buletin buletin kebijakan j-pal [ maret 2012 ] MENERJEMAHKAN PENELITIAN KE DALAM AKSI NYATA deworming (pembasmian cacing): pilihan terbaik untuk pembangunan Tindakan pembasmian cacing yang tidak mahal dan berbasis sekolah akan memperbaiki tingkat kehadiran siswa di sekolah dalam jangka waktu pendek, meningkatkan produktifitas dalam jangka waktu panjang, dan membawa manfaat yang besar bagi tetangga dan saudara kandung yang tidak menerima pengobatan Tanyakan kepada anak kenapa mereka tidak pergi ke sekolah dan anda akan memperoleh jawaban yang beragam: biaya, jarak tempuh, dan kurangnya seragam sekolah atau kebutuhan sekolah lainnya. Sedikit dari mereka yang akan menyebut cacing usus, seperti soil-transmitted helminths (STH) (cacing usus yang ditularkan melalui tanah) dan schistosoma (cacing pita). Walaupun begitu, terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa mengobati cacingan pada anak – yang diperkirakan menginfeksi 600 juta anak usia sekolah di seluruh dunia – meningkatkan tingkat kehadiran sekolah, kesehatan, dan produktifitas dalam jangka panjang. Meskipun infeksi ringan seringkali tidak disadari, infeksi cacing yang lebih berat dapat berakibat sakit di bagian perut, letih, anemia karena kekurangan zat besi, kurang gizi, pengerdilan dan pelisutan tubuh. Obat cacing oral sangat efektif dalam membunuh sebagian besar jenis cacing dengan hanya satu dosis dan biaya beberapa sen. Adanya infeksi ulang yang cepat berarti bahwa obat tersebut harus diminum setiap 6-12 bulan sekali untuk mencegah infeksi ulang, sehingga menemukan pendekatan yang berkesinambungan dalam pemberian obat merupakan isu yang mendesak. Buletin ini menguraikan pembelajaran yang diperoleh dari serangkaian studi yang mengevaluasi Primary School Deworming Project (PSDP) (Proyek Pembasmian Cacing di tingkat SD), sebuah program pembasmian cacing berbasis sekolah yang dilakukan di Kenya bagian barat antara tahun 1998 dan 2001. Serangkaian studi ini foto oleh aude guerrucci menghasilkan salah satu evaluasi jangka panjang pertama mengenai intervensi kesehatan dan pendidikan di negara berkembang. Kesimpulan dari bukti yang ada sangatlah jelas: tindakan pembasmian cacing tidak hanya sangat efektif dan terjangkau, tetapi tindakannya juga mudah diselenggarakan melalui sekolah-sekolah negeri dan berguna bagi anak bahkan bertahun-tahun setelah pengobatan dilakukan. Dengan ratusan juta anak yang masih beresiko terinfeksi cacing di seluruh dunia, menyediakan pembasmian cacing berbasis sekolah secara cumacuma merupakan sebuah kemenangan kebijakan yang mudah bagi kesehatan, pendidikan dan pembangunan. evaluasi • Pembasmian cacing memperbaiki taraf kesehatan dan mengurangi angka bolos sekolah. Di antara anak yang diobati di sekolah, infeksi cacing tingkat sedang hingga berat menurun secara dramatis dan indikator kesehatan lainnya, seperti anemia dan penyakit yang dikeluhkan (self-reported illness), membaik. Pembasmian cacing menyebabkan kenaikan sebesar 7,5 titik persentase untuk tingkat kehadiran di sekolah perlakuan. • Bahkan anak yang tidak diobati mendapat manfaat dari pembasmian cacing. Anak yang bersekolah di sekolah perbandingan yang berdekatan dengan sekolah perlakuan mengalami infeksi cacing yang lebih sedikit dan tingkat kehadiran yang lebih tinggi. • Pembasmian cacing memperbaiki capaian kognitif untuk bayi yang tidak mendapatkan pengobatan secara langsung. Anak yang berumur kurang dari usia satu tahun ketika program pembasmian cacing dimulai di lingkungan mereka memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan kognitif yang setara dengan antara 0,5 dan 0,8 tahun bersekolah. • Siswa yang diobati terus menerima manfaat bahkan setelah sepuluh tahun program berakhir. Dewasa muda yang menerima pengobatan cacing ketika mereka kecil bekerja lebih lama dan mengkonsumsi lebih banyak makanan per harinya. Di antara mereka yang bekerja digaji, dewasa yang mendapatkan lebih banyak pengobatan cacing menerima upah 20 persen lebih besar. foto oleh aude guerrucci 2w w w.p ove r t yac tionlab.org abdul latif jameel poverty action lab evaluasi D i tahun 1998, LSM International Child Support (ICS) meluncurkan Primary School Deworming Project (PDSP) di kota Busia, sebuah daerah miskin dan padat penduduk di Kenya bagian barat. Program ini menyediakan pengobatan cacing untuk anak berdasarkan sekolah. World Health Organization (WHO) menyarankan bahwa obat untuk pembasmian cacing (albendazole untuk STH dan Praziquantel untuk schistosoma) harus diberikan kepada setiap anak di daerah dengan tingkat prevalensi cacing yang tinggi. Bekerjasama dengan dinas kesehatan kota, ICS menjangkau hampir semua sekolah negeri pedesaan di Busia bagian selatan, wilayah di distrik tersebut yang memiliki tingkat infeksi cacing tertinggi. Sebanyak 75 sekolah sasaran memiliki angka partisipasi lebih dari 30.000 siswa antara umur enam hingga delapan belas tahun. sebuah desain acak: Karena keterbatasan administratif dan keuangan, ICS mengikutsertakan sekolah ke dalam program secara bertahap melalui tiga kelompok. ICS mengelompokkan sekolah-sekolah ini secara acak dengan mengurutkan mereka sesuai urutan abjad dan memilah setiap sekolah ketiga ke dalam kelompok tertentu. Kelompok 1, 2, dan 3 memulai program pembasmian cacing masing-masing di tahun 1998, 1999, dan 2001. Tahap pengikutsertaan yang acak ini berfungsi menjamin bahwa sekolah di setiap kelompok tidak berbeda secara sistematis sebelum dilakukannya intervensi, sehingga foto oleh aude guerrucci memungkinkan para peneliti memperoleh estimasi yang tidak bias atas dampak dari program, bahkan bertahun-tahun setelah evaluasi awal. Meskipun banyak faktor lain yang bisa saja mempengaruhi kehidupan anak, secara rata-rata faktor tersebut akan terdapat di kelompok perlakuan maupun kelompok perbandingan. Karena itu, perbedaan antar kelompok yang signifikan secara statistik masih bisa dikaitkan dengan program. mengukur efek limpahan (spillover effects): Karena program ini dilakukan berdasarkan sekolah, bukan berdasarkan anak, para peneliti dapat mengukur dampak menyeluruh dari pembasmian cacing masal, termasuk manfaatnya untuk mengurangi penularan pada anak (“efek limpahan”). Jika program ini dilaksanakan per satuan anak, evaluasi yang dihasilkan akan mengungkap hanya sedikit dampak dari pembasmian cacing, karena anak yang diobati akan lebih cepat tertular kembali oleh teman sekolahnya. Teman sekolah yang tidak diobati juga mendapatkan manfaat karena memiliki lebih sedikit teman sekelas yang terinfeksi. www.povertyactionlab.org3 evaluasi intervensi Sekolah perlakuan menerima obat pembasmian cacing dan edukasi tentang pencegahan infeksi cacing. Karena tingkat ketidakhadiran di sekolah tinggi, tidak diberikannya ijin oleh beberapa orang tua, dan faktorfaktor lainnya, tidak semua siswa di sekolah perlakuan memperoleh pengobatan cacing. 78% dari siswa yang dipilih untuk perlakuan setidaknya mendapatkan pengobatan terhadap cacingan melalui program ini di tahun 1998, dan 72% menerima pengobatan di tahun 1999. foto oleh alissa fishbane evaluasi dari program pembasmian cacing di sekolah dasar 1 Evaluasi awal, oleh anggota J-PAL Edward Miguel dan Michael Kremer, menggunakan data kehadiran anak di sekolah, nilai ujian, infeksi cacing, penyakit yang dikeluhkan, dan indikator kesehatan lainnya untuk menilai dampak dari pembasmian cacing. Karena absensi sekolah tidak terdokumentasi dengan baik, data kehadiran di sekolah dikumpulkan oleh petugas lapangan ICS pada saat kunjungan tanpa pemberitahuan ke sekolah. 2 Studi jangka panjang, oleh Sarah Baird, Joan Hamory Hicks, Michael Kremer, dan Edward Miguel, menelusuri siswa yang ikut serta dalam program pembasmian cacing pertama, selama satu dekade setelahnya. Angka penelurusan anak yang diteliti melalui studi yang pertama efektifnya adalah 84 persen, yang setelah ditelusuri sudah berusia antara 19-26 tahun. Para peneliti mengumpulkan data tentang kesehatan, capaian pendidikan, taraf hidup, dan pekerjaan (termasuk sektor, jam kerja, dan status migrasi). 3 Sebuah studi yang dilakukan oleh Owen Ozier mengumpulkan data di tahun 2009 dan 2010 tentang anak yang berusia kurang dari satu tahun ketika PSDP menjangkau masyarakat mereka. Pada saat studi ini dilakukan, semua anak berusia antara 8 sampai 14 tahun. Para peneliti mengumpulkan data tentang tinggi dan berat badan anak, dan memberikan tes kognitif untuk kefasihan verbal, kosa kata, ingatan jangka pendek, dan pengetahuan umum. 4 Terakhir, evaluasi tentang iuran biaya (cost-sharing) oleh Miguel dan Kremer mengkaji sebuah unsur tambahan yang ditambahkan ke dalam PSDP pada tahun 2001. Dua puluh lima sekolah dari Kelompok 1 dan 2 dipilih secara acak untuk ikut serta dalam “iur biaya”, dimana setiap keluarga membayar sejumlah tertentu untuk pembasmian cacing. Ini menyebabkan variasi antar keluarga dalam hal biaya per anak untuk pembasmian cacing, karena setiap keluarga memiliki jumlah anak yang berbeda. Meskipun ada pungutan, pil cacing masih mendapat subsidi yang besar: rata-rata pungutan per anak hanyalah seperlima dari biaya yang dikeluarkan oleh program untuk pembelian dan pengiriman. 4 w w w.p ove r t yac tionlab.org abdul latif jameel poverty action lab hasil U ntuk jangka pendek, pembasmian cacing telah memperbaiki kesehatan anak yang diobati maupun yang tidak diobati, sehingga memungkinkan mereka untuk hadir lebih sering di sekolah. Untuk jangka panjang, peningkatanpeningkatan dalam bidang kesehatan dan pendidikan ini berkontribusi terhadap peningkatan hasil secara signifikan – sebagai dewasa muda, individu yang mendapatkan pengobatan lebih sehat, lebih berpendidikan, dan lebih produktif. Anak yang masih terlalu muda untuk mendapatkan pengobatan cacing juga memperoleh manfaat dari program ini, yaitu adanya perbaikan jangka panjang dalam hal kesehatan dan kognitif. Ketika pembasmian cacing ditawarkan secara cuma cuma, lebih dari 70% dari siswa menerima pengobatan. Namun ketika pungutan ringan diberlakukan, keikutsertaan menurun tajam, mengurangi jangkauann dari dampak program. perbaikan taraf kesehatan di antara anak yang diobati dan tetangga mereka Tingkat kehadiran di sekolah meningkat bagi anak yang diobati dan tidak diobati Studi awal oleh Miguel dan Kremer 1 menemukan bahwa anak yang diobati memperoleh berbagai manfaat kesehatan, dan manfaat ini juga dilimpahkan kepada sekolah dan anak yang tidak diobati. Insiden infeksi cacing yang sedang hingga berat menurun 25 titik persentase di antara anak di sekolah perlakuan, dari basis sekitar 37 persen. Para peneliti menemukan bukti bahwa dampak langsung dan tidak langsung dari pil obat cacing serta menurunnya tingkat penularan berkontribusi pada hasil ini. Tingkat infeksi juga menurun di antara anak di sekolah pembanding yang terletak berdekatan dengan sekolah perlakuan. Anak di sekolah pengobatan memiliki tingkat penyakit yang dikeluhkan dan anemia yang lebih rendah, dan mendapatkan nilai cukup dalam Z-score tinggi badan menurut umur, sebuah ukuran untuk nutrisi. Pengobatan cacing menurunkan angka bolos sekolah di sekolah pengobatan sebanyak 7.5 titik persentase, atau seperempat penurunan. Tingkat kehadiran paling tinggi untuk kelompok anak-anak yang paling muda, yaitu antara TK dan kelas 2 SD selama tahun pengobatan. Sama halnya seperti tingkat infeksi cacing, anak di sekolah pembanding yang terletak berdekatan dengan sekolah perlakuan juga mengalami perbaikan signifikan dalam hal tingkat kehadiran di sekolah. Miguel dan Kremer memperkirakan bahwa pengobatan satu anak akan mengakibatkan kenaikan pada tingkat kehadiran sekolah sebesar 0,14 tahun sekolah , baik karena dampak langsung maupun tidak langsung (Grafik 1). Para peneliti tidak menemukan bukti signifikan dari nilai ujian bagi anak yang bersekolah di sekolah perlakuan. 5.9 hari anak di sekolah pembanding 7.3 14.6 hari hari anak yang tidak diobati di sekolah perlakuan grafik 1: pembasmian cacing meningatkan kehadiran anak yang diobati dan tidak diobati Mengobati cacing usus untuk satu anak meningkatkan angka kehadiran sebesar hampir 28 hari di tahun sekolah tersebut. Karena adanya efek pelimpahan, dampak ini tersebar pada anak yang diobati, anak yang tidak diobati di sekolah perlakuan, dan anak di sekolah pembanding. • • • anak yang diobati di sekolah perlakuan www.povertyactionlab.org5 hasil kesehatan dan produktifitas jangka panjang meningkat di antara siswa yang diobati Dalam evaluasi jangka panjang 2, dewasa muda yang dulunya siswa sekolah Kelompok 1 dan Kelompok 2 disebut sebagai kelompok diobati. Mereka memilik rata-rata 2,4 lebih banyak tahun pembasmian cacing dibandingkan siswa di Kelompok 3, yaitu kelompok pembanding. Karena sekolah Kelompok 3 pada akhirnya juga menerima pengobatan, perkiraan dampak jangka panjang tidak tampak. grafik 2: siswa yang diobati tumbuh sebagai dewasa muda dengan capaian yang lebih baik persentase kenaikan 25% 20% 15% 10% 5% 0 proporsi pelaporan kesehatan sangat baik total tahun sekolah jam bekerja minggu lalu upah antara anak yang putus sekolah makanan yang dimakan kemarin sekolah. Para peneliti juga menemukan adanya 0,2 kenaikan standar deviasi dari keuntungan yang diperoleh wiraswasta. Responden menyatakan bahwa mereka ratarata mengkonsumsi 0,1 tambahan makanan per hari, yang merupakan bukti lebih lanjut dari perbaikan taraf hidup. kognisi dan kesehatan yang membaik bagi anak yang lebih muda Pembasmian cacing berbasis sekolah secara masal juga memberikan dampak dramatis kepada anak yang terlalu muda untuk menerima pengobatan pada saat PSDP berlangsung tetapi berada pada tahap penting dari masa perkembangan kognitif. 3 Anak yang berusia kurang dari satu tahun ketika komunitasnya memulai pembasmian cacing memperlihatkan kenaikan standar deviasi sebesar 0,2 pada hasil ujian kognitif mereka setelah satu dekade kemudian. Dampak ini setara dengan kisaran 0,5 dan 0,8 kelas tambahan di sekolah. Dampaknya dua kali lebih besar di antara sebagian anak yang memiliki saudara kandung yang bersekolah di sekolah pengobatan: anakanak ini memperoleh manfaat dari dampak limpahan yang lebih kuat melalui pengobatan saudara kandungnya dibandingkan limpahan hanya dari tetangga yang menerima pengobatan cacing. 100% 6w w w.p ove r t yac tionlab.org 80% persentase keikutsertaan Namun demikian, studi ini menemukan banyak dampak signifikan terhadap kesehatan, pendidikan, dan produktifitas dewasa muda ini (Grafik 2). Pembasmian cacing memperbaiki self-reported health, walaupun tidak memiliki dampak yang terdeteksi atas tinggi badan orang dewasa. Tahun sekolah meningkat 0,28 tahun (penambahan sebesar 4,2 persen), dan jam kerja ratarata meningkat 12 persen. Pengobatan juga berakibat pada pergeseran ke pekerjaan yang lebih menghasilkan: dari tanaman pangan menuju tanaman komoditi di bidang pertanian, dan dari buruh berketerampilan rendah ke pekerjaan dengan bayaran yang lebih baik, pekerjaan purna waktu di bidang seperti manufaktur. Pergeseran ini merupakan penggerak utama bagi lebih dari 20 persen kenaikan pendapatan pekerja yang putus grafik 3: iuran biaya mengurangi angka pembasmian cacing 90% 70% 60% 50% klorin, zambia 40% 30% sabun, india kelambu di klinik, kenya 20% pembasmian cacing, kenya 10% klorin, kenya $0.10 $0.20 $0.30 $0.40 $0.50 $0.60 $0.70 harga produk (2009 usd) $0.80 $0.90 $1.00 abdul latif jameel poverty action lab hasil keikutsertaan dalam pembasmian cacing paling tinggi ketika obat dibagikan secara cuma-cuma Upaya untuk mengganti pengobatan cacing secara cumacuma dengan iuran biaya tidaklah efektif: pungutan ringan mengurangi perlakuan sebesar 58 titik persentase, sebuah penurunan 80% (Tabel 3). 4 Siswa yang sakit tidak lebih cenderung bersedia untuk membayar obat dibandingkan dengan teman kelasnya yang lebih sehat, memperlihatkan bahwa pungutan gagal mengarahkan pengobatan kepada mereka yang paling membutuhkan (alasan yang biasanya digunakan untuk sistem iuran biaya). Temuantemuan ini konsisten dengan evaluasi acak lainnya yang memperlihatkan bahwa bahkan pungutan yang sangat kecil pun akan secara drastis mengurangi pemakaian produk kesehatan dan pendidikan. (Lihat J-PAL 2011, “The Price is Wrong.”) foto oleh aude guerrucci publikasi Baird, Sarah, Joan Hamory Hicks, Michael Kremer, and Edward Miguel. 2011. “Worms at Work: Long-Run Impacts of Child Health Gains.” Working paper, Harvard University. 2 Kremer, Michael and Edward Miguel. 2007. “The Illusion of Sustainability.” Quarterly Journal of Economics 122(3): 1007-1065. 4 Miguel, Edward, and Michael Kremer. 2004. “Worms: Identifying Impacts on Education and Health in the Presence of Treatment Externalities.” Econometrica 72(1): 159-217. 1 Ozier, Owen. 2011. “Exploiting Externalities to Estimate the Long-Term Effects of Early Childhood Deworming.” Working paper, University of California, Berkeley. 3 J-PAL Policy Bulletin. 2011. “The Price is Wrong.” Cambridge, MA: Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab. www.povertyactionlab.org7 www.povertyactionlab.org5 aksi kebijakan pengobatan cacing sangat efektif dari segi biaya Di antara intervensi yang dilengkapi dengan bukti, pengobatan cacing berbasis sekolah adalah salah satu cara untuk meningkatkan tingkat kehadiran di sekolah yang paling efektif dari segi biaya. Dua obat yang digunakan dalam PSDP, albendazole dan praziquantel, memakan biaya kurang lebih masing-masing 4 sen dan 18 sen per dosis tahunan. Memasukkan biaya pengiriman dan pengelolaan pengobatan, J-PAL memperkirakan bahwa dalam setiap tahun sekolah tambahan yang diperoleh melalui PSDP hanya memakan biaya US$7,19. Ini berarti hampir 14 tahun pendidikan per $100 yang dibelanjakan (lihat Grafik 4). Perhitungan ini didasarkan pada implementasi skala kecil melalui sebuah LSM; program nasional skala besar mungkin memakan biaya lebih kecil lagi per anak dan oleh karenanya akan lebih efektif dari segi biaya. Pembasmian cacing juga memberikan manfaat kesehatan dengan cara yang sangat efektif dari segi biaya. Menggunakan proyeksi biaya untuk program pengobatan skala besar, J-PAL memperkirakan biaya pengobatan cacing sebesar US$4,55 per Disability Adjusted Life Year (DALY) yang dicegah. (DALYs adalah pengukuran umum beban penyakit, yang diungkapkan oleh hilangnya tahun hidup karena penyakit atau kematian dini.) Sebagai perbandingan, World Health Organization menganggap sebuah intervensi “sangat efektif dari segi biaya” jika intervensi itu memakan biaya kurang dari PDB per kapita untuk setiap DALY yang dicegah; ambang batas yang sesuai untuk Kenya adalah US$1.560 di tahun 2009. Pendapatan di masa mendatang yang diterima oleh anak yang diobati memperlihatkan lebih jauh lagi efektifitas biaya dari pembasmian cacing. Penulis dari studi jangka panjang memperkirakan bahwa investasi kecil di awal untuk pengobatan cacing akan menghasilkan pengembalian sebesar 82 persen per tahun – sebuah investasi yang sangat menarik menurut standar apapun. 2 grafik 4: efektivitas biaya terhadap peningkatan waktu bersekolah 20.7 tahun 13.9 tahun tambahan tahun sekolah yang diperoleh per $100 yang dikeluarkan .71 tahun informasi pengembalian dari pendidikan kepada orang tua (MADAGASKAR) pembasmian cacing melalui sekolah dasar (KENYA) 8w w w.p ove r t yac tionlab.org seragam gratis untuk sekolah dasar (KENYA) .27 tahun beasiswa berdasarkan kepantasan untuk anak perempuan (KENYA) .09 tahun pemberian bantuan bersyarat terhadap kehadiran anak perempuan (MALAWI) .02 tahun pemberian bantuan tidak bersyarat untuk anak perempuan (MALAWI) abdul latif jameel poverty action lab aksi kebijakan P engobatan cacing berbasis sekolah bukan hanya program penanggulangan kemiskinan yang efektif, tidak mahal, dan mudah untuk diimplementasikan; tetapi program ini juga menawarkan sebuah studi kasus tentang bagaimana bukti ilmiah dapat berkontribusi pada perubahan kebijakan. Di bulan Januari 2007, anggota J-PAL Michael Kremer (penulis pendamping dari studi yang disajikan di dalam buletin ini) dan Esther Duflo menyajikan bukti tentang pembasmian cacing berbasis sekolah kepada Young Global Leaders Education Task Force pada Rapat Tahunan World Economy Forum di Davos, Swiss. Sebagai tanggapan dari presentasi tersebut Satgas meluncurkan Deworm the World (DtW), sebuah inisiatif bersama dari Innovations for Poverty Action dan Partnership for Child Development. DtW mengadvokasi pembasmian cacing berbasis sekolah bersama dengan pembuat kebijakan dan mitra pembangunan, dan memberikan bantuan teknis kepada pemerintah untuk membantu pembangunan dan meluncurkan program pengobatan berbasis sekolah yang berskala besar dan berkelanjutan. DtW mengkoordinasikan dukungan strategis untuk pembasmian cacing berbasis sekolah di 27 negara dan memfasilitasi pendistribusian 117 juta tablet pengobatan cacing untuk programprogram di negara ini. Tiga dari upaya pembasmian cacing terbesar hingga saat ini adalah sebagai berikut: kenya: foto oleh alissa fishbane Pemerintah Kenya, berdasarkan masukan dari riset tentang efektifitas pembasmian cacing di negaranya, mencanangkan sebuah program pembasmian cacing berbasis sekolah di tahun 2009 dengan bantuan teknis dari DtW. Program ini mengobati 3,6 juta anak di 8.200 sekolah di tahun pertama. Di Januari 2012, Pemerintah mengumumkan fase kedua dari program tersebut, yang diharapkan mengobati lima juta tahun tiap tahun. bihar, india: Di tahun 2011, Pemerintah negara bagian Bihar, India melaksanakan kampanye pembasmian cacing masal, dengan bantuan teknis dari DtW dan dukungan kebijakan dari J-PAL. Di bulan September 2011, pemerintah mengumumkan lebih dari 17 juta anak di negara bagian tersebut mendapat pengobatan cacing usus pada tahun itu. world food programme: The World Food Programme (WFP) mengumumkan di tahun 2009 bahwa mereka akan menyertakan pembasmian cacing di semua program pangan sekolah di lokasi yang memiliki prevalensi cacing parasit yang tinggi. www.povertyactionlab.org9 www.povertyactionlab.org7 pembelajaran untuk kebijakan Pengobatan cacing adalah “best buy” untuk kesehatan, pendidikan dan pembangunan. Pengobatan cacing adalah cara yang sangat efektif dari segi biaya untuk memperbaiki taraf kesehatan dan meningkatkan tingkat kehadiran sekolah di daerah dimana cacing usus adalah penyakit endemis. Pembasmian cacing adalah investasi yang layak, bukan karena manfaat jangka pendeknya saja, tetapi juga karena pembasmian cacing menghasilkan manfaat yang besar dalam memperbaiki pendapatan dan standar hidup bertahun-tahun setelah anak menerima pengobatan. Penyelenggaraan pembasmian cacing secara cuma-cuma melalui sistem sekolah merupakan pendekatan yang terbukti. Penggunaan infrastruktur pendidikan yang sudah ada membantu meminimalisir biaya pengobatan per anak dan memaksimalkan foto oleh alissa fishbane jangkauan program. Dengan pertimbangan bahwa iuran biaya menurunkan keikutsertaan secara dramatis, dan bahwa seluruh masyarakat mendapatkan manfaat dari berkurangnya penularan infeksi cacing, pemberian pengobatan cacing secara cuma-cuma dikuatkan oleh bukti. Pembasmian cacing menunjukkan potensi riset untuk diwujudkan menjadi aksi. Evaluasi menyeluruh atas pembasmian cacing berbasis sekolah berkontribusi pada perubahan kebijakan di banyak negara dimana terdapat endemik cacing. Pengobatan cacing adalah studi kasus yang sangat baik untuk menunjukkan bagaimana bukti ilmiah dapat digunakan untuk mendorong perubahan kebijakan yang memperbaiki taraf hidup. Perluasan pembasmian cacing berbasis sekolah harus menjadi prioritas kebijakan mendesak. Bukti ilmiah tentang efektifitas dari pengobatan cacing telah berujung pada perluasan program di banyak negara, termasuk India dan Kenya. Namun demikian, ratusan juta anak terus menderita akibat infeksi cacing dan konsekuensi jangka panjangnya atas kesehatan, pendidikan, dan produktifitas. Pengobatan cacing berbasis sekolah merupakan program yang sangat efektif dari segi biaya, yang berhasil untuk skala besar dan siap diterapkan dimanapun terdapat endemik cacing. Penulis Buletin: Shawn Powers Editor Buletin: Mary Ann Bates Desain: Leah Horgan and Blu Nordgren Kutipan yang disarankan: Buletin Kebijakan J-PAL. 2012. “Deworming (Pembasmian Cacing): Pilihan Terbaik untuk Pembangunan.” Cambridge, MA: Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab. TENTANG J-PAL The Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab (J-PAL) adalah suatu wadah akademisi di seluruh dunia yang memakai evaluasi acak untuk menjawab tantangan utama terkait pemberantasan kemiskinan. Misi J-PAL adalah untuk dapat berkontribusi mengurangi kemiskinan dengan memastikan bahwa kebijakan didasarkan pada bukti empiris. w ww. po ve r t ya ctio n l a b.o rg J-PAL EUROPE Paris School of Economics J-PAL SOUTH ASIA J-PAL GLOBAL IFMR, India Massachusetts Institute of Technology J-PAL SOUTHEAST ASIA J-PAL LATIN AMERICA & THE CARIBBEAN Pontificia Universidad Católica de Chile Universitas Indonesia J-PAL AFRICA University of Cape Town