LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN KEJAKSAAN AGUNG RI ---------------------------------(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Sifat Jenis Rapat Hari/tanggal Pukul Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir Ijin Acara : : : : : : : : : : : : : 2006-2007 II 1 Terbuka Rapat Kerja Komisi III DPR RI Selasa, 5 Desember 2006 10.00 – 00.10 WIB. Ruang Rapat Komisi III Trimedya Panjaitan,SH/ Ketua Komisi III DPR RI. Juliasih, SH / Kepala Bagian Set.Komisi III DPR-RI. 34 orang Anggota dari 46 Anggota Komisi III DPR-RI. 12 orang anggota. 1. Penegakan hukum pasca Rekomendasi Panja Penegakan Hukum dan Pemerintahan Daerah (Gabungan Komisi II dan Komisi III DPR RI), 2. Masalah-masalah aktual yang terkait dengan tugas dan kewenangan Kejaksaan Agung RI. KESIMPULAN/KEPUTUSAN I. PENDAHULUAN Rapat Kerja Komisi III DPR RI dibuka pukul 09.43 WIB, diskors dan dilanjutkan kembali pukul 10.00 WIB oleh Ketua Komisi III DPR RI, Trimedya Panjaitan,SH dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas. II. POKOK-POKOK PEMBAHASAN Pertanyaan tertulis Komisi III sebagai berikut: 1. Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung RI tentang alokasi dan realisasi anggaran Kejaksaan Agung RI untuk Tahun Anggaran 2006. 2. Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung RI tentang penanganan atau tindak lanjut atas hasil temuan/audit Badan Pemeriksa Keuangan dari Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun Anggaran 2005. D:\317505037.doc 1 3. Komisi III DPR RI meminta laporan hasil-hasil pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan Agung RI, terutama hasil pelaksanaan tugas atau prestasi yang menonjol selama empat bulan terakhir. 4. Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung RI tentang kebijakan penanganan kasus-kasus dugaan korupsi dana APBD pasca keluarnya Rekomendasi DPR yang meminta Presiden RI untuk memerintahkan kepada Jaksa Agung RI agar konsisten untuk tidak menggunakan PP No 110/2000, PP No 105/2000, serta SE Mendagri sebagai dasar penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan kasus dugaan korupsi oleh anggota DPRD dan kepala daerah. 5. Komisi III DPR RI kembali meminta penjelasan Jaksa Agung RI tentang pelaksanaan kesimpulan Rapat Kerja pada 29 Mei 2006 yang meminta Jaksa Agung untuk menindak oknum jaksa yang masih menggunakan PP Nomor 110 Tahun 2000, atau oknum jaksa yang menyalahgunakan PP Nomor 105 Tahun 2000. 6. Komisi III DPR RI meminta laporan atau data mutakhir (terkini) tentang perkembangan penanganan atau proses hukum kasus-kasus dugaan korupsi dana APBD oleh anggota DPRD dan kepala daerah.Komisi III DPR RI meminta kepada Jaksa Agung RI untuk melaporkan data mutakhir tentang uang pengganti yang sudah berhasil ditagih dan bukti setorannya ke kas negara (kesimpulan Rapat Kerja tanggal 13 September 2006).Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung RI tentang hasil evaluasi kembali terhadap surat-surat edaran agar tidak bertentangan dengan KUHAP (kesimpulan Rapat Kerja tanggal 13 September 2006). 7. Komisi III DPR meminta penjelasan Jaksa Agung RI tentang penanganan kasus penghilangan orang secara paksa periode 1997-1998, hal ini terkait dengan hasil penyelidikan Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) tentang ditemukannya bukti awal pelanggaran HAM berat dalam kasus penghilangan orang secara paksa periode 1997-1998. 8. Komisi III DPR meminta penjelasan Jaksa Agung RI tentang perkembangan penanganan kasus-kasus tindak pidana korupsi yang ditangani Kejaksaan Agung di bawah koordinasi Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 9. Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung RI tentang kebijakan penayangan buronan kasus korupsi di televisi, efektivitas kebijakan tersebut dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, serta tentang perkembangan perburuan para buronan yang wajahnya ditayangkan tersebut. 10. Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung tentang perkembangan penanganan kasus dugaan korupsi dana Program Pasca Sarjana (PPS) Universitas Hasanuddin, Makassar. 11. Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung RI tentang perkembangan penanganan kasus-kasus tindak pidana korupsi selain yang sudah ditanyakan di atas, terutama kasus-kasus yang menonjol dan menarik perhatian masyarakat. 12. Komisi III DPR RI minta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan tindaklanjut hasil pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2006 yang terindikasi tindak pidana korupsi senilai Rp.85,11 miliar dan US$4,23 juta (sekitar 38 miliar). 13. Komisi III DPR RI minta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan pelaksanaan tugas dari tim Bank Indonesia dan Kejaksaan Agung guna menangani kredit macet Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. D:\317505037.doc 2 14. Komisi III DPR RI minta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan penanganan kasus dugaan korupsi Dirut PLN serta tindaklanjut koordinasi dengan Kepolisian terkait dengan belum lengkapnya berkas kasus dugaan korupsi PT.PLN. 15. Komisi III DPR RI minta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan langkah Kejaksaan Agung atas vonis kasasi Mahkamah Agung (MA) dalam perkara pembunuhan Munir yang melibatkan terpidana Pollycarpus. Penjelasan lebih lanjut terhadap perkembangan penanganan kasus, diantaranya sebagai berikut:: 1. korupsi proyek Export Oriented (Exor) I Pertamina di Balongan. 2. kasus pengalihan aset negara sebesar Rp.690 milliar Departemen Kesehatan kepada Yayasan RS.Fatmawati yang telah di SP3 Jampidsus. 3. Perkara dugaan korupsi dana perumahan prajurit yang diduga merugikan negara sebesar Rp 100 miliar. Tindak pidana korupsi terjadi saat dana prajurit TNI-AD yang dikelola oleh Badan Pengelola Tabungan Wajib Perumahan (BPTWP). 4. Kasus di Departemen Pertahanan, khususnya terkait dengan pengadaan Helikopter MI-17. 5. Kasus Tindak Pidana Korupsi dalam penyalahgunaan Fasilitas Kredit dari PT.Bank Mandiri kepada PT.Lativi Media Karya. 6. Tindaklanjut penanganan perkara tindak pidana korupsi berkaitan dengan perpanjangan HGB No.26 dan No.27 atas nama PT.Indobuildco. 7. Perkara tindak pidana korupsi dalam importasi beras sebanyak 60.000 MT dari Vietnam oleh PT.Hexatama Finindo QQ Inkud. 8. Kasus korupsi dalam pengelolaan keuangan PT.ASABRI. 9. Kasus korupsi dalam pengadaan alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. 10. Kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam perkara penerbitan sertifikat hak milik sebanyak 1860 eksemplar atas nama masyarakat di kawasan hutan register 40 Padang Lawas Sumatera Utara. 11. Kasus dugaan tindak pidana korupsi di PT.Kertas Kraft Aceh. Kasus-kasus tindak pidana korupsi yang ditangani Kejaksaan Agung dibawah koordinasi Timtastipikor, diantaranya, sebagai berikut: 1. Kasus KTT Asia Afrika. 2. Kasus AC dan Fire alarm Setpres. 3. Tanah Sekneg di Tangerang. 4. Aset Gelora Senayan (Hotel Hilton dan Kemayoran). 5. Departemen Pertanahan (Heli MI-17). 6. Kasus Pelindo II. 7. PT.Pupuk Kaltim, PT.Angkasa Pura II, PT.Telkom, PT.Jiwasraya. 8. Bank Mandiri, Bank BRI. 9. Penyuapan Auditor BPK. 10. Pemerasan/penyuapan dalam perkara korupsi di PT.Jamsostek. 11. Kasus PT.Askrindo. 12. Kasus Departemen Luar Negeri. 13. Kasus BP Migas. 14. Kasus pengadaan alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. D:\317505037.doc 3 20. Tolok ukur mutasi dilingkungan Kejaksaan Agung tidak transparan. Apakah tolok ukur tersebut termasuk program pembaharuan Kejaksaan Agung. Bagaimana dengan masukan-masukan yang disampaikan oleh Komisi Kejaksaan. 21. Apakah ada berapa tersangka lainnya selain Tabrani Ismail. 22. Apakah ada rencana peningkatan kualitas penuntutan. 23. Klarifikasi mengenai tindak lanjut kasus di Setneg. 24. Apakah ada penilaian/pertimbangan tertentu terhadap para pelaku dugaan tindak pidana korupsi yang harus dilakukan penahanan, sehingga tidak menimbulkan kesan diskriminasi/tebang pilih. 25. Bagaimana Kejaksaan Agung memastikan menindaklanjuti temuan BPK mengingat ada kasus yang ditingkat penyelidikan dan penyidikan. 26. Sampai sejauhmana proses permintaan izin dari Presiden terhadap pemeriksaan Gubernur Kalimantan Barat terkait dengan kasus PT.Lativi Media Karya. 27. Sejauhmana tim Kejaksaan Agung dalam menindaklanjuti Kasus PT.Timor Putra Nasional berkaitan dengan pengenaan pajak. 28. Tindaklanjut penanganan kasus Jalak Harupat. 29. Komisi III DPR RI agar segera mengundang Komisi Kejaksaan RI guna mengetahui sejauhmana kinerja yang telah dilakukan selama ini. 30. Terhadap kasus yang menimpa DPRD Solo, Kejaksaan Negeri masih mempergunakan PP 110 tahun 2000 sebagai landasan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. 31. Kejaksaan Agung harus segera melakukan sosialisasi terhadap telah dibatalkannya PP 110 tahun 2000 oleh Mahkamah Agung, mengingat masih banyaknya para jaksa yang masih menggunakan PP 110 tahun 2000 tersebut. 32. Perlu adanya political will dari Kejaksaan Agung dalam penanganan kasus dugaan korupsi di daerah, dan Kejaksaan Agung perlu mengambil tindakan tegas terhadap para jaksa yang masih menggunakan PP 110 tahun 2000 tersebut. 33. Akan dibentuk Tim Pemantau dari masing-masing fraksi untuk mengawasi tindaklanjut kasus dugaan korupsi APBD setelah dikeluarkannya laporan dan rekomendasi Panja. 34. Apakah ada akselerasi dalam pengangkatan jaksa. 35. Usulan adanya Kejaksaan di tingkat kecamatan. 36. Sejauhmana Majelis Kehormatan memeriksa 3 (tiga) mantan Jaksa Tinggi di Jawa Barat. 37. Apakah Kejaksaan Agung mempunyai target dalam upaya pemberantasan korupsi. 38. Efektivitas penayangan koruptor di televisi patut dipertanyakan. 39. Apakah seorang direktur intelijen bisa melakukan penghentian perkara atau sebaliknya direktur intelijen bisa melakukan penyidikan. 40. Kenapa Kejaksaan Agung tidak menjadikan objek pengelolaan keuangan negara untuk diperiksa. 41. Apasaja yang sudah dilakukan oleh Kejaksaan Agung dalam rangka peningkatan kinerja. 42. Kenapa Kejaksaan Agung tidak menggunakan nomenklatur anggaran yang sesuai dengan kedudukan Kejaksaan. 43. Bisakah Kejaksaan Agung memprogram kerja di wilayah yudikatif (peradilan). 44. Dalam perspektif Jaksa Agung, terkait dengan penegakan hukum dan HAM, bagaimana implementasinya dalam proses penyidikan. D:\317505037.doc 4 III. KESIMPULAN Rapat Kerja Komisi III dengan Kejaksaan Agung RI belum mengambil kesimpulan dikarenakan telah melewati batas waktu rapat-rapat yang telah ditentukan oleh Peraturan Tata Tertib serta masih adanya pertanyaan anggota Komisi III yang belum terjawab oleh Jaksa Agung. Berdasarkan ketentuan Pasal 76 ayat (1) dan ayat (2) mengenai waktu rapat, Rapat Kerja menyetujui untuk di skors dan dilanjutkan kembali pada hari Rabu, 6 Desember 2006 pukul 19.30 WIB. Rapat ditunda tepat pukul 00.10 WIB PIMPINAN KOMISI III DPR RI KETUA, TRIMEDYA PANJAITAN,SH D:\317505037.doc 5 1. Guna menghindari polemik yang terjadi antara kepolisian dan kejaksaan, Komisi III DPR RI meminta jajaran Kejaksaan Agung pro aktif menindaklanjuti kasus dugaan korupsi yang terjadi di PLN dengan memberikan petunjuk yang lebih konkret sehingga kasus tersebut dapat lebih maju ketahap selanjutnya. Realisasi pelaksanaan APBN Kejaksaan Agung tahun 2006 sampai dengan bulan Oktober sudah mencapai 65,67% atau sebesar Rp.992.688.225.549,- ( ). Adapun sisa anggaran yang belum terealisir sebesar Rp.518.730.574.451,- agar digunakan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dengan disertai peningkatan kinerja dilingkungan Kejaksaan Agung. D:\317505037.doc 6 Komisi III DPR RI meminta Jaksa Agung segera menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK Semester I Tahun Anggaran 2006 yang terindikasi tindak pidana korupsi senilai Rp.85,11 miliar dan US$4,23 juta (sekitar 38 miliar) dan dalam rapat kerja selanjutnya sudah ada progress report yang lebih maju dari jajaran Kejaksaan Agung. Guna menghindari polemik yang terjadi antara kepolisian dan kejaksaan, Komisi III DPR RI meminta jajaran Kejaksaan Agung pro aktif menindaklanjuti kasus dugaan korupsi yang terjadi di PLN dengan memberikan petunjuk yang lebih konkret sehingga kasus tersebut dapat lebih maju ketahap selanjutnyua. Komisi III DPR RI meminta Kejaksaan Agung pro aktif menindaklanjuti hasil penyelidikan pro justicia pelanggaran HAM berat peristiwa penghilangan orang secara paksa tahun 1997 – 1998 yang telah diselesaikan oleh Komnas HAM sehingga dapat dilakukan proses penyidikan lebih lanjut. Komisi III DPR RI meminta Kejaksaan Agung dalam usaha pengejaran para koruptor yang melarikan diri, selain melalui penayangan koruptor di televisi juga diefektifkan melalui kerja sama interpol, melakukan operasi intelijen, serta melakukan pencarian dan pengejaran bekerja sama dengan pihak keluarga yang bersangkutan. Dalam rangka prioritas percepatan pemberantasan korupsi untuk menghindarkan kesan diskriminasi (tebang pilih) dalam penanganannya, Komisi III DPR-RI meminta perhatian Jaksa Agung untuk segera memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum di lembaga Kejaksaan. Komisi III DPR-RI meminta Jaksa Agung beserta jajarannya bersungguh-sungguh tanpa pilih kasih dalam melakukan pemberantasan korupsi, sehingga tidak ada kesan penanganan tindak pidana korupsi yang dilakukan Kejaksaan Agung diskriminasi (tebang pilih) dalam penanganannya. D:\317505037.doc 7 Realisasi pelaksanaan APBN Kejaksaan Agung tahun 2006 sampai dengan bulan Oktober sudah mencapai 65,67% atau sebesar Rp.992.688.225.549,- ( ). Adapun sisa anggaran yang belum terealisir sebesar Rp.518.730.574.451,- agar digunakan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dengan disertai peningkatan kinerja dilingkungan Kejaksaan Agung. D:\317505037.doc 8 Komisi III DPR RI menyesalkan sikap Jaksa Agung yang tidak memenuhi permintaan pimpinan DPR RI untuk menghadirkan Kepala Kejaksaan Tinggi DKI dalam Rapat Kerja, dimana kehadiran Kajati DKI diharapkan dapat memperjelas berbagai pernyataan Kajati DKI di berbagai media cetak maupun elektronik, khususnya mengenai dugaan adanya intervensi Kejaksaan Agung terhadap beberapa kasus yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi DKI. Untuk keperluan tersebut, maka Komisi III akan membentuk Panja untuk melakukan pendalaman kasus yang telah menyita perhatian publik tersebut, guna melihat apakah intervensi itu benar-benar untuk kepentingan negara. Komisi III DPR RI meminta kepada Jaksa Agung RI untuk mempertimbangkan dibuatnya batas waktu dalam melakukan penyidikan demi mewujudkan adanya kepastian hukum dan tidak terjadi pelanggaran hak asasi orang yang diduga melakukan tindak pidana korupsi. 1. Komisi III akan segera melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan mengundang Kabareskrim Mabes Polri dan Jampidsus, untuk mengklarifikasi perbedaan pandangan yang tajam antara kedua belah pihak dalam penanganan kasus dugaan korupsi PLTG Borang yang melibatkan Dirut PLN. 2. Komisi III DPR RI meminta Jaksa Agung untuk mengintensifkan dan mengoptimalkan kinerja Tim Pencari Terpidana berikut aset-asetnya (Tim Pemburu Koruptor) dengan cara meningkatkan kerjasama bilateral maupun multilateral dan segera membuat kerjasama bantuan hukum timbal balik (mutual legal assistence/MLA) dan perjanjian ekstradisi, terutama dengan negara-negara yang diduga menjadi tempat persembunyian koruptor yakni, Singapura, Hongkong, dan Swiss. 3. Komisi III DPR RI meminta kepada Jaksa Agung RI untuk mempertimbangkan dibuatnya batas waktu dalam melakukan penyidikan demi mewujudkan adanya kepastian hukum dan tidak terjadi pelanggaran hak asasi orang yang diduga melakukan tindak pidana korupsi. 4. Komisi III DPR RI menyesalkan sikap Jaksa Agung yang tidak memenuhi permintaan pimpinan DPR RI untuk menghadirkan Kepala Kejaksaan Tinggi DKI dalam Rapat Kerja, dimana kehadiran Kajati DKI diharapkan dapat memperjelas berbagai pernyataan Kajati DKI di berbagai media cetak maupun elektronik, khususnya mengenai dugaan adanya intervensi Kejaksaan Agung terhadap beberapa kasus yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi DKI. Untuk keperluan tersebut, maka Komisi III akan melakukan pendalaman kasus yang telah menyita perhatian publik tersebut, guna melihat apakah intervensi itu benar-benar untuk kepentingan negara. D:\317505037.doc 9 D:\317505037.doc 10 D:\317505037.doc 11