Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional PERTUMBUHAN JANTAN DAN BETINA 24 FAMILI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA UMUR 6 BULAN RUDHY GUSTIANO, OTONG ZENAL ARIFIN, ANI WIDIYATI dan L. WINARLIN Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Sempur No. 1 Bogor 16154 email: [email protected] ABSTRAK Penelitian yang dilakukan merupakan tahap awal seleksi untuk mendapatkan famili dan individu terbaik pada generasi pertama (F1). Tujuan penelitian ini adalah menguji pertumbuhan 24 famili ikan nila untuk mendapatkan kandidat famili yang baik untuk program pemuliaan ikan nila. Percobaan dilakukan di Instalasi Plasma Nutfah Ikan Air Tawar Cijeruk dan Lido, Bogor. Pembentukan famili dilakukan dengan cara melakukan pemijahan secara berpasangan. Masing-masing famili diambil 100 ekor pada saat rata-rata populasi berukuran 5 cm. Pemeliharaan dilakukan dengan memberi nomor tanda pada masing-masing individu dan pemeliharaan dilakukan secara bersama dalam jaring berukuran 2 x 2 x 1,5 m3 di kolam tanah selama 2 bulan. Kepadatan yang digunakan adalah 100 ekor/m2. Pakan diberikan 5% bobot tubuh dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali per hari. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa individu-individu dari famili-famili yang sama memiliki pertumbuhan di atas rata-rata populasi untuk perbedaan jenis kelamin dan lingkungan. Ikan nila jantan memiliki pertumbuhan cepat dibandingkan dengan jenis betina. Lingkungan danau memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kolam. Kata kunci: Pertumbuhan, seleksi, nila, Oreochromis PENDAHULUAN Sejak nila di introduksi ke Indonesia pada tahun 1969, perkembangan budidayanya di masyarakat cukup pesat. Produksi nila pada tahun 2004 tercatat sebesar 97.116 ton, meningkat sebesar 237% dalam kurun waktu 4 tahun (DIRECTORATE GENERAL OF AQUACULTURE, 2005). Kini nila merupakan ikan ekonomis penting di Indonesia dan merupakan salah satu komoditas dalam program intensifikasi budidaya perikanan (INBUDKAN). Terlebih lagi dengan adanya kasus KHV (koi herpes virus) pada ikan mas, nila menjadi alternatif ikan air tawar yang dibudidayakan untuk menggantikan posisi ikan mas. Permasalahan utama yang sedang dihadapi pada budidaya nila adalah telah terjadi penurunan laju pertumbuhan yang menurunkan produksi dan produktivitas, serta pendapatan pembudidaya ikan. Upaya-upaya untuk memperbaiki keragaan produksi ikan nila telah banyak dilakukan sejak tahun 1989 (GUSTIANO, 2005a). Namun kegiatan riset yang telah dilakukan belum dilaksanakan dalam kontek program breeding yang besar, masih terpisah-pisah dan berjalan sendirisendiri. Sehubungan dengan masalah yang sedang dihadapi, upaya untuk menghasilkan jenis unggul sedang dilakukan. Riset diawali dengan pemahaman jenis populasi yang dibudidayakan masyarakat (NUGROHO et al., 2002; WIDIYATI, 2003), pencarian populasi yang baik untuk program pemuliaan (GUSTIANO et al., 2005a,b; ARIFIN dan GUSTIANO, 2006) dan kegiatan seleksi. Khusus untuk ikan nila, RYE dan EKNATH (1999) melaporkan total akumulasi peningkatan pertumbuhan sebesar 85% setelah 5 generasi. Penelitian yang dilakukan merupakan tahap seleksi untuk mendapatkan famili dan individu terbaik pada generasi pertama (F1). BAHAN DAN METODA Induk ikan nila yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah populasi yang terpilih berdasarkan evaluasi pada tahun 2004 (GUSTIANO et al., 2005b). Pembentukan 24 “halfsib” famili dilakukan dengan cara pemijahan secara berpasangan. Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa yang dipasang di kolam tanah. Masing-masing famili diseleksi diambil 100 ekor pada saat rata-rata populasi 287 Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional berukuran lebih dari 5 cm dengan berat lebih dari 5 gram. Pemeliharaan selanjutnya dilakukan dengan menandai masing-masing individu terpilih (individual tag) dan pembesaran dilakukan secara bersama (communal rearing) dalam jaring ukuran 2 x 2 x 1,5 m dalam kolam tanah di Cijeruk dan di danau Lido selama 3 bulan. Pemisahan ikan jantan dan betina dilakukan secara manual setelah 2 bulan dari waktu penanaman ikan uji. Penelitian berlangsung dari bulan Desember 2005 sampai dengan Maret 2006. Selama pemeliharaan, kepadatan yang digunakan adalah 100 ekor/m2. Pakan diberikan 5% bobot badan dengan frekuensi pemberian tiga kali per hari pada pukul 09.00; 13.00 dan 17.00 WIB. Pakan diletakan pada jaring yang berada di atas permukaan kolam. Koleksi data dilakukan terhadap pertumbuhan untuk mendeteksi potensi keunggulan dari famili yang berbeda dan kelangsungan hidup. Analisis data menggunakan multivariate analisis (MANOVA) dan dilanjutkan dengan Tukey HSD tes pada program STATISTICA V.6 untuk menguji tingkat perbedaan yang ada. Perhitungan pertambahan biomas dan laju pertambahan panjang spesifik bulanan menggunakan rumus sebagai berikut (WEATHERLEY dan GILL, 1987): Gi = [(Li(t2) – Lo)]/2 Gi = perubahan panjang dalam unit mm per bulan untuk pertumbuhan panjang; Perubahan bobot dalam unit gram per bulan untuk pertumbuhan bobot Li(t2) = panjang/bobot ikan ke i pada pada bulan ke dua HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh berupa pertumbuhan ikan jantan dan betina dari 24 famili ikan nila di kolam Cijeruk dan karamba jaring apung di danau Lido disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pertumbuhan spesifik (g/bulan) 24 famili ikan nila umur 6 bulan di kolam tanah di Cijeruk dan karamba jaring apung di danau Lido. Angka menunjukkan rata-rata, simpangan baku standar deviasi (“standar error”), dan jumlah ikan Famili No. tag 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 288 001-100 101-200 201-300 301-400 401-500 901-1000 1401-1500 1001-1100 1301-1400 501-600 2001-2100 701-800 801-900 1501-1600 601-700 1601-1700 2201-2300 1901-2000 1701-1800 1801-1900 2101-2200 1101-1200 1201-1300 2301-2400 Kolam Cijeruk Jantan Betina 16,9 ± 1,33 (3) 22,2 ± 2,91 (8) 7,8 ± 1,34 (9) 13,2 ± 0,87 (11) 7,3 ± 0,75 (8) 13,3 ± 1,45 (9) 13,3 ± 1,66 (10) 24,7 ± 1,55 (11) 8,5 ± 1,95 (5) 16,3 ± 2,14 (11) 12,8 ± 1,43 (14) 18,6 ± 1,39 (14) 9,8 ± 1,66 (6) 12,1 ± 0,99 (12) 17,4 ± 2,38 (10) 24,8 ± 1,65 (19) 12,6 ± 0,98 (20) 16,6 ± 1,31 (19) 11,3 ± 1,24 (11) 14,9 ± 1,14 (15) 9,0 ± 0,79 (21) 13,3 ± 0,97 (20) 5,6 ± 0,45 (33) 7,1 ± 3,05 (2) 11,7 ± 0,68 (20) 16,4 ± 0,68 (22) 4,9 ± 0,40 (30) 7,8 ± 0,93 (10) 12,3 ± 2,82 (4) 16,0 ± 0,50 (44) 6,3 ± 0,40 (33) 11,5 ± 1,45 (13) 7,6 ± 0,48 (29) 10,9 ± 1,45 (12) 3,8 ± 0,21 (4) 5,2 ± 1,71 (4) 9,2 ± 0,82 (23) 14,4 ± 1,09 (19) 4,2 ± 0,39 (31) 6,8 ± 0,79 (9) 3,9 ± 0,51 (16) 9,2 ± 0,74 (17) 6,2 ± 0,56 (17) 11,2 ± 1,37 (20) Danau Lido Jantan Betina 34,2 ± 3,73 (2) 17,7 ± 4,29 (5) 22,0 ± 3,46 (4) 16,1 ± 3,52 (8) 20,3 (1) 12,7 ± 1,35 (13) 36,7 ± 2,23 (9) 23,1 ± 2,95 (8) 16,0 (1) 13,6 ± 2,28 (3) 36,7 ± 9,07 (3) 24,5 ± 3,56 (8) 11,3 (1) 27,6 ± 4,02 (6) 23,2 ± 2,33 (6) 36,7 (1) 27,6 ± 3,15 (6) 21,1 ± 6,90 (3) 19,8 ± 3,89 (6) 28,4 ± 2,35 (4) 25,1 ± 4,69 (6) 18,9 ± 1,93 (8) 11,0 ± 1,73 (4) 17,2 ± 2,88 (4) 11,1 ± 1,22 (8) 16,7 ± 7,43 (2) 16,9 ± 1,21 (9) 10,7 ± 0,67 (15) 21,0 ± 1,67 (11) 16,1 ± 8,97 (2) 19,1 ± 1,61 (11) 13,5 ± 1,12 (17) 13,0 ± 1,38 (3) 14,3 ± 2,45 (4) 9,1 ± 1,08 (5) 12,9 ± 0,83 (2) 14,0 ± 2,05 (6) 20,1 ± 1,96 (8) 9,7 ± 0,98 (15) 13,2 ± 1,56 (9) 9,6 ± 1,31 (10) 16,7 ± 2,66 (8) 11,3 ± 1,78 (10) 21,1 ± 3,33 (4) Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional Berdasarkan hasil yang diperoleh nampak bahwa pada lingkungan kolam (Gambar 1) untuk jenis jantan, famili 1, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 15, dan 17 memiliki pertumbuhan diatas ratarata populasi (15,9 g/bulan). Sedangkan untuk jenis betina dengan pertumbuhan diatas ratarata famili (8,2 g/bulan) adalah famili 1, 4, 6, 7, 9. 10, 11, 12, 13, 15, 17, 21. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa 90% dari jenis jantan terwakili oleh jenis betina. Pada lingkungan danau, jenis jantan yang memiliki pertumbuhan diatas rata-rata famili (21,4g/bulan) diwakili oleh famili 1, 4, 7, 9, 10, 12. Untuk jenis betina dengan pertumbuhan diatas rata-rata famili (15,0 g/bulan) adalah famili 1, 2, 4, 7, 9. 10, 11, 12, 15, 17. Perolehan ini menunjukkan 100% jantan terwakili oleh jenis betina pada lingkungan danau. Secara umum, hasil yang didapatkan memperlihatkan bahwa 90% jenis betina pada lingkungan danau diwakili oleh jenis betina pada lingkungan kolam. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa individu-individu yang memiliki pertumbuhan diatas rata-rata populasi untuk jenis jantan dan betina pada lingkungan kolam dan danau berasal dari famili yang sama. Konsistensi ini sangat penting untuk mengurangi keraguan dalam memilih famili dan individu yang terbaik untuk program seleksi. EKNATH et al. (1993) dan KHASER dan SMITHERMAN (1988) melaporkan bahwa interaksi antara genetik dan lingkungan yang rendah pada uji yang dilakukan terhadap berbagai strain dan lingkungan yang berbeda. Namun tidak demikian pada ikan nila merah yang menunjukkan bahwa lingkungan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan strain yang berbeda (ROMANA-EGUIA dan EQUIA, 1999). 50 n = 364 rata-rata ± SE= 15,9 ± 0,36 n = 359 rata-rata ± SE = 8,2 ± 0,25 30 20 10 0 50 n = 166 rata-rata ± SE = 21,4 ± 0,86 n = 113 40 rata-rata ± SE = 15,0 ± 0,63 Danau Pertumbuhan bobot (g/bulan) Kolam 40 30 20 10 0 1 3 2 5 4 7 6 9 8 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 10 12 14 16 18 20 22 24 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 Jantan Betina Famili Gambar 1. Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dari 24 famili berbeda di kolam tanah dan danau Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa pertumbuhan jenis jantan (15,9 di kolam dan 21,4 di danau) lebih cepat dibandingkan dengan jenis betina (8,2 di kolam dan 15,0 di danau). Beberapa penelitian terdahulu juga melaporkan hasil yang serupa (JANGKARU et al., 1988; SUBAGYO et al., 1993; POPMA dan MASSER, 1999). Data ekspresi pertumbuhan juga memperlihatkan bahwa lingkungan danau memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan lingkungan kolam. Berdasarkan data pengamatan kualitas air nampak bahwa suhu air dan tingkat kesuburan (alkalinitas, fosfat dan nitrat) danau lebih baik dibandingkan dengan lingkungan kolam (Tabel 2) untuk mendukung pertumbuhan dibandingkan dengan kolam. 289 Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional Tabel 2. Nilai kisaran parameter fisika-kimia air danau Lido dan kolam Cijeruk Bogor selama percobaan Lingkungan Parameter Suhu air (oC) pH O2 (mg/l) CO2 (mg/l) Alkalinitas (mg/l) NH4OH (mg/l) Kesadahan (mg/l) Fosfat (mg/l) Nitrit (mg/l) Kolam 23 – 29 7,0 – 7,5 3,08 – 8,70 3,99 – 9,59 107 – 138,72 0,016 – 0,021 67,2 – 89,6 0,134 – 0,243 0,154 – 0,181 KESIMPULAN DAN SARAN Individu-individu dari famili-famili yang sama memiliki pertumbuhan diatas rata-rata populasi untuk perbedaan jenis kelamin dan lingkungan. Ikan nila jantan memiliki pertumbuhan cepat dibandingkan dengan jenis betina. Lingkungan danau memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kolam. Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan informasi dasar. Penentuan famili yang terbaik untuk program pemuliaan sebaiknya mengkombinasikan data pertumbuhan dengan data produksi benih, toleransi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap penyakit untuk mendapatkan nilai breeding secara lengkap. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak JOJO, ERI, SIROD, DENI, WAWAN, DARMAJI, SUPANDI, ERLIN dan ODING atas bantuan teknis yang telah diberikan selama sampling dilakukan. Dana penelitian ini bersumber pada DIPA Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar tahun anggaran 2005. DAFTAR PUSTAKA ARIFIN, O.Z. dan R. GUSTIANO. 2006. Pertumbuhan Populasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Percobaan Cijeruk. Sainteks 13: 141146. 290 Danau 23 7,5 6,60 – 8,46 3,60 – 3,99 76,02 – 80,24 0,019 – 0,030 35,8 – 47,0 0,041 – 0,054 0,115 – 0,181 DIRECTORATE GENERAL OF AQUACULTURE. 2005. The Indonesian Aquaculture Statistics 2004. Jakarta. 131 pp. EKNATH, A.E., M.M. TAYAMEN, M.S. PLADA-DE VERA, J.C. DANTING, R.A. REYES, E.E. DIONISIO, J.B. CAPILI, H.L. BOLIVAR, T.A. ABELLA, A.V. CIRCA, H.B. BENTSEN, B. GIERDE, T. GJEDREM and R.S.V. PULLIN. 1993. Genetic Improvement of Farmed Tilapias. Aquaculture 111: 171-188. GUSTIANO, R., O.Z. ARIFIN dan T. KURNIASIH. 2005a. Uji Banding Pertumbuhan Empat Populasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Percobaan Cibalagung. Sainteks 12: 169-174. GUSTIANO, R., Y. SURYANTI, dan A. WIDIYATI. 2005b. Evaluasi Pertumbuhan Populasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Dua Lokasi Penelitian Berbeda. Aquaculture Indonesiana 6: 79-84. JANGKARU, Z, M. SULHI dan S. ASIH. 1988. Pembesaran Ikan Nila secara Tunggal Kelamin dan Campuran di Kolam Tanah. Bulletin Penelitian Perikanan Darat 7: 53-60. KHATER, A. and R.O. SMITHERMAN. 1988. Cold Tolerance and Growth of Three Strains of Oreochromis niloticus. In the Second Intl. Symp. on Tilapia in Aquaculture (Editors: R.S.V. PULLIN et al.). ICLARM, Manila, Phillippines. p: 215-218. NUGROHO, E., A. WIDIYATI dan T. KADARINI. 2002. Keragaan Genetik Ikan Nila GIFT berdasarkan Polimorfisme Mitokondria DNA d-loop. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8: 1-6. Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional POPMA, T and M. MASSER. 1999. Tilapia Life History and Biology. SRAC Publ. USA. 283 p. ROMANA-EGUIA, M.R.R. and R.V. EGUIA. 1999. Growth of Five Asian Red Tilapia Strains in Saline Environment. Aquaculture 173: 161170. RYE, M and A.E. EKNATH. 1999. Genetic Improvement of Tilapia Through SelectiveBreeding from Asia. European Aquaculture Society, Spec. Publ. 27: 207-208. SUBAGYO, SULARTO, A. HARDJAMULIA, F. SUKADI dan M.F. SUKADI. 1993. Penelitian Pembesaran Ikan Nila Kelamin Jantan di Jaring Terapung. Bull. Pen. Perikanan (Edisi Khusus) 5:38-51. WEATHERLEY, A. H. and H.S. GILL. 1987. The Biology of Fish Growth. Academic Press. London. UK 443 p. WIDIYATI, A. 2003. Keragaan Fenotipa dan Genotipa Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dari Danau Tempe (Sulawesi Selatan) dan beberapa Sentra Produksi di Jawa Barat. Tesis Magister Sains, IPB. 41 hlm. 291