1 Pengetahuan dan Sikap Terhadap Aktivitas Seksual Pranikah Remaja SMP Negeri di Jakarta Timur Tridela Muktiningrum1, Tri Budiati2 1 2 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro, Kampus UI Depok, Jawa Barat – 16424, Indonesia Keperawatan Maternitas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Sudjono D. Pusponegoro, Kampus UI Depok, Jawa Barat – 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Paparan pornografi dan pengetahuan yang rendah membawa remaja pada risiko perilaku seks bebas. Di Jakarta Timur, beberapa kasus mengenai perilaku seks bebas pada SMP telah terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap aktivitas seksual pranikah. Aktivitas seksual pada penelitian ini dikategorikan dalam dorongan dan perilaku seksual. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional dan teknik multistage sampling dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan yaitu kuisioner yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Hasil penelitian ini menunjukan 12.4% berperilaku seksual berisko berat, 44.7% memiliki dorongan seksual aktif, 50.6% berpengetahuan buruk, dan 57.1% bersikap negatif. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara sikap dengan perilaku (p value 0.000, OR=0.163 ), pengetahuan dengan dorongan seksual (p=0.008, OR 1.680), dan sikap dengan dorongan seksual (p=0.000, OR=0.243). Hasil ini menunjukan bahwa perlunya penanganan yang intensif dari seluruh pihak dalam memberikan pendidikan dan penanaman moral agar remaja memiliki pengetahuan, sikap, dan kontrol yang baik terhadap perilaku seksual. Kata kunci: pengetahuan, perilaku, remaja, sikap, seksual. Abstract Exposure to pornography and low knowledge brings the adolescent to the risk of sex behavior. In East Jakarta, some cases of sex behavior performed by juveniles junior high school has occurred. This study aims to describe and to know the correlation between knowledge and also attitudes toward premarital sexual activity of adolescents in East Jakarta junior high. Sexual activity in this study categorized in sexual desire and sexual behavior. This study used quantitative methods with cross-sectional design and multistage sampling techniques in data collection. The instrument used was a questionnaire that was modified by the researcher. The results of this study showed 12.4% weight be at risk sexual behavior, 44.7% had an active sexual desire, bad knowledgeable 50.6%, and 57.1% being negative attitude. The results showed relationship between attitude with behavior (p value 0.000, OR=0.163), knowledge with sexual desire (p = 0.008, OR=1.680) and attitudes with sexual desire (p = 0.000, OR=0.243). These results indicate that the need for intensive treatment of all parties in providing reproductive health education and moral cultivation for teens to have knowledge, attitude, and the control of sexual behavior either. Keywords: adolescence, attitudes, behavior, knowledge, sexual. Pendahuluan Masa remaja merupakan masa terjadinya perkembangan yang signifikan baik dalam hal bio, psiko, sosio, maupun spiritual. Pada masa ini remaja akan mengalami suatu proses yang disebut pubertas (Bobak, 2004). Perubahan- perubahan yang terjadi selama pubertas dapat menjadi faktor pencetus mulai aktifnya perilaku seksual pada remaja. Sifat remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tanpa dibekali pengetahuan dan pengawasan orang tua yang kurang akan meningkatkan keinginan remaja untuk aktif secara seksual Hubungan pengetahuan dan ...,Tridela Muktiningrum, FIK UI, 2014 2 (Alfiani, Suharso, Saraswati, 2013). Hal tersebut akan berdampak pada munculnya risiko terhadap masalah seksualitas dan reproduksi berupa perilaku seks pranikah pada remaja (BKKBN, 2011). sebanyak 21.2% remaja di Indonesia mengaku telah melakukan aborsi (Suhendi, 2010). Oleh karena itu, penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku seks pranikah pada remaja sangat penting untuk dilakukan. Perilaku seks pranikah pada remaja merupakan permasalahan di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Jakarta Timur, merupakan bagian dari Ibu kota Negara telah memiliki perubahan yang signifikan terhadap pengaruh budaya barat. Sikap terhadap perilaku seks pranikah telah berubah seiring dengan bergesernya norma yang berlaku di masyarakat. Sebanyak 7,1% remaja pada salah satu SMA di Jakarta Timur telah melakukan hubungan seksual (Putri, 2010). Penelitian lainnya yang juga dilakukan pada salah satu SMA di Jakarta Timur menyatakan sebanyak 3,3% remaja telah melakukan hubungan seksual pra nikah (Handayani, 2005). Adapun proporsi hubungan seks pranikah pada remaja di SMP dan SMA di Jakarta Timur diketahui sejumlah 3,77% (Resnayati, 2000). Lebih jauh tentang perilaku seksual di kalangan remaja, diketahui 18 siswa salah satu SMPN Jakarta menjadi pekerja seksual komersial (PSK) (Yulianto, 2010). Selain itu, beredar video mesum siswa/i sebuah SMP Negreri di Jakarta Timur (Prabowo, 2013). Perilaku seksual pranikah tersebut tidak hanya memiliki dampak pada tingginya risiko terhadap HIV ataupun penyakit menular seksual, tetapi juga dapat berdampak pada kehamilan yang tidak direncanakan (UNAIDS, 2009; UNIC, 2013) Beberapa penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja SMP dan remaja SMA di Jakarta Timur telah dilakukan sebelumnya. Sebanyak 51.6% remaja SMP dan SMA di Jakarta Timur memiliki pengetahuan yang buruk dan 43.6% bersikap buruk (Resnayati, 2000). Selain itu, Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 60.6% remaja di DKI Jakarta belum mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi. Sebanyak 54.3% remaja Beberapa penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa remaja memiliki risiko yang tinggi terhadap infeksi dan masalah kesehatan reproduksi lainnya. Sebanyak enam ribu orang tertular HIV setiap harinya, lebih dari seperempatnya merupakan individu dengan usia 15-24 tahun (UNAIDS, 2009). Sebanyak 4% (410,000) remaja Amerika melahirkan pada rentang usia 15-19 tahun (Pazol et al, 2008). Pada tahun 2013, WHO merilis sekitar 16 Juta wanita berusia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya. Selain itu, salah satu SMA di Jakarta Timur bersikap positif dan sebanyak 43.2% remaja salah satu SMA di Jakarta Timur bersikap menerima terhadap perilaku seks pranikah (Putri, 2010; Yulianto, 2010). Penelitian-penelitian tersebut menunjukan bahwa bahwa diperlukannya pembaharuan data melalui penelitian pada populasi remaja SMP Negeri di Jakata Timur dengan sampel yang memadai untuk memberikan hasil yang komprehensif dan mewakili masalah yang ada. Mengingat hal tersebut, peneliti bermaksud mendapatkan informasi mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual pada remaja SMP di Jakarta Timur. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian akan menggunakan sampel yang lebih representatif untuk mewakili populasi. Adapun hasil yang didapatkan ditujukan untuk membandingkan gambaran perilaku seksual pra nikah pada remaja SMPN di Jakarta Timur dengan penelitian sebelumnya. Selain itu, penelitian ini juga melakukan analisis terhadap dorongan seksual yang sudah mulai dimiliki oleh remaja SMP di Jakarta Timur. Metode Desain penelitian ini yaitu deskriptif korelasional dengan analisis hubungan terhadap pengetahuan, sikap, dan aktivitas seksual pranikah remaja. Sampel yang Hubungan pengetahuan dan ...,Tridela Muktiningrum, FIK UI, 2014 3 digunakan yaitu 443 remaja SMPN di Jakarta Timur. Besar sampel ditentukan dengan rumus deskriptif korelasional dan dipilih dengan teknik multistage sampling. Penelitian ini mencakup pengetahuan remaja melalui isian kuisioner, sikap remaja yang memiliki alpha cronbach 0.797; perilaku remaja dengan isian kuisioner; pola komunikasi remaja dengan orang tua yang memiliki alpha cronbach 0.805; paparan pornografi yang memiliki alpha cronbach 0.830; monitoring orang tua yang memiliki nilai alpha cronbach 0.841; dan dorongan seksual yang memiliki alpha cronbach 0.946. Pengambilan data dilakukan secara langsung dengan responden dan berkoordinasi dengan kepala sekolah yang sebelumnya telah memahami proses pengambilan data penelitian. Kuesioner yang memenuhi syarat berjumlah 443 dari 451 kuesioner, yaitu kuesioner yang memiliki jawaban lengkap. Hasil data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat melalui program software pada komputer. Hasil Tabel 1 menunjukan pengetahuan, sikap, perilaku, dan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pola komunikasi dengan orang tua, monitoring orang tua, dorongan seksual, dan paparan pornografi. Hasilnya, distribusi jenis kelamin paling banyak yaitu perempuan sebanyak 53%. 51% remaja menunjukan melakukan komunikasi yang pasif, 55.5% monitoring orang tua buruk, 44.7% remaja memiliki dorongan seksual yang aktif, dan 44.5% memiliki frekuensi sering terpapar pornografi. Sebanyak 50.6% remaja memiliki pengetahuan buruk, 57.1 bersikap negative, dan 12.4% remaja memiliki perilaku seksual berisiko berat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan rata-rata usia remaja SMP pada penelitian ini adalah 13.49 tahun (95% CI: 13.42-13.57; SD: 0,762). Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan karakteristik responden di SMPN Jakarta Timur, Mei-Juni 2014 (n = 443) Variabel n Komunikasi Orang Tua Aktif Pasif Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Monitoring Orang Tua Baik Buruk Dorongan Seksual Aktif Pasif Frekuensi Terpapar Pornografi Tidak Pernah Jarang Sering Pengetahuan Baik Buruk Sikap Baik Buruk Perilaku Risiko ringan Risiko sedang Risiko berat % 217 226 49.0 51.0 208 235 47 53 197 246 44.5 55.5 198 245 44.7 55.3 75 171 197 16.9 38.6 44.5 219 224 49.4 50.6 190 253 42.9 57.1 252 136 55 56.9 30.7 12.4 Tabel 2 Distribusi Perilaku Seks Pranikah Remaja SMP di Jakarta Timur Tahun 2014 (n=443) Perilaku Seksual Mengobrol Nonton film berdua Jalan-jalan berdua Berpegangan tangan Berpelukan Cium pipi Cium bibir Cium leher Meraba bagian tubuh sensitive Petting Hubungan intim (intercourse) Jumlah (n) 443 53 153 170 112 85 49 19 9 0 0 Presentase (%) 100 12 34.5 38.4 25.3 19.2 11.1 4.3 4.3 0 0 Selanjutnya, Tabel 2 akan menunjukan gambaran perilaku seksual yang telah dilakukan oleh remaja SMPN di Jakarta Timur pada Tahun 2014. Hubungan pengetahuan dan ...,Tridela Muktiningrum, FIK UI, 2014 4 Hasilnya, perilaku seksual remaja yang paling banyak dilakukan yaitu mengobrol (100%) dan berpegangan tangan (38.4%). Pada penelitian ini, tidak tedapat remaja yang telah melakukan petting dan hubungan seksual. Tabel 3 Hubungan Dorongan Seksual dengan Karakteristik Responden (n=443) Variabel Pasif % Aktif % OR (95% CI) Jenis Kelamin Laki-laki 48.2 41.8 0.394 Perempuan 75.3 24.7 (0.27 – 0.58) Usia Pubertas pada Perempuan < 10 64.3 35.7 1.556 (1.1 – 2.3) 10 – 14 73.9 26.1 1.353 (1.2 – 1.5) > 14 73.3 26.7 1.364 (1.0 – 1.9) Belum 100 0 1 Usia Pubertas Pada Laki-laki < 10 tahun 33.3 66.7 3.67 (0.3 – 49.3) 10 – 12 66.1 33.9 0.940 (0.3 – 2.9) > 12 54.3 45.7 1.887 (0.6 – 5.7) Belum 64.7 35.3 1 Usia < 14 74.2 25.8 1.656 ≥14 61.3 38.7 (1.1 – 2.4) Paparan Pornografi T. Pernah 89.3 10.7 0.167 (0.1 – 0.3) Jarang 74.3 25.7 0.411 (0.3 – 0.6) Sering 52.8 47.2 1 Keikutsertaan organiasi/ekstrakurikuler Ya 55.5 44.5 1.013 Tidak 55.2 4.7 (0.7 – 1.5) Komunikasi dengan Orang Tua Pasif 57.5 42.5 1.201 Aktif 53.0 47.0 (0.8 – 1.7) Monitoring Orang Tua Buruk 49.6 50.4 0.592 Baik 62.4 37.6 (0.4 – 0.9) Pengetahuan Buruk 61.6 38.4 1.680 Baik 48.9 51.1 (1.1 – 2.4) Sikap Buruk 41.1 58.9 0.243 Baik 74.2 25.8 (0.2 – 0.4) p value 0.000* 0.071 0.189 0.010* 0.000* 1.000 0.341 0.007* 0.008* 0.000* Tabel 3 menunjukan hubungan dorongan seksual dengan karakteristik remaja. Analisis bivariat berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa tidak ada hubungan antra usia pubertas, keikutsertaan pada organisasi/ ekstrakurikuler, dan komunikasi dengan orang tua terhadap dorongan seksual. Adapun dorongan seksual memiliki korelasi yang positif dengan jenis kelamin (p=0.000), usia (p=0.010), paparan pornografi (p=0.000), monitoring orang tua (p=0.007), pengetahuan (p=0.008), dan sikap (p=0.000). Tabel 4 Hubungan Perilaku Seksual dengan Karakterisitik Responden (n=443) Berat % OR (95% CI) p value 85.1 89.8 14.9 10.2 0.64 (0.37 – 1.14) 0.177 91.2 84.5 8.8 15.5 1.912 (1.05 – 3.48) 0.045* 97.3 2.7 0.127 (0.0 – 0.3) Jarang 89.5 10.5 0.545 (0.3 – 1.0) Sering 82.2 17.8 1 Keikutsertaan organiasi/ekstrakurikuler Ya 89.6 10.4 1.373 Tidak 86.2 13.8 (0.76 – 2.48) Komunikasi dengan Orang Tua Pasif 87.2 12.8 0.925 Aktif 88.0 12.0 (0.53 – 1.63) Monitoring Orang Tua Buruk 83.3 16.7 0.383 Baik 92.9 7.1 (0.20 – 0.72) Pengetahuan Buruk 89.3 10.7 1.374 Baik 85.8 14.2 (0.78 – 2.43) Sikap Buruk 81.0 19.0 0.163 Baik 96.3 3.7 (0.07 – 0.37) Dorongan Seksual Pasif 98.0 2.0 24.84 Aktif 66.2 33.8 (10.3 – 59.8) 0.005* Variabel Ringan % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia < 14 ≥14 Paparan Pornografi T. Pernah 0.365 0.899 0.004* 0.340 0.000* 0.000* Tabel 4 menunjukkan hubungan perilaku seksual dengan karakteristik remaja. Haslilnya menunjukan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin, usia pubertas, keikutsertaan pada ekstrakurikuler/organisasi, pengetahuan, komunikasi dengan orang tua, dan usia. Sebaliknya, berdasarkan tabel 4 terdapat hubungan antara sikap (p=0.000), monitoring orang tua (p=0.004), paparan pornografi (p=0.005), dorongan seksual (p=0.000), dan usia (p=0.045) terhadap perilaku seksual. Hasil penelitian ini juga menunjukan korelasi antara pngetahuan dengan sikap. Hasil uji statistic diperoleh p value sebesar 0.251. Hubungan pengetahuan dan ...,Tridela Muktiningrum, FIK UI, 2014 5 Artinya, tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap responden. Pembahasan Penelitian ini meneliti pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap perilaku seks pranikah dengan menggunakan sampel sebanyak 443 responden. Secara keseluruhan, sebagian besar remaja memiliki pengetahuan kurang dan sikap yang negatif. Namun, mayoritas remaja memiliki perilaku seksual berisiko ringan dan sedang. Pengetahuan yang rendah dapat disebabkan karena kurangya pendidkan seks yang diberikan baik oleh pihak sekolah maupun pihak instansi pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) pada tahun 2010, yang menyatakan bahwa sebanyak 60.6% remaja di DKI Jakarta belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi. Selain itu, kelompok remaja pada usia 10-14 tahun merupakan usia dengan pendidikan kesehatan reproduksi terendah (13.7%) dibandingkan dengan kelompok umur diatasnya (Rahman et al, 2011; Riskesdas, 2010). Pengetahuan remaja yang rendah tidak terlepas dari sumber informasi kesehatan reproduksi yang remaja dapatkan. Pada penelitian ini, sebanyak 65.9% remaja mendapatkan informasi terkait kesehatan reproduksi dari teman. Sehingga remaja cenderung mengadopsi informasi yang diberikan teman-temannya meskipun tidak memiliki sumber yang dipercaya (Pratiwi & Basuki, 2010). Hasil penelitan ini menunjukan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilku seksual. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja dengan perilaku seks pranikah. (Anisa, 2010; Sekarrini 2012; Hanifah & Cahyo, 2012). Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa faktor lain seperti lingkungan sosial, ekonomi, peran etika, agama, kebudayaan, pengaruh teman, media komunikasi, dan pola asuh orang tua (Basuki & Praiwi, 2010). Hasil yang berbeda ditunjukan dengan adanya hubungan antara pengetahuan dengan dorongan seksual. Hasil penelitian ini menunjukan hubungan berbanding terbalik antara pengetahuan dengan dorongan seksual. Remaja dengan pengetahuan yang baik memiliki kecenderungan untuk memiliki dongan seksual yang aktif. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan yang didapat bersumber dari media yang tidak benar, tidak bermutu, bahkan cenderung vulgar dan porno. Hasilnya, informasi yang diberikan oleh media cenderung mempromosikan dan meningkatkan dorongan seksual daripada mendidik tentang kesehatan seksual dan reproduksi (Rahman et al, 2011) Penelitian terhadap sikap menunjukan mayoritas remaja memiliki sikap yang buruk. Meskipun mayoritas remaja bersikap negative, secara kognitif mayoritas remaja memiliki sikap yang baik. Hasil penelitian ini menunjukan 70% remaja sangat setuju jika hubungan seks sebelum menikah adalah perbuatan dosa. Analisis hubungan antara sikap dan pengetahun menunjukan p value 0.251, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pengaruh pola pergaulan dan pola asuh orang tua. Sacolo, et al (2013) menyatakan bahwa pembentukan moral yang dilakukan oleh orang tua selama perkembangan remaja sangat berpengarh terhadap sikap dan perilaku seksual remaja. Selain itu, pergaulan remaja yang permisif akan semakin membentuk sikap permisif pada remaja sebab, nilai yang diinternalisasi oleh remaja tidak lagi berdasarkan ketetapan yang dibentuk oleh orang dewasa melainkan oleh teman dan lingkungan pergaulannya (Yulianto, 2010). Berdasarkan hasil analisis data, sikap memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual (p=0.000) dan dorongan seksual (p= 0.000). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hanifah & Cahyo (2012) yang menyatakan ada hubungan perilaku seks Hubungan pengetahuan dan ...,Tridela Muktiningrum, FIK UI, 2014 6 pranikah dengan sikap remaja. Sebab, Sikap remaja yang semakin permisif terhadap perilaku seksual akan memprediksi tingkatan dorongan seksual serta pengalaman perilaku seksual pranikah dan semakin mengantar remaja pada hubungan seksual dini (Crockett, Raffaeli, & Moilanen, 2003; Doswell et al., 2011; Sacolo et al, 2013,). Hasil analisis terhadap dorongan seksual remaja menunjukan sebagian besar remaja SMP memiliki dorongan seksual yang pasif. Analisis hubungan yang dilakukan terhadap karteristik remaja menunjukan jenis kelamin, usia responden, paparan pornografi, dan monitoring orang tua memiliki hubungan yang bermakna dengan dorongan seksual. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa jenis kelamin, usia, paparan pornografi, dan monitoring orang tua memiliki hubungan yang bermakna terhadap dorongan seksual (Petersen & Hyde, 2011; Rosiana, 2013; Chandra et al, 2011; Pawestri & Setyawati, 2012). Perilaku seksual remaja pada penelitian ini sebagian besar berada pada kategori ringan dan sedang. Prevalensi hubungan seksual pranikah tidak terdapat pada penelitian ini. Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukan adanya keterlibatan remaja di Jakarta Timur terhadap hubungan seks pranikah (Anisa, 2010; Putri, 2010; Resnayati, 2000). Di sisi lain, perilaku seksual remaja lainnya seperti berpelukan, cium pipi, cium bibir, hingga meraba bagian tubuh yan sensitif telah terjadi. Meskipun data mengenai petting dan hubungan seksual tidak terdapat pada penelitian ini pencegahan pada tindakan remaja agar tidak sampai pada perilaku seks bebas perlu dilakukan. Berdasarkan teori Kinsey (1965) yang dipaparkan oleh Hidayana (2001) bahwa tahapan perilaku seksual ini biasanya dimulai dari bersentuhan (touching), berciuman (kissing), bercumbuan (petting), necking dan berujung pada hubungan seksual. Oleh karena itu, pengawasan yang tepat perlu dilakukan agar perilaku remaja tidak sampai pada hubungan seksual pranikah. Sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, monitoring orang tua, usia, dan paparan pornografi memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual. Hasil tersebut didukung dengan penelitian yang menyatakan bahwa stimulus pada dorongan seksual akan semakin sering muncul seiring dengan intensitas seseorang dalam mengkonsumsi hal-hal yang berhubungan dengan pornografi (Pawestri & Setyawati, 2012). Selain itu, Pengawasan orang tua mampu memperkecil peluang untuk melakukan sexual intercourse. kurangnya pengawasan orang tua memperbesar kemungkinan terjadinya hubungan seksual pranikah (Suryoputro, 2009; Crockett, Raffaeli, & Moilanen, 2003). Hasil yang berbeda ditunjukan pada analisis hubungan terhadap jenis kelamin, usia pubertas, keikutsertaan organisasi/ ekstrakuikuler, komunikasi orang tua, dan usia responden. Pada penelitian ini menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel-variabel tersebut dengan perilaku seksual. Hasil tersebut menunjukan bahwa adanya kemungkinan faktor eksternal seperti pola pergaulan remaja dan pergeseran norma yang mampu mengakibatkan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin, usia maupun komunikasi dengan orang tua terhadap perilaku seksual pada remaja (Suwarni, 2009; Hanifah & Cahyo, 2012). Hal ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa orang tua yang mampu melakukan komunikasi terbuka dan memonitoring anaknya dengan baik akan berdampak pada rendahnya perilaku seksual berisiko pada remaja (Nappi et al, 2009; Scott 2010; Aspy et al, 2006). Tidak adanya pengaruh komunikasi, dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti, pola komunikasi, kejelasan dalam topik, dan nilai-nilai yang dimiliki dalam keluarga terkait perilaku seksual remaja (Crockett, Raffaeli, & Hubungan pengetahuan dan ...,Tridela Muktiningrum, FIK UI, 2014 7 Moilanen, 2003). Selain itu, adanya pergeseran pengaruh orang tua kepada teman sebaya menyebabkan teman sebaya semasa remaja memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku remaja (Sarwono, 2011; Suwarni, 2009). Sehingga faktor teman sebaya dapat menjadi pemicu tidak adanya korelasi antara perilaku seksual dengan komunikasi orang tua maupun usia dan jenis kelamin. Analisis data yang telah dilakukan menunjukan dorongan seksual memiliki hubungan yang bemakna dengan perilaku seksual. Hal ini sesuai dengan pengertian perilaku seksual itu sendiri yaitu gejala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis (Sarwono, 2011). Dorongan seksual memiliki pengaruh yang searah dengan perilaku seksual. Sehingga, sebagian besar hal yang berpengaruh pada dorongan seksual dapat memiliki pengaruh yang sama terhadap perilaku seksual. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu dijadikan perbaikan pada penelitan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan studi replikatif terhadap hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual remaja. Selain itu, meskipun anonimitas dan kerahasiaan ditekankan selama penelitian, kejadian hubungan seks belum terdeteksi pada penelitian ini. Sehingga kemungkinan kasus yang tidak dilaporkan pada penelitian ini dapat terjadi. Kesimpulan Penelitian ini memberi gambaran serta menunjukan hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja SMPN di Jakarta Timur terhadap perilaku seks pranikah dengan menggunakan sampel yang representatif. Temuan ini dapat memberikan implikasi pada pentingnya pendidikan seks di masa depan, pembentukan kebijakan, dan program-program terkait pencegahan HIV, penyakit menular seksual, maupun kehamilan dan melahirkan di usia dini. Untuk perbaikan kualitas remaja di masa depan, disarankan pendidikan mengenai kesehatan seksual dan reproduksi perlu ditanamkan diiringi dengan penanaman moral pada remaja. Selain itu, keterlibatan orang tua dalam edukasi kesehatan reproduksi diperlukan guna memberikan gambaran komunikasi yang tepat kepada remaja dan monitoring yang efektif. Referensi Alfiani, D., A., Suharso, & Saraswati, S. (2013). Perilaku seksual dan faktor determinannya di sma se-kota semarang. Indonesian Journal of Gidance and Counceling: Theou and Aplication, 2 (4), 34-41 Anisa, K. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di slta xy jakarta timur tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Aspy, C., B., et al. (2006). Youth-parent communication and youth sexual behavior: implication for hysicians. Journal of adolescent medicine. 38 (7), 500-504 BKKBN. (2011). Kajian profil pnduduk remaja (10-24 thn): ada apa dengan remaja?. Seri I No.6/Pusdu-BKKBN/Desember 2011. Puslitbang kependudukan: BKKBN Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas (4th ed.). (Maria A. Wijayarini & Peter I. Anugerah, Penerjemah). Jakarta: EGC. Chandra, A., et al. (2011). Sexual Behavior, Sexual Attraction, and Sexual Identity in the United States: Data From the 2006–2008 National Survey of Family Growth. National Health Statistic Report. Centers for Disease Control and Prevention. U.S. Departement of Health and Human Services. Handayani, D. (2005). Hubungan antara pendidikan seksual yang didapat melalui orang tua, peer group dan media massa dengan perilaku seksual remaja (Studi kasus Hubungan pengetahuan dan ...,Tridela Muktiningrum, FIK UI, 2014 8 pada smu “x” di Jakarta). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Hanifah, A., N. & Cahyo, K. (2012). Perilaku sekual pranikah pada siswa sltp pengungsi eks timor timur di kecamatan kupang tengah dan kupang timur. Journal of promosi kesehatan Indonesia, 7 (2), 116-125 Departemen Kesehatan RI. (2010). Riset kesehan dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI. Nappi, C., M., et al. (2009). Parental monitoring as a moderator of the effect of family sexual communication on sexual risk behavior among adolescent in psychiatric care. Journal of AIDS Behavior. 13, 1012-1020 Pawestri,Wardani, R., S., & Sonna. (2013). Pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang seks pranikah. Journal of Keperawatan Maternitas 11 (1), 46-54 Pazol K, Zane SB, Parker WY, et al. Abortion surveillance – United States, 2008. http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtm l/ss6015a1.htm diakses pada 26 Juni 2014 Prabowo, D. (2013, Oktober 23). Kasus video mesum siswi smp 4 jakarta diminta ditutanskan. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/ 23/1111550/Kasus.Video.Mesum.Siswi.SMP.4 .Jakarta.Diminta.Dituntaskan. Dikses pada November 18, 2013. Pratiwi, N., L. & Basuki, H. (2010). Analisis hubungan perilaku seks pertama kali. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 13 (4), 309-320. Putri, R., S. (2010). Hubungan paparan pornografi di media massa dengan perilaku seksual siswa SMA 6 Jakarta Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Rosiana. (2013). Perbedaan perilaku memenuhi kebutuhan dorongan seksual antara remaja aki-laki dengan remaja perempuan. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia Sacolo, H., N., et al. (2013). High risk sexual behavior forhiv among the in-school youth in swaziland: A structural aqution modeling approach. Journal of Plos One, 8 (7), 1-10. Retrieved from www.plosone.org Sarwono, W,S. 2011. Psikologi Remaja (Edisi revisi cetakan 14). Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada Scott, L., F., W. (2010). An examination of the influence of mother-child child communication and maternal monitoring on sexual behavior in african american high school students. Proquest Digital Disertation. Suhedi, A. (2010). 62.7% remaja smp tidak perawan. http://megapolitan.kompas.com/read/2010/06/ 13/08364170/62.7.Persen.Remaja.SMP.Tidak. Perawan-7. Diakses pada 24 Juni, 2014 Surbakti, E. B. (2009). Kenalilah anak remaja anda. Jakarta: PT Elek Media Komputindo. Suwarni, L. (2009). Monitoring parental dan perilaku teman sebaya terhadap perilaku seksul remaja sma di kota Pontianak. Journal of promosi kesehatan Indonesia, 4 (2), 127-133 Rahman, A., et al. (2011). Knowledge ofsexual and reproductive health among adolescents attending school in kelantan, malaysia. Journal of Southeast Asian J Trop Med Public Health. 42 (3),717-725 Suwarni, L. (2009). Monitoring parental dan perilaku teman sebaya terhadap perilaku seksul remaja sma di kota Pontianak. Journal of promosi kesehatan Indonesia, 4 (2), 127-133 Resnayati, Y. (2001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja siswa sltpn da smun di wilayah jakarta timur. UNAIDS. (2009). Swaziland country report on monitoring the political declaration on HIV and AIDS. Swaziland: Ministry of Health. Hubungan pengetahuan dan ...,Tridela Muktiningrum, FIK UI, 2014 9 UNIC. (31 Oktober 2013). Motherhood in childhood,’ new un report, spotlights adolescent pregnancy. http://www.unicjakarta.org/index.php/. Diakses pada 18 November 2013. Yulianto. (2010). Gambaran sikap siswa smp terhadap perilaku seksual pranikah (penelitian dilakukan di SMPN 159 Jakarta). Journal of Psikologi, 8 (2), 46-58 Hubungan pengetahuan dan ...,Tridela Muktiningrum, FIK UI, 2014