sistem manajemen keselamatan bagi perusahaan angkutan umum

advertisement
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DIREKTORAT KESELAMATAN TRANSPORTASI
DARAT
SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN BAGI
PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM
KECELAKAAN LALIN MENURUT JENIS
KENDARAAN
Growth
Uraia
Tahun No % n 2009 2010 2011 1 MOBIL 18.939 22.474 25.245 19,10 2 TRUK 16.363 19.590 21.951 19,24 3 BUS 4.586 5.374 5.881 14,91 4 MOTOR 106.969 133.568 154.636 27,95 5 J U M L A
146.857 181.006 207.714 25,04 H Keterlibatan Bus & Truk dalam
kecelakaan lalu lintas jalan pada tahun
2011 sebesar 2,83% dan 10,57%.
TINGGINYA FATALITAS AKIBAT KECELAKAAN
ANGKUTAN UMUM
àMengikis Citra & Mengancam Bisnis !
PENGUMPULAN DATA
INVESTIGASI KNKT TAHUN 2008-2012 TERHADAP KECELAKAAN KENDARAAN ANGKUTAN UMUM
• 
• 
Hasil investigasi KNKT terhadap 18 kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan angkutan umum
selama tahun 2008-2012 menyebabkan 207 orang meninggal dunia, 124 orang luka berat dan 235 orang
luka ringan.
Ada lebih dari satu faktor penyebab kecelakaan angkutan umum.
Jumlah Korban
Faktor Penyebab
Kecelakaan PO Mustika Mega Utama, di Ciloto, Cianjur,
Pebruari 2013, Korban meninggal dunia 17 orang
Kecelakaan Bus PO Karya Sari di Kemranjen, Banyumas, 15 orang
meninggal dunia, 10 Agustus 2013
KECELAKAAN PO. GIRI INDAH, TGL 21 AGUSTUS 2013
DI DESA TUGU, CISARUA, KAB. GOGOR, 20 ORANG
MENINGGAL DUNIA
Modul 1
Multiple Effect of Accident/Incident
Stake
holder
Produktivitas
turun
Keluarga
masyarakat
Cedera
manusia
Kerusakan
materi
Nilai
saham
Kompetitor
accident
incident
Peluang
pasar
citra
Kepercayaan
konsumen
Kerugian
produksi
Ganti rugi
Asuransi
meningkat
Biaya
Produksi naik
Multiple Effect of Accident
Kerusakan
kendaraan
Pendapatan
turun
Kerugian
Cedera manusia
Biaya
Sosial
Masyarakat
Biaya perbaikan
Kecelakaan
bus
Biaya
Produksi naik
Biaya tidak
langsung
Kepercayaan
konsumen
citra Perusahaan
Premi Asuransi
naik
8
Profit
turun
BEBERAPA HAL YANG DAPAT DIJADIKAN PEMBELAJARAN ATAS
MUSIBAH KECELAKAAN TRANSPORTASI DI INDONESIA:
1.  Kewajiban Pemerintah untuk menyediakan dan menjamin sarana dan
prasarana transportasi serta penyelenggaraan kegiatan transportasi
yang aman, nyaman, lancar dan menyenangkan bagi pengguna jasa;
2.  Setiap kecelakaan transportasi pada kenyataannya selalu melibatkan
beberapa faktor seperti perangkat lunak, perangkat keras,
lingkungan alam, dan manusia. Jaminan terhadap penyelenggaraan
angkutan yang aman, nyaman dan menyenangkan sangat tergantung
dari kepekaan dan kepedulian para pelaksana atau pelaku dan
penentu kebijakan (regulator) terhadap situasi yang terjadi di
lapangan.
3.  Kecelakaan transportasi tidak terjadi secara kebetulan dan mendadak
melainkan melalui suatu proses akumulasi dari kegagalan faktorfaktor perangkat lunak, perangkat keras, lungkungan/alam dan
manusia yang pada mulanya bersifat laten, kemudian berkembang
menjadi kegagalan aktif dan berakhir dengan kerugian atas harta
benda dan jiwa manusia.
4. TIPE KEGAGALAN UMUM (GENERAL FAILURES TYPES/GFTs):
a. Wagener (1990) menyatakan kegagalan umum terjadi karena keputusan
manajemen dan bukan hal yang baru terjadinya kecelakaan karena
keputusan manajemen.
b. Tipe kegagalan umum ada 10 tipe terbagi pada tiga kelompok sebagai
berikut:
ü  Lingkungan fisik: 1) kegagalan desain, 2) hilangnya pertahanan, 3)
kerusakan perangkat keras, 4) kelalaian rumah tangga perusahaan, 5)
kondisi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan;
ü  Kebiasaan manusia: 6) prosedur yang buruk, 7) kurangnya pelatihan;
ü  Manajemen : 8) kegagalan organisasi, 9) tujuan yang tidak sesuai, 10)
kurangnya komunikasi.
c.
Catatan tersendiri dari Wagener bahwa meskipun tipe kegagalan ini
desebabkan oleh perilaku manusia, tetapi ini tidak disebut sebagai
“perilaku tidak aman”. Karena tipe kegagalan ini tidak langsung diikuti
dengan timbulnya bencana, tetapi menciptakan keadaan perilaku tidak
aman terjadi.
Kecelakaan Lalulintas Jalan BUKAN TAKDIR
•  Kecelakaan kadang-kadang disebut sebagai “Act of God”
atau takdir, padahal kecelakaan Lalu lintas Jalan bukanlah
peristiwa yang tidak dapat dikendalikan seperti bencana alam
gunung meletus atau sunami (ITE, 1982).
•  Persentase takdir relatif kecil, ± 2% dari jumlah kecelakaan
yang terjadi. Artinya 98%, Kecelakaan disebabkan
oleh
manusianya sendiri termasuk kondisi kendaraan, jalan dan
lingkungannya.
11
Bagaimana upaya meningkatkan
standar keselamatan???
Dengan menerapkan Safety Management System
(Sistem Manajemen Keselamatan)
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DIREKTORAT KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT
Latar Belakang Sistem Manajemen
Keselamatan Perusahaan Angkutan
Umum
•  Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) merupakan ketentuan perundangan yang wajib dilaksanakan oleh setiap perusahaan – UU No. 22 Tahun 2009 ttg LLAJ, UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 87 . •  Implementasi SMK merupakan suatu landasan untuk mencapai kinerja keselamatan yang baik. •  SMK telah berjalan di berbagai bidang seperti sektor industri, angkutan laut/pelayaran, angkutan udara/
penerbangan, migas, angkutan jalan (belum secara legal formal), dan lainnya. •  Keselamatan dalam perusahaan angkutan umum harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, SDM, keuangan dan pemasaran. •  SMK perusahaan angkutan umum merupakan suatu bagian dari sistem dalam penanganan keselamatan angkutan jalan yang harus dilaksanakan secara sinergis baik dari aspek yuridis, teknis maupun operasional. LATAR BELAKANG §  Pasal 204 Ayat (1) UU No.22/2009: Perusahaan Angkutan Umum wajib membuat, melaksanakan & menyempurnakan sistem manajemen keselamatan dengan berpedoman pada rencana umum nasional Keselamatan LLAJ; §  Dalam RUNK, SMK merupakan bagian PILAR I atau Manajemen Keselamatan Jalan, diarahkan bagi pengusahaan angkutan umum yang berkeselamatan; §  Target RUNK: Turunkan fatalitas korban. Implementasi SMK ditujukan untuk menurunkan fatalitas korban kecelakaan yang melibatkan angkutan umum. Gambaran Sistem Manajemen
Keselamatan Perusahaan Angkutan
Umum
§  Berbagai negara telah mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen untuk perusahaan jasa angkutan §  Di Indonesia belum ada konsep atau pedoman baku mengenai sistem manajemen keselamatan khusus untuk jasa angkutan umum §  Beberapa perusahaan angkutan menerapkan sistem manajemen SMK3 (yang terkait dengan keselamatan tenaga kerja belum mencakup tata kelola keselamatan pelayanan angkutan secara menyeluruh) LANDASAN HUKUM Ø  UU No. 22 Tahun 2009 Ttg LLAJ 1.  Pasal 141 ayat (1) : perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standard pelayanan minimal yang meliputi: keamanan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan; 2.  Pasal 203 ayat (1) : Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan; 3.  Pasal 204 ayat (1) : perusahaan angkutan umum membuat, melaksanakan dan menyempurnakan dengan berpedoman pada rencana umum keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. Ø  UU N0. 25 Tahun 2009 Ttg Pelayanan Publik (Bag. Ketiga : Hak dan Kewajiban bagi masyarakat; Psl.18) UU No 13 tahun 2004 tentang Ketenagakerjaan
¨ 
¨ 
Pasal 86
¡ 
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja
¡ 
Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja
Pasal 87
¡ 
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan.
SMK Perusahaan Angkutan Umum
merupakan tata kelola keselamatan
bidang angkutan umum secara
sitematis dan komprehensif dalam
suatu sistem manajemen yang utuh
melalui proses perencanaan, penerapan,
pengukuran dan pengawasan untuk
mewujudkan penyelenggaraan
angkutan umum yang berkeselamatan.
A management system is a proven framework for managing and con5nually improving an organisa5on's policies, procedures and processes. The Complete Fleet Safety Management System model provides a holis5c approach to the management of fleet safety; star5ng with “leadership” through to “audit and review” that aims to achieve a con5nuous cycle of improvement Complete Fleet Safety Management System is illustrated in the model below: Keselamatan
Business
Operation
Pencegahan Kecelakaan
Kecelakaan Transportasi
Laut
Udara
Darat
UU No 1 Tentang Keselamatan Kerja
UULLAJ
UU No 13 tahun 2007
Tentang Ketenagakerjaan
No. 22/2009
Sistem Manajemen Keselamatan
IMO
ISM Code
International
Safety
Management
IATA/ICAO
Aviation
Safety
Management
System
Kecelakaan Kerja
Sistem
Manajemen
Keselamatan
Prsh Angkt
Umum
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kepmen PU
SMK3
Konstruksi
Kepmenaker
No 05/96
Kepmen Kes
SMK3
Industri
SMK3
Hospital
Mengelola keselamatan tidak mudah
dan memerlukan upaya terencana ,
komprehensif dan terus menerus
¨ 
¨ 
Managing Safety is like “fighting a
geurilla war in which there are no
final victory”.
It is a never ending struggle to
identify and eliminate or control
hazards
¨ 
¨ 
¨ 
¨ 
¨ 
¨ 
Generally accepted that most accident result from
human error (human factors)
These human errors indicate carelessness or
incompetence on the job ---but that would be not
accurate
The human is only the last link in a chain that leads to
an accident
We will not prevent accidents by changing people, we
will only prevent accidents when we address the
underlying causal factors
Most of the links in an accident chain are under control
of the organization – organizational accident
After conducting intensive research and consulting
world leaders in safety , Transport Canada Civil
Aviation (1991) concluded that the most efficient way to
make the Canadian Aviation system even safer by
adopted a systems approach to safety management
¨ 
¨ 
¨ 
UU No.22/2009: wajib asuransikan korban kecelakaan
(awak dan penumpang), serta membayar ganti rugi
kepada korban dan ahli waris korban kecelakaan.
Jika sering terlibat kecelakaan, Beban keuangan
Perusahaan membesar, image perusahaan bisa jatuh.
Dalam pengembangan SMK, biaya untuk mewujudkan
keselamatan (cost of safety) menjadi instrumen investasi
keselamatan perusahaan angkutan umum.
Sistem Manajemen Keselamatan
Perusahaan Angkutan bertujuan untuk :
v  Mencegah kerugian akibat kejadian
yang tidak diinginkan akibat kegiatan
angkutan
v  Menjamin kelancaran transportasi
v  Menjaga keselamatan konsumen
melalui pemenuhan standard
pelayanan minimum
v  Meningkatkan kepuasan pelanggan
¨ 
¨ 
¨ 
¨ 
MENDORONG PRODUKTIFITAS PERUSAHAAN
SECARA OPTIMAL
MENGURANGI KERUGIAN EKONOMIS ATAUPUN
FINANSIAL KARENA TERJADINYA KECELAKAAN
LALU LINTAS
DAPAT DILAKUKAN PENCEGAHAN DAN
PENEGENDALIAN KERUGIAN (KERUGIAN SARANA
PRODUKSI)
MENINGKATKAN EFISIENSI PERUSAHAAN
KARENA DAPAT DICEGAHNYA KERUGIAN AKIBAT
KECELAKAAN BILA TERJADI, SEHINGGA AKAN
MENINGKATKAN DAYA SAING PERUSAHAAN.
KONSEP DASAR SMK PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM 1. 
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN TRANSPORTASI MERUPAKAN BAGIAN DARI KOMITMEN PEMERINTAH U N T U K M E N I N G K AT K A N K E S E L A M ATA N D A N MELINDUNGI SEMUA PIHAK, BAIK PENGUSAHA, PEKERJA, DAN PENGGUNA JASA TRANSPORTASI JALAN DARI KECELAKAAN YANG TIDAK DIINGINKAN. 2. 
KONSEP DASAR SMK ADALAH “TANGGUNG JAWAB”, PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM MEMPEROLEH K E U N T U N G A N D A R I M A S YA R A K AT. N A M U N KEHADIRAN MEREKA TERKAIT LANGSUNG DENGAN M A S A L A H TA N G G U N G J AWA B K E S E L A M ATA N KONSUMEN (MASYARAKAT). OLEH KARENA ITU SETIAP PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM PENTING UNTUK MEMILIKI SMK, HAK MASYARAKAT UNTUK SELAMAT DAPAT TERJAMIN. KONSEP DASAR 3. SMK TRANSPORTASI MERUPAKAN SUATU CARA UNTUK MENGELOLA KESELAMATAN DENGAN BAIK DAN KOMPREHENSIF DALAM SETIAP USAHA JASA TRANSPORTASI YANG MERUPAKAN BAGIAN INTEGRAL DARI MANAJEMEN TRANSPORTASI. 4 . S M K B AG I P E R U S A H A A N A N G K U TA N U M U M DIMAKSUDKAN UNTUK MENINGKATKAN STRANDAR KESELAMATAN ANGKUTAN UMUM, MENURUNKAN TINGKAT KECELAKAAN SERTA BAHAYA YANG DITIMBULKANNYA. 5. BERBASIS LEADERSHIP DAN AKUNTABILITAS Good Safety = Good Business IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PADA PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM SECARA BERKELANJUTAN Safety Objective ,"
Program Keselamatan &
Risk Assessment;"
Act
Plan
Pengembangan
keselamatan "
secara
berkelanjutan"
Refleksi proses dalam
perilaku berkeselamatan"
Check
Internal & External Safety
Audit, serta koreksi. "
Do
Risk Management, &
Adaptasi Safety
Culture;"
BAGAIMANAKAH IMPLEMENTASI SMK?"
BUDAYA BERKESELAMATAN
(Budaya Organisasi Perusahaan)
Pengusahaan Angkutan Umum
Yang Berkeselamatan
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
(Kebijakan Manajemen kenali dan kelola risiko
(Manajemen Risiko), pastikan jalankan prosedur keselamatan
& Promosi keselamatan sebagai keunggulan perusahaan)
KONTEKS: BIAYA KESELAMATAN • 
• 
Operator kecil & menengah memiliki anggaran terbatas untuk mengembangkan safety culture. Penerapan SMK bermanfaat untuk mengembangkan opera5onal safety, menurunkan in-­‐efisiensi dan mengurangi biaya operasional. Dampak keberhasilan SMK: –  Mengurangi DIRECT COST (kecelakaan bus, kerusakan bus, waktu yang hilang) –  Mengurangi INDIRECT COSTS (Asuransi, Biaya Berperkara & Reputasi) KONTEKS: BIAYA KESELAMATAN Cost of
Safety
Creation
+"
Cost of
Accident
Biaya Keselamatan
Appraisal Cost
Prevention Cost
Internal Failure
Cost
External Failure
Cost
Cost of
Safety
Biaya Kecelakaan
PENGUMPULAN DATA KINERJA INDUSTRI ANGKUTAN UMUM BERBASIS JALAN R E K A P I T U L A S I T R A Y E K A K A P Propinsi"
PO"
Jumlah Bus"
Eko."
Non- Ek"
Cad."
Total"
Jumlah"
BUS"
RIT"
Bus operasi
per PO"
Jumlah Rit
per PO"
Sumatra Utara"
42"
399"
778"
59"
1,236"
1,177"
1,195"
28.0"
28.45"
Sumatra Selatan"
31"
406"
131"
37"
574"
537"
558"
17.3"
18.00"
Dki Jakarta"
66"
1,594"
1,896"
224"
3,714"
3,490"
10,083"
52.9"
152.77"
Jawa Barat"
117"
2,310"
1,258"
250"
3,818"
3,568"
9,283"
30.5"
79.34"
Jawa Tengah"
141"
1,424"
2,155"
292"
3,871"
3,579"
5,763"
25.4"
40.87"
Di Yogyakarta"
29"
265"
205"
40"
510"
470"
1,358"
16.2"
46.83"
Jawa Timur"
65"
1,189"
494"
191"
1,874"
1,683"
2,899"
25.9"
44.60"
Kalimantan Selatan"
22"
130"
17"
12"
159"
147"
298"
6.7"
13.55"
Sulawesi Selatan"
36"
259"
26"
5"
290"
285"
285"
7.9"
7.92"
NASIONAL"
883"
10,793"
8,904"
1,448"
21,145"
19,697"
39,192"
22.3"
44.39"
Sumber: PDDA 2012 Secara Nasional, terdapat 883 operator bus AKAP, satu PO mengoperasikan rata-­‐rata 22 bus dengan jumlah RIT 44 trip. Apabila Operator-­‐operator bus besar mengoperasikan ratusan armada bus, operator-­‐operator kecil hanya mengoperasikan armada yang sedikit, sehingga bisnis angkutan umum dari sebagian operator bus kecil 5dak memenuhi skala keekonomian. PENGUMPULAN DATA PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN SUMBER KENCONO GROUP: □ Perusahaan sudah menerapkan dan memiliki prosedur Manajemen Keselamatan □ Struktur organisasi Manajemen Keselamatan berada di bawah pengawasan 5m personalia □ Perusahaan melakukan pengecekan kesiapan SDM (awak dan kru), berupa tes kesehatan, psikotes & keteknikan (kru) guna memas5kan keselamatan operasional & kontrol awak & kru □ Perusahaan melakukan diklat peningkatan kapasitas, keterampilan dan e5ka mengemudi (bekerja sama dengan Dishub Ja5m). Pembinaan dan pengawasan ru5n (tahunan, bulanan, harian) untuk memas5kan keberlangsungan SMK dan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan SDM □ Salah satu Prosedur SMK adalah pengecekan armada sebelum keberangkatan di Pool Keberangkatan (Surabaya) untuk memperbaiki dan memelihara kondisi kendaraan siap melayani penumpang dengan op5mal □ Perusahaan melakukan Pengawasan operasional oleh pengawas lapangan di daerah yang dilalui trayek bus, untuk memas5kan keberlangsungan manajemen keselamatan & meminimalisir terjadinya resiko operasional dan resiko teknis kendaraan sehingga layanannya mampu bersaing secara op5mal. □ Manajemen beranggapan bahwa aspek keselamatan angkutan umum dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan dan eksternal (Yang dominan adalah kondisi jalan yang buruk). PROSEDUR SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONTROL AWAK DAN KRU KONSEP IMPLEMENTASI SMK dalam implementasinya melipu9 hal-­‐hal antara lain: 1.  Pengawasan terhadap aspek manajerial keselamatan perusahaan angkutan yang mencakup sarana, infrastruktur, manajemen dan SDM yang diwujudkan sebagai rekomendasi hasil penilaian (assessment) thd tata kelola keselamatan dari suatu perusahaan angkutan. 2. 
Bagian dari proses perizinan angkutan (persyaratan perolehan perizinan dan perpanjangan perizinan), sebagai salah satu fungsi kontrol pemenuhan standard pelayanan minimal angkutan umum. 3. 
SMK merupakan proses yang komprehensif dan terkoordinasi yang didisain untuk mengendalikan secara langsung sumber daya untuk mengop9malkan keselamatan. •  Implementasi SMK terkendala oleh persaingan memperebutkan
penumpang atau Competition in the Market.
•  Layanan Angkutan Umum dipersepsikan sebagai ‘Kecepatan sampai
di tujuan’, sehingga terjadi kebut-kebutan dan abaikan keselamatan.
•  Prasyarat Implementasi SMK secara efektif adalah wujudkan
Competition for the market. Pembinaan angkutan umum diarahkan
guna perbesar pangsa pasar
•  Terapkan lisensi dan interaksi antar operator diarahkan kepada
layanan berbasis reliability, safety, dan punctuality,
•  Operator mampu merebut kembali penumpang yang beralih ke
kendaraan pribadi (sepeda motor & mobil pribadi).
KONTEKS PERMASALAHAN MEWUJUDKAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN UMUM YANG BERKESELAMATAN EKSISTING STRATEJIK TAKTIS OPERASIONAL IMPLIKASI Fragmentasi Industri Angkutan Umum Profitabilitas Rata-­‐rata industri Rendah Compe55on in the Market Rebutan Penumpang di Jalan Time Table: Jam Datang & Berangkat Ke5dakteraturan Waktu Layanan Masalah Pengujian Kendaraan Bermotor Masih Ada KIR Armada Yang 5dak Berlaku Masalah Pengawasan ArmadaTidak Laik Jalan Masih Adanya Armada Tidak Laik Jalan Masalah Pengawasan Operasional Pelanggaran izin trayek Sanksi Tidak Menjerakan Berulangnya Kecelakaan Tuntutan Pendapatan & Sistem Penggajian Rebutan Penumpang Permasalahan Manajemen Risiko Berulangnya Kecelakaan Melebihi Jam Kerja Operasi Kelelahan & Ke5dakwaspadaan Lemahnya Supervisi Armada Siap Operasi Pengoperasian Armada Tidak Laik Jalan Memotong Biaya Penggan5an & Perawatan Penggunaan Suku Cadang Imitasi & Kanibal Sanksi Pelanggaran Awak Tidak Efek5f Awak Ngebut & Pelanggaran Aturan Lalin Biaya Sanksi atas Pelanggaran & Keterlibatan dalam Kecelakaan <<< Potensi Pendapatan dari Memotong Biaya untuk menciptakan pengusahaan Angkutan Umum Yang Berkeselamatan. KONTEKS PERMASALAHAN MEWUJUDKAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN UMUM YANG BERKESELAMATAN Mekanisme Insen5f/
disinsen5f 5dak efek5f menciptakan efek jera Rendahnya profitabilitas rata-­‐rata industri, Operator menghadapi tekanan pendapatan Sebagian Operator menggunakan sistem setoran, Awak Kendaraan Menanggung Risiko Pendapatan Konsumen Tidak Memberikan Sanksi Sosial Atas Operator Bus Yang Sering Terlibat kecelakaan Untuk Survive, Operator mencari cara untuk Memotong Biaya operasional, pemeliharaan & perbaikan armada, biaya pengawasan awak kendaraan, serta masih menggunakan sistem setoran, sehingga mengabaikan keselamatan (Efisiensi berbeda dengan Memotong Biaya) KECELAKAAN KENDARAAN ANGKUTAN UMUM YANG FATAL & BERULANG REDEFINISI: "
BISNIS ANGKUTAN UMUM"
OPERATOR MEMASTIKAN PEMERINTAH MENGATUR Kondisi Awak Kendaraan &
Kelaikan Kendaraan
TIMETABLE BUS:
Jam Keberangkatan & Kedatangan
DOMAIN SMK
Competition for
the Market
Layanan bus Regularity,
Safety & Reliability
PROMOSI:
Speed Adalah Berbahaya
Kontrol Waktu (Terminal)
Terlalu Cepat :
Ngebut
Ketepatan
Waktu Kedatangan
Terlambat:
Ngetem
(KONSEP IMPLEMENTASI)
“ WAJIB”???!!!! (Pasal 204 ayat 1) : -­‐  Perusahaan Angkutan Umum yang memiliki armada > 100 buah kendaraan -­‐  Perusahaan Angkutan Umum yang mempunyai potensi tinggi terhadap resiko kecelakaan (AKAP/AKDP) Mutu pelayanan Psl 140
DALAM
TRAYEK
1. Angkutan lintas
batas negara;
2. Angkutan antarkota
antarprovinsi;
KRITERIA TIDAK
DALAM TRAYEK
1. angkutan orang dengan
menggunakan taksi;
2. angkutan orang dengan
tujuan tertentu;
3. Angkutan antarkota
dalam provinsi ;
4. Angkutan perkotaan
5. Angkutan perdesaan
3. angkutan orang untuk
keperluan pariwisata;
4. angkutan orang di
kawasan tertentu.
TANTANGAN DALAM IMPLEMENTASI SMK PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM —  Menghindari Safety Myopia: Walaupun SMK Jalan àTIDAK mampu turunkan jumlah
fatalitas kecelakaan lalu linta jalan. Populasi Bus hanya 4-5%;"
"
—  Guna menciptakan pengusahaan angkutan umum yang berkeselamatan, syarat
wajibnya adalah industri angkutan umum berbasis jalan yang sehat, sedangkan
sistem manajemen keselamatan pada perusahaan angkutan umum menjadi syarat
perlu bagi terselenggaranya pengusahaan angkutan umum yang berkeselamatan"
"
—  SMK SULIT tercapai, jika persaingannya MASIH competition in the market
(memperebutkan penumpang)"
"
—  Untuk itu, Pemerintah PERLU arahkan pembinaan industri angkutan umum menuju
competition for the market "
"
—  Interaksi antar operator MENGARAH pada layanan yang berbasis keselamatan,
regularity, punctuality & reliability."
"
—  Edukasi Konsumen: Pentingnya Merencanakan Perjalanan; "
IMPLEMENTASI SMK DALAM KONTEKS INDUSTRI ANGKUTAN UMUM OPERATOR MENERAPKAN & MENYEMPURNAKAN PEMERINTAH SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN Sebagai Regulator "
Menjalankan Fungsi Pembinaan"
Quality Licensing"
(Perizinan)"
Layanan bus
berbasis Regularity,
Safety & Reliability
Kepastian Penumpang Berangkat ●
Timetable & Ketepatan Waktu ●
Menjamin Kelaikan Kendaraan ● Kondisi Awak Kendaraan ●
Denda atas pelanggaran operator ●
Kondisi Awak Kendaraan & Kelaikan
Kendaraan memenuhi aspek
keselamatan
Implementasi SMK pada PAU dapat
berlangsung secara efektif, jika
tidak lagi ada Direct Competition
Antar Operator di Jalan. Jalan tidak
lagi menjadi arena perebutan
penumpang & muatan.
PENGUSAHAAN ANGKUTAN UMUM YANG BERKESELAMATAN Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan pada
Perusahaan Angkutan Umum
PEMERINTAH
STRATEJIK
1.  Pembinaan Industri Angkutan
Umum yang berdaya saing
secara berkelanjutan;
2.  Perizinan Trayek sebagai
instrumen pembinaan menuju
pengusahaan angkutan umum
yang berkeselamatan. (aspek
yuridis, teknis dan operasional)
3.  Peluang pemberian insentif/
disinsentif dalam mendorong
pengusahaan angkutan umum
yang berkeselamatan
OPERATOR
TAKTIS
1.  Pengujian Kendaraan Bermotor
untuk menjamin kelaikan
armada kendaraan;
2.  Sosialisasi SMK menuju
pengusahaan angkutan umum
yang selamat;
3.  Monitoring dan Evaluasi
terhadap Kepatuhan dalam
menjalankan Sistem
Manajemen Keselamatan;
4.  Kesiapan SDM yang terkait
TUPOKSI Direktorat KTD;
OPERASIONAL
1.  Keselamatan dan Bisnis
tidaklah mutually exclusive
(Good for Safety, Good for
Business), sehingga Biaya
Keselamatan Menjadi Investasi
Keselamatan;
2.  Penerapan Elemen SMK pada
Perusahaan Angkutan Umum;
3.  Penerapan dan
Penyempurnaan SMK
menekankan pada Komitmen
Top Manajemen, Terciptanya
Budaya Berkeselamatan dan
Manajemen Risiko;
PRINSIP DASAR SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
1.  Menetapkan kebijakan SMK dan menjamin komitmen 2. 
3. 
4. 
5. 
terhadap pencapaian SMK Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK Menerapkan kebijakan SMK secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan serta sasaran SMK Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK serta melakukan tindakan perbaikan Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK secara berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja keselamatan angkutan jalan. 10 Elemen SMK
q Komitmen dan Kebijakan
q Manajemen dan Pengorganisasian
q Majemen Bahaya dan Risiko
q Infrastruktur Transportasi
q Dokumentasi dan Data
q Pelatihan dan Kompetensi
q Tanggap Darurat
q Penyelidikan dan Pelaporan Kecelakaan
q Pengukuran dan Pemantauan Kinerja
q Audit dan Evaluasi
Organisasi
Manajemen SMK Bagian
Bagian Operasi
Operasi Direksi
Bagian
Pemeliharaan
Administrasi
TAHAPAN IMPLEMENTASI 1.  PENYELESAIAN ASPEK LEGAL Ø 
Ø 
Ø 
Ø 
Ø 
STUDI/KAJIAN TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN BAGI PERUSAHAAN ANGKUTAN UMUM UJI COBA, WORKSHOP/ UJI PUBLIK SMK PENYUSUNAN PERATURAN PEMERINTAH PP tentang Angkutan, PP tentang Keamanan dan Keselamatan LLAJ PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI/PERATURAN DIRJENHUBDAT FORMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH : PEMBERIAN INSENTIF ATAU SUBSIDI KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN 2.  SOSIALISASI KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN 3.  PEMBERLAKUAN SECARA EFEKTIF (target th 2014) 4.  PENGAWASAN/EVALUASI 5.  PENGHARGAAN DAN SANKSI (REWARD AND PUNISHMENT) Agawe
Download