21 Bab iii Pajak pusat dan pajak daerah Pajak di Indonesia berdasarkan lembaga pemungutnya, dibagi 2 Kelompok 1. Pajak Pusat (Pajak Negara) 2. Pajak Daerah Pajak Pusat/Negara Pajak Negara yang sampai saat ini masih berlaku adalah. 1. Pajak penghasilan (PPh) Dasar hukum pengenaan Pajak pengasilan adalah Undang-undang No.7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 7/1991, telah diubah dgn UU No 10/1994, telah diubah dengan UU No.17/2000. Dan terakhir diubah dengan UU No.36/2008. UU Pajak Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti UU Pajak Perseroan 1925, UU Pajak Pendapatan 1944, UU PBDR 1970. 2. Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPn BM). Dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah UU No.8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.11/1994, kemudian diubah dgn UU No 18/2000 dan terakhir diubah dengan diberlakukannya UU No 42/2009. UU PPN & PPn BM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985 dan merupakan pengganti UU Pajak Penjualan 1951. 3. Bea Meterai Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah UU No.13/1985. Undang-undang Bea Materai berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986, sebagaimana telah diubah terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah No.24/2000, menggantikan peraturan dan UU Bea Materai yang lama (Aturan Bea Materai 1921). 4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), sudah menjadi Pajak Daerah tk II berdasarkan UU No. 28/2009, tentang PDRD = Pajak daerah dan Retribusi daerah. Dasar hokum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah UU No.12/1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.12/1994, dan telah diubah dengan UU no 28/2009 tentang PDRD dimana PBB termasuk Pajak daerah mulai efektif 1 Januari 2011. Undangundang PBB berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986 dan merupakan pengganti: a. Ordanansi Pajak Rumah Tangga tahun 1908. b. Ordonansi Verponding Indonesia tahun 1923. c. Ordonansi Pajak Kekayaan Tahun 1932. d. Ordanansi Verponding tahun 1928. e. Ordonansi Pajak Jalan tahun 1942. f. Undang-undang Darurat nomor 11 tahun 1957 Khususnya pasal huruf j, k,l. g. Undang-undang nomor 11 Prp.Tahun 1959 Pajak Hasil Bumi. 5. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Dasar hukum pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Undangundang No.21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.20/2000 dan telah diubah dengan UU. No 28/2009, tentang PDRD dimana BPHTB termasuk Pajak daerah TK II, mulai efektif 1 Januari 2011 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Dasar Hukum Dasar hokum pemungutan Pajak Daerah dan Retrubusi Daerah adalah UndangUndang No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 34 Tahun 2000, dan terakhir diubah dengan UU no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). UU No.28 ini paling 22 tidak memperbaiki 3 hal: 1) Penyempurnaan sistem Pemungutan PDRD, pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan daerah (Local taxing empowerment), dan meningkatkan efektivitas pengawasan. Kemudian UU baru ini menambah 4 jenis Pajak baru yakni: 1) Pajak rokok, 2) Pajak bumi dan bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB PP), 3) Bea Perolehan hak atas tanah (BPHTB) dan 4) Pajak Sarang Burung Walet (tribun, 2 Nov 2010) PAJAK DAERAH Bebarapa pengertian atau istilah yang terkait dengan Pajak Daerah antara lain. 1. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas Daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam kaitan Negara kesatuan Negara kesatuan Republik Indonesia. 2. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib pajak yang dilakukan oleh orabg pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalabn langsung seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintahan daerah dan membangun daerah. 3. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. 4. Badan, adalah sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroaan komanditer, perseroan lainnya. Badan Usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, Organisasi massa organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis lembaga bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. 5. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan Pajak Daerah. 6. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak terutang, termasuk pemungut atau pemotongan pejak tertentu JENIS DAN OBJEK PAJAK DAERAH Pajak Daerah berdasarkan UU No. 28/2009, dibagi menjadi 2 Bagian, yaitu. 1. Pajak Propinsi terdiri dari : (pasal 2) a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok. 2. Pajak Kabupaten/Kota, Terdiri dari : (pasal 2) a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 23 TARIF PAJAK DAERAH Tarif jenis pajak sebagaimana disebutkan di atas, baik pajak daerah tingkat I Propinsi maupun Pajak daerah tingkat II kabupaten dan Kotamadya, silahkan dibaca mulai pasal 6 s/d pasal 45 Undang-undang No 28/2009 tentang PDRD. PEMUNGUTAN PAJAK DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK YANG KEDALUWARSA Tata cara pelaksanaan pemungutan pajak dan penghapusan piutang pajak yang sudah kedaluwarsa ditentukan/diatur oleh kapala daerah. Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan. Penghapusan Piutang Propensi dan Pajak Kabupaten/Kota yang sudah kedaluwarsa dilakukan dengan keputusan masing-masing ditetapakan oleh Gubenur dan Bupati atau Walikota. RETRUBUSI DAERAH Retribusi daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Beberapa istilah yang terkait dalam retribusi Pajak Daerah antara lain. 1. Jasa, kegiatan pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan baruoa barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 2. Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan pemerintan Daerah dengan tujuan dan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 3. Jasa Usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. 4. Perizinan Tertentu, adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah Daerah dalam rangka pemberiaan izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pegawasan atas kegiatan dalam pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam barang, prasarana, sarana dan fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. JENIS RETRIBUSI PAJAK DAERAH Berdasarkan UU No 28/2009, Retribusi Retribusi dibagi: (pasal 108) 1. Retrubusi Jasa Umum Dimana retribusi ini ditetapakan dengan peraturan pemerintah dengan kriteria sebagai berikut: a. Harus bersifat bukan pajak dan bukan bersipat Retribusi jasa Usaha atau Retribusi perizinan tertentu. b. Merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksaan desentralisasi. c. Memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentinagn dan pemanfaatan umum. d. Jasa tersebut harus layak dikenakan retribusi. e. Retribusi tidak bertentangan kebijaksanaan nasional mengenai penyelengaraannya; f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu pendapatan daerah yang potensial; dan g. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat atau kualitas yang lebih baik. Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum (pasal 110) a. Retribusi Pelayanan Kesehatan; b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil; d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; 24 e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; f. Retribusi Pelayanan Pasar; g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair; l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. a. Retribusi Jasa Usaha (pasal 126) b. Ditetapakan dengan peraturan pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Harus bersifat bukan pajak dan bukan bersipat Retribusi jasa Usaha atau Retribusi perizinan tertentu; dan b. Jasa tersebut harus bersifat Komersial yang seharusnya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh pemerintah daerah. Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah: (pasal 127). Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, adalah: 1. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; 2. Retribusi Tempat Pelelangan; 3. Retribusi Terminal; 4. Retribusi Tempat Khusus Parkir; 5. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa; 6. Retribusi Rumah Potong Hewan; 7. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; 8. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; 9. Retribusi Penyeberangan di Air; dan 10. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. 11. Retribusi Perizinan Tertentu (pasal 140) Ditetapakan dengan peraturan pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut ; a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asaa disentralisasi. b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum; dan c. Biaya yang menjadi baban daerah yang menyelengarakan izin tersebut dari biaya untuk menagulangi dampak negatif dari perizinan tersebut cukup besar sehinga layak dibiayai dari retrribusi perizinan. Jenis Retribusi Perizinan tertentu adalah: (pasal 141), Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; a. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; b. Retribusi Izin Gangguan; c. Retribusi Izin Trayek; dan d. Retribusi Izin Usaha Perikanan. OBJEK RETRIBUSI DAERAH Objek Retribusi Daerah terdiri dari: 1. Jasa Umum, yaitu berupa Pelayanan yang disediakan/diberikan Pemerintah daerah untuk tujuan kepentinagan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 25 2. Jasa usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial. 3. Perizinan tertentu, adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah Daerah dalam rangka pemberiaan izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pegawasan atas kegiatan dalam pemanfaatan ruang, pengunaan sumber daya alam barang, prasarana, sarana dan fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. SUBJEK RETRIBUSI DAERAH Objek Retrribusi Daerah sebagai berikut: 1. Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang mengunakan menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. 2. Retribusi jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang mengunakan menikmati pelayanan jasa usaha yang bersankutan. 3. Retribusi Perizinana Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah Daerah. PRINSIP DAN SASARAB PENETAPAN TARIF RETRIBUSI DAERAH Prinsip dan sasaran penetapan tariff jenis Reribusi Daerah sebagai berikut: 1. Retribusi Jasa Umum, berdasarkan kebijaksanaan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. 2. Retribusi Jasa Usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroprasi secara efisien dan berorentasi pada harga pasar. 3. Retribusi terizinan tertentu, berdasarkan padea tujuan untuk menutupi sebagian atau seluruh biaya penyelengaraan pemberian izin yang bersangkutan. Tarif retribusi daerah dapat dibaca di PERDA No.4/2011. Perbedaan Pajak dengan Retribusi Pajak merupakan pembayaran/pengeluaran yang dikeluarkan oleh wajib dimana wajib pajak tidak mendapatkan imbalaan secara langsung dari pemerintah atas pembayaran tersebut, (kecuali barang berwujud berupa dan sarana prasarana pembangunan fisik, non fisik),serta tidak mendapatkan bukti pembayaran. Retribusi merupakan pembayaran/pengeluaran uang yang dikeluarkan oleh wajib pajak di mana wajib pajak mendapatkan imbalan secara langsung dari pembayaran tersebut, contoh kalau kita parkir di Moll Lambusuana, maka kita mengeluaran uang parker sebesar Rp1.500, 00 maka motor kita boleh parkir di area lembuswana. WARGA NEGARA DIBAGI 2 1. Sebagai subjek pajak = adalah warga negera yg mungkin tidak punya penghasilan atau ybs punya penghasilan < PTKP, sehingga ybs tidak berkewajiban membayar pajak. 2. Sebagai wajib pajak = adalah warga negara yg punya penghasilan > PTKP, sehingga ybs wajib membayar pajak.