1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX terdapat materi berpidato, dengan Kompetensi Dasar “10.1 Berpidato atau berceramah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas” (silabus Depdiknas, 2006: 46). Pidato adalah kegiatan berbicara di depan orang banyak untuk menyampaikan suatu tujuan atau gagasan, pikiran atau informasi dari pembicara kepada orang lain dengan cara lisan (Yanuarita,2012:19). Pidato adalah jenis ketrampilan berbicara yang akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi ( keberadaan ) di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekedar berbicara, tetapi berbicara yang menarik, menghibur, bernilai informasi. Manusia mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah retorika. Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatp muka. Materi berpidato dijadikan materi di dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Materi ini dianggap penting untuk membekali keterampilan pada anak didik. Anak didik adalah bagian dari anggota masyarakat, yang suatu saat nanti setelah lulus sekolah anak akan terjun ke masyarakat. Dalam hal ini banyak aktivitas yang membutuhkan keterampilan berbicara ( berpidato) baik di tingkat RT sampai ke tingkat yang lebih luas. Berbicara di depan publik merupakan keterampilan yang harus dikuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan , pastilah kita harus berbicara di hadapan sejumlah orang untuk menyampaikan pesan, pernyataan, tanggapan atau pendapat kita tentang sesuatu hal yang diyakini (htt:// Sinar Harapan.co.id,2002). 1 Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ambar Khumaidah, FKIP UMP, 2014 2 Materi pelajaran berpidato pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terkesan tidak menyenangkan (membosankan). Hal ini tercermin saat pembelajaran berlangsung , siswa bermain sendiri, bercerita dengan teman sendiri, tidak mau memperhatikan ketika teman sedang maju berpidato. Hal ini menjadi cermin betapa pembelajaran materi berpidato sebagai materi yang harus diusahakan sungguhsungguh. Pidato masih dianggap momok, sesuatu yang menakutkan bagi siswa. Siswa dihinggapi rasa malu yang berlebihan/ tidak percaya diri. Untuk dapat berpidato di depan khalayak, pembicara memang harus menguasai materi yang hendak disampaikan. Pembicara harus mempunyai teknik berbicara yang baik, mempunyai keberanian mental. Jadi pembelajaran pidato tidak sekadar teori pidato, tetapi dengan praktik. Guru mempraktekan cara berpidato sehingga siswa tahu persis bagaimana berpidato yang baik. Siswa akan berusaha berpidato sesuai dengan yang dicontohkan guru. Berdasarkan pengamatan ketika mengajar, peneliti memperkirakan lebih dari 60 % siswa kelas IX A MTs Ma’arif 04 Tamansari, Purbalingga tahun pelajaran 2012-2013 merasa takut bila harus berpidato dalam forum formal di depan banyak orang, dalam diskusi, ceramah, presentasi, pidato perpisahan, bahkan pidato di depan teman sekelasnya. Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi guru Bahasa Indonesia. Keterampilan berbicara adalah bagian dari empat aspek keterampilan pelajaran bahasa yang harus diajarkan kepada siswa. Keterampilan berpidato harus bisa dikuasai siswa. Jadi bukan hanya teori yang harus dikuasai, namun kemampuan praktik berbahasa pun harus dikuasai. Untuk mengatasi masalah di atas tampaknya metode mengajar yang konvensional tidak lagi dipercaya sebagai sistem yang relevan dengan tuntutan Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ambar Khumaidah, FKIP UMP, 2014 3 kemampuan psikomotorik pada hasil belajar siswa. Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menggali metode-metode pembelajaran. Guru tidak lagi harus mempertahankan dan membanggakan metode masa lalunya. Zaman semakin berkembang, tuntutan masyarakat semakin meningkat. Metode mengajar pun harus semakin bervariatif. Guru yang masih berkutat dengan metode mengajar masa lalunya,akan ditinggalkan oleh siswa-siswanya. Siswa merasa bosan karena pembelajaran hanya terjadi satu arah. Dalam pembelajaran pidato, guru sering menggunakan metode ceramah. Guru tidak memperagakan atau mendemonstrasikan cara berpidato atau menanyangkan lewat LCD berbagai gaya berpidato saat pembelajaran. Siswa akhirnya tidak dapat menyaksikan atau melihat metode orang yang berpidato. Siswa hanya membayangkan/berilustrasi sendiri, tidak tahu yang harus dilakukan nanti saat berpidato. Jadi perlu adanya inovasi metode pembelajaran. Berdasar fenomena di atas, maka upaya peningkatan kemampuan berpidato para siswa merupakan hal yang mendesak dan segera diatasi jalan keluarnya. Salah satu upaya untuk itu adalah menerapkan model pembelajaran dengan metode demonstrasi dan menanyangkan metode-metode berpidato lewat LCD saat pembelajaran. Metode ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpidato para siswa. Siswa dapat melihat katika guru sedang mendemontrasikan pidato. Rasa penasaran dalam hati siswa hilang karena sudah menyaksikan langsung demontrasinya. Metode demonstrasi yaitu cara mengajar di mana seorang instruktur atau tim guru menunujukkan, memperlihatkan sesuatu proses (Roestiya, 2008: 83). Sedangkan Surakhmad (1997: 87) menjelaskan demonstrasi sebagai metode mengajar Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ambar Khumaidah, FKIP UMP, 2014 4 dimaksudkan bahwa seorang guru,orang luar sengaja diminta, atau siswa sekali pun memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara bekerjanya sebuah alat pencuci pakaian yang otomatis. Jadi metode demonstrasi metode dimana guru harus memperagakan langsung saat pembelajaran. Metode demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Metode Demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa kelas IXA di MTs Ma’arif 04 Tamansari, Purbalingga?” C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam berpidato di kelas IXA MTs Ma’arif 04 Tamansari, Purbalingga melalui metode demonstrasi. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran yang biasa berlangsung secara konvensional dengan metode lamanya yaitu ceramah. Dengan adanya penelitian akan bisa membawa pembaharauan pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan dan membawa siswa jadi antusias dalam mengikuti materi. Adapun secara khusus manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya yaitu: Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ambar Khumaidah, FKIP UMP, 2014 5 1. Bagi Lembaga ( Sekolah) a. sebagai bahan referensi bagi guru untuk menggunakan metode demonstrasi guna meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa dalam pembelajaran; b. Sebagai acuan dalam menentukan kreteria ketuntasan minimal; c.Meningkatkan kualitas sekolah 2. Bagi Guru a. Memperbaiki kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia ; b. Meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia; c. Dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam melihat kemampuannya pada saat mengelola kelas; d. Menambah wawasan guru dalam menggunakan metode pembelajaran 3. Bagi Siswa a. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia; b. Meningkatkan daya serap siswa,terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia; c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran; d. Menumbuhkan rasa percaya diri; e. Menambah kreativitas dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran. Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Ambar Khumaidah, FKIP UMP, 2014