HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN SIKAP TERHADAP IKLAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM MENGGUNAKAN PRODUK DETERGEN (Kasus : di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta) Oleh : AISYAH A14202024 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN AISYAH. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN SIKAP TERHADAP IKLAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM MENGGUNAKAN PRODUK DETERGEN. Kasus di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta (Di bawah bimbingan PUDJI MULJONO) Stasiun televisi baru saat ini banyak bermunculan di Indonesia menyebabkan banyak pula tayangan iklan yang dikonsumsi oleh masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Iklan detergen merupakan salah satu iklan dalam televisi. Detergen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah detergen sebagai pembersih pakaian. Iklan detergen dianggap iklan yang paling dekat hubungannya dengan ibu rumah tangga. Dengan tampilan iklan yang persuasif dan menarik diharapkan sikap terhadap iklan akan muncul. Sikap terhadap produk juga akan muncul baik secara langsung maupun tidak langsung yang kemudian menentukan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Diduga terdapat perbedaan sikap dan perilaku antara ibu rumah tangga yang tinggal di non kompleks perumahan dan ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi antara masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. (2) Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku ibu rumah tangga menggunakan produk detergen antara masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. (3) Untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku ibu rumah tangga menggunakan produk detergen antara masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. Penelitian ini dilakukan di dua lokasi penelitian, RW 10 RT 09 (kompleks perumahan Bumi Malaka Asri) dan RW 08 RT 02 (non kompleks perumahan) yang merupakan bagian dari Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2006. Metode penentuan sampling untuk penelitian ini menggunakan metode cluster sampling. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan SPSS 12.0 dengan uji statistik frekuensi, Spearman, Pearson dan Fisher. Hasil dari penelitian menunjukkan ada variabel yang berhubungan dengan variabel lainnya dan ada juga variabel yang tidak berhubungan dengan variabel yang lainnya. Pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Variabel tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan pada komunitas kompleks perumahan Bumi Malaka Asri tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Ibu rumah tangga di non kompleks perumahan sebagian besar merupakan tamatan SLTA. Perbedaan tingkat pendidikan tersebut menyebabkan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi pun berbeda. Ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri sebagian besar merupakan tamatan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang tidak berbeda jauh menyebabkan sikap terhadap iklan detergen di televisi pun sama. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan. Hal ini dikarenakan jumlah ibu rumah tangga yang tidak bekerja lebih banyak untuk kedua lokasi penelitian. Tidak terdapat hubungan antara uang belanja dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan. Sehingga tidak terdapat perbedaan antara uang belanja tinggi maupun rendah, sikap yang dihasilkan pun sama terhadap iklan produk detergen. Variabel teman dekat dengan sikap terhadap iklan produk detergen, baik di non kompleks maupun kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara teman dekat dengan sikap terhadap iklan produk detergen. Hal ini dikarenakan ketika ibu rumah tangga saling berinteraksi, mereka jarang sekali membicarakan tentang iklan produk detergen. Tidak terdapat hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan. Hal ini dikarenakan semua kalangan umur ibu rumah tangga selalu menggunakan produk detergen untuk mencuci pakaian. Untuk variabel tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen, pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku menggunakan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan. Perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen tetap sama walaupun pekerjan ibu rumah tangga berbeda. Pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada komunitas kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen. Ibu rumah tangga di non kompleks perumahan selalu melihat harga terlebih dahulu sebelum memutuskan pembelian produk. Sedangkan ibu rumah tangga di kompleks perumahan lebih mementingkan kualitas dari produk detergen. Tidak terdapat hubungan antara teman dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan. Ketika ibu rumah tangga saling berinteraksi, mereka jarang sekali membicarakan tentang produk detergen yang mereka gunakan di rumah. Pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN SIKAP TERHADAP IKLAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM MENGGUNAKAN PRODUK DETERGEN (Kasus : di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta) Oleh : AISYAH A14202024 Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama : Aisyah NRP : A14202024 Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul : Hubungan antara Karakteristik Individu dan Sikap terhadap Iklan di Televisi dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Ir.Pudji Muljono, MSi NIP. 131 841 726 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698 Tanggal Lulus Ujian : 11 Juli 2006 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN SIKAP TERHADAP IKLAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM MENGGUNAKAN PRODUK DETERGEN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Juli 2006 Aisyah A14202024 RIWAYAT PENULIS Penulis adalah anak terakhir dari pasangan John Arnes dengan Mirnalisa yang lahir pada tanggal 19 Desember 1984 di Jakarta. Pendidikan pertama ditempuh di Taman Kanak-Kanak Marga Laksana, Jakarta. Selanjutnya pada tahun pada tahun 1990 meneruskan sekolah di Sekolah Dasar Negeri Malaka Sari 04 Pagi, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 1999 Penulis lulus dari SLTP Negeri 213 Jakarta Timur dan meneruskan di SMU Negeri 103 Jakarta Timur. Pada tahun 2002 diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM), Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Aktivitas selama kuliah diisi dengan kegiatan yang bersifat akademis dan bersifat ekstrakurikuler. Kegitan akademis dijalani oleh penulis dengan menjadi Asisten Dosen untuk Mata Kuliah Sosiologi Umum dan Pengantar Ilmu Kependudukan. Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler penulis pernah berpartisipasi dalam beberapa kegiatan dan kepanitiaan kampus. Kepanitiaan yang pernah diikuti adalah Public Relation Seminar and Training, Eureka Try Out, Masa Perkenalan Departemen yang diselenggarakan oleh MISETA, Wahana Orientasi Wiyata (WOW) IPB 2003 yang diselenggarakan oleh BEM KM IPB serta Malam Keakraban KPM 2004. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, Raja Segala Manusia yang telah memberikan rahmat dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini di bawah Bimbingan Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si. Judul yang diangkat oleh penulis adalah “Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Sikap Terhadap Iklan Di Televisi dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen”. Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Melalui skripsi ini, penulis mencoba untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dan sikap terhadap iklan di televisi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Akhirnya penulis berharap semoga materi yang disampaikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya dengan peminatan yang sama. Bogor, Juli 2006 Penulis UCAPAN TERIMA KASIH Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis menghanturkan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian tugas ini, antara lain : 1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. 2. Papa, Mama, Kakak-kakakku, Yopi Andari yang tak henti-hentinya mendoakan dengan tulus dan juga memberikan semangat serta inspirasi. 3. Bapak Pudji Muljono selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi. 4. Ibu Sarwititi S A selaku dosen penguji utama yang telah bersedia memberikan waktunya untuk menguji penulis pada skripsi ini. 5. Bapak Murdianto selaku dosen penguji perwakilan Departemen yang telah bersedia memberikan waktunya untuk menguji penulis pada skripsi ini. 6. Dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu DAFTAR ISI DAFTAR ISI...................................................................................................... vii DAFTAR TABEL.............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................... 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS ............................................................. 8 2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8 2.1.1 Komunikasi Massa ................................................................ 8 2.1.2 Iklan Televisi Sebagai Bentuk Komunikasi .......................... 10 2.1.3 Sikap...................................................................................... 19 2.1.4 Ibu Rumah Tangga dan Perilaku Menggunakan Produk Detergen.................................................................... 23 2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 27 2.3 Hipotesis......................................................................................... 31 2.4 Definisi Operasional....................................................................... 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 36 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 36 3.2 Metode Penentuan Sampling.......................................................... 36 3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 37 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data........................................... 39 BAB IV GAMBARAN UMUM ....................................................................... 42 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 42 4.2 Karakteristik Responden Penelitian ............................................... 44 4.2.1 Umur ..................................................................................... 44 4.2.2 Tingkat Pendidikan ............................................................... 45 4.2.3 Pekerjaan .............................................................................. 46 4.2.4 Uang Belanja ........................................................................ 47 4.2.5 Teman Dekat ........................................................................ 48 4.3 Merek Produk Detergen yang digunakan Ibu Rumah Tangga ....... 49 4.4 Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi ....................................................................... 50 4.5 Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen............................................................................. 55 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 61 5.1 Komunitas Masyarakat Non Kompleks Perumahan ...................... 61 5.1.1 Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi............. 61 5.1.2 Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen.............. 66 5.1.3 Hubungan antara Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen................................................................. 71 5.2 Komunitas Masyarakat Kompleks Perumahan .............................. 72 5.2.1 Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi............. 72 5.2.2 Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen.............. 78 5.2.3 Hubungan antara Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen................................................................. 83 5.3 Perbandingan antara Komunitas Masyarakat Non Kompleks Perumahan dan Komunitas Masyarakat Kompleks Perumahan .... 83 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 90 6.1 Kesimpulan .................................................................................... 90 6.2 Saran............................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 93 LAMPIRAN ....................................................................................................... 95 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman Kisi-kisi Instrumen Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi.................................................... 38 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen............................................... 39 Tabel 3. Jumlah RT dalam tiap RW di Kelurahan Malaka Sari............. 42 Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Umur………………………………………………………… 44 Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan……………………………....................... 45 Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Pekerjaan…………………………………………………….. 46 Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Uang Belanja ………………………………………………... 48 Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Teman Dekat ……………………………………………….. 48 Jumlah dan Persentase Teman Dekat Responden ………….... 49 Tabel 10. Jumlah dan Persentase Merek Produk yang digunakan ……... 50 Tabel 11. Skor Sikap Responden terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Non Kompleks Perumahan)...................................... 52 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Non Kompleks Perumahan)………………………………………. 53 Tabel 13. Skor Sikap Responden terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Kompleks Perumahan).............................................. 54 Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Kompleks Perumahan) ……………………………………...................... 55 Tabel 15. Skor Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Non Kompleks Perumahan)............................................................. 56 Tabel 1. Tabel 2. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Non Kompleks Perumahan)…………………………………………………... 57 Tabel 17. Skor Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Kompleks Perumahan)…………………………....................................... 59 Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Kompleks Perumahan)…………………………………………………... 60 Tabel 19. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi…………………………............. 61 Tabel 20. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi…………............. 62 Tabel 21. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi…………………………………… 63 Tabel 22. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi……………….... 64 Tabel 23. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi…………………. 66 Tabel 24. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen……………………………... 66 Tabel 25. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen……………………. 67 Tabel 26. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen……………………………... 68 Tabel 27. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen …………………………….. 69 Tabel 28. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Perilaku Menggunakan Produk detergen……………………………… 71 Tabel 29. Hasil Uji Pearson antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen……………………………………………………… 71 Tabel 30. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi……………………………......... 72 Tabel 31. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi…………............. 74 Tabel 32. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi…………………………………… 75 Tabel 33. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi………………… 76 Tabel 34. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi………………… 77 Tabel 35. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Perilaku Menggunakan Produk………………………………………... 78 Tabel 36. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen……………………. 79 Tabel 37. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen……………………………... 80 Tabel 38. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen……………………………... 81 Tabel 39. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Perilaku Menggunakan Produk detergen……………………………… 82 Tabel 40. Hasil Uji Pearson antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen……………………………………………………… 83 Tabel 41. Ikhtisar Hasil Uji Hubungan Antar Variabel antara Non Kompleks Perumahan dan Kompleks Perumahan…………… 89 DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 1. Teks Halaman Kerangka Pemikiran................................................................ 31 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Teks Halaman Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)...................... 95 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)... 96 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)...................... 97 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)......... 98 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)........... 99 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan)………….. 100 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan)....................................................................... 101 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan).................. 102 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan)..... 103 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan)....... 104 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Sikap dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan).................. 105 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Sikap (Kompleks Perumahan)………………….. 106 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap (Kompleks Perumahan)……... 107 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan Sikap (Kompleks Perumahan).............................. 108 Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap (Kompleks Perumahan)…………. 109 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap (Kompleks Perumahan)…............... 110 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Perilaku (Kompleks Perumahan).......................... 111 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)…... 112 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)……………...... 113 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)………. 114 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)………... 115 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Sikap dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)……………….. 116 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan media massa yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio dan koran. Radio merupakan media massa yang membawakan pesan audio, pendengar radio hanya dapat mendengarkan suara. Koran merupakan media massa yang dapat menyajikan pesan visual, pembaca koran hanya dapat membaca pesan-pesan yang disampaikan koran. Sedangkan televisi merupakan media massa yang bisa membawakan suara dan juga membawakan gambar. Saat ini banyak televisi swasta yang bermunculan di Indonesia. Sejak tahun 1989, TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersil. Kemudian berturut-turut berdiri stasiun televisi Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (AnTeve), Indosiar, Metro Tv, Tv 7, Lativi, Trans Tv. Sekarang ditambah lagi stasiun televisi baru seperti O-channel dan Jak Tv. Televisi digunakan sebagai media utama pengiklan dalam mengiklankan produknya karena televisi dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan media komunikasi lainnya. Penayangan iklan pada media televisi memiliki tampilan yang menarik dan atraktif baik dalam bentuk musik, gambar serta konsep yang mudah diingat dan bersifat persuasif menjadikan iklan televisi mampu merebut sebagian besar perhatian konsumen. Berdasarkan catatan Tempo, data Nielsen Media Research (AC Nielsen Indonesia) menyebutkan nilai belanja iklan sebesar Rp 23 triliun selama periode Januari hingga November 2005. Tahun lalu belanja iklan sebesar Rp 22,911 triliun. Televisi mendominasi 70 persen dari nilai belanja iklan atau senilai Rp 16,223 triliun. Hal ini berarti ada peningkatan sebesar lima persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang besarnya hanya sekitar Rp 15,418 triliun. Indonesia dan Cina mengalami pertumbuhan belanja iklan tertinggi dari 12 negara di Asia Pasifik selama periode Oktober 2003-Oktober 2004, masing-masing sebesar 49 persen. Kedua belas Negara tersebut adalah Korea Selatan, Cina, Hongkong, Taiwan, Filipina, India, Thailand, Singapura, Indonesia, dan Selandia Baru. 1 Dari segi spot iklan yang tampil di media televisi, RCTI mendominasi dengan jumlah 291.507 spot iklan. Disusul Trans Tv sebanyak 281.143 spot iklan, dan SCTV pada peringkat ke tiga sebanyak 271.305 spot iklan. 2 Iklan merupakan alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen, maka pendekatan iklan ialah dengan mengenal dan menggunakan motivasi dasar dari calon pembeli terhadap suatu produk. Melalui iklan, konsumen akan mengetahui informasi tentang produk yang ditawarkan. Sedangkan bagi perusahaan, iklan bukan hanya sekedar upaya untuk mengenalkan suatu produk tetapi juga untuk meraih pasar dan meningkatkan pendapatan (Susanto, 1989). Iklan yang kreatif dan menarik dalam menyampaikan pesan akan mampu menarik konsumen untuk dapat membeli produk. Manajer pemasaran selalu tertarik untuk memasarkan produk kepada wanita khususnya ibu rumah tangga karena ibu rumah tangga merupakan agen 1 Indriani Dyah. Belanja Iklan di Berbagai Media Meningkat Lima Persen. http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/html.2005 2 Loc.cit. pembeli potensial dalam keluarga. Terdapat dua kategori ibu rumah tangga yaitu mereka yang lebih suka tinggal dirumah dan mereka yang merencanakan untuk bekerja (Engel et al, 1994). Berdasarkan riset lembaga AC Nielsen, Ibu rumah tangga Indonesia yang tidak bekerja dan menghabiskan waktu dirumah rata-rata menonton iklan televisi sebanyak 1.200 iklan per minggu. Jumlah ini melebihi tingkat kepadatan iklan televisi dunia, dimana data dunia menunjukkan rata-rata orang mengkonsumsi iklan televisi sebanyak 561 iklan per minggu. Dapat dikatakan ibu rumah tangga menyerap iklan televisi lebih dari dua kali lipat ratarata penduduk dunia.3 Merebaknya iklan yang sama tetapi berbeda merek, merangsang pemirsa untuk mencoba dan melakukan eksperimen sampai ditemukannya produk yang sesuai dengan keinginannya merupakan realitas yang ada di masyarakat. Khalayak dijejali dengan menu-menu sajian dengan mengusung kata-kata "produk multiguna", "produk 2 in 1" atau "3 in 1" hingga menawarkan "rezeki nomplok". Hal ini menimbulkan kebingungan sekaligus menggiurkan. Menggiurkan karena pemirsa dipersuasi dengan tawaran hadiah hingga miliaran rupiah dan membingungkan karena hampir semua produk memiliki inti pesan yang sama yang mampu memberikan kepuasan pada konsumen (Sumartono, 2002). Di tengah maraknya iklan produk detergen untuk mencuci pakaian ternyata detergen menyimpan bahaya. Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat dari Institut Teknologi Bandung yang bekerjasama dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dimana mereka 3 Nina M Armando. Iklan Televisi, Duh Banyaknya. www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/ cetak/2005/0605/09/cakrawala/lain04.htm.2005. menemukan zat-zat yang terkandung dalam detergen bersifat karsinogenik yang memicu timbulnya kanker. 4 Melihat banyaknya iklan yang di konsumsi ibu rumah tangga khususnya dalam hal ini iklan detergen merupakan salah satu stimulus yang diduga akan membentuk sikap terhadap iklan yang ditayangkan kemudian akan membentuk juga sikap pada produk yang diiklankan, setelah sikap terbentuk maka tahap selanjutnya membentuk perilaku dalam menggunakan produk detergen. Selain hal di atas karakteristik ibu rumah tangga yang berbeda juga melatarbelakangi perbedaan sikap terhadap iklan produk detergen maupun perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Penelitian ini akan membandingkan sikap dan perilaku ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di kompleks perumahan dan non kompleks perumahan. Perbedaan yang tampak pada kedua karakteristik ibu rumah tangga tersebut antara lain interaksi dengan lingkungan sekitar dimana ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan interaksi dengan lingkungan sekitar lebih sedikit dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tinggal di non kompleks perumahan. Hal ini dikarenakan ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan lebih banyak yang bekerja sehingga waktu untuk berinteraksi sedikit. Berbeda dengan ibu rumah tangga yang tinggal di non kompleks perumahan, waktu untuk berinteraksi lebih banyak karena sebagian besar ibu rumah tangga tidak bekerja. Dari segi pendapatan juga menunjukkan perbedaan yang cukup berarti dimana pendapatan keluarga yang tinggal di kompleks perumahan lebih 4 Agung Rulianto dan Agus Hidayat. http://www.fujiro.com/artikel/tempo 300901.htm. 2005 Sulitnya Mencuci Detergen. besar dibandingkan dengan pendapatan keluarga di non kompleks perumahan. Hal ini dikarenakan pada keluarga yang tinggal di kompleks perumahan mayoritas suami dan istri bekerja sehingga jumlah pendapatan lebih besar sedangkan keluarga yang tinggal di non kompleks perumahan mayoritas posisi pencari nafkah diemban oleh kepala keluarga saja. Perbedaan karakteristik tersebut diduga akan menimbulkan perbedaan pula terhadap pembentukan sikap dan perilaku dalam menggunakan produk detergen Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan utama yang akan diangkat adalah apakah terdapat hubungan antara karakteristik ibu rumah tangga dengan sikap terhadap iklan produk detergen, dan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. 1.2 Perumusan Masalah Banyaknya stasiun televisi baru yang bermunculan di Indonesia menyebabkan banyak pula tayangan iklan yang dikonsumsi oleh masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Televisi mempunyai beberapa fungsinya yaitu sebagai media massa, sebagai alat hiburan dan juga dapat dipergunakan oleh para pengusaha sebagai media periklanan untuk mempromosikan barang atau jasa hasil produksi perusahaan mereka. Televisi sudah tersebar luas di masyarakat, maka dengan mengiklankan barang atau jasa melalui televisi, masyarakat penonton televisi khususnya ibu rumah akan ikut memperhatikan siaran-siaran iklan melalui televisi tersebut. Iklan detergen merupakan salah satu iklan dalam televisi. Detergen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah detergen sebagai pembersih pakaian. Iklan detergen dianggap iklan yang paling dekat hubungannya dengan ibu rumah tangga. Melalui tampilan iklan yang persuasif dan menarik diharapkan sikap terhadap iklan akan muncul. Sikap terhadap produk juga akan muncul baik secara langsung maupun tidak langsung yang kemudian menentukan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Diduga terdapat perbedaan sikap dan perilaku antara ibu rumah tangga yang tinggal di non kompleks perumahan dan ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan. Perumusan masalah yang akan dipaparkan oleh peneliti antara lain : 1. Sejauhmana hubungan antara karakteristik individu dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi untuk masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan? 2. Sejauhmana hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen untuk masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan? 3. Sejauhmana hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen untuk masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan? 1.3 Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi antara masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. 2. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku ibu rumah tangga menggunakan produk detergen antara masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. 3. Untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku ibu rumah tangga menggunakan produk detergen antara masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihakpihak yang berkepentingan dalam produksi iklan dan bagi pengusaha produk detergen. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai iklan televisi dan juga perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai iklan televisi dan dapat digunakan sebagai bahan pembanding bagi penelitian selanjutnya. BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antara pihak terkait dalam proses informasi (Schramm dan Kinchaid, 1978). Rakhmat (2004) mengartikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Mekanisme komunikasi massa melalui media massa dalam mempengaruhi, membentuk, dan mengarahkan individu dapat dijelaskan melalui beberapa teori tentang komunikasi massa antara lain teori jarum suntik yang beranggapan media massa mempunyai pengaruh langsung, segera dan sangat kuat terhadap suatu khalayak. Teori komunikasi dua tahap (two step flow theory) yang beranggapan komunikasi massa berpengaruh tidak langsung dan kuat. Dinyatakan tidak langsung karena komunikasi yang terjadi bermula dari media massa melalui opinion leader, baru disampaikan kepada khalayak dan dinyatakan kuat karena pesan-pesan yang diterima dan dipergunakan khalayak bukan lagi pesan yang murni melainkan pesan yang sudah dimodifikasi dengan interpretasi dari opinion leader. Teori komunikasi satu tahap (one step flow theory), beranggapan bahwa media massa berpengaruh langsung tetapi tidak kuat kepada khalayak penggunanya. Dinyatakan langsung karena khalayak terdedah langsung tanpa perantara dan dinyatakan tidak kuat karena kenyataannya tidak dapat mengubah perilaku khalayak dengan sempurna, dalam banyak hal perubahan dipengaruhi oleh sifat-sifat individu, baik bawaan maupun yang dipengaruhi oleh pengalaman. Teori banyak tahap (multi step flow theory), beranggapan bahwa terdapat sejumlah variabel yang mendasari aliran komunikasi dari sumber kepada sejumlah besar khalayak (Nurudin, 2003). Para ahli komunikasi massa melihat hubungan antara khalayak dengan media massa dengan pendekatan uses and gratification. Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G Blumer, dan Michael Gurevitch, uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini. Pertama, khalayak dianggap aktif; sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan. Kedua, dalam proses komunikasi banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak. Ketiga, media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. Keempat, banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya orang-orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu. Kelima, penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Menurut aliran uses and gratification perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula, berarti efek media massa berlainan bagi setiap anggota khalayak (Rakhmat, 2004). 2.1.2 Iklan Televisi sebagai Bentuk Komunikasi Kegiatan periklanan diadakan untuk menarik perhatian orang. Iklan pertama kali dikenal lewat pengumuman-pengumuman yang disampaikan secara lisan. Seperti orang menjajakan barang dagangannya dengan menggunakan alat tiup agar dapat menarik perhatian. Kegiatan periklanan semakin berkembang mengingat komunikasi tatap muka tidak dimungkinkan lagi, maka manusia menggunakan tulisan sebagai alat penyampaian pesan (Susanto, 1989). Iklan dapat mempercepat pertemuan antara pihak pembeli dan penjual melalui pasar. Sebaliknya dengan pemakaian iklan, pengusaha dapat memperoleh informasi-informasi yang lebih cepat dari masyarakat pembeli tentang barangbarang dan jasa-jasa yang dipasarkannya (Team Leknas/LIPI, 1980). Wright (1978) sebagaimana dikutip oleh Liliweri (1992), mengemukakan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi persuasif. Sementara untuk tujuan pemasaran secara langsung, iklan juga berfungsi sebagai tenaga pemasaran. Iklan bahkan mampu mendorong calon konsumen untuk membeli suatu produk tanpa melihat atau mencobanya (Brannan, 2004). Menurut Krugman (1965) sebagaimana dikutip oleh McQuail (1987), Ciriciri utama iklan adalah jumlahnya sangat besar dan secara jelas didorong oleh kepentingan pengirim bukan kepentingan penerima. Meskipun iklan selalu direncanakan dengan sengaja, namun sasarannya bisa beranekaragam. Kebanyakan iklan termasuk dalam klasifikasi model pertunjukan perhatian (display attention). Iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Media yang paling efektif digunakan yaitu televisi. Televisi mempunyai beberapa kelebihan dan juga kelemahan. Kelebihan televisi antara lain efisiensi biaya, banyak pengiklan menganggap televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersialnya karena kemampuannya menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Selain itu dampak yang diberikan televisi sangat kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada sekaligus dua indera yaitu penglihatan dan pendengaran. Kelebihan yang lain yaitu televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat meluangkan waktunya di muka televisi sebagai sumber berita, hiburan, dan sarana pendidikan. Kebanyakan calon pembeli lebih percaya pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada tidak sama sekali. Sedangkan kelemahan televisi yaitu biaya produksi sangat besar, khalayak yang tidak selektif kemudian kesulitan teknis karena media ini juga tidak luwes dalam pengaturan teknis-teknis iklan yang telah dibuat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya apalagi menjelang jam-jam penyiaran (Kasali, 1995). Sejalan dengan pernyataan di atas, Jefkins (1994) mengungkapkan kelebihan iklan televisi yang berlaku secara umum antara lain pertama, iklan televisi memberikan kesan yang realistik, sehingga para pengiklan dapat menunjukkan kelebihan produk secara mendetail. Kedua, karena iklan televisi disiarkan di rumah-rumah dalam suasana yang serba santai maka masyarakat lebih siap memberikan perhatian. Ketiga, iklan televisi bisa ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit. Sedangkan kelemahan televisi antara lain televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal sehingga pemilihan sering sulit dilakukan. Konsentrasi penonton seringkali terpecah karena biasanya banyak orang menonton sambil mengerjakan hal yang lain. Inti periklanan adalah menemukan ide yang relevan untuk komunikan, sehubungan dengan isi dan kegunaan pesan, sehingga calon konsumen tergerak untuk bertindak, karena inilah ide yang ditonjolkan harus bersifat seleksi daya tarik yang menguntungkan. Motivasi haruslah menarik dan menghubungkan kebutuhan komunikan dengan jasa atau barang yang dianjurkan. Pesan yang disebarkan melalui iklan untuk komunikan haruslah merupakan pemberian informasi yang baru atau lengkap terhadap isi iklan yang telah dimilikinya, informasi yang baru yang dapat membantu komunikan untuk mengadakan organisasi dan reorganisasi pemikiran dan data yang telah dimiliki, dan isi harus mempunyai nilai kepentingan untuk komunikan (Susanto, 1989). Sebuah iklan terkadang begitu cerdik, sehingga senantiasa diingat. Pengiklan tidak seharusnya berharap seluruh sosok iklannya akan dapat diingat konsumen. Kalau konsumen bisa mengingat sebagian dari tanda-tandanya, seperti gambarnya yang menarik atau hiasannya yang unik sudah cukup, karena pada akhirnya jika seseorang mengingat tanda-tanda khas dari suatu iklan, ia akan terdorong untuk mengingat dan mengidentifikasikan hal-hal penting lainnya yang tertera pada iklan tersebut. Para konsumen jarang sekali bersedia menyediakan waktu yang cukup lama untuk memperhatikan sebuah iklan. Biasanya mereka melihat (iklan media cetak), mendengar (iklan radio), atau menyaksikannya (iklan televisi) secara sambil lalu saja, karena itu pesan harus dibuat sesederhana mungkin namun mampu memberikan dampak seketika (Jefkins, 1994). Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau mempengaruhi sikap-sikap khalayak, dalam hal ini tentunya adalah sikap-sikap konsumen. Tujuan periklanan komersial adalah membujuk khalayak untuk membeli produk A, bukannya produk B; atau mempromosikan kelanjutan perilaku membeli produk A untuk seterusnya. Apabila para pembaca, pendengar atau pemirsa mengartikan suatu iklan secara keliru, maka kampanye iklan tersebut dapat dikatakan telah gagal total. Semua biaya yang dikeluarkan tidak lebih dari sekedar pemborosan waktu dan uang. Oleh karena itu untuk mengefektifkan iklannya, perusahaanperusahan besar seringkali mempekerjakan konsultan humas yang bertugas untuk mendidik pasar (Jefkins, 1994). Salah satu cara untuk menyampaikan pesan secara tepat adalah dengan lagu-lagu singkat (jingle) atau slogan-slogan singkat yang menarik. Teknik lainnya adalah melengkapinya dengan gambar. Kedua ekspresi tersebut, yakni kata dan gambar, sejak lama telah digunakan dalam periklanan televisi sehingga disini kita mendapati berbagai frase-frase singkat namun efektif. Secara garis besar, iklan digolongkan menjadi tujuh kategori pokok yaitu iklan konsumen, iklan bisnis ke bisnis, iklan perdagangan, iklan eceran, iklan keuangan, iklan langsung dan iklan lowongan kerja (Jefkins, 1994). Gambar dan percakapan (audio visual messages) yang disalurkan lewat televisi dengan jelas dapat dilihat dan ikuti oleh setiap penonton. Penerimaan, penafsiran dan penyerapan pesan lewat televisi oleh masyarakat menjadi lebih lancar dan sebaliknya lebih sulit untuk dikuasai oleh penyelenggara siaran tanpa seleksi cermat didalam penyusunan acara. Tidaklah mengherankan kalau suatu bentuk iklan dalam televisi bisa menimbulkan aneka macam reaksi dan komentar, karena masing-masing penonton mencoba mengkaitkan barang dan jasa yang ditawarkan itu dengan kehidupan sosial dan kebudayaan mereka (Team Leknas/LIPI, 1980). Reaksi yang timbul dari masyarakat atas penawaran barang melalui iklan televisi lebih banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan kebudayaan masing-masing lingkungan masyarakat daripada atas kegunaan praktis daripada barang dan jasa yang ditawarkan. Keadaan ini bukan tidak disadari oleh penawar jasa dan barang didalam memperagakan barang dagangan ataupun hasil produksi mereka melalui iklan. Kebanyakan iklan lewat televisi telah menunjukkan caracara penawaran yang terarah, dengan kelompok-kelompok konsumen tertentu sebagai sasaran, sesuai dengan bentuk dan sifat produksi ataupun jasa yang ditawarkan (Team Leknas/LIPI, 1980). Dipandang dari unsur penonton, barang apapun yang ditawarkan lewat televisi tidak banyak menimbulkan persoalan oleh karena selain masyarakat mempunyai kemampuan menyaring dan memilih serta menyerapnya, pihak pengusaha dan pemasang iklan pun mengetahui sampai dimana daya beli dan daya serap pihak yang dituju (Team Leknas/LIPI, 1980). Jenis iklan di media massa digolongkan dalam dua bagian yaitu iklan komersial dan iklan layanan masyarakat. Media televisi swasta mengandalkan pemasukan dana dari iklan komersial untuk membuat paket acaranya. Otomatis paket acara iklan selalu hadir baik secara sekilas maupun bertubi-tubi dalam acara tersebut. Secara tidak langsung iklan komersial memaksa masyarakat untuk menjadi golongan kelas atas walaupun belum saatnya masyarakat sampai pada titik seperti itu (Kuswandi, 1996). Menurut Shimp (2003), periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya antara lain sebagai informing (memberi informasi), persuading ( mempersuasi), reminding (mengingatkan), adding value (memberi nilai tambah), assisting (mendampingi). Bovee (1976) sebagaimana dikutip oleh Liliweri (1992) mengemukakan paling tidak periklanan yang baik mengacu pada segi daya tarik. Segi daya tarik bagi iklan terdiri atas daya tarik pesan dalam artian kata-kata, kalimat dan berikut daya tarik fisik, penampilan luar dan ilustrasi yang menyertai iklan. Segi daya tarik bagi iklan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Daya Tarik Pesan dan Fisik a. Daya tarik pesan, antara lain : • Struktur pesan adalah cara menampilkan pesan dalam bentuk suatu kesimpulan apakah itu tersirat ataupun tersurat dalam kandungan isinya. • Gaya pesan adalah cara pemilihan pesan iklan dengan memperhatikan pesan iklan dengan memperhatikan unsur urutan argumentasi (mana argumentasi yang terlebih dahulu, argumentasi yang disenangi dan argumentasi yang tidak disenangi ). • Appeals pesan mengacu pada motif-motif psikologis yang terkandung seperti pesan yang harus rasional, emosional, daya tarik akan ganjaran tertentu. b. Daya tarik Fisik Daya tarik fisik selalu berkaitan dengan gambar atau ilustrasi yang menjadi latar belakang pesan-pesan iklan. 2. Daya tarik Kuantitas dan Kualitas a. Frekuensi b. Intensitas c. Gerak dan perubahan d. Jumlah e. Aktualitas pesan 3. Teknik Propaganda a. Slogan Slogan adalah ungkapan kata ataupun kalimat yang dirumuskan dalam bentuk ringkas tetapi padat tentang sesuatu produk agar mudah diingat dan mengikat emosi khalayak. b. Name Calling Menyebarluaskan ide-ide ataupun gagasan yang menurunkan derajat suatu produk yang lain sehingga menimbulkan rasa simpatik berlebihan terhadap produk yang ditawarkan. c. Glittering Generalites Menyampaikan pesan yang mengidentifikasikan penggunaan suatu produk dengan sesuatu gagasan yang agung dan luhur serta mulia yang dicitacitakan banyak orang. d. Transfer Penyampaian pesan kepada khalayak melalui peminjaman ketenaran, kewenangan seseorang ataupun keagungan dan keseluruhan suatu tanda atau simbol tertentu sehingga merangsang orang lain untuk membeli dan memakainya. e. Testimonials Sama seperti transfer, namun secara langsung pesan diiklankan dengan menampilkan gambar, suara, ucapan-ucapan orang-orang terkenal yang secara langsung menganjurkan suatu produk tertentu. f. Plain Folks Meyakinkan konsumen bahwa produk tertentu merupakan hasil dari budi daya dan sumber daya alam di tanah air sendiri. g. Card-Stacking Memberikan pesan kepada khalayak dengan mengatakan segi-segi baik serta keistimewaan suatu produk untuk menghasilkan efek yang maksimum terhadap produk tersebut. h. Band wagon Cara mengiklankan barang tertentu dengan memberikan keyakinan mengenai sukses yang dicapai oleh perusahaan, lembaga, organisasi sehingga merangsang orang untuk membelinya. i. Daya tarik sex Penonjolan bagian-bagian tubuh tertentu, misalnya kecantikan wanita yang dipromosikan untuk mengiklankan produk tertentu. j. Musik Kekuatan untuk mengiringi penampilan iklan. Efek yang ditimbulkan melalui iklan kebanyakan merupakan perubahan tingkah laku yang berjangka pendek (konsumsi). Meskipun bisa juga berupa pembentukan citra produk, cap, lambang perusahaan yang berjangka waktu panjang dan berperan sebagai penunjang kebiasaan yang berjangka waktu panjang. Efek samping yang tidak direncanakan dan telah diterima sebagai suatu hal yang wajar adalah sosialisasi kebiasaan konsumtif (McQuail, 1987). Menurut Ray (1973) sebagaimana dikutip oleh McQuail (1987), harapan untuk memperoleh imbalan pribadi (kepuasaan jiwa) dari produk barangkali memang merupakan dasar utama efek, tetapi iklan kadangkala menggunakan rangsangan dasar yang lain, misalnya koersi simbolik (memancing rasa takut atau cemas), kewibawaan yang dihargai (dukungan tokoh penting dan semacamnya), dan otoritas (pemanfaatan pakar). Kadangkala pula ada rangsangan yang memancing motivasi psikologis yang lebih dalam. Keseimbangan antara proses kognisi, pembentukan sikap, dan perubahan sikap sangatlah bervariasi, tergantung pada urutan kemunculan proses tersebut. 2.1.3 Sikap Menurut Allport dalam Sears (2004), sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Kemudian menurut Myers (1996) sebagaimana dikutip oleh Sarwono (2002) menyatakan bahwa sikap adalah sebuah favourable atau unfavourable evaluasi reaksi terhadap sesuatu atau seseorang, ditunjukkan dalam kepercayaan, perasaan atau teruntuk perilaku. Sedangkan menurut Calhoun dan Joan (1995), sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu. Dari berbagai definisi, Rakhmat (2004) menyimpulkan beberapa hal. Pertama sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh merupakan benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang ia sukai, diharapkan, diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (Sherif dan Sherif, 1956 dalam Rakhmat 2004). Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul dari pengalaman, merupakan hasil belajar karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Engel et al. (1994) menambahkan sikap dapat dibentuk bahkan tanpa adanya pengalaman aktual dengan suatu objek. Seperti contoh, sikap produk mungkin dibentuk bahkan bila pengalaman konsumen dengan produk bersangkutan terbatas pada apa yang mereka lihat di dalam iklan. Menurut Azwar (2003), struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang antara lain komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif yaitu komponen yang berisi persepsi, kepercayaan, pengetahuan, dan sterotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afeksi menyangkut masalah emosional subjektif (perasaan) seseorang terhadap suatu objek sikap. Sedangkan komponen konatif adalah kecenderungan perilaku seseorang, bukan merupakan perilaku yang nyata, baru dalam bentuk akan melakukan sesuatu. Ketiga komponen sikap itu saling terkait erat, sehingga timbul teori bahwa jika kita dapat mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu sikap tertentu, kita akan tahu pula kecenderungan perilakunya (Sarwono, 2002). Azwar (2003) menyatakan bahwa sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Berikut akan diuraikan peranan masing-masing faktor tersebut dalam ikut membentuk sikap manusia. 1. Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan pesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memilih sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi terbentuknya sikap. 4. Media Massa Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Karena itulah, salah satu bentuk informasi sugestif dalam media massa, yaitu iklan selalu dimanfaatkan dalam dunia usaha guna meningkatkan penjualan atau memperkenalkan suatu produk baru. Dalam hal ini, informasi dalam iklan selalu berisi segi positif mengenai produk sehingga dapat menimbulkan pengaruh afektif yang positif pula. Memang, sebenarnya iklan merupakan suatu bentuk strategi persuasi dan strategi pembentukan sikap positif terhadap barang yang ditawarkan yang menjadi objek sikap konsumen. 5. Lembaga Pendidikan Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. 6. Pengaruh Faktor Emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didadasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Setelah konsumen (ibu rumah tangga) terdedah oleh iklan, maka sikap mereka terhadap iklan akan muncul yang diiringi sikap terhadap produk. Penelitian yang dilakukan oleh Burke dan Edell seperti dikutip Jeffres (1997), menemukan bahwa perasaan yang didapat khalayak dari iklan televisi, mempengaruhi sikap khalayak terhadap iklan tersebut serta sikap terhadap produk baik secara langsung maupun tidak langsung. Sikap terhadap iklan akan mempengaruhi penilaian terhadap produk yang diiklankan. Jika sikap terhadap iklan negatif , walau iklan tersebut sangat informatif, maka sikap terhadap produk yang diiklankan akan negatif pula. Dengan demikian, sikap terhadap iklan kemudian akan mempengaruhi sikap terhadap produk yang kemudian akan mempengaruhi keputusan untuk membeli produk 2.1.4 Ibu Rumah Tangga dan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Wanita khususnya ibu rumah tangga adalah konsumen potensial yang membeli begitu banyak barang dan jasa. Suatu survey pola berbelanja yang dilakukan oleh Swa dan Pacific Rekanprima pada tahun 2001 terhadap 100 ibuibu muda kalangan menengah atas, yang terdiri atas 50 responden yang bekerja dan 50 responden tidak bekerja, mengungkapkan bahwa 25 persen responden mengeluarkan lebih dari Rp 12 juta sebulan untuk kebutuhan rumah tangga, 10 persen responden mengeluarkan antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per bulan, dan sisanya sebanyak 65 persen mengeluarkan antara Rp 2 juta sampai Rp 5 juta per bulan (Sumarwan, 2002). Chandradhy (1978) juga berpendapat bahwa dalam pasar konsumen Indonesia maka keluargalah dan khususnya ibu rumah tangga yang banyak melakukan tindakan pembelian. Setiap anggota keluarga dapat bertindak sebagai pemrakarsa (initiation), penentu, pembeli atau dapat mempengaruhi suatu keputusan dalam membeli. Engel et al. (1994) menjelaskan, bahwa terdapat lima peranan dalam keputusan konsumsi keluarga, yaitu : 1. Penjaga pintu (gatekeeper), yang berperan sebagai inisiator dalam pembelian produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan. 2. Pemberi pengaruh (influencer), yaitu individu yang opininya dicari sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam pembelian produk atau merek yang paling mungkin cocok dengan kriteria evaluasi itu. 3. Pengambil keputusan (decider), yaitu individu yang berwenang dan/atau berkuasa dalam keuangan untuk memilih bagaimana uang tersebut akan dibelanjakan serta produk. 4. Pembeli (buyer), yaitu yang bertindak sebagai agen pembelian, dari mengunjungi toko, menghubungi penyuplai, hingga membawa produk ke rumah 5. Pemakai (user), yaitu orang yang menggunakan atau mengkonsumsi produk. Tetapi begitu kita bicara tentang siapa yang pada umumnya melakukan pembelian dalam suatu rumah tangga, maka peran dan pengaruh ibu rumah tangga dalam keluarga Indonesia pada umumnya adalah sangat menentukan. Biasanya ibu rumah tanggalah yang memegang uang dan mengatur pengeluaran. Sesungguhnya ia merupakan agen pembelian yang utama untuk keluarga. Ibu rumah tangga tidak hanya menentukan dan membeli sebagian besar barang-barang yang digunakan keluarganya sehari-hari, tetapi juga barang-barang keperluan suami dan anak-anaknya. Anggota-anggota lain dari keluarga hanya memainkan peran terbatas sebagai orang yang mempengaruhi, menyarankan suatu merek barang dan jasa tertentu. Meskipun demikian, hampir semua pembelian di pasar atau toko terutama dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga akrab dengan pemakaian detergen untuk mencuci pakaian. Deterjen umumnya tersusun atas lima jenis bahan penyusun. Pertama, surfaktan yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pada pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap penguraian oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Kedua, senyawa fosfat, (bahan pengisi) yang mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merk deterjen memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan Booming Algae (meledaknya populasi tanaman air). Ketiga, Pemutih dan pewangi (bahan pembantu) zat pemutih umumnya terdiri dari zat natrium karbonat. Menurut hasil riset organisasi konsumen Malaysia (CAP), pemutih dapat menimbulkan kanker pada manusia. sedangkan untuk pewangi lebih banyak merugikan konsumen karena bahan ini membuat makin tingginya biaya produksi, sehingga harga jual produk semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak ada kaitannya dengan kemampuan mencuci. Keempat, bahan penimbul busa yang sebenarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian dan tidak ada hubungannya antara daya bersih dengan busa yang melimpah. Kelima, Fluorescent berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang. 5 Saat ini banyak produk detergen yang diiklankan oleh televisi seperti Rinso, Attack, Boom, So Klin, Daia, Surf, dan B-29. Masing-masing produk tentu mempunyai kelebihannya masing-masing. Setelah ibu rumah tangga terdedah oleh iklan dan sikap terhadap produk detergen sudah muncul, maka akan dilanjutkan dengan perilaku menggunakan produk. Perilaku merupakan fungsi dari sikap. Sikap akan sesuai dengan perilaku jika dalam kondisi tertentu, seperti sikap yang kuat, spesifik, dan tanpa tekanan emosi yang bertentangan. Sikap dapat menentukan perilaku jika dapat muncul 5 Fakhrizal. Mewaspadai Bahaya Limbah http://ecoton.terranet.or.id/tulisanlengkap.php?id=1566. 2004. Domestik Di Kali Mas. dalam kesadaran seseorang. Dengan demikian hubungan sikap dan perilaku dipengaruhi oleh bagaimana caranya sikap itu masuk kedalam kesadaran. Hubungan sikap dan perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman langsung terhadap suatu objek serta adanya kepentingan tetap atau kepentingan diri sendiri terhadap suatu objek (Sears, Jonathan, dan Anna, 2004). Selanjutnya, menurut Sarwono (2002), niat untuk berperilaku ditentukan oleh dua hal yaitu sikap terhadap perilaku itu sendiri dan norma subyektif tentang perilaku itu. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh dua hal yaitu kepercayaan atau keyakinan (belief) tentang konsekuensi-konsekuensi dari perilaku dan evaluasi terhadap konsekuensi-konsekuensi tersebut untuk diri subjek (orang yang diteliti) itu sendiri. Tahapan menggunakan produk detergen diawali dengan pengambilan keputusan produk mengenai produk detergen mana yang akan digunakan. Engel et al. (1994) menjelaskan, bahwa keputusan konsumen untuk mengkonsumsi barang dan jasa mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Pengenalan kebutuhan, konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan 2. Pencarian informasi, konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal) 3. Evaluasi alternatif, konsumen mengevaluasi berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih 4. Pembelian, konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu 5. Hasil (pascapembelian), konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Sejalan dengan hal di atas, Peter dan Olson (1999) mengemukakan tahapan konsumsi terdiri dari 3 yaitu prapembelian, pembelian dan pascapembelian. Pra pembelian terdiri dari kontak informasi dan akses pendanaan. Pembelian terdiri dari kontak toko, kontak produk dan transaksi sedangkan pascapembelian terdiri dari konsumsi dan komunikasi. Ada anggapan salah di masyarakat dalam hal penggunaan detergen saat mencuci pakaian. Busa yang banyak dianggap sebagai penyebab cucian menjadi bersih. Padahal, fungsi busa hanya pada mencuci secara manual agar terasa ringan atau licin saat mengucek. Selain itu, busa yang berlimpah berdampak pada lingkungan seperti meledaknya populasi tanaman air.6 Maka dalam pengambilan keputusan menggunakan produk yaitu pada tahap evaluasi alternatif dan hasil ingin diketahui apakah ibu rumah tangga mempertimbangkan dampak detergen terhadap lingkungan 2.2 Kerangka Pemikiran Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari 6 Agung Rulianto dan Agus Hidayat. op.cit. sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan mampu membujuk khalayak agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan. Dengan demikian, periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli (Jefkins, 1994). Sifat khas iklan yaitu sebagai pihak yang mempertemukan pembeli dengan penjual, maka pendekatan utama iklan ialah dengan mengenal dan menggunakan motivasi dasar dari calon pembeli terhadap suatu produk (Susanto, 1989). Iklan menjangkau berbagai daerah yang sulit dijangkau secara fisik oleh produsen melalui siaran televisi atau radio. Sekalipun memerlukan biaya yang secara nominal besar sekali jumlahnya, bagi produsen yang dapat memanfaatkan kreativitas dalam dunia iklan, strategi iklan yang tepat dapat menjadi murah (Jefkins, 1994). Indonesia merupakan negara dengan tingkat iklan televisi paling padat di dunia, hal ini dikarenakan penduduk Indonesia yang paling banyak mengkonsumsi iklan televisi. Data ini muncul berdasarkan riset lembaga AC Nielsen yang menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa Indonesia me nonton iklan televisi sebanyak 852 iklan per minggu dan ibu rumah tangga dijejali iklan lebih banyak lagi yaitu 1200 iklan per minggu. Jumlah itu jauh melebihi tingkat kepadatan iklan televisi dunia. Data dunia menunjukkan rata-rata orang mengkonsumsi iklan televisi sebanyak 561 iklan per minggu. Dengan demikian, ibu rumah tangga menyerap iklan televisi lebih dari dua kali lipat rata-rata penduduk dunia.7 7 Nina M Armando,op.cit. Iklan produk detergen di televisi dekat hubungannya dengan ibu rumah tangga, dimana ibu rumah tangga biasa menggunakan detergen untuk membersihkan pakaian. Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. 8 Namun di samping manfaat yang diberikan, detergen pun mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan yaitu meledaknya populasi tanaman air (booming algae) yang ditandai dengan banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawarawa dan danau-danau. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. 9 Iklan produk detergen di televisi merupakan suatu bentuk penyampaian informasi tentang manfaat dan keunggulan produk-produk detergen yang ditawarkan pihak pengiklan, berupa bentuk gambar dan suara. Daya tarik iklan produk detergen terletak pada tokoh atau bintang iklan, pesan iklan, plot, adegan dalam iklan, slogan, musik, jenis produk yang ditawarkan dalam ragam kreatifitas serta repetisi (pengulangan iklan). Daya tarik ini bertujuan untuk menarik perhatian pemirsa. Dengan banyaknya iklan detergen di televisi, maka sikap ibu rumah tangga terhadap iklan detergen akan muncul. Sikap terhadap produk juga akan muncul 8 9 POM. Detergen. www.pom-obat.go.id/v2.0/articles.php?id=8. 2004. Asep Saefumillah. Problem Lingkungan Berskala Global. http://www.kompas. com /kompas-cetak/0305/28/opini/335086.htm. 2005. baik secara langsung maupun tidak langsung. Sikap terhadap iklan akan menentukan sikap terhadap produk. Sikap dalam hal ini melingkupi tiga komponen yaitu komponen kognitif (pengetahuan), afeksi (perasaan), dan konatif (kecenderungan berperilaku). Sikap ibu rumah tangga terlihat dari pengetahuan mengenai iklan produk detergen, perasaan mereka terhadap produk detergen, dan kecenderungan perilaku mereka terhadap iklan produk detergen. Sikap terhadap iklan televisi akan mempengaruhi sikap terhadap produk deteregen itu sendiri, seperti kesadaran akan adanya produk (kognitif), perasaan terhadap produk (afeksi), dan kecenderungan ibu rumah tangga terhadap produk detergen yang ditawarkan. Sikap ibu rumah tangga terhadap iklan detergen di televisi diduga akan membentuk perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen, hal ini dikarenakan perilaku merupakan fungsi dari sikap. Perilaku menggunakan produk detergen diawali dengan pengambilan keputusan konsumen ibu rumah tangga dalam menggunakan produk. Tahapan-tahapan pengambilan keputusan untuk konsumsi antara lain pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil (pascapembelian). Dengan adanya dampak negatif detergen terhadap lingkungan, ingin diketahui apakah ibu rumah tangga menjadikan salah satu pertimbangan dalam pembelian produk detergen yaitu pada tahapan evaluasi alternatif dan pascapembelian. Faktor karakteristik individu memiliki pengaruh besar dan berbeda terhadap sikap terhadap tayangan iklan produk detergen dan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Rosengren (1974) mengelompokkan karakteristik individu menjadi dua bagian yaitu karakteristik intra (dalam) dan karakteristik luar (ekstra) yang keduanya sama pentingnya.Karakteristik intra (dalam) meliputi umur, tingkat pendidikan, uang belanja, dan Pekerjaan. Sedangkan karakteristik ekstra (luar) meliputi teman dekat/kerabat. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Karakteristik individu Karakteristik intra • Umur • Tingkat pendidikan • Pekerjaan • Uang belanja Karakteristik ekstra • Teman dekat Sikap terhadap iklan produk detergen di televisi • • • Kognisi Afeksi Konasi Perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen • Pengenalan kebutuhan • Pencarian informasi • Evaluasi alternatif • Pembelian • Pascapembelian 2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi untuk masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. 2. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen untuk masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. 3. Diduga terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku ibu rumah tangga menggunakan produk detergen untuk masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. 2.4 Definisi Operasional 1. Karakteristik individu adalah keadaan yang mencirikan seseorang yang berkaitan dengan posisi sosialnya yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, uang belanja, pekerjaan dan teman dekat 2. Umur adalah periode lama waktu hidup responden (ibu rumah tangga) dari lahir sampai dengan penelitian ini dilakukan. 3. Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir responden sampai dengan penelitian dibagi menjadi : a. SD b. SMP c. SMU d. Akademi/D1/D3 e. Perguruan Tinggi 4. Uang belanja adalah bagian pendapatan keluarga yang dialokasikan ibu rumah tangga untuk membeli kebutuhan rumah tangga termasuk didalamnya produk detergen. 5. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan responden berdasarkan curahan waktu untuk mengurus rumah tangga tersebut. Pekerjaan dibedakan menjadi dua kategori yaitu : a. Bekerja (pegawai, buruh, wiraswasta, dosen) b. Tidak Bekerja ( Ibu Rumah Tangga, pensiunan, pelajar, pengangguran) 6. Interaksi dengan teman dekat dilihat dari ada atau tidaknya kehadiran orang lain yang mempengaruhi sikap maupun perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Teman dekat yang dimaksud adalah tetangga, atau teman dalam kegiatan rutin seperti pengajian, arisan. a. ada b. tidak ada 7. Iklan televisi didefinisikan sebagai iklan produk detergen yang disiarkan di televisi, dan merupakan struktur informasi yang terdiri dari tokoh, pesan, plot, adegan, slogan, musik, jenis produk dan repetisi. 8. Produk detergen adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan pakaian sehingga kotoran atau kuman pada pakaian dapat hilang (merupakan produk detergen bubuk). 9. Sikap terhadap iklan produk detergen adalah skor yang diperoleh dari jawaban responden yang menggambarkan kecenderungan untuk menanggapi secara positif atau negatif ditinjau dari dimensi kognisi, afeksi, dan konasi berkaitan dengan objek yang berupa iklan produk detergen di televisi. Aspek iklan produk detergen mencakup tokoh, pesan, jalan cerita, adegan, slogan, musik, jenis produk dan frekuensi. Positif atau negatifnya sikap ibu rumah tangga terhadap tayangan iklan detergen di televisi ditunjukkan dengan akumulasi skor skala sikap tersebut. Skor ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi diperoleh dari jawaban 27 butir pernyataan positif yang diberikan, sehingga mempunyai rentangan skor antara 27 sampai 135, dan didapat nilai tengah 81. Pengukuran : Sangat tidak setuju :1 Tidak Setuju :2 Ragu-ragu :3 Setuju :4 Sangat setuju :5 Skor : Negatif : 27-81 Positif : 81-135 10. Perilaku menggunakan produk detergen adalah skor yang diperoleh dari jawaban responden terhadap instrumen yang berkaitan dengan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan pascapembelian. Tinggi atau sedang atau rendahnya perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen dalam hal ini ditunjukkan dengan akumulasi skor skala frekuensi yang terdiri dari pernyataan positif tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Skor perilaku mengggunakan produk detergen diperoleh dari jawaban 17 butir pernyataan, sehingga mempunyai rentangan skor teoritik antara 17 sampai 85 dan didapat nilai tengah 51. Pengukuran : Tidak pernah :1 Jarang :2 Kadang-kadang :3 Sering :4 Selalu :5 Skor : Rendah : 17-51 Tinggi : 51-85 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi penelitian, RW 10 RT 09 (kompleks perumahan Bumi Malaka Asri) dan RW 08 RT 02 (non kompleks perumahan) yang merupakan bagian dari Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa ibu rumah tangga pada lokasi tersebut akses terhadap televisi sehingga ibu rumah tangga terdedah oleh iklan televisi. Kemudian pada lokasi ini banyak terdapat toko yang jaraknya cukup berdekatan yang dapat memudahkan ibu rumah tangga membeli kebutuhan rumah tangga khususnya detergen dan kedua lokasi tersebut menggambarkan perbedaan dalam latar belakang sosial ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2006. 3.2 Metode Penentuan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Sampel diambil dengan cara cluster sampling. Dari 1 Kelurahan Malaka Sari dipilih 2 RW dan dari masing-masing RW diambi 1 RT, dalam hal ini yang terpilih yaitu RW 10 RT 09 dan RW 08 RT 02. Hal ini dilakukan dengan alasan karena masing-masing lokasi mempunyai karakteristik yang berbeda dimana lokasi yang satu (RW 10 RT 09) dalam bentuk kompleks perumahan Bumi Malaka Asri sedangkan lokasi dua (RW 08 RT 02) merupakan pemukiman biasa atau non kompleks perumahan. Jumlah ibu rumah tangga di RT 09 RW 10 sebanyak 31 orang dan semuanya dijadikan responden. Sedangkan jumlah ibu rumah tangga di RT 02 RW 08 sebanyak 35 orang, namun yang dapat ditemui untuk mengisi kuesioner sebanyak 33 orang karena terdapat dua rumah yang dikontrakkan untuk menjadi tempat usaha. Dengan demikian pengambilan lokasi satu dan lokasi dua telah mewakili untuk memperbandingkan sikap terhadap tayangan iklan detergen di televisi dan perilaku menggunakan produk detergen antara ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan dan ibu rumah tangga yang tinggal di non kompleks perumahan. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui metode survey, dilengkapi dengan wawancara. Instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam survey adalah kuesioner yang berisi identitas responden, sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi, dan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Kisi-kisi instrumen untuk variabel sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi merupakan pemaduan antara dimensi sikap dan aspek iklan televisi. Dimensi sikap terdiri dari kognitif, afektif dan konasi sedangkan aspek iklan televisi meliputi tokoh, pesan, jalan cerita, adegan, slogan, musik, jenis produk, dan frekuensi. Untuk memastikan bahwa pernyataan sikap tersebut memuat seluruh komponen sikap dan komponen objek sikap yang diteliti, maka dibuatlah kisi-kisi pernyataan sikap terhadap tayangan iklan sebagaimana terlihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Sikap Kognisi Afeksi Konasi Jumlah Keterangan : 1. Tokoh 2. Pesan 3. Plot 4. Adegan 1 1,2 3 3 Aspek Iklan Produk Detergen di Televisi 2 3 4 5 6 7 4,5,7,8 12 14 16 20 21 9,10 13 15 17,18 22,23 11 19 24 8 2 2 4 1 4 8 25 26 27 3 Jumlah Butir 13 10 4 27 5. Slogan 6. Musik 7. Jenis Produk 8. Frekuensi Instrumen variabel sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen terdiri dari 27 pernyataan yang disertai dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Penilaian sikap dilakukan dengan me nggunakan skor 1 sampai 5. Kisi-kisi instrumen untuk variabel perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen dapat diturunkan dari indikator perilaku menggunakan produk (konsumsi) yang meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pascapembelian. Selanjutnya dengan mengacu pada kisi-kisi instrumen disusun pernyataan sebanyak 17 butir untuk variabel yang bersangkutan sebagaimana terlihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Pascapembelian Butir dalam Kuesioner 1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11,12 13,14,15,16,17 Jumlah 3 3 3 3 5 Instrumen variabel perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen terdiri dari 17 pernyataan positif dengan disertai jawaban selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Dengan skor nilai 1 sampai 5. Sebelum peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel untuk memperoleh data, kuesioner telah diuji terlebih dahulu. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat tingkat validitas dan realibilitas dari instrumen penelitian tersebut. Kuesioner percobaan dibagikan kepada 30 responden agar distribusi nilai mendekati kurva normal. Dari hasil uji validitas dan realibitas didapati beberapa butir-butir pernyataan yang tidak valid karena nilai r yang didapat kurang dari r tabel (0,361), namun pernyataan yang tidak valid tersebut telah peneliti perbaiki. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data gambaran umum mengenai Kelurahan Malaka Sari, seperti peta wilayah dan jumlah penduduk. Data mengenai Kelurahan Malaka Sari diperoleh dari data Kelurahan Malaka Sari. 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah dengan menggunakan program SPSS 12. Tabel frekuensi digunakan untuk menyajikan deskripsi tentang karakteristik individu, sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dan perilaku menggunakan produk detergen. Uji Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan produk di televisi dan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Uji Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen, hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen, hubungan antara teman dekat dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, hubungan antara teman dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen, dan hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Uji Fisher akan digunakan untuk menganalisis hubungan antara pekerjaan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dan hubungan antara pekerjaan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Rumus Spearman berdasarkan buku Statistika NonParametrik Untuk IlmuIlmu Sosial oleh Sidney Siegel (1997), adalah sebagai berikut : N rs = 1 - 6∑ d i 2 i =1 3 N −N Keterangan : rs = koefisien korelasi Speraman di = selisih peringkat antara dua variabel yang berkorelasi n = banyaknya pasangan data Rumus Pearson berdasarkan buku Statistika NonParametrik Terapan oleh Wayne W Daniel (1989), adalah sebagai berikut : n ∑ ( Xi - X ) (Yi - Y ) i =1 r = n n ∑ ( Xi - X ) ∑ (Yi - Y ) 2 2 i=1 i=1 Keterangan : r = koefisien korelasi pearson Xi = nilai pengamatan X ke i X Yi Y = rata-rata X = nilai pengamatan Y ke i = rata-rata Y Rumus Fisher berdasarkan buku Statistika NonParametrik Untuk IlmuIlmu Sosial oleh Sidney Siegel (1997), adalah sebagai berikut : ( A+B) ! ( C+D) ! (B+D)! p= N!A!B!C!D! Keterangan : p = kemungkinan eksak fisher A = proporsi pada baris 1 kolom 1 B = proporsi pada baris 1 kolom 2 C = proporsi pada baris 2 kolom 1 D = proporsi pada baris 2 kolom 2 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta, tepatnya di RT 02 RW 08 (non kompleks perumahan) dan RT 09 RW 10 (kompleks perumahan Bumi Malaka Asri). Secara administratif wilayah Kelurahan Malaka Sari berbatasan dengan : • Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Malaka Jaya • Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pondok Kelapa • Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Klender, Kelurahan Duren sawit Secara keseluruhan Kelurahan Malaka Sari memiliki luas 138,23 ha. Cakupan wilayah kelurahan cukup luas dan terbagi menjadi 10 RW dan 143 RT. Pembagian jumlah RT di Kelurahan Malaka Sari dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah RT dalam tiap RW di Kelurahan Malaka Sari RW 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Jumlah RT 14 09 18 17 16 12 19 17 11 10 143 Sumber : Profil Kelurahan Malaka Sari, 2005 Jumlah KK 549 751 1056 1064 1046 852 1002 1204 915 295 8842 Jumlah penduduk Kelurahan Malaka Sari sampai dengan tahun 2005 berjumlah 39.943 jiwa yang terdiri dari 20.603 laki-laki dan 19.340 perempuan, dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 8.509. Tingkat pendidikan tertinggi yaitu tamatan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) sebanyak 9.254 orang, kemudian tamatan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) sebanyak 5.321 orang, tamatan Perguruan Tinggi sebanyak 765 orang, tamatan Akademi sebanyak 531 orang, dan tingkat pendidikan terendah yaitu tamatan SD (Sekolah Dasar) sebanyak 241 orang. Dari segi mata pencaharian, sebagian besar warga Kelurahan Malaka Sari bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil, hal ini dibuktikan dengan jumlah warga yang bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil sebanyak 2.319 orang. Pensiunan sebanyak 1.318 orang, karyawan swasta sebanyak 967 orang, swasta lainnya 876 orang, pedagang sebanyak 677 orang, dan buruh sebanyak 582 orang. Letak RT 02 RW 08 (non kompleks perumahan) berdekatan dengan RT 09 RW 10 (kompleks perumahan Bumi Malaka Asri) hanya dipisahkan oleh jalan aspal sebagai penghubung. Jalan akses menuju kedua lokasi sudah beraspal. Perbedaannya terletak dari bangunan rumah dimana sebagian besar bangunan rumah dari RT 02 RW 08 (non kompleks perumahan) terletak di dalam gang sehingga bangunan rumah tidak terlalu besar dengan model rumah bergaya konvensional sedangkan bangunan rumah di RT 09 RW 10 (kompleks perumahan Bumi Malaka Asri) sebagian besar bergaya modern dengan ukuran rumah yang besar. 4.2 Karakteristik Responden Penelitian 4.2.1 Umur Responden penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di RT 02 RW 08 (non kompleks perumahan) dan RT 09 RW 10 (kompleks perumahan Bumi Malaka Asri), Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, DKI Jakarta. Jumlah responden pada RT 02 RW 08 (non kompleks perumahan) sebanyak 33 orang sedangkan pada RT 09 RW 10 (kompleks perumahan Bumi Malaka Asri) sebanyak 31 orang. Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Umur Umur 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 Total Non Kompleks Perumahan Jumlah 2 8 8 8 7 33 % 6.1 24.2 24.2 24.2 21.2 100 Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri Jumlah % 15 48.4 6 19.3 7 22.5 2 6.4 1 3.2 31 100 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa umur ibu rumah tangga terbanyak di non kompleks perumahan berada kisaran 30 tahun sampai 59 tahun dan ibu rumah tangga yang mempunyai umur relatif muda hanya berjumlah 2 orang (6.1%). Sebanyak 8 orang ibu rumah tangga berada pada kisaran umur 30 tahun sampai 39 tahun, sebanyak 8 orang ibu rumah tangga berada pada kisaran umur 40 tahun sampai 49 tahun, sebanyak 8 orang ibu rumah tangga berumur 50 tahun sampai 59 tahun kemudian ibu rumah tangga yang berada kisaran umur 60 tahun sampai 69 tahun sebanyak 7 orang (21.2 %). Berdasarkan Tabel 4 juga dapat diperoleh gambaran bahwa umur ibu rumah tangga terbanyak di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri berada pada kisaran 30 tahun sampai 39 tahun sebanyak 15 orang (48.4%). Sebanyak 7 orang ibu rumah tangga berada pada kisaran umur 50 tahun sampai 59 tahun. Ibu rumah tangga yang berumur 40 tahun sampai 49 tahun sebanyak 6 orang (19.3%). Sebanyak 2 orang ibu rumah tangga berada pada kisaran umur 60 tahun sampai 69 tahun. Jumlah terkecil yaitu 1 orang berada pada kisaran umur 70 tahun sampai 79 tahun (3.2 %). 4.2.2 Tingkat Pendidikan Pendidikan responden dikelompokkan menjadi tamatan Sekolah Dasar (SD), tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), tamatan Akademi/D1/D3, dan tamatan Perguruan Tinggi. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Tamatan SD Tamatan SLTP Tamatan SLTA Tamatan Akademi/D1/D3 Tamatan Perguruan tinggi Total Non Kompleks Perumahan Jumlah (%) 2 6.1 4 12.1 18 54.5 4 12.1 5 15.2 33 100 Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri Jumlah (%) 1 3.2 8 25.8 6 19.4 16 51.6 31 100 Dari Tabel di atas dapat dilihat pada non kompleks perumahan sebagian besar responden tamatan SLTA dengan jumlah sebanyak 18 orang (54.5%) dan paling sedikit yaitu tamatan SD sebanyak 2 orang (6.1%). Sebanyak 5 orang ibu rumah tangga (15.2 %) merupakan tamatan Perguruan Tinggi, tamatan SLTP sebanyak 4 orang (12.1%), dan sebanyak 4 orang juga merupakan tamatan Akademi/D1/D3. Pada kompleks perumahan Bumi Malaka Asri sebagian besar responden merupakan tamatan Perguruan Tinggi sebanyak 16 orang dan paling sedikit merupakan tamatan SLTP sebanyak 1 orang (3.2%). Sebanyak 8 orang ibu rumah tangga merupakan tamatan SLTA dan ibu rumah tangga yang merupakan tamatan Akademi/D1/D3 sebanyak 6 orang (19.4%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu rumah tangga di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan ibu rumah tangga di non kompleks perumahan. 4.2.3 Pekerjaan Pekerjaan yang dimaksud adalah kegiatan utama yang dilakukan responden berdasarkan curahan waktu terbesarnya. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Total Non Kompleks Perumahan Jumlah % 12 36.4 21 63.6 33 100 Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri Jumlah % 14 45.2 17 54.8 31 100 Pada Tabel 6 dapat diperoleh gambaran bahwa pada non kompleks perumahan sebagian besar ibu rumah tidak bekerja yaitu sebanyak 21 orang (63.6 %) sedangkan sisanya 12 orang (36.4%) bekerja. Pada Tabel 6 juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada kompleks perumahan Bumi Malaka Asri jumlah ibu rumah tangga yang bekerja dan yang tidak bekerja tidak terlalu berbeda jauh dimana yang bekerja 14 orang (45.2%) sedangkan yang tidak bekerja 17 orang (54.8%). Jumlah ibu rumah tangga yang bekerja lebih banyak pada kompleks perumahan sebesar 45.2% sedangkan di non kompleks perumahan jumlah ibu rumah tangga yang bekerja sebesar 36.4 %. Dalam hal ini responden yang tidak bekerja memiliki peluang lebih banyak untuk menyaksikan iklan televisi yang nantinya diduga akan mempengaruhi perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. 4.2.4 Uang Belanja Pada Tabel 7 dapat diperoleh gambaran bahwa pada non kompleks perumahan, sebanyak 28 orang ibu rumah tangga (84.8%) memiliki uang belanja untuk membeli kebutuhan rumah tangga termasuk didalamnya pembelian produk detergen kurang dari Rp1.000.000,00. Ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja antara Rp1.000.000,00 sampai Rp2.000.000,00 sebanyak 5 orang (15.1%). Berbeda dengan non kompleks perumahan, sebagian besar ibu rumah tangga di kompleks perumahan atau sebanyak 19 orang (61.3%) memiliki uang belanja sebesar Rp1.000.000,00 sampai Rp2.000.000,00. Sebanyak 11 orang ibu rumah tangga (35.5%) memiliki uang belanja lebih dari Rp2.000.000,00. Hanya terdapat 1 orang (3.2%) yang memiliki uang belanja kurang dari Rp1.000.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa uang belanja ibu rumah tangga di kompleks perumahan lebih besar dibandingkan uang belanja ibu rumah tangga di non kompleks perumahan. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Uang Belanja Uang Belanja < Rp1.000.000,00 Rp1.000.000,00 - Rp2.000.000,00 > Rp 2.000.000,00 Total Non Kompleks Perumahan Jumlah 28 5 33 % 84.8 15.1 100 Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri Jumlah % 1 3.2 19 61.3 11 35.5 31 100 4.2.5 Teman Dekat Pada Tabel 8, dapat diperoleh gambaran bahwa ibu rumah tangga di non kompleks perumahan tidak semua memiliki teman dekat. Sebagian besar ibu rumah tangga yaitu 32 orang (97%) memiliki teman dekat dan hanya 1 orang yang tidak memiliki teman dekat. Menurut hasil wawancara ibu rumah tangga yang tidak memiliki teman dikarenakan ibu rumah tangga tersebut merupakan warga baru sehingga belum banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pada kompleks perumahan Bumi Malaka Asri semua ibu rumah tangga yaitu 31 orang (100%) memiliki teman dekat. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Teman Dekat Teman Dekat Memiliki Tidak Memiliki Total Non Kompleks Perumahan Jumlah % 32 97 1 3 33 100 Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri Jumlah % 31 100 100 100 Pada Tabel 9 dapat dilihat jumlah teman, baik di non kompleks perumahan dan kompleks perumahan Bumi Malaka Asri bervariasi. Pada non kompleks perumahan, sebagian besar ibu rumah tangga (39.4%) memiliki teman dekat sebanyak 6 orang sampai 10 orang. Sebanyak 8 orang ibu rumah tangga (24.2%) memiliki teman dekat kurang dari 6 orang. Ibu rumah tangga yang memiliki teman dekat 11 orang sampai 15 orang sebanyak 6 orang. Sebanyak 6 orang pula memiliki teman dekat sebanyak 16 orang sampai 20 orang. Pada kompleks perumahan Bumi Malaka Asri, sebagian besar ibu rumah tangga (48.4%) memiliki teman dekat dengan jumlah kurang dari 6 orang. Sebanyak 9 orang ibu rumah tangga memiliki teman dekat dengan jumlah antara 6 orang sampai 10 orang. Ibu rumah tangga yang memiliki teman dekat dengan jumlah 16 orang sampai 20 orang sebanyak 3 orang (9.7%). Ibu rumah tangga yang memiliki teman dekat dengan jumlah 11 orang sampai 15 orang sebanyak 2 orang (6.4%). Sebanyak 2 orang ibu rumah tangga memiliki teman dekat dengan jumlah antara 26 orang sampai 30 orang. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Teman Dekat Responden Jumlah Teman Dekat 0-5 6-10 11-15 16-20 21-25 26-30 Total Non Kompleks Perumahan Jumlah % 8 24.2 13 39.4 6 18.2 6 18.2 33 100 Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri Jumlah % 15 48.4 9 29.0 2 6.4 3 9.7 2 6.5 31 100 4.3 Merek Produk Detergen yang digunakan Ibu Rumah Tangga Pada Tabel 10, dapat diperoleh gambaran bahwa merek produk yang paling banyak digunakan oleh ibu rumah tangga baik di kompleks perumahan maupun non kompleks perumahan adalah Rinso. Pada non kompleks perumahan yang memakai merek Rinso sebanyak 54.5%, So Klin sebanyak 18.2%, kemudian Daia sebanyak 15.2% dan Attack sebanyak 12.1%. Pada kompleks perumahan, ibu rumah tangga yang memakai produk Rinso sebanyak 51.6%, Attack sebanyak 16.1%, So Klin sebanyak 12.9% , kemudian Daia dan Surf sebanyak 9.7%. Menurut hasil wawancara mendalam, banyaknya ibu rumah tangga yang menggunakan produk Rinso karena Rinso merupakan produk yang sudah lama keluar di pasaran sehingga ibu rumah tangga sudah memiliki kepercayaan dengan merek Rinso dan ibu rumah tangga mendapatkan hasil cucian yang maksimal jika mencuci dengan Rinso. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Merek Produk yang digunakan Merek Produk Rinso Daia So Klin Attack Surf Total Non Kompleks Perumahan Jumlah 18 5 6 4 33 % 54.5 15.2 18.2 12.1 100 Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri Jumlah % 16 51.6 3 9.7 4 12.9 5 16.1 3 9.7 31 100 4.4 Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Variabel sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi merupakan pemaduan antara dimensi sikap dan aspek iklan televisi. Dimensi sikap terdiri dari kognitif, afektif dan konasi sedangkan aspek iklan televisi meliputi tokoh, pesan, jalan cerita, adegan, slogan, musik, jenis produk, dan frekuensi. Dari Tabel 11 dapat dilihat diperoleh gambaran bahwa sikap ibu rumah tangga di non kompleks perumahan terhadap iklan produk detergen di televisi adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari skor yang diberikan oleh ibu rumah tangga (responden penelitian). Pada dimensi kognisi, sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor empat yang berarti pengetahuan mereka terhadap aspek iklan yang terdiri dari tokoh, pesan, plot, adegan, slogan, jenis produk, dan frekuensi adalah baik. Untuk pesan yang menyatakan bahwa produk detergen ramah lingkungan (p7) sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor dua yang berarti ibu rumah tangga mengetahui memang tidak ada dalam iklan produk detergen yang memberikan pesan ramah lingkungan. Sedangkan untuk pesan (p8) sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor lima yang berarti ibu rumah tangga memiliki pengetahuan bahwa penggunaan busa yang berlebihan dapat merusak lingkungan. Untuk dimensi afeksi, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor empat yang berarti perasaan (emosional) terhadap iklan produk detergen di televisi adalah positif. Sedangkan untuk dimensi konasi dengan aspek iklan yaitu pesan, jenis produk, dan frekuensi, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor empat yang berarti ibu rumah memiliki kecenderungan untuk mengikuti sesuatu yang ditampilkan di televisi. Pada bagian dimensi konasi dengan aspek iklan slogan, ibu rumah tangga lebih banyak memilih skor dua yang berarti ibu rumah tangga tidak memiliki kecenderungan untuk mengikuti slogan yang ditampilkan di televisi. Tabel 11. Skor Sikap Responden terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi ( Non Kompleks Perumahan) Pertanyaan STS Kognisi Tokoh (p1) Sikap R 3 (9.1) TS 1 (3.0) Tokoh (p2) Pesan (p4) 1 (3.0) Pesan (p5) Pesan (p6) Pesan (p7) 1 (3.0) 1 (3.0) 3 (9.1) 14 (42.4) Pesan (p8) Plot (p12) Adegan (p14) Slogan (p16) 1 (3.0) Musik ( p20) Jenis Produk (p21) Frekuensi (p25) Afeksi 1 (3.0) Tokoh (p3) Pesan (p9) Pesan (p10) Plot (p13) Adegan (p15) 1 (3.0) 1 (3.0) 1 (3.0) 1 (3.0) Slogan (p17) Slogan (p18) Jenis Produk (p22) Jenis Produk (p23) Frekuensi (p26) Konasi 1 (3.0) 1 (3.0) Pesan (p11) Slogan (p19) Jenis Produk (p24) Frekuensi (p27) 1 (3.0) 3 (9.1) Keterangan : STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju • angka dalam kurung menunjukkan persentase 4 (12.1) 5 (15.2) 3 (9.1) 1 (3.0) 2 (6.1) 3 (9.1) 4 (12.1) 1 (3.0) 1 (3.0) 2 (6.1) 5 (15.2) 4 (12.1) 6 (18.2) 4 (12.1) 7 (21.2) 9 (27.3) 7 (21.2) 12 (36.4) 8 (24.2) 8 (24.2) 4 (12.1) 2 (6.1) 6 (18.2) 5 (15.2) 5 (15.2) 4 (12.1) 4 (12.1) 6 (18.2) 3 (9.1) 4 (12.1) 2 (6.1) 2 (6.1) 1 (3.0) 5 (15.2) 4 (12.1) 4 (12.1) 4 (12.1) 5 (15.2) 5 (15.2) 4 (12.1) 5 (15.2) 8 (24.2) 7 (21.2) 3 (9.1) 2 (6.1) Total S 19 (57.6) 20 (60.6) 16 (48.5) 17 (51.5) 12 (36.4) 9 (27.3) 10 (30.3) 19 (57.6) 19 (57.6) 17 (51.5) 18 (54.5) 17 (51.5) 20 (60.6) 15 (45.5) 18 (54.5) 15 (45.5) 19 (57.6) 19 (57.6) 18 (54.5) 16 (48.5) 14 (42.4) 14 (42.4) 13 (39.4) 13 (39.4) 11 (33.3) 16 (48.5) 15 (45.5) R : Ragu-ragu S : Setuju SS : Sangat Setuju SS 10 (30.3) 13 (39.4) 12 (36.4) 14 (42.4) 11 (33.3) 18 (54.5) 6 (18.2) 5 (15.2) 5 (15.2) 11 (33.3) 10 (30.3) 7 (21.2) 12 (36.4) 12 (36.4) 11 (33.3) 7 (21.2) 4 (12.1) 7 (21.2) 6 (18.2) 10 (30.3) 7 (21.2) 5 (15.2) 5 (15.2) 3 (9.1) 5 (15.2) 5 (15.2) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) p : pertanyaan dalam kuesioner Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Non Kompleks Perumahan) Sikap Positif Negatif Total Jumlah (Orang) 32 1 33 Persentase (%) 97.0 3.0 100 Tabel 12 di atas terlihat jelas adanya perbedaan sikap ibu rumah tangga di non perumahan terhadap iklan produk detergen di televisi. Persentase yang menyatakan bahwa sikap terhadap iklan produk detergen di televisi positif sebesar 97 % dan yang menyatakan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi negatif sebesar 3 %. Pada Tabel 13 dapat diperoleh gambaran bahwa sikap ibu rumah tangga di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri terhadap iklan produk detergen di televisi adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari skor yang diberikan oleh ibu rumah tangga (responden penelitian). Pada dimensi kognisi dengan aspek iklan tokoh, pesan, plot, adegan, slogan, musik, jenis produk, dan frekuensi sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor empat yang berarti pengetahuan mereka terhadap aspek ikan tersebut baik. Sedangkan untuk aspek iklan pesan yang menyatakan produk detergen aman di kulit (p6) dan ramah lingkungan (p7), sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor dua yang berarti ibu rumah tangga mengetahui memang tidak ada dalam iklan produk detergen yang memberikan pesan aman di kulit dan ramah lingkungan. Untuk dimensi afeksi, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor empat pada aspek tokoh, pesan, plot, adegan, slogan, jenis produk dan frekuensi yang berarti perasaan ibu rumah tangga terhadap aspek tersebut positif. Tabel 13. Skor Sikap Responden terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri) Pertanyaan STS Kognisi Tokoh (p1) Tokoh (p2) Pesan (p4) Pesan (p5) Pesan (p6) 1 (3.2) 1 (3.2) 1 (3.2) Pesan (p7) Pesan (p8) 1 (3.2) Plot (p12) Adegan (p14) Slogan (p16) 1 (3.2) Musik ( p20) Jenis Produk (p21) 2 (6.5) Frekuensi (p25) Afeksi Tokoh (p3) Pesan (p9) 1 (3.2) Pesan (p10) Plot (p13) 1 (3.2) Adegan (p15) Slogan (p17) Slogan (p18) 1 (3.2) 1 (3.2) Jenis Produk (p22) Jenis Produk (p23) Frekuensi (p26) Konasi 2 (6.5) 1 (3.2) Pesan (p11) Slogan (p19) Jenis Produk (p24) Frekuensi (p27) 2 (6.5) Keterangan : STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju • angka dalam kurung menunjukkan persentase TS 10 (32.3) 7 (22.6) 2 (6.5) 11 (35.5) 11 (35.5) 4 (12.9) 8 (25.8) 8 (25.8) 10 (32.3) 4 (12.9) 4 (12.9) 9 (29.0) 10 (32.3) 1 (3.2) 6 (19.4) 5 (16.1) 8 (25.8) 8 (25.8) 11 (35.5) 4 (12.9) 5 (16.1) 14 (45.2) 13 (41.9) 12 (38.7) 14 (45.2) 15 (48.4) Sikap R 2 (6.5) 2 (6.5) 4 (12.9) 2 (6.5) 6 (19.4) 5 (16.1) 2 (6.5) 7 (22.6) 7 (22.6) 5 (16.1) 1 (3.2) 5 (16.1) 4 (12.9) 3 (9.7) 5 (16.1) 10 (32.3) 9 (29.0) 6 (19.4) 6 (19.4) 6 (19.4) 8 (25.8) 7 (22.6) 4 (12.9) 9 (29.0) 11 (35.5) 8 (25.8) 5 (16.1) Total S 15 (48.4) 18 (58.1) 18 (58.1) 20 (64.5) 9 (29.0) 9 (29.0) 11 (35.5) 13 (41.9) 12 (38.7) 12 (38.7) 19 (61.3) 11 (35.5) 15 (48.4) 13 (41.9) 15 (48.4) 11 (35.5) 12 (38.7) 12 (38.7) 14 (45.2) 11 (35.5) 9 (29.0) 9 (29.0) 8 (25.8) 5 (16.1) 6 (19.4) 6 (19.4) 6 (19.4) R : Ragu-ragu S : Setuju SS : Sangat Setuju SS 4 (12.9) 4 (12.9) 6 (19.4) 8 (25.8) 4 (12.9) 6 (19.4) 13 (41.9) 3 (9.7) 4 (12.9) 3 (9.7) 7 (22.6) 9 (29.0) 3 (9.7) 5 (16.1) 9 (29.0) 4 (12.9) 4 (12.9) 5 (16.1) 2 (6.5) 2 (6.5) 10 (32.3) 8 (25.8) 4 (12.9) 4 (12.9) 2 (6.5) 3 (9.7) 3 (9.7) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) p : pertanyaan dalam kuesioner Untuk afeksi dengan aspek jenis produk (p22), ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor lima yang berarti sikap ibu rumah tangga sangat positif terhadap jenis produk yang ditayangkan di televisi. Untuk afeksi dengan aspek frekuensi (p26), sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor dua yang berarti sikap ibu rumah tangga negatif terhadap iklan yang selalu ditayangkan berulang-ulang. Untuk dimensi konasi dengan aspek pesan, slogan, jenis produk, dan frekuensi sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor dua yang berarti ibu rumah tangga tidak memiliki kecenderungan untuk mengikuti aspek pesan, slogan, jenis produk, dan frekuensi tersebut. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri) Sikap Positif Negatif Total Jumlah (Orang) 23 8 31 Persentase (%) 74.2 25.8 100 Tabel 14 di atas terlihat jelas adanya perbedaan sikap dari ibu rumah tangga kompleks perumahan Bumi Malaka Asri terhadap iklan produk detergen di televisi. Persentase yang menyatakan bahwa sikap terhadap iklan produk detergen di televisi positif adalah sebesar 74.2 % dan yang menyatakan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi negatif adalah sebesar 25.8%. 4.5 Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen Variabel perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen dapat diturunkan dari indikator perilaku menggunakan produk (konsumsi) yang meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pascapembelian. Tabel 15. Skor Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Non Kompleks Perumahan) Pertanyaan Perilaku K 6 (18.2) 1 2 7 (3.0) (6.1) (21.2) 9 (27.3) 11 2 5 (6.1) (15.2) (33.3) TP Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Pasca pembelian Pertimbangan dari segi jumlah Pertimbangan dari segi harga Pertimbangan dari segi merek Melakukan Pencarian Informasi Melalui iklan televisi Melalui teman dekat Membandingkan merek Daya bersih, Keharuman, dan harga Ramah Lingkungan Menyiapkan anggaran Membeli produk ramah lingkungan Pergi ke toko atau supermarket Menggunakan produk tiap ingin mencuci Menggunakan sesuai takaran Puas dengan produk Akan membeli lagi Menceritakan pengalaman menggunakan produk kepada teman J Total Sr 4 (12.1) 4 (12.1) 3 (9.1) 4 (12.1) Sl 23 (69.7) 19 (57.6) 21 (63.6) 11 (33.3) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 1 7 (3.0) (21.2) 4 9 (12.1) (27.3) 5 (15.2) 13 (39.4) 8 (24.2) 9 (27.3) 2 (6.1) 4 (12.1) 5 (15.2) 6 (18.2) 4 (12.1) 8 (24.2) 7 (21.2) 13 (39.4) 27 (81.8) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 8 3 (24.2) (9.1) 5 1 (15.2) (3.0) 4 11 (33.3) (12.1) 11 (33.3) 3 (9.1) 11 (33.3) 3 (9.1) 3 (9.1) 1 (3.0) 8 (24.2) 21 (63.6) 6 (18.2) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 1 (3.0) 3 (9.1) 1 (3.0) 5 (15.2) 1 (3.0) 24 (72.7) 31 (93.9) 33 (100) 33 (100) 1 (3.0) 1 (3.0) 3 (9.1) 3 (9.1) 9 (27.3) 7 (21.2) 5 (15.2) 2 (6.1) 12 (36.4) 6 (18.2) 6 (18.2) 2 (6.1) 22 (66.7) 21 (63.6) 25 (75.8) 7 (21.2) 33 (100) 33 (100) 33 (100) 33 (100) Keterangan : TP : Tidak pernah Sr : Sering J : Jarang Sl : Selalu K : Kadang-kadang • angka dalam kurung menunjukkan persentase Pada Tabel 15 dapat diperoleh gambaran bahwa ibu rumah tangga non kompleks perumahan selalu mempertimbangkan jumlah, harga, dan merek ketika masa pengenalan kebutuhan, hal ini ditandai dengan sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor lima. Pada bagian pencarian informasi dan pencarian informasi melalui iklan televisi, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor 3 yang berarti perilaku mereka cenderung rendah untuk kedua hal tersebut, sedangkan untuk pencarian informasi melalui teman lebih banyak skor dua yang berarti ibu rumah tangga jarang mendapatkan informasi produk detergen dari teman. Untuk Evaluasi alternatif, ibu rumah tangga selalu membandingkan merek dan mempertimbangkan daya bersih, dan harga, hal ini dapat dilihat dari skor lima yang diberikan ibu rumah tangga. Sedangkan untuk memilih detergen yang ramah lingkungan, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor tiga yang berarti ibu rumah tangga tidak menjadikan masalah lingkungan sebagai prioritas utama. Skor lima diberikan ibu rumah tangga untuk menyiapkan anggaran dan pergi ke toko atau supermarket untuk membeli produk detergen. Pada pascapembelian, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor lima pada bagian menggunakan produk tiap kali ingin mencuci, menggunakan sesuai takaran, puas dengan produk, dan akan membeli produk itu kembali. Sedangkan untuk bagian menceritakan pengalaman kepada teman, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor tiga yang berarti mereka tidak selalu menceritakan pengalaman kepada teman. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Non Kompleks Perumahan) Perilaku Tinggi Rendah Total Jumlah (Orang) 32 1 33 Persentase (%) 97.0 3.0 100 Tabel 16 di atas terlihat jelas adanya perbedaan perilaku ibu rumah tangga non kompleks perumahan dalam menggunakan produk detergen. Persentase yang menyatakan bahwa perilaku dalam menggunakan produk detergen tinggi adalah sebesar 97 % dan yang menyatakan perilaku dalam menggunakan produk detergen rendah adalah sebesar 3%. Sama halnya dengan ibu rumah tangga non kompleks perumahan, ibu rumah tangga di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri pun selalu mempertimbangkan jumlah, harga, dan merek ketika masa pengenalan kebutuhan, hal ini ditandai dengan sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor lima (Tabel 17). Untuk pencarian informasi sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor tiga yang berarti ibu rumah tangga tidak selalu melakukan pencarian informasi sebelum membeli produk detergen. Pada evaluasi alternatif, bagian membandingkan merek, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor empat. Sedangkan untuk mengevaluasi produk dari segi daya bersih, keharuman, harga, dan ramah lingkungan, ibu rumah tangga memberikan skor lima yang berarti ibu rumah tangga selain memprioritaskan daya bersih, keharuman, dan harga juga memprioritaskan masalah lingkungan. Pada bagian pembelian dan pascapembelian, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor lima namun memberikan skor tiga untuk menceritakan pengalaman kepada teman. Tabel 17. Skor Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri) Pertanyaan TP Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Pasca pembelian Pertimbangan dari segi jumlah Pertimbangan dari segi harga Pertimbangan dari segi merek Melakukan Pencarian Informasi Melalui iklan televisi Melalui teman dekat Membanding kan merek Daya bersih, Keharuman, dan harga Ramah Lingkungan Menyiapkan anggaran Membeli produk ramah lingkungan Pergi ke toko atau supermarket Menggunakan produk tiap ingin mencuci Menggunakan sesuai takaran Puas dengan produk Akan membeli lagi Menceritakan pengalaman menggunakan produk kepada teman J Perilaku K 10 (32.2) 7 (22.6) 8 (25.8) 9 (29.0) Sr 10 (32.2) 10 (32.2) 7 (22.6) 4 (12.9) Sl 11 (35.5) 10 (32.2) 11 (35.5) 7 (22.6) Total 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 1 (3.2) 1 (3.2) 4 (12.9) 3 (9.7) 4 (12.9) 7 (22.6) 3 (9.7) 5 (16.1) 5 (16.1) 7 (22.6) 8 (25.8) 16 (51.6) 11 (35.5) 6 (19.4) 6 (19.4) 2 (6.5) 2 (6.5) 9 (29.0) 7 (22.6) 5 (16.1) 6 (19.4) 8 (25.8) 18 (58.1) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 1 (3.2) 6 (19.4) 1 (3.2) 6 (19.4) 2 (6.5) 5 (16.1) 9 (29.0) 4 (12.9) 7 (22.6) 1 (3.2) 4 (12.9) 14 (45.2) 19 (61.3) 14 (45.2) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 1 (3.2) 1 (3.2) 5 (16.1) 2 (6.5) 3 (9.7) 4 (12.9) 22 (71.0) 24 (77.4) 31 (100) 31 (100) 1 (3.2) 4 (12.9) 8 (25.8) 7 (22.6) 7 (22.6) 8 (25.8) 7 (22.6) 10 (32.2) 4 (12.9) 4 (12.9) 6 (19.4) 1 (3.2) 15 (48.4) 19 (61.3) 18 (58.1) 5 (16.1) 31 (100) 31 (100) 31 (100) 31 (100) Keterangan : TP : Tidak pernah Sr : Sering J : Jarang Sl : Selalu K : Kadang-kadang • angka dalam kurung menunjukkan persentase Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri) Perilaku Tinggi Rendah Total Jumlah (Orang) 27 4 31 Persentase (%) 87.1 12.9 100 Tabel 18 di atas terlihat jelas adanya perbedaan perilaku ibu rumah tangga kompleks perumahan Bumi Malaka Asri dalam menggunakan produk detergen. Persentase yang menyatakan bahwa perilaku dalam menggunakan produk detergen tinggi adalah sebesar 87.1 % dan yang menyatakan perilaku dalam menggunakan produk detergen rendah adalah sebesar 12.9%. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Komunitas Masyarakat Non Kompleks Perumahan Pada subbab ini akan dibahas mengenai hubungan antara karakteristik individu dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen pada komunitas masyarakat non kompleks perumahan. Komunitas masyarakat non kompleks perumahan yang dimaksud adalah masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah RT 02 RW 08, Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Propinsi Jakarta Timur. 5.1.1 Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi 5.1.1.1 Hubungan antara Umur dengan Sikap Terhadap Iklan Detergen di Televisi Hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi dapat dianalisis dengan uji Pearson, karena umur merupakan data rasio sedangkan sikap merupakan data interval. Dari analisis data diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 19 berikut ini. Tabel 19. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Hubungan antara Umur dengan Sikap Koefisien Korelasi - 0.079 Probabilitas ( P value) 0.660 Keputusan Tidak Ada Hubungan Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.660 ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Hal ini me nunjukkan bahwa semua kategori umur ibu rumah tangga memiliki sikap yang sama terhadap iklan produk detergen di televisi, diduga karena rentang umur ibu rumah tangga tidak terlalu jauh. Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi umur maka semakin rendah skor sikap dan semakin rendah umur maka semakin tinggi skor sikap. Hal ini berarti ketika terdapat hubungan antara umur dengan sikap maka ibu rumah tangga yang berumur muda, akan memberikan sikap yang positif terhadap iklan produk detergen di televisi. Sedangkan ibu rumah tangga yang sudah berumur tua, akan memberikan sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen di televisi. Namun, uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur dan sikap. 5.1.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Tingkat Pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/D1/D3, Perguruan Tinggi. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi dianalisis dengan uji Spearman. Tabel 20. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Koefisien Korelasi - 0.452 Probabilitas ( P value) 0.008 Keputusan Ada Hubungan Berdasarkan Tabel 20 dapat diperoleh gambaran bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.008 yang kurang dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu sebesar 10% (0.1). Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah skor sikap dan semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi skor sikap. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ibu rumah tangga yang tingkat pendidikannya perguruan tinggi menyatakan pesan yang disampaikan iklan televisi belum tentu benar dan terkadang terlalu banyak manipulasi agar dapat menarik perhatian pemirsa. 5.1.1.3 Hubungan antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa dari 12 responden yang bekerja, tidak ada responden penelitian yang bekerja memiliki sikap negatif terhadap iklan produk detergen di televisi. Sedangkan untuk responden penelitian yang tidak bekerja, dari 21 responden, 20 responden memiliki sikap positif terhadap iklan produk detergen di televisi dan 1 orang yang memiliki sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen di televisi. Tabel 21. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Total Sikap Negatif 0 1 1 Total Positif 12 20 32 P value = 0.636; α = 0.10; db = 1; Keputusan = Tidak Ada Hubungan 12 21 33 Berdasarkan hasil uji Fisher pada taraf nyata α = 0.10 memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi yang dapat dilihat dari angka probabilitas sebesar 0.636 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10. Hal ini menunjukkan ibu rumah tangga yang bekerja maupun tidak bekerja memiliki sikap yang sama terhadap iklan detergen di televisi, baik dari segi kognisi, afeksi maupun konasinya. Hal ini diduga karena kuantitas menonton iklan detergen di televisi tidak berbeda jauh antara ibu rumah tangga bekerja dan tidak bekerja sehingga sikapnya terhadap iklan detergen pun sama. 5.1.1.4 Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi dianalisis menggunakan uji Pearson karena uang belanja merupakan data rasio dan sikap merupakan data interval. Tabel 22. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap Koefisien Korelasi 0.144 Probabilitas ( P value) 0.424 Keputusan Tidak Ada Hubungan Berdasarkan Tabel 22 di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.424 ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa semua ibu rumah tangga dengan uang belanja tinggi maupun rendah memiliki sikap yang sama terhadap iklan detergen di televisi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan responden yang memiliki uang belanja tinggi dan rendah diketahui bahwa ibu rumah tangga dengan uang belanja tinggi dan rendah sama-sama mempunyai mempunyai kecenderungan untuk membeli produk detergen yang diiklankan di televisi. Angka koefisien korelasi yang bertanda positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi uang belanja maka semakin tinggi skor sikap dan semakin rendah uang belanja maka semakin rendah skor sikap. Hal ini berarti ketika terdapat hubungan antara uang belanja dengan sikap maka ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja tinggi, akan memberikan sikap yang positif terhadap iklan produk detergen di televisi. Sedangkan ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja rendah, akan memberikan sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen di televisi. Namun, uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara uang belanja dan sikap. 5.1.1.5 Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Hubungan antara teman dekat dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi dianalisis menggunakan uji Pearson karena teman dekat merupakan data rasio dan sikap merupakan data interval. Pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara teman dekat dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.508 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditentukan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antar kedua variabel. Dengan kata lain semakin banyak teman, maka sikap terhadap iklan produk detergen semakin positif dan semakin sedikit teman maka sikap terhadap iklan produk detergen akan semakin negatif. Tabel 23. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap Koefisien Korelasi 0.119 Probabilitas ( P value) 0.508 Keputusan Tidak Ada Hubungan Jabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak atau sedikitnya teman tidak mempengaruhi sikap terhadap iklan produk detergen. Sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi lebih dipengaruhi oleh bentuk kemasan iklan, tokoh dan pesan yang mudah dipahami. 5.1.2 Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen 5.1.2.1 Hubungan antara Umur dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen dapat dianalisis dengan uji Pearson, karena umur merupakan data rasio sedangkan perilaku merupakan data interval. Tabel 24. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara Umur dengan Perilaku Koefisien Korelasi 0.207 Probabilitas ( P value) 0.248 Keputusan Tidak Ada Hubungan Pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.248 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10 yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen dengan kata lain semakin tinggi umur maka semakin tinggi skor perilaku dan semakin rendah umur maka semakin rendah skor perilaku. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi atau rendahnya umur tidak mempengaruhi perilaku dalam menggunakan produk detergen. Diduga setiap kalangan umur pasti menggunakan produk detergen untuk mencuci pakaian. 5.1.2.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Menggunakan Produk Detergen dengan Perilaku Tingkat Pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/D1/D3, Perguruan Tinggi. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk dianalisis dengan uji Spearman. Tabel 25. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Koefisien Korelasi - 0.156 Probabilitas ( P value) 0.386 Keputusan Tidak Ada Hubungan Berdasarkan Tabel 25 dapat diperoleh gambaran bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.386 yang melebihi taraf nyata yang ditetapkan yaitu sebesar 10% (0.1). Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi dan rendah mempunyai perilaku menggunkan produk detergen yang sama baik dalam pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pascapembelian. Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah skor perilaku dan semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi skor perilaku. 5.1.2.3 Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa dari 12 responden yang bekerja, 11 responden memiliki perilaku yang tinggi dalam menggunakan produk detergen dan 1 responden memiliki perilaku yang rendah dalam menggunakan produk detergen. Sedangkan untuk responden penelitian yang tidak bekerja, dari 21 responden, tidak ada yang memiliki perilaku rendah dalam menggunakan produk detergen. Tabel 26. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Total Perilaku Rendah 1 0 1 Total Tinggi 11 21 32 P value = 0.364; α = 0.10; db = 1; Keputusan = Tidak Ada Hubungan 12 21 33 Berdasarkan hasil uji Fisher pada taraf nyata α = 0.10 memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari angka probabilitas sebesar 0.364 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10. Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja mempunyai perilaku menggunakan produk detergen yang sama. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja sama-sama melakukan pencarian informasi sebelum menggunakan produk detergen dan mereka mengevaluasi produk detergen yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. 5.1.2.4 Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen dianalisis menggunakan uji Pearson karena uang belanja merupakan data rasio dan sikap merupakan data interval. Tabel 27. Hasil Uji Pearson antara Uang Menggunakan Produk Detergen Belanja dengan Perilaku Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku Koefisien Korelasi 0.362 Probabilitas ( P value) 0.039 Keputusan Ada Hubungan Berdasarkan Tabel 27 di atas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.039 yang lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Angka koefisien korelasi yang bertanda positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi uang belanja maka semakin tinggi skor perilaku dan semakin rendah uang belanja maka semakin rendah skor perilaku. Kesimpulan di atas diperkuat dengan pernyataan ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja banyak, mereka lebih memilih produk yang sesuai kebutuhan baik dari segi merek dan jumlah tanpa mempermasalahkan harga sedangkan ibu rumah tangga dengan uang belanja rendah menjadikan harga sebagai prioritas utama ketika memutuskan membeli produk detergen. 5.1.2.5 Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara teman dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen dianalisis menggunakan uji Pearson karena teman dekat merupakan data rasio dan perilaku merupakan data interval. Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara teman dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.116 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditentukan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antar kedua variabel. Dengan kata lain semakin banyak teman, maka perilaku menggunakan produk detergen semakin tinggi dan semakin sedikit teman maka perilaku menggunakan produk detergen semakin rendah. Tabel 28. Hasil Uji Pearson antara Teman Menggunakan Produk detergen Dekat dengan Perilaku Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku Koefisien Korelasi 0.279 Probabilitas ( P value) 0.116 Keputusan Tidak Ada Hubungan Jabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak atau sedikitnya teman tidak mempengaruhi perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen khususnya ketika pembelian lebih dipengaruhi oleh harga, daya bersih, dan banyaknya hadiah yang ditawarkan oleh produk detergen tersebut. 5.1.3 Hubungan antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen dianalisis menggunakan uji Pearson, karena sikap dan perilaku merupakan data interval. Tabel 29. Hasil Uji Pearson antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara Sikap dan Perilaku Koefisien Korelasi 0.250 Probabilitas ( P value) 0.161 Keputusan Tidak Ada Hubungan Pada Tabel 29 dapat dilihat tidak terdapat hubungan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dikarenakan nilai probabilitasnya sebesar 0.161 ternyata lebih besar dari taraf nyata yang telah ditentukan yaitu α = 0.10 yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antar kedua variabel. Dengan kata lain, semakin positif sikap terhadap iklan produk detergen di televisi maka semakin tinggi perilaku dalam menggunakan produk detergen dan semakin negatif sikap terhadap iklan produk detergen di televisi maka semakin rendah perilaku dalam menggunakan produk detergen 5.2 Komunitas Masyarakat Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri Pada subbab ini akan dibahas mengenai hubungan antara karakteristik individu dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen pada komunitas masyarakat kompleks perumahan. Komunitas masyarakat kompleks perumahan yang dimaksud adalah masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah RT 09 RW 10, Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Propinsi Jakarta Timur. 5.2.1 Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi 5.2.1.1 Hubungan antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi dapat dianalisis dengan uji Pearson, karena umur merupakan data rasio sedangkan sikap merupakan data interval. Tabel 30. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Hubungan antara Umur dengan Sikap Koefisien Korelasi 0.402 Probabilitas ( P value) 0.025 Keputusan Ada Hubungan Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi yang dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.025 lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada segi pengetahuan, perasaan dan kecenderungan mengikuti iklan detergen yang ditayangkan di televisi antara ibu rumah tangga yang berumur muda dan tua. Hal ini diduga karena rentang umur ibu rumah tangga di kompleks perumahan berbeda jauh. Angka koefisien korelasi yang bertanda positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi umur maka semakin tinggi skor sikap dan semakin rendah umur maka semakin rendah skor sikap. Hal ini berarti terdapat hubungan antara umur dengan sikap maka ibu rumah tangga yang berumur muda, akan memberikan sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen di televisi. Sedangkan ibu rumah tangga yang sudah berumur tua, akan memberikan sikap yang positif terhadap iklan produk detergen di televisi. 5.2.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Tingkat Pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/D1/D3, Perguruan Tinggi. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi dianalisis dengan uji Spearman. Tabel 31. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Koefisien Korelasi - 0.240 Probabilitas ( P value) 0.194 Keputusan Tidak Ada Hubungan Berdasarkan Tabel 31 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.194 ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu sebesar 10% (0.1). Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah skor sikap dan semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi skor sikap. Namun, uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap. Hal ini menunjukkan bahwa semua ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi atau rendah memiliki sikap yang sama terhadap iklan detergen di televisi. 5.2.1.3 Hubungan antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Dari Tabel 32 dapat dilihat bahwa dari 14 responden yang bekerja, 9 responden memiliki sikap positif terhadap iklan produk detergen di televisi dan 5 responden memiliki sikap negatif terhadap iklan produk detergen di televisi. Sedangkan untuk responden penelitian yang tidak bekerja, dari 17 responden, 14 responden memiliki sikap yang positif terhadap iklan produk detergen di televisi dan 3 orang yang memiliki sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen di televisi. Tabel 32. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Total Sikap Negatif 5 3 8 Total Positif 9 14 23 14 17 31 P value = 0.232; α = 0.10; db = 1; Keputusan = Tidak Ada Hubungan Berdasarkan hasil uji Fisher pada taraf nyata α = 0.10 memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi yang dapat dilihat dari angka probabilitas sebesar 0.232 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10. Hal ini menunjukkan ibu rumah tangga yang bekerja maupun tidak bekerja memiliki sikap yang sama terhadap iklan detergen di televisi, baik dari segi kognisi, afeksi maupun konasinya. Hal ini diduga karena kuantitas menonton iklan detergen di televisi tidak berbeda jauh antara ibu rumah tangga bekerja dan tidak bekerja sehingga sikapnya terhadap iklan detergen pun sama. 5.2.1.4 Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi dianalisis menggunakan uji Pearson karena uang belanja merupakan data rasio dan sikap merupakan data interval. Tabel 33. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap Koefisien Korelasi -0.139 Probabilitas ( P value) 0.457 Keputusan Tidak Ada Hubungan Berdasarkan Tabel 33 di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.457 ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Hal ini terjadi karena ibu rumah tangga dengan uang belanja tinggi dan rendah memiliki pengetahuan, perasaan dan kecenderungan perilaku yang sama terhadap iklan produk detergen di televisi. Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi uang belanja maka semakin rendah skor sikap dan semakin rendah uang belanja maka semakin tinggi skor sikap. Hal ini berarti ketika terdapat hubungan antara uang belanja dengan sikap maka ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja tinggi, akan memberikan sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen di televisi. Sedangkan ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja rendah, akan memberikan sikap yang positif terhadap iklan produk detergen di televisi. Namun, uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara uang belanja dan sikap. 5.2.1.5 Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi Hubungan antara teman dekat dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi dianalisis menggunakan uji Pearson karena teman dekat merupakan data rasio dan sikap merupakan data interval. Pada Tabel 34 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara teman dekat dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.934 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditentukan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Angka koefisien yang negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antar kedua variabel. Dengan kata lain semakin banyak teman, maka sikap terhadap iklan produk detergen semakin negatif dan semakin sedikit teman maka sikap terhadap iklan produk detergen akan semakin positif. Tabel 34. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap Koefisien Korelasi -0.016 Probabilitas ( P value) 0.934 Keputusan Tidak Ada Hubungan Namun, uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara teman dekat dengan sikap. Sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi lebih dipengaruhi oleh bentuk kemasan iklan, tokoh dan pesan yang mudah dipahami. 5.2.2 Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen 5.2.2.1 Hubungan antara Umur dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen dapat dianalisis dengan uji Pearson, karena umur merupakan data rasio sedangkan perilaku merupakan data interval. Tabel 35. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Perilaku Menggunakan Produk Hubungan antara Umur dengan Perilaku Koefisien Korelasi 0.226 Probabilitas ( P value) 0.222 Keputusan Tidak Ada Hubungan Pada Tabel 35 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.222 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10 yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen dengan kata lain semakin tinggi umur maka semakin tinggi skor perilaku dan semakin rendah umur maka semakin rendah skor perilaku. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi atau rendahnya umur tidak mempengaruhi perilaku dalam menggunakan produk detergen. Diduga setiap kalangan umur pasti menggunakan produk detergen untuk mencuci pakaian. 5.2.2.2 Hubungan antara Tingkat Menggunakan Produk Detergen Pendidikan dengan Perilaku Tingkat Pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/D1/D3, Perguruan Tinggi. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk dianalisis dengan uji Spearman. Tabel 36. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Koefisien Korelasi - 0.422 Probabilitas ( P value) 0.018 Keputusan Ada Hubungan Berdasarkan Tabel 36 dapat diperoleh gambaran bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.018 lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu sebesar 10% (α = 0.1). Hal ini menujukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal pengenalan kebutuhan produk detergen, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian produk detergen, dan pascapembelian antara ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi dan rendah. Berdasarkan hasil wawancara mendalam ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi ketika pascapembelian cenderung tidak pernah menceritakan pengalaman mereka kepada orang lain ketika menggunakan produk detergen sedangkan ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan rendah menceritakan pengalaman mereka ketika menggunakan produk detergen dengan orang lain dengan tujuan untuk membandingkan produk mana yang menghasilkan cucian lebih bersih. Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah skor perilaku dan semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi skor perilaku. 5.2.2.3 Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Dari Tabel 37 dapat dilihat bahwa dari 14 responden yang bekerja, 11 responden memiliki perilaku yang tinggi dalam menggunakan produk detergen dan 3 responden memiliki perilaku yang rendah dalam menggunakan produk detergen. Sedangkan untuk responden penelitian yang tidak bekerja, dari 17 responden, 16 responden memiliki perilaku yang tinggi dalam menggunakan produk detergen dan 1 responden memiliki perilaku yang rendah dalam menggunakan produk detergen Tabel 37. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Total Perilaku Rendah 3 1 4 Total Tinggi 11 16 27 14 17 31 P value = 0.228; α = 0.10; db = 1; Keputusan = Tidak Ada Hubungan Berdasarkan hasil uji Fisher pada taraf nyata α = 0.10 memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari angka probabilitas sebesar 0.228 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10. Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja mempunyai perilaku menggunakan produk detergen yang sama. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja sama-sama melakukan pencarian informasi sebelum me nggunakan produk detergen dan mereka mengevaluasi produk detergen yang sesuai dengan keinginan mereka. 5.2.2.4 Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen dianalisis menggunakan uji Pearson karena uang belanja merupakan data rasio dan sikap merupakan data interval. Tabel 38. Hasil Uji Pearson antara Uang Menggunakan Produk Detergen Belanja dengan Perilaku Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku Koefisien Korelasi -0.066 Probabilitas ( P value) 0.723 Keputusan Tidak Ada Hubungan Berdasarkan Tabel 38 di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.723 yang lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Hal ini diduga karena uang belanja ibu rumah tangga di kompleks perumahan relatif sama sehingga perilaku menggunakan produk detergen pun sama. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ibu rumah tangga di kompleks perumahan ketika memilih suatu produk lebih mementingkan kualitas dan tidak mempermasalahkan harga produk detergen. Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi uang belanja maka semakin rendah skor perilaku dan semakin rendah uang belanja maka semakin tinggi skor perilaku. 5.2.2.5 Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara teman dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen dianalisis menggunakan uji Pearson karena teman dekat merupakan data rasio dan perilaku merupakan data interval. Pada Tabel 39 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara teman dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.149 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditentukan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Angka koefisien yang negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antar kedua variabel, semakin banyak teman dekat semakin rendah perilaku dan semakin sedikit teman dekat semakin tinggi perilaku. Tabel 39. Hasil Uji Pearson antara Teman Menggunakan Produk detergen Dekat dengan Perilaku Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku Koefisien Korelasi -0.266 Probabilitas ( P value) 0.149 Keputusan Tidak Ada Hubungan Jabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak atau sedikitnya teman tidak mempengaruhi perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen khususnya ketika pembelian lebih dipengaruhi oleh harga, daya bersih, dan banyaknya hadiah yang ditawarkan oleh produk detergen tersebut. 5.2.3 Hubungan antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen dianalisis menggunakan uji Pearson, karena sikap dan perilaku merupakan data interval. Tabel 40. Hasil Uji Pearson antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen Hubungan antara Sikap dan Perilaku Koefisien Korelasi 0.415 Probabilitas ( P value) 0.020 Keputusan Ada Hubungan Pada Tabel 40 dapat dilihat terdapat hubungan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dikarenakan nilai probabilitasnya sebesar 0.020 ternyata lebih kecil dari taraf nyata yang telah ditentukan yaitu α = 0.10 yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antar kedua variabel. Dengan kata lain, semakin positif sikap terhadap iklan produk detergen di televisi maka semakin tinggi perilaku dalam menggunakan produk detergen dan semakin negatif sikap terhadap iklan produk detergen di televisi maka semakin rendah perilaku dalam menggunakan produk detergen. 5.3 Perbandingan antara Komunitas Masyarakat Non Kompleks Perumahan dan Komunitas Masyarakat Kompleks Perumahan Pada Tabel 41 dapat dilihat bahwa hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada komunitas non kompleks perumahan hanya terdapat dua hubungan antara variabel yang berhubungan yaitu variabel tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dan variabel uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen. Sedangkan untuk kompleks perumahan Bumi Malaka Asri terdapat tiga hubungan antara variabel yang berhubungan yaitu variabel umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, variabel tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Untuk variabel umur dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal ini dikarenakan pada komunitas kompleks perumahan, umur ibu rumah tangga berada pada rentang 31 tahun sampai 78 tahun dan sebagian besar ibu rumah tangga berumur 35 tahun. Rentang umur yang terlalu jauh tersebut menyebabkan perbedaan sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi. Sedangkan pada komunitas non kompleks perumahan, umur ibu rumah tangga berada pada 28 tahun sampai 68 tahun dan sebaran umur cenderung merata sehingga sikap umur ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen pun sama. Variabel tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan pada komunitas kompleks perumahan Bumi Malaka Asri tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Ibu rumah tangga di non kompleks perumahan sebagian besar (54.5%) merupakan tamatan SLTA dan selebihnya merupakan tamatan perguruan tinggi (15.2%), tamatan Akademi/D1/D3 (12.1%), tamatan SLTP (12.1%) dan tamatan SD (6.1%). Perbedaan tingkat pendidikan tersebut menyebabkan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi pun berbeda. Ibu rumah tangga yang tingkat pendidikannya tinggi memiliki sikap yang negatif terhadap iklan detergen atau dengan kata lain mereka tidak terpengaruh dengan iklan-iklan yang ada di televisi karena mereka menyadari bahwa pesan yang disampaikan terlalu berlebihan. Sedangkan ibu rumah tangga yang tingkat pendidikannya rendah memberikan sikap positif terhadap tayangan iklan produk detergen. Ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri sebagian besar merupakan tamatan Perguruan Tinggi (51.6%), tamatan SLTA (25.8%), tamatan Akademi/D1/D3 (19.4%) dan yang terendah merupakan tamatan SLTP (3.2%). Tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang tidak berbeda jauh menyebabkan sikap terhadap iklan detergen di televisi pun sama atau dengan kata lain tingkat pendidikan tinggi maupun rendah tidak mempengaruhi sikap ibu rumah terhadap iklan detergen. Tidak terdapat hubungan antara variabel pekerjaan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan.Jumlah ibu rumah tangga yang tidak bekerja lebih banyak untuk kedua lokasi penelitian. Frekuensi menonton televisi untuk ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja tidak berbeda jauh sehingga sikap terhadap iklan produk detergen di televisi pun sama. Variabel uang belanja dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan produk detergen. Sehingga tidak terdapat perbedaan antara uang belanja tinggi maupun rendah, sikap yang dihasilkan pun sama terhadap iklan produk detergen. Tidak terdapat hubungan antara variabel teman dekat dengan sikap terhadap iklan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan. Hal ini dikarenakan ketika ibu rumah tangga saling berinteraksi, mereka jarang sekali membicarakan tentang iklan produk detergen. Untuk variabel umur dengan perilaku menggunakan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dikarenakan semua kalangan umur ibu rumah tangga selalu menggunakan produk detergen untuk mencuci pakaian. Untuk variabel tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen, pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Pada komunitas kompleks perumahan, perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan perilaku dalam menggunakan produk detergen. Tidak terdapat hubungan antara variabel pekerjaan dengan perilaku dalam menggunakan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan. Perilaku ibu rumah tangga dalam me nggunakan produk detergen tetap sama walaupun pekerjan ibu rumah tangga berbeda. Pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada komunitas kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen. Pada komunitas non kompleks perumahan adanya hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen dikarenakan uang belanja memegang peranan penting dalam pembelian produk detergen. Ibu rumah tangga di non kompleks perumahan selalu melihat harga terlebih dahulu sebelum memutuskan pembelian produk. Sedangkan pada komunitas kompleks perumahan tidak terdapatnya hubungan uang belanja dengan perilaku menggunakan produk karena ibu rumah tangga di kompleks perumahan lebih mementingkan kualitas dari produk detergen dan harga tidak menjadi pertimbangan utama ketika memutuskan pembelian produk. Tidak terdapat hubungan antara variabel teman dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan. Hal ini dikarenakan ketika ibu rumah tangga saling berinteraksi, mereka jarang sekali membicarakan tentang produk detergen yang mereka gunakan di rumah. Untuk variabel sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen, pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Pada komunitas kompleks perumahan, perilaku menggunakan produk detergen di pengaruhi oleh sikap terhadap iklan. Apabila sikap terhadap iklan positif maka perilaku menggunakan produk detergen pun tinggi. Sedangkan pada komunitas non kompleks perumahan sikap terhadap iklan produk detergen tidak mempengaruhi perilaku dalam menggunakan produk detergen. Hal ini sejalan dengan banyak penelitian yang dilakukan yang membuktikan bahwa sikap tidak meramalkan perilaku, pendapat bahwa dalam psikologi tidak perlu digunakan konsep sikap (sebagai faktor internal atau laten), tetapi langsung saja diteliti perilakunya (Wicker dalam Sarwono, 2002). Tabel 41. Ikhtisar Hasil Uji Hubungan Antar Variabel antara Non Kompleks Perumahan dan Kompleks Perumahan Non Kompleks Perumahan Variabel 1 Umur Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan Uang Belanja Variabel 2 Sikap terhadap iklan detergen di televisi Sikap terhadap iklan detergen di televisi Perilaku Menggunakan Detergen Perilaku Menggunakan Detergen Perilaku Menggunakan Detergen Kompleks Perumahan Bumi Malaka Ket Tidak Ada Hubungan Variabel 1 Umur Ada Hubungan Tingkat pendidikan Tidak Ada Hubungan Tingkat pendidikan Ada Hubungan Uang Belanja Asri Variabel 2 Sikap terhadap iklan detergen di televisi Sikap terhadap iklan detergen di televisi Perilaku Menggunakan Detergen Perilaku Menggunakan Detergen Perilaku Menggunakan Detergen Ket Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Sikap Tidak Ada terhadap Hubungan iklan detergen di televisi Non Kompleks Perumahan Kompleks Perumahan Bumi Malaka Variabel 1 Pekerjaan Ket Tidak Ada Hubungan Variabel 1 Pekerjaan Tidak Ada Hubungan Uang Belanja Tidak Ada Hubungan Teman Dekat Tidak Ada Hubungan Umur Tidak Ada Hubungan Teman Dekat Tidak Ada Hubungan Pekerjaan Uang Belanja Teman Dekat Umur Teman Dekat Pekerjaan Variabel 2 Sikap terhadap iklan detergen di televisi Sikap terhadap iklan detergen di televisi Sikap terhadap iklan detergen di televisi Perilaku Menggunakan Detergen Perilaku Menggunakan Detergen Perilaku Menggunakan Detergen Sikap terhadap iklan detergen di televisi Asri Variabel 2 Sikap terhadap iklan detergen di televisi Sikap terhadap iklan detergen di televisi Sikap terhadap iklan detergen di televisi Perilaku Menggunakan Detergen Perilaku Menggunakan Detergen Perilaku Menggunakan Detergen Ada Hubungan Ket Tidak Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara komunitas non kompleks perumahan dan komunitas kompleks perumahan dalam hal hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen, hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen dan hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Untuk variabel umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi pada komunitas non kompleks perumahan sedangkan pada komunitas kompleks perumahan Bumi Malaka Asri tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Variabel tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen, pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada komunitas kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen. Untuk variabel sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen, pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Berdasarkan hasil analisis pun dapat diketahui bahwa terdapat persamaan antara komunitas kompleks perumahan dan non kompleks perumahan yaitu tidak terdapatnya hubungan antara pekerjaan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, tidak terdapatnya hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, tidak terdapatnya hubungan antara teman dekat dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, tidak terdapatnya hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen, tidak terdapatnya hubungan antara pekerjaan dengan perilaku menggunakan produk detergen, dan tidak terdapatnya hubungan antara teman dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen. 6.2 Saran Sesuai dengan hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka ada beberapa saran yang dapat peneliti berikan, yaitu : 1. Umur dan tingkat pendidikan mempengaruhi sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi, sehingga para pembuat iklan hendaknya membuat iklan detergen sesuai dengan karakteristik ibu rumah tangga tersebut. 2. Perusahan detergen hendaknya mampu menawarkan produk detergen dengan harga yang relatif terjangkau karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan uang belanja berpengaruh terhadap perilaku menggunakan produk detergen. 3. Perlunya penyuluhan bagi ibu rumah tangga agar menggunakan produk detergen sesuai takaran agar busa yang dihasilkan tidak terlalu banyak sehingga tidak merusak lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003. Brannan, Tom. Integrated Marketing Communications. Penerjemah: Slamet. Jakarta : Penerbit PPM. 2004. Calhoun, James F dan Joan Ross Acocella. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press. 1995. Chandradhy, Dwyono. Strategi-Strategi Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1978. Daniel, Wayne W. Statistika Nonparametrik Terapan. Jakarta: PT.Gramedia. 1989. Engel, James F, Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara. 1994. Jeffres, Leo W. Mass Media Effects. Illinois: Waveland Press. 1997. Jefkins, Frank. Periklanan. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga. 1994. Kasali, Rhenald. Manajemen Periklanan (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia). Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1995. Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Teelevisi. Jakarta : Rineka Cipta. 1996. Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 1992. McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Suatu pengantar. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga. 1987. Nurudin. Komunikasi Massa. Cespur, Malang. 2003. Peter, J Paul dan Olson, Jerry C. Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta: Erlangga. 1999. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Rosengren, Karl Erik. “Uses and Gratification : a Paradigm Outlined” dalam Blumler, Jay G and Katz, Elihu ed. The Uses of Mass Communication : Current Perspective On Gratification Research Bavely Hill. London. 1974. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial; Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. 2002. Schramm,Wilbur dan D.Lawrence Kincaid. Azaz-Azaz Komunikasi antar Manusia. Penerjemah: Agus Setiadi. Jakarta: LP3ES dan East West Communication Institute. 1978. Sears, David O, Jonathan dan Anna. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. 2004. Shimp, Terence A. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu. Jakarta: Erlangga. 2003. Siegel, Sidney. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT.Gramedia. 1997. Sumartono. Terperangkap dalam Iklan. Bandung: Alfabeta. 2002. Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2002. Susanto, Astrid S. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Jilid ke 3. Bandung: Binacipta. 1989. Team Leknas / LIPI. TVRI Iklan Televisi. Jakarta: Direktorat Televisi. 1980. LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan) Correlations umur umur sikap_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 . 33 -.079 .660 33 sikap_tot -.079 .660 33 1 . 33 Lampiran 2 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan) Correlations Spearman's rho tk_pendidikan sikap_tot Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). tk_pendidikan sikap_tot 1.000 -.452** . .008 33 33 -.452** 1.000 .008 . 33 33 Lampiran 3 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan) Case Processing Summary pekerjaan * sikap Cases Missing N Percent 0 .0% Valid N Percent 33 100.0% N Total Percent 33 100.0% pekerjaan * sikap Crosstabulation Count sikap negatif pekerjaan Bekerja tdk bekerja 0 1 1 Total positif 12 20 32 Total 12 21 33 Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value .589b .000 .922 .571 df 1 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .443 1.000 .337 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) 1.000 .636 .450 33 a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is . 36. Symmetric Measures Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Value .132 33 Approx. Sig. .443 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Lampiran 4 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan) Correlations uang_belanja sikap_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N uang_belanja 1 . 33 .144 .424 33 sikap_tot .144 .424 33 1 . 33 Lampiran 5 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan) Correlations jmlh_teman_dekat sikap_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N jmlh_teman_ dekat 1 . 33 .119 .508 33 sikap_tot .119 .508 33 1 . 33 Lampiran 6 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan) Correlations umur umur perilaku_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 . 33 .207 .248 33 perilaku_tot .207 .248 33 1 . 33 Lampiran 7 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan) Correlations Spearman's rho tk_pendidikan perilaku_tot Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N tk_pendidikan 1.000 . 33 -.156 .386 33 perilaku_tot -.156 .386 33 1.000 . 33 Lampiran 8 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan) Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0% Valid N Percent 33 100.0% pekerjaan * perilaku Total N Percent 33 100.0% pekerjaan * perilaku Crosstabulation Count pekerjaan Bekerja tdk bekerja Total perilaku rendah tinggi 1 11 0 21 1 32 Total 12 21 33 Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 1.805b .083 2.078 1.750 df 1 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .179 .773 .149 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) .364 .364 .186 33 a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is . 36. Symmetric Measures Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Value .228 33 Approx. Sig. .179 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Lampiran 9 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan) Correlations uang_belanja perilaku_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N uang_belanja 1 . 33 .362* .039 33 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). perilaku_tot .362* .039 33 1 . 33 Lampiran 10 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan) Correlations jmlh_teman_dekat perilaku_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N jmlh_teman_ dekat 1 . 33 .279 .116 33 perilaku_tot .279 .116 33 1 . 33 Lampiran 11 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Sikap dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan) Correlations sikap_tot perilaku_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N sikap_tot 1 . 33 .250 .161 33 perilaku_tot .250 .161 33 1 . 33 Lampiran 12 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Sikap (Kompleks Perumahan) Correlations umur umur sikap_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 . 31 .402* .025 31 sikap_tot .402* .025 31 1 . 31 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Lampiran 13 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap (Kompleks Perumahan) Correlations Spearman's rho tk_pendidikan sikap_tot Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N tk_pendidikan 1.000 . 31 -.240 .194 31 sikap_tot -.240 .194 31 1.000 . 31 Lampiran 14 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan Sikap (Kompleks Perumahan) Case Processing Summary Pekerjaan * sikap Cases Missing N Percent 0 .0% Valid N Percent 31 100.0% N Total Percent 31 100.0% Pekerjaan * sikap Crosstabulation Count sikap negatif Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja positif 5 3 8 Total 9 14 23 Total 14 17 31 Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 1.309b .535 1.310 1.267 df 1 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .253 .464 .252 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) .412 .232 .260 31 a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3. 61. Symmetric Measures Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Value .201 31 Approx. Sig. .253 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Lampiran 15 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap (Kompleks Perumahan) Correlations uang_belanja sikap_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N uang_belanja 1 . 31 -.139 .457 31 sikap_tot -.139 .457 31 1 . 31 Lampiran 16 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap (Kompleks Perumahan) Correlations jumlah_teman_dekat sikap_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N jumlah_ teman_dekat 1 . 31 -.016 .934 31 sikap_tot -.016 .934 31 1 . 31 Lampiran 17 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Perilaku (Kompleks Perumahan) Correlations umur umur perilaku_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 . 31 .226 .222 31 perilaku_tot .226 .222 31 1 . 31 Lampiran 18 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku (Kompleks Perumahan) Correlations Spearman's rho tk_pendidikan perilaku_tot Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). tk_pendidikan 1.000 . 31 -.422* .018 31 perilaku_tot -.422* .018 31 1.000 . 31 Lampiran 19 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku (Kompleks Perumahan) Case Processing Summary Pekerjaan * perilaku Cases Missing N Percent 0 .0% Valid N Percent 31 100.0% N Total Percent 31 100.0% Pekerjaan * perilaku Crosstabulation Count Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Total perilaku rendah tinggi 3 11 1 16 4 27 Total 14 17 31 Chi-Square Tests Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Value 1.651b .557 1.687 1.598 df 1 1 1 1 Asymp. Sig. (2-sided) .199 .455 .194 Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) .304 .228 .206 31 a. Computed only for a 2x2 table b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1. 81. Symmetric Measures Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Value .225 31 Approx. Sig. .199 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. Lampiran 20 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku (Kompleks Perumahan) Correlations uang_belanja perilaku_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N uang_belanja 1 . 31 -.066 .723 31 perilaku_tot -.066 .723 31 1 . 31 Lampiran 21 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku (Kompleks Perumahan) Correlations jumlah_teman_dekat perilaku_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N jumlah_ teman_dekat 1 . 31 -.266 .149 31 perilaku_tot -.266 .149 31 1 . 31 Lampiran 22 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Sikap dengan Perilaku (Kompleks Perumahan) Correlations sikap_tot perilaku_tot Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N sikap_tot 1 . 31 .415* .020 31 perilaku_tot .415* .020 31 1 . 31 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).