BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi aktif pasien dalam pelayanan kesehatan telah diakui secara internasional sebagai kunci utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan demi tercapainya patient centered healthcare. Hal ini didukung oleh World Health Organization (WHO) yang menekankan pentingnya peranan pasien dan keluarga dalam pengembangan pelayanan kesehatan yang lebih baik (WHO, 2005 cit. Longtin et al., 2010). United Kingdom’s Department of Health (2005) turut menyatakan bahwa pasien yang dimotivasi agar berpartisipasi aktif mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mencapai hasil klinis yang lebih baik. Sir Derek Wanless di dalam laporannya mengenai pelayanan kesehatan di Inggris, “Securing Our Future Health: Taking A Long Term View” (2002), menuliskan bahwa dengan memberikan pilihan kepada pasien, menempatkan pasien pada posisi kontrol, dan membantu mereka untuk sepenuhnya terlibat dalam pelayanan kesehatan akan menghasilkan kualitas yang baik dengan biaya pelayanan lebih efektif dan efisien. Institute of Medicine (IOM) (1999) juga menegaskan bahwa pasien adalah sumber daya yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam pengembangan pelayanan kesehatan. IOM menggarisbawahi pentingnya informasi dan edukasi pasien untuk menunjang hal tersebut. Partisipasi pasien adalah suatu interaksi atau rangkaian interaksi antara pasien dengan sistem pelayanan kesehatan atau tenaga kesehatan profesional, di mana di dalamnya pasien secara aktif memberikan informasi untuk membantu penegakan diagnosa dan pemecahan masalah, berbagi pandangan dan prioritas untuk pengobatan atau tata laksana penyakit, mengajukan pertanyaan dan/atau ikut menyumbangkan saran untuk mengidentifikasi pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya (Haywood et al., 2006 cit. Protheroe et al., 2010). Di dalam suatu pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen, terdapat 1 2 tujuh bentuk partisipasi aktif pasien yang dapat diberdayakan, yaitu peningkatan pengetahuan kesehatan, pengambilan keputusan medis bersama, peningkatan perawatan diri, pengembangan keselamatan pasien, peningkatan akses sarana kesehatan, perbaikan pelayanan kesehatan, dan pengembangan jasa pelayanan (Coulter & Ellins, 2006). Di dalam konsep partisipasi pasien ini terdapat suatu esensi yang mendefinisikan kembali peran seorang pasien. Ditinjau dari sisi sejarah pada berbagai suku bangsa, hubungan antara pasien dengan penyedia layanan kesehatan mengikuti suatu pola paternal, dan pasien hanya berperan pasif dalam proses penyembuhannya (Emanuel & Emanuel, 1992 cit. Longtin et al., 2010). Banyak peneliti yang berpendapat bahwa persepsi ini telah menyebabkan minimnya peran pasien dalam suatu interaksi dokter-pasien. Situasi ini mulai berubah sejak tahun 1995 dengan munculnya penelitian-penelitian yang mendukung partisipasi pasien secara aktif sekaligus menyatakan pasien sebagai pihak yang mempunyai peran besar dalam suatu interaksi medis (Street, 2003a cit. Gascoigne & Watson, 2009). Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut adalah pengaruh pandangan humanis yang menyatakan bahwa setiap individu pada dasarnya mempunyai keinginan dan hak untuk menentukan pilihannya sendiri (Gillon, 1994 cit. Longtin et al., 2010). Selain itu konsep konsumerisme juga turut berperan (Kizer, 2001 cit. Longtin et al., 2010). Seperti halnya konsumen di bidang industri jasa lainnya, seperti pariwisata, perhotelan, asuransi, dan konsultan, pasien juga menginginkan suatu pelayanan yang berkualitas (Coulter & Ellins, 2006). Dengan paradigma ini, pasien akan mengevaluasi pelayanan yang diberikan dan memberikan kritik serta saran yang berguna untuk dalam pengembangan sistem pelayanan kesehatan. Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan kecenderungan keinginan pasien untuk berpartisipasi aktif dalam penanganan medisnya. Di Amerika, hasil survei umum menunjukkan bahwa pasien ingin diberikan pilihan dan ditanyakan pendapatnya mengenai penanganan medis yang akan dilakukan (Levinson et al, 2005 cit. Longtin et al. 2010). Jepang dengan budaya paternalisme yang kuat, termasuk dalam hubungan pasien-dokter, ternyata saat ini memiliki preferensi lain 3 mengenai keterlibatan pasien dalam penanganan medisnya. Penelitian Sekimoto et al (2004) cit. Watanabe et al. (2008) menunjukkan bahwa sebanyak 83% pasien menginginkan partsipasi aktif/kolaboratif. Di Indonesia, penelitian Wicaksono (2009) mengenai keinginan pasien untuk terlibat dalam program patient safety, menunjukkan bahwa pasien memiliki keinginan untuk mengajukan pertanyaan yang bersifat faktual dan melaporkan kesalahan. Saat ini di Indonesia, pasien sudah mulai aktif dalam mengemukakan keinginan dan keluhannya melalui berbagai media. Bila merasa keluhannya tidak ditanggapi, pasien juga lebih proaktif untuk menggunakan jalur hukum. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya pelaporan kasus kelalaian medik yang diterima Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) pada tahun 2010 apabila dibandingkan dengan tahun 2009. Kasus kelalaian medik paling banyak terjadi di antaranya pada tindakan pembedahan, masalah kebidanan dan kandungan, serta penyakit anak (Effendi, 2010). Kondisi ini sebenarnya dapat diminimalkan apabila pelayanan kesehatan berperan lebih aktif dalam meningkatkan partisipasi pasien. Terdapat beberapa penelitian yang menunjang hal tersebut seperti penelitian Levinson et al. (1997) cit. Gascoigne & Watson (2009) yang menunjukkan bahwa peningkatan partisipasi pasien akan menyebabkan menurunnya kemungkinan timbulnya tuntutan hukum. Dari sisi profesionalitas dokter, penelitian Hogg (1999) cit. Howe (2006) menunjukkan bahwa partisipasi pasien akan meningkatkan ketelitian dan kecermatan dokter dalam menangani pasien. Selain itu partisipasi pasien juga terbukti mempunyai pengaruh dalam peningkatan kompetensi klinis dokter (Colliveret al., 1999 cit. Gascoigne & Watson, 2009), yang pada akhirnya memperkecil risiko kelalaian medis yang dilakukan oleh dokter. Dari sisi kebijakan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) juga mendukung dengan pembentukan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) yang dalam pelaksanaannya menjamin hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), mewajibkan Rumah Sakit (RS) untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan 4 tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat memberikan informasi yang benar dan jujur, mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS, memahami dan menerima konsekuensi pelayanan, memenuhi kewajiban finansial yang disepakati, memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa (Kemenkes RI, 2006). Manfaat-manfaat lain dari partisipasi aktif pasien juga ditunjukkan oleh beberapa penelitian. Hasil penelitian Crawford et al. (2002) cit. Howe (2006) menunjukkan bahwa peningkatan partisipasi pasien akan diikuti oleh peningkatan kepuasan pasien dan perubahan positif organisasi pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh meningkatnya masukan dari pasien yang telah diberdayakan. Pencegahan errors dan pembentukan budaya patient safety di RS juga akan lebih berhasil bila didukung oleh partisipasi pasien, seperti ditunjukkan hasil penelitian Davies et al. (2000) cit. Howe (2006). Partisipasi pasien juga mempunyai pengaruh dalam memperoleh diagnosis yang akurat, menetapkan tata laksana medis yang tepat, dan mencegah risiko efek samping atau kejadian tidak diinginkan (Vincent & Coulter, 2002). Motivasi pasien untuk mengikuti gaya hidup sehat dan ketaatan terhadap tata laksana medis akan mengalami peningkatan, seperti ditunjukkan penelitian Bissel et al. (2004) cit. Howe (2006). Selain memberikan manfaat bagi pasien, interaksi dokter-pasien yang baik juga akan memberikan manfaat bagi penyedia layanan seperti kepuasan profesional, yang tentunya sangat berpengaruh pada kinerja sehari-hari (Kassirer, 1998 cit. Gascoigne & Watson, 2009). Berdasarkan pertimbangan hal-hal di atas dan masih terbatasnya data mengenai partisipasi pasien di Indonesia, maka penelitian yang berpusat pada partisipasi pasien sangatlah penting untuk dilakukan, agar dapat lebih memahami peran pasien dalam suatu pelayanan medis dan pengaruhnya terhadap perkembangan institusi pelayanan kesehatan. Diharapkan hasil penelitian nantinya dapat melengkapi ulasan sistematis dan penelitian internasional yang telah dilakukan sebelumnya. 5 B. Perumusan Masalah Partisipasi aktif pasien merupakan salah satu kunci utama dalam pengembangan RS yang berorientasi pada pasien (patient centered care). Pasien dapat menjadi mitra yang sangat bernilai untuk kemajuan RS. Oleh karena itu partisipasi pasien perlu diberdayakan dan dikenali bentuk-bentuknya agar tercipta suatu program pemberdayaan yang efektif dan efisien. Berdasarkan latar belakang ini, maka perumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana bentuk partisipasi pasien di RS? 2. Bagaimana rumah sakit mendorong partisipasi pasien di RS? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengeksplorasi bentuk-bentuk partisipasi pasien. 2. Mengidentifikasi kebijakan RS dalam mendorong partisipasi pasien di RS. D. Manfaat Penelitian Setelah diidentifikasi bentuk-bentuk partisipasi pasien, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan kebijakan RS yang mendorong pemberdayaan pasien, maka hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui karakteristik partisipasi pasien dan pelaksanaannya di RS. Data-data ini akan berguna dalam penyusunan kebijakan RS untuk menentukan program pemberdayaan pasien. E. Keaslian Penelitian Peneliti telah melakukan studi literatur terhadap penelitian-penelitian mengenai partisipasi pasien dalam pelayanan kesehatan terdahulu yang memiliki tujuan yang sama dengan penelitian ini, yaitu untuk mendapatkan gambaran 6 umum partisipasi pasien RS. Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Fraenkel & McGraw (2007). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor penting yang mempengaruhi partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan medis ditinjau dari sudut pandang pasien. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima faktor penting, yaitu pengetahuan pasien, motivasi dari dokter, mengakui dan menghargai partisipasi pasien, mengetahui terdapat pilihan, dan waktu yang tersedia untuk konsultasi. 2. Larsson et al. (2007). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan persepsi pasien atas partisipasi selama perawatan untuk pengembangan asuhan keperawatan. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan metode “grounded theory” dan wawancara “focus group”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat kategori besar yang mendorong terjadinya partisipasi, kondisi yang mendorong terjadinya partisipasi, jenis respon yang diberikan perawat, kecocokan dengan perawat, dan pengetahuan tentang hak pasien. 3. Watanabe et al. (2008). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bentuk-bentuk partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan medis dan kepuasan pasien dalam proses tersebut. Peneitian ini menggunakan desain kualitatif dan wawancara semistruktur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima kategori, pasien sebagai pengambil keputusan aktif, pasien sebagai pemilih dokter, secara sadar mempercayakan keputusan kepada dokter, secara terpaksa mengikuti keputusan dokter, secara pasrah menyerahkan keputusan kepada dokter. 7 Di Program Pascasarjana Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (MMR FK UGM) terdapat penelitian mengenai partisipasi pasien oleh Wicaksono (2009). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keinginan pasien untuk melakukan tiga kategori perilaku keselamatan di RS. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif, cross sectional survey dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan keinginan yang signifikan antara menanyakan pertanyaan faktual, menanyakan pertanyaan konfrontatif, dan melaporkan errors. Keinginan pasien tersebut juga berbeda ditinjau dari perilaku keselamatan, umur pasien, jenis staf medis, dan adanya dorongan dari staf medis. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif. Tujuan penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya karena hendak mendapatkan gambaran umum bentukbentuk partisipasi pasien dalam pelayanan kesehatan dan kebijakan RS yang mendukungnya.