fenomena dampak upwelling pada usaha budidaya

advertisement
FENOMENA DAMPAK UPWELLING PADA
USAHA BUDIDAYA IKAN DENGAN KJA DI
DANAU DAN WADUK
Endi Setiadi Kartamihardja
Puslit Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
E-mail: [email protected]
Disampaikan pada Workshop Pengelolaan Lingkungan Perikanan Budidaya di
Perairan Umum. Bogor, 2-4 Oktober 2013
LEGALITAS PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN
DALAM KJA DI DANAU DAN WADUK
UUD 1945 pasal 30:
• bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dimanfaatkan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
UU RI No. 31 TH 2004 UU
RI No 45 TH 2009 tentang
Perikanan, pasal 5, ayat (1)
c:
• sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air
lainnya yang dapat diusahakan serta lahan
pembudidayaan ikan yang potensial di Wilayah
Republik Indonesia
UU RI No 7 TH 2004 tentang
Pengelolaan Sumber Daya
Air:
• sumber daya air wajib dikelola dengan
memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup
dan ekonomi secara selaras, ps 25 & 35: Danau
dan Waduk
UU RI No 32 TH 2009
Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup:
• mengatur dan melindungi pengelolaan
lingkungan hidup. Pengembangan SD Air : Renc
LOLA, RUTR, pertimbangan DAYA DUKUNG
KARAKTERISTIK LIMNOLOGIS DANAU DAN WADUK
Pembagian ruang di waduk/danau berdasarkan distribusi cahaya
LITTORAL
LITTORAL
LIMNETIK (PELAJIK)
FOTIK
AFOTIK
PROFUNDAL
(TANPA CAHAYA)
SEDIMEN
KARAKTERISTIK LIMNOLOGIS DANAU DAN WADUK
Pembagian ruang di waduk/danau berdasarkan distribusi panas
LITTORAL
LITTORAL
EPILIMNION
TERMOKLIN
Air seringkali bersifat
anoksik dan banyak
mengandung hidrogen
sulfida, gas metana,
dan amonia serta fosfin
yang beracun
HIPOLIMNION
SEDIMEN
Suhu Air
KARAKTERISTIK LIMNOLOGIS DANAU DAN WADUK
Klasifikasi waduk/danau berdasarkan tingkat trofik
Tipe trofik
Karbon
Produktiv.
Biomas
Klorofil Organik
Primer Rata2 Fitoplankton
(mg/m3) Total
2
3
(mgC/m /hr) (mg C/m )
(mg/L)
Total-P
(µg/L)
Total-N
(µg/L)
Total
Padatan
Anorganik
(mg/L)
Ultra-oligotrofik
<50
<50
0.01-0.5
<1-5
<1-250
2-15
Oligotrofik
50-300
20-100
0,3-3
5-10
250-600
10-200
10-30
500-1100
100-500
30->5000
500->15000 400-60000
<1-3
Oligo-mesotrofik
Mesotrofik
250-1000
100-300
2-15
<1-%
Meso-eutrofik
Eutrofik
>1000
>300
10-500
5-30
Hipereutrofik
Distrofik
<50-500
<50-200
Sumber: Modifikasi dari Likens (1975)
0,1-1,0
3-30
<1-500
5-200
Up welling - Down welling
Poses naiknya
lapisan air bawah
(hipolimnion) ke
atas yang diikuti
dengan turunnya
lapisan air atas
(epilimnion),
disebabkan oleh:
• Evaporasi permukaan air yang terus menerus
akibat angin kencang (biasanya musim kemarau)
sehingga suhu air permukaan rendah (densitas
tingggi) dan suhu hipolimnion tinggi (densitas
rendah)
• Angin sangat kencang mengumpulkan massa air
di salah satu sisi waduk/danau dan
mendedahkan lapisan termoklin
• Hujan terus menerus menyebabkan suhu lapisan
permukaan air rendah (densitas tinggi) akan
turun dan lapisan hipolimnion dengan suhu
tinggi (densitas rendah) akan naik
• Aliran air hujan yang cukup deras di sisi bagian
danau/waduk akan menyusup di lapisan
epilimnion menembus termoklin yang akhirnya
menaikkan lapisan hipolimnion
FENOMENA UP WELLING DI DANAU/WADUK
HUJAN DERAS
EVAPORASI
ALIRAN AIR HUJAN
ANGIN KENCANG
EPILIMNION
DOWN WELLING
UP WELLING
LAPISAN ANOKSIK
HIPOLIMNION
SEDIMEN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
LINGKUNGAN PERAIRAN BUDIDAYA KJA
Eksternal Budidaya
Internal Budidaya
LINGKUNGAN
BUDIDAYA KJA
TERDEGRADASI:
Fisik, Kimia, Biologi
Upaya
Pengendalian
Lingkungan
Budidaya yang
Sehat dan
Bersih =
Daya Dukung
Optimal
SUMBER CEMARAN DARI USAHA BUDIDAYA KJA
Fisik:
• sisa pakan & kotoran ikan  sedimen
• bekas struktur fisik bangunan budidaya,
keramba, dll.
Kimia:
• unsur N, P, H2S, dsb (hasil penguraian pakan
yang terbuang dan kotoran ikan, kotoran
manusia penunggu kja?),
• bh kimia “pengendalian penyakit yg tidak
benar”(mis: formalin)
Biologi:
• ikan budidaya terlepas terhadap “indigenous/
native species”,
• microba penyakit, virus, dsb.
• Bacteri Coli  kotoran manusia penunggu kja
DAMPAK BUDIDAYA KJA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN
PERAIRAN WADUK/DANAU
Penyuburan Perairan oleh P
PAKAN
KERAMBA JARING APUNG
Dimakan
PELLET
UTUH
DEBU
TAK
DIMAKAN
P-terlarut
P-patikulat
P-terlarut
P-patikulat
Diasimilasi
FAESES
P-terlarut
P-partikulat
Dimanfaatkan
EKSRESI
P-terlarut
SEDIMEN
CONTOH BEBAN MASUKAN CEMARAN DARI
BUDIDAYA KJA INTENSIF DI WADUK/DANAU
• Sedimen:
 Laju sedimentasi: 35,04-155,84 cm3/m2/hari (di area KJA), → 3,2847,19 cm3/m2/hari (di luar area KJA) = 5 – 10 kali jika ada KJA
(Kartamihardja & Supriyadi, 1999)
 Kandungan unsur-kimiawi sedimen (N, P2O5, CaO, MgO, K2O, Corganik, TOM) vs waktu penerapan BDI KJA (Kartamihardja &
Supriyadi, 1999)
• Sisa pakan & kotoran ikan:
 20-30% pakan ikan terbuang ke luar jaring (Krismono et al., 2001)
 N & P:
• 305.450 kgN/th & 51.219 kgP/th (Kartamihardja, 2001)
(real prod. Ikan kja th 2001)
• 659.397 kgN/th & 103.861 kgP/th (Garno, 2002)
(estimasi prod. Ikan rata2/kja x jumlah kja)
• 36.531.300 kgN/th & 33.968.400 kgP/th (Krismono et al., 1999)
(+ limbah rumah tangga dari penunggu KJA)
Lanjutan…….
• Bh Kimia berbahaya:
– penggunaan formalin pada penanggulangan KHV yang tidak benar
• Biologi:
– Ikan bawal air tawar (Collosoma sp)  kompetisi dg ikan asli
– Invasi ikan Goldsom, oskar, kongo, dll
– Ikan aligator? Di Waduk Djuanda, Jatiluhur
GOLDSOM
OSKAR MERAH
OSKAR HITAM
KONGO JANTAN
KONGO BETINA
PENYEBAB KEMATIAN MASSAL IKAN
PADA BUDIDAYA KJA
• Kekurangan oksigen/defisit oksigen
• Keracunan: amonia, sulfida, fosfin,
metana
• Terserang Penyakit: KHV pd Ikan Mas
UP WELLING DAN KEMATIAN MASSAL
IKAN DI BUDIDAYA KJA
LAPISAN
HIPOLIMNION:
UP WELLING
SUMBER SULFIDA
DI BEBERAPA
DANAU VULKANIK:
D.Ranau, Maninjau,
Singkarak , Batur
ANOKSIK,
AMONIA,
METHAN,
H2S
FOSFIN
PROSES DEKOMPOSISI
BAHAN ORGANIK
KEMATIAN
MASSAL IKAN
BUDIDAYA
BEBERAPA UPAYA PENCEGAHAN KEMATIAN MASSAL
IKAN PADA BUDIDAYA KJA
Pengembangan budidaya KJA tidak melebihi daya dukung perairan
(Biomassa ikan budidaya < Daya dukung perairan)
Usaha budidaya KJA hanya dikembangkan di perairan oligotrofikmesotrofik  perairan yang stabil
Penetapan Tata ruang KJA ditempatkan di zona budidaya
Ekses dari budidaya kja blooming fitoplankton penebaran
ikan pemakan plankton (plankton feeder)
Pengurangan pakan yang tidak termakan KJA ganda
Penggunaan pakan terapung dengan kandungan P minimal
PENUTUP
Up welling adalah fenomena alam, dimana
terjadi penaikan lapisan hipolimnion ke
permukaan
Kematian massal ikan pada usaha budidaya KJA
terjadi karena lapisan hipolimnion bersifat
toksik, kandungan oksigen rendah/defisit
oksigen, mengandung gas beracun (amonia,
hidrogen sulfida, metana, fosfin)
Usaha budidaya ikan dalam KJA yang aman,
tidak dikembangkan di perairan waduk/danau
eutrofik dan biomassa ikan yang dipelihara
tidak melebihi daya dukung waduk/danau
Download