PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM BAGIAN HUKUM SETDA KOTA BIMA TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat kearah kemandirian Daerah; b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka semua Peraturan Daerah yang mengatur tentang Retribusi Daerah di Kota Bima perlu disesuaikan; c. bahwa kebijakan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c diatas perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4488); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemeritah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444); 6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4851); 7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96 tambahan lembaran negara RI nomor 5052); 8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123 tambahan lembaran negara RI nomor 5043); 9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5049 ) ; 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3699); 11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5234). 12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3293); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1985 tentang Penyelenggaraan Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3303); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3527); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3528); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3529); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3530); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewengan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4138); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3980); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3980); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4578); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Kota Bima Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4737); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4741); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor4973); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010, Nomor 119 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5161); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5165); 28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 29. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air; 30. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2008 Nomor 88); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA dan WALIKOTA BIMA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BIMA TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kota Bima. 2. Pemerintah Kota Bima adalah Walikota dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat daerah Kota Bima sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Kepala Daerah adalah Walikota Bima. 5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD Kota Bima dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. 7. Peraturan Walikota adalah Peraturan Walikota Bima. 8. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Kota Bima untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. 9. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 10. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Kota Bima berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. 11. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Kota Bima untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. 12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. 13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan jasa umum dari Pemerintah Kota Bima. 14. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. 15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang. 16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disebut SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan kelebihan retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 17. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda. 18. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak , penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya. 19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah. 20. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II NAMA, OBJEK, SUBJEK, GOLONGAN, TARIF RETRIBUSI DAN CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNA JASA Pasal 2 (1) Jenis Retribusi Jasa Umum yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah : a. Retribusi Pelayanan Kesehatan; b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; c. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum; d. Retribusi Pelayanan Pasar; e. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor f. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; g. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; h. Retribusi Pengolahan Limbah Cair; i. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. (2) Jenis retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digolongkan sebagai retribusi Jasa Umum. Bagian Kesatu Retribusi Pelayanan Kesehatan Pasal 3 (1) Dengan nama retribusi pelayanan kesehatan dipungut setiap retribusi pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis. (2) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Kota Bima, kecuali pelayanan pendaftaran. (3) Dikecualikan dari objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Propinsi, BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Pasal 4 (1) Subjek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan kesehatan. (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Kesehatan. Pasal 5 Tingkat Penggunaan jasa retribusi pelayanan kesehatan diukur berdasarkan jenis pelayanan, bahan/peralatan yang digunakan, dan frekwensi pelayanan kesehatan. Pasal 6 (1) Retribusi Pelayanan Kesehatan diatur dengan rincian sebagai berikut : a. Jasa Pelayanan sebesar 40 % (empat puluh perseratus) b. Jasa Sarana sebesar 60 % (enam puluh perseratus) (2) Jasa Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah pendapatan daerah Pasal 7 (1) Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf a ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran I Peraturan Daerah ini. (2) Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (3) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi. Bagian Kedua Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Pasal 8 (1) Dengan nama retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dipungut setiap retribusi pelayanan persampahan /kebersihan. (2) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b adalah pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bima, meliputi : a. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara; b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan atau pembuangan akhir sampah; dan c. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah. (3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya. Pasal 9 (1) Subjek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Persampahan/ Kebersihan. (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Pasal 10 Tingkat Penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan diukur berdasarkan jenis dan Klasifikasi usaha. Pasal 11 (1) Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf b ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran II Peraturan Daerah ini. (2) Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi. Bagian Ketiga Retribusi Parkir Ditepi Jalan Umum Pasal 12 (1) Dengan nama retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum dipungut setiap retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum. (2) Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bima. Pasal 13 (1) Subjek Retribusi Pelayanan Parkir ditepi jalan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c adalah orang pribadi yang menggunakan/menikmati pelayanan parkir. (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum. Pasal 14 (1) (2) (3) (4) Tingkat Penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum dapat diukur berdasarkan jenis kendaraan, dan frekwensi/jangka waktu penggunaan tempat parkir. Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum dipungut setiap kali melakukan parker. Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum juga dapat dipungut dengan kartu parkir berlangganan. Kartu Parkir Berlangganan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di atas akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 15 (1) (2) (3) Tarif Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf c ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran III Peraturan Daerah ini. Tarif Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi. Bagian Keempat Retribusi Pelayanan Pasar Pasal 16 (1) Dengan nama retribusi pelayanan pasar dipungut setiap penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana yang dikelola Pemerintah Kota Bima, dan khusus disediakan untuk pedagang. (2) Objek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/ sederhana, berupa pelataran, los, toilet umum dan fasilitas pendukung lainnya yang dikelola Pemerintah Kota Bima, dan khusus disediakan untuk pedagang. (3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta. Pasal 17 (1) Subjek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/memanfaatkan fasilitas Pasar. (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Pasar. Pasal 18 Tingkat Penggunaan jasa pelayanan pasar diukur berdasarkan jenis fasilitas, luas, jangka waktu pemakaian fasilitas pasar yang digunakan. Pasal 19 (1) Tarif Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) huruf d ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran IV Peraturan Daerah ini. (2) Tarif Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi. Bagian Kelima Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Pasal 20 (1) Dengan nama retribusi pengujian kendaraan bermotor dipungut retribusi atas setiap pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang diwajibkan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf e adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bima. (3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta. Pasal 21 (1) Subjek Retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang melaksanakan Pengujian Kendaraan Bermotor. (2) Wajib Retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi pengujian kendaraan bermotor. Pasal 22 Tingkat penggunaan jasa retribusi pengujian kendaraan bermotor diukur berdasarkan jenis pelayanan dan kendaraan bermotor yang diuji. Pasal 23 (1) Tarif Retribusi pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) huruf e ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran V Peraturan Daerah ini. (2) Tarif Retribusi pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi. Bagian Keenam Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta Pasal 24 (1) Dengan nama retribusi penggantian biaya cetak peta dipungut retribusi atas setiap pelayanan penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bima. (2) Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf f adalah penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bima. (3) Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan Peta yg dibuat oleh Pemerintah Kota Bima seperti Peta Dasar (Garis), Peta Foto, Peta Digital, Peta Tematik, Peta Teknis (Struktur), seperti : a). b.) c). d). e). f). g). Peta Kota Peta RUTRK Peta Jalan/Sungai Peta Perumahan Peta Gangguan Umum Peta Pariwisata Peta Geologis Pasal 25 (1) Subjek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf f adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Cetak Peta. (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Penggantian Biaya Cetak Peta. Pasal 26 Tingkat penggunaan Jasa retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta diukur berdasarkan Ukuran dan Jumlah peta. Pasal 27 (1) Tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf f ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran 6 Peraturan Daerah ini. (2) Tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi. Bagian Ketujuh Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus Pasal 28 (1) Dengan nama retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus dipungut retribusi atas penyediaan dan/atau penyedotan kakus oleh Pemerintah Kota Bima. (2) Objek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf g adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bima. (3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta. Pasal 29 (1) Subjek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf g adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Penyedotan Kakus. (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Penyedotan Kakus. Pasal 30 Tingkat penggunaan jasa retribusi penyediaan dan atau penyedotan kakus diukur berdasarkan jenis kendaraan angkut. Pasal 31 (1) Tarif Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf g ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran 7 Peraturan Daerah ini. (2) Tarif Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi. Bagian Kedelapan Retribusi Pengolahan Limbah Cair Pasal 32 Kategori air limbah adalah pembuangan air habis pakai yang berasal dari kegiatan rumah tangga, tempat sosial, tempat niaga, tempat non niaga, industri dan tempat khusus yang diasumsikan sebagai air limbah dan perlu penanganan tentang dampak lingkungan. Pasal 33 (1) Setiap badan usaha dan atau kegiatan usaha lainnya dilarang membuang air limbah langsung ke badan air dan atau ke sungai tanpa melalui proses pengelolaan. (2) Setiap badan usaha dan atau kegiatan usaha lainnya dilarang membuang air limbah yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. (3) Pembuangan air limbah yang melebihi baku mutu sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) , akan mendapatkan perlakuan khusus. Pasal 34 Setiap badan usaha dan atau kegiatan usaha lainnya wajib membuat Unit Pengolahan Air Limbah sesuai dengan standar baku mutu limbah. Pasal 35 (1) Dengan nama retribusi pengolahan limbah cair dipungut retribusi atas setiap pelayanan pengolahan limbah cair yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Kota Bima. (2) Objek Retribusi Pengolahan Limbah cair sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf h adalah pelayanan pengolahan Limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Kota Bima dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair. (3) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelayanan pengolahan Limbah cair yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), pihak swasta, dan pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai dan/atau saluran drainase. Pasal 36 Subyek Retribusi pengolahan limbah cair sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf h adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan instalasi limbah cair dari Pemerintah Kota Bima. Pasal 37 (1) Tarif retribusi pengolahan limbah cair sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf h diukur berdasarkan jenis pelayanan, volume limbah yang diolah dan jenis perlakuan (treatment) terhadap limbah. (2) Cara perhitungan retribusi limbah cair dari kegiatan industri dan kegiatan usaha lainnya ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran VIII Peraturan Daerah ini. Bagian Kesembilan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Pasal 38 (1) Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya. (2) Menara telekomunikasi, adalah bangunan-bangunan untuk kepentingan umum yang didirikan di atas tanah, atau bangunan yang merupakan satu kesatuan konstruksi dengan bangunan gedung yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang struktur fisiknya dapat berupa rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul atau berupa bentuk tunggal tanpa simpul, dimana fungsi, desain dan konstruksinya disesuaikan sebagai sarana penunjang menempatkan perangkat telekomunikasi. Pasal 39 (1) Dengan nama retribusi pengendalian menara telekomunikasi dipungut retribusi atas setiap pelayanan pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi. (2) Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf i adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum. Pasal 40 (1) Subjek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf i adalah orang pribadi atau Badan yang menyediakan/membangun menara telekomunikasi. (2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. Pasal 41 Tingkat Penggunaan jasa retribusi pengendalian, menara telekomunikasi diukur berdasarkan jenis dan frekwensi pelayanan pengawasan, pengendalian dan pengamanan obyek menara telekomunikasi. Pasal 42 (1) Tarif retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi ditetapkan sebesar 2 % (dua persen) dari nilai jual objek pajak yang digunakan sebagai dasar penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan menara telekomunikasi. (2) Tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi. BAB III PRINSIP PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 43 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut. (2) Prinsip dan sasaran dalam penatapan tarif retribusi jasa umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan. (3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutupi sebagian biaya. (4) Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwin. BAB IV PEMUNGUTAN RETRIBUSI Bagian Kesatu Wilayah Pemungutan Pasal 44 Retribusi Daerah yang terutang dipungut di Wilayah Kota Bima. Bagian Kedua Cara Pemungutan dan Tata Cara Pembayaran Pasal 45 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. (3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan apabila telah diporporasi oleh Walikota Bima dan atau SKPD teknis yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Bima. (4) SKRD ditentukan berdasarkan potensi yang tersedia dan/atau berdasarkan jumlah pemanfaatan dokumen lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (5) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan isi SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota Bima. Pasal 46 Seluruh hasil penerimaan retribusi disetor ke Kas Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 47 (1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Setiap pembayaran retribusi diberikan tanda bukti pembayaran yang sah (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan retribusi termasuk tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, dan angsuran serta penundaan pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Bima. Bagian Ketiga Penagihan Pasal 48 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Penagihan retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar dilakukan dengan menggunakan STRD. Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat teguran. Pengeluaran surat teguran sebagai tindakan awal pelaksanaan penagihan retribusi setelah 15 (lima belas) hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari setelah tanggal surat teguran, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang. Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. Tata cara penagihan dan penerbitan surat teguran diatur dengan Peraturan Walikota Bima. Bagian Keempat Keberatan Pasal 49 Keberatan dapat diajukan oleh wajib ratribusi atas Surat Ketetapan Retribusi Daerah terutang. Pasal 50 (1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan atas SKRD atau dokumen yang dipersamakan kepada Walikota Bima atau pejabat yang ditunjuk. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasanalasan yang jelas. (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (4) Keadaan diluar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak atau kekuasaan wajib Retribusi. (5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi. Pasal 51 (1) Walikota Bima dalam jangka waktu paling lama 3 (bulan) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Walikota Bima. (3) Keputusan Walikota Bima atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang. (4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Walikota Bima tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Pasal 52 Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, maka Pemerintah Kota Bima menindaklanjutinya sesuai dengan isi dan ruang lingkup keberatan yang diterima . BAB V PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 53 (1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota Bima. (2) Walikota Bima dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan. (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota Bima tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut. (5) Tata cara pengembalian kelebihan/ kekurangan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota Bima. BAB VI KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 54 (1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah. (2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika : a. diterbitkan Surat Teguran; atau b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung. (3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran tersebut. (4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasi kepada Pemerintah Kota Bima. (5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi. Pasal 55 (1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. (2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Tata cara penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Walikota Bima. BAB VII Pemanfaatan Pasal 56 (1) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan. (2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota Bima. BAB VIII PEMERIKSAAN Pasal 57 (1) Walikota Bima dan/atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah. (2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib: a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Retribusi yang terutang; b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau c. memberikan keterangan yang diperlukan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur dengan Peraturan Walikota Bima. BAB IX INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 58 (1) Instansi yan melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu. (2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Walikota. BAB X PENYIDIKAN Pasal 59 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota Bima diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota Bima yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan saat dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 60 Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 61 Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, merupakan penerimaan negara. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 62 Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah mengenai jenis Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan masih dapat ditagih selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutang. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 63 Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 2 tahun 2009 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan; Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 tahun 2009 Tentang Retribusi pelayanan Persampahan/Kebersihan; Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 13 tahun 2005 Tentang Retribusi Pelayanan Pasar; Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 15 tahun 2003 Tentang Retribusi Penyelenggaraan Parkir; Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 8 tahun 2004 Tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 64 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima. Ditetapkan di Raba - Bima pada tanggal 23 Desember 2011 WALIKOTA BIMA, TTD M. QURAIS H. ABIDIN Diundangkan di Raba - Bima pada tanggal 1 Februari 2012 Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA BIMA, TTD MUHAMMAD RUM LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2011 NOMOR 124 Mengesahkan Salinan Sesuai Dengan Aslinya Kepala Bagian Hukum Setda Kota Bima, M A R I A M A H, SH NIP : 19670311199303 2 013 Pembina Tk. I IV/b PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM I. UMUM Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah daerah Kota Bima mempunyai hak dan kewajiban mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan Retribusi sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti Retribusi dan pungutan lain yang bersifat memaksa dapat diperankan oleh Pemerintah Kota Bima. Hal ini juga diatur lebih lanjut dalm Undang-undang nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah bahwa regulasi ke arah itu diatur dengan Peraturan Daerah. Dengan demikian, pemungutan Retribusi Daerah harus didasarkan pada Peraturan Daerah. Hasil penerimaan Retribusi diakui belum memadai dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Dalam banyak hal, dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup seluruh kebutuhan pengeluaran Daerah. Oleh karena itu, dukungan masyarakat melalui Retribusi Daerah masih harus terus digalakkan, dengan tetap menjaga kestabilan iklim investasi dan menghindari adanya tumpang tindih dengan pungutan pusat, serta tidak merintangi arus barang dan jasa antar daerah. Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, Kota Bima diharapkan akan semakin mampu membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan daerah, disisi lain akan dapat memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang selanjutnya diharapkan akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban Retribusi Daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup Jelas Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup Jelas Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. Pasal 38 Cukup Jelas Pasal 39 Cukup jelas. Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Cukup jelas. Pasal 45 Cukup jelas. Pasal 46 Cukup jelas. Pasal 47 Cukup jelas. Pasal 48 Cukup jelas. Pasal 49 Cukup jelas. Pasal 50 Cukup jelas. Pasal 51 Cukup Jelas Pasal 52 Cukup jelas. Pasal 53 Cukup jelas. Pasal 54 Cukup jelas. Pasal 55 Cukup jelas. Pasal 56 Cukup jelas. Pasal 57 Cukup jelas. Pasal 58 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan pemungutan” adalah dinas/badan/lembaga yang tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pemungutan Retribusi. Ayat (3) Pemberian insentif dilakukan dalam rangka memotivasi kinerja SKPD dalam rangka optimalisasi penerimaan daerah sektor pajak dan retribusi daerah melalui Surat Keputusan Walikota Bima. Pasal 59 Cukup jelas. Pasal 60 Cukup jelas. Pasal 61 Cukup jelas. Pasal 62 Cukup jelas. Pasal 63 Cukup jelas. Pasal 64 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR…….. Lampiran I PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN NO I JENIS PELAYANAN JASA SARANA TOTAL TARIF Puskesmas 2,000 3,000 5,000 Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling 1,200 1,800 1,200 1,800 3,000 3,000 30,000 10,000 45,000 15,000 75,000 25,000 50,000 40,000 30,000 6,000 75,000 60,000 45,000 9,000 125,000 100,000 75,000 15,000 6,000 8,000 9,000 12,000 15,000 20,000 10,000 15,000 8,000 12,000 8,000 12,000 4,000 6,000 20,000 10,000 6,000 8,000 10,000 10,000 6,000 16,000 6,000 2,000 9,000 12,000 15,000 15,000 9,000 24,000 9,000 3,000 15,000 20,000 25,000 25,000 15,000 40,000 15,000 5,000 TINDAKAN MEDIK GIGI Ondotectomy Extraksi gigi tetap biasa dengan injeksi 26,000 6,000 39,000 9,000 65,000 15,000 Extraksi gigi tetap biasa dengan injeksi + komplikasi 20,000 30,000 50,000 Extraksi gigi susu dengan injeksi Extraksi gigi susu tanpa injeksi Tumpatan Sementara Tumpatan Amalgam I Tumpatan Amalgam II Tumpatan Fuji IX Tumpatan Komposit Sinar (LC) Skaling Per region 4,000 4,000 4,000 6,000 8,000 6,000 20,000 4,000 6,000 6,000 6,000 9,000 12,000 9,000 30,000 6,000 10,000 10,000 10,000 15,000 20,000 15,000 50,000 10,000 TINDAKAN DI POLIKLINIK Circumsisi Circumsisi Perempuan Ekstirpasi Tumor ; - Besar - Sedang - Kecil Tindik Bayi Penjahitan Luka ; - Kecil (Kurang dari 5 jahitan) - Sedang ( 5 - 10 jahitan - Besar (Lebih dari 10 jahitan) + Rp. 2.000, / jahitan Pembersihan Sirumen Pengambilan Corpus Alienum (Telinga,Hidung,Mata) Perawatan Luka Insisi Abses ; - Kecil - Sedang - Besar Pemasangan dan pelepasan IUD Kontrol IUD Pemasangan dan pelepasan Implant Suntik KB Pil KB II JASA PELAYANAN 25,000 20,000 Perawatan Syaraf Alveolectomi Exsisi Incisi Abses Reposisi Fiksasi Buka Fiksasi Extraksi gigi tetap tanpa injeksi Extraksi gigi M3 tanpa Odontectomy Tambalan Glass Ionomer Lain-lain dan rawat komplikasi III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 IV TINDAKAN RAWAT DARURAT DI UGD Pemeriksaan UGD Jahit luka 1 -4 Jahit Luka 5-10 Jahit luka > 10 Jahitan Insisi abses Besar 1 objek Insisi abses kecil 1 objek Rawat luka tunggal kecil Rawat luka luas atau dalam atau sangat kotor Pemasangan infus satu sisi Penggantian cairan Pemasangan kateter urin biasa Pemasangan dauer catheter Pelepasan dauer Catheter Pengeluaran benda asing Pemasangan Endotracheal Tube Pemasangan Orogastrik Tube Resusitasi Kardiopulmonal( BLS ) Perawatan Luka bakar ≤ 10 % Perawatan Luka bakar > 10 % Pemakaian O₂ ( Oksigen ) concentrate perhari Pemakaian O₂ ( Oksigen ) tabung perjam PELAYANAN RAWAT INAP A. Kamar perawatan tanpa makan a. Bangsal / kelas III b. Kelas II c. Kelas I/ VIP B. Makan pasien 3 kali a. Bangsal / kelas III b. Kelas II c. Kelas I/ VIP ( + AC, Kulkas) C. Jasa Visite Perhari a. Bangsal / kelas III Dokter spesialis Dokter umum Perawat / Bidan Nutrisionis b. Kelas II Dokter spesialis Dokter umum Perawat / Bidan Nutrisionis 8,000 10,000 8,000 6,000 16,000 4,000 4,000 20,000 6,000 10,000 12,000 15,000 12,000 9,000 24,000 6,000 6,000 30,000 9,000 15,000 20,000 25,000 20,000 15,000 40,000 10,000 10,000 50,000 15,000 25000 8,000 8,000 10,000 30,000 4,000 6,000 2,000 12,000 3,600 2,000 3,000 6,000 6,000 6,000 14,000 10,800 8,000 9,200 14,000 2,000 2,000 12,000 12,000 15,000 45,000 6,000 9,000 3,000 18,000 5,400 3,000 4,500 9,000 9,000 9,000 21,000 16,200 12,000 13,800 21,000 3,000 3,000 20,000 20,000 25,000 75,000 10,000 15,000 5,000 30,000 9,000 5,000 7,500 15,000 15,000 15,000 35,000 27,000 20,000 23,000 35,000 5,000 5,000 6,000 12,000 18,000 9,000 18,000 27,000 15,000 30,000 45,000 10,800 12,000 16,000 16,200 18,000 24,000 27,000 30,000 40,000 10,000 6,000 6,000 4,000 15,000 9,000 9,000 6,000 25,000 15,000 15,000 10,000 14,000 8,000 8,000 4,000 21,000 12,000 12,000 6,000 35,000 20,000 20,000 10,000 c. Kelas I ( VIP ) Dokter spesialis Dokter umum Perawat / Bidan Nutrisionis D. Persalinan 1. Normal oleh Dokter Umum dan bidan 2. Dengan penyulit oleh dokter dan bidan E. Berkas dokumen/ catatan medik pasien rawat inap baru F. Lain- lain a. Memandikan pasien b. Klisma c. Pemasangan infus di ruang rawat d. Penggantian cairan infus V PEMERIKSAAN PENUNJANG ( LABORATORIUM) Gol Darah Darah Malaria Haemoglobin (Hb) Trombocyte Filaria Gula Reduksi Protein Uria Bilirubinuria Sedimen Widal Jamur Sputum GO Sipilis (Gram Negatif) Tes Kehamilan Faces Laju Endapan Darah (LED) Hematokrit Hitung Jenis Leukosit Angka Leukosit KIMIA KLINIK - SGOT - SGPT - Alkali Fosfat - Gama GT - Bilurubin Total - Bilurubin Direk - HbSAg - Cholesterol Total - Cholesterol HDL - Cholesterol LDL - Trigliserida - CKMB - CKNAC - TIBC - Iron 16,000 10,000 10,000 6,000 24,000 15,000 15,000 9,000 40,000 25,000 25,000 15,000 200,000 280,000 300,000 420,000 500,000 700,000 2,800 4,200 7,000 2,000 6,000 3,600 2,000 3,000 9,000 5,400 3,000 5,000 15,000 9,000 5,000 2,800 2,400 2,400 2,400 2,400 3,200 2,400 2,400 2,400 8,400 4,000 3,200 11,200 6,400 6,400 4,000 2,400 2,400 2,800 2,800 4,200 3,600 3,600 3,600 3,600 4,800 3,600 3,600 3,600 12,600 6,000 4,800 16,800 9,600 9,600 6,000 3,600 3,600 4,200 4,200 7,000 6,000 6,000 6,000 6,000 8,000 6,000 6,000 6,000 21,000 10,000 8,000 28,000 16,000 16,000 10,000 6,000 6,000 7,000 7,000 10,000 10,000 10,000 9,200 6,400 6,400 6,000 14,000 12,000 10,000 12,000 8,000 8,000 6,400 6,400 15,000 15,000 15,000 13,800 9,600 9,600 9,000 21,000 18,000 15,000 18,000 12,000 12,000 9,600 9,600 25,000 25,000 25,000 23,000 16,000 16,000 15,000 35,000 30,000 25,000 30,000 20,000 20,000 16,000 16,000 - Albumin - Kalsium - Protein Total - Ureum - Kreatinin - Gula Darah Acak - Gula Darah Puasa - Gula Darah 2 Jam. PP VI 1 2 3 4 5 VII Asam urat Eritrosit Haemoglobin Cyanmet Hb Sahli Laju Endapan Darah Lekosit Hitung jenis lekosit Pemeriksaan Urin Fisik urin Urin lengkap ( sedimen dan lain- lain ) Tes Kehamilan Tes narkoba (3- 4 item ) Pemeriksaan Feses/ Tinja / sputum Mikroskopis tinja Fisik feses BTA sputum Laboratorium lain Cairan otak Makroskopik dan Mikroskopik Nonne- Pandi Kerokan jamur KOH PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN Foto Rontgen/ foto thorax + pembacaan Foto BNO + pembacaan Elektro Cardio Graphy + pembacaan PEMERIKSAAN KESEHATAN UNTUK PENERBITAN Surat keterangan sehat Surat Keterangan Visum luar Surat keterangan kehamilan Surat keterangan bebas Narkoba Surat Keterangan bebas buta warna 6,400 6,400 6,400 7,600 7,600 7,200 7,200 7,200 8,000 2,400 2,800 2,000 2,400 2,800 3,200 9,600 9,600 9,600 11,400 11,400 10,800 10,800 10,800 12,000 3,600 4,200 3,000 3,600 4,200 4,800 800 6,800 4,000 40,000 1,200 10,200 6,000 60,000 20,000.00 6,000.00 7,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00 8,000.00 2,000.00 17,000.00 10,000.00 100,000.00 2,400 1,600 2,000 3,600 2,400 3,000 6,000.00 4,000.00 5,000.00 10,800 22,000 2,400 16,200 33,000 3,600 16,000 16,000 14,800 24,000 24,000 22,200 27,000.00 55,000.00 6,000.00 40,000.00 40,000.00 37,000.00 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 15,000 15,000 15,000 15,000 15,000 20,000 20,000 30,000 30,000 50,000 50,000 400,000 200,000 80,000 120,000 300,000 698,000 600,000 300,000 120,000 180,000 450,000 1,047,000 3,000,000 750,000 1,000,000 500,000 200,000 300,000 750,000 1,745,000 3,750,000 16,000 16,000 16,000 19,000 19,000 18,000 18,000 18,000 Tarif penggunaan Ambulans 1. Transport pasien ke RS/ dalam Kota Bima 2. Transport jenazah dalam Kota Bima 3. Pelayanan Ambulan Keluar Kota Bima : a. Ke Kabupaten Bima - Kec. Tambora, Sanggar - Kec Wera, Langgudu, Lambitu, Donggo - Kec. Woha, Wawo - Kec. Lainnya b. Ke Kabupaten Dompu c. Ke Kabupaten Sumbawa d. Ke Kota Mataram dan Sekitarnya VIII PEMERIKSAAN LABORATORIUM BAKTERIOLOGI Air - Angka Kuman - Coliform - Coliform Tinja Makanan - Salmonella - Shigella - E. coli - Staphylococcus aurcus - Vibrio cholera KIMIA AIR TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN Bau Rasa Suhu Warna Aluminium Ammonia MR Ammonia LR Bromine Chlorine Dinoxide Free Chlorine Total Chlorine Chromium VI HR Chromium VI LR Copper HR Copper LR Cyanide Cyanuric Acid Fluoride Ca Hardness Mg Hardness Hydrazine Iodine Iron HR Iron LR Manganese HR Manganese LR Melanium Nikel HR Nitrate Nitrite HR Nitrite LR Dissolved Oxygen pH Phosphate HR Phosphate LR Phosphorus Silica Silver DAN 21,600 21,600 21,600 14,400 14,400 14,400 36,000 36,000 36,000 21,600 21,600 21,600 21,600 21,600 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 3,600 3,600 4,200 5,400 10,800 7,200 6,600 3,600 3,600 3,600 8,400 3,600 6,600 4,800 14,400 9,600 6,000 4,200 6,000 25,200 3,000 3,600 3,600 6,600 6,000 13,200 9,600 20,400 7,800 4,200 4,200 8,400 3,000 3,600 4,200 3,600 6,600 19,200 2,400 2,400 2,800 3,600 7,200 4,800 4,400 2,400 2,400 2,400 5,600 2,400 4,400 3,200 9,600 6,400 4,000 2,800 4,000 16,800 2,000 2,400 2,400 4,400 4,000 8,800 6,400 13,600 5,200 2,800 2,800 5,600 2,000 2,400 2,800 2,400 4,400 12,800 6,000 6,000 7,000 9,000 18,000 12,000 11,000 6,000 6,000 6,000 14,000 6,000 11,000 8,000 24,000 16,000 10,000 7,000 10,000 42,000 5,000 6,000 6,000 11,000 10,000 22,000 16,000 34,000 13,000 7,000 7,000 14,000 5,000 6,000 7,000 6,000 11,000 32,000 KIMIA Seng Kebisingan COD BOD TDS Kesadahan DO Zat Organik (KmnO4) Timbal (Pb) Cadmiun (Cd) Arsen (Ar) Sulfat USAP ALAT MPN Coliform MPN Coli Tinja Jumlah kuman Bakteri : - E.Coli - Salmonella - Vibrio Cholera - Staphylococcus - Clostridium Perfringens - Clostridium botulinum KUALITAS KOLAM RENANG MPN Coliform MPN Coli Tinja Sisa Chlor PEMERIKSAAN HYGIENE SANITASI Laik Sanitasi - Hotel Melati - Hotel Berbintang - Rumah Makan - Restoran - Kolam Renang - Depot Air Minum - Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Laik Sehat - Hotel Melati - Hotel Berbintang - Rumah Makan - Restoran - Kolam Renang 7,200 25,200 7,200 7,200 22,800 4,200 4,800 7,200 7,200 7,200 7,200 7,200 4,800 16,800 4,800 4,800 15,200 2,800 3,200 4,800 4,800 4,800 4,800 4,800 12,000 42,000 12,000 12,000 38,000 7,000 8,000 12,000 12,000 12,000 12,000 12,000 21,600 21,600 21,600 14,400 14,400 14,400 36,000 36,000 36,000 21,600 21,600 21,600 21,600 21,600 21,600 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 14,400 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 36,000 21,600 21,600 10,800 14,400 14,400 7,200 36,000 36,000 18,000 72,000 108,000 72,000 108,000 72,000 108,000 216,000 48,000 72,000 48,000 72,000 48,000 72,000 144,000 120,000 180,000 120,000 180,000 120,000 180,000 360,000 72,000 108,000 72,000 108,000 72,000 48,000 72,000 48,000 72,000 48,000 120,000 180,000 120,000 180,000 120,000 WALIKOTA BIMA, TTD M. QURAIS H. ABIDIN Lampiran II PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN. No Uraian Retribusi A Tarif sosial : Sekolah/Perguruan Tinggi Tarif Non Niaga : 1 Rumah Tangga (1) (bangunan rumah dengan luas/type 21 m2 - 45m2) 2. Rumah Tangga (2) (bangunan rumah dengan luas/type 45 m2) Keatas 3. Instansi (instansi pemerintah, lembaga/badan pemerintah) Tarif usaha/ niaga 1. usaha/ niaga A(kios, toko, warung, wartel, biro jasa, rumah makan, losmen, penginapan, home stay, wisma yang berada di tepi jalan kabupaten dan/atau lingkungan) 2. usaha niaga golongan B (kios, toko, warung, wartel, biro jasa, rumah makan, losmen, penginapan, home stay, wisma yang berada di tepi jalan protokol, Negara dan provinsi) 3. usaha niaga untuk praktek dokter 4. usaha niaga golongan C (hotel melati, perbankan, telekomunikasi, pelayaran, BUMN, BUMD, jasa kontraktor, apotek, distributor makanan/minuman, distribusi semen bangunan 5. Usaha niaga golongan D a. Hotel berbintang satu b. Hotel berbintang dua c. Hotel berbintang tiga d. Hotel berbintang diatas tiga e. Rumah Sakit f. Klinik / Rumah Bersalin g. Lapangan Golf h. Super market / Swalayan i. Mall B B D E Tarif (Rupiah) Per bulan Tarif Industri: 1. Industri kecil (industri kecil, bengkel las, bengkel sepeda motor). 2. Industri menengah (bengkel mobil, dealer sepeda motor, dealer mobil, industri penggergajian kayu, penggilingan padi). 3. Industri besar (pabrik es, pabrik kecap, pabrik minyak kelapa, pabrik makanan/ minuman) Tarif Khusus Pasar: 1. Pedagang bakulan 2. Pedagang pakai meja 3. Kios, Pedagang Kaki Lima, Warung 4. Toko WALIKOTA BIMA, TTD M. QURAIS H. ABIDIN 15.000,3.500,5.000,20.000,5.000,- 10.000,- 25.000,50.000,- 100.000,120.000,150.000,175.000,200.000,150.000,100.000,100.000,200.000,- 5.000 15.000 50.000 500 2.000 5.000 5.000 Lampiran III PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM a. b. Parkir: Parkir di tepi jalan: 1). Roda dua (sepeda motor) 2). Roda tiga 3). Roda empat 4). Roda enam atau lebih Kartu parkir berlangganan: 1). Roda dua (sepeda motor) Rp. 800,Rp. 1.000,Rp. 1.750,Rp. 2.000,- Persekali parkir Persekali parkir Persekali parkir Persekali parkir Rp. 5.000,Rp. 50.000,- Perbulan Pertahun 2). Roda tiga Rp. 7.000,Rp. 60.000,- Perbulan Pertahun 3). Roda empat Rp. 10.000,Rp. 75.000,- Perbulan Pertahun 4). Dump Truk Rp. 15.000,Rp. 100.000,- Perbulan Pertahun 5). Truk kecil (muatan 3-5 ton) Rp. 15.000,Rp. 100.000,- Perbulan Pertahun 6). Truk besar (muatan diatas 5-10 ton) Rp. 20.000,Rp. 150.000,- Perbulan Pertahun Rp. 25.000,Rp. 200.000,- Perbulan Pertahun 7). Truk muatan diatas 10 ton WALIKOTA BIMA, TTD M. QURAIS H. ABIDIN Lampiran IV PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PASAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Bakulan sebesar Penjualan Bale-bale (sarangge) dan penjualan barang Sewa untuk Penyimpanan/Peti Los Pasar Penjualan Daging Los Pasar Penjualan Ikan Los Pasar Penjualan Sayur Los Pasar Penjualan Pakaian Bekas (Rombeng) Los Pasar Penjualan Barang Pecah Belah Toilet Umum per pemakaian Rp. 1.000,-/hari Rp. 1.500,- / m² / hr Rp. 2.000,- / m² / hr Rp. 1.500,- / m² / hr Rp. 1.500,- / m² / hr Rp. 1.000,- / m² / hr Rp. 1.500,- / m² / hr Rp. 1.000,- / m² / hr Rp. 1.000,- WALIKOTA BIMA, TTD M. QURAIS H. ABIDIN Lampiran V PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR 1 2 3 4 Retribusi pengujian pertama kali: a. Mobil Bus: 1). Kecil 2). Sedang 3). Besar b. Mobil Barang, Kendaraan Khusus: 1). Kecil 2). Sedang 3). Besar c. Kereta Tempelan/Gandengan d. Traktor Hand Retribusi Pengujian Berkala: a. Mobil Bus: 1). Kecil 2). Sedang 3). Besar b. Mobil Barang, Kendaraan Khusus: 1). Kecil 2). Sedang 3). Besar c. Kereta Tempelan/Gandengan d. Traktor Hand Retribusi penilaian teknis dan penghapusan atau yang akan dihapuskan a. Mobil Bus b. Mobil Barang, Kendaraan Khusus Kereta tempelan/gandengan, traktor head, Kendaraan angkutan Berat c. Sepeda motor Retribusi pengujian kendaraan bermotor milik Pemerintah yang wajib Uji bukan BUMN/BUMD Rp. 60.000, Rp. 80.000,Rp. 100.000,- Per kend. Per kend. Per kend. Rp. 60.000,Rp. 80.000,Rp. 100.000,Rp. 150.000,RP. 50.000,- Per kend. Per kend. Per kend. Per kend. Per kend. Rp. 35.000,Rp. 60.000,Rp. 80.000,- Per Kend/6 bulan Per Kend/6 bulan Per Kend/6 bulan Rp. 35.000,Rp. 60.000,Rp. 80.000,Rp. 60.000,Rp. 50.000,- Per Kend/6 bulan Per Kend/6 bulan Per Kend/6 bulan Per Kend/6 bulan Per Kend/6 bulan Rp. 60.000,Rp. 70.000,- Per kend. Per kend. Rp. 30.000,Rp. 35.000,- Per kend. Per kend/6 bulan WALIKOTA BIMA, TTD M. QURAIS H. ABIDIN Lampiran VI PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA 1. 2. 3. 4. 5. Peta Peta Peta Peta Peta ukuran kertas ukuran kertas ukuran kertas ukuran kertas ukuran kertas ”A0” ”A1” ”A2” ”A3” ”A4” Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 250.000,- / lembar. 200.000,- / lembar. 150.000,- / lembar. 100.000,- / lembar. 25.000,- / lembar. WALIKOTA BIMA, TTD M. QURAIS H. ABIDIN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS (1) (2) Mobil Tanki Kecil (M3) -. Biaya Retribusi Rp. 250.000,- /Ret dengan rincian sbb.: Rp. 150.000,- -. Biaya BBM Rp. 50.000,- -. Biaya Petugas Rp. 50.000,- Mobil Tanki Besar (M3) -. Biaya Retribusi Rp. 400.000,- /Ret dengan rincian sbb.: Rp. 300.000,- -. Biaya BBM Rp. 50.000,- -. Biaya Petugas Rp. 50.000,- WALIKOTA BIMA, TTD M. QURAIS H. ABIDIN Lampiran VIII PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR No 1 I 1 2 3 4 II 1 2 Wajib Retribusi 2 Skala Rumah Tangga (RT) RT. 1 RT. 2 RT. 3 RT. 4 Skala Sosial S1 S2 3 S3 4 S4 III 1 2 3 4 5 6 Skala Komersial K1 K2 K3 K4 K5 K6 Tarif/Bulan Ket 3 4 3,000 9,000 16,000 22,000 6,000 Tempat Ibadah, Panti Sosial, Museum 9,000 - Kantor dengan Jumlah Pegawai kurang dari 25 orang - Sekolah dengan Jumlah Guru dan Murid kurang dari 180 orang 22,000 - Kantor dengan Jumlah Pegawai 25 s/d 50 orang - Sekolah dengan Jumlah Guru dan Murid 180 s/d 240 orang 37,500 - Kantor dengan Jumlah Pegawai lebih dari 50 orang - Sekolah dengan Jumlah Guru dan Murid lebih dari 240 orang 10,000 20,000 30,000 50,000 4,500 3,500 2,000 1,000 5,000 7.500 10.000 7 K7 Jumlah Penghuni 1 s/d 5 Orang Jumlah Penghuni 6 s/d 10 Orang Jumlah Penghuni 10 s/d 15 Orang Jumlah Penghuni lebih dari 15 Orang 5,000 7.500 10.000 Usaha Rombong Usaha Warung Usaha Rumah Makan/Café Restoran - Hotel Bintang 4 dan 5 Per kamar/bulan - Hotel Bintang 1 s/d Bintang 3 Per kamar/bulan - Hotel Melati Per kamar/bulan - Losmen/Penginapan yang sejenis Per kamar/bulan - JumlahRuko/Pertokoan dengan jumlah karyawan 1 s/d 5 orang - Ruko/Pertokoan dengan jumlah karyawan 5 s/d 10 orang - Ruko/Pertokoan dengan jumlah karyawan lebih dari 10 orang - Bengkel/Cuci Kendaraan dengan volume 1 s/d 5 unit/hari - Bengkel/Cuci Kendaraan dengan volume 5 s/d 10 unit/hari - Bengkel/Cuci Kendaraan dengan volume lebih dari 10 unit/hari WALIKOTA BIMA, TTD M. QURAIS H. ABIDIN