BAB I - Repository | UNHAS

advertisement
Proposal Penelitian
ANALISIS TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA
BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN
OLEH
A. KURNIAWATY
PROGRAM ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek paling fundamental dari manajemen ilmiah adalah adanya
pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian
tugas
telah
menimbulkan
peningkatan
besar
dalam
produktivitas,
sebenarnya konsep pembagian tugas tersebut telah menyisihkan konsep
lama mengenai keahlian/keterampilan, di mana individu yang sangat terampil
melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk
yang berkualitas.
Seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitas pemanufakturan, kualitas juga menjadi hal yang semakin sulit. Volume dan
kompleksitas mendorong timbulnya quality engineering
dan reability
engineering. Quality engineering mendorong timbulnya penggunaan metodemetode statistik dalam pengendalian kualitas yang akhirnya mengarah pada
konsep control cash dan statistical process control. Kedua konsep ini
merupakan aspek fundamental dari total quality management (TQM).
Total quality management diartikan sebagai perpaduan semua
fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang
dibangun
2
berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta
kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra, 1993, p.135:).
Total quality management merupakan sistem manajemen yang
mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. TQM merupakan
sistem manajemen yang berfokus pada orang/karyawan dan bertujuan untuk
terus menerus meningkatkan nilai yang diberikan pada pelanggan dengan
biaya penciptaan nilai yang lebih rendah.
Total quality management sesungguhnya merupakan suatu falsafah
manajemen
komprehensif
dan
sekaligus
alat
(tool
kit)
untuk
implementasinya. TQM merupakan suatu sistem strategik, terintegrasi untuk
mendapatkan kepuasan konsumen. TQM mencakup semua manajer dan
karyawan serta menggunakan metode kuantitatif untuk memperbaiki
berbagai proses organisasi secara berkesinambungan. TQM merupakan
integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk mendapatkan
perbaikan kualitas produk dan jasa secara berkelanjutan (countinous
improvement).
Esensi TQM adalah melibatkan dan memberdayakan seluruh
karyawan dalam mengadakan perbaikan kualitas barang dan jasa secara
berkelanjutan,
yang
dapat
memberi
kepuasan
kepada
konsumen.
Pelaksanaan TQM didasarkan pada konstribusi dari manajemen ilmiah,
3
dinamika kelompok, pelatihan dan pengembangan karyawan, teori motivasi,
keterlibatan
karyawan,
mata
rantai
hubungan
organisasi,
sistem
sociotechnical, pengembangan organisasi, budaya perusahaan, serta teori
kepemimpinan baru yang digunakan dalam menyusun perencanaan strategi
perusahaan.
Seperti halnya dengan Bandar udara, juga memerlukan standar Total
quality management. Dasar pemikiran perlunya Total quality management
diterapkan di bandara yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan
unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas
terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan
berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan.
Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara
mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang,
dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas
pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan definisi bandar udara
menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk
segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk
menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".
4
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992,
tanggal 25 Mei 1992, tentang Penerbangan, dan Peraturan Pemerintah
Nomor
71
Tahun
1996,
tanggal
4
Desember
1996,
tentang
Kebandarudaraan, diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70
Tahun 2001, tentang Kebandarudaraan, yang dimaksud dengan Bandar
Udara adalah lapangan terbang yang digunakan untuk mendarat dan lepas
landas pesawat udara, naik/turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo
dan/atau pos serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan
dan sebagai tempat perpindahan antarmoda transportasi.
Sedangkan dalam Document 4444 Air Traffic Management, ICAO
(Internasional Civil Aviation Organization), Bandar Udara didefinisikan
sebagai suatu tempat atau daerah, di darat atau di perairan dengan batasbatas tertentu, termasuk bangunan dan instalasi, yang dibangun untuk
keperluan pergerakan pesawat terbang lepas landas (take-off), pendaratan
(landing), atau pergerakan di permukaan (taxiing).
Menurut Annex 9, Facilitation, Definisi dan Penerapan, Bandar Udara
Internasional adalah :
“Any Airport designated by the Contracting State in whose territory it is
situated as an airport of entry and departure for international air traffic,
where are formalities incident to customs, immigration, public health,
animal, and plant quarantine and similar procedures are carried out.”
Dalam terjemahan bebasnya berarti : Setiap bandar udara yang
berada di wilayah negara anggota dan ditetapkan oleh negara yang
5
bersangkutan sebagai bandar udara bagi kedatangan dan keberangkatan
penerbangan
internasional,
dimana
ketentuan-ketentuan
tentang
kepabeanan, imigrasi, kesehatan, karantina hewan dan tumbuh-tumbuhan
serta prosedur sejenis dilaksanakan.
Transportasi merupakan pilar penting dalam kegiatan ekonomi untuk
melayani angkutan manusia dan barang; untuk mengangkut wisatawan yang
sedang mengalami perkembangan atau peningkatan yang sangat tinggi.
Keberadaan suatu bandara selain sebagi pintu gerbang masuk ke
suatu daerah atau negara juga merupakan simbol pristise suatu daerah atau
negara yang akan dikenal oleh pelanggan pesawat udara baik domestik
maupun internasional yang datang dan pergi menggunakan pesawat udara.
Demikian halnya dengan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
Makassar sebagai Bandar udara pusat penyeberangan (hub airport)
merupakan pintu gerbang Indonesia bagian Timur Indonesia yang
mempunyai
nilai
strategis
dan
prestise
terhadap
pengembangan
perekonomian wilayah. Bahkan saat ini pelayanan bandara yang prima akan
menjadi refleksi dari pelayanan pariwisata, mengingat bandara tidak lagi
menjadi gerbang keluar masuk penumpang semata tapi juga menjadi sarana
rekreasi, hiburan, dan pusat pelayanan informasi pariwisata. Demikian pula
dengan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sebagai Bandar udara
transit.
6
Layanan aeronautika yaitu penyediaan jasa yang bertujuan agar
pelaksanaan penerbangan berjalan dengan lancar terutama pada saat di
udara. Dan kita kenal dengan pelayanan lalu lintas udara. pengguna layanan
ini tentunya adalah pesawat udara, baik terjadwal maupun tidak terjadwal,
baik luar negeri atau dalam negeri, karena sejatinya pesawat udara tanpa
bimbingan personil pemandu lalu lintas udara (ATC) akan mengalami
kesusahan untuk terbang dan menentukan tujuannya. Sehingga setiap
pesawat yang masuk di wilayah Indonesia akan mendapatkan layanan
pemanduan lalu lintas udara yang bisa diberikan oleh BUMN PT AP I atau
PT AP II. PT AP I sendiri mengelola Makassar FIR (Flight Information
Region) yaitu wilayah Indonesia bagian timur. sedangkan PT AP II
mengelola Jakarta FIR yaitu wilayah Indonesia bagian barat. Dalam
kenyataanya, pengelolaan lalu lintas udara masih banyak lagi, namun secara
garis besar telah disebutkan di atas. Untuk pelayanan jasa non aeronautika,
lebih banyak berhubungan dengan kepuasan pengguna jasa bandara. Jadi
untuk pelayanan ini, lebih ditekankan kepada pelayanan di bandara. Seperti
pemenuhan
kebutuhan
keamanan
bandara,
penanganan
kecelakaan
pesawat udara di bandara, pelayanan kargo, dan pemenuhan kebutuhan
pengguna bandara lainnya. Pemakai langsung dari pelayanan ini yaitu
pengguna bandara itu sendiri, seperti penumpang, pengantar, perusahaan
rekanan bandara dan pegawai bandara itu sendiri. Untuk pelayanan
7
pengamanan bandara sendiri pengelola bandara biasanya akan sangat
memperhatikan hal ini, karena bandara merupakan salah satu tempat
pelayanan publik yang penting dan mempunyai aturan tersendiri. Dalam hal
ini pada umumnya aturan yang dipakai adalah anex yang merupakan aturan
yang diterbitkan oleh ICAO sebagai lembaga internasional penerbangan sipil
dan tentunya juga didukung dengan UU lokal yaitu UU no 1 tahun 2009
tentang angkutan udara. Untuk memenuhi aturan tersebut bandara sekelas
Bandara Soekarno-Hatta akan melengkapi fasilitas bandaranya dengan
berbagai peralatan dan personil baik dari bandara itu sendiri maupun
bantuan dari lembaga pemerintah, seperti polisi dan TNI. Jadi tidak aneh
kalau di bandara akan melalui berbagai pemeriksaan, karena itu merupakan
prosedur internasional untuk mencegah hal-hal yang tentunya kita juga tidak
menginginkan seperti kejadian 11 september 2001 yang berawal dari
pembajakan pesawat.
Salah satu yang penting juga adalah pelayanan pertolongan
kecelakaan penerbangan pemadam kebakaran (PKP-PK). meski tidak setiap
saat dibutuhkan, namun kehadiran personil PKP-PK juga sangat penting jika
ada kecelakaan pesawat. Sehingga korban yang ada juga bisa diminimalisir
atau bahkan ditiadakan. Mengingat pesawat udara juga rentan terhadap
kecelakaan. Hal di atas merupakan pelayanan secara umum yang diberikan
oleh Bandara kepada penggunanya.
8
Kecelaaan pesawat yang disebabkan oleh kesalahan navigasi
bandara seperti yang terjadi pada pesawat sukhoi di mana pilot pesawat
Sukhoi Superjet 100 sempat meminta izin Air Traffic Control (ATC) untuk
menurunkan pesawatnya dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki di atas kawasan
udara Atang Sanjaya. Tak lama setelah itu, komunikasi terputus dan ternyata
pesawat justru menabrak tebing Gunung Salak, Bogor. Penyelidikan tentang
penyebab kecelakaan pesawat super canggih buatan Rusia tersebut hingga
kini tengah dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
Indonesia dan Rusia. Tim masih berusaha mencari kotak hitam (black box)
untuk mengetahui penyebab kecelakan tersebut.
Selain itu, pesawat secanggih Sukhoi Superjet seharusnya mampu
melewati turbulance yang timbul jika pilot tetap melaju melintasi awan.
“Selama sistem navigasinya mumpuni, seharusnya pesawat bisa lewat awan
itu. Saya tidak tahu kenapa pilot memutuskan turun sampai 4.000 kaki
padahal itu beresiko,” paparnya. Ia pun mempertanyakan mengapa pihak
ATC memberi izin pesawat untuk turun ke 6.000 kaki. Sukamto menilai jika
alasan ATC karena pilot meminta turun saat di atas landasan Atang Sanjaya
yang merupakan kawasan yang aman, maka ada hal janggal lainnya yang
timbul. Pasalnya, pesawat tersebut justru mengarah ke lereng Gunung
Salak, dan ada kemungkinan terbang rendah di kawasan tersebut.
9
Sistem navigasi dan peringatan dini yang dimiliki pesawat seperti
theater airborne warning system (TAWS) juga seharusnya bekerja memberikan
informasi ke pilot. TAWS adalah perangkat peringatan dini pada pesawat
mengenai rintangan di luar. “Kalau ada lereng atau tebing di sekitar pesawat
berkilo-kilometer sebelumnya TAWS akan keluarkan bunyi tanda peringatan
ke pilot. Harusnya alat ini bekerja apalagi dengan pesawat secanggih Sukhoi,
pasti ada jarak yang cukup jauh sehingga TAWS ini akan berbunyi lebih
cepat,
Semua pesawat terbang dilengkapi dengan sistem navigasi agar
pesawat tidak tersesat dalam melakukan penerbangan. Panel-panel
instrument navigasi pada kokpit pesawat memberikan berbagai informasi
untuk sistem navigasi mulai dari informasi tentang arah dan ketinggian
pesawat. Pengecekan terhadap instrument sistem navigasi harus seteliti dan
seketat mungkin.
Sebagai contoh kejadian yang menimpa pesawat Adam Air pada
bulan Februari 2006 sewaktu menjalani penerbangan dari bandara Soekarno
Hatta menuju bandara Hasanudin di Makasar. Ketidaktelitian pihak otoritas
penerbangan yang mengijinkan pesawat Adam Air terbang dengan sistem
navigasi yang tidak berfungsi menyebabkan Pesawat Adam Air berputarputar di udara tanpa tahu arah selama tiga jam, sebelum mendarat darurat di
10
bandara El Tari Nusa Tenggara Timur. Kesalahan akibat tidak berfungsinya
sistem navigasi adalah kesalahan yang fatal dalam dunia penerbangan.
Sanksi yang diberikan adalah dicabutnya ijin operasi bagi maskapai
penerbangan yang melanggar.
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin sebagai bandara
Internasional di Kota Makassar pada pelayanannya masih banyak yang
mengeluhkan buruknya pelayanan pada pelayanan pemeriksaan barang
penumpang pada pintu masuk keberangkatan, barang bawaan penumpang
dibongkar di pintu masuk, yang sebelumnya juga pengguna jasa
mengeluhkan pelayanan pemeriksaan barang dilakukan secara berlebih. Hal
ini terjadi pada tanggal 13 April 2012. Bukan hal itu saja tetapi masih banyak
penumpang/pengguna bandara udara Internasional Sultan Hasanuddin
mengeluhkan
pemeriksaan
barang
secara
berlebihan.
Sebelumnya,
sejumlah pelaku wisata juga menyesalkan sikap petugas Bea dan Cukai
Bandara Sultan Hasanuddin. Mereka meminta para petugas dapat lebih
santun dan pemeriksaannya yang tidak berlebihan. Pelaku Pariwisata, yang
juga Pengurus Asosiasi biro perjalanan wisata (Asita) Sulsel, menyatakan
agar pelayanan Bea dan Cukai serta pihak keamanan bandara dievaluasi.
Hal-hal yang ditunjukkan di atas adalah hal-hal yang mendasari
penulis memilih judul penelitian “Analisis Total Quality Management pada
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar”.
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka perumusan masalahnya
adalah bagaimana penerapan TQM di Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin Makassar ditinjau pada kualitas pelayanan penumpang.
C. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
Untuk menganalisis mutu kualitas terpadu pada Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan khususnya
kualitas mutu terpadu di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diiharapkan dapat memberikkan konstribusi pemikiran
dan informasi sebagai gambaran yang lebih nyata khususnya tentang
kondisi kualitas mutu terpadu di Bandar Udara Internasional Sultan
Hasanuddin.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Total Quality Management (TQM)
Pengertian Total Quality Management (TQM) adalah pendekatan
manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan
atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada
kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan
manfaat pada anggota, organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat.
TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan
yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan
terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi.
Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan
pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk
memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan
kepada pelanggan (output).
Konsep TQM tersebut bertolak pada pekerjaan yang diletakkan pada
profesionalisme dan spesialisasi. Oleh karena itu, segala hal yang
berhubungan dengan pengendalian mutu hanya dikuasai oleh para spesilalis
kendali mutu. Apabila pengendalian mutu dipertanyakan kepada orang-orang
13
yang di divisi lain suatu perusahaan atau organisasi, selain kendali mutu,
orang pasti tidak bisa menjawabnya (Ishikawa, 1992).
Total Quality Management (TQM) dapat dipilih sebagai salah satu
metode pengendalian mutu untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan
keinginan (wants) konsumen. TQM adalah suatu sistem manajemen yang
berorientasi pada pelanggan yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan
secara
berkelanjutan
melalui
eliminasi
pemborosan,
meningkatkan kualitas, pengembangan keterampilan dan mengurangi biaya
produksi. Dalam praktiknya salah satu tujuan dari TQM adalah memfokuskan
terhadap pelanggan, sehingga menghitung besarnya TQM dapat diukur
menggunakan rumus perspektif pelanggan yaitu dengan Customer Aquisition
(akuisisi pelanggan) yaitu dimana pengukuran ini mengukur tingkat suatu
bisnis dalam memperoleh pelanggan atau memenangkan bisnis baru.
Sehingga nilai besarnya TQM dapat diketahui dengan rumus perspektif
pelanggan tersebut. TQM sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan
suatu perusahaan. Semakin meningkatnya TQM maka akan berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan karena TQM ini berfokus terhadap
meningkatkan kualitas dan pelanggan dengan menekan pula biaya produksi
agar harga jual dapat bersaing. Apabila kualitas semakin baik maka
pelanggan akan meningkat dan hal itu akan meningkatkan penjualan,
14
sehingga meningkatkan laba pula yang akhirnya menggambarkan kinerja
keuangan yang baik.
Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas, produktivitas,
efisiensi dan efektivitas perlu dilakukan secara terencana dan melibatkan
partisipasi aktif dari semua unsur terkait dalam perusahaan, agar
pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. Maka seorang manajer
perusahaan harus lebih bisa meningkatkan kinerja semua unsur yang terkait
dalam
perusahaan,
agar
semua
kegiatan
perusahaan
yang
telah
direncanakan dapat tercapai. Dimulai dari cleaning service, satpam,
karyawan, sampai pimpinan harus memiliki kinerja yang baik. Sehingga
dengan begitu semua unsur yang terkait dalam perusahaan tersebut akan
menghasilkan
suatu
sistem
kerja
yang
harmonis.
Maka
dengan
keharmonisan tersebut tujuan perusahaan untuk mendapatkan laba akan
tercapai sehingga menghasilkan kinerja keuangan yang baik.
Aspek yang paling fundamental dari manajeman ilmiah adalah adanya
pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian
tugas telah menimbulkan peningkatan besar dalam hal produktivitas,
sebenarnya konsep pembagian tugas tersebut telah menyisihkan konsep
lama mengenai keahlian/keterampilan, dimana individu yang sangat terampil
melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk
15
yang berkualitas. Manajeman ilmiah Frederick W. Taylor mengatasi hal ini
dengan membuat perencanaan tugas menajeman dan tugas tenaga kerja.
Untuk mempertahankan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan,
maka dibentuklah departeman kualitas yang terpisah. Seiring dengan
meningkatnya volume dan kompleksitas manufakturing, kualitas juga
menjadi hal yang makin sulit. Volume dan kompleksitas mendorong
timbulnya quality engineering. Pada tahun 1920-an dan realibility engineering
pada tahun 1950-an. quality engineering sendiri mendorong timbulnya
penggunaan metode-metode statistik dalam pengendalian kualitas, yang
akhirnya mengarah pada konsep control charts dan statistical proses control.
Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari Total Quality
Management (TQM).
Menurut Vincent Gasper (2006: 2) Manajemen kualitas (Quality
Management) atau Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management
= TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan kinerja secara terusmenerus (continously performance improvement) pada setiap level operasi
atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan
perusahaan-perusahaankarena
dianggap
mampu
mendukung
kinerja
manajerialnya. TQM juga dikenal dengan manajemen terpadu. Menurut
16
Ishikawa dalam Nasution (2005: 22)), TQM diartikan sebagai perpaduan
semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua
orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan.
Menurut Purwanto dalam Suharyanto (2005: 7), TQM pada dasarnya
merupakan upaya untuk menciptakan “a culture of countinous improvement”
diantara para karyawan dengan menerapkan berbagai teknik pemecahan
permasalahan secara kelompok dengan memusatkan perhatian pada
kepuasan customer.
Menurut Soewarso Hardjosoedarmo (2004 ; 1) : “TQM adalah
penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk :



Memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi.
Memperbaiki semua proses penting dalam organisasi.
Memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan
jasa pada masa kini dan diwaktu yang akan datang.”
Sedangkan menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2003 ; 4) TQM
adalah :
“TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan”.
ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan Manajemen Kualitas
sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang
17
menentukan kebijakan kualitas, tujuan-tujuan, dan tanggung jawab serta
mengimplementasikannnya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas
(quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas
(quality assurance), dan peningkatan kualitas (quality improvement).
Tanggung jawab manajemen kualitas ada pada semua level dari
manajemen, tetapi haus dikendalikan oleh manajemen puncak (top
management), dan implementasinya harus melibatkan semua anggota
organisasi.
Sekalipun konsep TQM banyak dipengaruhi oleh perkembanganperkembangan di Jepang, tetapi tidak dapat dinyatakan bahwa TQM “Made
In Japan” hal ini dikarenakan banyak aspek TQM yang bersumber dari
Amerika Serikat (Scmidt dan Finnigan , 1992 dalam Bounds, et,al, 1994:61),
diantaranya sebagai berikut:
1. Manajeman ilmiah yaitu berupaya menemukan satu cara terbaik dalam
melakukan suatu pekerjaan
2. Dinamika kelompok yaitu mengupayakan dan mengorganisasikan
pengalaman kelompok.
3. Pelatihan dan pengembangan yang merupakan investasi dalam sumber
daya manusia
4. Motivasi prestasi
5. Keterlibatan karyawan
18
6. Sistem sosioteknikal, dimana organisasi beroperasi sebagai sistem yang
terbuka.
7. Pengembangan organisasi
8. Budaya organisasi, yakni menyangkut keyakinan, mitos dan nilai-nilai
yang mengarahkan perilaku setiap orang dalam organisasi.
9. Teori kepemimpinan baru, yakni menginspirasikan dan memberdayakan
orang lain untuk bertindak.
10. Konsep linking-pin dalam organisasi, yakni membentuk tim fungsional
silang.
Berdasarkan data yang ada telah dibuktikan penerapan manajemen
mutu terpadu telah berhasil dengan baik di Jepang kalau dilaksanakan
secara konsekuen, sehingga membuktikan produk Jepang telah membanjiri
pasar, terutama di Amerika Serikat untuk produk mobil dan elektronik,
walaupun cikal bakal manajemen mutu berasal dari negara Paman Sam
tersebut. Sukses ekonomi luar biasa ini merupakan menyadarkan Amerika
Serikat untuk menerapkan manajemen mutu terpadu. Hal ini kemudian diikuti
oleh Negara-negara di Eropa dan Timur Tengah dalam tingkat perintisan.
Setiap organisasi harus secara terus menerus melakukan perbaikan
mutu produk dan pelayanan, sehingga dapat memuaskan para pelanggan.
Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan dan para
pemegang saham. Memiliki wawasan jauh kedepan dalam mencari laba dan
19
memberikan kepuasan. Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul
hasil. menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam
menciptakan keunggulan mutu.
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja
manajerialnya. TQM juga dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu.
Menurut Ishikawa dan Nasution (2005: 22), TQM diartikan sebagai
perpaduan semua fungsi manajemen, semua holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas dan kepuasan
pelanggan.
TQM digambarkan sebagai kerja sama dari setiap orang dalam
organisasi dan proses bisnis terkait, untuk menghasilkan produk dan layanan
yang memenuhi dan mudah-mudahan melebihi kebutuhan dan harapan
pelanggan (Dale, 1999).
TQM merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan daya saing,
efisiensi dan fleksibilitas untuk seluruh organisasi, (Oakland, 1989). TQM
adalah sistem berkembang, yang terdiri dari praktek, peralatan, dan
pelatihan metode untuk mengelola organisasi dalam konteks perubahan
yang cepat. Itu sistem menyediakan kepuasan pelanggan dan meningkatkan
kinerja organisasi dengan menghilangkan cacat produk dan layanan ngebut
(Shiba et al, 1993.)
20
TQM adalah budaya perusahaan yang ditandai dengan pelanggan
meningkatkan kepuasan melalui perbaikan yang berkesinambungan yang
melibatkan seluruh karyawan dalam organisasi, (Dahlgaard et al., 1999).
TQM adalah suatu filosofi manajemen yang bertujuan untuk
mengintegrasikan semua organisasi fungsi (pemasaran, keuangan, desain,
rekayasa, dan produksi, pelanggan layanan, dll) untuk fokus pada memenuhi
kebutuhan pelanggan, organisasi, dan tujuan, (Khurram Hashmi, 2007)*
TQM adalah metode dimana manajemen dan karyawan dapat terlibat
dalam perbaikan terus menerus dari produksi barang dan jasa. Ini adalah
kombinasi alat kualitas dan manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan
bisnis dan mengurangi kerugian akibat praktek boros.
TQM adalah pendekatan manajemen untuk suatu organisasi,
berpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan
bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan,
dan manfaat bagi semua anggota organisasi dan masyarakat, (ISO International Organization for Standardization).
Salah satu tujuan utama adalah untuk mengurangi variasi dari setiap proses
sehingga lebih besar konsistensi usaha yang diperoleh.
Sim dan Killough (1998) menjelaskan TQM merupakan suatu filosofi
yang
menekankan
peningkatan
proses
pemanufakturan
secara
berkelanjutan dengan mengeliminasi pemborosan, meningkatkan kualitas,
21
mengembangkan keterampilan, mengurangi biaya produksi. Penelitian yag
dilakukan oileh Banker et.al (1993) memberikan gambaran TQM lebih
menekankan karyawan dalam memecahkan masalah, bekerja secara team
work dan membangkitkan pendekatan inovatif untuk memperbaiki produksi.
Banker et.al. menyatakan karyawan diminta mengidentifikasi cara-cara untuk
menungkatkan
proses
pemanufakturan,
mengurangi
kerusakan
dan
memastikan bahwa operasi organisasi berjalan efisien, serta lebih
menekankan produk dan pelanggan (customer).
Waldam (1994) menyatakan bahwa TQM merupakan suatu sistem
yang
dirancang
sebagai
kesatuan
yang
memfokuskan
pendekatan
pelanggan dengan meningkatkan kualitas produk dan pelayanan
Menurut Purwanto dalam Suharyana (2005: 7) TQM pada dasarnya
merupakan upaya untuk menciptakan “a culture of countinous improvement”
di antara para karyawan dengan menerapkan berbagai teknik pemecahan
permasalahan secara kelompok dengan memusatkan perhatian pada
kepuasan costumer.
Menurut Tjiptono (2003: 4), TQM merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungannya.
22
Menurut Suharyanto (2005: 62),
TQM adalah sebuah kultur, dengan sifat yang melekat di dalam kultur
ini adalah sebuah komitmen sepenuhnya terhadap kualitas dan sikap
yang diperlihatkan melalui keterlibatan setiap individu dalam proses
produk maupun jasa secara kontinyu, melalui penggunaan metode
ilmiah yang inovatif.
TQM menghendaki komitmen total dari manajemen di mana komitmen ini
harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua level atau
departemen dalam organisasi. Sukses tidaknya pelaksanaan TQM sangat
ditentukan oleh kompetensi Sumber Daya Manusia oleh suatu organisasi
untuk merealisasikannya. Dengan demikian TQM adalah suatu alat yang
digunakan oleh manajemen suatu organisasi yang melibatkan seluruh
personel dalam organisasi dalam melakukan perbaikan secara terusmenerus atas produk, pelayanan, lingkungan yang berhubungan dengan
produk organisasi dan manajemen organisasi melalui metode ilmiah yang
inovatif.
B. Pengertian Mutu
Kata mutu mempunyai definisi yang berbeda-beda mulai dari yang
konvensional sampai dengan yang strategik. Definisi yang konvensional
biasanya menjelaskan salah satu pengertian mulai seperti memakai suatu
komoditas dengan enak, konstruksi bangunan bagus dan tahan lama. Selain
itu ada definisi lain yang menggambakan kesan prima, nomor satu dan
23
paling baik. Bagaimanapun para manajer yang menghadapi persaingan
bisnis yang semakin keras, meningkatkan perhatian dengan definisi yang
lebih strategik, yaitu memenuhi kebutuhan pelanggan.
Konsep mutu mulai dari organisasi rnanufakturing yang memproduksi
produk (barang dan jasa) yang nyata, umpan balik terhadap mutu spesifikasi
dari produk, dan mutu yang merefleksikan perbedaan atribut yang dapat
diukur dari suatu produk. Hal ini berarti adanya kesesuaian dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Adanya deviasi atau
perbedaan dari spesifikasi perlu diperbaiki karena adanya mutu yang lebih
rendah daripada yang diharapkan. Definisi ini merefleksikan pandangan
internal organisasi dalam menyediakan produk. Hanya secara tidak langsung
definisi ini menunjukkan keinginan atau harapan pelanggan.
Menurut Philips B. Crosly (1980) yang menekankan pentingnya
pimpinan puncak untuk menciptakan iklim yang nyaman dan menyakinkan
bahwa
“mutu adalah misi produk yang harus dicapai oleh organisasi dan
karyawan disemua tingkatan dapat dimotivasi untuk mengejar
peningkatan tetapi motivasi tersebut tidak akan berhasil kecuali
disediakan alat untuk meningkatkannya”
Ellias Whitney (abad 19) memperkenalkan pengendalian mutu dalam
bentuk pengecekan barang-barang yang akan disampaikan pada pelanggan
dengan cara memisahkan barang cacat dan barang yang tidak cacat baik
24
dari segi penampilan maupun dan karakteristik agar konsumen merasa puas
karena mendapatkan barang kualitas baik.
Dalam era sebelumnya. mandat mutu adalah mengukur variasi
spesifikasi atau karakteristik produk terhadap standar yang telah ditetapkan
dan kemudian memberikan tantangan tejadinya proses manufacturing dan
pelayanan yang memberikan sumbangan pada variasi tersebut. Tugas ini
merupakan tugas dari kelompok inspeksi, dan biasanya terdiri dari para ahli
teknik yang menjadi departemen tersendiri. Departemen ini paling sering
melapor kepada pimpinan tinggi organisasi dan hanya secara tak langsung
bekeja dengan manajer yang langsung bertanggung jawab pada proses
produk. Secara skematis definisi mutu dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
25
Produk
Cocok sesuai
Pelanggan
Produk
Karakteristik-karakteristik Mutu
Pandangan
Konsumen
Karakteristik-karakteristik yang
asli (True)
Karakteristik-karakteristik
Pelengkap
Dimensi-dimensi Mutu
Terukur secara
Kuantitas dan
teknis
Gambar 1. Definisi Mutu (Surono dan Asih, 2000)
Menurut Vincent Gaspersz (2006: 1) Kualitas adalah segala sesuatu
yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the
needs of customers). Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), kualitas
didefenisikan sebagai totalitas karakteristik suatu produk yang menunjang
kemampuan produk itu untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan
atau ditetapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan
26
(costumer satisfaction) atau konfirmasi terhadap kebutuhan atau persyaratan
(Confirmance to the requirement).
Di samping pengertian seperti yang disebutkan di atas, kualitas juga
dapat diartikan sebagai segala sesuatu uang menentukan kepuasan
pelanggan dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus-menerus sehingga
dikenal istilah : Q-MATCH (Quality = Meets Agreed Terms and Changes).
Definisi kualitas menurut Kotler, (1994) adalah keseluruhan ciri serta
sifat dari suatu produk yang berpengaruh pada kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang bersifat tersirat.
Terdapat beberapa jenis kebutuhan pelanggan antara lain:
a. kebutuhan yang diutarakan dengan jelas oleh pelanggan;
b. kebutuhan nyata dari pelanggan;
c. kebutuhan yang tidak diutarakan, misalnya pelanggan mengharapkan
pelayanan yang baik;
d. kebutuhan kegembiraan yaitu kebutuhan nilai tambah dari karakteristik
yang tidak diketahui sebelumnya.
e. kebutuhan rahasia di mana pelanggan ingin dipandang sebagai
konsumen cerdas yang berorientasi pada nilai..
Menurut
F.
Tjiptono
(1996),
pengertian
kualitas
jasa
yang
dikembangkan oleh Garvin dalam (Lovelock, 1994: Pepard dan Rowland,
1995) ada 8 dimensi kualitas yaitu:
27
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti,
misalnya kecepatan, kemudahan, kenyamanan dan sebagainya.
2. Ciri-ciri
atau keistimewaaan tambahan (Feature) yaitu karakteristik
sekunder atau pelengkap misalnya kelengkapan interior, AC, dll.
3. Kehandalan (reability) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi yaitu desain dan operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan.
5. Daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat
terus digunakan.
6. Serviceability meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
direparasi serta penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika yatu daya tarik produk terhadap panca indra.
8. Kualtas yang dipersepsikan (perceived quality) yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggungjawab organisasi terhadapnya.
Azrul Azwar, (1994) mengatakan beberapa pengertian tentang konsep
kualitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kualitas adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan suatu yang
sedang diamati (Winston Dictionary, 1956).
b. Kualitas adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian,
1980).
c. Kualitas adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang jasa, yang
didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan
kebutuhan para pengguna (Din ISO 8402, 1966).
d. Kualitas adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
(Crosby, 1984).
Meskipun tidak ada defisini mengenai kualitas yang diterima secara
universal, dari definisi-definisi tersebut di atas terdapat beberapa kesamaan,
yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut:
a)
kualitas meliputi usaha memenuhi harapan pelanggan;
b)
kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
28
c)
kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang
berkualitas pada masa mendatang).
Berdasarkan beberapa persamaan elemen-elemen tersebut di atas,
Davis (1996: 4) membuat definisi mengenai kualitas yang cakupannya lebih
luas, yaitu: ”kualitas merupakan suatu kondisi di mana yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebih harapan”.
Dalam pendekatan TQM, sesungguhnya kualitas ditentukan oleh
pelanggan. Oleh karena itu dengan memahami proses dan pelanggan maka
organisasi dapat menyadari dan menghargai akan pentingnya kualitas mutu
pelayanan. Semua usaha manajemen diarahkan untuk menciptakan
kepuasan pelanggan. Apa pun yang dilakukan manajemen tidak akan ada
gunanya bila akhirnya tidak menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan.
Adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai
bahan analisis untuk meningkatkan pelayanan.
Menurut Parasuramman, Zeithami, dan Berry (1985) seperti dikutip
oleh F. Tjiptono (2001) merumuskan model kualitas jasa yang menyoroti
persyaratan-persyaratan utama untuk memberikan kualitas jasa yang
diharapkan.
29
Menurut F. Tjiptono (1998: 40) berbagai definisi tersebut di atas,
terdapat beberapa kesamaan, yaitu:
1. Kualitas meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan.
2. Kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses, lingkungan.
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin kurang berkualitas di
masa mendatang).
Mutu ditentukan oleh para manajer senior suatu organisasi yang
berkat posisi yang dimilikinya bertanggung jawab kepada pelanggan,
karyawan, pemasok, dan pemegang saham untuk keberhasilan suatu usaha.
Manajer senior ini mengalokasikan implementasi proses manajemen yang
memungkinkan perusahaan memenuhi visi dan misi mereka.
Kualitas pelayanan sangat dibutuhkan terutama di industri jasa
perbankan mengingat nasabah yang mempunyai keinginan yang selalu ingin
dipenuhi
dan
dipuaskan.
Masyarakat
selalu
mengharapkan
untuk
mendapatkan pelayanan yang maksimal dari para penyedia jasa dalam hal
ini mereka ingin diperlakukan secara profesional serta memperoleh sesuatu
sesuai dengan yang mereka harapkan.
Meskipun tidak ada defisini mengenai kualitas yang diterima secara
universal, dari definisi-definisi tersebut di atas terdapat beberapa kesamaan,
yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut:
a) Kualitas meliputi usaha memenuhi harapan pelanggan;
b) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
30
c) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini ungkin dianggap kura
berkualitas pada masa mendatang).
Berdasarkan beberapa persamaan elemen-elemen tersebut di atas,
Davis (1996: 4) membuat definisi mengenai kualitas yang cakupannya lebih
luas, yaitu: ”Kualitas merupakan suatu kondisi di mana yang berhubungan
dnegna produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebih harapan”.
Definisi kualitas menurut Kotler, (1994) adalah keseluruhan ciri serta
sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan
untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang bersifat tersirat.
Terdapat beberapa jenis kebutuhan pelanggan antara lain:
a. Kebutuhan yang diutarakan dengan jelas oleh pelanggan;
b. Kebutuhan nyata dari pelanggan;
c. Kebutuhan yang tidak diutarakan, misalnya pelanggan mengharapkan
pelayanan yang baik;
d. Kebutuhan kegembiraan yaitu kebutuhan nilai tambah dari karakteristik
yang tidak diketahui sebelumnya.
e. Kebutuhan rahasia di mana pelanggan ingin dipandang sebagai konsumen
cerdas yang berorientasi pada nilai.
31
Menurut Parasuraman, Zeithami, dan Berry (2000: 12) juga melakukan
penelitin khusus terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentfikasi
sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas jasa yaitu:
1. Reability, mencakup dua hal pokok yaitu konsistensi kerja
(performance) an kemampuan untuk dipercaya (ddependability).
Hal ini berarti organisasi memberikan jasanya secara tepat
semenjak saat pertama, selain itu organisasi yang bersangkutan
memenuhi janjinya menyampaikan jasanya sesuai jadwal yang
disepakati.
2. Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan
untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.
3. Competence, artinya setiap orang dalam suatu organisai memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan jasa tertentu.
4. Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui.
5. Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian dan
keramahan yang dimiliki para contact personal (resepsionis,
operator telepon, dan lain-lain).
6. Communication artinya memberikan informasi kepada pelanggan
dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu
mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
7. Credibility yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya, kreadibilitas
mencakup nama organisasi, karakteristik pribadi contact personal
dan interaksi dengan pelanggan.
8. Security, yaitu aman dari bahaya, resiko, keragu-raguan. Aspek ini
meliputi keamanan secara fisik (physical safety), keamanan
financial (financial security) dan kerahasiaan (confidentiality).
9. Understanding/knowing the customer, yaitiu usaha untuk
memahami kebutuhan pelanggan.
10. Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik,
peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dan jasa.
Menurut Gronroos dalam Edwardson, et.al (1994) yang dikutip dalam F.
Tjiptono, (1996) menyatakan ada 3 (tiga) kriteria pokok yang digunakan
pelanggan dalam menilai kualitas jasa yaitu (1) outcome-related, (2) process
32
related, dan (3) image-related. Di mana bahwa ke-3 (tiga) kriteria tersebut
dapat dijabarkan menjadi enam unsur yaitu:
1. Profesionalism and skills, kriteria yang pertama ini merupakan
outcome-related criteria, dimana pelanggan menyadari bahwa
penyedia jasa, karyawan, sistem operasional dan sumber daya
fisik, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk memecahkan masalah pelanggan secara profesioal.
2. Attitude and behaviour, kriteria ini adalah process-related criteria,
pelanggan merasa bahwa karyawan organisasi menaruh perhatian
terhadap mereka dan membantu dalam memecahkan masalah
secara spontan dan senang hati.
3. Accessibility dan Flexibility, kriteria ini termasuk dalam process
related criteria, pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi,
jam kerja, karyawan dan sistem operasionalnya, dirancang dan
dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat
dilakukan akses dengan mudah, selain itu dirancang dengan
maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam menyesuaikan
permintaan dan keingnan pelanggan.
4. Realibility and Trustworthiness, kriteria ini juga termasuk
pprpocess-related criteria, pelanggan memahami apapun yang
terjadi, mereka bisa mempercayakan segala sesuatunya kepada
penyedia jasa beserta karyawan dan sistemnya.
5. Recovery, kriteria ini termasuk dalam proses related criteria,
pelanggan memahami apapun yang terjadi, mereka bisa
mempercayakan segala sesuatunya kepada penyedia jasa akan
segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan
mencari pemecahan yang tepat.
6. Reputation and Credibility, kriteria ini merupakan image-related
criteria, pelanggan meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa
dapat dipercaya dan memberikan nilai atau imbalan yang sesuai
dengan pengorbanannya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pelayanan pada hakikatnya tujuan
organisasi adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan.
Dalam pendekatan Total Quality Management (TQM), sesungguhnya
kualitas pelayanan ditentukan oleh pelanggan. Oleh karena itu dengan
33
memahami proses dan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan
menghargai akan pentingnya kualitas mutu pelayanan. Semua usaha
manajemen diarahkan untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Apa pun
yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya bila akhirnya tidak
menghasilkan
peningkatan
kepuasan
pelanggan.
Adanya
kepuasan
pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai bahan analisis
untuk meningkatkan pelayanan.
Pelayanan umum adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, BUMN, dan
BUMD dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Day dalam Tse dan Wilton (1998: 87), Kepuasan pelanggan adalah
respons pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan
antara harapan sebelumnya (norma kinerja lainna) dan kinerja aktual produk
yang dirasakan setelah pemakaiannya. Wilkie (1990) mendefinisikkannya
sebagai suatu tanggapan emosoional pada evaluasi terhadap pengalaman
konsumsi suatu produk atau jasa Engel, et.al. (1990: 87) menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli di mana alternatif yang
dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan,
sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi
harapan pelanggan. Sedangkan Kotler (1994) menandaskan bahwa
34
kepuasan
pelanggan
adalah
tingkat
perasaan
seseorang
setelah
membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan
harapannya.
Menurut F. Tjiptono (1997), kepuasan pelanggan tidak lepas dari
kreativitas
yang
memungkinkan
organisasi
jasa
menangani
dan
memecahkan masalah-masalah yang sedang maupun yang akan dihadapi
dalam praktek bisnis yang dilakukan sehari-hari. Untuk mewujudkan dan
mempertahankan kepuasan pelanggan, organisasi jasa harus melakukan 4
(empat) hal:
1. Mengidentifikasi siapa pelanggannya.
2. Memahami tingkat harapan pelanggan atas kualitas.
3. Memahami strategi kualitas pelayanan pelanggan.
4. Memahami siklus pengukuran umpan balik dari kepuasan pelanggan.
Menurut Kotler (1997: 59) kepuasan adalah:
Perasaan senang atau kecewa seseorang yag berasal dari
perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk
dan harapan-harapannya. Jadi kepuasan merupakan fungsi dari
kesan kinerja dan harapan, bila kinerja berada di bawah harapan,
pelanggan tidak puas, sebaiknya apabila kinerja berada di bawah
harapan, pelanggan tidak puas, sebaliknya apabila kinerja dapat
memenuhi harapan pelanggan, maka puas dan senang.
Berdasarkan
memfokuskan
pada
pengertian
kepuasan
di
atas,
tinggi
maka
karena
banyak
para
organisasi
pelanggan
yang
kepuasannya hanya pas mudah untuk berubah fikiran bila mendapat tawaran
35
yang lebih baik. Mereka yang amat puas akan sukar merubah pilihannya.
Kepuasan yang tinggi dapat menciptakan kelekatan emosional terhadap jasa
yang
diberikan,
Bagaimana
para
hasilnya
pembeli
adalah
kesetiaan
membentuk
pelanggan
harapan
mereka
yang
yaitu
tinggi.
oleh
pengalaman pembelian mereka sebelumnya, nasihat teman dan kolega serta
janji dan informasi pemasar dan para pesaingnya.
Kepuasan pelanggan mempunyai banyak definisi, antara lain menurut
Day (Tjiptono, 1998: 56) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah
respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara
harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya.
Wilkie (1986: 32) mendefinisikan sebagai suatu tanggapan emosional
pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa.
(Engel et.al, 1992: 52) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan
evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama
atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketilldkpuasan timbul
apabila hasil (outcome0 tidak memenuhi harapan.
Menurut Azwar (1998: 78) untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
para pemakai jasa pelayanan, apabila berhasil dipenuhi akan dapat
menimbulkan rasa puas terhadap pelayanan. Dengan pengertian tersebut di
atas maka mutu pelayanan adalah yang merujuk pada tingkat kesempurnaan
36
pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pelanggan.
Sebaik-baik mutu pelayanan semakin tinggi kepuasan pelanggan. Namun
demikian kepuasan tersebut ternyata bersifat subyektif, tergantung dari latar
belakang yang dimiliki setiap orang dapat saja memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda untuk atau satu pelayanan kesehatan yang sama, disamping
itu sering ditemukan pelayanan yang dinilai telah memuaskan pelanggan,
namun jika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi mungkin
dapat saja belum dipenuhi.
Beberapa pendapat mengenai kepuasan pelanggan, maka dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
pengertian
kepuasan
pelanggan
adalah
terpenuhinya harapan pelanggan dalam membeli suatu jasa yang dapat
menimbulkan rasa puas pada diri pelanggan.
Pengertian kualitas dan jasa di atas, maka dapat pula didefinisikan
bahwa kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi
harapan pelanggan. Menurut Freddy Rangkuti (2002: 28) kualitas jasa
didefinisikan sebagai penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat
kepentingan pelanggan.
37
C. Konsep Total Quality Management (TQM)
TQM memandang sebuah organisasi sebagai kumpulan proses. Ini
menyatakan bahwa organisasi harus berusaha untuk terus meningkatkan
proses ini dengan menggabungkan pengetahuan dan pengalaman pekerja.
Tujuan dari TQM adalah:
 kepuasan pelanggan meningkat dengan berkurangnya jumlah sumber
daya.
 untuk memberikan nilai tertinggi bagi pelanggan pada biaya terendah,
sementara mencapai berkelanjutan keuntungan dan stabilitas ekonomi
bagi perusahaan.
Peningkatan biaya dan penurunan profitabilitas adalah hasil dari pelanggan
untuk meningkatkan kepuasan, dan pekerjaan dengan perbaikan terus
menerus. Ini berarti bahwa TQM relevan dalam semua bidang masyarakat
kita, tidak hanya secara pribadi perusahaan tetapi juga dalam perawatan
kesehatan, sekolah, otoritas pertahanan, dan lain-lain.
Tujuh (7) faktor adalah definisi yang paling sering ditangani dalam TQM:
1. fokus pada pelanggan dan kepuasan;
2. peningkatan kompetensi karyawan;
3. kepemimpinan dan komitmen manajemen puncak;
4. kerja sama;
5. keterlibatan karyawan;
38
6. terus ditingkatkan dan inovasi;
7. kualitas informasi dan pengukuran kinerja;
D. Elemen Pendukung Dalam Total Quality Management (TQM)
Pelaksanaan Total Quality Management juga akan ditemukan elemenelemen pendukung untuk menunjang keberhasilan antara lain adalah :
1. Kepemimpinan
Manajemen senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan
dengan memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif,
menggunakan data dan menggali siapa-siapa yang berhasil menerapkan
konsep
mutu
terpadu.
Ketika
memutuskan
untuk
menggunakan
MMT/TQM sebagai proses manajemen peranan manajer senior sebagai
penasihat, guru, dan pimpinan tidak bisa diremehkan. Pimpinan senior
suatu organisasi harus sepenuhnya menghayati implikasi manajemen di
dalam suatu ekonomi internasional di mana manajer yang paling berhasil,
paling mampu, dan paling hebat pendidikannya di dunia harus
diperebutkan melalui persaingannya yang ketat. Kenyataan hidup yang
berat ini akan menyadarkan manajer senior mengakui bahwa mereka
harus mengembangkan secara partisipatif, baik misi, visi, maupun proses
manajemen, yang dapat mereka gunakan untuk mencapai keduanya.
Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses yang
terdiri atas tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung yang harus mereka
39
kelola agar mencapai perbaikan mutu yang berkesinambungan sebagai
kunci keunggulan bersaing.
Hal yang perlu dimiliki oleh pimpinan dalam manajemen mutu terpadu
yakni sebagai berikut:
a. pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan pendapat saja;
b. pimpinan merupakan pelatih dan fasilitator bagi setiap individu/
bawahan;
c. pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecvahan masalah yang
dihadapi oleh bawahan;
d. pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin bahwa
setiap orang memahami misi, visi, nilai dan target perusahaan yang
jelas;
e. pimpinan dapat membangun dan memelihara kepercayaan;
f. pimpinan harus paham betul untuk mnegucapkan terima kasih kepada
bawahan yang berhasil/berjasa.
g. aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang
yang terprogram;
h. beorientasi selalu pada pelanggan eksternal/internal;
i. pandai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat;
j. dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan;
k. mau mendengar dan menyadari kesalahan;
40
l. selalu mau memperbaiki sistem dan mau berimprovisasi;
m. bersedia belajar kapan saja dan di mana saja.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Mutu
didasarkan
pada
keterampilan
setiap
karyawan
yang
pengertiannya tentang apa yang dibutuhkan dan pelanggan ini mencakup
mendidik dan melatih semua karyawan, memberikan informasi yang
mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan dan memecahkan persoalan.
Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat yang
sama akan diperbaiki di seluruh perusahaan. Pelatihan tambahan pada
banchmarking, statistik dan teknik lainnya juga digunakan dalam rangka
mencapai kepuasan pelanggan yang paripurna.
3. Struktur Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan
perubahan yang dianggap perlu di dalam melaksanakan strategi
pencapaian mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar
melalui konsultan. Akan tetapi lebih baik kalau diperoleh dari dalam
organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung yang kecil dapat membantu
tim manajemen senior untuk mengartikan konsep mengenai mutu,
membantu melalui ”network” dengan manajer mutu dibagian lain dalam
organisasi dan membantu sebagai nara sumber mengenai topik-topik
yang berhubungan dengan mutu bagi tim manajer senior.
41
4. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh
dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunikasi kepada seluruh
karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk
melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal
manajer
harus
bertemu
pribadi
dengan
para
karyawan
untuk
menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab
pertanyaan dari setiap karyawan.
5. Ganjaran dan Pengakuan
Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu harus diakui dan
mungkin diberi ganjaran sehingga karyawan lainnya sebagai anggota
organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Gagal mengenali
seseorang mencapai sukses dengan menggunakan proses manajemen
mutu terpadu akan memberikan kesan bahwa ini bukan arah menuju
pekerjaan yang sukses dan memungkinkan promosi atau sukses individu
secara menyeluruh. Jadi, pada dasarnya karyawan yang berhasil
mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran agar dapat
menjadi panutan/contoh bagi kayawan lainnya.
6. Pengukuran
Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat penting di dalam
menetapkan manajemen mutu. Penjelasan, pendapat harus diganti
42
dengan data dan setiap orang harus diberi tahu bahwa yang penting
bukan yang dipikirkan, melainkan yang diketahuinya berdasarkan data. Di
dalam menentukan penggunaan data, kepuasan pelanggan eksternal
harus diukur untuk menentukan seberapa jauh pengetahuan pelanggan
bahwa kebutuhan mereka benar-benar dipenuhi.
Model TQM di atas menunjukkan suatu philosophy bahwa mutu yang
diinginkan didapat dari kekuatan kepemimpinan, perencanaan, design, dan
peningkatan inisiatif. Kedelapan elemen kunci tersebut dapat dikelompokkan
menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.
2. Building Bricks, termasuk di dalamnya training, teamwork, and leadership.
3. Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication.
4. Roof adalah recognition.
ad. 1. Foundation
TQM dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics, integrity, dan
trust. Ini akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan, ketulusan dan
memberikan peluang bagi semua orang untuk ikut serta dalam proses
pelaksanaannya. Ketiga elemen kunci pada grup ini akan membuka potensi
TQM yang luar biasa. Ketiganya berjalan beriringan, tetapi memberikan
kontribusi yang berbeda dan saling melengkapi dalam TQM.
43
a. Ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan hal-hal yang
dianggap baik oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari tindakantindakan yang dianggap buruk. Ada dua jenis etika perusahaan, yaitu
yang berkaitan dengan etika bisnis dan etika personal, etika dari individual
SDM terhadap perusahaan dan sesama SDM.
b. Integrity termasuk di dalamnya adalah kejujuran, moralitas, nilai, keadilan,
dan ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan antara
komponen
perusahaan
terhadap
konsumen.
Suatu
perusahaan
hendaknya mampu menilai apa yang konsumen harapkan dan apa yang
pantas diberikan kepada konsumen berdasarkan nilai-nilai tersebut.
c. Trust, kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak terkait dengan
perusahaan akan memudahkan proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan. Jadi, kepercayaan akan mendatangkan lingkungan yang
kooperatif terhadap TQM.
ad. 2. Bricks
Setelah memiliki fondasi yang kuat, maka pilar penyangga akan lebih kuat
lagi dalam mencapai “atap“ yang menjadi tujuan TQM, yaitu recognition.
Bricks terdiri atas hal-hal berikut.
a. Training–Diklat sangat penting bagi karyawan untuk meningkatkan
produktivitasnya. Tugas diklat biasanya dibebankan pada supervisor atau
badan tersendiri dari Human Resources Departement. Pada dasarnya
44
diklat yang dibutuhkan karyawan di antaranya keahlian personal sesuai
dengan pekerjaan masing-masing, kemampuan untuk bekerja aktif dalam
tim, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi dan bisnis,
dan keahlian teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan
karyawan yang efektif.
b. Teamwork–Kekuatan tim akan lebih hebat dari individu. Dengan tim
permasalahan akan lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi
yang dapat saling mengisi.
Tim juga akan mampu mingimprovisasi proses dan pelaksanaan TQM.
Ada tiga tipe tim yang disarankan dalam TQM, yaitu sebagai berikut.
i. Quality Improvement Teams or Excellence Teams (QITS) – Ini adalah
bentukan
tim
yang
sifatnya
temporer
menyelesaikan problem yang spesifik.
yang
bertugas
untuk
Biasanya bentukan tim ini
digunakan dalam kurun waktu tiga sampai dengan dua belas bulan. Tim
ini juga biasanya digunakan lagi ketika permasalahan yang sama timbul
pada periode waktu berikutnya.
ii. Problem Solving Teams (PSTs)
Tim
ini
juga
bersifat
temporer
dengan
tugas
menyelesaikan
permasalahan yang juga spesifik dan mengidentifikasi serta menangani
penyebab permasalahan dengan kurun waktu satu minggu sampai
45
dengan tiga bulan. Dengan tingkat permasalahan yang lebih rendah
daripada permasalahan yang dihadapi QITS.
iii. Natural Work Teams (NWTs) – Bentukan tim ini terdiri atas sekelompok
kecil SDM ahli di bidangnya dengan tiap-tiap anggota tim memikul tugas
dan
tanggug
jawab
sendiri-sendiri
yang
dibagi
berdasarkan
kapabilitasnya. Konsep yang terdapat di dalam tim yang melibatkan
karyawan, kesanggupan me-manage tim secara professional, dan
kesatuan di antara anggota tim yang berupa lingkaran berkualitas. Tim
ini berkesinambungan tanpa ada batas waktu dengan jam kerja kurang
lebih satu sampai dengan dua jam setiap minggunya.
c. Leadership – Bisa dikatakan sebagai kunci utama dalam TQM.
Sosok kepemimpinan dalam TQM hendaknya yang memiliki visi ke depan
dan mampu menginspirasi anggotanya. Pemimpin di sini juga berarti mampu
membuat arah strategi yang dapat dipahami oleh semua komponen yang
ada
dengan
nilai-nilai
yang
mewakili
seluruh
kepentingan.
Sosok
kepemimpinan ini biasanya dipegang oleh seorang manajer. Dalam TQM
juga dibutuhkan supervisor yang berkomitmen untuk memimpin karyawan.
Seorang supervisor harus paham betul. TQM dengan seperangkat nilai dan
philosophy yang terkandung di dalamnya dan mampu mengkomunikasikannya ke seluruh elemen yang berada di bawahnya.
46
Intinya keseluruhan TQM harus dipahami, dipegang, dan dipimpin oleh
perangkat top management yang harus memiliki komitmen tinggi terhadap
hal tersebut. Nilai obyektivitas harus dijunjung tinggi karena top management
bertindak dari planer sampai measurement.
ad. 3. Binding Mortar
Binding Mortar merupakan elemen kunci yang melingkupi keseluruhan model
dari TQM.
Communication – Komunikasi adalah suatu jembatan yang menentukan
keberhasilan TQM. Komunikasi yang tidak tepat dan tidak tertuju ke sasaran
akan mengakibatkan rubuhnya model TQM. Kesatuan dari keseluruhan
elemen kunci ini disatukan dengan suatu komunikasi yang tepat, yang tepat
sasaran dan tepat ide. Komunikasi yang baik dalam TQM diperlukan antara
seluruh elemen organisasi, supplier, dan konsumen. Dalam kondisi apa pun
seorang supervisor harus peka terhadap aliran informasi yang ada di
sekitarnya yang kemudian disampaikan ke manajemen untuk diolah
sedemikian rupa menjadi suatu keputusan terhadap suatu kondisi berupa
informasi untuk kemudian disampaikan ke pihak-pihak yang terkait. Ada
beberapa macam komunikasi, yaitu sebagai berikut.
47
i. Downward communication – Aliran komunikasi dari atas ke bawah.
Komunikasi ini tergolong dominan dalam organisasi. Dari top manajemen
yang menyampaikan informasi ke supervisor, selanjutnya dari supervisor
ke karyawan adalah contoh dari komunikasi ini.
ii. Upward communication – Dapat berupa kritikan karyawan terhadap
manajemen atau hasil mata-mata karyawan dan pengetahuan lainnya dari
karyawan yang disampaikan ke atas, demi kesempurnaan TQM.
iii. Sideways communication – Komunikasi ini sangat penting karena
memecah dinding pembatas antara satu departemen dengan departemen
lainnya. Tanpa komunikasi ini TQM akan terpecah dari satu departemen
dengan yang lainnya.
ad. 4. Roof
Recognition – Recognition adalah elemen terakhir dari TQM. Seharusnya
elemen ini mampu memberikan sugesti dan achivement bagi tim dan
karyawan individual. Dengan seseorang memperoleh suatu pengakuan,
akredibilitas, maka secara otomatis akan terjadi perubahan yang luar biasa
dalam kepercayaan diri, self esteem, produktivitas, dan kualitas kerja yang
sesuai dengan mutu yang diharapkan perusahaan. Secara tidak langsung
hal inilah yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada
konsumen berupa produk dengan mutu yang tinggi sebagai hasil dari
pemberdayaan SDM yang berkualitas.
48
Pengakuan atau kredibilitas dapat terjadi dengan cara, terjadi pada tempat
serta terjadi pada waktu, antara lain sebagai berikut:
- Cara – Berupa sertifikat penghargaan, trofi, plakat, dan sebagainya.
- Tempat – Penampilan yang baik dapat dilihat dari kondisi kerja
departemen, panitia, tim, dan top manajemen.
Pengakuan di sini terjadi di kalangan departemen, top manajemen,
ataupun di kalangan karyawan
-
Waktu – Pengakuan dapat diberikan pada waktu tertentu, seperti rapat
staf, penghargaan yang sifatnya rutin, dan sebagainya.
Model TQM yang Disederhanakan
Untuk membuat dan mengaplikasikan sebuah model dari Total Quality
Management, maka dilakukan langkah-langkah awal sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi elemen-elemen yang diperlukan untuk kesuksesan
pendekatan manajemen kualitas.
2. Mengetahui cara cara agar keseluruhan elemen tersebut dapat terkoneksi
satu dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan.
3. Membuat pilihan-pilihan proses yang dapat dipilih dalam mecapai tujuan
dari manajemen kualitas.
4. Mempelajari keahlian dan pengetahuan untuk menyeimbangankan
perencanaan startegik perusahaan yang akan dilakukan dengan rutinitas
proses operasional sehari- hari.
49
5. Mempelajari keahlian dan pengetahuan yang akan digunakan oleh tiaptiap sumber daya manusia dan sumber daya perusahaan untuk
peningkatan aktivitas produksi sehari-hari.
6. Belajar untuk menghilangkan kesan cambukan SDM dalam peningkatan
produktivitas sebagai upaya mereka untuk menjadi karyawan pilihan
dalam satu bulan, tetapi membuat mereka melakukannya secara tulus.
7. Mempelajari keahlian manajemen dengan baik dan mengetahui kebutuhan
karyawan dan sumber daya perusahaan lainnya agar semua elemen yang
berperan dalam TQM dapat bekerja sampai pada titik tertinggi
8. Menghindari titik kepuasan karyawan yang akan menyebabkan mereka
berhenti untuk meningkatkan produktivitas dan justru sebaliknya harus
mempelajari hal-hal yang membakar semangat mereka pada saat proses
TQM berlangsung.
Pelaksanaan Model TQM harus berpegang pada prinsip-prinsip kesuksesan
model TQM berikut.
1. Kesuksesan TQM membutuhkan perubahan tingkah laku dan budaya
2. Manajemen TQM harus dipisah dari HRD dan Manajemen Organisasional
(OM), dengan kata lain divisi TQM hendaknya dibuat tersendiri.
3. Kesuksesan TQM adalah kemampuan untuk memadukan manajemen
organisasi dengan Departemen Human Resource Development.
50
4. TQM, HRM, dan OM haruslah memiliki satu kesatuan pandangan dan
berkesinambungan.
Dua macam pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut.
1. Traditional Management Approach (Model Pendekatan Tradisional)
Model ini adalah model yang paling sering digunakan, yaitu pimpinan
suatu pendekatan TQM dengan memaksakan penerapan TQM yang akan
ke HRD dan OM. Hal ini berarti bahwa pimpinan tidak berdampingan
dengan HRD dan OM dalam merancang TQM itu sendiri. Akibatnya
adalah pendekatan ini dapat mengalami kegagalan sebanyak 80%. Hal itu
terjadi karena yang terkesan dari TQM dengan pendekatan ini adalah Rat
Race atau perburuan hadiah yang akan menimbulkan cara-cara tidak
sehat atau Run end atau kinerja yang mendadak berhenti ketika seorang
karyawan merasa tidak mampu ataupun sudah puas.
2. Integrated Management Approach (Model Pendekatan Terpadu)
TQM adalah perpaduan dan penyeimbangan antara budaya kerja yang
telah ada di OM dan HRD dengan budaya yang akan diciptakan oleh TQM
sehingga tercipta suatu garis tengah yang menjembatani semua
kebutuhan dan kebudayaan HRD dan OM dengan alur dari TQM dengan
tujuan yang dibawa oleh TQM. Dengan demikian, di antara ketiganya akan
tercipta suatu integritas, kesepahaman, tanpa adanya rasa saling
dirugikan dan mereka akan berkinerja lebih baik tanpa perlu merasakan
51
aura kompetisi yang tidak sehat seperti Rat Race dan Runs end. Tingkat
keberhasilan sangat tinggi mengingat akan disesuaikan antara tingkat
keberhasilan yang diinginkan perusahaan dengan kemampuan dan
kemauan para pelaksana.
Beberapa perusahaan, akan menjadi sangat sulit ditemukan titik temu
dalam perencanaan TQM pendekatan terpadu. Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan prinsip, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Para manajer berkomitmen untuk melaksanakan model yang akan mereka
buat bersama
2. Formula sederhananya adalah HRD + Organisation Development = TQM.
Keduanya harus saling melengkapi tanpa harus merugikan salah satunya.
E. Kerangka Fikir
Kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan Bandara Udara
Internasional Hasanuddin harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik
kepada penumpang. Untuk mengetahui mutu kualitas terpadu pada Bandara
Udara Internasional Hasanuddin terhadap masyarakat dapat dilihat dari
perencanaan, pengambilan tindakan, solusi masalah yang dihadapi, dan
evaluasi kinerja. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
52
MUTU KUALITAS TERPADU
BANDARA INTERNASIONAL
SULTAN HASANUDDIN
Faktor-faktor eksternal
- Fokus peningkatan proses
- Kepemilikan proses
- Pengu kinerja
- Reduksi biaya kualitas
- Tindakan pencegahan dan
korektif
Faktor-faktor internal
- Perencanaan
- Pengambilan
tindakan
- Solusi masalah
- Evaluasi kinerja
- Peningkatan SDM
- Diklat
- Komunikasi
- Kerjasama
- Pengakuan dan
penghargaan
Sumber: Teori Scmid dan Finnigan, 1992: 14 dalam buku Nasution, 2002.
Gambar 2 Kerangka Fikir
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode survey untuk mendapatkan
dalam tujuan deskriptif, membantu dalam membandingkan kondisi-kondisi
yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan juga dalam
pelaksanaan evaluasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif untuk menganalisis Total Quality Management pada Bandara
Udara Internasional Sultan Hasanuddin Kota Makassar.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel
1. Populasi
Penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan pegawai
pengelola bandara pada Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin
selama penelitian berlangsung.
2. Sampel
Sampel adalah sejumlah pegawai dari masing-masing unit yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini
diperoleh sejak proses pengumpulan data dilaksanakan. Selama kurun
waktu tersebut berkunjung ke Bandara Udara Sultan Hasanuddin untuk
menganalisis Total Quality Management yang ada.
54
3. Teknik Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampel propossive
yaitu pimpinan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, pegawai pada
pelayanan penumpang dan penumpang (pelanggan) pada Bandara Udara
Internasional Sultan Hasanuddin Kota Makassar masing sebanyak 50 orang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Penyebaran Angket/Kuisioner
Metode ini ditempuh guna mendapatkan data yang akurat dan obyektif
terhadap
permasalahan
yang
diteliti,
didapat
dari
responden.
Angket/kuisioner yang diberikan untuk mengetahui sejauh mana mutu
terpadu yang ada di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
terhadap kualitas yang diterima oleh pengguna bandara itu sendiri.
2. Wawancara
Kecenderungan penulis menggunakan teknik ini disebabkan oleh data
yang diperoleh dari sejumlah informasi dalam memperoleh data serta
bermanfaat guna mewujudkan validitas secara keseluruhan, yang dapat
ditempuh dengan cara membandingkan data dari responden dengan
informan.
55
3. Telaah Dokumen
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang
diperoleh dari dokumen dan sumber-sumber data sekunder lainnya yang
dapat mnendukung data-data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan
wawancara.
4. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap obyek peneliti untuk
memperoleh keterangan data yang akurat mengenai hal-hal yang diteliti
serta untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dengan
peningkatan mutu terminal keberangkatan dan terminal kedatangan serta
cargo (baik pengiriman maupun barang bawaan) pada Bandara Udara
Internasional Sultan Hasanuddin.
D. Defenisi Operasional Variabel dan Indikator
Faktor Eksternal
1. Fokus pada peningkatan proses
Sebuah organisasi dapat dipandang sebagai suatu proses, yang berarti
urutan berulang dari kegiatan. Tujuan dari proses ini adalah untuk
menghasilkan produk atau jasa, yang harus memuaskan pelanggan.
Proses ini menghasilkan data yang menunjukkan seberapa baik proses ini
memuaskan pelanggannya. Ini berarti bahwa kita seharusnya tidak
memandang setiap bagian dari data, misalnya keluhan pelanggan, sebagai
56
sesuatu yang unik tetapi bukan sebagai bagian dari statistik, yang dapat
memberikan infromation tentang seberapa baik proses bekerja dan
bagaimana dapat ditingkatkan
2. Kepemilikan proses
Kepemilikan proses adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas
operasi proses dan peningkatan proses di mana tanggungjawabnya pada
desain, operasi dan peningkatan proses itu sendiri.
3. Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerja adalah pengukuran yang dilakukan pada setiap langkah
atau aktivitas dan karakteristik input, output dan outcome, bagiamana
baiknya suatu produk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
4. Reduksi biaya kualitas
Reduksi biaya kualitas adalah pengurangan/penurunan atau pemotongan
biaya dari biaya keseluruhan proses manajemen di mana proses ini
memberikan perkiraan biaya untuk tindakan kualitas.
5. Tindakan pencegahan dan korektif
Tindakan pencegahan dan tindakan korektif adalah tindakan dari penyebab
ketidaksesuaian dan peluang peningkatan. Tindakan korektif dilakukan untuk
mengeliminasi
ketidaksesuaianyang
terjadi
selama
kinerja
sistem
manajemen mutu dan pemberian proses pemberian layanan pelanggan.
57
Faktor Internal
1. Peningkatan SDM
Sumber data manusia selain merupakan aset organisasi yang paling
vital, SDM merupakan yang menentukan kualitas akhir sebuah jasa dan
lembaganya. Olehnya itu, sukses tidaknya ditentukan oleh kesiapan,
kesediaan,
dan
kompetensi
SDM
dari
yang
bersangkutan
untuk
merealisasikannya secara sungguh-sungguh.
2. Diklat
Sangat penting bagi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya.
Tugas diklat biasanya dibebankan pada supervisor atau badan tersendiri dari
Human Resources Department. Pada dasarnya diklat yang dibutuhkan
karyawan diantaranya keahlian personal sesuai pekerjaan masing-masing ,
kemampuan
untuk
berkerja
aktif
dalam
tim,
pemecahan
masalah,
pembuatan keputusan, ekonomi dan bisnis, dan keahlian teknis lainnya
sehingga akan mampu mendapatkan karyawan yang efektif.
3. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh
dengan cara yang berbeda-beda agar dapat berterima kasih kepada se luruh
karyawan untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu.
Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk
58
menyampaikan
informasi,
memberikan
pengarahan,
dan
menjawab
pertanyaan dari setiap karyawan.
4. Kerja sama
Untuk menjadi sukses dalam bisnis, kerja sama tim juga merupakan
elemen kunci dari TQM. Dengan menggunakan tim, bisnis ini akan
mendapatkan solusi cepat dan lebih baik untuk masalah yang mungkin
terjadi, dan bisa mendapatkan bantuan dari pekerja lain untuk menemukan
solusi dan ditempatkan.
5. Pengakuan dan penghargaan
Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu harus diakui dan
mungkin diberi ganjaran sehingga karyawan lainnya sebagai anggota
organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Gagal mengenali
seseorang mencapai sukses dengan menggunakan proses manajemen mutu
terpadu akan memberikan kesan bahwa ini bukan arah menuju pekerjaan
yang sukses dan memungkinkan promosi atau sukses individu secara
menyeluruh. Jadi, pada dasarnya karyawan yang berhasil mencapai mutu
tertentu harus diakui dan diberi ganjaran agar dapat menjadi panutan/contoh
bagi karyawan lainnya.
59
E. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Wawancara
Teknik yang diambil dalam pelaksanaan wawancara yakni berupa
wawancara berstruktur guna mendukung data primer. Adapun yang
menjadi sasaran pengambilan data hanya dibatasi pada informan saja. Hal
ini ditempuh guna memperhitungkan kemampuan dan waktu yang dimiliki
penulis.
2. Angket
Pengumpulan data digunakan berupa formulir-formulir yang berisi
sejumlah daftar pertanyaan tertutup yang mengacu pada variabel-variabel
penelitian.
Formulir-formulir
tersebut
nantinya
dibagikan
kepada
responden, yang dihasilnya akan dikemukakan dalam persentase dan
tabel frekuensi.
3. Dokumen
Dokumen-dokumen
yang
akan
diteliti
adalah
data-data
yang
berhubungan dnegan pemahaman masyarakat terhadap pelayanan
Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin.
4. Pedoman Observasi
Kegiatan observasi dilakukan sebagai pembanding dengan datadata yang diperoleh dengan melihat secara langsung tentang pemahaman
masyarakat terhadap pelayanan Bandara Udara Internasional Sultan
60
Hasanuddin Kota Makassar sambil memperoleh informasi melalui
wawancara dan mempelajari dokumen-dokumen yang ada.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, dan pengolahannya
menggunakan metode statistik deskriptif (Sugiono: 2006: 169), yakni
statistik
yang
digunakan
untuk
menganalisis
data
dengan
cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya.
2. Teknik Analisis Data
Data yang dianggap valid ditabulasi dan dicatat untuk dianalisis
kemudian disajikan dalam tabel silang, frekuensi yang disertai presentase.
Adapun untuk mengukur kualitas mutu terpadu menggunakan skala Likert
(Sugiono: 2006, 107), dimana variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak
untuk menyusun instrumen berupa pertanyaan atau jawaban. Jawaban
setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif/tinggi sampai
sangat negatif/rendah sesuai dengan skala pengukuran.
Sangat setuju (sangat tinggi):
bobot (5)
Setuju (tinggi):
bobort (4)
Kurang setuju:
bobot (3)
61
`
Tidak setuju:
bobot (2)
Sangat tidak setuju:
bobot (1)
1. Perhitungan skor per item pertanyaan:
Nilai skor per jawaban
= bobot x frekuensi
Total skor
= (bobot x frekuensi)
F
Persentase nilai skor per jawaban -------------- x 100%
N
Di mana : F = Frekuensi jumlah jawaban
N= Jumlah responden
Total skor
Rata-rata skor per item pertanyaan = --------------n
di mana : n = jumlah responden
Hasil perhitungan rata-rata interval skor per item pertanyaan:
5 = Sangat Baik (SB)
4 = Baik (B)
3 = Sangat Kurang Baik (SKB)
2 = Kurang Baik (KB)
1 = Sangat Kurang Baik (KB)
2. Perhitungan skor per indikator dan sub variabel
Nilai skor per aspek penilai = rata-rata per pertanyaan
Dalam indikator atau sub variabel yang bersangkutan (dari perhitungan 1)
62
Total skor
= (nilai rata-rata skor per aspek penilaian)
Persentase nilai skor per :
nilai skor
indikator atau sub variabel=------------------------ x 100 %
total skor
nilai skor
Rata-rata skor indikator
= ----------------- x 100 %
total skor
rata-rata skor indikator
atau sub variabel
total skor
= ----------------jumlah aspek penilaian
atau indikator
hasil perhitungan rata-rata skor per indikator atau sub variabel:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = sedang
2 = tidak baik
1 = sangat tidak baik
63
Daftar Pustaka
Azwar, Azrul.1994. Pelayanan Publik dalam Konsep dan Teori, Jakarta,
Rajawali Press.
Batinggi, Achmad. 1999. Manajemen Pelayanan Umum. Jakarta. Lembaga
Administrasi Negara
Darmawangsah. 2005. Teknik Penggunaan Standar Kerja. Bandung. Armico.
Ekawati. 2003. Internet dan Budaya Masyarakat Modern. Jakarta. Media
Express.
Gasperz, Vincent. 2006. Total Quality Management. Jakarta PT. Raja
Grafindo Persada.
Gordon B. Davis. 1996. Sistem Informasi Manajemen. Bandung. PPFM.
Gunadi, AR. 2006. Pelaksanaan Prosedur Kerja dan Birokrasi. Jakarta,
Grasindo Utama.
Hall, J. 2001. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta. Bumi
Aksara.
Hansson, Jonas, 2003, Tesis Doktor, Luleå University of Technology,
Swedia.
Hensler dan Brunell. 2003. Total Quality Management. Jakarta PT. Raja
Grafindo Persada. Cetakan ke 8.
Jogiyanto, 1983. Informasi dan Manajemen. Surabaya. Airlangga.
Kardiman, 2004. Pengaruh Teknologi dalam Kehidupan Manusia. Jakarta,
gungung Agung.
Keller. 2003. Kualitas Pelayanan dalam Masyarakat. Jakarta. STIE YKPN.
Kotler, Philip. 1994. Pengantar Sistim Informasi dan Manajemen. Bandung.
Armico.
.
Kusnadi. 2004. Standar Kerja dan pelaksanaannya. Jakarta. Rineka Cipta.
64
Moenir, A. S.. 2000. Dasar-dasar Manajemen. Bandung. Mandar Maju.
Natha, Ketut Suardhika, 2008. Total Quality Management Sebagai Perangkat
Manajemen Baru Untuk Optimisasi. Buletin Studi Ekonomi
Volume 13 Nomor 1 Tahun 2008. Fak. Ekonomi Universitas
Udayana, Denpasar.
Parasuraman, et.all. 1985. Total Quality Management. Jakarta. Ghalia
Indonesia.
Poetranto. 1991. Manajemen dan pengelolaa Berbasis Komunikasi. Jakarta.
Ghalia Indonesia.
Prijono. 1992. Perkembangan Ilmu Administrasi di Indonesia. Jakarta.
Rajawali Press.
Priyadi. 2008. Teknologi Informasi dan Perkembangannya.
Gramedia.
Jakarta.
Rosita. 2001. Perkembangan Dunia Internet. Jakarta. Rosdakarya.
Setiyadi, R. 2004. Peplayanan Publik dan Masalahnya, Jakarta. Gunung
Agung.
`
Siagian. Sondang P. 2003. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku
Administrasi. Jakarta. CV. Haji Masagung.
Sriyanti, M. 2003. Pelayanan Yang Berkualitas dalam Masyarakat. Jakarta.
Galia Indonesia.
Siswantoro, H., 1995. Pelayanan dalam Dunia Bisnis. Bandung. Kartika.
Suryadinata. 2004. Globalisasi Teknologi Informasi. Jakarta. Panembahan.
The Lia Gie. 1989. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta. Maadar Maju.
Tjiptono, Fandi. 2001. Prinsip-Prinsip Total Service. Yogyakarta. Andi Offset.
Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. 2003. Total Quality Management.
Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. Cetakan ke 8.
65
Tjokromidjoyo. Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan.
Jakarta. LP3ES.
Tse dan Wilton. 1998. Pelayanan Publik dan kualitas Pelayanan. Jakarta.
Andi offset.
Zeithmal dan Berry. 2000. Kualitas Pelayanan Jasa. Jakarta. LP3ES.
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
Undang-Undang Penerbangan 2009, UU RI No. 1 Tahun 2009.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2001 Tentang
Keamanan dan keselamatan Penerbangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 Tentang
Kebandarudaraan.
Direktorat Jend. Perhubungan Udara, 2012. Regulasi Penerbangan.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Tesis :
Arief, M. 2011. Kualitas Pelayanan Publik di Bandar Udara Internasional
Sultan Hasanuddin Makassar (Studi Kasus Pelayanan Jasa
Penumpang).
66
Bidang Pelayanan Operasi Bandar Udara, yang mempunyai tugas :
1. Melaksanakan tugas menyiapkan dan melaksanakan pengaturan serta
pengawasan kegiatan pelayanan operasi sisi udara;
2. Menyiapkan dan melaksanakan pengaturan serta pengawasan kegiatan
pelayanan operasi terminal dan operasi sisi darat;
3. Menyiapkan dan melaksanakan pengaturan serta pengawasan kegiatan
pelayanan sistem informasi operasi bandar udara;
Bidang Pelayanan Operasi Bandar Udara dalam melaksanakan tugasnya
dibagi menjadi 3 (tiga) Divisi yang masing-masing mempunyai tugas sebagai
berikut :
67
i.
Divisi Pelayanan Sisi Udara. Mempunyai tugas menyiapkan dan
melaksanakan kegiatan pelayanan sisi udara, meliputi pengaturan dan
penempatan parkir pesawat udara serta ketertiban lalu lintas orang,
kendaraan, dan peralatan di sisi udara;
ii.
Divisi Pelayanan Terminal dan Sisi Darat. Mempunyai tugas menyiapkan
dan
melaksanakan
kegiatan
penyiapan
penerbangan,
pelayanan
informasi untuk pemakaian jasa bandar udara, pengaturan izin masuk
(Pas bandar udara) serta operasi pelayanan sisi darat;
iii. Divisi Pelayanan Sistem Informasi Operasi Bandar Udara. Mempunyai
tugas menyiapkan dan melaksanakan kegiatan serta pengolahan data
penerbangan dan sistem informasi bandar udara.
Bandar udara memiliki peran sebagai:
1. Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik
lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute
penerbangan sesuai hierarki bandar udara;
2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan
pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi sertakeselarasan
pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan
sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang menjadi pintu
masuk dan keluar kegiatan perekonomian;
68
3. Tempat kegiatan alih moda transportasi, dalam bentuk interkoneksi antar
moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan
kualitas
pelayanan
yang
terpadu
dan
berkesinambungan
yang
digambarkan sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke
moda transportasi lain atau sebaliknya;
4. Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau
pariwisata dalam menggerakan dinamika pembangunan nasional, serta
keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya, digambarkan sebagai
lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada wilayah
di sekitamya;
5. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang
dapat membuka daerah terisolir karena kondisi geografis dan/atau karena
sulitnya moda transportasi lain;
6. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi bandar
udara yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah
perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kepulauan dan/atau
di daratan;
7. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang
memperhatikan kemudahan transportasi udara untuk penanganan
bencana alam pada wilayah sekitarnya;
69
8. Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara,
digambarkan dengan titik-titik lokasi bandar udara yang dihubungkan
dengan jaringan dan rute penerbangan yang mempersatukan wilayah
dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bandar udara terdiri atas:
1. Bandar udara umum yaitu bandar udara yang dipergunakan untuk
melayani kepentingan umum.
2. Bandar udara khusus yaitu bandar udara yang hanya digunakan untuk
melayani
kepentingan
sendiri
untuk
menunjang
kegiatan
usaha
pokoknya.
Berdasarkan rute penerbangan yang dilayani maka bandar udara dibagi
menjadi 2 yaitu:
1. Bandar Udara Domestik adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri.
2. Bandar Udara Internasional adalah bandar udara yang ditetapkan
sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan
rute penerbangan dari dan ke luar negeri.
PT. Angkasa Pura (Persero) merupakan sebuah Badan Usaha Milik
Negara di bawah Departemen Perhubungan yang bergerak di bidang
pengelolaan dan pegusahaan bandar udara di Indonesia yang membagi 2
(dua) menjadi Angkasa Pura di mana menitikberatkan dibagian Timur
70
Indonesia dan Angkasa Pura II di mana menitikberatkan dibagian Barat
Indonesia.
Bandara Sultan Hasanuddin termasuk dalam kategori Bandar udara
Internasional yang awal mulanya berada di kabupaten Maros. Bandara ini
landasan pacunya adalah rumput dengan ukuran 1.600 x 45 meter yang
dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di tahun 1935 dengan nama
lapangan terbangnya adalah Kadieng yang terletak di desa Batangase
Kabupaten Maros. Tetapi setelah pendudukan Jepang, nama lapangan
terbang ini diganti namanya menjadi lapangan terbang Mandai dengan
memperbaharui landasan pacu dari landasan pacu rumput menjadi beton.
Tahun 1945, konstruksi landasan pacu diperbaharui dan diganti dengan
onderlaag dengan Runway 13-31 yang berukuran 1745 x 45 meter.
Lapangan terbang ini kemudian diserahkan kepada pemerintah Indonesia
pada tahun 1950 yang dikelola oleh Jawatan Pekerjaan Umum Seksi
Lapangan Terbang, selanjutnya tahun 1955 dialihkan kepada Jawaban
Penerbangan Sipil (sekarang Direktorat Jenderal Penerbangan Udara)
dengan mengubah/memperpanjang landasan pacu menjadi 2.345 x 45 meter
sekaligus merubah nama lapangan terbang Mandai menjadi Pelabuhan
Udara Mandai.
Runway diperpanjang menjadi 2.500 x 45 meter dan nama pelabuhan
udara Mandai diubah menjadi Pelabuhan Udara Hasanuddin di tahun 1980.
71
Tahun 1981 dinyatakan sebagai Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi Haji
dan pada tahun 1985 Pelabuhan Udara Hasanuddi berubah nama menjadi
Bandar Udara Hasanuddin dan pada tanggal 30 Oktober 1994 Bandara
Hasanuddin dinyatakan sebagai Bnadara Internasional sesuai dengan
Keputusan Menteri Perhubungan KM 61/1994 tanggal 7 Januari 1995 yang
diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Sulawesi
Selatan. Pada tanggal 28 Maret 1995 ditandai dengan penerbangan Perdana
oleh Malaysia Airlines System (MAS) langsung dari Kuala Lumpur ke Bandar
Udara Hasanuddin Makassar kemudian dengan penerbangan Silk Air yang
menghubungkan Changi Singapore dengan Bandar Udara Internasional
Sultan Hasanuddin.
Selain ini Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin jauh
sebelumnya melayani penerbangan lintas Internasional di wilayah Yuridiksi
pengawasan/pengendalian Kawasan Timur Indonesia Makassar UCA (Upper
Control Area) yang mencakup wilayah udara melalui sebagian Kalimantan
bagian barat hingga perbatasan Negara Papua New Guinea di sebelah timur
dan dari perbatasan wilayah Udara Australia di sebelah selatan hingga
perbatasan wilayah udara Philippine dan Oakland (amerika Seikat) di
sebelah utara. Bandar Udara Hasanuddin juga merupakan pintu gerbang
udara di kawasan Timur Indonesia dan Provinsi Sulawesi Selatan
khususnya, di mana Bandar Udara ini telah memberikan corak tersendiri
72
sebagai Bandar Udara Transit yang diarahkan turut mendukung dan
mengembangkan pariwisata, mobilisasi arus penumpang serta berpartisipasi
dalam perdagangan dan industri.
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin sebagai bandara
Internasional di Kota Makassar diharapkan akan mampu menampung dan
melayani keperluan masyarakat terhadap sarana angkutan transportasi
udara, juga diharapkan masyarakat pengguna jasa terutama penumpang
memperoleh layanan yang memuaskan dari pihak pengelolah bandara.
Bandara Internasional Hasanuddin, Makassar yang sudah diresmikan
4 Agustus 2008 kini masih perlu pembenahan karena sejumlah fasilitasnya
rusak. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin masih banyak kekurangan,
karena itu hari ini tim dari pusat sedang menginventarisir fasilitas yang perlu
dibenahi.
Pelayanan publik sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri
PAN Nomor 63/M.PAN/7/2003 adalah segala bentuk kegiatan pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan
di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk penyediaan/pemberian barang
dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
73
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan.
Berdasarkan Undang-Undang Penerbangan Tahun 2009 (UndangUndang RI No. 1 Tahun 2009) tentang Angkutan Udara, Kebandarudaraan,
Navigasi
Penerbangan,
Keamanan
Penerbangan,
Keselamatan
Penerbangan, Pencarian dan Pertolongan Kecelakaan Pesawat Udara,
Investigasi
dan
Penyelidikan
Lanjutan
Pesawat
Udara.
Selain
UU
Penerbangan Tahun 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001
tentang Kebandar Udaraan dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2001
tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan.
74
Matriks Definisi Operasional Variabel dan Indikator
No.
Variabel
Indikator
1.
Navigasi
2.
Barang (Cargo)
3.
Pelayanan penumpang
4.
Keamanan penerbangan
5.
Keselamatan penerbangan
6.
Pencarian dan pertolongan
- Radar
- ATC (Air Traffic Control)
- ADS-B & ADS-C (Automatic Dependent
Surveillance Broadcast (ADS-B) dan
Automatic
Dependent
Surveillance
Contract (ADS-C)
- Satelit
- Rambu udara radio
- Barang Bagasi
- Barang penumpang
- Pengiriman barang
* Keberangkatan:
-check in
-ruang tunggu
-dalam pesawat
* Kedatangan:
-pengambilan bagasi
-sabuk pengaman
-pelampung
-pemandu keamanan
-pemakaian hand phone
-pakaian alkohol dan obat-obat terlarang
baik penumpang maupun awak pesawat
-
75
7.
Pertolongan kecelakaan
-
8.
Investigasi dan penyelidik- an lanjutan pesawat udara
Tabel Matriks Operasional Variabel dan Indikator
Download