skripsi A14202024

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN SIKAP
TERHADAP IKLAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU IBU RUMAH
TANGGA DALAM MENGGUNAKAN PRODUK DETERGEN
(Kasus : di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya
Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta)
Oleh :
AISYAH
A14202024
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN
AISYAH. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN
SIKAP TERHADAP IKLAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU IBU
RUMAH TANGGA DALAM MENGGUNAKAN PRODUK DETERGEN.
Kasus di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta
Timur, Provinsi DKI Jakarta (Di bawah bimbingan PUDJI MULJONO)
Stasiun televisi baru saat ini banyak bermunculan di Indonesia
menyebabkan banyak pula tayangan iklan yang dikonsumsi oleh masyarakat
khususnya ibu rumah tangga. Iklan detergen merupakan salah satu iklan dalam
televisi. Detergen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah detergen sebagai
pembersih pakaian. Iklan detergen dianggap iklan yang paling dekat hubungannya
dengan ibu rumah tangga. Dengan tampilan iklan yang persuasif dan menarik
diharapkan sikap terhadap iklan akan muncul. Sikap terhadap produk juga akan
muncul baik secara langsung maupun tidak langsung yang kemudian menentukan
perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Diduga terdapat
perbedaan sikap dan perilaku antara ibu rumah tangga yang tinggal di non
kompleks perumahan dan ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik individu dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi
antara masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan. (2) Untuk
mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku ibu rumah
tangga menggunakan produk detergen antara masyarakat non kompleks
perumahan dan kompleks perumahan. (3) Untuk mengetahui hubungan antara
sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku ibu rumah tangga
menggunakan produk detergen antara masyarakat non kompleks perumahan dan
kompleks perumahan.
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi penelitian, RW 10 RT 09 (kompleks
perumahan Bumi Malaka Asri) dan RW 08 RT 02 (non kompleks perumahan)
yang merupakan bagian dari Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit,
Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei-Juni 2006. Metode penentuan sampling untuk penelitian ini
menggunakan metode cluster sampling. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah
dengan menggunakan SPSS 12.0 dengan uji statistik frekuensi, Spearman,
Pearson dan Fisher.
Hasil dari penelitian menunjukkan ada variabel yang berhubungan dengan
variabel lainnya dan ada juga variabel yang tidak berhubungan dengan variabel
yang lainnya. Pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan
antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan
pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara umur dengan
sikap terhadap iklan produk detergen di televisi.
Variabel tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di
televisi, pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan
pada komunitas kompleks perumahan Bumi Malaka Asri tidak terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Ibu
rumah tangga di non kompleks perumahan sebagian besar merupakan tamatan
SLTA. Perbedaan tingkat pendidikan tersebut menyebabkan sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi pun berbeda. Ibu rumah tangga yang tinggal di
kompleks perumahan Bumi Malaka Asri sebagian besar merupakan tamatan
Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang tidak berbeda jauh
menyebabkan sikap terhadap iklan detergen di televisi pun sama.
Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dan sikap terhadap iklan produk
detergen di televisi, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks
perumahan. Hal ini dikarenakan jumlah ibu rumah tangga yang tidak bekerja lebih
banyak untuk kedua lokasi penelitian.
Tidak terdapat hubungan antara uang belanja dan sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks
perumahan. Sehingga tidak terdapat perbedaan antara uang belanja tinggi maupun
rendah, sikap yang dihasilkan pun sama terhadap iklan produk detergen.
Variabel teman dekat dengan sikap terhadap iklan produk detergen, baik di
non kompleks maupun kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara
teman dekat dengan sikap terhadap iklan produk detergen. Hal ini dikarenakan
ketika ibu rumah tangga saling berinteraksi, mereka jarang sekali membicarakan
tentang iklan produk detergen.
Tidak terdapat hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan
produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan.
Hal ini dikarenakan semua kalangan umur ibu rumah tangga selalu menggunakan
produk detergen untuk mencuci pakaian.
Untuk variabel tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk
detergen, pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen,
sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen.
Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku menggunakan
produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan.
Perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen tetap sama
walaupun pekerjan ibu rumah tangga berbeda.
Pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara uang
belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada
komunitas kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara uang belanja
dengan perilaku menggunakan produk detergen. Ibu rumah tangga di non
kompleks perumahan selalu melihat harga terlebih dahulu sebelum memutuskan
pembelian produk. Sedangkan ibu rumah tangga di kompleks perumahan lebih
mementingkan kualitas dari produk detergen.
Tidak
terdapat
hubungan
antara
teman
dekat
dengan
perilaku
menggunakan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun
kompleks perumahan. Ketika ibu rumah tangga saling berinteraksi, mereka jarang
sekali membicarakan tentang produk detergen yang mereka gunakan di rumah.
Pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara
sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan
produk detergen. Sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat
hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku
menggunakan produk detergen.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN SIKAP
TERHADAP IKLAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU IBU RUMAH
TANGGA DALAM MENGGUNAKAN PRODUK DETERGEN
(Kasus : di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya
Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta)
Oleh :
AISYAH
A14202024
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :
Nama
:
Aisyah
NRP
:
A14202024
Program Studi
:
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul
:
Hubungan antara Karakteristik Individu dan Sikap
terhadap Iklan di Televisi dengan Perilaku Ibu Rumah
Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr.Ir.Pudji Muljono, MSi
NIP. 131 841 726
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus Ujian : 11 Juli 2006
PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
YANG
BERJUDUL “HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN
SIKAP TERHADAP IKLAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU IBU
RUMAH TANGGA DALAM MENGGUNAKAN PRODUK DETERGEN”
BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN
ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN
BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI
DAN
TIDAK
MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN
YANG
PERNAH
DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI
SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Juli 2006
Aisyah
A14202024
RIWAYAT PENULIS
Penulis adalah anak terakhir dari pasangan John Arnes dengan Mirnalisa
yang lahir pada tanggal 19 Desember 1984 di Jakarta. Pendidikan pertama
ditempuh di Taman Kanak-Kanak Marga Laksana, Jakarta. Selanjutnya pada
tahun pada tahun 1990 meneruskan sekolah di Sekolah Dasar Negeri Malaka Sari
04 Pagi, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 1999 Penulis lulus
dari SLTP Negeri 213 Jakarta Timur dan meneruskan di SMU Negeri 103 Jakarta
Timur. Pada tahun 2002 diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM),
Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Aktivitas selama kuliah diisi dengan kegiatan yang bersifat akademis dan
bersifat ekstrakurikuler. Kegitan akademis dijalani oleh penulis dengan menjadi
Asisten Dosen untuk Mata Kuliah Sosiologi Umum dan Pengantar Ilmu
Kependudukan. Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler penulis pernah
berpartisipasi dalam
beberapa kegiatan dan kepanitiaan kampus. Kepanitiaan
yang pernah diikuti adalah Public Relation Seminar and Training, Eureka Try Out,
Masa Perkenalan Departemen yang diselenggarakan oleh MISETA, Wahana
Orientasi Wiyata (WOW) IPB 2003 yang diselenggarakan oleh BEM KM IPB
serta Malam Keakraban KPM 2004.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, Raja Segala
Manusia yang telah memberikan rahmat dan ridhoNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini di bawah Bimbingan Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si.
Judul yang diangkat oleh penulis adalah “Hubungan Antara Karakteristik
Individu dan Sikap Terhadap Iklan Di Televisi dengan Perilaku Ibu Rumah
Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen”. Skripsi ini merupakan suatu
karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Melalui skripsi ini, penulis mencoba
untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dan sikap terhadap iklan
di televisi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk
detergen.
Akhirnya penulis berharap semoga materi yang disampaikan dalam
skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai masukan bagi penelitian
selanjutnya dengan peminatan yang sama.
Bogor, Juli 2006
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, penulis menghanturkan ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada semua pihak, baik yang secara langsung maupun secara
tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian tugas ini, antara lain :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga skripsi ini
dapat berjalan dengan lancar.
2. Papa, Mama, Kakak-kakakku, Yopi Andari yang tak henti-hentinya
mendoakan dengan tulus dan juga memberikan semangat serta inspirasi.
3. Bapak Pudji Muljono selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.
4. Ibu Sarwititi S A selaku dosen penguji utama yang telah bersedia memberikan
waktunya untuk menguji penulis pada skripsi ini.
5. Bapak Murdianto selaku dosen penguji perwakilan Departemen yang telah
bersedia memberikan waktunya untuk menguji penulis pada skripsi ini.
6. Dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................... 7
BAB II PENDEKATAN TEORITIS ............................................................. 8
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8
2.1.1 Komunikasi Massa ................................................................ 8
2.1.2 Iklan Televisi Sebagai Bentuk Komunikasi .......................... 10
2.1.3 Sikap...................................................................................... 19
2.1.4 Ibu Rumah Tangga dan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen.................................................................... 23
2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 27
2.3 Hipotesis......................................................................................... 31
2.4 Definisi Operasional....................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 36
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 36
3.2 Metode Penentuan Sampling.......................................................... 36
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 37
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data........................................... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM ....................................................................... 42
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 42
4.2 Karakteristik Responden Penelitian ............................................... 44
4.2.1 Umur ..................................................................................... 44
4.2.2 Tingkat Pendidikan ............................................................... 45
4.2.3 Pekerjaan .............................................................................. 46
4.2.4 Uang Belanja ........................................................................ 47
4.2.5 Teman Dekat ........................................................................ 48
4.3 Merek Produk Detergen yang digunakan Ibu Rumah Tangga ....... 49
4.4 Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan Produk
Detergen di Televisi ....................................................................... 50
4.5 Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan
Produk Detergen............................................................................. 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 61
5.1 Komunitas Masyarakat Non Kompleks Perumahan ...................... 61
5.1.1
Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga
dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi............. 61
5.1.2
Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga
dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen.............. 66
5.1.3
Hubungan antara Sikap terhadap Iklan Detergen
di Televisi dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen................................................................. 71
5.2 Komunitas Masyarakat Kompleks Perumahan .............................. 72
5.2.1 Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga
dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di Televisi............. 72
5.2.2
Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga
dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen.............. 78
5.2.3
Hubungan antara Sikap terhadap Iklan Detergen
di Televisi dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen................................................................. 83
5.3 Perbandingan antara Komunitas Masyarakat Non Kompleks
Perumahan dan Komunitas Masyarakat Kompleks Perumahan .... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 90
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 90
6.2 Saran............................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 93
LAMPIRAN ....................................................................................................... 95
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
Kisi-kisi Instrumen Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan
Produk Detergen di Televisi....................................................
38
Kisi-kisi Instrumen Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam
Menggunakan Produk Detergen...............................................
39
Tabel 3.
Jumlah RT dalam tiap RW di Kelurahan Malaka Sari.............
42
Tabel 4.
Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan
Umur…………………………………………………………
44
Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan
Tingkat Pendidikan…………………………….......................
45
Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan
Pekerjaan……………………………………………………..
46
Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan
Uang Belanja ………………………………………………...
48
Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan
Teman Dekat ………………………………………………..
48
Jumlah dan Persentase Teman Dekat Responden …………....
49
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Merek Produk yang digunakan ……...
50
Tabel 11. Skor Sikap Responden terhadap Iklan Produk Detergen di
Televisi (Non Kompleks Perumahan)......................................
52
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan
Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Non
Kompleks Perumahan)……………………………………….
53
Tabel 13. Skor Sikap Responden terhadap Iklan Produk Detergen di
Televisi (Kompleks Perumahan)..............................................
54
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan
Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Kompleks
Perumahan) ……………………………………......................
55
Tabel 15. Skor Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Non
Kompleks Perumahan).............................................................
56
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan
Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Non Kompleks
Perumahan)…………………………………………………...
57
Tabel 17. Skor Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Kompleks
Perumahan)………………………….......................................
59
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan
Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Kompleks
Perumahan)…………………………………………………...
60
Tabel 19. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan
Produk Detergen di Televisi………………………….............
61
Tabel 20. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap
terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi………….............
62
Tabel 21. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap
Iklan Detergen di Televisi……………………………………
63
Tabel 22. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Sikap
terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi………………....
64
Tabel 23. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Sikap
terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi………………….
66
Tabel 24. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Perilaku
Menggunakan Produk Detergen……………………………...
66
Tabel 25. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan
Perilaku Menggunakan Produk Detergen…………………….
67
Tabel 26. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Perilaku
Menggunakan Produk Detergen……………………………...
68
Tabel 27. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Perilaku
Menggunakan Produk Detergen ……………………………..
69
Tabel 28. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Perilaku
Menggunakan Produk detergen………………………………
71
Tabel 29. Hasil Uji Pearson antara Sikap terhadap Iklan Produk
Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk
Detergen………………………………………………………
71
Tabel 30. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan
Produk Detergen di Televisi…………………………….........
72
Tabel 31. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap
terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi………….............
74
Tabel 32. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap
Iklan Detergen di Televisi……………………………………
75
Tabel 33. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Sikap
terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi…………………
76
Tabel 34. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Sikap
terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi…………………
77
Tabel 35. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Perilaku
Menggunakan Produk………………………………………...
78
Tabel 36. Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan
Perilaku Menggunakan Produk Detergen…………………….
79
Tabel 37. Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Perilaku
Menggunakan Produk Detergen……………………………...
80
Tabel 38. Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Perilaku
Menggunakan Produk Detergen……………………………...
81
Tabel 39. Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Perilaku
Menggunakan Produk detergen………………………………
82
Tabel 40. Hasil Uji Pearson antara Sikap terhadap Iklan Produk
Detergen di Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk
Detergen………………………………………………………
83
Tabel 41. Ikhtisar Hasil Uji Hubungan Antar Variabel antara Non
Kompleks Perumahan dan Kompleks Perumahan……………
89
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar 1.
Teks
Halaman
Kerangka Pemikiran................................................................ 31
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Teks
Halaman
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur
dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)......................
95
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat
Pendidikan dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)...
96
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan
dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)......................
97
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang
Belanja dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan).........
98
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman
Dekat dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)...........
99
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur
dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan)…………..
100
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat
Pendidikan dengan Perilaku (Non Kompleks
Perumahan).......................................................................
101
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan
dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan)..................
102
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang
Belanja dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan).....
103
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman
Dekat dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan).......
104
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Sikap
dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan)..................
105
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur
dengan Sikap (Kompleks Perumahan)…………………..
106
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat
Pendidikan dengan Sikap (Kompleks Perumahan)……...
107
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan
dengan Sikap (Kompleks Perumahan)..............................
108
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang
Belanja dengan Sikap (Kompleks Perumahan)………….
109
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman
Dekat dengan Sikap (Kompleks Perumahan)…...............
110
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur
dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)..........................
111
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat
Pendidikan dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)…...
112
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan
dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)……………......
113
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang
Belanja dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)……….
114
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman
Dekat dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)………...
115
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Sikap
dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)………………..
116
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Televisi
merupakan
media
massa
yang
mempunyai
kelebihan
dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio dan koran. Radio
merupakan media massa yang membawakan pesan audio, pendengar radio hanya
dapat mendengarkan suara. Koran merupakan media massa yang dapat
menyajikan pesan visual, pembaca koran hanya dapat membaca pesan-pesan yang
disampaikan koran. Sedangkan televisi merupakan media massa yang bisa
membawakan suara dan juga membawakan gambar.
Saat ini banyak televisi swasta yang bermunculan di Indonesia. Sejak
tahun 1989, TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni Rajawali Citra
Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersil. Kemudian berturut-turut berdiri
stasiun televisi Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI),
Andalas Televisi (AnTeve), Indosiar, Metro Tv, Tv 7, Lativi, Trans Tv. Sekarang
ditambah lagi stasiun televisi baru seperti O-channel dan Jak Tv.
Televisi digunakan sebagai media utama pengiklan dalam mengiklankan
produknya karena televisi dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan media
komunikasi lainnya. Penayangan iklan pada media televisi memiliki tampilan
yang menarik dan atraktif baik dalam bentuk musik, gambar serta konsep yang
mudah diingat dan bersifat persuasif menjadikan iklan televisi mampu merebut
sebagian besar perhatian konsumen.
Berdasarkan catatan Tempo, data Nielsen Media Research (AC Nielsen
Indonesia) menyebutkan nilai belanja iklan sebesar Rp 23 triliun selama periode
Januari hingga November 2005. Tahun lalu belanja iklan sebesar Rp 22,911
triliun. Televisi mendominasi 70 persen dari nilai belanja iklan atau senilai Rp
16,223 triliun. Hal ini berarti ada peningkatan sebesar lima persen dari periode
yang sama tahun sebelumnya yang besarnya hanya sekitar Rp 15,418 triliun.
Indonesia dan Cina mengalami pertumbuhan belanja iklan tertinggi dari 12 negara
di Asia Pasifik selama periode Oktober 2003-Oktober 2004, masing-masing
sebesar 49 persen. Kedua belas Negara tersebut adalah Korea Selatan, Cina,
Hongkong, Taiwan, Filipina, India, Thailand, Singapura, Indonesia, dan Selandia
Baru. 1
Dari segi spot iklan yang tampil di media televisi, RCTI mendominasi
dengan jumlah 291.507 spot iklan. Disusul Trans Tv sebanyak 281.143 spot iklan,
dan SCTV pada peringkat ke tiga sebanyak 271.305 spot iklan. 2
Iklan merupakan alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen,
maka pendekatan iklan ialah dengan mengenal dan menggunakan motivasi dasar
dari calon pembeli terhadap suatu produk. Melalui iklan, konsumen akan
mengetahui informasi tentang produk yang ditawarkan. Sedangkan bagi
perusahaan, iklan bukan hanya sekedar upaya untuk mengenalkan suatu produk
tetapi juga untuk meraih pasar dan meningkatkan pendapatan (Susanto, 1989).
Iklan yang kreatif dan menarik dalam menyampaikan pesan akan mampu menarik
konsumen untuk dapat membeli produk.
Manajer pemasaran selalu tertarik untuk memasarkan produk kepada
wanita khususnya ibu rumah tangga karena ibu rumah tangga merupakan agen
1
Indriani Dyah. Belanja Iklan di Berbagai Media Meningkat Lima Persen.
http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/html.2005
2
Loc.cit.
pembeli potensial dalam keluarga. Terdapat dua kategori ibu rumah tangga yaitu
mereka yang lebih suka tinggal dirumah dan mereka yang merencanakan untuk
bekerja (Engel et al, 1994). Berdasarkan riset lembaga AC Nielsen, Ibu rumah
tangga Indonesia yang tidak bekerja dan menghabiskan waktu dirumah rata-rata
menonton iklan televisi sebanyak 1.200 iklan per minggu. Jumlah ini melebihi
tingkat kepadatan iklan televisi dunia, dimana data dunia menunjukkan rata-rata
orang mengkonsumsi iklan televisi sebanyak 561 iklan per minggu. Dapat
dikatakan ibu rumah tangga menyerap iklan televisi lebih dari dua kali lipat ratarata penduduk dunia.3
Merebaknya iklan yang sama tetapi berbeda merek, merangsang pemirsa
untuk mencoba dan melakukan eksperimen sampai ditemukannya produk yang
sesuai dengan keinginannya merupakan realitas yang ada di masyarakat. Khalayak
dijejali dengan menu-menu sajian dengan mengusung kata-kata "produk
multiguna", "produk 2 in 1" atau "3 in 1" hingga menawarkan "rezeki nomplok".
Hal ini menimbulkan kebingungan sekaligus menggiurkan. Menggiurkan karena
pemirsa dipersuasi dengan tawaran hadiah hingga miliaran rupiah dan
membingungkan karena hampir semua produk memiliki inti pesan yang sama
yang mampu memberikan kepuasan pada konsumen (Sumartono, 2002). Di
tengah maraknya iklan produk detergen untuk mencuci pakaian ternyata detergen
menyimpan bahaya. Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tim Pengabdian Masyarakat dari Institut Teknologi Bandung yang bekerjasama
dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dimana mereka
3
Nina M Armando. Iklan Televisi, Duh Banyaknya. www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/
cetak/2005/0605/09/cakrawala/lain04.htm.2005.
menemukan zat-zat yang terkandung dalam detergen bersifat karsinogenik yang
memicu timbulnya kanker. 4
Melihat banyaknya iklan yang di konsumsi ibu rumah tangga khususnya
dalam hal ini iklan detergen merupakan salah satu stimulus yang diduga akan
membentuk sikap terhadap iklan yang ditayangkan kemudian akan membentuk
juga sikap pada produk yang diiklankan, setelah sikap terbentuk maka tahap
selanjutnya membentuk perilaku dalam menggunakan produk detergen.
Selain hal di atas karakteristik ibu rumah tangga yang berbeda juga
melatarbelakangi perbedaan sikap terhadap iklan produk detergen maupun
perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Penelitian ini
akan membandingkan sikap dan perilaku ibu rumah tangga yang bertempat
tinggal di kompleks perumahan dan non kompleks perumahan.
Perbedaan yang tampak pada kedua karakteristik ibu rumah tangga
tersebut antara lain interaksi dengan lingkungan sekitar dimana ibu rumah tangga
yang tinggal di kompleks perumahan interaksi dengan lingkungan sekitar lebih
sedikit dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tinggal di non kompleks
perumahan. Hal ini dikarenakan ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks
perumahan lebih banyak yang bekerja sehingga waktu untuk berinteraksi sedikit.
Berbeda dengan ibu rumah tangga yang tinggal di non kompleks perumahan,
waktu untuk berinteraksi lebih banyak karena sebagian besar ibu rumah tangga
tidak bekerja. Dari segi pendapatan juga menunjukkan perbedaan yang cukup
berarti dimana pendapatan keluarga yang tinggal di kompleks perumahan lebih
4
Agung
Rulianto
dan
Agus
Hidayat.
http://www.fujiro.com/artikel/tempo 300901.htm. 2005
Sulitnya
Mencuci
Detergen.
besar dibandingkan dengan pendapatan keluarga di non kompleks perumahan. Hal
ini dikarenakan pada keluarga yang tinggal di kompleks perumahan mayoritas
suami dan istri bekerja sehingga jumlah pendapatan lebih besar sedangkan
keluarga yang tinggal di non kompleks perumahan mayoritas posisi pencari
nafkah diemban oleh kepala keluarga saja. Perbedaan karakteristik tersebut diduga
akan menimbulkan perbedaan pula terhadap pembentukan sikap dan perilaku
dalam menggunakan produk detergen
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan utama yang akan diangkat
adalah apakah terdapat hubungan antara karakteristik ibu rumah tangga dengan
sikap terhadap iklan produk detergen, dan perilaku ibu rumah tangga dalam
menggunakan produk detergen.
1.2 Perumusan Masalah
Banyaknya stasiun televisi baru yang bermunculan di Indonesia menyebabkan
banyak pula tayangan iklan yang dikonsumsi oleh masyarakat khususnya ibu
rumah tangga. Televisi mempunyai beberapa fungsinya yaitu sebagai media
massa, sebagai alat hiburan dan juga dapat dipergunakan oleh para pengusaha
sebagai media periklanan untuk mempromosikan barang atau jasa hasil produksi
perusahaan mereka. Televisi sudah tersebar luas di masyarakat, maka dengan
mengiklankan barang atau jasa melalui televisi, masyarakat penonton televisi
khususnya ibu rumah akan ikut memperhatikan siaran-siaran iklan melalui televisi
tersebut. Iklan detergen merupakan salah satu iklan dalam televisi. Detergen yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah detergen sebagai pembersih pakaian. Iklan
detergen dianggap iklan yang paling dekat hubungannya dengan ibu rumah
tangga.
Melalui tampilan iklan yang persuasif dan menarik diharapkan sikap
terhadap iklan akan muncul. Sikap terhadap produk juga akan muncul baik secara
langsung maupun tidak langsung yang kemudian menentukan perilaku ibu rumah
tangga dalam menggunakan produk detergen. Diduga terdapat perbedaan sikap
dan perilaku antara ibu rumah tangga yang tinggal di non kompleks perumahan
dan ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan.
Perumusan masalah yang akan dipaparkan oleh peneliti antara lain :
1. Sejauhmana hubungan antara karakteristik individu dengan sikap terhadap
iklan produk detergen di televisi untuk masyarakat non kompleks perumahan
dan kompleks perumahan?
2. Sejauhmana hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku ibu
rumah tangga dalam menggunakan produk detergen untuk masyarakat non
kompleks perumahan dan kompleks perumahan?
3. Sejauhmana hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi
dengan perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen untuk
masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan?
1.3
Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan sikap
terhadap iklan produk detergen di televisi antara masyarakat non kompleks
perumahan dan kompleks perumahan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku ibu
rumah tangga menggunakan produk detergen antara masyarakat non kompleks
perumahan dan kompleks perumahan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di
televisi dengan perilaku ibu rumah tangga menggunakan produk detergen
antara masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihakpihak yang berkepentingan dalam produksi iklan dan bagi pengusaha produk
detergen. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai iklan televisi dan juga perilaku ibu rumah tangga dalam
menggunakan produk detergen. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat
menambah pengetahuan mengenai iklan televisi dan dapat digunakan sebagai
bahan pembanding bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komunikasi Massa
Komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi
secara bersama dan pertalian antara pihak terkait dalam proses informasi
(Schramm dan Kinchaid, 1978). Rakhmat (2004) mengartikan komunikasi massa
sebagai jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang
sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Mekanisme
komunikasi
massa
melalui
media
massa
dalam
mempengaruhi, membentuk, dan mengarahkan individu dapat dijelaskan melalui
beberapa teori tentang komunikasi massa antara lain teori jarum suntik yang
beranggapan media massa mempunyai pengaruh langsung, segera dan sangat kuat
terhadap suatu khalayak. Teori komunikasi dua tahap (two step flow theory) yang
beranggapan komunikasi massa berpengaruh tidak langsung dan kuat. Dinyatakan
tidak langsung karena komunikasi yang terjadi bermula dari media massa melalui
opinion leader, baru disampaikan kepada khalayak dan dinyatakan kuat karena
pesan-pesan yang diterima dan dipergunakan khalayak bukan lagi pesan yang
murni melainkan pesan yang sudah dimodifikasi dengan interpretasi dari opinion
leader. Teori komunikasi satu tahap (one step flow theory), beranggapan bahwa
media massa berpengaruh langsung tetapi tidak kuat kepada khalayak
penggunanya. Dinyatakan langsung karena khalayak terdedah langsung tanpa
perantara dan dinyatakan tidak kuat karena kenyataannya tidak dapat mengubah
perilaku khalayak dengan sempurna, dalam banyak hal perubahan dipengaruhi
oleh sifat-sifat individu, baik bawaan maupun yang dipengaruhi oleh pengalaman.
Teori banyak tahap (multi step flow theory), beranggapan bahwa terdapat
sejumlah variabel yang mendasari aliran komunikasi dari sumber kepada sejumlah
besar khalayak (Nurudin, 2003).
Para ahli komunikasi massa melihat hubungan antara khalayak dengan
media massa dengan pendekatan uses and gratification. Menurut para pendirinya,
Elihu Katz, Jay G Blumer, dan Michael Gurevitch, uses and gratification meneliti
asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan
tertentu dari media massa atau sumber lain, yang membawa pada pola terpaan
media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan
pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak
kita inginkan. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini.
Pertama, khalayak dianggap aktif; sebagian penting dari penggunaan media massa
diasumsikan mempunyai tujuan. Kedua, dalam proses komunikasi banyak inisiatif
untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada
anggota khalayak. Ketiga, media massa harus bersaing dengan sumber-sumber
lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah
bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan
ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak
yang bersangkutan. Keempat, banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan
dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya orang-orang dianggap cukup
mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
Kelima, penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Menurut aliran uses and
gratification perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita
bereaksi pada media massa secara berbeda pula, berarti efek media massa
berlainan bagi setiap anggota khalayak (Rakhmat, 2004).
2.1.2 Iklan Televisi sebagai Bentuk Komunikasi
Kegiatan periklanan diadakan untuk menarik perhatian orang. Iklan
pertama kali dikenal lewat pengumuman-pengumuman yang disampaikan secara
lisan. Seperti orang menjajakan barang dagangannya dengan menggunakan alat
tiup agar dapat menarik perhatian. Kegiatan periklanan semakin berkembang
mengingat komunikasi tatap muka tidak dimungkinkan lagi, maka manusia
menggunakan tulisan sebagai alat penyampaian pesan (Susanto, 1989).
Iklan dapat mempercepat pertemuan antara pihak pembeli dan penjual
melalui pasar. Sebaliknya dengan pemakaian iklan, pengusaha dapat memperoleh
informasi-informasi yang lebih cepat dari masyarakat pembeli tentang barangbarang dan jasa-jasa yang dipasarkannya (Team Leknas/LIPI, 1980).
Wright (1978) sebagaimana dikutip oleh Liliweri (1992), mengemukakan
bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan
sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang,
memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam
bentuk informasi persuasif. Sementara untuk tujuan pemasaran secara langsung,
iklan juga berfungsi sebagai tenaga pemasaran. Iklan bahkan mampu mendorong
calon konsumen untuk membeli suatu produk tanpa melihat atau mencobanya
(Brannan, 2004).
Menurut Krugman (1965) sebagaimana dikutip oleh McQuail (1987), Ciriciri utama iklan adalah jumlahnya sangat besar dan secara jelas didorong oleh
kepentingan pengirim bukan kepentingan penerima. Meskipun iklan selalu
direncanakan
dengan
sengaja,
namun
sasarannya
bisa
beranekaragam.
Kebanyakan iklan termasuk dalam klasifikasi model pertunjukan perhatian
(display attention).
Iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang
ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Media yang paling efektif
digunakan yaitu televisi. Televisi mempunyai beberapa kelebihan dan juga
kelemahan. Kelebihan televisi antara lain efisiensi biaya, banyak pengiklan
menganggap televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan
pesan-pesan komersialnya karena kemampuannya menjangkau khalayak sasaran
yang sangat luas. Selain itu dampak yang diberikan televisi sangat kuat terhadap
konsumen, dengan tekanan pada sekaligus dua indera yaitu penglihatan dan
pendengaran. Kelebihan yang lain yaitu televisi mempunyai kemampuan yang
kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat
meluangkan waktunya di muka televisi sebagai sumber berita, hiburan, dan sarana
pendidikan. Kebanyakan calon pembeli lebih percaya pada perusahaan yang
mengiklankan produknya di televisi daripada tidak sama sekali. Sedangkan
kelemahan televisi yaitu biaya produksi sangat besar, khalayak yang tidak selektif
kemudian kesulitan teknis karena media ini juga tidak luwes dalam pengaturan
teknis-teknis iklan yang telah dibuat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya
apalagi menjelang jam-jam penyiaran (Kasali, 1995).
Sejalan dengan pernyataan di atas, Jefkins (1994) mengungkapkan
kelebihan iklan televisi yang berlaku secara umum antara lain pertama, iklan
televisi memberikan kesan yang realistik, sehingga para pengiklan dapat
menunjukkan kelebihan produk secara mendetail. Kedua, karena iklan televisi
disiarkan di rumah-rumah dalam suasana yang serba santai maka masyarakat lebih
siap memberikan perhatian. Ketiga, iklan televisi bisa ditayangkan hingga
beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang
memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya dan dalam frekuensi
yang cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit. Sedangkan kelemahan televisi
antara lain televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal sehingga
pemilihan
sering sulit dilakukan. Konsentrasi penonton seringkali terpecah
karena biasanya banyak orang menonton sambil mengerjakan hal yang lain.
Inti periklanan adalah menemukan ide yang relevan untuk komunikan,
sehubungan dengan isi dan kegunaan pesan, sehingga calon konsumen tergerak
untuk bertindak, karena inilah ide yang ditonjolkan harus bersifat seleksi daya
tarik yang menguntungkan. Motivasi haruslah menarik dan menghubungkan
kebutuhan komunikan dengan jasa atau barang yang dianjurkan. Pesan yang
disebarkan melalui iklan untuk komunikan haruslah merupakan pemberian
informasi yang baru atau lengkap terhadap isi iklan yang telah dimilikinya,
informasi yang baru yang dapat membantu komunikan untuk mengadakan
organisasi dan reorganisasi pemikiran dan data yang telah dimiliki, dan isi harus
mempunyai nilai kepentingan untuk komunikan (Susanto, 1989).
Sebuah iklan terkadang begitu cerdik, sehingga senantiasa diingat.
Pengiklan tidak seharusnya berharap seluruh sosok iklannya akan dapat diingat
konsumen. Kalau konsumen bisa mengingat sebagian dari tanda-tandanya, seperti
gambarnya yang menarik atau hiasannya yang unik sudah cukup, karena pada
akhirnya jika seseorang mengingat tanda-tanda khas dari suatu iklan, ia akan
terdorong untuk mengingat dan mengidentifikasikan hal-hal penting lainnya yang
tertera pada iklan tersebut. Para konsumen jarang sekali bersedia menyediakan
waktu yang cukup lama untuk memperhatikan sebuah iklan. Biasanya mereka
melihat (iklan media cetak), mendengar (iklan radio), atau menyaksikannya (iklan
televisi) secara sambil lalu saja, karena itu pesan harus dibuat sesederhana
mungkin namun mampu memberikan dampak seketika (Jefkins, 1994).
Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau mempengaruhi
sikap-sikap khalayak, dalam hal ini tentunya adalah sikap-sikap konsumen.
Tujuan periklanan komersial adalah membujuk khalayak untuk membeli produk
A, bukannya produk B; atau mempromosikan kelanjutan perilaku membeli produk
A untuk seterusnya. Apabila para pembaca, pendengar atau pemirsa mengartikan
suatu iklan secara keliru, maka kampanye iklan tersebut dapat dikatakan telah
gagal total. Semua biaya yang dikeluarkan tidak lebih dari sekedar pemborosan
waktu dan uang. Oleh karena itu untuk mengefektifkan iklannya, perusahaanperusahan besar seringkali mempekerjakan konsultan humas yang bertugas untuk
mendidik pasar (Jefkins, 1994).
Salah satu cara untuk menyampaikan pesan secara tepat adalah dengan
lagu-lagu singkat (jingle) atau slogan-slogan singkat yang menarik. Teknik
lainnya adalah melengkapinya dengan gambar. Kedua ekspresi tersebut, yakni
kata dan gambar, sejak lama telah digunakan dalam periklanan televisi sehingga
disini kita mendapati berbagai frase-frase singkat namun efektif. Secara garis
besar, iklan digolongkan menjadi tujuh kategori pokok yaitu iklan konsumen,
iklan bisnis ke bisnis, iklan perdagangan, iklan eceran, iklan keuangan, iklan
langsung dan iklan lowongan kerja (Jefkins, 1994).
Gambar dan percakapan (audio visual messages) yang disalurkan lewat
televisi dengan jelas dapat dilihat dan ikuti oleh setiap penonton. Penerimaan,
penafsiran dan penyerapan pesan lewat televisi oleh masyarakat menjadi lebih
lancar dan sebaliknya lebih sulit untuk dikuasai oleh penyelenggara siaran tanpa
seleksi cermat didalam penyusunan acara. Tidaklah mengherankan kalau suatu
bentuk iklan dalam televisi bisa menimbulkan aneka macam reaksi dan komentar,
karena masing-masing penonton mencoba mengkaitkan barang dan jasa yang
ditawarkan itu dengan kehidupan sosial dan kebudayaan mereka (Team
Leknas/LIPI, 1980).
Reaksi yang timbul dari masyarakat atas penawaran barang melalui iklan
televisi lebih banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan kebudayaan
masing-masing lingkungan masyarakat daripada atas kegunaan praktis daripada
barang dan jasa yang ditawarkan. Keadaan ini bukan tidak disadari oleh penawar
jasa dan barang didalam memperagakan barang dagangan ataupun hasil produksi
mereka melalui iklan. Kebanyakan iklan lewat televisi telah menunjukkan caracara penawaran yang terarah, dengan kelompok-kelompok konsumen tertentu
sebagai sasaran, sesuai dengan bentuk dan sifat produksi ataupun jasa yang
ditawarkan (Team Leknas/LIPI, 1980).
Dipandang dari unsur penonton, barang apapun yang ditawarkan lewat
televisi tidak banyak menimbulkan persoalan oleh karena selain masyarakat
mempunyai kemampuan menyaring dan memilih serta menyerapnya, pihak
pengusaha dan pemasang iklan pun mengetahui sampai dimana daya beli dan daya
serap pihak yang dituju (Team Leknas/LIPI, 1980).
Jenis iklan di media massa digolongkan dalam dua bagian yaitu iklan
komersial dan iklan layanan masyarakat. Media televisi swasta mengandalkan
pemasukan dana dari iklan komersial untuk membuat paket acaranya. Otomatis
paket acara iklan selalu hadir baik secara sekilas maupun bertubi-tubi dalam acara
tersebut. Secara tidak langsung iklan komersial memaksa masyarakat untuk
menjadi golongan kelas atas walaupun belum saatnya masyarakat sampai pada
titik seperti itu (Kuswandi, 1996).
Menurut Shimp (2003), periklanan dihargai karena dikenal sebagai
pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan
organisasi lainnya antara lain sebagai informing (memberi informasi), persuading
( mempersuasi), reminding (mengingatkan), adding value (memberi nilai tambah),
assisting (mendampingi).
Bovee (1976) sebagaimana dikutip oleh Liliweri (1992) mengemukakan
paling tidak periklanan yang baik mengacu pada segi daya tarik. Segi daya tarik
bagi iklan terdiri atas daya tarik pesan dalam artian kata-kata, kalimat dan berikut
daya tarik fisik, penampilan luar dan ilustrasi yang menyertai iklan.
Segi daya tarik bagi iklan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Daya Tarik Pesan dan Fisik
a. Daya tarik pesan, antara lain :
•
Struktur pesan adalah cara menampilkan pesan dalam bentuk suatu
kesimpulan apakah itu tersirat ataupun tersurat dalam kandungan
isinya.
•
Gaya
pesan
adalah
cara
pemilihan
pesan
iklan
dengan
memperhatikan pesan iklan dengan memperhatikan unsur urutan
argumentasi (mana argumentasi yang terlebih dahulu, argumentasi
yang disenangi dan argumentasi yang tidak disenangi ).
•
Appeals
pesan
mengacu
pada
motif-motif psikologis yang
terkandung seperti pesan yang harus rasional, emosional, daya tarik
akan ganjaran tertentu.
b. Daya tarik Fisik
Daya tarik fisik selalu berkaitan dengan gambar atau ilustrasi yang
menjadi latar belakang pesan-pesan iklan.
2. Daya tarik Kuantitas dan Kualitas
a. Frekuensi
b. Intensitas
c. Gerak dan perubahan
d. Jumlah
e. Aktualitas pesan
3. Teknik Propaganda
a. Slogan
Slogan adalah ungkapan kata ataupun kalimat yang dirumuskan dalam
bentuk ringkas tetapi padat tentang sesuatu produk agar mudah diingat dan
mengikat emosi khalayak.
b. Name Calling
Menyebarluaskan ide-ide ataupun gagasan yang menurunkan derajat suatu
produk yang lain sehingga menimbulkan rasa simpatik berlebihan terhadap
produk yang ditawarkan.
c. Glittering Generalites
Menyampaikan pesan yang mengidentifikasikan penggunaan suatu produk
dengan sesuatu gagasan yang agung dan luhur serta mulia yang dicitacitakan banyak orang.
d. Transfer
Penyampaian pesan kepada khalayak melalui peminjaman ketenaran,
kewenangan seseorang ataupun keagungan dan keseluruhan suatu tanda atau
simbol tertentu sehingga merangsang orang lain untuk membeli dan
memakainya.
e. Testimonials
Sama seperti transfer, namun secara langsung pesan diiklankan dengan
menampilkan gambar, suara, ucapan-ucapan orang-orang terkenal yang
secara langsung menganjurkan suatu produk tertentu.
f. Plain Folks
Meyakinkan konsumen bahwa produk tertentu merupakan hasil dari budi
daya dan sumber daya alam di tanah air sendiri.
g. Card-Stacking
Memberikan pesan kepada khalayak dengan mengatakan segi-segi baik serta
keistimewaan suatu produk untuk menghasilkan efek yang maksimum
terhadap produk tersebut.
h. Band wagon
Cara mengiklankan barang tertentu dengan memberikan keyakinan
mengenai sukses yang dicapai oleh perusahaan, lembaga, organisasi
sehingga merangsang orang untuk membelinya.
i. Daya tarik sex
Penonjolan bagian-bagian tubuh tertentu, misalnya kecantikan wanita yang
dipromosikan untuk mengiklankan produk tertentu.
j. Musik
Kekuatan untuk mengiringi penampilan iklan.
Efek yang ditimbulkan melalui iklan kebanyakan merupakan perubahan
tingkah laku yang berjangka pendek (konsumsi). Meskipun bisa juga berupa
pembentukan citra produk, cap, lambang perusahaan yang berjangka waktu
panjang dan berperan sebagai penunjang kebiasaan yang berjangka waktu
panjang. Efek samping yang tidak direncanakan dan telah diterima sebagai suatu
hal yang wajar adalah sosialisasi kebiasaan konsumtif (McQuail, 1987).
Menurut Ray (1973) sebagaimana dikutip oleh McQuail (1987), harapan
untuk memperoleh imbalan pribadi (kepuasaan jiwa) dari produk barangkali
memang merupakan dasar utama efek, tetapi iklan kadangkala menggunakan
rangsangan dasar yang lain, misalnya koersi simbolik (memancing rasa takut atau
cemas), kewibawaan yang dihargai (dukungan tokoh penting dan semacamnya),
dan otoritas (pemanfaatan pakar). Kadangkala pula ada rangsangan yang
memancing motivasi psikologis yang lebih dalam. Keseimbangan antara proses
kognisi, pembentukan sikap, dan perubahan sikap sangatlah bervariasi, tergantung
pada urutan kemunculan proses tersebut.
2.1.3 Sikap
Menurut Allport dalam Sears (2004), sikap adalah keadaan mental dan
saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang
berkaitan dengannya. Kemudian menurut Myers (1996) sebagaimana dikutip oleh
Sarwono (2002) menyatakan bahwa sikap adalah sebuah favourable atau
unfavourable evaluasi reaksi terhadap sesuatu atau seseorang, ditunjukkan dalam
kepercayaan, perasaan atau teruntuk perilaku. Sedangkan menurut Calhoun dan
Joan (1995), sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat
tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut
dengan cara-cara tertentu.
Dari berbagai definisi, Rakhmat (2004) menyimpulkan beberapa hal.
Pertama sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap bukan perilaku tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap
objek sikap. Objek sikap boleh merupakan benda, orang, tempat, gagasan atau
situasi, atau kelompok. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.
Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang
harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang ia sukai,
diharapkan, diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari (Sherif dan Sherif, 1956 dalam Rakhmat 2004). Ketiga, sikap
relatif lebih menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif, artinya
mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima, sikap timbul
dari pengalaman, merupakan hasil belajar karena itu sikap dapat diperteguh atau
diubah. Engel et al. (1994) menambahkan sikap dapat dibentuk bahkan tanpa
adanya pengalaman aktual dengan suatu objek. Seperti contoh, sikap produk
mungkin
dibentuk
bahkan
bila
pengalaman
konsumen
dengan
produk
bersangkutan terbatas pada apa yang mereka lihat di dalam iklan.
Menurut Azwar (2003), struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang
saling menunjang antara lain komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen
kognitif yaitu komponen yang berisi persepsi, kepercayaan, pengetahuan, dan
sterotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afeksi menyangkut
masalah emosional subjektif (perasaan) seseorang terhadap suatu objek sikap.
Sedangkan komponen konatif adalah kecenderungan perilaku seseorang, bukan
merupakan perilaku yang nyata, baru dalam bentuk akan melakukan sesuatu.
Ketiga komponen sikap itu saling terkait erat, sehingga timbul teori bahwa jika
kita dapat mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu sikap
tertentu, kita akan tahu pula kecenderungan perilakunya (Sarwono, 2002).
Azwar (2003) menyatakan bahwa sikap sosial terbentuk dari adanya
interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosialnya, individu
bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media
massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi
dalam diri individu.
Berikut akan diuraikan peranan masing-masing faktor tersebut dalam ikut
membentuk sikap manusia.
1. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan pesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan
faktor emosional.
2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memilih sikap yang konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi terbentuknya sikap.
4. Media Massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh
interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan
perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Karena itulah, salah
satu bentuk informasi sugestif dalam media massa, yaitu iklan selalu
dimanfaatkan dalam dunia usaha guna meningkatkan penjualan atau
memperkenalkan suatu produk baru. Dalam hal ini, informasi dalam iklan
selalu berisi segi positif mengenai produk sehingga dapat menimbulkan
pengaruh afektif yang positif pula. Memang, sebenarnya iklan merupakan
suatu bentuk strategi persuasi dan strategi pembentukan sikap positif terhadap
barang yang ditawarkan yang menjadi objek sikap konsumen.
5. Lembaga Pendidikan Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
6. Pengaruh Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didadasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
Setelah konsumen (ibu rumah tangga) terdedah oleh iklan, maka sikap
mereka terhadap iklan akan muncul yang diiringi sikap terhadap produk.
Penelitian yang dilakukan oleh Burke dan Edell seperti dikutip Jeffres (1997),
menemukan bahwa perasaan yang didapat khalayak dari iklan televisi,
mempengaruhi sikap khalayak terhadap iklan tersebut serta sikap terhadap produk
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sikap terhadap iklan akan
mempengaruhi penilaian terhadap produk yang diiklankan. Jika sikap terhadap
iklan negatif , walau iklan tersebut sangat informatif, maka sikap terhadap produk
yang diiklankan akan negatif pula. Dengan demikian, sikap terhadap iklan
kemudian akan mempengaruhi sikap terhadap produk yang kemudian akan
mempengaruhi keputusan untuk membeli produk
2.1.4 Ibu Rumah Tangga dan Perilaku Menggunakan Produk Detergen
Wanita khususnya ibu rumah tangga adalah konsumen potensial yang
membeli begitu banyak barang dan jasa. Suatu survey pola berbelanja yang
dilakukan oleh Swa dan Pacific Rekanprima pada tahun 2001 terhadap 100 ibuibu muda kalangan menengah atas, yang terdiri atas 50 responden yang bekerja
dan 50 responden tidak bekerja, mengungkapkan bahwa 25 persen responden
mengeluarkan lebih dari Rp 12 juta sebulan untuk kebutuhan rumah tangga, 10
persen responden mengeluarkan antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per bulan, dan
sisanya sebanyak 65 persen mengeluarkan antara Rp 2 juta sampai Rp 5 juta per
bulan (Sumarwan, 2002).
Chandradhy (1978) juga berpendapat bahwa dalam pasar konsumen
Indonesia maka keluargalah dan khususnya ibu rumah tangga yang banyak
melakukan tindakan pembelian. Setiap anggota keluarga dapat bertindak sebagai
pemrakarsa (initiation), penentu, pembeli atau dapat mempengaruhi suatu
keputusan dalam membeli.
Engel et al. (1994) menjelaskan, bahwa terdapat lima peranan dalam
keputusan konsumsi keluarga, yaitu :
1. Penjaga pintu (gatekeeper), yang berperan sebagai inisiator dalam pembelian
produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan.
2. Pemberi pengaruh (influencer), yaitu individu yang opininya dicari
sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam
pembelian produk atau merek yang paling mungkin cocok dengan kriteria
evaluasi itu.
3. Pengambil keputusan (decider), yaitu individu yang berwenang dan/atau
berkuasa dalam keuangan untuk memilih bagaimana uang tersebut akan
dibelanjakan serta produk.
4. Pembeli (buyer), yaitu yang bertindak sebagai agen pembelian, dari
mengunjungi toko, menghubungi penyuplai, hingga membawa produk ke
rumah
5. Pemakai (user), yaitu orang yang menggunakan atau mengkonsumsi produk.
Tetapi begitu kita bicara tentang siapa yang pada umumnya melakukan
pembelian dalam suatu rumah tangga, maka peran dan pengaruh ibu rumah tangga
dalam keluarga Indonesia pada umumnya adalah sangat menentukan. Biasanya
ibu rumah tanggalah yang memegang uang dan mengatur pengeluaran.
Sesungguhnya ia merupakan agen pembelian yang utama untuk keluarga. Ibu
rumah tangga tidak hanya menentukan dan membeli sebagian besar barang-barang
yang digunakan keluarganya sehari-hari, tetapi juga barang-barang keperluan
suami dan anak-anaknya. Anggota-anggota lain dari keluarga hanya memainkan
peran terbatas sebagai orang yang mempengaruhi, menyarankan suatu merek
barang dan jasa tertentu. Meskipun demikian, hampir semua pembelian di pasar
atau toko terutama dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga.
Ibu rumah tangga akrab dengan pemakaian detergen untuk mencuci
pakaian. Deterjen umumnya tersusun atas lima jenis bahan penyusun. Pertama,
surfaktan yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi
untuk mengangkat kotoran pada pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap
penguraian oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Kedua, senyawa fosfat,
(bahan pengisi) yang mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang
sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merk deterjen memberikan
andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan
Booming Algae (meledaknya populasi tanaman air). Ketiga, Pemutih dan pewangi
(bahan pembantu) zat pemutih umumnya terdiri dari zat natrium karbonat.
Menurut hasil riset organisasi konsumen Malaysia (CAP), pemutih dapat
menimbulkan kanker pada manusia. sedangkan untuk pewangi lebih banyak
merugikan konsumen karena bahan ini membuat makin tingginya biaya produksi,
sehingga harga jual produk semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak ada
kaitannya dengan kemampuan mencuci. Keempat, bahan penimbul busa yang
sebenarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian dan tidak ada hubungannya
antara daya bersih dengan busa yang melimpah. Kelima, Fluorescent berguna
untuk membuat pakaian lebih cemerlang. 5
Saat ini banyak produk detergen yang diiklankan oleh televisi seperti
Rinso, Attack, Boom, So Klin, Daia, Surf, dan B-29. Masing-masing produk tentu
mempunyai kelebihannya masing-masing. Setelah ibu rumah tangga terdedah
oleh iklan dan sikap terhadap produk detergen sudah muncul, maka akan
dilanjutkan dengan perilaku menggunakan produk.
Perilaku merupakan fungsi dari sikap. Sikap akan sesuai dengan perilaku
jika dalam kondisi tertentu, seperti sikap yang kuat, spesifik, dan tanpa tekanan
emosi yang bertentangan. Sikap dapat menentukan perilaku jika dapat muncul
5
Fakhrizal.
Mewaspadai
Bahaya
Limbah
http://ecoton.terranet.or.id/tulisanlengkap.php?id=1566. 2004.
Domestik
Di
Kali
Mas.
dalam kesadaran seseorang. Dengan demikian hubungan sikap dan perilaku
dipengaruhi oleh bagaimana caranya sikap itu masuk kedalam kesadaran.
Hubungan sikap dan perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman langsung
terhadap suatu objek serta adanya kepentingan tetap atau kepentingan diri sendiri
terhadap suatu objek (Sears, Jonathan, dan Anna, 2004).
Selanjutnya, menurut Sarwono (2002), niat untuk berperilaku ditentukan
oleh dua hal yaitu sikap terhadap perilaku itu sendiri dan norma subyektif tentang
perilaku itu. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh dua hal yaitu kepercayaan
atau keyakinan (belief) tentang konsekuensi-konsekuensi dari perilaku dan
evaluasi terhadap konsekuensi-konsekuensi tersebut untuk diri subjek (orang yang
diteliti) itu sendiri.
Tahapan menggunakan produk detergen diawali dengan pengambilan
keputusan produk mengenai produk detergen mana yang akan digunakan.
Engel et al. (1994) menjelaskan, bahwa keputusan konsumen untuk
mengkonsumsi barang dan jasa mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.
Pengenalan kebutuhan, konsumen mempersepsikan perbedaan antara
keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk
membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan
2.
Pencarian informasi, konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam
ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan
dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal)
3.
Evaluasi alternatif, konsumen mengevaluasi berkenaan dengan manfaat yang
diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih
4.
Pembelian, konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti
yang dapat diterima bila perlu
5.
Hasil (pascapembelian), konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang
dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan.
Sejalan dengan hal di atas, Peter dan Olson (1999) mengemukakan tahapan
konsumsi terdiri dari 3 yaitu prapembelian, pembelian dan pascapembelian. Pra
pembelian terdiri dari kontak informasi dan akses pendanaan. Pembelian terdiri
dari kontak toko, kontak produk dan transaksi sedangkan pascapembelian terdiri
dari konsumsi dan komunikasi.
Ada anggapan salah di masyarakat dalam hal penggunaan detergen saat
mencuci pakaian. Busa yang banyak dianggap sebagai penyebab cucian menjadi
bersih. Padahal, fungsi busa hanya pada mencuci secara manual agar terasa ringan
atau licin saat mengucek. Selain itu, busa yang berlimpah berdampak pada
lingkungan seperti meledaknya populasi tanaman air.6 Maka dalam pengambilan
keputusan menggunakan produk yaitu pada tahap evaluasi alternatif dan hasil
ingin diketahui apakah ibu rumah tangga mempertimbangkan dampak detergen
terhadap lingkungan
2.2 Kerangka Pemikiran
Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk
memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka
apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari
6
Agung Rulianto dan Agus Hidayat. op.cit.
sekedar memberikan informasi kepada khalayak. Periklanan mampu membujuk
khalayak agar berperilaku sedemikian rupa sesuai dengan strategi pemasaran
perusahaan untuk mencetak penjualan dan keuntungan. Dengan demikian,
periklanan harus dapat mempengaruhi pemilihan dan keputusan pembeli (Jefkins,
1994).
Sifat khas iklan yaitu sebagai pihak yang mempertemukan pembeli dengan
penjual, maka pendekatan utama iklan ialah dengan mengenal dan menggunakan
motivasi dasar dari calon pembeli terhadap suatu produk (Susanto, 1989). Iklan
menjangkau berbagai daerah yang sulit dijangkau secara fisik oleh produsen
melalui siaran televisi atau radio. Sekalipun memerlukan biaya yang secara
nominal besar sekali jumlahnya, bagi produsen yang dapat memanfaatkan
kreativitas dalam dunia iklan, strategi iklan yang tepat dapat menjadi murah
(Jefkins, 1994).
Indonesia merupakan negara dengan tingkat iklan televisi paling padat di
dunia,
hal
ini
dikarenakan
penduduk
Indonesia
yang
paling
banyak
mengkonsumsi iklan televisi. Data ini muncul berdasarkan riset lembaga AC
Nielsen yang menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa Indonesia me nonton
iklan televisi sebanyak 852 iklan per minggu dan ibu rumah tangga dijejali iklan
lebih banyak lagi yaitu 1200 iklan per minggu. Jumlah itu jauh melebihi tingkat
kepadatan iklan televisi dunia. Data dunia menunjukkan rata-rata orang
mengkonsumsi iklan televisi sebanyak 561 iklan per minggu. Dengan demikian,
ibu rumah tangga menyerap iklan televisi lebih dari dua kali lipat rata-rata
penduduk dunia.7
7
Nina M Armando,op.cit.
Iklan produk detergen di televisi dekat hubungannya dengan ibu rumah
tangga, dimana ibu rumah tangga biasa menggunakan detergen untuk
membersihkan pakaian. Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih
sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan
produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. 8
Namun di samping manfaat yang diberikan, detergen pun mempunyai dampak
negatif terhadap lingkungan yaitu meledaknya populasi tanaman air (booming
algae) yang ditandai dengan banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawarawa dan danau-danau. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi
sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas
nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa
tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. 9
Iklan produk detergen di televisi merupakan suatu bentuk penyampaian
informasi tentang manfaat dan keunggulan produk-produk detergen yang
ditawarkan pihak pengiklan, berupa bentuk gambar dan suara. Daya tarik iklan
produk detergen terletak pada tokoh atau bintang iklan, pesan iklan, plot, adegan
dalam iklan, slogan, musik, jenis produk yang ditawarkan dalam ragam kreatifitas
serta repetisi (pengulangan iklan). Daya tarik ini bertujuan untuk menarik
perhatian pemirsa.
Dengan banyaknya iklan detergen di televisi, maka sikap ibu rumah tangga
terhadap iklan detergen akan muncul. Sikap terhadap produk juga akan muncul
8
9
POM. Detergen. www.pom-obat.go.id/v2.0/articles.php?id=8. 2004.
Asep Saefumillah. Problem Lingkungan Berskala Global. http://www.kompas.
com /kompas-cetak/0305/28/opini/335086.htm. 2005.
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sikap terhadap iklan akan
menentukan sikap terhadap produk.
Sikap dalam hal ini melingkupi tiga komponen yaitu komponen kognitif
(pengetahuan), afeksi (perasaan), dan konatif (kecenderungan berperilaku). Sikap
ibu rumah tangga terlihat dari pengetahuan mengenai iklan produk detergen,
perasaan mereka terhadap produk detergen, dan kecenderungan perilaku mereka
terhadap iklan produk detergen. Sikap terhadap iklan televisi akan mempengaruhi
sikap terhadap produk deteregen itu sendiri, seperti kesadaran akan adanya produk
(kognitif), perasaan terhadap produk (afeksi), dan kecenderungan ibu rumah
tangga terhadap produk detergen yang ditawarkan.
Sikap ibu rumah tangga terhadap iklan detergen di televisi diduga akan
membentuk perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen, hal
ini dikarenakan perilaku merupakan fungsi dari sikap. Perilaku menggunakan
produk detergen diawali dengan pengambilan keputusan konsumen ibu rumah
tangga dalam menggunakan produk. Tahapan-tahapan pengambilan keputusan
untuk konsumsi antara lain pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, pembelian dan hasil (pascapembelian). Dengan adanya dampak negatif
detergen terhadap lingkungan, ingin diketahui apakah ibu rumah tangga
menjadikan salah satu pertimbangan dalam pembelian produk detergen yaitu pada
tahapan evaluasi alternatif dan pascapembelian.
Faktor karakteristik individu memiliki pengaruh besar dan berbeda
terhadap sikap terhadap tayangan iklan produk detergen dan perilaku ibu rumah
tangga
dalam
menggunakan
produk
detergen.
Rosengren
(1974)
mengelompokkan karakteristik individu menjadi dua bagian yaitu karakteristik
intra
(dalam)
dan
karakteristik
luar
(ekstra)
yang
keduanya
sama
pentingnya.Karakteristik intra (dalam) meliputi umur, tingkat pendidikan, uang
belanja, dan Pekerjaan. Sedangkan karakteristik ekstra (luar) meliputi teman
dekat/kerabat.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Karakteristik
individu
Karakteristik intra
• Umur
• Tingkat
pendidikan
• Pekerjaan
• Uang belanja
Karakteristik ekstra
• Teman dekat
Sikap terhadap
iklan produk
detergen di
televisi
•
•
•
Kognisi
Afeksi
Konasi
Perilaku ibu rumah
tangga dalam
menggunakan
produk detergen
• Pengenalan
kebutuhan
• Pencarian
informasi
• Evaluasi alternatif
• Pembelian
• Pascapembelian
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan, dapat disusun
hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan sikap terhadap
iklan produk detergen di televisi untuk masyarakat non kompleks perumahan
dan kompleks perumahan.
2. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan perilaku ibu
rumah tangga dalam menggunakan produk detergen untuk masyarakat non
kompleks perumahan dan kompleks perumahan.
3. Diduga terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di
televisi dengan perilaku ibu rumah tangga menggunakan produk detergen
untuk masyarakat non kompleks perumahan dan kompleks perumahan.
2.4 Definisi Operasional
1. Karakteristik individu adalah keadaan yang mencirikan seseorang yang
berkaitan dengan posisi sosialnya yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan,
uang belanja, pekerjaan dan teman dekat
2. Umur adalah periode lama waktu hidup responden (ibu rumah tangga) dari
lahir sampai dengan penelitian ini dilakukan.
3. Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir responden
sampai dengan penelitian dibagi menjadi :
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. Akademi/D1/D3
e. Perguruan Tinggi
4. Uang belanja adalah bagian pendapatan keluarga yang dialokasikan ibu rumah
tangga untuk membeli kebutuhan rumah tangga termasuk didalamnya produk
detergen.
5. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan responden berdasarkan
curahan waktu untuk mengurus rumah tangga tersebut. Pekerjaan dibedakan
menjadi dua kategori yaitu :
a. Bekerja (pegawai, buruh, wiraswasta, dosen)
b. Tidak Bekerja ( Ibu Rumah Tangga, pensiunan, pelajar, pengangguran)
6. Interaksi dengan teman dekat dilihat dari ada atau tidaknya kehadiran orang
lain yang mempengaruhi sikap maupun perilaku ibu rumah tangga dalam
menggunakan produk detergen. Teman dekat yang dimaksud adalah tetangga,
atau teman dalam kegiatan rutin seperti pengajian, arisan.
a. ada
b. tidak ada
7. Iklan televisi didefinisikan sebagai iklan produk detergen yang disiarkan di
televisi, dan merupakan struktur informasi yang terdiri dari tokoh, pesan, plot,
adegan, slogan, musik, jenis produk dan repetisi.
8. Produk detergen adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan pakaian
sehingga kotoran atau kuman pada pakaian dapat hilang (merupakan produk
detergen bubuk).
9. Sikap terhadap iklan produk detergen adalah skor yang diperoleh dari jawaban
responden yang menggambarkan kecenderungan untuk menanggapi secara
positif atau negatif ditinjau dari dimensi kognisi, afeksi, dan konasi berkaitan
dengan objek yang berupa iklan produk detergen di televisi. Aspek iklan
produk detergen mencakup tokoh, pesan, jalan cerita, adegan, slogan, musik,
jenis produk dan frekuensi. Positif atau negatifnya sikap ibu rumah tangga
terhadap tayangan iklan detergen di televisi ditunjukkan dengan akumulasi
skor skala sikap tersebut. Skor ibu rumah tangga terhadap iklan produk
detergen di televisi diperoleh dari jawaban 27 butir pernyataan positif yang
diberikan, sehingga mempunyai rentangan skor antara 27 sampai 135, dan
didapat nilai tengah 81.
Pengukuran :
Sangat tidak setuju
:1
Tidak Setuju
:2
Ragu-ragu
:3
Setuju
:4
Sangat setuju
:5
Skor :
Negatif
: 27-81
Positif : 81-135
10. Perilaku menggunakan produk detergen adalah skor yang diperoleh dari
jawaban responden terhadap instrumen yang berkaitan dengan pengenalan
kebutuhan,
pencarian
informasi,
evaluasi
alternatif,
pembelian,
dan
pascapembelian. Tinggi atau sedang atau rendahnya perilaku ibu rumah
tangga dalam menggunakan produk detergen dalam hal ini ditunjukkan
dengan akumulasi skor skala frekuensi yang terdiri dari pernyataan positif
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku menggunakan produk
detergen. Skor perilaku mengggunakan produk detergen diperoleh dari
jawaban 17 butir pernyataan, sehingga mempunyai rentangan skor teoritik
antara 17 sampai 85 dan didapat nilai tengah 51.
Pengukuran :
Tidak pernah
:1
Jarang
:2
Kadang-kadang
:3
Sering
:4
Selalu
:5
Skor :
Rendah : 17-51
Tinggi : 51-85
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi penelitian, RW 10 RT 09 (kompleks
perumahan Bumi Malaka Asri) dan RW 08 RT 02 (non kompleks perumahan)
yang merupakan bagian dari Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit,
Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Lokasi penelitian dipilih secara
sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa ibu rumah tangga pada
lokasi tersebut akses terhadap televisi sehingga ibu rumah tangga terdedah oleh
iklan televisi. Kemudian pada lokasi ini banyak terdapat toko yang jaraknya
cukup berdekatan yang dapat memudahkan ibu rumah tangga membeli kebutuhan
rumah tangga khususnya detergen dan kedua lokasi tersebut menggambarkan
perbedaan dalam latar belakang sosial ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei-Juni 2006.
3.2 Metode Penentuan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tinggal di
Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur,
Provinsi DKI Jakarta. Sampel diambil dengan cara cluster sampling. Dari 1
Kelurahan Malaka Sari dipilih 2 RW dan dari masing-masing RW diambi 1 RT,
dalam hal ini yang terpilih yaitu RW 10 RT 09 dan RW 08 RT 02. Hal ini
dilakukan dengan alasan karena masing-masing lokasi mempunyai karakteristik
yang berbeda dimana lokasi yang satu (RW 10 RT 09) dalam bentuk kompleks
perumahan Bumi Malaka Asri sedangkan lokasi dua (RW 08 RT 02) merupakan
pemukiman biasa atau non kompleks perumahan. Jumlah ibu rumah tangga di RT
09 RW 10 sebanyak 31 orang dan semuanya dijadikan responden. Sedangkan
jumlah ibu rumah tangga di RT 02 RW 08 sebanyak 35 orang, namun yang dapat
ditemui untuk mengisi kuesioner sebanyak 33 orang karena terdapat dua rumah
yang dikontrakkan untuk menjadi tempat usaha. Dengan demikian pengambilan
lokasi satu dan lokasi dua telah mewakili untuk memperbandingkan sikap
terhadap tayangan iklan detergen di televisi dan perilaku menggunakan produk
detergen antara ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks perumahan dan ibu
rumah tangga yang tinggal di non kompleks perumahan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
melalui metode survey, dilengkapi dengan wawancara. Instrumen pengumpulan
data yang dipakai dalam survey adalah kuesioner yang berisi identitas responden,
sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi, dan perilaku
ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen. Kisi-kisi instrumen untuk
variabel sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi
merupakan pemaduan antara dimensi sikap dan aspek iklan televisi. Dimensi
sikap terdiri dari kognitif, afektif dan konasi sedangkan aspek iklan televisi
meliputi tokoh, pesan, jalan cerita, adegan, slogan, musik, jenis produk, dan
frekuensi. Untuk memastikan bahwa pernyataan sikap tersebut memuat seluruh
komponen sikap dan komponen objek sikap yang diteliti, maka dibuatlah kisi-kisi
pernyataan sikap terhadap tayangan iklan sebagaimana terlihat pada Tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan
Produk Detergen di Televisi
Sikap
Kognisi
Afeksi
Konasi
Jumlah
Keterangan :
1. Tokoh
2. Pesan
3. Plot
4. Adegan
1
1,2
3
3
Aspek Iklan Produk Detergen di Televisi
2
3
4
5
6
7
4,5,7,8
12
14
16
20
21
9,10
13
15
17,18
22,23
11
19
24
8
2
2
4
1
4
8
25
26
27
3
Jumlah
Butir
13
10
4
27
5. Slogan
6. Musik
7. Jenis Produk
8. Frekuensi
Instrumen variabel sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen
terdiri dari 27 pernyataan yang disertai dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju
(S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Penilaian sikap
dilakukan dengan me nggunakan skor 1 sampai 5.
Kisi-kisi instrumen untuk variabel perilaku ibu rumah tangga dalam
menggunakan produk detergen dapat diturunkan dari indikator perilaku
menggunakan produk (konsumsi) yang meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pascapembelian. Selanjutnya dengan
mengacu pada kisi-kisi instrumen disusun pernyataan sebanyak 17 butir untuk
variabel yang bersangkutan sebagaimana terlihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam
Menggunakan Produk Detergen
Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam
Menggunakan Produk Detergen
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Pascapembelian
Butir dalam Kuesioner
1,2,3
4,5,6
7,8,9
10,11,12
13,14,15,16,17
Jumlah
3
3
3
3
5
Instrumen variabel perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk
detergen terdiri dari 17 pernyataan positif dengan disertai jawaban selalu, sering,
kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Dengan skor nilai 1 sampai 5.
Sebelum peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang menjadi
sampel untuk memperoleh data, kuesioner telah diuji terlebih dahulu. Pengujian
ini dimaksudkan untuk melihat tingkat validitas dan realibilitas dari instrumen
penelitian tersebut. Kuesioner percobaan dibagikan kepada 30 responden agar
distribusi nilai mendekati kurva normal. Dari hasil uji validitas dan realibitas
didapati beberapa butir-butir pernyataan yang tidak valid karena nilai r yang
didapat kurang dari r tabel (0,361), namun pernyataan yang tidak valid tersebut
telah peneliti perbaiki.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data gambaran umum
mengenai Kelurahan Malaka Sari, seperti peta wilayah dan jumlah penduduk.
Data mengenai Kelurahan Malaka Sari diperoleh dari data Kelurahan Malaka Sari.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah dengan menggunakan
program SPSS 12. Tabel frekuensi digunakan untuk menyajikan deskripsi tentang
karakteristik individu, sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dan
perilaku menggunakan produk detergen. Uji Spearman digunakan untuk
menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan
produk di televisi dan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku
menggunakan produk detergen.
Uji Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara umur dengan
sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, hubungan antara umur dengan
perilaku menggunakan produk detergen, hubungan antara uang belanja dengan
sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, hubungan antara uang belanja
dengan perilaku menggunakan produk detergen, hubungan antara teman dekat
dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, hubungan antara teman
dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen, dan hubungan antara sikap
terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk
detergen. Uji Fisher akan digunakan untuk menganalisis hubungan antara
pekerjaan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dan hubungan
antara pekerjaan dengan perilaku menggunakan produk detergen.
Rumus Spearman berdasarkan buku Statistika NonParametrik Untuk IlmuIlmu Sosial oleh Sidney Siegel (1997), adalah sebagai berikut :
N
rs = 1 -
6∑ d i
2
i =1
3
N −N
Keterangan :
rs = koefisien korelasi Speraman
di = selisih peringkat antara dua variabel yang berkorelasi
n
= banyaknya pasangan data
Rumus Pearson berdasarkan buku Statistika NonParametrik Terapan oleh
Wayne W Daniel (1989), adalah sebagai berikut :
n
∑ ( Xi - X ) (Yi - Y )
i =1
r =
n
n
∑ ( Xi - X ) ∑ (Yi - Y ) 2
2
i=1
i=1
Keterangan :
r
= koefisien korelasi pearson
Xi
= nilai pengamatan X ke i
X
Yi
Y
= rata-rata X
= nilai pengamatan Y ke i
= rata-rata Y
Rumus Fisher berdasarkan buku Statistika NonParametrik Untuk IlmuIlmu Sosial oleh Sidney Siegel (1997), adalah sebagai berikut :
( A+B) ! ( C+D) ! (B+D)!
p=
N!A!B!C!D!
Keterangan :
p
= kemungkinan eksak fisher
A
= proporsi pada baris 1 kolom 1
B
= proporsi pada baris 1 kolom 2
C
= proporsi pada baris 2 kolom 1
D
= proporsi pada baris 2 kolom 2
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan
Duren Sawit, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta, tepatnya di RT 02
RW 08 (non kompleks perumahan) dan RT 09 RW 10 (kompleks perumahan
Bumi Malaka Asri). Secara administratif wilayah Kelurahan Malaka Sari
berbatasan dengan :
•
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Penggilingan, Kecamatan
Cakung
•
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Malaka Jaya
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pondok Kelapa
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Klender, Kelurahan Duren sawit
Secara keseluruhan Kelurahan Malaka Sari memiliki luas 138,23 ha.
Cakupan wilayah kelurahan cukup luas dan terbagi menjadi 10 RW dan 143 RT.
Pembagian jumlah RT di Kelurahan Malaka Sari dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah RT dalam tiap RW di Kelurahan Malaka Sari
RW
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Jumlah RT
14
09
18
17
16
12
19
17
11
10
143
Sumber : Profil Kelurahan Malaka Sari, 2005
Jumlah KK
549
751
1056
1064
1046
852
1002
1204
915
295
8842
Jumlah penduduk Kelurahan Malaka Sari sampai dengan tahun 2005
berjumlah 39.943 jiwa yang terdiri dari 20.603 laki-laki dan 19.340 perempuan,
dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 8.509. Tingkat pendidikan
tertinggi yaitu tamatan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) sebanyak 9.254
orang, kemudian tamatan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) sebanyak
5.321 orang, tamatan Perguruan Tinggi sebanyak 765 orang, tamatan Akademi
sebanyak 531 orang, dan tingkat pendidikan terendah yaitu tamatan SD (Sekolah
Dasar) sebanyak 241 orang.
Dari segi mata pencaharian, sebagian besar warga Kelurahan Malaka Sari
bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil, hal ini dibuktikan dengan jumlah warga
yang bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil sebanyak 2.319 orang. Pensiunan
sebanyak 1.318 orang, karyawan swasta sebanyak 967 orang, swasta lainnya 876
orang, pedagang sebanyak 677 orang, dan buruh sebanyak 582 orang.
Letak RT 02 RW 08 (non kompleks perumahan) berdekatan dengan RT 09
RW 10 (kompleks perumahan Bumi Malaka Asri) hanya dipisahkan oleh jalan
aspal sebagai penghubung. Jalan akses menuju kedua lokasi sudah beraspal.
Perbedaannya terletak dari bangunan rumah dimana sebagian besar bangunan
rumah dari RT 02 RW 08 (non kompleks perumahan) terletak di dalam gang
sehingga bangunan rumah tidak terlalu besar dengan model rumah bergaya
konvensional sedangkan bangunan rumah di RT 09 RW 10 (kompleks perumahan
Bumi Malaka Asri) sebagian besar bergaya modern dengan ukuran rumah yang
besar.
4.2 Karakteristik Responden Penelitian
4.2.1 Umur
Responden penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang bertempat tinggal
di RT 02 RW 08 (non kompleks perumahan) dan RT 09 RW 10 (kompleks
perumahan Bumi Malaka Asri), Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit,
DKI Jakarta. Jumlah responden pada RT 02 RW 08 (non kompleks perumahan)
sebanyak 33 orang sedangkan pada RT 09 RW 10 (kompleks perumahan Bumi
Malaka Asri) sebanyak 31 orang.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Umur
Umur
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
Total
Non Kompleks Perumahan
Jumlah
2
8
8
8
7
33
%
6.1
24.2
24.2
24.2
21.2
100
Kompleks Perumahan Bumi
Malaka Asri
Jumlah
%
15
48.4
6
19.3
7
22.5
2
6.4
1
3.2
31
100
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa umur ibu
rumah tangga terbanyak di non kompleks perumahan berada kisaran 30 tahun
sampai 59 tahun dan ibu rumah tangga yang mempunyai umur relatif muda hanya
berjumlah 2 orang (6.1%). Sebanyak 8 orang ibu rumah tangga berada pada
kisaran umur 30 tahun sampai 39 tahun, sebanyak 8 orang ibu rumah tangga
berada pada kisaran umur 40 tahun sampai 49 tahun, sebanyak 8 orang ibu rumah
tangga berumur 50 tahun sampai 59 tahun kemudian ibu rumah tangga yang
berada kisaran umur 60 tahun sampai 69 tahun sebanyak 7 orang (21.2 %).
Berdasarkan Tabel 4 juga dapat diperoleh gambaran bahwa umur ibu
rumah tangga terbanyak di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri berada pada
kisaran 30 tahun sampai 39 tahun sebanyak 15 orang (48.4%). Sebanyak 7 orang
ibu rumah tangga berada pada kisaran umur 50 tahun sampai 59 tahun. Ibu rumah
tangga yang berumur 40 tahun sampai 49 tahun sebanyak 6 orang (19.3%).
Sebanyak 2 orang ibu rumah tangga berada pada kisaran umur 60 tahun sampai 69
tahun. Jumlah terkecil yaitu 1 orang berada pada kisaran umur 70 tahun sampai 79
tahun (3.2 %).
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Pendidikan responden dikelompokkan menjadi tamatan Sekolah Dasar
(SD), tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), tamatan Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), tamatan Akademi/D1/D3, dan tamatan Perguruan
Tinggi.
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tamatan SD
Tamatan SLTP
Tamatan SLTA
Tamatan Akademi/D1/D3
Tamatan Perguruan tinggi
Total
Non Kompleks
Perumahan
Jumlah
(%)
2
6.1
4
12.1
18
54.5
4
12.1
5
15.2
33
100
Kompleks Perumahan
Bumi Malaka Asri
Jumlah
(%)
1
3.2
8
25.8
6
19.4
16
51.6
31
100
Dari Tabel di atas dapat dilihat pada non kompleks perumahan sebagian
besar responden tamatan SLTA dengan jumlah sebanyak 18 orang (54.5%) dan
paling sedikit yaitu tamatan SD sebanyak 2 orang (6.1%). Sebanyak 5 orang ibu
rumah tangga (15.2 %) merupakan tamatan Perguruan Tinggi, tamatan SLTP
sebanyak 4 orang (12.1%), dan sebanyak 4 orang juga merupakan tamatan
Akademi/D1/D3.
Pada kompleks perumahan Bumi Malaka Asri sebagian besar responden
merupakan tamatan Perguruan Tinggi sebanyak 16 orang dan paling sedikit
merupakan tamatan SLTP sebanyak 1 orang (3.2%). Sebanyak 8 orang ibu rumah
tangga merupakan tamatan SLTA dan ibu rumah tangga yang merupakan tamatan
Akademi/D1/D3 sebanyak 6 orang (19.4%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan ibu rumah tangga di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri lebih
tinggi dibandingkan tingkat pendidikan ibu rumah tangga di non kompleks
perumahan.
4.2.3 Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud adalah kegiatan utama yang dilakukan
responden berdasarkan curahan waktu terbesarnya.
Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Total
Non Kompleks
Perumahan
Jumlah
%
12
36.4
21
63.6
33
100
Kompleks Perumahan Bumi
Malaka Asri
Jumlah
%
14
45.2
17
54.8
31
100
Pada Tabel 6 dapat diperoleh gambaran bahwa pada non kompleks
perumahan sebagian besar ibu rumah tidak bekerja yaitu sebanyak 21 orang (63.6
%) sedangkan sisanya 12 orang (36.4%) bekerja. Pada Tabel 6 juga dapat
diperoleh gambaran bahwa pada kompleks perumahan Bumi Malaka Asri jumlah
ibu rumah tangga yang bekerja dan yang tidak bekerja tidak terlalu berbeda jauh
dimana yang bekerja 14 orang (45.2%) sedangkan yang tidak bekerja 17 orang
(54.8%). Jumlah ibu rumah tangga yang bekerja lebih banyak pada kompleks
perumahan sebesar 45.2% sedangkan di non kompleks perumahan jumlah ibu
rumah tangga yang bekerja sebesar 36.4 %. Dalam hal ini responden yang tidak
bekerja memiliki peluang lebih banyak untuk menyaksikan iklan televisi yang
nantinya diduga akan mempengaruhi perilaku ibu rumah tangga dalam
menggunakan produk detergen.
4.2.4 Uang Belanja
Pada Tabel 7 dapat diperoleh gambaran bahwa pada non kompleks
perumahan, sebanyak 28 orang ibu rumah tangga (84.8%) memiliki uang belanja
untuk membeli kebutuhan rumah tangga termasuk didalamnya pembelian produk
detergen kurang dari Rp1.000.000,00. Ibu rumah tangga yang memiliki uang
belanja antara Rp1.000.000,00 sampai Rp2.000.000,00 sebanyak 5 orang (15.1%).
Berbeda dengan non kompleks perumahan, sebagian besar ibu rumah
tangga di kompleks perumahan atau sebanyak 19 orang (61.3%) memiliki uang
belanja sebesar Rp1.000.000,00 sampai Rp2.000.000,00. Sebanyak 11 orang ibu
rumah tangga (35.5%) memiliki uang belanja lebih dari Rp2.000.000,00. Hanya
terdapat 1 orang (3.2%) yang memiliki uang belanja kurang dari Rp1.000.000,00.
Hal ini menunjukkan bahwa uang belanja ibu rumah tangga di kompleks
perumahan lebih besar dibandingkan uang belanja ibu rumah tangga di non
kompleks perumahan.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Uang Belanja
Uang Belanja
< Rp1.000.000,00
Rp1.000.000,00 - Rp2.000.000,00
> Rp 2.000.000,00
Total
Non Kompleks
Perumahan
Jumlah
28
5
33
%
84.8
15.1
100
Kompleks
Perumahan Bumi
Malaka Asri
Jumlah
%
1
3.2
19
61.3
11
35.5
31
100
4.2.5 Teman Dekat
Pada Tabel 8, dapat diperoleh gambaran bahwa ibu rumah tangga di non
kompleks perumahan tidak semua memiliki teman dekat. Sebagian besar ibu
rumah tangga yaitu 32 orang (97%) memiliki teman dekat dan hanya 1 orang yang
tidak memiliki teman dekat. Menurut hasil wawancara ibu rumah tangga yang
tidak memiliki teman dikarenakan ibu rumah tangga tersebut merupakan warga
baru sehingga belum banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pada
kompleks perumahan Bumi Malaka Asri semua ibu rumah tangga yaitu 31 orang
(100%) memiliki teman dekat.
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Teman Dekat
Teman Dekat
Memiliki
Tidak Memiliki
Total
Non Kompleks
Perumahan
Jumlah
%
32
97
1
3
33
100
Kompleks Perumahan
Bumi Malaka Asri
Jumlah
%
31
100
100
100
Pada Tabel 9 dapat dilihat jumlah teman, baik di non kompleks perumahan
dan kompleks perumahan Bumi Malaka Asri bervariasi. Pada non kompleks
perumahan, sebagian besar ibu rumah tangga (39.4%) memiliki teman dekat
sebanyak 6 orang sampai 10 orang. Sebanyak 8 orang ibu rumah tangga (24.2%)
memiliki teman dekat kurang dari 6 orang. Ibu rumah tangga yang memiliki
teman dekat 11 orang sampai 15 orang sebanyak 6 orang. Sebanyak 6 orang pula
memiliki teman dekat sebanyak 16 orang sampai 20 orang.
Pada kompleks perumahan Bumi Malaka Asri, sebagian besar ibu rumah
tangga (48.4%) memiliki teman dekat dengan jumlah kurang dari 6 orang.
Sebanyak 9 orang ibu rumah tangga memiliki teman dekat dengan jumlah antara 6
orang sampai 10 orang. Ibu rumah tangga yang memiliki teman dekat dengan
jumlah 16 orang sampai 20 orang sebanyak 3 orang (9.7%). Ibu rumah tangga
yang memiliki teman dekat dengan jumlah 11 orang sampai 15 orang sebanyak 2
orang (6.4%). Sebanyak 2 orang ibu rumah tangga memiliki teman dekat dengan
jumlah antara 26 orang sampai 30 orang.
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Teman Dekat Responden
Jumlah Teman
Dekat
0-5
6-10
11-15
16-20
21-25
26-30
Total
Non Kompleks
Perumahan
Jumlah
%
8
24.2
13
39.4
6
18.2
6
18.2
33
100
Kompleks Perumahan
Bumi Malaka Asri
Jumlah
%
15
48.4
9
29.0
2
6.4
3
9.7
2
6.5
31
100
4.3 Merek Produk Detergen yang digunakan Ibu Rumah Tangga
Pada Tabel 10, dapat diperoleh gambaran bahwa merek produk yang
paling banyak digunakan oleh ibu rumah tangga baik di kompleks perumahan
maupun non kompleks perumahan adalah Rinso. Pada non kompleks perumahan
yang memakai merek Rinso sebanyak 54.5%, So Klin sebanyak 18.2%, kemudian
Daia sebanyak 15.2% dan Attack sebanyak 12.1%.
Pada kompleks perumahan, ibu rumah tangga yang memakai produk Rinso
sebanyak 51.6%, Attack sebanyak 16.1%, So Klin sebanyak 12.9% , kemudian
Daia dan Surf sebanyak 9.7%. Menurut hasil wawancara mendalam, banyaknya
ibu rumah tangga yang menggunakan produk Rinso karena Rinso merupakan
produk yang sudah lama keluar di pasaran sehingga ibu rumah tangga sudah
memiliki kepercayaan dengan merek Rinso dan ibu rumah tangga mendapatkan
hasil cucian yang maksimal jika mencuci dengan Rinso.
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Merek Produk yang digunakan
Merek
Produk
Rinso
Daia
So Klin
Attack
Surf
Total
Non Kompleks Perumahan
Jumlah
18
5
6
4
33
%
54.5
15.2
18.2
12.1
100
Kompleks Perumahan Bumi
Malaka Asri
Jumlah
%
16
51.6
3
9.7
4
12.9
5
16.1
3
9.7
31
100
4.4 Sikap Ibu Rumah Tangga terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi
Variabel sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi
merupakan pemaduan antara dimensi sikap dan aspek iklan televisi. Dimensi
sikap terdiri dari kognitif, afektif dan konasi sedangkan aspek iklan televisi
meliputi tokoh, pesan, jalan cerita, adegan, slogan, musik, jenis produk, dan
frekuensi.
Dari Tabel 11 dapat dilihat diperoleh gambaran bahwa sikap ibu rumah
tangga di non kompleks perumahan terhadap iklan produk detergen di televisi
adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari skor yang diberikan oleh ibu rumah
tangga (responden penelitian). Pada dimensi kognisi, sebagian besar ibu rumah
tangga memberikan skor empat yang berarti pengetahuan mereka terhadap aspek
iklan yang terdiri dari tokoh, pesan, plot, adegan, slogan, jenis produk, dan
frekuensi adalah baik. Untuk pesan yang menyatakan bahwa produk detergen
ramah lingkungan (p7) sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor dua
yang berarti ibu rumah tangga mengetahui memang tidak ada dalam iklan produk
detergen yang memberikan pesan ramah lingkungan. Sedangkan untuk pesan (p8)
sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor lima yang berarti ibu rumah
tangga memiliki pengetahuan bahwa penggunaan busa yang berlebihan dapat
merusak lingkungan. Untuk dimensi afeksi, ibu rumah tangga lebih banyak
memberikan skor empat yang berarti perasaan (emosional) terhadap iklan produk
detergen di televisi adalah positif. Sedangkan untuk dimensi konasi dengan aspek
iklan yaitu pesan, jenis produk, dan frekuensi, ibu rumah tangga lebih banyak
memberikan skor empat yang berarti ibu rumah memiliki kecenderungan untuk
mengikuti sesuatu yang ditampilkan di televisi. Pada bagian dimensi konasi
dengan aspek iklan slogan, ibu rumah tangga lebih banyak memilih skor dua yang
berarti ibu rumah tangga tidak memiliki kecenderungan untuk mengikuti slogan
yang ditampilkan di televisi.
Tabel 11.
Skor Sikap Responden terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi ( Non Kompleks
Perumahan)
Pertanyaan
STS
Kognisi
Tokoh (p1)
Sikap
R
3
(9.1)
TS
1
(3.0)
Tokoh (p2)
Pesan (p4)
1
(3.0)
Pesan (p5)
Pesan (p6)
Pesan (p7)
1
(3.0)
1
(3.0)
3
(9.1)
14
(42.4)
Pesan (p8)
Plot (p12)
Adegan (p14)
Slogan (p16)
1
(3.0)
Musik ( p20)
Jenis
Produk
(p21)
Frekuensi (p25)
Afeksi
1
(3.0)
Tokoh (p3)
Pesan (p9)
Pesan (p10)
Plot (p13)
Adegan (p15)
1
(3.0)
1
(3.0)
1
(3.0)
1
(3.0)
Slogan (p17)
Slogan (p18)
Jenis Produk (p22)
Jenis Produk (p23)
Frekuensi (p26)
Konasi
1
(3.0)
1
(3.0)
Pesan (p11)
Slogan (p19)
Jenis Produk (p24)
Frekuensi (p27)
1
(3.0)
3
(9.1)
Keterangan :
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
• angka dalam kurung menunjukkan persentase
4
(12.1)
5
(15.2)
3
(9.1)
1
(3.0)
2
(6.1)
3
(9.1)
4
(12.1)
1
(3.0)
1
(3.0)
2
(6.1)
5
(15.2)
4
(12.1)
6
(18.2)
4
(12.1)
7
(21.2)
9
(27.3)
7
(21.2)
12
(36.4)
8
(24.2)
8
(24.2)
4
(12.1)
2
(6.1)
6
(18.2)
5
(15.2)
5
(15.2)
4
(12.1)
4
(12.1)
6
(18.2)
3
(9.1)
4
(12.1)
2
(6.1)
2
(6.1)
1
(3.0)
5
(15.2)
4
(12.1)
4
(12.1)
4
(12.1)
5
(15.2)
5
(15.2)
4
(12.1)
5
(15.2)
8
(24.2)
7
(21.2)
3
(9.1)
2
(6.1)
Total
S
19
(57.6)
20
(60.6)
16
(48.5)
17
(51.5)
12
(36.4)
9
(27.3)
10
(30.3)
19
(57.6)
19
(57.6)
17
(51.5)
18
(54.5)
17
(51.5)
20
(60.6)
15
(45.5)
18
(54.5)
15
(45.5)
19
(57.6)
19
(57.6)
18
(54.5)
16
(48.5)
14
(42.4)
14
(42.4)
13
(39.4)
13
(39.4)
11
(33.3)
16
(48.5)
15
(45.5)
R : Ragu-ragu
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
SS
10
(30.3)
13
(39.4)
12
(36.4)
14
(42.4)
11
(33.3)
18
(54.5)
6
(18.2)
5
(15.2)
5
(15.2)
11
(33.3)
10
(30.3)
7
(21.2)
12
(36.4)
12
(36.4)
11
(33.3)
7
(21.2)
4
(12.1)
7
(21.2)
6
(18.2)
10
(30.3)
7
(21.2)
5
(15.2)
5
(15.2)
3
(9.1)
5
(15.2)
5
(15.2)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
p : pertanyaan dalam
kuesioner
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Sikap
terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Non Kompleks
Perumahan)
Sikap
Positif
Negatif
Total
Jumlah (Orang)
32
1
33
Persentase (%)
97.0
3.0
100
Tabel 12 di atas terlihat jelas adanya perbedaan sikap ibu rumah tangga di
non perumahan terhadap iklan produk detergen di televisi. Persentase yang
menyatakan bahwa sikap terhadap iklan produk detergen di televisi positif
sebesar 97 % dan yang menyatakan sikap terhadap iklan produk detergen di
televisi negatif sebesar 3 %.
Pada Tabel 13 dapat diperoleh gambaran bahwa sikap ibu rumah tangga di
kompleks perumahan Bumi Malaka Asri terhadap iklan produk detergen di
televisi adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari skor yang diberikan oleh ibu
rumah tangga (responden penelitian). Pada dimensi kognisi dengan aspek iklan
tokoh, pesan, plot, adegan, slogan, musik, jenis produk, dan frekuensi sebagian
besar ibu rumah tangga memberikan skor empat yang berarti pengetahuan mereka
terhadap aspek ikan tersebut baik. Sedangkan untuk aspek iklan pesan yang
menyatakan produk detergen aman di kulit (p6) dan ramah lingkungan (p7),
sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor dua yang berarti ibu rumah
tangga mengetahui memang tidak ada
dalam iklan produk detergen yang
memberikan pesan aman di kulit dan ramah lingkungan. Untuk dimensi afeksi,
ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor empat pada aspek tokoh, pesan,
plot, adegan, slogan, jenis produk dan frekuensi yang berarti perasaan ibu rumah
tangga terhadap aspek tersebut positif.
Tabel 13.
Skor Sikap Responden terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Kompleks
Perumahan Bumi Malaka Asri)
Pertanyaan
STS
Kognisi
Tokoh (p1)
Tokoh (p2)
Pesan (p4)
Pesan (p5)
Pesan (p6)
1
(3.2)
1
(3.2)
1
(3.2)
Pesan (p7)
Pesan (p8)
1
(3.2)
Plot (p12)
Adegan (p14)
Slogan (p16)
1
(3.2)
Musik ( p20)
Jenis Produk (p21)
2
(6.5)
Frekuensi (p25)
Afeksi
Tokoh (p3)
Pesan (p9)
1
(3.2)
Pesan (p10)
Plot (p13)
1
(3.2)
Adegan (p15)
Slogan (p17)
Slogan (p18)
1
(3.2)
1
(3.2)
Jenis Produk (p22)
Jenis Produk (p23)
Frekuensi (p26)
Konasi
2
(6.5)
1
(3.2)
Pesan (p11)
Slogan (p19)
Jenis Produk (p24)
Frekuensi (p27)
2
(6.5)
Keterangan :
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
• angka dalam kurung menunjukkan persentase
TS
10
(32.3)
7
(22.6)
2
(6.5)
11
(35.5)
11
(35.5)
4
(12.9)
8
(25.8)
8
(25.8)
10
(32.3)
4
(12.9)
4
(12.9)
9
(29.0)
10
(32.3)
1
(3.2)
6
(19.4)
5
(16.1)
8
(25.8)
8
(25.8)
11
(35.5)
4
(12.9)
5
(16.1)
14
(45.2)
13
(41.9)
12
(38.7)
14
(45.2)
15
(48.4)
Sikap
R
2
(6.5)
2
(6.5)
4
(12.9)
2
(6.5)
6
(19.4)
5
(16.1)
2
(6.5)
7
(22.6)
7
(22.6)
5
(16.1)
1
(3.2)
5
(16.1)
4
(12.9)
3
(9.7)
5
(16.1)
10
(32.3)
9
(29.0)
6
(19.4)
6
(19.4)
6
(19.4)
8
(25.8)
7
(22.6)
4
(12.9)
9
(29.0)
11
(35.5)
8
(25.8)
5
(16.1)
Total
S
15
(48.4)
18
(58.1)
18
(58.1)
20
(64.5)
9
(29.0)
9
(29.0)
11
(35.5)
13
(41.9)
12
(38.7)
12
(38.7)
19
(61.3)
11
(35.5)
15
(48.4)
13
(41.9)
15
(48.4)
11
(35.5)
12
(38.7)
12
(38.7)
14
(45.2)
11
(35.5)
9
(29.0)
9
(29.0)
8
(25.8)
5
(16.1)
6
(19.4)
6
(19.4)
6
(19.4)
R : Ragu-ragu
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
SS
4
(12.9)
4
(12.9)
6
(19.4)
8
(25.8)
4
(12.9)
6
(19.4)
13
(41.9)
3
(9.7)
4
(12.9)
3
(9.7)
7
(22.6)
9
(29.0)
3
(9.7)
5
(16.1)
9
(29.0)
4
(12.9)
4
(12.9)
5
(16.1)
2
(6.5)
2
(6.5)
10
(32.3)
8
(25.8)
4
(12.9)
4
(12.9)
2
(6.5)
3
(9.7)
3
(9.7)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
p : pertanyaan dalam
kuesioner
Untuk afeksi dengan aspek jenis produk (p22), ibu rumah tangga lebih
banyak memberikan skor lima yang berarti sikap ibu rumah tangga sangat positif
terhadap jenis produk yang ditayangkan di televisi. Untuk afeksi dengan aspek
frekuensi (p26), sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor dua yang
berarti sikap ibu rumah tangga negatif terhadap iklan yang selalu ditayangkan
berulang-ulang. Untuk dimensi konasi dengan aspek pesan, slogan, jenis produk,
dan frekuensi sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor dua yang berarti
ibu rumah tangga tidak memiliki kecenderungan untuk mengikuti aspek pesan,
slogan, jenis produk, dan frekuensi tersebut.
Tabel 14.
Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Sikap
terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi (Kompleks Perumahan
Bumi Malaka Asri)
Sikap
Positif
Negatif
Total
Jumlah (Orang)
23
8
31
Persentase (%)
74.2
25.8
100
Tabel 14 di atas terlihat jelas adanya perbedaan sikap dari ibu rumah
tangga kompleks perumahan Bumi Malaka Asri terhadap iklan produk detergen
di televisi. Persentase yang menyatakan bahwa sikap terhadap iklan produk
detergen di televisi positif adalah sebesar 74.2 % dan yang menyatakan sikap
terhadap iklan produk detergen di televisi negatif adalah sebesar 25.8%.
4.5 Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Produk Detergen
Variabel perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen
dapat diturunkan dari indikator perilaku menggunakan produk (konsumsi) yang
meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
pembelian dan pascapembelian.
Tabel 15. Skor Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Non Kompleks
Perumahan)
Pertanyaan
Perilaku
K
6
(18.2)
1
2
7
(3.0) (6.1) (21.2)
9
(27.3)
11
2
5
(6.1) (15.2) (33.3)
TP
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Pembelian
Pasca
pembelian
Pertimbangan
dari segi jumlah
Pertimbangan
dari segi harga
Pertimbangan
dari segi merek
Melakukan
Pencarian
Informasi
Melalui iklan
televisi
Melalui teman
dekat
Membandingkan
merek
Daya bersih,
Keharuman, dan
harga
Ramah
Lingkungan
Menyiapkan
anggaran
Membeli produk
ramah
lingkungan
Pergi ke toko atau
supermarket
Menggunakan
produk tiap ingin
mencuci
Menggunakan
sesuai takaran
Puas dengan
produk
Akan membeli
lagi
Menceritakan
pengalaman
menggunakan
produk kepada
teman
J
Total
Sr
4
(12.1)
4
(12.1)
3
(9.1)
4
(12.1)
Sl
23
(69.7)
19
(57.6)
21
(63.6)
11
(33.3)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
1
7
(3.0) (21.2)
4
9
(12.1) (27.3)
5
(15.2)
13
(39.4)
8
(24.2)
9
(27.3)
2
(6.1)
4
(12.1)
5
(15.2)
6
(18.2)
4
(12.1)
8
(24.2)
7
(21.2)
13
(39.4)
27
(81.8)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
8
3
(24.2) (9.1)
5
1
(15.2) (3.0)
4
11
(33.3) (12.1)
11
(33.3)
3
(9.1)
11
(33.3)
3
(9.1)
3
(9.1)
1
(3.0)
8
(24.2)
21
(63.6)
6
(18.2)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
1
(3.0)
3
(9.1)
1
(3.0)
5
(15.2)
1
(3.0)
24
(72.7)
31
(93.9)
33
(100)
33
(100)
1
(3.0)
1
(3.0)
3
(9.1)
3
(9.1)
9
(27.3)
7
(21.2)
5
(15.2)
2
(6.1)
12
(36.4)
6
(18.2)
6
(18.2)
2
(6.1)
22
(66.7)
21
(63.6)
25
(75.8)
7
(21.2)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
33
(100)
Keterangan :
TP
: Tidak pernah
Sr
: Sering
J
: Jarang
Sl
: Selalu
K
: Kadang-kadang
• angka dalam kurung menunjukkan persentase
Pada Tabel 15 dapat diperoleh gambaran bahwa ibu rumah tangga non
kompleks perumahan selalu mempertimbangkan jumlah, harga, dan merek ketika
masa pengenalan kebutuhan, hal ini ditandai dengan sebagian besar ibu rumah
tangga memberikan skor lima. Pada bagian pencarian informasi dan pencarian
informasi melalui iklan televisi, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor
3 yang berarti perilaku mereka cenderung rendah untuk kedua hal tersebut,
sedangkan untuk pencarian informasi melalui teman lebih banyak skor dua yang
berarti ibu rumah tangga jarang mendapatkan informasi produk detergen dari
teman. Untuk Evaluasi alternatif, ibu rumah tangga selalu membandingkan merek
dan mempertimbangkan daya bersih, dan harga, hal ini dapat dilihat dari skor lima
yang diberikan ibu rumah tangga. Sedangkan untuk memilih detergen yang ramah
lingkungan, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor tiga yang berarti ibu
rumah tangga tidak menjadikan masalah lingkungan sebagai prioritas utama. Skor
lima diberikan ibu rumah tangga untuk menyiapkan anggaran dan pergi ke toko
atau supermarket untuk membeli produk detergen. Pada pascapembelian, ibu
rumah tangga lebih banyak memberikan skor lima pada bagian menggunakan
produk tiap kali ingin mencuci, menggunakan sesuai takaran, puas dengan produk,
dan akan membeli produk itu kembali. Sedangkan untuk bagian menceritakan
pengalaman kepada teman, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor tiga
yang berarti mereka tidak selalu menceritakan pengalaman kepada teman.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Perilaku
Menggunakan Produk Detergen (Non Kompleks Perumahan)
Perilaku
Tinggi
Rendah
Total
Jumlah (Orang)
32
1
33
Persentase (%)
97.0
3.0
100
Tabel 16 di atas terlihat jelas adanya perbedaan perilaku ibu rumah tangga
non kompleks perumahan dalam menggunakan produk detergen. Persentase yang
menyatakan bahwa perilaku dalam menggunakan produk detergen tinggi adalah
sebesar 97 % dan yang menyatakan perilaku dalam menggunakan produk
detergen rendah adalah sebesar 3%.
Sama halnya dengan ibu rumah tangga non kompleks perumahan, ibu
rumah tangga di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri pun selalu
mempertimbangkan jumlah, harga, dan merek ketika masa pengenalan kebutuhan,
hal ini ditandai dengan sebagian besar ibu rumah tangga memberikan skor lima
(Tabel 17). Untuk pencarian informasi sebagian besar ibu rumah tangga
memberikan skor tiga yang berarti ibu rumah tangga tidak selalu melakukan
pencarian informasi sebelum membeli produk detergen. Pada evaluasi alternatif,
bagian membandingkan merek, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor
empat. Sedangkan untuk mengevaluasi produk dari segi daya bersih, keharuman,
harga, dan ramah lingkungan, ibu rumah tangga memberikan skor lima yang
berarti ibu rumah tangga selain memprioritaskan daya bersih, keharuman, dan
harga juga memprioritaskan masalah lingkungan. Pada bagian pembelian dan
pascapembelian, ibu rumah tangga lebih banyak memberikan skor lima namun
memberikan skor tiga untuk menceritakan pengalaman kepada teman.
Tabel 17. Skor Perilaku Menggunakan Produk Detergen (Kompleks Perumahan
Bumi Malaka Asri)
Pertanyaan
TP
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Pembelian
Pasca
pembelian
Pertimbangan
dari segi jumlah
Pertimbangan
dari segi harga
Pertimbangan
dari segi merek
Melakukan
Pencarian
Informasi
Melalui iklan
televisi
Melalui teman
dekat
Membanding
kan merek
Daya bersih,
Keharuman, dan
harga
Ramah
Lingkungan
Menyiapkan
anggaran
Membeli produk
ramah
lingkungan
Pergi ke toko
atau supermarket
Menggunakan
produk tiap ingin
mencuci
Menggunakan
sesuai takaran
Puas dengan
produk
Akan membeli
lagi
Menceritakan
pengalaman
menggunakan
produk kepada
teman
J
Perilaku
K
10
(32.2)
7
(22.6)
8
(25.8)
9
(29.0)
Sr
10
(32.2)
10
(32.2)
7
(22.6)
4
(12.9)
Sl
11
(35.5)
10
(32.2)
11
(35.5)
7
(22.6)
Total
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
1
(3.2)
1
(3.2)
4
(12.9)
3
(9.7)
4
(12.9)
7
(22.6)
3
(9.7)
5
(16.1)
5
(16.1)
7
(22.6)
8
(25.8)
16
(51.6)
11
(35.5)
6
(19.4)
6
(19.4)
2
(6.5)
2
(6.5)
9
(29.0)
7
(22.6)
5
(16.1)
6
(19.4)
8
(25.8)
18
(58.1)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
1
(3.2)
6
(19.4)
1
(3.2)
6
(19.4)
2
(6.5)
5
(16.1)
9
(29.0)
4
(12.9)
7
(22.6)
1
(3.2)
4
(12.9)
14
(45.2)
19
(61.3)
14
(45.2)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
1
(3.2)
1
(3.2)
5
(16.1)
2
(6.5)
3
(9.7)
4
(12.9)
22
(71.0)
24
(77.4)
31
(100)
31
(100)
1
(3.2)
4
(12.9)
8
(25.8)
7
(22.6)
7
(22.6)
8
(25.8)
7
(22.6)
10
(32.2)
4
(12.9)
4
(12.9)
6
(19.4)
1
(3.2)
15
(48.4)
19
(61.3)
18
(58.1)
5
(16.1)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
31
(100)
Keterangan :
TP
: Tidak pernah
Sr
: Sering
J
: Jarang
Sl
: Selalu
K
: Kadang-kadang
• angka dalam kurung menunjukkan persentase
Tabel 18.
Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Perilaku
Menggunakan Produk Detergen (Kompleks Perumahan Bumi
Malaka Asri)
Perilaku
Tinggi
Rendah
Total
Jumlah (Orang)
27
4
31
Persentase (%)
87.1
12.9
100
Tabel 18 di atas terlihat jelas adanya perbedaan perilaku ibu rumah tangga
kompleks perumahan Bumi Malaka Asri dalam menggunakan produk detergen.
Persentase yang menyatakan bahwa perilaku dalam menggunakan produk
detergen tinggi adalah sebesar 87.1 % dan yang menyatakan perilaku dalam
menggunakan produk detergen rendah adalah sebesar 12.9%.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Komunitas Masyarakat Non Kompleks Perumahan
Pada subbab ini akan dibahas mengenai hubungan antara karakteristik
individu dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku ibu
rumah tangga dalam menggunakan produk detergen pada komunitas masyarakat
non kompleks perumahan. Komunitas masyarakat non kompleks perumahan yang
dimaksud adalah masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah
RT 02 RW 08, Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Propinsi Jakarta
Timur.
5.1.1
Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Sikap
terhadap Iklan Detergen di Televisi
5.1.1.1 Hubungan antara Umur dengan Sikap Terhadap Iklan Detergen di
Televisi
Hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi
dapat dianalisis dengan uji Pearson, karena umur merupakan data rasio sedangkan
sikap merupakan data interval. Dari analisis data diperoleh hasil seperti disajikan
pada Tabel 19 berikut ini.
Tabel 19.
Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan Produk
Detergen di Televisi
Hubungan antara Umur dengan Sikap
Koefisien Korelasi
- 0.079
Probabilitas ( P value)
0.660
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan
antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal ini dapat
dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.660 ternyata lebih besar dari taraf
nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak ada hubungan antara
kedua variabel tersebut. Hal ini me nunjukkan bahwa semua kategori umur ibu
rumah tangga memiliki sikap yang sama terhadap iklan produk detergen di
televisi, diduga karena rentang umur ibu rumah tangga tidak terlalu jauh. Angka
koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang
berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi umur maka
semakin rendah skor sikap dan semakin rendah umur maka semakin tinggi skor
sikap. Hal ini berarti ketika terdapat hubungan antara umur dengan sikap maka ibu
rumah tangga yang berumur muda, akan memberikan sikap yang positif terhadap
iklan produk detergen di televisi. Sedangkan ibu rumah tangga yang sudah
berumur tua, akan memberikan sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen
di televisi. Namun, uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur
dan sikap.
5.1.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap Iklan
Detergen di Televisi
Tingkat Pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/D1/D3, Perguruan
Tinggi. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan detergen
di televisi dianalisis dengan uji Spearman.
Tabel 20.
Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap
Iklan Produk Detergen di Televisi
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap
Koefisien Korelasi
- 0.452
Probabilitas ( P value)
0.008
Keputusan
Ada Hubungan
Berdasarkan Tabel 20 dapat diperoleh gambaran bahwa terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi.
Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.008 yang kurang dari taraf
nyata yang ditetapkan yaitu sebesar 10% (0.1). Angka koefisien korelasi yang
bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel
atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah
skor sikap dan semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tinggi skor
sikap. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ibu rumah tangga yang tingkat
pendidikannya perguruan tinggi menyatakan pesan yang disampaikan iklan
televisi belum tentu benar dan terkadang terlalu banyak manipulasi agar dapat
menarik perhatian pemirsa.
5.1.1.3 Hubungan antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan
Detergen di Televisi
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa dari 12 responden yang bekerja, tidak
ada responden penelitian yang bekerja memiliki sikap negatif terhadap iklan
produk detergen di televisi. Sedangkan untuk responden penelitian yang tidak
bekerja, dari 21 responden, 20 responden memiliki sikap positif terhadap iklan
produk detergen di televisi dan 1 orang yang memiliki sikap yang negatif terhadap
iklan produk detergen di televisi.
Tabel 21.
Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan
Detergen di Televisi
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Total
Sikap
Negatif
0
1
1
Total
Positif
12
20
32
P value = 0.636; α = 0.10; db = 1; Keputusan = Tidak Ada Hubungan
12
21
33
Berdasarkan hasil uji Fisher pada taraf nyata α = 0.10 memperlihatkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi yang dapat dilihat dari angka probabilitas sebesar
0.636 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10.
Hal ini menunjukkan ibu rumah tangga yang bekerja maupun tidak bekerja
memiliki sikap yang sama terhadap iklan detergen di televisi, baik dari segi
kognisi, afeksi maupun konasinya. Hal ini diduga karena kuantitas menonton
iklan detergen di televisi tidak berbeda jauh antara ibu rumah tangga bekerja dan
tidak bekerja sehingga sikapnya terhadap iklan detergen pun sama.
5.1.1.4 Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan
Detergen di Televisi
Hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan detergen di
televisi dianalisis menggunakan uji Pearson karena uang belanja merupakan data
rasio dan sikap merupakan data interval.
Tabel 22.
Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan
Produk Detergen di Televisi
Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap
Koefisien Korelasi
0.144
Probabilitas ( P value)
0.424
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Berdasarkan Tabel 22 di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan
antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal
ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.424 ternyata lebih besar
dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak ada hubungan
antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa semua ibu rumah
tangga dengan uang belanja tinggi maupun rendah memiliki sikap yang sama
terhadap iklan detergen di televisi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam
dengan responden yang memiliki uang belanja tinggi dan rendah diketahui bahwa
ibu rumah tangga dengan uang belanja tinggi dan rendah sama-sama mempunyai
mempunyai kecenderungan untuk membeli produk detergen yang diiklankan di
televisi. Angka koefisien korelasi yang bertanda positif menunjukkan adanya
hubungan yang searah antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi
uang belanja maka semakin tinggi skor sikap dan semakin rendah uang belanja
maka semakin rendah skor sikap. Hal ini berarti ketika terdapat hubungan antara
uang belanja dengan sikap maka ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja
tinggi, akan memberikan sikap yang positif terhadap iklan produk detergen di
televisi. Sedangkan ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja rendah, akan
memberikan sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen di televisi.
Namun, uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara uang belanja dan
sikap.
5.1.1.5 Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan
Detergen di Televisi
Hubungan antara teman dekat dengan sikap terhadap iklan detergen di
televisi dianalisis menggunakan uji Pearson karena teman dekat merupakan data
rasio dan sikap merupakan data interval.
Pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara teman
dekat dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitasnya yang sebesar 0.508 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata
yang ditentukan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan
yang searah antar kedua variabel. Dengan kata lain semakin banyak teman, maka
sikap terhadap iklan produk detergen semakin positif dan semakin sedikit teman
maka sikap terhadap iklan produk detergen akan semakin negatif.
Tabel 23.
Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan
Produk Detergen di Televisi
Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap
Koefisien Korelasi
0.119
Probabilitas ( P value)
0.508
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Jabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak atau sedikitnya
teman tidak mempengaruhi sikap terhadap iklan produk detergen. Sikap ibu
rumah tangga terhadap iklan produk detergen di televisi lebih dipengaruhi oleh
bentuk kemasan iklan, tokoh dan pesan yang mudah dipahami.
5.1.2
Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan
Perilaku Menggunakan Produk Detergen
5.1.2.1 Hubungan antara Umur dengan Perilaku Menggunakan Produk
Detergen
Hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen
dapat dianalisis dengan uji Pearson, karena umur merupakan data rasio sedangkan
perilaku merupakan data interval.
Tabel 24.
Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen
Hubungan antara Umur dengan Perilaku
Koefisien Korelasi
0.207
Probabilitas ( P value)
0.248
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara umur
dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitasnya yang sebesar 0.248 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang
ditetapkan yaitu α = 0.10 yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan yang
searah antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen dengan kata
lain semakin tinggi umur maka semakin tinggi skor perilaku dan semakin rendah
umur maka semakin rendah skor perilaku.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi atau rendahnya umur tidak
mempengaruhi perilaku dalam menggunakan produk detergen. Diduga setiap
kalangan umur pasti menggunakan produk detergen untuk mencuci pakaian.
5.1.2.2
Hubungan antara Tingkat Pendidikan
Menggunakan Produk Detergen
dengan
Perilaku
Tingkat Pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/D1/D3, Perguruan
Tinggi. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan
produk dianalisis dengan uji Spearman.
Tabel 25.
Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku
Menggunakan Produk Detergen
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku
Koefisien Korelasi
- 0.156
Probabilitas ( P value)
0.386
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Berdasarkan Tabel 25 dapat diperoleh gambaran bahwa tidak terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk
detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.386 yang melebihi
taraf nyata yang ditetapkan yaitu sebesar 10% (0.1). Hal ini menunjukkan bahwa
ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi dan rendah mempunyai
perilaku menggunkan produk detergen yang sama baik dalam pengenalan
kebutuhan,
pencarian
informasi,
evaluasi
alternatif,
pembelian
dan
pascapembelian. Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan
adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah skor perilaku dan semakin rendah
tingkat pendidikan maka semakin tinggi skor perilaku.
5.1.2.3
Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa dari 12 responden yang bekerja, 11
responden memiliki perilaku yang tinggi dalam menggunakan produk detergen
dan 1 responden memiliki perilaku yang rendah dalam menggunakan produk
detergen. Sedangkan untuk responden penelitian yang tidak bekerja, dari 21
responden, tidak ada yang memiliki perilaku rendah dalam menggunakan produk
detergen.
Tabel 26.
Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Total
Perilaku
Rendah
1
0
1
Total
Tinggi
11
21
32
P value = 0.364; α = 0.10; db = 1; Keputusan = Tidak Ada Hubungan
12
21
33
Berdasarkan hasil uji Fisher pada taraf nyata α = 0.10 memperlihatkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku menggunakan
produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari angka probabilitas sebesar 0.364 yang
ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja mempunyai
perilaku menggunakan produk detergen yang sama. Berdasarkan hasil wawancara
mendalam, ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja sama-sama
melakukan pencarian informasi sebelum menggunakan produk detergen dan
mereka mengevaluasi produk detergen yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan mereka.
5.1.2.4 Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen
Hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk
detergen dianalisis menggunakan uji Pearson karena uang belanja merupakan data
rasio dan sikap merupakan data interval.
Tabel 27.
Hasil Uji Pearson antara Uang
Menggunakan Produk Detergen
Belanja
dengan
Perilaku
Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku
Koefisien Korelasi
0.362
Probabilitas ( P value)
0.039
Keputusan
Ada Hubungan
Berdasarkan Tabel 27 di atas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara
uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat
dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.039 yang lebih kecil dari taraf nyata yang
ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel
tersebut. Angka koefisien korelasi yang bertanda positif menunjukkan adanya
hubungan yang searah antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi
uang belanja maka semakin tinggi skor perilaku dan semakin rendah uang belanja
maka semakin rendah skor perilaku. Kesimpulan di atas diperkuat dengan
pernyataan ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja banyak, mereka lebih
memilih produk yang sesuai kebutuhan baik dari segi merek dan jumlah tanpa
mempermasalahkan harga sedangkan ibu rumah tangga dengan uang belanja
rendah menjadikan harga sebagai prioritas utama ketika memutuskan membeli
produk detergen.
5.1.2.5 Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen
Hubungan antara teman dekat dengan perilaku menggunakan produk
detergen dianalisis menggunakan uji Pearson karena teman dekat merupakan data
rasio dan perilaku merupakan data interval.
Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara teman
dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitasnya yang sebesar 0.116 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata
yang ditentukan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan
yang searah antar kedua variabel. Dengan kata lain semakin banyak teman, maka
perilaku menggunakan produk detergen semakin tinggi dan semakin sedikit teman
maka perilaku menggunakan produk detergen semakin rendah.
Tabel 28.
Hasil Uji Pearson antara Teman
Menggunakan Produk detergen
Dekat
dengan
Perilaku
Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku
Koefisien Korelasi
0.279
Probabilitas ( P value)
0.116
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Jabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak atau sedikitnya
teman tidak mempengaruhi perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan
produk detergen. Perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen
khususnya ketika pembelian lebih dipengaruhi oleh harga, daya bersih, dan
banyaknya hadiah yang ditawarkan oleh produk detergen tersebut.
5.1.3 Hubungan antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi
dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen
Hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan
perilaku menggunakan produk detergen dianalisis menggunakan uji Pearson,
karena sikap dan perilaku merupakan data interval.
Tabel 29.
Hasil Uji Pearson antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di
Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen
Hubungan antara Sikap dan Perilaku
Koefisien Korelasi
0.250
Probabilitas ( P value)
0.161
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Pada Tabel 29 dapat dilihat tidak terdapat hubungan sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal
ini dikarenakan nilai probabilitasnya sebesar 0.161 ternyata lebih besar dari taraf
nyata yang telah ditentukan yaitu α = 0.10 yang berarti tidak terdapat hubungan
antara kedua variabel. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya
hubungan yang searah antar kedua variabel. Dengan kata lain, semakin positif
sikap terhadap iklan produk detergen di televisi maka semakin tinggi perilaku
dalam menggunakan produk detergen dan semakin negatif sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi maka semakin rendah perilaku dalam menggunakan
produk detergen
5.2 Komunitas Masyarakat Kompleks Perumahan Bumi Malaka Asri
Pada subbab ini akan dibahas mengenai hubungan antara karakteristik
individu dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku ibu
rumah tangga dalam menggunakan produk detergen pada komunitas masyarakat
kompleks perumahan. Komunitas masyarakat kompleks perumahan yang
dimaksud adalah masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah
RT 09 RW 10, Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Propinsi Jakarta
Timur.
5.2.1
Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan Sikap
terhadap Iklan Detergen di Televisi
5.2.1.1 Hubungan antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan Detergen di
Televisi
Hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi
dapat dianalisis dengan uji Pearson, karena umur merupakan data rasio sedangkan
sikap merupakan data interval.
Tabel 30.
Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Sikap terhadap Iklan Produk
Detergen di Televisi
Hubungan antara Umur dengan Sikap
Koefisien Korelasi
0.402
Probabilitas ( P value)
0.025
Keputusan
Ada Hubungan
Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara umur
dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi yang dapat dilihat dari
nilai probabilitasnya yang sebesar 0.025 lebih kecil dari taraf nyata yang
ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada segi pengetahuan,
perasaan dan kecenderungan mengikuti iklan detergen yang ditayangkan di
televisi antara ibu rumah tangga yang berumur muda dan tua. Hal ini diduga
karena rentang umur ibu rumah tangga di kompleks perumahan berbeda jauh.
Angka koefisien korelasi yang bertanda positif menunjukkan adanya hubungan
yang searah antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi umur
maka semakin tinggi skor sikap dan semakin rendah umur maka semakin rendah
skor sikap. Hal ini berarti terdapat hubungan antara umur dengan sikap maka ibu
rumah tangga yang berumur muda, akan memberikan sikap yang negatif terhadap
iklan produk detergen di televisi. Sedangkan ibu rumah tangga yang sudah
berumur tua, akan memberikan sikap yang positif terhadap iklan produk detergen
di televisi.
5.2.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap
Iklan Detergen di Televisi
Tingkat Pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/D1/D3, Perguruan
Tinggi. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan detergen
di televisi dianalisis dengan uji Spearman.
Tabel 31.
Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap
terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap
Koefisien Korelasi
- 0.240
Probabilitas ( P value)
0.194
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Berdasarkan Tabel 31 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa tidak
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan produk
detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.194
ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu sebesar 10% (0.1).
Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang
berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin rendah skor sikap dan semakin rendah tingkat
pendidikan maka semakin tinggi skor sikap. Namun, uji statistik menunjukkan
tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap. Hal ini menunjukkan
bahwa semua ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi atau rendah
memiliki sikap yang sama terhadap iklan detergen di televisi.
5.2.1.3 Hubungan antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan
Detergen di Televisi
Dari Tabel 32 dapat dilihat bahwa dari 14 responden yang bekerja, 9
responden memiliki sikap positif terhadap iklan produk detergen di televisi dan 5
responden memiliki sikap negatif terhadap iklan produk detergen di televisi.
Sedangkan untuk responden penelitian yang tidak bekerja, dari 17 responden, 14
responden memiliki sikap yang positif terhadap iklan produk detergen di televisi
dan 3 orang yang memiliki sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen di
televisi.
Tabel 32.
Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Sikap terhadap Iklan
Detergen di Televisi
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Total
Sikap
Negatif
5
3
8
Total
Positif
9
14
23
14
17
31
P value = 0.232; α = 0.10; db = 1; Keputusan = Tidak Ada Hubungan
Berdasarkan hasil uji Fisher pada taraf nyata α = 0.10 memperlihatkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi yang dapat dilihat dari angka probabilitas sebesar
0.232 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10.
Hal ini menunjukkan ibu rumah tangga yang bekerja maupun tidak bekerja
memiliki sikap yang sama terhadap iklan detergen di televisi, baik dari segi
kognisi, afeksi maupun konasinya. Hal ini diduga karena kuantitas menonton
iklan detergen di televisi tidak berbeda jauh antara ibu rumah tangga bekerja dan
tidak bekerja sehingga sikapnya terhadap iklan detergen pun sama.
5.2.1.4 Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan
Detergen di Televisi
Hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan detergen di
televisi dianalisis menggunakan uji Pearson karena uang belanja merupakan data
rasio dan sikap merupakan data interval.
Tabel 33.
Hasil Uji Pearson antara Uang Belanja dengan Sikap terhadap Iklan
Produk Detergen di Televisi
Hubungan antara Uang Belanja dengan Sikap
Koefisien Korelasi
-0.139
Probabilitas ( P value)
0.457
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Berdasarkan Tabel 33 di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan
antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal
ini dapat dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.457 ternyata lebih besar
dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak ada hubungan
antara kedua variabel tersebut. Hal ini terjadi karena ibu rumah tangga dengan
uang
belanja
tinggi
dan
rendah
memiliki
pengetahuan,
perasaan
dan
kecenderungan perilaku yang sama terhadap iklan produk detergen di televisi.
Angka koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang
berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi uang
belanja maka semakin rendah skor sikap dan semakin rendah uang belanja maka
semakin tinggi skor sikap. Hal ini berarti ketika terdapat hubungan antara uang
belanja dengan sikap maka ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja tinggi,
akan memberikan sikap yang negatif terhadap iklan produk detergen di televisi.
Sedangkan ibu rumah tangga yang memiliki uang belanja rendah, akan
memberikan sikap yang positif terhadap iklan produk detergen di televisi. Namun,
uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara uang belanja dan sikap.
5.2.1.5 Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan
Detergen di Televisi
Hubungan antara teman dekat dengan sikap terhadap iklan detergen di
televisi dianalisis menggunakan uji Pearson karena teman dekat merupakan data
rasio dan sikap merupakan data interval.
Pada Tabel 34 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara teman
dekat dengan sikap terhadap iklan detergen di televisi. Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitasnya yang sebesar 0.934 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata
yang ditentukan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut. Angka koefisien yang negatif menunjukkan adanya arah yang
berlawanan antar kedua variabel. Dengan kata lain semakin banyak teman, maka
sikap terhadap iklan produk detergen semakin negatif dan semakin sedikit teman
maka sikap terhadap iklan produk detergen akan semakin positif.
Tabel 34.
Hasil Uji Pearson antara Teman Dekat dengan Sikap terhadap Iklan
Produk Detergen di Televisi
Hubungan antara Teman Dekat dengan Sikap
Koefisien Korelasi
-0.016
Probabilitas ( P value)
0.934
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Namun, uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara teman
dekat dengan sikap. Sikap ibu rumah tangga terhadap iklan produk detergen di
televisi lebih dipengaruhi oleh bentuk kemasan iklan, tokoh dan pesan yang
mudah dipahami.
5.2.2
Hubungan antara Karakteristik Ibu Rumah Tangga dengan
Perilaku Menggunakan Produk Detergen
5.2.2.1 Hubungan antara Umur dengan Perilaku Menggunakan Produk
Detergen
Hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen
dapat dianalisis dengan uji Pearson, karena umur merupakan data rasio sedangkan
perilaku merupakan data interval.
Tabel 35. Hasil Uji Pearson antara Umur dengan Perilaku Menggunakan Produk
Hubungan antara Umur dengan Perilaku
Koefisien Korelasi
0.226
Probabilitas ( P value)
0.222
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Pada Tabel 35 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara umur
dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitasnya yang sebesar 0.222 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata yang
ditetapkan yaitu α = 0.10 yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan yang
searah antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen dengan kata
lain semakin tinggi umur maka semakin tinggi skor perilaku dan semakin rendah
umur maka semakin rendah skor perilaku.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tinggi atau rendahnya umur tidak
mempengaruhi perilaku dalam menggunakan produk detergen. Diduga setiap
kalangan umur pasti menggunakan produk detergen untuk mencuci pakaian.
5.2.2.2 Hubungan antara Tingkat
Menggunakan Produk Detergen
Pendidikan
dengan
Perilaku
Tingkat Pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/D1/D3, Perguruan
Tinggi. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan
produk dianalisis dengan uji Spearman.
Tabel 36.
Hasil Uji Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku
Menggunakan Produk Detergen
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku
Koefisien Korelasi
- 0.422
Probabilitas ( P value)
0.018
Keputusan
Ada Hubungan
Berdasarkan Tabel 36 dapat diperoleh gambaran bahwa terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini
dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.018 lebih kecil dari taraf nyata yang
ditetapkan yaitu sebesar 10% (α = 0.1). Hal ini menujukkan bahwa terdapat
perbedaan dalam hal pengenalan kebutuhan produk detergen, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian produk detergen, dan pascapembelian antara ibu
rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi dan rendah. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi ketika
pascapembelian cenderung tidak pernah menceritakan pengalaman mereka kepada
orang lain ketika menggunakan produk detergen sedangkan ibu rumah tangga
dengan tingkat pendidikan rendah menceritakan pengalaman mereka ketika
menggunakan produk detergen dengan orang lain dengan tujuan untuk
membandingkan produk mana yang menghasilkan cucian lebih bersih. Angka
koefisien korelasi yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang
berlawanan antara kedua variabel atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin rendah skor perilaku dan semakin rendah tingkat
pendidikan maka semakin tinggi skor perilaku.
5.2.2.3 Hubungan antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen
Dari Tabel 37 dapat dilihat bahwa dari 14 responden yang bekerja, 11
responden memiliki perilaku yang tinggi dalam menggunakan produk detergen
dan 3 responden memiliki perilaku yang rendah dalam menggunakan produk
detergen. Sedangkan untuk responden penelitian yang tidak bekerja, dari 17
responden, 16 responden memiliki perilaku yang tinggi dalam menggunakan
produk detergen dan 1 responden memiliki perilaku yang rendah dalam
menggunakan produk detergen
Tabel 37.
Tabulasi Silang antara Pekerjaan dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Total
Perilaku
Rendah
3
1
4
Total
Tinggi
11
16
27
14
17
31
P value = 0.228; α = 0.10; db = 1; Keputusan = Tidak Ada Hubungan
Berdasarkan hasil uji Fisher pada taraf nyata α = 0.10 memperlihatkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku menggunakan
produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari angka probabilitas sebesar 0.228 yang
ternyata lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja mempunyai
perilaku menggunakan produk detergen yang sama. Berdasarkan hasil wawancara
mendalam, ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja sama-sama
melakukan pencarian informasi sebelum me nggunakan produk detergen dan
mereka mengevaluasi produk detergen yang sesuai dengan keinginan mereka.
5.2.2.4 Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen
Hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk
detergen dianalisis menggunakan uji Pearson karena uang belanja merupakan data
rasio dan sikap merupakan data interval.
Tabel 38.
Hasil Uji Pearson antara Uang
Menggunakan Produk Detergen
Belanja
dengan
Perilaku
Hubungan antara Uang Belanja dengan Perilaku
Koefisien Korelasi
-0.066
Probabilitas ( P value)
0.723
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Berdasarkan Tabel 38 di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan
antara uang belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat
dilihat dari nilai probabilitasnya yang sebesar 0.723 yang lebih besar dari taraf
nyata yang ditetapkan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara
kedua variabel tersebut. Hal ini diduga karena uang belanja ibu rumah tangga di
kompleks perumahan relatif sama sehingga perilaku menggunakan produk
detergen pun sama. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ibu rumah tangga di
kompleks perumahan ketika memilih suatu produk lebih mementingkan kualitas
dan tidak mempermasalahkan harga produk detergen. Angka koefisien korelasi
yang bertanda negatif menunjukkan adanya arah yang berlawanan antara kedua
variabel atau dengan kata lain semakin tinggi uang belanja maka semakin rendah
skor perilaku dan semakin rendah uang belanja maka semakin tinggi skor
perilaku.
5.2.2.5 Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku Menggunakan
Produk Detergen
Hubungan antara teman dekat dengan perilaku menggunakan produk
detergen dianalisis menggunakan uji Pearson karena teman dekat merupakan data
rasio dan perilaku merupakan data interval.
Pada Tabel 39 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan antara teman
dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitasnya yang sebesar 0.149 yang ternyata lebih besar dari taraf nyata
yang ditentukan yaitu α = 0.10, yang berarti tidak terdapat hubungan antara kedua
variabel tersebut. Angka koefisien yang negatif menunjukkan adanya arah yang
berlawanan antar kedua variabel, semakin banyak teman dekat semakin rendah
perilaku dan semakin sedikit teman dekat semakin tinggi perilaku.
Tabel 39.
Hasil Uji Pearson antara Teman
Menggunakan Produk detergen
Dekat
dengan
Perilaku
Hubungan antara Teman Dekat dengan Perilaku
Koefisien Korelasi
-0.266
Probabilitas ( P value)
0.149
Keputusan
Tidak Ada Hubungan
Jabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak atau sedikitnya
teman tidak mempengaruhi perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan
produk detergen. Perilaku ibu rumah tangga dalam menggunakan produk detergen
khususnya ketika pembelian lebih dipengaruhi oleh harga, daya bersih, dan
banyaknya hadiah yang ditawarkan oleh produk detergen tersebut.
5.2.3 Hubungan antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di Televisi
dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen
Hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan
perilaku menggunakan produk detergen dianalisis menggunakan uji Pearson,
karena sikap dan perilaku merupakan data interval.
Tabel 40.
Hasil Uji Pearson antara Sikap terhadap Iklan Produk Detergen di
Televisi dengan Perilaku Menggunakan Produk Detergen
Hubungan antara Sikap dan Perilaku
Koefisien Korelasi
0.415
Probabilitas ( P value)
0.020
Keputusan
Ada Hubungan
Pada Tabel 40 dapat dilihat terdapat hubungan sikap terhadap iklan produk
detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini
dikarenakan nilai probabilitasnya sebesar 0.020 ternyata lebih kecil dari taraf
nyata yang telah ditentukan yaitu α = 0.10 yang berarti terdapat hubungan antara
kedua variabel. Angka koefisien yang positif menunjukkan adanya hubungan
yang searah antar kedua variabel. Dengan kata lain, semakin positif sikap terhadap
iklan produk detergen di televisi maka semakin tinggi perilaku dalam
menggunakan produk detergen dan semakin negatif sikap terhadap iklan produk
detergen di televisi maka semakin rendah perilaku dalam menggunakan produk
detergen.
5.3
Perbandingan antara Komunitas Masyarakat Non Kompleks
Perumahan dan Komunitas Masyarakat Kompleks Perumahan
Pada Tabel 41 dapat dilihat bahwa hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pada komunitas non kompleks perumahan hanya terdapat dua hubungan
antara variabel yang berhubungan yaitu variabel tingkat pendidikan dengan sikap
terhadap iklan produk detergen di televisi dan variabel uang belanja dengan
perilaku menggunakan produk detergen. Sedangkan untuk kompleks perumahan
Bumi Malaka Asri terdapat tiga hubungan antara variabel yang berhubungan
yaitu variabel umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi,
variabel tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen dan
sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan
produk detergen.
Untuk variabel umur dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi,
pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara umur
dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan pada
komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara umur dengan sikap
terhadap iklan produk detergen di televisi. Hal ini dikarenakan pada komunitas
kompleks perumahan, umur ibu rumah tangga berada pada rentang 31 tahun
sampai 78 tahun dan sebagian besar ibu rumah tangga berumur 35 tahun. Rentang
umur yang terlalu jauh tersebut menyebabkan perbedaan sikap ibu rumah tangga
terhadap iklan produk detergen di televisi. Sedangkan pada komunitas non
kompleks perumahan, umur ibu rumah tangga berada pada 28 tahun sampai 68
tahun dan sebaran umur cenderung merata sehingga sikap umur ibu rumah tangga
terhadap iklan produk detergen pun sama.
Variabel tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di
televisi, pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan
pada komunitas kompleks perumahan Bumi Malaka Asri tidak terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi. Ibu
rumah tangga di non kompleks perumahan sebagian besar (54.5%) merupakan
tamatan SLTA dan selebihnya merupakan tamatan perguruan tinggi (15.2%),
tamatan Akademi/D1/D3 (12.1%), tamatan SLTP (12.1%) dan tamatan SD
(6.1%). Perbedaan tingkat pendidikan tersebut menyebabkan sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi pun berbeda. Ibu rumah tangga yang tingkat
pendidikannya tinggi memiliki sikap yang negatif terhadap iklan detergen atau
dengan kata lain mereka tidak terpengaruh dengan iklan-iklan yang ada di televisi
karena mereka menyadari bahwa pesan yang disampaikan terlalu berlebihan.
Sedangkan ibu rumah tangga yang tingkat pendidikannya rendah memberikan
sikap positif terhadap tayangan iklan produk detergen. Ibu rumah tangga yang
tinggal di kompleks perumahan Bumi Malaka Asri sebagian besar merupakan
tamatan
Perguruan
Tinggi
(51.6%),
tamatan
SLTA
(25.8%),
tamatan
Akademi/D1/D3 (19.4%) dan yang terendah merupakan tamatan SLTP (3.2%).
Tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang tidak berbeda jauh menyebabkan sikap
terhadap iklan detergen di televisi pun sama atau dengan kata lain tingkat
pendidikan tinggi maupun rendah tidak mempengaruhi sikap ibu rumah terhadap
iklan detergen.
Tidak terdapat hubungan antara variabel pekerjaan dan sikap terhadap
iklan produk detergen di televisi, baik di non kompleks perumahan maupun
kompleks perumahan.Jumlah ibu rumah tangga yang tidak bekerja lebih banyak
untuk kedua lokasi penelitian. Frekuensi menonton televisi untuk ibu rumah
tangga yang bekerja dan tidak bekerja tidak berbeda jauh sehingga sikap terhadap
iklan produk detergen di televisi pun sama.
Variabel uang belanja dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi,
baik di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan tidak terdapat
hubungan antara uang belanja dengan sikap terhadap iklan produk detergen.
Sehingga tidak terdapat perbedaan antara uang belanja tinggi maupun rendah,
sikap yang dihasilkan pun sama terhadap iklan produk detergen.
Tidak terdapat hubungan antara variabel teman dekat dengan sikap
terhadap iklan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun
kompleks perumahan. Hal ini dikarenakan ketika ibu rumah tangga saling
berinteraksi, mereka jarang sekali membicarakan tentang iklan produk detergen.
Untuk variabel umur dengan perilaku menggunakan produk detergen, baik
di non kompleks perumahan maupun kompleks perumahan tidak terdapat
hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk detergen. Hal ini
dikarenakan semua kalangan umur ibu rumah tangga selalu menggunakan produk
detergen untuk mencuci pakaian.
Untuk variabel tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk
detergen, pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen,
sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen. Pada komunitas
kompleks perumahan,
perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan
perilaku dalam menggunakan produk detergen.
Tidak terdapat hubungan antara variabel pekerjaan dengan perilaku dalam
menggunakan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun
kompleks perumahan. Perilaku ibu rumah tangga dalam me nggunakan produk
detergen tetap sama walaupun pekerjan ibu rumah tangga berbeda.
Pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara uang
belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada
komunitas kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara uang belanja
dengan perilaku menggunakan produk detergen. Pada komunitas non kompleks
perumahan adanya hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan
produk detergen dikarenakan uang belanja memegang peranan penting dalam
pembelian produk detergen. Ibu rumah tangga di non kompleks perumahan selalu
melihat harga terlebih dahulu sebelum memutuskan pembelian produk. Sedangkan
pada komunitas kompleks perumahan tidak terdapatnya hubungan uang belanja
dengan perilaku menggunakan produk karena ibu rumah tangga di kompleks
perumahan lebih mementingkan kualitas dari produk detergen dan harga tidak
menjadi pertimbangan utama ketika memutuskan pembelian produk.
Tidak terdapat hubungan antara variabel teman dekat dengan perilaku
menggunakan produk detergen, baik di non kompleks perumahan maupun
kompleks perumahan. Hal ini dikarenakan ketika ibu rumah tangga saling
berinteraksi, mereka jarang sekali membicarakan tentang produk detergen yang
mereka gunakan di rumah.
Untuk variabel sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan
perilaku menggunakan produk detergen, pada komunitas non kompleks
perumahan tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen
di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada
komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen. Pada
komunitas kompleks perumahan, perilaku menggunakan produk detergen di
pengaruhi oleh sikap terhadap iklan. Apabila sikap terhadap iklan positif maka
perilaku menggunakan produk detergen pun tinggi. Sedangkan pada komunitas
non kompleks perumahan sikap terhadap iklan produk detergen tidak
mempengaruhi perilaku dalam menggunakan produk detergen. Hal ini sejalan
dengan banyak penelitian yang dilakukan yang membuktikan bahwa sikap tidak
meramalkan perilaku, pendapat bahwa dalam psikologi tidak perlu digunakan
konsep sikap (sebagai faktor internal atau laten), tetapi langsung saja diteliti
perilakunya (Wicker dalam Sarwono, 2002).
Tabel 41. Ikhtisar Hasil Uji Hubungan Antar Variabel antara Non Kompleks
Perumahan dan Kompleks Perumahan
Non Kompleks Perumahan
Variabel 1
Umur
Tingkat
pendidikan
Tingkat
pendidikan
Uang
Belanja
Variabel 2
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Kompleks Perumahan Bumi Malaka
Ket
Tidak Ada
Hubungan
Variabel 1
Umur
Ada
Hubungan
Tingkat
pendidikan
Tidak Ada
Hubungan
Tingkat
pendidikan
Ada
Hubungan
Uang
Belanja
Asri
Variabel 2
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Ket
Ada
Hubungan
Tidak Ada
Hubungan
Ada
Hubungan
Tidak Ada
Hubungan
Sikap
Tidak Ada
terhadap
Hubungan
iklan
detergen di
televisi
Non Kompleks Perumahan
Kompleks Perumahan Bumi Malaka
Variabel 1
Pekerjaan
Ket
Tidak Ada
Hubungan
Variabel 1
Pekerjaan
Tidak Ada
Hubungan
Uang
Belanja
Tidak Ada
Hubungan
Teman
Dekat
Tidak Ada
Hubungan
Umur
Tidak Ada
Hubungan
Teman
Dekat
Tidak Ada
Hubungan
Pekerjaan
Uang
Belanja
Teman
Dekat
Umur
Teman
Dekat
Pekerjaan
Variabel 2
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Sikap
terhadap
iklan
detergen di
televisi
Asri
Variabel 2
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Sikap terhadap
iklan detergen
di televisi
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Perilaku
Menggunakan
Detergen
Ada
Hubungan
Ket
Tidak Ada
Hubungan
Tidak Ada
Hubungan
Tidak Ada
Hubungan
Tidak Ada
Hubungan
Tidak Ada
Hubungan
Tidak Ada
Hubungan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara komunitas
non kompleks perumahan dan komunitas kompleks perumahan dalam hal
hubungan antara umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi,
hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap terhadap iklan produk detergen
di televisi, hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan
produk detergen, hubungan antara uang belanja dengan perilaku menggunakan
produk detergen dan hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen di
televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen.
Untuk variabel umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di
televisi, komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara
umur dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi sedangkan
komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara umur dengan sikap
terhadap iklan produk detergen di televisi.
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi pada komunitas non kompleks perumahan sedangkan
pada komunitas kompleks perumahan Bumi Malaka Asri tidak terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi.
Variabel tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk
detergen, pada komunitas non kompleks perumahan tidak terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen,
sedangkan pada komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan perilaku menggunakan produk detergen.
Pada komunitas non kompleks perumahan terdapat hubungan antara uang
belanja dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada
komunitas kompleks perumahan tidak terdapat hubungan antara uang belanja
dengan perilaku menggunakan produk detergen.
Untuk variabel sikap terhadap iklan produk detergen di televisi dengan
perilaku menggunakan produk detergen, pada komunitas non kompleks
perumahan tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan produk detergen
di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen, sedangkan pada
komunitas kompleks perumahan terdapat hubungan antara sikap terhadap iklan
produk detergen di televisi dengan perilaku menggunakan produk detergen.
Berdasarkan hasil analisis pun dapat diketahui bahwa terdapat persamaan
antara komunitas kompleks perumahan dan non kompleks perumahan yaitu tidak
terdapatnya hubungan antara pekerjaan dengan sikap terhadap iklan produk
detergen di televisi, tidak terdapatnya hubungan antara uang belanja dengan sikap
terhadap iklan produk detergen di televisi, tidak terdapatnya hubungan antara
teman dekat dengan sikap terhadap iklan produk detergen di televisi, tidak
terdapatnya hubungan antara umur dengan perilaku menggunakan produk
detergen, tidak terdapatnya hubungan antara pekerjaan dengan perilaku
menggunakan produk detergen, dan tidak terdapatnya hubungan antara teman
dekat dengan perilaku menggunakan produk detergen.
6.2 Saran
Sesuai dengan hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka ada
beberapa saran yang dapat peneliti berikan, yaitu :
1. Umur dan tingkat pendidikan mempengaruhi sikap ibu rumah tangga terhadap
iklan produk detergen di televisi, sehingga para pembuat iklan hendaknya
membuat iklan detergen sesuai dengan karakteristik ibu rumah tangga
tersebut.
2. Perusahan detergen hendaknya mampu menawarkan produk detergen dengan
harga yang relatif terjangkau karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
uang belanja berpengaruh terhadap perilaku menggunakan produk detergen.
3. Perlunya penyuluhan bagi ibu rumah tangga agar menggunakan produk
detergen sesuai takaran agar busa yang dihasilkan tidak terlalu banyak
sehingga tidak merusak lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2003.
Brannan, Tom. Integrated Marketing Communications. Penerjemah: Slamet.
Jakarta : Penerbit PPM. 2004.
Calhoun, James F dan Joan Ross Acocella. Psikologi Tentang Penyesuaian dan
Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press. 1995.
Chandradhy, Dwyono. Strategi-Strategi Pemasaran di Indonesia. Jakarta:
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1978.
Daniel, Wayne W. Statistika Nonparametrik Terapan. Jakarta: PT.Gramedia.
1989.
Engel, James F, Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard. Perilaku Konsumen.
Jakarta: Binarupa Aksara. 1994.
Jeffres, Leo W. Mass Media Effects. Illinois: Waveland Press. 1997.
Jefkins, Frank. Periklanan. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga. 1994.
Kasali, Rhenald. Manajemen Periklanan (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia).
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1995.
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Teelevisi. Jakarta
: Rineka Cipta. 1996.
Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti. 1992.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Suatu pengantar. Edisi kedua. Jakarta:
Erlangga. 1987.
Nurudin. Komunikasi Massa. Cespur, Malang. 2003.
Peter, J Paul dan Olson, Jerry C. Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran. Jakarta: Erlangga. 1999.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2004.
Rosengren, Karl Erik. “Uses and Gratification : a Paradigm Outlined” dalam
Blumler, Jay G and Katz, Elihu ed. The Uses of Mass Communication :
Current Perspective On Gratification Research Bavely Hill. London. 1974.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial; Individu dan Teori-teori Psikologi
Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. 2002.
Schramm,Wilbur dan D.Lawrence Kincaid. Azaz-Azaz Komunikasi antar
Manusia. Penerjemah: Agus Setiadi. Jakarta: LP3ES dan East West
Communication Institute. 1978.
Sears, David O, Jonathan dan Anna. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. 2004.
Shimp, Terence A. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu.
Jakarta: Erlangga. 2003.
Siegel, Sidney. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
PT.Gramedia. 1997.
Sumartono. Terperangkap dalam Iklan. Bandung: Alfabeta. 2002.
Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2002.
Susanto, Astrid S. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Jilid ke 3. Bandung:
Binacipta. 1989.
Team Leknas / LIPI. TVRI Iklan Televisi. Jakarta: Direktorat Televisi. 1980.
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Sikap
(Non Kompleks Perumahan)
Correlations
umur
umur
sikap_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
.
33
-.079
.660
33
sikap_tot
-.079
.660
33
1
.
33
Lampiran 2
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan
dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)
Correlations
Spearman's rho
tk_pendidikan
sikap_tot
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
tk_pendidikan sikap_tot
1.000
-.452**
.
.008
33
33
-.452**
1.000
.008
.
33
33
Lampiran 3
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan
Sikap (Non Kompleks Perumahan)
Case Processing Summary
pekerjaan * sikap
Cases
Missing
N
Percent
0
.0%
Valid
N
Percent
33
100.0%
N
Total
Percent
33
100.0%
pekerjaan * sikap Crosstabulation
Count
sikap
negatif
pekerjaan
Bekerja
tdk bekerja
0
1
1
Total
positif
12
20
32
Total
12
21
33
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
.589b
.000
.922
.571
df
1
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.443
1.000
.337
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
1.000
.636
.450
33
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .
36.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.132
33
Approx. Sig.
.443
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Lampiran 4
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja
dengan Sikap (Non Kompleks Perumahan)
Correlations
uang_belanja
sikap_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
uang_belanja
1
.
33
.144
.424
33
sikap_tot
.144
.424
33
1
.
33
Lampiran 5
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan
Sikap (Non Kompleks Perumahan)
Correlations
jmlh_teman_dekat
sikap_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
jmlh_teman_
dekat
1
.
33
.119
.508
33
sikap_tot
.119
.508
33
1
.
33
Lampiran 6
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan
Perilaku (Non Kompleks Perumahan)
Correlations
umur
umur
perilaku_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
.
33
.207
.248
33
perilaku_tot
.207
.248
33
1
.
33
Lampiran 7
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan
dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan)
Correlations
Spearman's rho
tk_pendidikan
perilaku_tot
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
tk_pendidikan
1.000
.
33
-.156
.386
33
perilaku_tot
-.156
.386
33
1.000
.
33
Lampiran 8
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan
Perilaku (Non Kompleks Perumahan)
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
0
.0%
Valid
N
Percent
33
100.0%
pekerjaan * perilaku
Total
N
Percent
33
100.0%
pekerjaan * perilaku Crosstabulation
Count
pekerjaan
Bekerja
tdk bekerja
Total
perilaku
rendah
tinggi
1
11
0
21
1
32
Total
12
21
33
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
1.805b
.083
2.078
1.750
df
1
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.179
.773
.149
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.364
.364
.186
33
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .
36.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.228
33
Approx. Sig.
.179
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Lampiran 9
Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja
dengan Perilaku (Non Kompleks Perumahan)
Correlations
uang_belanja
perilaku_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
uang_belanja
1
.
33
.362*
.039
33
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
perilaku_tot
.362*
.039
33
1
.
33
Lampiran 10 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan
Perilaku (Non Kompleks Perumahan)
Correlations
jmlh_teman_dekat
perilaku_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
jmlh_teman_
dekat
1
.
33
.279
.116
33
perilaku_tot
.279
.116
33
1
.
33
Lampiran 11 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Sikap dengan
Perilaku (Non Kompleks Perumahan)
Correlations
sikap_tot
perilaku_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
sikap_tot
1
.
33
.250
.161
33
perilaku_tot
.250
.161
33
1
.
33
Lampiran 12 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan Sikap
(Kompleks Perumahan)
Correlations
umur
umur
sikap_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
.
31
.402*
.025
31
sikap_tot
.402*
.025
31
1
.
31
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 13 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan
dengan Sikap (Kompleks Perumahan)
Correlations
Spearman's rho
tk_pendidikan
sikap_tot
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
tk_pendidikan
1.000
.
31
-.240
.194
31
sikap_tot
-.240
.194
31
1.000
.
31
Lampiran 14 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan
Sikap (Kompleks Perumahan)
Case Processing Summary
Pekerjaan * sikap
Cases
Missing
N
Percent
0
.0%
Valid
N
Percent
31
100.0%
N
Total
Percent
31
100.0%
Pekerjaan * sikap Crosstabulation
Count
sikap
negatif
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
positif
5
3
8
Total
9
14
23
Total
14
17
31
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
1.309b
.535
1.310
1.267
df
1
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.253
.464
.252
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.412
.232
.260
31
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.
61.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.201
31
Approx. Sig.
.253
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Lampiran 15 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja
dengan Sikap (Kompleks Perumahan)
Correlations
uang_belanja
sikap_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
uang_belanja
1
.
31
-.139
.457
31
sikap_tot
-.139
.457
31
1
.
31
Lampiran 16 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan
Sikap (Kompleks Perumahan)
Correlations
jumlah_teman_dekat
sikap_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
jumlah_
teman_dekat
1
.
31
-.016
.934
31
sikap_tot
-.016
.934
31
1
.
31
Lampiran 17 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Umur dengan
Perilaku (Kompleks Perumahan)
Correlations
umur
umur
perilaku_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
.
31
.226
.222
31
perilaku_tot
.226
.222
31
1
.
31
Lampiran 18 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Tingkat Pendidikan
dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)
Correlations
Spearman's rho
tk_pendidikan
perilaku_tot
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
tk_pendidikan
1.000
.
31
-.422*
.018
31
perilaku_tot
-.422*
.018
31
1.000
.
31
Lampiran 19 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Pekerjaan dengan
Perilaku (Kompleks Perumahan)
Case Processing Summary
Pekerjaan * perilaku
Cases
Missing
N
Percent
0
.0%
Valid
N
Percent
31
100.0%
N
Total
Percent
31
100.0%
Pekerjaan * perilaku Crosstabulation
Count
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Total
perilaku
rendah
tinggi
3
11
1
16
4
27
Total
14
17
31
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
1.651b
.557
1.687
1.598
df
1
1
1
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.199
.455
.194
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
.304
.228
.206
31
a. Computed only for a 2x2 table
b. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.
81.
Symmetric Measures
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value
.225
31
Approx. Sig.
.199
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Lampiran 20 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Uang Belanja
dengan Perilaku (Kompleks Perumahan)
Correlations
uang_belanja
perilaku_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
uang_belanja
1
.
31
-.066
.723
31
perilaku_tot
-.066
.723
31
1
.
31
Lampiran 21 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Teman Dekat dengan
Perilaku (Kompleks Perumahan)
Correlations
jumlah_teman_dekat
perilaku_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
jumlah_
teman_dekat
1
.
31
-.266
.149
31
perilaku_tot
-.266
.149
31
1
.
31
Lampiran 22 Hasil Output SPSS Tentang Hubungan antara Sikap dengan
Perilaku (Kompleks Perumahan)
Correlations
sikap_tot
perilaku_tot
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
sikap_tot
1
.
31
.415*
.020
31
perilaku_tot
.415*
.020
31
1
.
31
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Download