MODUL PERKULIAHAN Bahasa Indonesia BERBICARA Untuk keperluan Akademik Fakultas Program Studi Teknik Mesin Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh MK82009 SUGENG WINARNA,M.Pd Abstract Kompetensi Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengungkapkan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang ketika tampil berbicara di depan umum, yaitu (1) kesiapan diri, (2) kesiapan materi, (3) kesiapan hadirin. Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan pengertian berbicara, menganalisis situasi pendengar, dan berbicara dalam situasi formal. 1 Standarisasi Modul Latar Belakang Obama, Sang Orator Ulung Apakah yang menjadi rahasia rahasia utama sukses Barrack Obama memenangi Pemilu AS, cara ia menyampaikan kepada pemilih atau semangat perubahan yang ia dengungkan? Ternyata sejumlah pakar menyebut cara ia berpidato dan menyampaikan pesan kepada pemilih menjadi jawabannya. Kemampuan pidato Presiden AS terpilih, Barrack Obama, mampu menyihir pendukungnya. Dengan kekuatan orasinya, sejumlah pakar menyebut Obama sebagai orator paling ulung pada masanya. “Saya yakin kemampuan Obama lebih dari politisi lain, orator Amerika yang ideal,” kata Ekaterina Haskins, profesor pidato asal University Of Iowa. Menurutnya, pidato Obama bersuarakan lembut sama halnya pidato-pidato pada masa lampau. Ia senantiasa menciptakan nuansa sejarah, tujuan dan kontinuitas. “Dia tentu mempelajari para pendahulunya. Dia jelas menampilkan dirinya sebagaia sosok almarhum Abraham Lincoln dan Martin Luther King,” kata Haskins. Begitu dinyatakan sebagai pemenang, Obama menggemakan pidato dua tokoh orator ulung dalam sejarah Amerika. Yakni mantan President Abraham Lincoln pada 1863 dan kata – kata 2 mutiara yang diucapkan pejuang hak asasi manusia Martin Luther King, sehari sebelum ia tewas dibunuh, 4 April 1968 di Memphis, Tennessee BBC, Kamis (20/11), mencukil pidato Luther King dan Obama yang sama – sama memukau. Anda bisa membandingkan kekuatan pidato dua tokoh yang sama – sama berkulit hitam tersebut. Martin Luther King : Saya mungkin tidak bersama anda di sana tetapi saya ingin anda mengetahui bahwa malam ini kita sebagai rakyat akan memperoleh negeri menjanjikan. Barrack Obama : Jalan di depan akan panjang. Pendakian kita selangkah demi selangkah. Kita mungkin belum mencapainya setahun atau satu masa. Tetapi, Amerika, saya belum pernah begitu berharap dari malam ini. Saya berjanji, kita sebagai rakyat akan mendapatkannya. Philip Collins, penulis pidato mantan Perdana Menteri Tony Blair menegaskan, sukses Obama karena kepiwaiannya berpidato, “ Dia menunjukkan kekuatan brilian berpidato,” kata Collins, penulis andal dari koran Times, Inggris. Ilustrasi Nyata Awalnya, pidato Obama berisikan “perubahan”, “janji”, dan “keyakinan” membuahkan kritik karena dianggap jauh dari isi dan kebijakan. Obama mulai menyampaikan rencana kebijakan secara rinci selama kampanye. Toh pidatonya dalam Konvensi Demokrat malah dianggap kurang menarik oleh para pengamat, karena berisi terlalu banyak rencana kebijakan. Haskins memaparkan, Obama mempunyai teknik lain untuk menghindarkan diri dari sekedar retorika. Karena ia menambahkan bobot dan kedalaman dalam pidatonya dengan ilustrasi yang nyata. “Retorika selalu berkonotasi tentang penampilan daripada kenyataan. Tetapi, dia tidak bersuara salah. Dia bermain dengan abstraksi yang patriotik dan memberikan contoh yang lebih nyata.” Katanya 3 BERBICARA DI DEPAN PUBLIK Salah satu hal yang paling kita takuti baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional kita adalah ketika kita harus berbicara di depan banyak orang, baik untuk acara sosial, seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam acara reuni sekolah yang sebagian besar hadirin telah kita kenal dengan baik. Berbicara di depan publik bagi sebagian besar kita adalah sesuatu yang menegangkan dan menakutkan, seakan seluruh mata hadirin sedang menghakimi kita. Kita seakan-akan menjadi terdakwa yang sedang diadili oleh hadirin. Berbicara di depan publik, suka atau tidak merupakan keterampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita, pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pertanyaan, tanggapan atau pendapat kita tentang sesuatu hal yang kita yakini. Hal yang sederhana misalnya kita harus berbicara di depan para tamu pada acara ulang tahun anak kita atau hal yang menentukan karier kita seperti mempresentasikan proposal proyek atau tentang produk kita di hadapan sejumlah mitra bisnis atau calon pembeli. Lima Unsur berbicara di depan publik merupakan salah satu seni berkomunikasi. Kelima unsur tersebut adalah pengirim pesan, pesan yang dikirimkan, bagaimana pesan tersebut dikirimkan, penerima pesan, dan umpan balik. Selain itu kita juga telah membahas lima hukum komunikasi yang efektif yang kita rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble), yang berarti merengkuh atau meraih. Karena kita berkeyakinan bahwa komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Hukum pertama dalam berkomunikasi secara efektif, khususnya dalam berbicara di depan publik adalah sikap hormat dan sikap menghargai terhadap khalayak atau hadirin. Hal ini merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain, termasuk berbicara di depan publik. Kita harus memiliki sikap menghormati dan menghargai hadirin, kita harus ingat bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting bahkan jika kita harus mengkritik seseorang lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan orang tersebut. Hukum kedua adalah empati, yaitu kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk 4 dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan menerimanya. Oleh karena itu dalam berbicara di depan publik, kita harus terlebih dulu memahami latar belakang, golongan, lapisan sosial, tingkatan umur, pendidikan, kebutuhan, minat, harapan dan sebagainya, dari calon hadirin kita. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita, sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan atau pun umpan balik apa pun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam berbicara di depan publik, kita perlu siap untuk menerima masukan atau umpan balik dengan sikap positif. Hukum ketiga adalah audible. Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Audible dalam hal ini berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui medium atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Hukum keempat adalah clarity atau kejelasan dari pesan yang kita sampaikan. Selain bahwa pesan harus dapat diterima dengan baik, hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multiinterpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kejelasan juga sangat tergantung pada kualitas suara kita dan bahasa yang kita gunakan. Penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh hadirin, akan membuat pidato atau presentasi kita tidak dapat mencapai tujuannya. Seringkali orang menganggap remeh pentingnya kejelasan dalam berbicara di depan umum, sehingga tidak menaruh perhatian pada suara dan kata-kata yang dipilih untuk digunakan dalam presentasi atau pembicaraannya. Hukum kelima dalam komunikasi yang efektif adalah sikap humble atau rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan 5 hati juga bisa berarti tidak sombong dan menganggap diri penting ketika kita berbicara di depan publik. Justru dengan kerendahan hatilah kita dapat menangkap perhatian dan respon yang positif dari publik pendengar kita. Kelima hukum komunikasi tersebut sangat penting untuk menjadi dasar dalam melakukan pembicaraan di depan publik. Berikut adalah beberapa tips atau kiat-kiat untuk public speaking. Persiapan Hal yang paling penting dalam persiapan kita untuk berbicara di depan publik adalah membangun rasa percaya diri dan mengendalikan rasa takut dan emosi kita. Bahkan banyak pakar komunikasi yang mengatakan bahwa persiapan mental jauh lebih penting daripada persiapan materi atau bahan pembicaraan. Meskipun demikian, persiapan materi juga sangat mempengaruhi kesiapan mental kita. Kesiapan mental yang positif merupakan syarat mutlak bagi kita dalam berbicara di depan publik. Pastikan juga bahwa anda beristirahat dan tidur yang cukup menjelang waktu anda berbicara di depan publik dan majulah dengan sikap optimis dan sukses. Berikut adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam menyampaikan pesan kepada publik. Kualitas suara kita merupakan faktor kunci yang menentukan apakah hadirin memperhatikan kita maupun pesan yang kita sampaikan. Pastikan bahwa suara anda cukup keras dan jelas terdengar bahkan oleh hadirin yang duduk paling jauh dari anda sekalipun. Jika tersedia, selalu gunakan pengeras suara, meskipun anda merasa suara anda sudah cukup keras. Cobalah dengan berlatih mendengarkan suara anda sendiri. Caranya dengan menutup mata, berbicaralah, kemudian perhatikan kualitas, kekuatan dan kejelasan suara anda. Suara kita merupakan aset kita yang paling berharga dalam berkomunikasi secara lisan. Oleh karena itu memelihara kualitas suara dan berlatih secara kontinu merupakan keharusan jika kita ingin menjadi pembicara publik yang sukses. Bahasa dan kata-kata yang kita gunakan merupakan faktor kunci lain yang menentukan kemampuan komunikasi kita. Bahasa yang baik dan tepat dapat membantu memperjelas dan meningkatkan kualitas presentasi atau pembicaraan kita. Oleh karena itu perlu sekali bagi kita untuk memperhatikan kata-kata dan bahasa yang kita pilih. Pikirkanlah kata-kata yang akan anda gunakan, karena kemampuan berbahasa yang buruk akan tercermin pada kualitas 6 penyampaian pesan kita. Hindari menggunakan kata-kata yang tidak perlu, seperti: apa itu ….. apa namanya…ehm….you know…. dll. Jangan mengucapkan kata-kata: maaf…..Jika anda salah mengucap, cukup anda ulangi sekali lagi kalimat tersebut dengan benar. Penampilan adalah kesan pertama jadi kita harus pastikan bahwa pada saat kita maju atau berdiri untuk berbicara, hadirin atau audiens kita memperoleh kesan yang baik terhadap kita. Pastikan bahwa penampilan kita membawa pesan yang positif, dan kita kelihatan lebih baik dan merasa lebih baik. Gunakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, dan sesuai dengan jenis pakaian yang digunakan oleh hadirin lainnya. Kita juga harus memperhatikan komunikasi nonverbal yaitu kontak mata, ekspresi wajah, penampilan fisik, nada suara, gerakan tubuh, pakaian dan aksesoris yang kita gunakan semuanya memberikan efek atau pengaruh yang cukup besar terhadap penyampaian pesan kita. Hadirin akan kebingungan ketika bahasa tubuh kita, misalnya, berbeda dengan bahasa verbal yang kita ucapkan. Biarkan tubuh kita berkomunikasi juga dengan audiens kita. Bahasa tubuh kita sebagai pembicara atau pengirim pesan dan bahasa tubuh pendengar atau audiens kita dapat membantu atau menghalangi proses komunikasi. Jika hadirin duduk dengan sikap seperti mau tidur atau menunjukkan wajah bosan, berarti kita harus mengubah suasana atau cara kita menyampaikan pesan. Persiapan Mental Dalam membangun kesiapan mental kita dalam berbicara di depan publik, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengurangi ketegangan fisik dengan cara melakukan senam ringan. Ini dikarenakan kita tidak dapat menurunkan ketegangan mental sebelum kita mengendorkan otot-otot tubuh kita yang tegang. Berikut adalah beberapa prinsip dalam mempersiapkan mental kita sebelum berbicara di depan publik: 1) Berbicara di depan publik bukanlah hal yang sangat menegangkan. 2) Kita tidak perlu menjadi orang yang sempurna, cerdas ataupun brilian untuk berbicara di depan publik. 3) Siapkan 2-3 poin pembicaraan atau pertanyaan. 4) Kita harus memiliki tujuan atau sasaran yang jelas dan terarah. 5) Kita tidak perlu menganggap diri kita adalah seorang pembicara publik. 6) Kita tidak perlu harus dapat sepenuhya menguasai hadirin. 7 7) Kita harus ingat bahwa sebagian besar hadirin menginginkan kita berhasil dalam presentasi atau penyampaian pesan kita. Persiapan Materi Dalam mempersiapkan berbicara di depan umum, selain persiapan mental, persiapan materi juga harus dilakukan dengan baik dan benar. Karena kesiapan materi atau pesan yang akan kita sampaikan akan sangat mempengaruhi kesiapan kita secara mental. Hal yang paling penting adalah kesiapan pendengar atau audiens untuk menerima pesan kita. Biasanya kita harus menyampaikan pokok-pokok pemikiran atau ringkasan dari apa yang mau kita sampaikan sehingga audiens juga memiliki kesiapan mental untuk menerima pesan tersebut. Paling tidak agenda atau outline bahan pembicaraan kita sudah jauh-jauh hari kita sampaikan terlebih dulu. Hal yang pertama dalam mempersiapkan materi adalah mencari informasi sebanyakbanyaknya mengenai materi yang akan kita sampaikan baik dari buku-buku referensi, tulisan atau publikasi lainnya. Kita juga perlu memperoleh informasi tentang audiens kita, baik tingkatan umur, maupun pendidikan, pengalaman, bidang keahlian, minat dan sebagainya. Sehingga kita bisa empati dan berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh audiens kita. Berikut adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam mengembangkan topik atau materi: 1) Perkayalah topik dan bacaan yang telah kita lakukan dengan hal yang uptodate dan riil terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman kita, maupun pengalaman orang lain adalah bahan yang menarik untuk kita angkat. 2) Hilangkan bagian-bagian yang dirasakan membuat kita tidak fokus, menimbulkan keraguraguan atau melebihi jadwal waktu yang tersedia untuk kita. Kemudian kita tetapkan terlebih dulu apa tujuan atau sasaran kita. Apa yang menjadi tujuan seminar, rapat, kuliah atau pertemuan ini, apa yang menjadi harapan panitia, kita sebagai pembicara dan seluruh hadirin yang ada, penetapan tujuan ini sangat berkaitan dengan informasi yang kita dapatkan mengenai pendengar atau hadirin kita, apa yang menjadi tujuan dan harapan mereka, dapatkan umpan balik dari teman-teman anda atau mereka yang ahli dalam bidang yang akan kita presentasikan. Setelah itu kemudian barulah kita susun peta pemikiran dari topik yang dipilih. Teknik ini merupakan cara untuk meringkas suatu tema atau pokok pikiran yang ada dalam buku. 8 Pertama, kita awali dengan menuliskan tema pokok di tengah-tengah halaman kertas kosong. Kemudian seperti pohon dengan cabang dan ranting kita kembangkan tema pokok menjadi sub-tema di sekelilingnya dengan dihubungkan memakai garis seperti jari-jari roda. Setelah itu buatlah agenda, outline atau catatan kecil tentang urutan pembicaraan yang akan kita sampaikan. Sisipkan anekdot, kuis, cerita ilustrasi, games, dan latihan-latihan untuk menjaga agar audiens tidak bosan dan mengantuk. Persiapan tersebut termasuk menyusun makalah, powerpoint presentation, transparent sheets, handouts, video presentation, dan sebagainya sebagai materi utama presentasi anda. Ingat pada saat presentasi jangan membacakan makalah atau terpaku pada bahan utama anda. Berbicaralah seakan anda sedang berbicara dengan satu-dua orang saja. Gunakan kontak mata dan fokuskan perhatian pada mereka yang memperhatikan presentasi anda. Tetapi sebisa mungkin anda memproyeksikan pembicaraan anda ke seluruh ruangan dan seluruh hadirin. Alat Bantu Visual Untuk meningkatkan kualitas penyampaian pesan kita harus menguasai kegunaan dan penggunaan alat bantu visual seperti misalnya slide, overhead projector, LCD (infocus) projector yang langsung dihubungkan dengan komputer atau notebook anda. Sebagian besar orang lebih mudah menangkap informasi yang berupa gambaran visual daripada mendengarkan. Apalagi jika kita menggunakan data-data numerikal, akan lebih menarik jika disajikan dalam bentuk grafik, tabel atau bagan warna-warni. Anda bisa menggunakan software tertentu misalnya powerpoint, untuk menggabungkan pointers anda dengan suara, foto, clip art, animasi, dan video dalam satu file presentasi. Kemampuan menggunakan alat bantu visual ini akan memberikan kesan pertama kepada audience bahwa kita siap melakukan presentasi. Tetapi sekali lagi jangan terfokus pada alat bantu tersebut. Apalagi jika terjadi kesalahan atau gangguan teknis, Anda harus selalu siap dengan cara presentasi yang langsung tanpa alat bantu. Atau sebaiknya ada teknisi yang siap untuk mengatasi gangguan teknis tersebut. Jangan sampai gara-gara alat bantu visual, anda kehilangan momentum untuk menyampaikan topik atau materi presentasi anda. Jadi dalam penyampaian pesan kepada publik baik berupa pertanyaan, pidato, kuliah, seminar, sepatah kata, yang paling penting bagi kita adalah bahwa pesan kita dapat tersampaikan kepada penerima pesan dengan baik dan jelas. Berbicara di depan publik bukan ujian atau pun pengadilan untuk mengadili penampilan, kecerdasan, kecantikan atau pun keluasan pengetahuan kita. 9 ETIKA DALAM BERPIDATO 1. Etika berpidato depan umum meliputi: (a) Mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, rapi, bersih dan sopan; (b) Tampil dengan bersahaja, sopan dan rendah hati: (c) Menyisipkan beberapa humor segar dalam pidato: (d) Gunakan kata-kata yang sopan, halus dan sederhana, (e) Sebagai kata penutup jangan lupa mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan lain-lain. 2. Etika Berpidato di depan pejabat : (a) Menghilangkan rasa rendah diri; (b) Jangan tampil seolah-olang menggurui, sikap lebih tahu dan lain-lain; (c) Jangan terlalu memberikan penghormatan yang berlebihan pada audience. 3. Berpidato di depan Pemuka Agama; (a) Jangan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung umat beragama; (b) Jangan ada nada merendahkan atau memuji agama tertentu; (c) Perbanyak istilah-istilah keagamaan. 4. Etika Berpidato di depan para wanita. Bila pembicara seorang laki-laki, hati-hati jangan sampai menyinggung harkat dan martabat wanita; menggunakan istilah-istilah yang tepat seperti ibu-ibu atausaudari sekalian; hindari kata-kata kasar, kurang senonoh dan kurang sopan. 5. Etika berpidato di depan Pemuda/Mahasiswa. Pidato harus mengutamakan penalaran yang berkaitan dengan dunia anak-anak muda; Jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menentang; Jangan mengkritrik dan menyalahkan anak-anak muda. 6. Etika Berpidato di depan masyarakat Desa. Jangan berbohong; Gunakan kata-kata yang sopan dan sederhana, kapan perlu sisipkan beberapa istilah dalam bahasa setempat. Yang perlu mendapat perhatian adalah : (a) Posisi Berbicara. Seorang pembicara harus sedapat mungkin dilihat oleg semua audience. Kalau boleh tidak duduk, usahakan untuk berdiri, agar semua audience dapat menatap wajah dan penampilan pembicara; (b) Mengatur Suara Dalam Berpidato. Usahakan mengeluarkan suara dengan jelas, tegas, dan nyaring dan sesuaikan dengan ruang pertemuan, apakah ruang kecil atau ruang aula yang luas dan besar; (c) Volume, Intonasi dan Pelafalan. Pada saat berpidato, usaha mengatur Volume suara, intonasi, dan pelafalan; (d) Sisipkan humor yang sopan, segar dan relevan; (e) Gerak Tubuh, seperti tangan, telapak tangan, jari, kepala, raut muka, dan lain-lain juga mendukung daya tarik dalam berpidato, namun jangan terlalu berlebihan, dan harus sesuai dengan apa yang dibicarakan; (f) 10 Penggunaan Mikropon. Bila ada mikropon, gunakanlah dengan sebaik-baiknya, dan jangan menempel dimulut, namun agak jauh dari mulut pada saat berbicara agar suaranya bagus; dan (g) Bila ada slide (berupa OHP dab LCD), alat peraga, papan tulis, sangat efektif untuk menunjang kegiatan saat berpidato. Pada saat kita membaca sebuah buku atau mendengar ceramah tentang teknik berpidato, tampaknya sangat sederhana. Akan tetapi pada saat kita akan mempraktikkannya, kita akan menemui berbagai kendala. Diantaranya kurang menguasai materi, kurang menguasai massa, tidak terbiasa berdiri di depan orang banyak, bagaimana mengatur sistematika pembicaraan, mengatur suara, dan lain-lain. Semua syarat ini akan membuat suasana menjadi rumit. Yang paling penting kita belajar dari suasana yang sederhana dan kecil. Setiap ada orang berpidato, baik sebagai baik sebagai pemakalahan, maupun menyampaikan kata sambutan sebaiknya kita perhatikan dan mencoba menilai kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya kita ambil sebagai contoh, sedangkan kelemahannya kita abaikan. Kualitas Berbicara Menentukan Pengaruh Kepemimpinan Arnold P. Toynbee, dalam bukunya The History of Mankind, memaparkan hasil penelitiannya terhadap 26 peradaban, termasuk masyarakat yang selalu tertindas, salah satu hasil kajiannya, dikatakan akan selalu saja ada sekelompok (kecil) pemimpin bangsa itu yang membimbing bangsanya dalam merespon tantangan yang ada dan mengatasinya. Arnold P. Toynbee menyebutnya The Creative Minorities, menurut hemat saya salah satu The Creative Minorities di Indonesia adalah mahasiswa, yang juga sering dikatakan sebagai elit intelektual dan peran staretegisnya tak terbantahkan dalam dinamika sejarah bangsa. Banyak orang keliru menganalisis seolah-olah kemajuan dunia Barat hanya bertopang pada matematika, fisika atau kimia. Namun, sesungguhnya kemampuan luar biasa dunia Barat berpijak pada kultur berabad-abad pendidikan bahasa. Yang berakar pada filsafat Yunani yang bertumpu pada retorika. Pengertian retorika biasanya kita anggap negatif, seolah-olah retorika hanya seni propaganda saja, dengan kata-kata yang bagus bunyinya tetapi disangsikan kebenaran isinya. Padahal arti asli dari retorika jauh lebih mendalam, yakni pemekaran bakatbakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran. Kevin Hogan yang telah melakukan penelitian kepada banyak orang yang memiliki 11 kemampuan komunikasi yang tinggi sehingga berhasil dalam kehidupannya, mengatakan bahwa komunikasi memiliki cakupan makna yang lebih luas daripada sekedar apa yang anda ucapkan. Komunikasi adalah bagaimana anda “mengatakannya”. Komunikasi adalah tentang mendengarkan, berbicara, dan bertindak untuk untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran anda kepada orang lain. Orang yang hebat adalah pendengar yang baik. Misalnya, Bill Clinton yang dipercaya banyak orang memiliki niat yang baik bagi Amerika, karena ia mau mendengar masukan banyak pihak setiap hari, tentang bagaimana agar Amerika menjadi lebih baik, meski dalam kehidupan pribadinya tak luput dari skandal dengan banyak wanita, namun banyak pihak yang tidak meragukan niat baiknya terhadap Amerika sehingga mampu bertahan dari impeachment . Lebih lanjut Kevin Hogan mengutip pandangan Zig Ziglar, salah satu motivasional hebat di dunia, mengatakan “Orang tidak peduli berapa banyak yang anda ketahui, sampai mereka tahu seberapa Anda peduli “. Artinya orang pada umumnya tidak hanya ingin sekedar mendengarkan konsep-konsep dari para ahli pada bidang tertentu. Orang akan antusias mendengarkan anda ketika mereka tahu betapa Anda peduli pada mereka. Menurut survey terhadap 500 orang manajer, mengenai pemimpin macam apa yang mereka dambakah, ternyata jawaban yang muncul adalah: “Pemimpin yang menginspirasi.” Dari survei terpotret juga bahwa saat ini hanya 11 persen pemimpin yang dinilai mampu menginspirasi. Padahal, kita sangat sadar kenyataan bahwa perusahaan akan lebih mudah meraih sukses di bawah pimpinan yang menginspirasi. Kurangnya pemimpin yang berbobot di sekitar kita, bahkan di negara kita, memang kita rasakan benar. Padahal, dalam suasana bisnis yang kompetitif seperti sekarang ini dan negara yang tengah dilanda berbagai bencana tim kerja membutuhkan energi lebih, di mana pemimpin berperan untuk senantiasa mensuplai energi pada tim dengan memberi motivasi yang sehat serta inspirasi yang tidak ada hentinya. (Eilen Rahman, Expert Consulting) Tak ada dalam sejarah pemimpin inspiratif menggerakkan tim dari balik meja kerjanya. Mahatma Gandhi, Winston Churchill, George Patton, Mother Teresa adalah orang-orang lapangan. Menginspirasi memang lebih mudah dilakukan dari tengah-tengah tim. Hubungan informal dan kontak personal sangat berpengarüh pada mental bawahan. Hanya pemimpin yang sadar akan kapasitas sumber dayanya-lah yang bisa mengajak orang di sekitarnya untuk berupaya lebih dan membuat nilai tambah. Hal ini juga yang memungkinkan pemimpin untuk memotivasi bawahan secara personal, sesuai dengan kekuatan dan kekhasan bawahannya. Bawahan akan merasa “terangkat” dan seolah “superman’ yang merasa mampu berbuat lebih. Pemimpin yang 12 inspiratif membuat bawahannya menghargai dirinya sendiri seperti halnya ia menghargai perusahaan dan pelanggannya. Dengan mengenali kekhasan bawahan, pemimpin yang inspiratif bisa menjadi lebih dari sekedar ‘coach” yang baik, namun ia juga membimbing bawahan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, kemudian memberikan pengarahan dan jalan keluar, juga prinsip profesional dan solusi permasalahan, bahkan sampai filosofinya. Perkembangan teknologi serta globalisasi membuka kesempatan yang jumlahnya tidak berbatas dan memberi kesempatan untuk para pemimpin lebih asik, lebih passionate dalam mencermati minat dan sasarannya. Hal ini juga yang mempermudah para pemimpin untuk menggambarkan visinya dengan kata-kata, deskripsi dan imajinasi yang lebih mudah dimengerti bawahan. Amin Rais, dalam salah satu ceramahnya mengatakan ada beberapa karakteristik kepemimpinan yang ini mungkin lebih banyak ada dalam kepribadian Ahmadinejad, ada pada kepribadian Hugo Chaves dan Morales. 1. Berani mengambil risiko. 2. confident atau percaya diri. Kita telah merdeka selama 61 tahun, semestinya mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. 3. recognition . 4. burning antusiasm . Ada hamasah , semangat yang selalu membara untuk membawa negeri ini kearah masa depan yang lebih bagus. 5. situasi sosial harus memberi inspiration, motivation . 6. dibutuhkan moralitas. Salah satu kunci sukses bagi mahasiswa sebagai calon pemimpin adalah kemampuan berbicara di depan publik, saat rapat, presentasi, menawarkan proposal, mengarahkan tim, mengajar, berorasi, meyakinkan, menginspirasi, memotivasi dan menggerakkan. 13 Dengan memahami komponen dasar komunikasi: 1) Komunikator (communicator) 2) Komunikan (communicant) 3) Pesan/essensinya (content) 4) Interaksi langsung-tdk langsung 5) Media –benar / tepat 6) Tujuan komunikasi (mutual communication) Secara teknis perlu mampu, mengidentifikasi dan mengenali rasa gugup dan takut saat akan,dan saat sedang berbicara di depan orang banyak, dengan berbagai pendekatan motivasional. Menghadapi, mengendalikan, me-manage rasa gugup dan takut berbicara, dengan berbagai teknik dan metode. Memfungsikan hukum alam yang powerful untuk kesuksesan Anda .Mempersiapkan mental, materi dan audience untuk tampil percaya diri, dengan tips dan trik yang kreatif dan mendorong kreatifitas. Memulai bicara dan menyampaikan isi bicara, dengan meyakinkan, berpengaruh, menginspirasi dan memotivasi. Selanjutnya harus latihan – latihan – latihan secara berkelanjutan. Setidaknya ada delapan keterampilan individual bagi seorang pemimpin yang bisa engantarkan seseorang ke puncak karier. 1. Keahlian berbicara Kepandaian atau kemahiran berbicara bukan semata-mata jago dalam bercuap-cuap yang tidak ada isinya. Kemahiran berbicara di sini meliputi cara penyampaian gagasan dan intonasi suaranya sangat berkarakter dan sampai kepada lawan bicaranya. Sehebat apapun gagasan seseorang bila tidak ditunjang dengan kemahiran berbicara akan sia-sia. 2. Percaya diri dalam mengambil keputusan Seorang peragu dan seorang yang telat dalam mengambil keputusan tidak akan efektif bila menjadi seorang pemimpin. Seorang yang akan menjadi pemimpin harus berani mengambil risiko tentu dengan pertimbangan yang matang dan insting yang tajam. 3. Akuntabilitas Kebiasaan pemimpin menyalahkan anak buah atau orang lain dalam situasi yang mengancam karier seorang pemimpin hanya akan membuatnya tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin. Puncak karier akan tercapai bila seorang pemimpin memiliki tanggung jawab dan tidak mencari kambing hitam termasuk bila anak buah salah. Kesalahan anak buah bukankah tanggung jawan pemimpin juga? 4. Sikap positif Selalu berpikir dan berpandangan positif atas kejadian terburuk sekalipun akan membuat kesuksesan tinggal menunggu waktu saja. Dunia tidak membutuhkan orang-orang pesimistis. Puncak karier hanya milik orang-orang yang optimistis. Tidak akan ada konglomerat kalau mereka sudah putus asa dalam kegagalan pertama. Karena mereka yang sukses sekarang juga sebenarnya mereka pernah gagal dan bangkrut. 5. Presentasi diri Penampilan, perilaku dan sikap dapat mengantarkan kita ke puncak karier. Seorang yang mudah bergaul, fleksibel tetapi displin dan cerdas sangat disukai lingkungan dan atasan. Penampilan bukan hanya cara berpakaian. Cara menempatkan diri, bahasa tubuh dan empati kita terhadap lingkungan juga sangat menentukan seseorang untuk sampai ke puncak karier. 6. Manajemen waktu Ini ada kaitannya dengan prioritas dan kebiasaan kita dalam mengelola waktu. Pada umumnya atasan sangat senang dengan karyawan yang dapat mengerjakan tugasnya dengan cepat bahkan lebih cepat dari target. Namun, harus hati-hati jangan sampai cepat mengerjakan tugas tetapi kita mengabaikan terhadap detail sehingga bisa menjadi fatal bagi perusahaan di kemudian hari. 7. Pandai menemukan solusi Seorang pemimpin yang selalu dapat memberikan solusi atas suatu proyek atau permasalahan perusahaan akan membuatnya mendapat nilai plus dari atasan. 8. Perluas wawasan dan pengetahuan Pendidikan baik formal atau informal sangat penting bagi seorang yang berambisi untuk meraih jabatan tertentu. Karena dengan keterampilan berbicara kita mampu menarik perhatian dan menjalin komunikasi yang baik (keluarga, teman, kerabat dan orang lain), dengan keterampilan berbicara juga kita dapat mengubahah presepsi dan citra/image yang buruk menjadi baik serta mampu merubah tingkah laku orang lain. Perlunya kemahiran berbicara bagi seorang calon pemimpin Berbicara adalah hal yang diperlukan dalam berkomunikasi, dengan cara ini kita dapat mengekspresikan, menuangkan ide-ide yang ada dalam pikiran dan mengeluarkan aspirasi yang kita inginkan. Tidak cukup hanya berbicara saja tetapi sebagai seorang calon 2016 15 Bahasa Indonesia Sugeng Winarna,M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pemimpin perlu kemahiran dalam berbicara, jangan sampai ada masyarakat atau orang lain tersinggung/merasa terganggu dengan pembicaraan yang kita bahas, dengan keterampilan berbicara kita dapat mengeluarkan kalimat atau kata-kata secara tersusun secara baik dan membuat orang lain bersimpati dengan hal yang kita sampaikan, serta dapat mengubah presepsi/ image yang tidak baik didalam masyarakat dan berhasil mengeluarkan kebijakan tanpa ada penolakan dari masyarakat ini merupakan hasil yang didapatkan, kemahiran berbicara juga mampu membuat suasana pembicaraan menjadi semangat, bukan hanya mengenal dan memperhatikan lingkungan internal tetapi juga ekternalnya ( lingkungan/tempat ). Dalam berbagai aspek kemahiran berbicara sangat diperlukan baik dalam lingkungan formal (dalam rapat di kantor, di depan lembaga-lembaga secara resmi) dan informal (dalam keluarga dan bersosialisasi dengan masyarakat). Dan sebagai calon pemimpinin kemahiran berbicara sangat diperlukan. Anda pasti tahu Barack Obama, Presiden Amerika Serikat berkulit hitam yang terpilih pada pemilihan Presiden Amerika Serikat mengalahkan John McCain yang berkulit putih. Kita tahu kalau tingkat rasis di Amerika Serikat sangat tinggi terutama terhadap kaum kulit hitam, tetapi kenapa seorang Barack Obama yang berkulit hitam dapat mengalahkan John McCain yang berkulit putih, apalagi disaat itu masyarakat Amerika Serikat sedang menghadapi krisis ekonomi yang mempengaruhi perekonomian dunia, disaat masyarakatnya sedang membutuhkan seorang pemimpin yang dapat membawa Amerika Serikat ke pada perubahan yang lebih baik tapi mengapa pilihan mereka jatuh kepada seorang berkulit hitam yang sangat tidak dianggap keberadaannya di Amerika Serikat? Ternyata publik Amerika Serikat termasuk dunia dihipnotis oleh pidato seorang Barack Obama yang menggemparkan masyarakat Amerika Serikat maupun masyarakat dunia dengan slogan terkenalnya yaitu “YES WE CAN”, kemahiran Obama dalam berbicara membawa dia menjadi orang no.1 di Amerika Serikat, orang-orang tercengang dan kagum dengan pidato-pidatonya yang luar biasa. Dengan kemahirannya dalam berbicara membuatnya mendapat kepercayaan masyarakat Amerikat Serikat yang menaruh harapan besar pada seorang Barack Obama. Kemahiran Obama dalam berbicara di publik Amerika membuat publik menaruh kepercayaan yang besar pada sosok Barack Obama, mereka percaya bahwa Obama dapat membawa perubahan bagi Amerika Serikat seperti apa yang selama ini ia pidatokan. Melihat fakta yang terjadi pada terpilihnya Obama menjadi Presiden AS, membuat mata kita terbuka bahwa lewat pidatonya saja ia dapat mengubah pilihan publik AS yang sebenarnya tidak suka dengan orang kulit hitam menjadi mendukungnya. Ini juga pernah terjadi di Indonesia, Presiden pertama kita Ir. Soekarno dapat membuat ratusan juta rakyat 2016 16 Bahasa Indonesia Sugeng Winarna,M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Indonesia kagum akan kemahirannya dalam berpidato sehingga rakyat Indonesia percaya ia mampu memimpin bangsa Indonesia. Seberapa besarnya pengaruh pemimpin itu tergantung kepada seberapa hebatnya dia dalam menyampaikan sesuatu kepada rakyatnya. Ternyata kemahiran berbicara seseorang dapat membawa efek yang besar terhadap lingkungannya, semakin lihai sesorang dalam memberikan informasi semakin besar kemungkinan informasi itu dapat diterima dengan baik. Seorang pemimpin ataupun calon pemimpin harus memiliki kepandaian dalam berbicara karena pengaruh dan tingkat kepercayaan orang lain dapat ditentukan lewat seberapa lihainya anda menyampaikannya. Banyak sekali fakta yang membuktikan bahwa pemimpin yang lihai dalam berbicara mempunyai pengaruh yang baik terhadap lingkungannya terutama dalam tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya. Bayangkan saja jika anda seorang karyawan yang mempunyai seorang atasan manajer, jika atasan anda tidak mampu memotivasi anda dalam bekerja, mungkin semangat kerja anda tidak maksimal, jika atasan anda tidak pandai dalam berbicara, mungkin kita akan kesulitan dalam mencerna setiap informasi yang dia berikan, sehingga kemapuan berbicara pemimpin seseorang sangat penting dalam mengkomunikasikan informasiinformasi maupun tugas-tugas kantor, dan tentunya berpengaruh terhadap kualitas kerja. Dengan kualitas berbicara yang baik tentunya diperlukan untuk seorang pemimpin, dengan begitu pengaruh yang ditimbulkan akan berdampak positif karena kemampuan kita dalam mengkomunikasikan kepada orang lain. Menjadi pembicara yang baik merupakan salah satu syarat menjadi seorang pemimpin yang berdampak, dengan begitu apapun yang disampaikan dapat diterima dan ditanggapi dengan baik. Seorang pemimpin adalah seorang yang dapat menunjukkan pengaruhnya terhadap orang lain. 2016 17 Bahasa Indonesia Sugeng Winarna,M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Badudu, J.S. 1994. Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Prima ---. 1995. Membina Bahasa Indonesia Baku II. Bandung : Pustaka Prima Ramlan, M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : Karyono Verhaar, J. W. M. 1992. Pengantar Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Wirjosoedarmo, Soekono. 1985. Tata Bahasa Indonesia. Surabaya : Sinar Wijaya 2016 18 Bahasa Indonesia Sugeng Winarna,M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id