jaminan sosial buruh dalam pembangunan

advertisement
•
119
JAMINAN SOSIAL BURUH DALAM PEMBANGUNAN
L--_ _ _ _ _ _ _
OIeh : Suliati Rachmat, S.H. _ _ _ _ _ _ __
Pengantar
Dalam masa pembangunan seperti
sekarang ini, umumnya baik rakyat
maupun para pemuka masyarakat sangat menginginkan kemajuan secepatnya, agar cepat pula dapat diharapkan
memperbaiki taraf kehidupan masyarakat . Hal ini tidaklah mengherankan,
apabila melihat kehidupan masyarakat
di Iiegara-negara berkembang memang
dirasakan sudah sangat mendesak, sehingga amat mendambakan perubahan
dalam waktu yang sesingkat mungkin,
untuk dapat hidup sejajar dengan
warga negara-negara maju. Untuk itu
sudah tentu pula kemajuan yang kuat
serta kemampuan bekerja memacu perkemhangan diberbagai bidang kehidupan, terutama ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pembangunan itu sendiri adalah
merupakan proses yang dialami masyarakat, secara sengaja dikehendaki dan
direncanakan untuk mencapai suatu
tingkat kehidupan yang lebih baik.
Pembangunan yang menyeluruh dan Stmultan seperti yang terjadi di Indonsia
tidaklah semudah yang dikehendaki,
banyak sekali kesulitan-kesulitan yang
dijumpai, antara lain karena kurangnya pengalaman dalam perencanaan
pelaksanaan program-program, demikian pula kurang/tiadanya data-data
yang sesuai dengan perkembangan masyarakat diberbagai sektor kehidupan.
BerlangsungnYil pembangunan memerlukan persyaratan-persyaratan disamping kemauap. dan kemampuan menggunakan setiap kesempatan bagi keperluan pembangunan dari anggota masyarakat, juga keterbukaan sikap terhadap usaha-usaha dan pikiran-pikiran
baru . Demikian pula keaktifan 'warga
masyarakat untuk turut serta memecahkan masalah-masalah kehidupan ,
yang kesemuanya itu mungkin hanya
tercapai melalui usaha penyuluhan/
pendidikan yang dilakukan oleh para
pemimpin/pelapor pembangunan. Kelompok-kelompok masyarakat serta
pelopor-pelopor pembangunan yang
kreatif, masyarakat yang kritis memegang peranan penting dalam proses
pembangunan, disamping tersedianya
dana serta bahan-bahan baku. Demikian pula ' kegunaan ilmu-ilmu sosial,
khususnya sosiologi dalam tahap awal,
pelaksanaan maupun tahap-tahap evaluasi keberhasilan .
Perubahan/perkembangan , dalam
satu bidang berpengaruh terhadap bidang-bidang lain , sehingga tidak mungkin mengadakan pembahasan pada
bidang tertentu saja tanpa memperhitungkan kaitannya dengan bidang
kehidupan yang lain .
Begitu . pula perubahan dibidang
hukumakan menggerakkan bidanghubidailg lain, sehingga perubahan
,
kum dapat dipakai untuk mengubah
April 1987
Hukum dan Pemba11lunan
120
masyarakat, mungkin pula dilain pihak
mempertahankan susunan masyarakat
yang sudah ada, atau mengsahkan perubahan-perubahan yang telah terjadi.
Dalam upaya mengefektifkan fungsifungsi tersebut, terdapat faktor-faktor
1
pendukung maupun penghambat. )
Salah satu faktor pendukung yang
dibutuhkan ialah adanya perencanaan,
pengaturan serta pelaks~naan jaminan
sosial tenaga kerja yang mantap, sesuai
dengan arahan Pancasila dan Undangundang Dasar kita.
Jaminan sosial dapat diartikan rnacam-macam, antara lain ialah pendapatan buruh pada waktu-waktu tertentu . diluar kesalahannya tidak melakukan pekeIjaan, misalnya karena
sakit, kecelakaan , kematian, usia lanjut, pemeliharaan janda/yatim piatu
2
buruh dan sebagainya. )
Dewasa ini telah menjadi keyakinan
umum dihampir semua negara, bahwa
penguasa selain harus mencegah/memberantas pengangguran, dalam program
meningkatkan kesejahteraan pekeIja/
buruh, harus pula menyelenggarakan
jaminan sosial. Kelangsungan kesejahteraan hidup buruh mungkin terganggu
baik untuk sementara atau selamalamanya, sehingga merupakan malapetaka apabila karena sesuatu hal
penghasilannya terhenti.
Kecuali itu di dalam kehidupan sering teIjadi peristiwa-peristiwadarurat
yang memerlukan pembiayaan khusus
1)
Soerjono Soekanto, Mustafa Abdullah,
Sosiologi Hukum dolam Masyarakat
(Jakarta - Palem bang:. Raja wali, ce takan ke-2, 1982), hIm. 241-255.
Imam Soepomo, Pengantar Hukum
Perburuhan (Jakarta: Jambatan, cetakan ke-6, 1983), hIm. 128 .
2)
•
•
yang besarnya diatas penghasilan tetap
rata-rata, sehingga terpaksa dipenuhi
dari sumber-sumber lain.
.
Terhentinya penghasilan keluarga
biasanya karen a teIjadinya risiko-risiko
yang mengakibatkan ketidakmampuan kepala keluarga pencari nafkah
untuk bekerja, seperti usia lanjut,
sakit, terkena PHK, meninggal dunia
dan lain-lain.
Perisitiwa-peristiwa tersebut bersifat universal, artinya dapat atau
akan terjadi pacta setiap orang, baik
yang berpenghasilan rendah atau tinggi, di negeri berkembang atau maju
pada waktu sekarang maupun dimasa
yang akan datang. Oleh sebab itu penanganan secara, terencana, efektif
dan efisien sangat penting artinya.
Pasal 27 (2) Undang-undang Dasar
1945 menyatakan bahwa, "Tiap warga
negara berhak atas pekeIjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan" . Sedang Pasal 34 berbunyi : "Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara". Kedua pasal
ini merupakan pancaran pokok-pokok
pikiran dalam Pembukaan Un dangUndang Dasar 1945,3) khususnya tentang keadilan sosial, yaitu bahwa
negara hendak mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat; yang dijabarkan pula lebih lanjut antara. lain
dalam Undang-undang No. 14 Tahun
1969 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja, yang memuat hak-hak
dasar buruh/pekerja, khususnya Pasal
13 yang berbunyi: "Tiap tenaga keIja
berhak atas pekerjaan dan penghasilan
yang layak bagi kemanusiaan"; serta
Pasal 15 yang menyatakan, bahwa :
3) Indonesia, Undang-undang Dasar 1945.
,
Jaminan -S08wl Buruh
121
,
yang disertai sanksi pidana. PP No.
33/Tahun 1947 lebih tepat sebagai
Undang-undang, dan bukan pula merupakan . peraturan pelaksanaan dari
Undang-undang No. 33/Tahun 1947
Tentang Kecelakaan.
Dengan demikian terdapat kesan
kesimpangsiuran dalam pengaturan
jaminan sosial tenaga kerja, sekalipun
ruang lingkup program Astek lebih
luas, apalagi setelah diperluas lagi dengan dikeluarkaIinya beberapa peratur'an pelaksanaan antara lain Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. Per. 02/
Men/1984 Tentang Pertanggungan Sakit, HalJ1il dan Bersalin Bagi Tenaga
Kerja.
Penyelenggaraan jaminan sosial oleh
Perusahaan, yang sering disebut Program Kesejahteraan Karyawap, secara
sukarela bergantung kepada kebijaksanaan perusahaan, Ada yang dilaksanakan oleh perusahaan sendiri seperti Yayasan Dana Pensiun Karyawan, melalui badan lain diluar perusahaan, misalnya Perusahaan Asuransi
Jiwa dan lain-Jain.
"Pemerintah mengatur penyelenggaraan pertanggungan so sial dan bantuan
so sial bagi tenaga kerja dan keluarganya" ,4) di mana kedua pasal ini akan
menjadi pokok bahasan.
Jaminan Sosial Sebagai Program "-esejahteraan
Sebagaimana dimuka secara sepintas telah disinggung, bahwa jaminan
sosial merupakan bagian dari programkesejaheraan tenaga kerja, yang
penyelenggaraannya
oleh pemerin
tah secara nasional dan wajib diatur
dalam PP 33 Tahun 1977 Tentang
Astek dan ada pula secara sukarela
oleh perusahaan.
Kecuali itu sebelum program Astek
berlaku, telah ada Undang-undang
No. 33/Tahun 1947 Tentang Kecelakaan yang mengatur ganti rugi kecelakaan oleh perusahaan kepada buruh, dan Peraturan Kecelakaan Pelaut (Schepelingen Ongevallenregeling
1940) yang juga mengatur ganti rugi
kecelakaan ' oleh perusahaan khususnya terhadap buruh laut. Demikian
pula Peraturan Menteri Tenaga Kerja
RI
Tentang Pertanggungan Sakit,
Hamil, Bersalin, dan Meninggal Dunia
No. 15 jo. No. 3/Tahun 1964 dan
No . 3/Tahun 1967 yang semuanya dicabut dengan berJakunya Program
Astek.
Baik materi muatannya maupun secara hierarki perundang-undangan peraturan-peraturan terse but berhubungan satu dengan yang lain, yuridis tidak
dapat dib!e narkan. Menilik muatannya
Program Astek dilaksanakan dengan sistem asuransi oleh Perum Astek dengan PP No. 34/Th. 1977 sebagai perusahaan asuransi sosial, yang
menitikberatkan pada segi pelayanan
serta tidak bersifat komersial. Sesuai
dengan keadaan sosial ekonomi buruh
umumnya di Indonesia, peserta program Astek sebagian besar terdiri atas
tenaga kerja yang berpenghasilan kedl,
sehingga dari segi komersial memang
tidak menguntungkan.
Keikutsertaan secara wajib atas beberapa alasan pokok, yaitu :
•
4)
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan,
Un dang-un dang dan Peraturan·peratur·
an (Jakarta: Jambatan, cetakan ke-9,
1985), him. 3-9.
,
,
,
a. Agar kegotongroyongan dapat dicapai
secara efektif baik vertikai, horisonta1,
sektoral dan regional
,
,
April 1987
,
•
Hukum dan Pemban/IUnan
122
b. Perlindungan dan kemanfaatannya dapat
diberikan secara merata
mun keduanya menggunakan sistem
•
asuransl.
c. Biaya penyelenggaraannya dapat ditekan
seminimal mungkin, karena besarnya
jumJah peserta.
Pembangunan Masyarakat Indonesia
d. Mendidik tenaga kerja agar memikirkan
masa depan.
e. Memaksa pengusaha agar memberikan
jaminan sosial bagi karyawannya.
Dengan mekanisme asuransi sosial,
akan timbul pemupukan dana terutama pada program-program yang
berjangka pan jang. B·erlainan dengan
asuransi komersial yang dapat diperoleh siapa saja dengan jumlah santunan
sesuai kebutuhan serta kemampuan
pembiayaannya~ maka asuransi sosial
pada program Astek, jaminan sosiaJ
hanya dapat diberikan yang bersifat
dasar serta minimal dibutuhkan untuk
hidup layak.
Jaminan kecelakaan kerja sejak
awal telah diatur dengan Undangundang No, 33/Th. 1947 tentaJlg kecelakaan yang kemudian dimasukkan
pula dalam program Astek, dan merupakan asuransi kelompok, dan dalam
keadaan terpaksa dapat digunakan
polis-terbuka yaitu tanpa nama tertanggung. Pernghitungan iuran didasar. kan pada persentase tertentu dari
biaya tenaga kerja atau bahkan dari
suatu harga proyek misalnya dalam hal
S
tenaga kerja borongan/harian lepas. )
Kedua jenis jaminan sosial tersebut
diatas , baik yang diselenggarakan pemerintah atau swasta/perusahaan merupakan dua cara yang terpisah, na-
5) H.M. Iwan Stambul, Alternatif Asuransi
Sosial Sebagai Sistem Program Jaminan
Sosial , makalah disampaikan pada Seminar Aspek J aminan Sosial Dalam Hubungan Industrial Pancasila · Jakarta
8-9 Oktober 1986.
'
,
Sa saran utama pembangunan nasional ialah peningkatan kesejahteraan
bangsa secara merata bagi semua golongan dan tingkat masyarakat. Oleh
sebab itu menjadi cita-cita pula untu k
meratakan hasil pembangunan secara
bertallap yang akan dicapai nanti.
Tenaga kerja mempunyai peranan dan
.arti penting, sebagai bagian kelompok
masyarakat produktif yang menunjang
pelaksanaan pembangunan. Dengan
demikian adalah wajar apabila diberi
perlin dungan , pemeliharaan serta ditin gka tkan kese jahteraannya. Usaha
tersebut ditujukan terhadap mereka
yang masih bekerja, pada hari tua
maupun yang karena sesuatu hak tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan
hidupnya . Dana jaminan sosial hanya
diperoleh dari perusahaan dan buruh
sendiri secara bersama-sama, maupun
oleh perusahaan sendiri.
8eberapa masalah yang dihadapi
oleh perusahaan yang melaksanakan
jaminan sosial an tara lain:
1. Keadaan so sial ekonomis pengusaha
dan buruh di Indonesia yang masih
terbatas, oleh karena itu jaminan sosial
yang diberikan para pengusaha belum
seragam dan sangat dipengaruhi kemampuan masing-m asing.
2. Dalam kenyataan yang menjadi peserta
adalah tenaga kerja yang berpengasilan
rendah dan pada sektor industri yang
lemah pula
3. Tenaga kerja merasakan bahwa program jaminan sosial mengurangi jumlah
upah yang diterimanya, sehingga belum
disadari manfaatnya.
•
4. Keadaan ekonomi umumnya menyebabkan iuran yang diterima sangat rendah
sehingga tidak sebanding dengan pembiayaan yang
dikeluarkan.
,
,
,
•
Jam/nan S081a/ Buruh
123
01eh sebab itu dalam pelaksanaan program jaminan so sial terIihat kemampuan
perusahaan yang berbeda-beda, sehingga
pelayanannyapun berdeda pula
Berlakunya PP. No. 33/Th. 1947
Tentang Astek, dip an dang sebagai
usaha nyata pemerintah untuk meningkatkan jaminan sosial buruh. Terdapat
usaha pengusaha untuk meningkatkan
ketentuan tersebut menjadi Undang6
undang. )
Dalam proses pembangunan dewasa
ini kiranya beberapa masalah perlu
dipertimbangkan antara lain:
1. Pengaturan dari pelaksanaan jaminan sosial yang ada dapatlah diterapkan disemua masyarakat kerja , atau
kah hanya pada masyarakat kerja
tertentu , yang sering disebut hubungan kerja modern 7) dan umumnya terdapat di kota-kota serta diatur oleh peraturan-peraturan perburuhan baik yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda dahulu
maupun Pemerintah RI sekarang.
Bagian terbesar masyarakat kerja di
Indonesia, yang lahir dari hubungan
kerja tradisional belum pernah dipelajari, bahkan menurut penelitian
van Dijk istilah hubungan kerja
dengan pengertian yang lazim se8
karang, belum pernah dikenal. )
6) Muslich Nitiamidjaja, Kebijaksanaan Pe·
merintah Daiam Meningkatkan Jamin
an Sosiai, makalah disampaikan pada
Seminar Aspek Jaminan Sosial Dalam
Hu bungan Industrial Pancasila, Jakarta,
8-9 Oktober 1986.
7) Iman Soepomo, Hukum Perburuhan Bi·
dang Hubungan Kerja (Jakarta: Jambatan, 1983), cetakan ke-5, hIm. 26.
8) Soetiksno, Hukum Perburuhan (Jakarta:
1979), hIm. 92.
2. Pendapat Prof. Selo Soemardjan,
menurut taraf struktur sosial dan
kebudayaan di Indonesia dapat
dijumpai tiga kategori masyara•
kat, yaitu masyarakat sederhana,
masyarakat madya dan para modera/modern, masing-masing de9
ngan ciri utamanya sendiri. )
Semua hal tersebut akan mewarnai
hubungan kerja dengan semua aspeknya masing-masing, termasuk
jaminan sosial. Sifat majemuk masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat kerjanya.
3. Proses industrialisasi yang sudah dimulai, bahkan dipercepat dengan
gejala-gejala antara Jain seperti
proses alih teknologi, meningkatnya kebutuhan-kebutuhan primer
dan sekunder yang mempercepat masuknya teknologi, sikap terbuka
masyarakat Indonesia khususnya
10
golongan elite, dan seterusnya. )
Sehubungan hal tersebut perlu
memperhitungkan kemasa depan
pengusahanya terhadap masyarakat
kerja.
4. Bagi kelangsungan proses pembangunan dapat menempuh cara:
1. Struktural (mencakup perencanaan,
pembentukan dan evaluasi IembagaIembaga kemasyarakatan, prosedur
serta pembangunan secara materiil).
2. Spiritual (meliputi pembentukan watak dan pendidikan di daIam cara-
9) Soerjono Soekanto, Beberapa Teori So·
sioiogi Tentang Struktur Masyarakat
(Jakarta: RajawaIi, 1984), cetakan ke-2,
hIm. 49-52.
10) Soerjono Soekanto, Pendektztall Sosioi
Mellgenai PHK Massal, makalah disampaikan pada Seminar PHK massal dan
masalahnya, Jakarta, 12-13 Agustus
1986 .
April 1987
•
Hukum dan Pembanllunan
124
cara berpikir dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi).
ubahan pada SUatu lembaga tertentu (misalnya hukum) menjalar ke
bidang-bidang lain . .Dalam hal ini
masalah utama, sampai sejauh mana
hukum dapat mengubah bidang lam
dan sebaliknya, misalnya perubahan-perubahan sosial yang tidak diikuti oleh penyesuaian hukum yang
bersifat parale!. 1~
Persyaratan-persyaratan pada tahap
awal seperti: keamanan, sikap terbuka, .aktivitas serta kreativitas masyarakat dan sebagainya, yang dikaitkan dengan kegunaan ilmu-ilmu
sosial khususnya sosiologi urituk
menunjang pembangunan, diperlukan juga pada tarafpelaksanaan
dan evaluasi keberhasilan_
Di Indonesia misalnya perubahan-perubahan di bidang politik, ekonomi,
pendidikan dan bidang-bidang lain terhadap hukum perburuhan nasional
yang masih relatif muda usianya,
dan dikehendaki masyarakat sendiri
sebagai suatu konsensus nasional. 14)
5 _ Partisipasi aktif seluruh masyarakat
kerja, tidak hanya pemerintah, tetapi juga peranan pengusaha dan bu. ruh sendiri perlu didorong untuk
mendukung terjadinya kepatuhan
hukum, agar tercipta hukum yang
efektifY)
6. Terjadinya proses saling mempengaruhi antar sistem hukum (misalnya
sistem hukum transisional, sistem
hukum pramodern/modern) dengan
lembaga-lembaga lain seperti ekonomi, politik, agama, pendidikan dan
sebagainya, serta sejumlah proses
kemasyarakatan lainnya seperti:
urbanisasi, perubahan nilai-riilai,
modernisasi, perkembangan teknologi/industrialisasi dan sebagainya.l~
Pemanfaatan sosiologi dalam bidang haluan/policy sosial, misalnya
dalam penetapan/pelaksanaan program-program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7. Sifat interdepensi lembaga-lembaga
sosial yang menyebabkan suatu per11) Soerjono Soekanto, Efektivitasi Hukum
dan Peranan Sanksi (Bandung: Rema·
ja Karya, 1985), hlm. 24:""29_
12) Soerjono Soekanto, Perspektif Teoretil
/'
Studi Hukum dIllllm Masyarakat (Jakar·
ta: Rajawali, 1985), hlm. 63-79.
Penutup
•
Hubungan kerja melahirkan masyarakat kerja serta menciptakan pola
interaksi antar pengusaha buruh dan
pemerintah, kebudayaan khusus maupun status tertentu para pekerja dan
keluarganya.
Berbagai perubahan lembaga-lembaga, baik karena pengaruh dari luar
seperti teknologi dan industri, pendidikan politik, ejwnomi dan sebagainya, maupun berbagai interaksi sosial
antar individu, individu · dan kelompok, serta antar kelompok dalam masyarakat, proses kemasyarakatan, sikap
. optimis dari parapelopor pembangunan serta pelaksanaan pembangunan itu
sendiri, banyak menimbulkan harapan
maupun kesulitan-kesulitan, serta kete13) Soerjono Soekanto. Kesadaran Hukum
dan Kepatuhan Hukum (Jakarta: Rajawall, 1982), hIm 47-58.
14) Hubungan Perburuhan Pancasilll. hasil
seminar Hubungan Perburuhan sebagai
konsensus nasional. Jakarta, 4-7 Desember 1974 .
•
125
Jaminan Sosial Buruh
gangan-ketegangan bahkan kadang-kadang menunjuk kepada suatu gejala
krisis.
Oleh sebab itu perlu ada penelitian
serta pemilihan, terhadap pengaruh
kekuatan-kekuatan dari luar terutama
Barat maupun kekuatan-kekuatan dalam kebudayaan sendiri, yang memberikan pengaruh positif terhadap perubahan/pertumbuhan dalam pembangunan yang sedang berlangsung. Demi-
kian pula kemungkinan-kemungkinan
yang ada terhadap pertumbuhan di negara-negara industri baru (NIC) , yang
dapat ditransformasikan.
Sebab tujuan pembangunan nasional pada akhirnya tetap mengarah
kepada manusia Indonesia sendiri,
sedang teknologi, birokrasi dan semua
kelembagaannya berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkannya.
Daftar Pustaka
Bakels, H.L., Arbeidsrechtelijke Geschriften, Kluwer, Deventer, 1977.
Hubungan Perburuhan Pancasila, hasil seminar Hubungan Perburuhan sebagai konsensus
nasional, Jakarta, 4-7 Desember 1974.
Indonesia, Undimg- Undang Dasar 1945.
Iwan Stambul, H.M., Alternatif Asuransi So sial sebagai Sistem Program laminan So sial,
makalah disampaikan pada Seminar Aspek Jaminan Sosial dalam Hubungan Industrial
Pancasila, Jakarta, 8-9 Oktober 1986.
Nitiamidjaja, Muslich, Kebija.ksanaan Pemerintah dalam Meningkatkan laminan Sosial,
makalah disampaikan pada Seminar Aspek Jaminan Hubungan Industrial Pancasila,
Jakarta, 8-9 Oktober 1986.
Soepomo, Iman, Pengantar Hukum Perburuhan (Jakarta: Jambatan, 1983), cetakan ke-6.
Soepmo, Iman, Hukum Perburuhan, Undang-uruiang dan Peraturan-peraturan (Jakarta:
Jambatan, 1985).
Soepomo, Iman, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja (Jakarta: Jambatan, 1983),
cetakan ke-5.
Soetikno, Hukum Perburuhan (Jakarta: 1979).
Soekanto, Soerjono, dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat (JakartaPalembang: Rajawaii, 1982), cetakan ke-2 .
Soekanto, Soerjono, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat (Jakarta: RajawaH, 1984), cetakan ke-2.
Soekanto, Soerjono, Pendekatan Sosial Mengenai PHK Massal, makalah disampaikan pada
Seminar PHK massal dan masalahnya, Jakarta, 12-13 Agustus 1986.
Soekanto, Soerjono, Efektivitasi Hukum dan Peranan Sanksi (Bandung: Remaja Karya,
1985).
Soekanto, Soerjono, Perspektif Teoretis Studi Hukum dolam Masyarakat (Jakarta: RajawaH, 1985 ).
Soekanto, Soerjono, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (Jakarta: RajawaH, 1982).
•
,
•
•
•
April 1987
Download