BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumor merupakan bentuk kelainan yang menyebabkan adanya benjolan pada permukaan tubuh. Sejumlah 25% dari wanita yang memeriksakan diri ke dokter atau rumah sakit disebabkan karena mereka khawatir dengan adanya benjolan atau kelainan yang terdapat pada payudaranya (Dewi, 2008). Secara patologi tumor dibagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas, hal ini didasarkan pada potensi perilaku klinik neoplasma (Cotran et al., 2007). Jaringan payudara sangat peka terhadap siklus hormon yang berhubungan dengan menstruasi, kehamilan, laktasi dan penggunaan kontrasepsi oral (Alhadrami, 2007). Fibroadenoma mammae merupakan tumor jinak payudara yang paling sering ditemukan pada usia di bawah 25 tahun. Berdasarkan laporan New South Wales Breast Cancer Institute, insidensi fibroadenoma paling tinggi terjadi pada usia 21-25 tahun, dan terdapat kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun. Western Breast Service Alliance melaporkan bahwa fibroadenoma sering terjadi pada wanita usia 15-25 tahun (Alhadrami, 2007). Hasil penelitian Dewi (2008) menyebutkan bahwa dari 144 kasus fibroadenoma payudara pada wanita, 79,90% ditemukan pada usia di bawah 30 tahun dengan rincian 41,70% terjadi pada kelompok usia 21-25 tahun, 1 2 25,70% terjadi pada kelompok usia 16-20 tahun, 9,70% terjadi pada usia 2630 tahun, dan sebanyak 2,80% terjadi pada kelompok usia 10-15 tahun. Wanita yang pernah menderita fibroadenoma mammae memiliki peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara 8,95 kali lebih tinggi. Peningkatan resiko ini berhubungan dengan riwayat tumor jinak di mana pernah terjadi proliferasi berlebihan. Adanya proses proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa adanya pengendalian kematian sel terprogram oleh proses apoptosis akan menimbulkan keganasan karena tubuh menjadi tidak mampu mendeteksi kerusakan DNA (Indrati, 2005). Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang, terbukti dengan ditemukannya 1.38 juta kasus baru dan 458.400 kasus kematian akibat kanker payudara pada tahun 2008 (Globocan, 2008). Sebanyak setengah dari kasus baru dan 60% dari kasus kematian akibat kanker di atas terjadi di negara berkembang (Globocan, 2008). Data American Cancer Society (2011) menunjukkan bahwa estimasi jumlah kasus baru kanker payudara di Amerika yang terjadi pada umur 50-64 tahun mencapai 81.970 kasus, di bawah usia 50 tahun sebanyak 50.430 kasus, dan 11.330 kasus untuk usia di bawah 40 tahun. Di Indonesia, kanker payudara kini menjadi pembunuh nomer satu. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 100 penderita baru per 100.000 penduduk yang ada di Indonesia. Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit 3 (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%) (Depkes, 2010). Jumlah kasus baru yang semakin meningkat tiap tahunnya menambah beban global terutama bagi negara berkembang, namun hal ini dapat dicegah dengan menyebarkan pengetahuan tentang kanker dan deteksi dini (Jemal et al., 2011). Upaya deteksi dini ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin. American Cancer Society (2011) merekomendasikan pemeriksaan payudara sendiri dilakukan pada wanita usia 20 tahun. Tingkat pengetahuan yang tinggi tentang kanker payudara akan cenderung membentuk sikap postif yang tercermin melalui perilaku (Notoatmojo, 2007). Hasil penelitian Erbil (2011) di Turki yang menyimpulkan bahwa edukasi mengenai kanker payudara akan meningkatkan kesadaran deteksi dini kanker payudara. Semakin banyak pengetahuan yang didapatkan akan membuat langkah positif dalam mempromosikan pemeriksaan payudara sendiri secara teratur dan deteksi dini kanker payudara. Hasil penelitian Nugraheni (2010) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan SADARI dan perilaku SADARI dikalangan mahasiswi medis adalah baik. Hal ini dikarenakan semua responden yang Nugraheni gunakan merupakan mahasiswi DIV Kebidanan yang sebagian besar telah mendapatkan pengetahuan tentang tumor payudara dan pemeriksaan SADARI. 4 Berdasarkan undang-undang nomer 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan, yang dimaksud dengan tenaga kesehatan ialah tenaga kesehatan sarjana yang terdiri dari dokter, dokter gigi, apoteker, dan sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan. Mahasiswa non kesehatan merupakan salah satu komponen masyarakat yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi namun kurang terpapar masalah kesehatan (Pulungan, 2010). Saat ini Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memiiki 8 Fakultas dengan 21 program studi. Dari 21 program studi yang ada, 4 diantaranya merupakan program studi ilmu kesehatan, sedangkan sisanya terdiri dari program studi agama, ilmu sosial, ilmu ekonomi, bahasa dan teknik (UMY, 2013). Sampai akhir 2012 lalu tercatat UMY memiliki dua belas ribu mahasiswa, dan lebih dari 50% diantaranya merupakan wanita. Dalam surat Yunus ayat 57, Allah SWT berfirman : Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda : 5 Artinya : Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dari ayat dan hadist diatas Allah telah menegaskan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Tugas kita sebagai hamba Allah adalah berusaha mencapai kesembuhan bagi yang sedang sakit dan menjaga kesehatan bagi yang sehat. Salah satu bentuk ikhtiar kita kepada Allah SWT dalam menjaga kesehatan adalah dengan melakukan deteksi dini. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis terinspirasi untuk mengambil judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan Perilaku SADARI pada Mahasiswi Non Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang dapat diangkat adalah : 1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswi non kesehatan tentang pemeriksaan SADARI dan tumor payudara? 2. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan SADARI dengan perilaku SADARI pada mahasiswi non kesehatan? 3. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan SADARI dengan perilaku SADARI pada mahasiswi non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta? 6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang SADARI dengan perilaku SADARI pada mahasiswi non kesehatan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang fibroadenoma mammae. b. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang kanker payudara. c. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan SADARI. d. Mengetahui perilaku SADARI pada mahasiswi non kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Memberikan gambaran sejauh mana hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan SADARI dengan perilaku SADARI yang terjadi khususnya di kalangan mahasiswi non kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. b. Meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan SADARI dan tumor payudara dikalangan mahasiswi non kesehatan. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran terutama mengenai deteksi dini tumor payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). 7 b. Meningkatkan tindakan deteksi dini terjadinya tumor payudara melalui pemeriksaan SADARI dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri diantaranya : Tabel 1. Keaslian penelitian Peneliti (Tahun) Nülüfer Erbil, Nurgül Bölükbaş (2011) Judul Beliefs, Attitudes, and Behavior of Turkish Women about Breast Cancer and Breast Self-Examination According to a Turkish Version of the Champion Health Belief Model Scale Persamaan Arini Estetia Putri (2011) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang SADARI terhadap Perilaku SADARI di MA KMI Diniyyah Puteri Padang Panjang pada bulan Februari 2011 Tujuan penelitian untuk menilai perilaku SADARI pada wanita di Turki Metode penelitian menggunakan cross sectional Instrumen penelitian berupa kuisioner Menggunakan analisis univariat Metode penelitian menggunakan cross sectional Variabel yang dinilai adalah tingkat pengetahuan tentang SADARI dan Perilaku SADARI Instrumen penelitian berupa kuisioner Analisis data menggunakan metode univariat dan bivariat Perbedaan Uji korelasi menggunakan Spearman’s Rank Subyek penelitian wanita usia 18-22 tahun Lokasi penelitian berada di Yogyakarta, Indonesia Kuisioner penelitian yang digunakan berbeda Populasi penelitian yang digunakan adalah mahasiswi non kesehatan Lokasi penelitian berada di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Uji korelasi menggunakan Spearman’s Rank 8 Tabel 1. Keaslian penelitian (Cont.) Angesti Nugraheni (2010) Rini Rahmawati (2007) N. Utami (2007) Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang SADARI dengan Perilaku SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara pada Mahasiswi DIV Kebidanan FK UNS Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Wanita Usia Subur (WUS) Terhadap Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta Hubungan Tingkat Pengetahuan Kanker Payudara dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswi PSIK A FK UGM Metode penelitian berupa observasional analitik dengan pendekatan cross sectional Analisis data menggunakan metode univariat dan bivariat Instrumen penelitian berupa kuisioner Variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan tentang SADARI dan perilaku SADARI Populasi penelitian yang digunakan adalah mahasiswi non kesehatan Lokasi penelitian berada di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta