MANAJEMEN MUTU TERPADU (MMT133) KUALITAS PELAYANAN/SERVIS/JASA DISUSUN OLEH : AHFAZHI (C1B014043) BAYUANGGORO (C1B014039) BERRYANSAH HIDAYAT ((C1B014070) IVAN HENDRIAN (C1B014037) SUNENGSIH (C1B014048) TRI WINARSIH (C1B014045) DOSEN PEMBIMBING : NUR HASANAH, S.E, M.Sc MANAJEMEN B 2014 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr Wb Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “KUALITAS PELAYANAN/SERVIS/JASA” ini dengan baik. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu (MMT133) dan untuk menambah pengetahuan kita mengenai Kualitas Jasa. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan kali ini, kami ingin berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Bantuan-Nya, tidak lupa juga kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Nur Hasanah, S.E, M.Sc atas arahan dan bimbingannya dalam proses membuat makalah ini, serta kedua orangtua yang selalu memberikan dukungan dan membantu kami baik dalam bentuk moral maupun material serta teman-teman semuanya yang telah banyak membantu, serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Demikianlah makalah ini, semoga bermanfaat bagi kami dan pembaca sekalian. Wassalamualaikum Wr Wb Jambi, Maret 2016 Penyusun 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................1 DAFTAR ISI ...................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 3 1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 3 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3. Tujuan ............................................................................................................ BAB II METODOLOGI ............................................................................................... 4 2.1. Definisi Jasa ................................................................................................ 4 2.2. Klasifikasi Jasa ........................................................................................... 5 2.3. Karakteristik Jasa ........................................................................................ 6 2.4. Strategi pengembangan manajemen kualitas dalam industri jasa ...............8 2.5. Model strategi pelayanan 7p dalam manajemeen kualitas jasa modern ....11 2.6. Contoh penerapan manajemen kualitas jasa ..............................................16 BAB III PENUTUP .......................................................................................................20 3.1.Kesimpulan ...............................................................................................................20 3.2.Saran ......................................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................21 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Walau pun saat ini secara total remang-remang memisahkan mana bisnis barang dan mana bisnis jasa. Jasa adalah berbeda dengan barang. Jasa dalam keberadaannya tidak tampak, produksi dan konsumsi bersamaan waktu, serta kurang memiliki standarisasi. Karakteristik utama jasa tersebut, menyiratkan tidak sepenuhnya pemasaran barang mampu diimplementasikan dalam jasa. Pemasaran jasa mesti menyesuaikan diri dengan selera konsumen, dipengaruhi jumlah pendapatan, tidak ada fungsi penyimpanan, dan kualitas dipengaruhi barang. Yang penting dalam pemasaran jasa tidak lain keandalan, daya tanggap, kepastian, empati, dan berwujud. Karakteristik jasa yang telah dikemukakan mendasari hadirnya tiga komponen tambahan bauran pemasaran. Komponen pertama, people yang melayani atau merencanakan pelayanan terhadap konsumen. Komponen kedua, physical evidence sebagai bukti fisik agar konsumen dapat melihat jasa secara jelas. Komponen yang ketiga, process yang terjadi dari dukungan karyawan dan manajamen. Jadi berbeda dengan bauran pemasaran barang, bauran pemasaran jasa terdiri dari: product, price, place, promotion, people, physical evidence, dan process. Pemasaran jasa memerlukan strategi internal marketing, memikat pelanggan, mengelola bukti fisik, menjaga kualitas jasa. Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan masyarakat. Semakin maju sebuah negara maka semakin banyak permintaan akan jasa. Hal tersebut, sejalan dengan hierarkhi kebutuhan manusia yang mula-mula dari fisiologis bergerak pada perwujudan diri. Dengan demikian, kota yang hendak berjuluk kota jasa tampaknya layak masyarakat sudah berpendapatan tinggi atau upah minimal regional mengalami peningkatan. Persfektif tersebut di atas mesti dijawab dengan cara sistematis, karena itu penulis mencoba merangkum dari berbagai sumber apa dan bagaimana pemasaran jasa dan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan dan persaingan di era informasi ini. 1.2. RUMUSAN MASALAH a. Apa yang dimaksud dengan jasa? b. Apa saja jenis-jenis jasa? c. Bagaimana cara atau strategi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas? 1.3. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : - Sebagai salah satu tugas mata kuliah manajemen mutu terpadu - Untuk mengetahui apa itu jasa serta jenis-jenisnya - Untuk menambah pengetahuan cara meningkatkan kualitas 1.1. Manfaat Penelitian Manfaat karya tulis ini yaitu : - Kita sebagai pelajar khususnya mahasiswa/i manajemen agar dapat lebih memahami apa itu jasa dan jenis-jenis. - Sebagai bahan masukan untuk pengetahuan di masa yang akan datang 3 BAB II METODOLOGI 2.1. DEFINISI JASA Kata jasa (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, dari pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk. Pada dasarnya, jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah konsumen. Kotler dan Keller (2006) mengemukakan pengertian jasa sebagai “setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang bersifat tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dapat dikaitkan dengan produk fisik.” Menurut Lovelock (2004), jasa dapat didefinisikan sebagai berikut: - Tindakan atau perbuatan yang ditawarkan satu kelompok kepada kelompok lain. - Aktivitas ekonomi yang menciptakan nilai serta menyediakan manfaat bagi pelanggan pada waktu dan tempat tertentu. - Sesuatu yang dapat dibeli dan dijual. Willian J. Stanton (2002) mendefinisikan jasa sebagai “aktivitas yang dapat diidentifikasikan dan tidak berwujud yang merupakan objek utama transaksi yang dirancang untuk menyediakan kepuasan yang diinginkan oleh pelanggan.” Dari berbagai definisi di atas, tampak bahwa di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud. Walaupun demikian, produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Maksudnya, ada produk jasa murni (seperti konsultasi psikologi, dan konsultasi manajemen), ada pula yang membutuhkan produk fisik sebagai persyaratan utama (misalnya kapal untuk angkutan laut, pesawat dalam jasa penerbangan, dan makanan di restoran). Menurut Edward W. Wheatliey terdapat sejumlah perbedaan antara jasa dan barang, yaitu : 1. Pembelian jasa sangat dipengaruhi oleh motif yang didorong oleh emosi. 2. Jasa itu bersifat tidak berwujud. 3. Barang bersifat tahan lama, tetapi jasa tidak, jasa dapat dibeli dan dikonsumsi. 4. Barang dapat disimpan sedangkan jasa tidak. 5. Usaha jasa sangat mementingkan unsur manusia. 6. Distribusinya bersifat langsung dari produsen ke konsumen. Adapun pentingnya jasa adalah: - Untuk memudahkan konsumen memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara cepat, tepat, dan menyenangkan. - Bagi perusahaan, membantu kelancaran perkembangan bisnisnya. - Bagi pemerintah, membantu pertumbuhan ekonomi nasional. 4 2.2. KLASIFIKASI JASA Browning dan Singlemann (1975) mengklasifikasikan jasa menjadi 6 kelompok, sebagai berikut : 1. Jasa penghasil bahan baku (ectractive services), yaitu sektor pertama dari perekonomian secara luas yang meliputi industri pertanian dan pertambangan. 2. Jasa transformasi (transformative services) yaitu sektor kedia dari perekonomian, yang meliputi industri konstruksi makanan, tekstil, logam, permesinan, kimia, manufaktur, dan sebagainya. 3. Jasa produsen (producer services) yang meliputi jasa bisnis (jasa akuntansi, konsultasi, desain, periklanan, teknologi informasi, pemeliharaan) dan jasa pasar (jasa keuangan, perbankan, asuransu, real estate) 4. Jasa pribadi (personal services) yang meliputi jasa rumah tangga, hotel, perbankan, binatu, hiburan 5. Jasa distribusi (distributive services) yang meliputi jasa logistik, transportasi, komunikasi, perdagangan besar dan ritel 6. Jasa nonpasar (non-marketed services) yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, administrasi publik, kepolisian hukum, pemadam kebakaran, pertanahan DISTRIBUSI JASA Saluran langsung, dimana tidak menggunakan perantara. Biasanya terjadi apabila jasa tersebut tidak dapat dipisahkan dari penjualan atau jasa itu diciptakan dan dipasarkan seketika itu juga. Saluran tidak langsung, dimana menggunakan agen perantara, misalnya penjual jasa kereta api. PROMOSI JASA Dalam memasarkan jasa, keempat unsur promosi (personal selling, periklanan, sales promotion dan publicity) memegang peranan penting. Personal selling dilakukan untuk membangun hubungan antara pembeli dan penjual jasa. Akan tetapi kombinasi antara unsur tersbut juga sangat efektif seperti periklanan dan personal selling. Misalnya perusahaan angkutan udara Garuda, menggunakan kombinasi dari berbagai unsur promosi. Penetapan harga jasa = penetapan harga suatu produk Penetapan harga secara cost plus. Penetapan harga berdasarkan permintaan. Penetapanhargaberdasarkanpersaingan. Beberapa usaha yang perlu dilakukan pula adalah: - Melakukan kerja sama dengan perusahaan jasa yang ada hubungan dengan jasanya. - Walaupun sulit perlu mengadakan standarisasi kualitas jasa, misalnya bidang kesehatan dan usaha kreasi. - Manajemennya juga perlu ditingkatkan kemampuannya Jasa dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria, yaitu: 1. Berdasarkan sifat tindakan jasa Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, di mana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat tindakan jasa (tangible actions dan intangible actions), sedangkan sumbu horisontalnya adalah penerima jasa (manusia dan benda). 5 2. Berdasarkan hubungan dengan pelanggan Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, di mana sumbu vertikalnya menunjukkan tipe hubungan antara perusahaan jasa dan pelanggannya (hubungan keanggotaan dan tak ada hubungan formal), sedangkan sumbu horisontalnya adalah sifat penyampaian jasa (penyampaian secara berkesinambungan dan penyampaian diskret). 3. Berdasarkan tingkat customization dan judgment dalam penyampaian jasa Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, di mana sumbu vertikalnya menunjukkan tingkat customization karakteristik jasa (tinggi dan rendah), sedangkan sumbu horisontalnya adalah tingkat judgment yang diterapkan oleh contact personnel dalam memenuhi kebutuhan pelanggan industrial (tinggi dan rendah). 4. Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran jasa Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, di mana sumbu vertikalnya menunjukkan sejauh mana penawaran jasa menghadapi masalah sehubungan dengan terjadinya permintaan puncak (permintaan puncak dapat dipenuhi tanpa penundaan berarti dan permintaan puncak biasanya melampaui penawaran), sedangkan sumbu horisontalnya adalah tingkat fluktuasi permintaan sepanjang waktu (tinggi dan rendah). 5. Berdasarkan metode penyampaian jasa Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, di mana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat interaksi antara pelanggan dan perusahaan jasa (pelanggan mendatangi perusahaan jasa, perusahaan jasa mendatangi pelanggan, serta pelanggan, dan perusahaan jasa melakukan transaksi melalui surat atau media elektronik), sedangkan sumbu horisontalnya adalah ketersediaan outlet jasa (single site dan multiple sites). 2.3. KARAKTERISTIK JASA Menurut Kotler dan Armstrong (2012), karakteristik jasa yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Tidak Berwujud (Intangibility) Jasa berbeda dengan hasil produksi perusahaan. Jasa tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium sebelum jasa itu dibeli. Benda atau ba rang yang kita beli atau yang kita gunakan sehari-hari adalah sebuah objek, sebuah alat atau sebuah benda. Sedangkan jasa merupakan perbuatan, penampilan atau sebuah usaha. Meskipun sebagian besar jasa dapat berkaitan dan didukung oleh produk fisik misalnya telepon dalam jasa telekomunikasi, pesawat dalam jasa angkutan udara, makanan dalam jasa restoran. 2. Tidak Dapat Dipisahkan (Inseparability) Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa di lain pihak, umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Kedua pihak mempengaruhi hasil (out come) dari jasa tersebut. Dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan ini, efektivitas individu yang menyampaikan jasa (contact-personnel) merupakan unsur penting. Dengan demikian, kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen, kompensasi, pelatihan, dan pengembangani karyawannya. 6 3. Keberagaman (Variability) Jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah maskapai penerbangan yang melayani rute terbang jarak pendek dengan maskapai penerbangan yang melayani rute terbang yang panjang akan sangat berbeda. Dalam hal ini penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap dalam pengendalian kualitasnya, yaitu: a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik. b. Melakukan standardisasi proses pelaksanaan jasa (service performance process). Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyiapkan suatu cetak biru (blue-print) jasa yang menggambarkan peristiwa dan proses jasa dalam suatu diagram alur, dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor potensial yang dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa tersebut. c. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survey pelanggan, dan comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik dapat dideteksi dan dikoreksi. 4. Tidak Tahan Lama (Perishability) Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi kereta api yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien di tempat praktik seorang dokter, akan berlalu/hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan di waktu yang lain. Hal ini tidak menjadi masalah bila permintaannya tetap karena mudah untuk menyiapkan pelayanan untuk permintaan tersebut sebelumnya. Bila permintaan berfluktuasi, berbagai permasalahan muncul berkaitan dengan kapasitas menganggur (saat permintaan sepi) dan pelanggan tidak terlayani dengan risiko mereka kecewa/beralih ke penyedia jasa lainnya (saat permintaan puncak). 5. Hubungan dengan konsumen secara langsung (Contact customer) Suatu jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan secara langsung antara produsen dan konsumen. Suatu akan dapat bekerja/ berjalan jika antara penyedia dan pengguna jasa saling berhubungan. SIFAT JASA : Penawaran jasa dibedakan dalam lima kategori, yaitu : a. Penawaran barang berwujud murni, contohnya adalah sabun, shampo. b. Penawaran barang berwujud disertai jasa, contohnya penjualan produk komputer dimana pelanggan membutuhkan instalasi atau servis komputer yang sudah dibelinya. c. Campuran, dimana porsi antara produk dan jasanya seimbang, contohnya adalah penawaran makan direstaurant dimana pelanggan memesan makan disertai dengan kebutuhan pelayanan yang memuaskan. d. Jasa Utama disertai barang tambahan, contohnya adalah perusahaan jasa travel yang menjual jasa transportasi disertai produk tambahan misalnya makanan yag disajikan dengan merek tertentu. e. Penawaran Jasa murni, contoh yang sering ditemui adalah pelayanan jasa cukur rambut ( salon kecantikan ). Selain itu Jasa dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu : 1. berbasis orang / peralatan, contohnya adalah jasa pencucian mobil yang menggunakan tenaga orang juga mesin. 7 2. adalahjasa yang menghadirkan klien, dalam arti bahwa penjualan jasa tidak dapat dilakukan tanpa kehadiran klien, misalnya saja jasa cukur rambut. 3. Adalah jasa yang memiliki porsi berbeda-beda dalam penjualannya sesuai dengan kebutuhan, contohnya adalah akan brbeda pelayanan antara dokter pribadi dan dokter umum ditinjau dari kekhususan pelayanannya. 4. adalah Jasa yang berbeda dalam tujuan dan kepemilikannya. 2.4. STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN KUALITAS DALAM INDUSTRI JASA 1. Pengertian Strategi Strategi mempunyai dua pengertian yang pertama yaitu rencana manajemen puncak untuk mencapai hasil yang konsisten dengan misi organisasi. Dan yang kedua yaitu merupakan pendekatan dasar untuk mendesain tidakan yang akan memecahkan suatu masalah atau menyelesaikan suatu saran. Setiap strategi harus menjawab suatu pertanyaan “bagaimana” yaitu, bagaimana kemajuan harus dilakukan untuk mencapai suatu sasaran (kamus manajemen Strategik, 1997:75). Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi (Sagala, 2007:137). Dalam membahas perkataan strategik sulit untuk dibantah bahwa penggunaannya diawali dari dan popular di lingkungan militer (Akdon, 2006:3). Namun pada akhirnya strategi bekembang untuk semua organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial budaya dan agama. Strategi ini digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi strategi pada hakekatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan mengatur (Management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktek operasionalnya (Rusyadi Ruslan, 200:31). 2. Strategi Pemasaran Jasa Strategi Pemasaran Perusahan Jasa salah satunya dapat dilihat dari bauran pemasaran yaitu product, price, place atau distribution dan promotion sangat membantu dalam pemasaran suatu produk. Namun dalam pemasaran jasa yang sebagian besar berhubngan langsung dengan manusia sehingga membuat perbedaan atas hasil kepuasan pelanggan. Untuk itu pemasaran jasa perlu memperhatikan unsur lainnya yaitupeople, physical evidence dan process. Dalam menjalankan bisnis jasa, juga dibutuhkan adanya strategi pemasaran. Namun sebelum menentukan strategi pemasaran yang akan digunakan bisnis jasa, perlu diperhatikan bahwa strategi pemasaran jasa berbeda dengan strategi pemasaran bisnis yang menyediakan produk atau barang. Bisnis jasa merupakan bisnis yang menjual layanan kepada para konsumen yang membutuhkan. Berbeda dengan bisnis yang menjual barang, bisnis jasa menyediakan produk yang tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan apapun bagi konsumen yang menggunakannya. Jika bisnis produk atau barang dapat dimiliki konsumen setelah terjadi transaksi, bisnis jasa hanya bisa memberikan kualitas pelayanan yang diharapkan pelanggan setelah mereka melakukan transaksi walaupun tidak dapat memiliki pelayanan tersebut seterusnya. Dalam menjalankan bisnis jasa, juga dibutuhkan adanya strategi pemasaran. Namun sebelum menentukan strategi pemasaran yang akan digunakan, perlu diperhatikan bahwa strategi pemasaran jasa berbeda dengan strategi pemasaran bisnis yang menyediakan produk atau barang. Bisnis jasa lebih cenderung memberikan pelayanan kepada konsumen 8 dengan berhubungan langsung, oleh karena itu bisnis jasa mengukur keberhasilan strategi pemasaran dengan tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen. Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yag saling berkaitan (Corey, Dolan, 1991), kelima elemen tersebut adalah: a) Pemilihan pasar, yaitu pasar yang akan dilayani. Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan. b) Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang di jual, pembentukan lini produk, dan mendesain penawaran individual pada masing-masing lini. c) Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kunatitatif dari produk kepada pelanggan. d) Sisitem distribusi yaitu saluran perdagangan grosir atau eceran yang dilalui produk sehingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya. e) Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relation. 3. Beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas jasa adalah : 1) Ketepatan waktu pelayanan, hal-hal yang perlu diperhatikan disini berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses. 2) Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas kesalahankesalahan. 3) Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal, seperti : operator telephone, petugas keamanan (SATPAM), pengemudi, staf administrasi, kasir, petugas penerima tamu, perawat. Citra pelayanan dari industri jasa sangat ditentukan oleh orang-orang dari perusahaan yang berada pada garis depan dalam melayani langsung pelanggan eksternal. 4) Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dari pelanggan eksternal. 5) Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung, serta pelayanan komplementer lainnya. 6) Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya outlet, banyaknya petugas yang melayani seperti kasir, staf administrasi, banyaknya fasilitas pendukung seperti komputer untuk memperoses data. 7) Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, feature dari pelayanan. 8) Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas, penanganan permintaan khusus. 9) Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parker kendaraan, ketersediaan informasi, petunjuk-petunjuk dan bentuk-bentuk lain. 10) Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti: lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC. Berbagai dimensi kualitas pelayanan di atas harus diperhatikan oleh manajemen industri jasa, terutama dalam menetapkan biaya yang harus dikeluarkan pelanggan untuk membayar jasa yang diterima. Biaya yang ditetapkan harus kompetitif dengan pesaing-pesaing lainnya dalam industri jasa. 9 Pada saat ini penerapan manajemen kualitas dalam industri jasa telah menjadi kebutuhan pokok apabila industri jasa ingin berkompetisi dalam pasar global, maupun pasar domestic Indonesia. Tuntutan konsumen Indonesia terhadap tingkat pelayanan yang diberikan oleh produsen industri jasa telah meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan melalui hasil riset kepuasan pelanggan yang dilakukan penulis tahun 2005 dengan disain penelitian majalah SWA Edisi 7 – 27 Maret 1996 yang dimodifikasi dengan penggantian obyek penelitian. Dalam riset kepuasan pelanggan itu digunakan skor dari 1 sampai 7, dimana 7 merupakan skor paling ideal untuk kualitas pelayanan, sedangkan 1 merupakan skor paling jelek untuk kualitas pelayanan. Rata-rata tuntutan konsumen terhadap kualitas pelayanan berada pada skor 6,72 sampai 6, 90, seperti ditunjukkan dalam table berikut ini. Nama perusahaan Garuda Airline Travel Agent Hotel Quality Bank BNI Skor persepsi 5,72 5,55 5,91 5,85 Skor harapan pelanggan 6,90 6,79 6,77 6,72 kesenjangan -1,18 -1,24 -0,86 -0,87 Tingkat kepuasan (%) 82,90 % 81,74 % 87,30 % 87,05 % Keterangan : tingkat kepuasan =(skor persepsi / skor harapan) x 100 % Dari table di atas tampak bahwa tingkat kepuasan pelanggan dari industri jasa di Indonesia belum mencapai 100%, sehingga manajemen industri jasa ditantang untuk mengembangkan system manajemen kualitas agar dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sampai 100% Collier (1994) mendefinisikan manajemen kualitas pelayanan sebagai suatu studi tentang bagaimana bagian pemasaran dan operasional secara bersama melalui teknologi dan orangorang mampu merencanakan, menciptakan, dan menyerahkan suatu paket yang bermanfaat bagi pelanggan dan kaitannya dengan pelayanan mereka. Terdapat kesulitan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan dibandingkan kualitas barang. Terdapat sejumlah kriteria yang mencirikan pelayanan sekaligus membedakannya dari barang, yaitu : - Pelayanan merupakan output takberbentuk (tangible output) - Pelayanan merupakan output variable, tidak standar - Pelayanan tidak dapat disimpan dalam inventori, tetapi dapat dikonsumsi dalam produksi - Terdapat hubungan langsung yang erat dengan pelanggan melalui proses pelayanan. - Pelanggan berpartisipasi dalam proses memberikan pelayanan. - Ketrampilan personel “diserahkan” atau diberikan secara langsung kepada pelanggan. - Pelayanan tidak dapat diproduksi secara masal - Membutuhkan pertimbangan pribadi yang tinggi dari individu yang memberikan pelayanan - Perusahaan jasa pada umumnya padat karya. - Fasilitas pelayanan berada dekat lokasi pelanggan. - Pengukuran efektifitas pelayanan bersifat subyektif - pengendalian kualitas terutama dibatasi pada pengendalian proses - Option penerapan harga adalah lebih rumit. 10 2.5. MODEL STRATEGI PELAYANAN 7P DALAM MANAJEMEN KUALITAS JASA MODERN Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, manajemen kualitas jasa modern memfokuskan perhatian pada strategi pelayanan 7P, seperti ditunjukkan berikut ini: 1. Product (Produk) Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. 2. Price (Harga) Strategi penentuan harga sangat signifikan dalam pemberian value kepada konsumen dalam memengaruhi image produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis, seperti tingkat harga, struktur diskon, cara pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan. 3. Place (Tempat) Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan di mana lokasi yang strategis. 4. promotion (Promosi) Yang perlu diperhatikan dalam promosi adalah pemilihan bauran promosi yang terdiri dari advertising, personal selling, sales promotion, public relation. Bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk mengomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual. Promosi jasa sering kali membutuhkan penekanan tertentu pada upaya meningkatkan kenampakan tangibilitas jasa. 5. Physical Evidence (Bukti Fisik) Karakteristik intangible pada jasa menyebabkan pelanggan potensial tidak bias menilai jasa sebellum mengonsumsinya. Salah satu untsut penting dalam bauran pemasaran adalah upaya mengurangi tingkat resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa. 6. Process (Proses) Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin, dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.Proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi konsumen high-contract service, yang sering kali juga berperan sebagai co-producer jasa bersangkutan. 7. People (Orang) Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka people yang berfungsi sebagai service provider sangat memengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Bagi sebagian besar jasa, orang merupakan unsur vital dalam bauran pemasaran. 11 Model Tujuh P dalam bauran pemasaran (marketing mix) ini telah banyak dipergunakan sebagai “Strategi Pelayanan 7P dalam Manajemen Kualitas Modern” seperti ditunjukan dalam Tabel berikut : Model Tujuh P dalam Manajemen Kualitas Modern No Model Tujuh P Isu-isu Manajemen Kualitas Modern 1 Product (Produk) - 2 Price (Harga) - Analisis Kompetitif - Strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan harga target pasar dll. - Diskon pemberian kupon berhadia, kebijasanaan penjualan. - Metode atau cara pembayaran. 3 Place (Tempat) - Strategi dan rencana saluran distribusi· Manajemen dan alokasi tempat pamer (penempatan produk) - Manajemen gudang dan inventori - Derajat Integrasi vertical dan horizontal - Kebijakan dan standar tingkat pelayanan. - Kenyamanan dan lokasi fasilitas 4 Promotion (Promosi) 5 Physical Evidence (Bukti Fisik) Ide-ide dan pengembangan produk Variasi dan model produk Spesifikasi kulitas produk Pengepakan atau pembungkusan Logo produk, merk dagang dan persepsi public - Pelayanan pendukung dan komplementer - Derajat pelayanan (full service and/or self service) - Strategi periklanan : target pasar, media iklan yang digunakan, jadual dan waktu dll· Penjualan langusng dan bersifat pribadi - Tema posisi pasar - Manajemen dan posisi produk - Tata letak fasilitas (interior dan eksterior), tema, dekorasi penerangan, service counters, kebersihan, - Penampilan dan kesehatan karyawan - Kenyamanan peralatan, reliabilitas. Ketertarikan, kemudahan penggunan dll 12 - Kecocokan kapasitas eksterior seperti tempat parker dll - Kredibilitas professional seperti apoteker atau asisten apoteker yang melayani pembelian obat pada apotek dll 6 Process (Proses) 7 People (Orang) - Prosedur Operasi terperinci, manual dan deskripsi pekerjaan - Prosedur untuk resolusi masalah pelanggan - Prosedur pelathian sebagai bagian dari pekerjaan. - Penetapan standar kinerja untuk fasilitas, proses, peralatan, dan pekerjaan yang menciptakan pelayanan kepada pelanggan. - Desain Fasilitas dan tata letak untuk meningkatkan pergerakan item-item atau pelanggan melalui proses - Pelatihan tentang keterampilan interaksi dan resolusi masalah pelanggan. - Sistem dan prosedur balas jasa karyawan - Personal selling - Prosedur partisipasi kelompok pelayan atau pribadi dan norma pelaku - Ekseuksi Simultan dari keterampilan interaksi pribadi dan teknikal pada titik kontak dengan pelanggan - Didukung dengan Enam P lainnya diatas. PANDANGAN BARU TENTANG KUALITAS Secara tradisional, para pembuat produk (manufacturers) biasanya melakukan inspeksi terhadap produk setelah produk itu selesai dibuat dengan jalan menyortir produk yang baik dari yang jelek, kemudian mengerjakan ulang bagian-bagian produk yang cacat itu. Dengan demikian pengertian tradisional tentang konsep kualitas hanya berfokus kepada aktivitas inspeksi untuk mencegah lolosnya produk-produk cacat ke tangan pelanggan. Kegiatan inspeksi ini dipandang dari perspektif system kualitas modern adalah sia-sia, karena tidak memberikan kontribusi kepada peningkatan kualitas (quality improvement) Pada masa sekarang, pengertian dari konsep kualitas adalah lebih luas daripada sekedar aktivitas inspeksi. Pengertian modern dari konsep kualitas adalah membangun system kualitas modern. Pada dasarnya, system kualitas modern dapat dicirikan oleh lima karakteristik yang akan diuraikan berikut ini. 13 Pertama, system kualitas modern berorientasi kepada pelanggan. Produk-produk (barang dan/atau jasa) didesain sesuai keinginan pelanggan melalui riset pasar, kemudian diproduksi (diproses) dengan cara-cara yang baik dan benar, sehingga produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi desain (memiliki derajat konformans yang tinggi), serta pada akhirnya memberikan pelayanan purna jual kepada pelanggan. Setiap orang di dalam perusahaan akan mengidentifikasi siapa yang menjadi pemasok (suppliers) dan pelanggan (customers) mereka serta apa yang dibutuhkannya. Sistem kualitas modern menganut prinsip hubungan pemasokpelanggan. Sebagai contoh, para manajer merupakan pelanggan dari sekretaris mereka, tetapi pada saat yang sama para manajer juga merupakan pemasok bagi sekretaris mereka. Jika laporan perlu dipersiapkan (produk laporan perlu dibuat), maka merupakan tanggung jawab dari manajer (pemasok) untuk memberikan material/bahan-bahan yang baik (berkualitas) kepada sekretarisnya (pelanggan) agar laporan dapat dipersiapkan secara baik dan benar untuk selanjutnya dikirim kepada orang lain yang membutuhkan laporan itu (pelanggan lain). Praktek dari setiap departemen dalam mengoptimalkan aktivitas operasionalnya tanpa mempedulikan kebutuhan dari departemen lain dalam perusahaan, dalam system kualitas modern tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan. Dalam system kualitas modern, setiap orang harus menggunakan konsep berfikir system yang memperhatikan secara serius dan benar akan berlakunya prinsip hubungan pemasok-pelanggan. Kedua, system kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak (top management) dalam proses peningkatan kualitas secara terus menerus. Jika tanggung jawab untuk kualitas didelegasikan kepada Departemen Jaminan Kualitas (Quality Assurance Department) saja, setiap orang dalam perusahaan akan memiliki persepsi bahwa kualitas bukan merupakan perhatian kunci. Hal ini berdampak negative secara psikologis, dimana keterlibatan secara total dan aktif dari orang-orang dalam perusahaan menjadi kurang atau lemah. Dengan demikian, dalam system kualitas modern, setiap orang dalam perusahaan harus menjadi aktif, dimana keterlibatan itu melalui adanya usaha atau dukungan dari manajemen puncak terhadap kualitas. Banyak pekerja ingin melakukan pekerjaannya dengan baik, ingin menghasilkan produk yang berkualitas, ingin memberikan pelayanan yang berkualitas, dan ingin menjadi bangga terhadap apa yang mereka kerjakan, tetapi ‘irama’ harus ditentukan oleh manajemen sebagai pemimpin dalam perusahaan itu. Jika kualitas tidak termasuk dalam agenda pihak manajemen, pekerja tidak akan termotivasi untuk memberikan usaha dan perhatian kepada kualitas. Ketiga, system kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas. Meskipun benar bahwa kualitas seharusnya merupakan tanggung jawab setiap orang, namun patut pula diketahui bahwa setiap orang memiliki tanggungjawab yang berbeda, tergantung pada posisi kerja dalam perusahaan. Dengan demikian tanggung jawab yang spesifik terhadap kualitas perlu diketahui oleh setiap orang dalam posisi kerjanya. Sebagai missal, Orang – orang yang bekerja dalam pengembangan Produk ( Product Development) bertanggung jwab untuk merancang (mendesain) produk baru yang memenuhi keinginan pelanggan dan secara konsisten memperhatikan aspek ekonomis agar dapat diproduksi oleh bagian produksi. Dalam contoh ini, bagian produksi merupakan pelanggan dari bagian pengembangan produk. Begitu juga tanggung jawab bagian pembelian, tidak harus membeli material hanya berdasarkan pada harga material itu saja atau hanya berdasarkan pada waktu penyerahan saja, tetapi harus mempertimbangkan aspek-aspek kualitas yang lain. Dalam system kualitas modern, manajemen puncak harus menunjukkan komitmen melalui kata dan tindakan bahwa kualitas adalah teramat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dr. W. Dekker, Presiden dan Chairment dari perusahaan Philips, mengatakan bahwa “kualitas dari barang dan jasa adalah teramat penting untuk kontinuitas dari perusahaan kami’. 14 Keempat, system kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi kepada tindakan pencegahan kerusakan, bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja. Kualitas melalui inspeksi saja adalah tidak cukup dan hal itu terlalu mahal. Meskipun tetap menjadi persyaratan untuk melakukan beberapa inspeksi singkat atau audit terhadap produk akhir, tetapi usaha kualitas dari perusahaan seharusnya lebih difokuskan pada tindakan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan melaksanakan aktivitas secara baik dan benar pada waktu pertama kali mulai melaksanakan sesuatu aktivitas. Dengan melaksanakan prinsip ini, usaha peningkatan kualitas akan mampu mengurangi ongkos produksi. Kelima, system kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang menganggap bahwa kualitas merupakan ‘ jalan hidup’ (way of life). Isu-isu tentang kualitas selalu didiskusikan dalam pertemuan manajemen (management meeting). Semua karyawan diberikan pelatihan (training) tentang konsep-konsep kualitas beserta metodenya. Setiap orang dalam perusahaan secara sukarela berpartisipasi dalam usaha-usaha peningkatan kualitas. Dengan demikian, system kualitas modern dicirikan oleh adanya kultur perusahaan yang melaksanakan proses peningkatan kualitas secara terus-menerus. Pada dasarnya sistemkualitas modern dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu : 1. Kualitas desain. 2. Kualitas konformans 3. Kualitas pemasaran dan pelayanan purna jual. 1. Kualitas desain pada dasarnya mengacu kepada aktivitas-aktivitas yang menjamin bahwa produk baru atau produk yang dimodifikasi didesain sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan dan harapan-harapan pelanggan serta ekonomis layak untuk diproduksi atau dikerjakan. Dengan demikian kualitas desain adalah kualitas yang direncanakan. Kualitas desain itu akan menentukan spesifikasi produk dan merupakan dasar pembuatan keputusan yang berkaitan dengan segmen pasar, spesifikasi penggunaan, serta pelayanan purna jual. Kualitas desain pada umumnya meruapakan tanggung jawab dari bagian riset dan pengembangan ( R&D ). Rekayasa Proses (Process Engineering), Riset pasar (market Research), dan bagian-bagian lain yang berkaitan. 2. Kualitas konformans mengacu kepada pembuatan produk atau pemberian jasa pelayanan yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya pada tahap desain itu. Dengan demikian kualitas konformans menunjukkan tingkat sejauhmana produk yang dibuat memenuhi atau sesuai dengan spesifikasi produk. Pada umumnya bagian-bagian produksi, perencanaan dan pengendalian produksi, pembelian, dan pengiriman memiliki tanggung jawab utama untuk kualitas konformans itu. 3. Kualitas pemasaran dan pelayanan purna jual berkaitan dengan tingkat sejauh mana dalam penggunaan produk itu memenuhi ketentuan-ketentuan dasar tentang pemasaran, pemeliharaan dan pelayanan purna jual. Dengan demikian dapat dipahami bahwa terdapat keterkaitan pengendalian kualitas diantara bagian atau tahap yang satu dan lainnya, yang dimulai sejak adanya permintaan pasar akan suatu produk tertentu hingga berakhir pada penggunaan produk itu oleh pelanggan. Menurut Organisasi pengendalian Kualitas Eropa (EOQC = the European Organization for quality Control), system kualitas modern merupakan suatu system aktivitas yang bertujuan memberikan jaminan dan menunjukkan bukti bahwa aktivitas pengendalian 15 kualitas secara total dalam kenyataannya adalah efektif. Sistem kualitas modern meliputi evaluasi secara kontinu tentang kecukupan dan efektivitas program pengendalian kualitas terpadu. (total quality control) dengan memberikan tindakan korektif apabila diperlukan. Untuk produk tertentu yang bersifat spesifik , program pengendalian kualitas terpadu meliputi pengujian, pemeriksaan, dan evaluasi terhadap factor-faktor kualitas yang mempengaruhi spesifikasi, produksi, inspeksi dan penggunaan produk itu. Dari uraian tentang system kualitas modern di atas diketahui pelaksanaan pengendalian kualitas secara terpadu memerlukan beberapa hal yang berkaitan dengan pengoperasian struktur kerja, pendokumentasian yang efektif, prosedur teknik dan manajerial yang terintegrasi, dimana semuanya akan dijadikan sebagai petunjuk dalam melaksanakan tindakan koordinasi terhadap tenaga kerja, mesin-mesin, informasi, dan lainnya untuk memenuhi kepuasan pelanggan serta mampu menekan ongkos produksi sampai pada tingkat minimum. 2.6.CONTOH PENERAPAN MANAJEMEN KUALITAS JASA PENERAPAN SISTEM KUALITAS MODERN PADA BANDAR UDARA CHANGI, SINGAPURA Bandara Changi, Singapura, telah diakui sebagai bandara terbaik di dunia oleh penumpang pesawat udara. Pada tahun 1993, bandara Changi menangani sekitar 16,2 juta penumpang. Berdasarkan survey yang dilakukan, bandara Changi termasuk dalam kelompok 10 bandara internasional terbaik di dunia. Sebagai perbandingan yang dialami oleh rekan rekan yang pernah mengunjunginya, apabila kita telah tiba di bandara Soekarno hatta, Jakarta, sejak kedatangan sampai meninggalkan bandara membutuhkan waktu lebih dari 60 menit, sedangkan di bandara Changi tidak lebih dari 30 menit. Bandara Changi, Singpura, berdasarkan penilaian yang diberikan oleh pembaca UK Travel magazine Business Traveller, selama empat tahun berturut-turut sejak tahun 1988 sampai 1991 menempati urutan pertama sebagai bandara internasional terbaik di dunia. Sedangkan Asosiasi Perjalanan Asia pasifik (Pacific Asia Travel Association = PATA) memilih bandara Changi sebagai bandara internasional terbaik di dunia selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 1989 – 1991. Beberapa prinsip manajemen kualitas pelayanan total yang diterapkan oleh manajemen bandara Changi telah diungkapkan oleh Lim (1994), Direntur Jenderal Penerbangan Sipil yang bertanggung jawab atas bandara Changi, sebagai berikut: 1. Manajemen Melalui Visi (Management by Vision). Visi manajemen bandara Changi adalah membuat dan mempertahankan bandara Changi sebagai bandara internasional terbaik di dunia. Manajemen puncak bandara Changi memiliki komitment yang sangat kuat untuk meningkatkan kualitas pelayanan total melalui kemimpinan kualitas, dimana manajemen memiliki visi yang jelas dan disebarluaskan pada semua staf dari berbagai tingkat dalam manajemen bandara Changi. 2. Kualitas dalam Desain (Quality in Design). Dalam bisnis bandara, produk adalah bandara itu sendiri. Untuk mengendalikas kualitas dari suatu produk, manajemen harus memiliki pengendalian kualitas pada berbagai tingkat produksi. Jika kualitas tidak diperhatikan pada tingkat desain, tidak mungkin untuk menghasilkan model bandara terbaik, meskipun memiliki orang dan system terbaik. Dengan demikian bandara terbaik harus memiliki desain sebaik mungkin. Ketika memutuskan membangun bandara Changi pada tahun 1975, 16 pemerintah Singapura telah merumuskan tujuan untuk membangun suatu bandara internasional yang terbaik di dunia. Berdasarkan pandangan ini, dua tim yang terdiri dari eksekutif senior dikirim ke berbagai bandara internasional terbaik di dunia, terutama di Eropa dan Amerika untuk mempelajari konsep desain bandara-bandara itu. Setelah melakukan studi ekstensif berkaitan dengan berbagai kekuatan dan kelemahan dari bandara-bandara internasional terbaik itu, tim merekomendasikan suatu konsep desain yang menggabungkan semua features terbaik dari bandara-bandara internasional terbaik itu. Features dasar dari konsep desain mencakup kelayakan, kemampuan untuk berkembang, kemudahan operasi, lingkungan yang nyaman dan bersahabat, serta kemudahan bagi penumpang untuk menggunakan fasilitas bandara. Berdasarkan kenyataan ini, kita boleh menyatakan bahwa manajemen bandara Changi telah menerapkan konsep studi competitive benchmarking, ketika pertama kali mendesain bandara Changi. Mereka telah mengadopsi secara berhasil prinsip kualitas : mengerjakan sesuatu yang benar dengan tepat sejak tahap awal. 3. Pengukuran Kualitas ( Quality Measurement). Konsep pengukuran kualitas ditetapkan secara konsisten oleh manajemen bandara Changi, karena mereka menyadari sepenuhnya bahwa pengukuran merupakan inti dari proses perbaikan kualitas. Menurut manajemen bandara Changi, jika sesuatu tidak dapat diukur, ia tidak dapat ditingkatkan atau diperbaiki. Agar dapat mempertahankan bandara Changi sebagai bandara internasional terbaik, manajemen menetapkan indikator-indikator pengukuran untuk seterusnya dibandongkan dengan bandara-bandara internasional terbaik lainnya di dunia. Ketia bandara Changi mulai beroperasi pada tahun 1981, diketahui bahwa bandara Schipol, Amsterdam, merupakan bandara terbaik di dunia. Karena manajemen bandara Changi telah merumuskan tujuan untuk menjadi bandara terbaik di dunia, berarti bandara Changi harus lebih baik daripada bandara schipol. Dengan sekumpulan indicator kualitas yang ditetapkan berdasarkan studi competitive benchmarking, manajemen bandara Changi bwerusaha untuk mencapainya. Pada tingkat operasional, ditetapkan standar-standar kualitas yang dapat diperbandingkan dengan bandara-bandara internasioanl terbaik lainnya di dunia. Beberapa standar pelayanan yang ditetapkan adalah : a. Kecepatan Check-in. Waktu menunggu dan antri pada loket check-in dibandara merupakan salah satu indicator penentu kualitas pelayanan dari bisnis bandara. Pada bandara Changi, manajemen mengharapkan untuk menunggu tidak lebih dari 10 menit dalam jalur antri, sebelum penumpang itu check-in. Survei menunjukkan bahwa lebih dari 90% dari penumpang dilayani dalam batas waktu 10 menit untuk proses check-in di bandara Changi. b. Kecepatan pengurusan administrasi melalui Imigrasi. Efisiensi dalam proses administrasi melalui imigras adalah sangat pentong dan menentukan kualitas pelayanan suatu bandara. Pada bandara Changi standar pelayanan oeh imigrasi ditetapkan tidak lebih dari 8 menit, dan survei menunjukkan bahwa lebih dari 90% penumpang dilayani dalam batas waktu pelayanan imigrasi ini. c. Waktu Pengambilan Bagasi. Waktu pengambilan bagasi untuk penumpang yang dating di bandara Changi ditetapkan tidak lebih dari 12 menit, dan survei menunjukkan bahwa sekitar 95% penumpang dilayani dalam batas waktu pengambilan bagasi ini. d. Kecepatan proses melalui Customs. Standar pelayanan melalui customs ditetapkan tidak lebih dari 5 menit, dan survei menunjukkan bahwa 100% dari penumpang dilayani dalam batas waktu ini. e. Waktu Total melalui bandara. Manajemen bandara change menetapkan standar waktu pelayanan total sejak kedatangan sampai meninggalkan bandara tidak lebih dari 35 menit, dan survei emunjukkan bahwa lebih dari 90% penumpang dilayani dalam batas waktu ini. 17 4. Pelayanan Berfokus Pelanggan. Pelanggan utama dari bisnis bandara adalah penumpang. Manajemen bandara Changi menyadari bahwa sebagai bandara internasional, penumpang yang tiba di bandara Changi berasal dari berbagai Negara di dunia dengan masing-masing memiliki kultur yang berbeda. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, harus diketahui terlebih dahulu apa yang mereka inginkan. Pada dasarnya setiap penumpang menginginkan tiga hal pokok dari suatu bandara, yaitu : ruang yang nyaman, kecepatan pelayanan, dan keramahan serta kesopanan petugas atau pelayan di bandara itu. Berdasarkan pemahaman dari manajemen bandara Changi terhadap ekspektasi penumpang yang berkaitan dengan kebutuhan mereka akan ruang yang nyaman, kecepatan dan keramahan, maka disusun tiga kegiatan pokok, antara lain : a. Pertama, manajemen secara ketat selalu mengamati grafik perkembangan penumpang, sehingga dapat mengantisipasi pengembangan kapasitas ruang bandara Changi. Kapasitas daru dua terminal di bandara Changi mampu menampung 24 juta penumpang pertahun, sedangkan pada tahun 1993 jumlah penumpang yang tiba dan berangkat dari bandara Changi adalah 16,2 juta, sehingga masih ada kelebihan kapasitas ruang. Bagaimanapun manajemen bandara Changi telah mengantisipasi bahwa dalam lima tahun mendatang, kemungkinan jumlah penumpang akan melebihi kapasitas bandara Changi, sehingga sejak beberapa tahun terakir ini telah mulai diperluas kapasitasnya. b. Untuk memenuhi ekspektasi penumpang tentang kecepatan pelayanan, manajemen bandara Changi melalui koordinasi yang mantap selalu berusaha memperbaiki kualitas pelayanan. Berdasarkan survey, lebih dari 90% penumpang dilayani dalam batas waktu total sejak kedatangan sampai meninggalkan bandara tidak lebih dari 35 menit. c. Untuk memenuhi kebutuhan emosional dari penumpang berkaitan dengan keramahtamahan dan kesopanan dalam memperoleh pelayanan, manajemen bandara Changi menerapkan prinsip kualitas yang dirangkaikan dalam lima huruf : SMILE, yaitu: Smile - He wants friendly and courteous service. Myself - He hopes to be in control Information - He needs personalized information Listen - He expect someone ti kisten to him Enjoyment - He looks for an enjoyable trip. 5. Diferensiasi Pelayanan. Suatu bandara merupakan infrastruktur yang kompleks dimana konstruksi dan pemeliharaannya melibatkan banyak disiplin. Disamping itu, operasi suatu bandara membutuhkan spectrum pelayanan yang luas, dan bervariasi dari yang unik seperti pengendalian penerbangan udara, sampai yang umum ditemukan disetiap bandara seperti kebersihan dll. Beberapa fasilitas tambahan yang terdapat dibandara Changi, yaitu : a. Tour Keliling Kota Singapura Secara Gratis. Untuk membantu penumpang menggunakan waktu mereka lebih baik ketika sedang menunggu penerbangan berikut, manajemen bandara Changi menawarkan tour keliling kota singpura secara gratis setiap hari, untuk penumpang-penumpang transit. Tour selama dua jam itu diharapkan akan memberikan pengenalan yang baik tentang Singpura dan menunjukkan kepada pelanggan berbagai obyek pariwisata. Berdasarkan survey diketahui bahwa semua penumpang merasa puas atas pelayanan tambahan dari bandara Changi ini. b. Pertunjukan Budaya. Manajemen bandara Changi juga mempagelarkan pertunjukan budaya Singapura di bandara Changi itu. c. Fasilitas Kolam Renang untuk Penumpang Transit. Manajemen bandara Changi juga menyediakan fasilitas tambahan berupa kolam renang untuk penumpang transit. Changi merupakan bandara internasional pertama di dunia yang memiliki fasilitas kolam renang bagi penumpang. 18 6. Faktor Manusia. Dr. Deming menyatakan bahwa sekitar 85% dari masalah kualitas dalam organisasi merupakan masalah umum karena kegagalan system, sedangkan hanya sekitar 15% yang disebabkan oleh factor manusia. Berdasarkan pemahaman ini, manajemen bandara Changi membangun system kualitas standar dengan prosedur yang jelas. Dengan demikian diharapkan bahwa masalah kualitas pelayanan akan berkurang. Seluruh personel yang terlibat dalam pelayanan di bandara Changi dilatih dan terus diingatkan agar memperlakukan penumpang sebagai pelanggan mereka. 7. Menciptakan Kebiasaan Kualitas. Kebiasaan merupakan paduan dari pengetahuan, ketrampilan dan keinginan. Pengetahuan adalah paradigma teoritis, yang berkaitan dengan pertanyaan’apa’ dan ‘mengapa’. Ketrampilan berkaitan dengan pertanyaan’bagaiamana’. Sedangkan keinginan berkaitan dengan motivasi, ‘kemauan’. Berdasarkan pemahaman ini, manajemen bandara Changi memperlengkapi semua staf bandara dengan pengetahuan, ketrampilan dan keinginan untuk menyerahkan pelayanan berkualitas. Dengan kata lain, semua staf bandara Changi, harus memiliki kebiasaan kualitas (quality habit), sehingga mereka secara spontan akan memberikan pelayanan berkualitas. Untuk menciptakan kebiasaan berkualitas ini, manajemen bandara Changi membentuk suatu komiote manajemen yang terdiri dari eksekutif senior pada 1 Juli 1989. komite terdiri dari orang-orang yang memiliki wewenang di bandara Changi. Peranan dari komite manajemen dan mengukur kualitas pelayanan dari staf di lini depan, serta memberikan penghargaan dan memberdayakan mereka dalam memberikan pelayanan berkualitas di bandara Changi. Pada saat sekarang secara regular, staf imigrasi, customs, dan polisi diundang untuk minum the di puncak bandara Changi guna menunjukkan kepada mereka komitmen manajemen puncak terhadap pelayanan berkualitas di bandara Changi. Mereka juga tergabung dalam club rekreasi dari bandara Changi, dikirim keluar negeri untuk melihat bagaimana rekan-rekan mereka bekerja di bandara internasional lainnya. Dua kali dalam setahun, manajemen memilih staf paling berprestasi dalam memberikan pelayanan. Orang itu diberi hadiah serta liburan gratis ke luar negeri. Manajemen Changi juga menerbitkan majalah Changi Quality sekali dalam dua bulan, yang memberitahukan semua tindakan yang berkaitan dengan kualitas pelayanan yang terjadi di bandara Changi. Semua hal yang berkaitan dengan pengembangan sistem kualitas pelayanan di bandara Changi dikoordinasi oleh Komite manajemen pelayanan Kualitas bandara ( the Airport Service management Committee) 19 BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN 1. Jasa adalah semua tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lainnya yang tidakberwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan apapun. Beberapa hal berikut merupakan karakteristik dari jasa,yaitu intangible atau tidak terlihat. 2. Terciptanya kepuasan setiap pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan memeberikan rekomendasi dari mulut ke mulut (word of Mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 1994). 3. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada fungsi manajemen suatu organisasi. Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yag saling berkaitan (Corey, Dolan, 1991), kelima elemen tersebut adalah: a) Pemilihan pasar, yaitu pasar yang akan dilayani. Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan. b) Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang di jual, pembentukan lini produk, dan mendesain penawaran individual pada masing-masing lini. c) Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kunatitatif dari produk kepada pelanggan. d) Sistem distribusi yaitu saluran perdagangan grosir atau eceran yang dilalui produk sehingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya. e) Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct marketing, dan public relation. 3.2. SARAN-SARAN Untuk menjadi pemasaran produk jasa yang sukses kiranya sangat dibutuhkan kerja keras dan memperhatikan hal-hal yang mendukung produk serta pelayanan dengan harga (Price) yang wajar tentunya, hal tersebut akan mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan sehingga pelanggan akan loyal terhadap produk yang kita berikan. 20 DAFTAR PUSTAKA - Tjiptono, Fandy. Pemasaran Jasa. Yogyakarta : Andi - Tjiptono, Fandy. 2004. Pemasaran Jasa. Malang : Bayumedia Publishing - Lovelock, Christopher, dkk. Pemasaran Jasa, Manusia, Teknologi, Strategi. Jakarta : Erlangga - Sunyoto, Danang. Dasar-dasar Manajemen Pemasaran, Konsep, Strategi, dan Kasus. Yogyakarta : Caps - Sunyoto, Danang. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Caps - Adam, Muhammad. Manajemen Pemasaran Jasa. Bandung : Alfabeta - Alma, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung : Alfabeta - Pemasaran Jasa. Jakarta : Salemba empat - Sitepu, Bintang Petrus. 2012. Pamasaran Jasa Pendidikan. Jakarta : Salemba empat - Lovelock, Christopher, dan Lauren K. Wright. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia - Lupiyoadi, Rambat, dan A. Hamdani. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : Salemba empat - Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2012. Principle of Marketing, Fourteenth Edition. Pearson Education Limited, England. - Lovelock, Christopher and Lauren Wright. 2002. Principles of Service Marketing and Management. Second Edition. Pearson Education International, Inc. Prentice Hall. - Lupiyoadi, Rambatdan A. Hamdani. 2011. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Dua. Salemba Empat, Jakarta. - Rangkuti, Fredy. 2003. Measuring Customer Satisfaction: Gaining Customer Relationship Strategy. Cetakan Kedua. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 21