
dan pembuatan DAM penampung air sebelum dialirkan ke dalam terowongan
pemutar turbin, perlu diperhatikan bahwa pembangunan DAM dapat
menghambat migrasi ikan dari dan ke Danau Kerinci, terutama untuk Ikan
Semah. Oleh karena itu diperlukan pembuatan tangga ikan atau fish-way. Fish
way tersebut berguna sebagai pijakan Ikan Semah ketika akan menaiki outlet
danau dan melakukan pemijahan di Danau Kerinci.
Setelah ditentukan Program Super Prioritas (Program Pokok) maupun Program
Prioritas (Program Penunjang) sebagaimana diuraikan di atas, disusun rencana
aksi kegiatan berdasarkan skala prioritas, untuk diimplementasikan dalam
periode waktu 5 (lima) tahun, yaitu dari tahun 2014 hingga 2018. Agar
implementasi aksi kegiatan tersebut lebih terukur dan dapat diverifikasi, dicatat
baseline atau status kegiatan berdasarkan kondisi terkini, serta ditentukan targettarget tahunan yang akan dicapai. Rencana aksi kegiatan penyelamatan Danau
Kerinci berdasarkan skala prioritas tersebut dituangkan pada Tabel 4.3.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 17
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
Tabel 4.3. Rencana Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci Berdasarkan Skala Prioritas (2014-2018)
No
1
Program
Penerapan
teknik
pertanian/
perkebunan
konservasi
Pertimbangan/
permasalahan
Penurunan
kondisi daerah
tangkapan air
(DTA), yang
terkait dengan
alih fungsi dan
pola
pengelolaan
lahan yang tidak
memperhatikan
kaidah
konservasi
Kegiatan
3
Pengembangan
paket wisata
danau
Pengembangan
kelembagaan
Potensi alam
Danau Kerinci
untuk pariwisata
Urgensi adanya
forum untuk
pengawalan
Indikator
output
Baseline
Target capaian
Pelaksana
2014
2015
2016
2017
2018
1. Diversifikasi &
intensifikasi
pertanian
1. Terlaksananya
diversifikasi dan
intensifikasi
pertanian
Luas (hektar)
26.745
26.738
26.751
26.764
26.777
26.790
2. Pengembangan
tanaman produktif
bernilai ekonomi
tinggi yang sesuai
kondisi tanah &
iklim
2. Terlaksananya
penanaman
tanaman produktif
bernilai ekonomi
tinggi yang sesuai
kondisi tanah &
iklim
3. Terlaksananya
penyuluhan
pertanian
Luas (hektar)
49.233
49.504
52.276
55.203
58.295
61.559
Jumlah
peserta
(orang)
40
60
80
100
120
140
4. Promosi wisata
4. Terlaksananya
promosi wisata
Jumlah paket
promosi
1 Paket
(FMPDK)
2
3
4
5
6
5. Penyiapan
agenda dan paket
wisata
5. Tersedianya
agenda dan paket
wisata
Jumlah paket
wisata
1 Paket
(FMPDK)
2
3
4
5
6
6. Pengembangan
fasilitas wisata
(termasuk TPS)
6. Tersedianya
fasilitas wisata
yang memenuhi
kebutuhan
Jumlah
fasilitas
2 (lokasi
dan jalan)
3
4
5
6
7
7. Pembentukan
forum independen
penyelamatan
7. Terbentuknya
forum independen
penyelamatan
Tahapan
pembentukan
Belum ada
Persiap
an
Pemben
tukan
Tim
Penguk
uhan
Implementasi
3. Penggunaan
pupuk alami
2
Output
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Rapat
Umum
IV - 18
Kementerian Pertanian,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
Kementerian Kehutanan,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas Kehutanan
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
Kementerian Pertanian,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
Kementerian Lingkungan
Hidup, BAPPEDA
Provinsi Jambi, BLHD
Sifat
Program
Aksi
Super
Prioritas
Super
Prioritas
Super
Prioritas
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
No
Program
Pertimbangan/
permasalahan
Kegiatan
Output
Indikator
output
Baseline
Target capaian
2014
4
5
6
Pengembangan
regulasi
Pengendalian
sedimentasi di
sekitar inlet dan
badan danau
Pengendalian
pencemaran
kepentingan
penyelamatan
Danau Kerinci
Belum adanya
dasar peraturan
penyelamatan
danau yang
menjadi acuan
para pemangku
kepentingan
Laju erosi dan
sedimentasi
yang tingg, yang
menyebabkan
pendangkalan
danau
Penurunan
kuaitas air
danau
danau
danau
2015
2016
2017
Pelaksana
2018
Formatu
r
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
8. Penyusunan
Perda atau SK
Bupati tentang
Penyelamatan
Kawasan Danau
Kerinci
9. Penyusunan
peraturan
penyelamatan
danau yang lebih
detil di tingkat
kecamatan
10. Pembuatan
sediment trap
8. Tersusun dan
disahkannya Perda
atau SK Bupati
tentang
Penyelamatan
Kawasan Danau
9. Tersusunnya
peraturan
penyelamatan
danau di tingkat
kecamatan
Tahapan
penyusunan
Belum ada
Penyiap
an
Ranper
da
Persetuj
uan
DPRD
Pengesa
han dan
pengund
angan
Impleme
ntasi
Implementasi
Kementerian Lingkungan
Hidup, BAPPEDA
Provinsi Jambi, BLHD
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
Tahapan
penyusunan
Belum ada
Penyiap
an
Ranper
da
Persetuj
uan
DPRD
Pengesa
han dan
pengund
angan
Impleme
ntasi
Implementasi
Kementerian Lingkungan
Hidup, BAPPEDA
Provinsi Jambi, BLHD
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
10. Terbangunnya
sediment trap
Tahapan
pembangunan
Belum ada
Sedime
nt trap
1
Sedime
nt trap 2
Sedimen
t trap 3
Sedime
nt trap 4
Sediment
trap 5
11. Penanganan
tebing danau
11.
Terlaksananya
penanganan
tebing danau
Tahapan
penanganan
Belum ada
Penceg
ah
longsor
1
Penceg
ah
longsor
2
Pencega
h
longsor
3
Penceg
ah
longsor
4
Pencegah
longsor 5
12.
Monitoring dan
pendataan
sedimentasi
dari 10 DAS
12.
Tersedianya
basis data
sedimentasi
Tahapan
pengembanga
n basisi data
Belum ada
Perenc
anaan
Desain
basis
data
Memilih
DBMS
dan
Desain
Aplikasi
Pembuatan
Prototype
dan
implementasi
13.
Penyusunan
model
pendugaan
laju sedimen
13.
Tersusunnya
model
pendugaan laju
sedimen
Tahapan
penyusunan
model
Belum ada
Perenc
anaan
Pengum
pulan
dan
analisis
kebutuh
an
Pemban
gunan
Kementerian PU,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas PU Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
Kementerian PU,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas PU Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
Kementerian Lingkungan
Hidup, BAPPEDA
Provinsi Jambi, BLHD
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
Operasi
onal
Operasi
onal
Operasional
14.
Pembangunan
IPAL komunal
14.
Terlaksananya
pembangunan
IPAL komunal
Tahapan
pembangunan
IPAL
Belum ada
Perenc
anaan
Pemban
gunan
Operasi
onal
Operasi
onal
Operasional
15.
Pembatasan
jumlah dan
zona KJA
15.
Tersusunnya
peraturan
pembatasan
jumlah dan zona
KJA
Tahapan
penyusunan
Belum ada
Penyiap
an
Pembah
asan
Pengesa
han dan
pengund
angan
Impleme
ntasi
Implementasi
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
Sifat
Program
Aksi
IV - 19
Kementerian Lingkungan
Hidup, BAPPEDA
Provinsi Jambi, BLHD
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
Kementerian PU,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas PU Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
Kementerian Lingkungan
Hidup, Kementerian
Kelautan dan Perikanan,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, BLHD Provinsi
Jambi, Dinas kelautan
dan Perikanan Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
Super
Prioritas
Prioritas
Prioritas
Program Aksi Penyelamatan Danau Kerinci
No
7
Program
Pelestarian dan
pengembangan
ikan lokal
Pertimbangan/
permasalahan
Penurunan
populasi ikan
lokal
Kegiatan
Output
Indikator
output
Baseline
Target capaian
Pelaksana
2014
2015
2016
2017
2018
16.
Pendidikan
danpelatihan
pengelolaan
lingkungan
16.
Terlaksananya
pendidikan dan
pelatihan
pengelolaan
lingkungan
Jumlah
peserta
Belum ada
40
60
80
100
120
Kementerian Lingkungan
Hidup, BAPPEDA
Provinsi Jambi, BLHD
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
17.
Pelaksanaan
percontohan
pengelolaan
sampah
17.
Terlaksananya
percontohan
pengelolaan
sampah
Jumlah paket
percontohan
Belum ada
1
2
3
4
5
18.
Penyusunan
peraturan
penangkapan
ikan
18.
Tahapan
penyusunan
Belum ada
Penyiap
an
Pembah
asan
Pengesa
han dan
pengund
angan
Impleme
ntasi
Implementasi
19.
Pengawasan
penangkapan
ikan dan
validasi alat
tangkap
19.
Tersusunnya
peraturan
penangkapan
ikan mencakup
pengaturan alat
& metode
tangkap, zona
suaka
perikanan, dll.
Terlaksananya
pengawasan
penangkapan
ikan
Jumlah
kelompok
nelayan yang
dipantau
Belum ada
2
4
6
8
10
20.
Pembangunan
tempat
penangkaran
ikan
20.
Tersedianya
tempat
penangkaran
ikan
Tahapan
pembangunan
1 (Sudah
operasional)
1
1
1
1
1
21.
Penyebaran
benih ikan
lokal (restocking)
21.
Terlaksannya
re-stocking
Jumlah benih
yang disebar
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
22.
Pembatasan
area eceng
gondok
22.
Terpasangnya
pagar pembatas
area eceng
gondok
Belum ada
80 m
160 m
240 m
320 m
400 m
Kementerian Lingkungan
Hidup, BAPPEDA
Provinsi Jambi, BLHD
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
Kementerian Lingkungan
Hidup, Kementerian
Kelautan dan Perikanan,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, BLHD Provinsi
Jambi, Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
Kementerian Kelautan
dan Perikanan Provinsi
Jambi, BAPPEDA
Provinsi Jambi, Dinas
Kelautan dan Perikanan
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
Kementerian Kelautan
dan Perikanan,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci, Dinas
Peternakan dan
Perikanan Kab. Kerinci,
Kementerian Kelautan
dan Perikanan,
BAPPEDA Provinsi
Jambi, Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi
Jambi, BAPPEDA Kab.
Kerinci,
Kementerian Lingkungan
Hidup, BAPPEDA
Provinsi Jambi, BLHD
Provinsi Jambi,
BAPPEDA Kab. Kerinci,
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
IV - 20
Sifat
Program
Aksi
Prioritas
Penutup
BAB V
PENUTUP
Menindaklanjuti Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau
Berkelanjutan yang telah menyepakati 15 danau (Danau Toba, Danau Singkarak,
Danau Maninjau, Danau Kerinci, Rawa Danau, Danau Rawapening, Danau Sentarum,
Danau Tondano, Danau Tempe, Danau Poso, Danau Mahakam (Semayang,
Melintang, Jempang), Danau Matano, Danau Limboto, Danau Batur, Danau Sentani)
menjadi danau prioritas, maka pada tahun 2011 telah dicanangkan Gerakan
Penyelamatan Danau (Germadan) sebagai wujud upaya percepatan impelementasi
Kesepakatan Bali. Untuk itu maka sebagai model, Germadan Rawapening yang telah
diluncurkan pada KNDI II (Konferensi Nasional Danau Indonesia Kedua) di Semarang
harus dapat direplikasikan ke-14 danau prioritas lainnya, salah satunya adalah Danau
Kerinci.
Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Kerinci yang telah tersusun ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pihak, baik pemerintah, dunia usaha,
masyarakat, maupun perguruan tinggi dan LSM dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi pelaksanaan penyelamatan Danau Kerinci.
Guna mendukung keberhasilan penyelamatan Danau Kerinci sangat diperlukan
kerjasama yang kuat antar para pihak dalam melaksanakan komitmen penyelamatan
Danau Kerinci. Untuk itu, maka Gubernur Jambi dan Bupati Kerinci dapat meminta
Bappeda serta unit SKPD terkait di daerah untuk menggunakan dokumen Germadan
Kerinci ini menjadi dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dan
kegiatan penyelamatan Danau Kerinci. Program penyelamatan Danau Kerinci dapat
dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran dan fungsi masing-masing institusi
terkait. Untuk menilai keberhasilan program dan kegiatan penyelamatan Danau Kerinci
di tingkat daerah, maka perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Unit pemantauan
dan evaluasi penyelamatan Danau Kerinci dapat merupakan lembaga Ad-Hoc yang
dibentuk oleh Gubernur dan memiliki kekuatan hukum.
Lembaga tersebut dapat
dibentuk dengan penguatan kelembagaan yang telah ada tanpa membentuk lembaga
baru.
Sinergisitas program dan kegiatan antar sektor dan SKPD terkait di daerah
sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan penyelamatan Danau Kerinci. Untuk
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
V-1
Penutup
itu, maka komunikasi dan koordinasi dalam mengawal pelaksanaan penyelamatan
danau hingga mencapai sasaran dan target capaian yang diinginkan menjadi
prasyarat utama dan kunci keberhasilan program penyelamatan Danau Kerinci.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
V-2
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA Kabupaten kerinci, 2013. Kabupaten kerinci Dalam Angka 2012.
BAPPEDA Provinsi Jambi, 2013. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi.
Balai Pengelolaan DAS Batanghari Provinsi Jambi, 2013. Lahan Kritis Di Provinsi
Jambi.
Balai Pengelolaan DAS Batanghari, Kementerian Kehutanan, 2004. Rencana Teknik
Lapangan Rehabilitasi Lahan Konservasi Tanah (RTL-RLKT) DAS Batang
Merao, Kabupaten Kerinci.
BLHD Provinsi Jambi, 2013. Laporan Hasil Pengkajian Daya Dukung dan Daya
Tampung Danau Kerinci, Provinsi Jambi.
BLHD Provinsi Jambi. 2012. Kajian Penyelamatan Danau Kerinci di Provinsi Jambi.
BWS
Sumatera
VI,
Kementerian
Pekerjaan
Umum,
Danau/Waduk/Situ/Embung Yang Terdapat di Provinsi Jambi.
2013.
Daftar
BWS Sumatera VI, Kementerian Pekerjaan Umum, 2007. Survey, Inventarisasi,
Identifikasi dan Reconaissance Danau-danau di Wilayah Sungai Batanghari.
Pemda Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, 2011. Paparan Kisah Sukses Penanganan
Eceng Gondok di Kabupaten Kerinci.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) Kerinci
V-3
Download