PENERAPAN PROGRAM LANDREFORM DALAM PENGUATAN TANAH PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR BERDASARKAN PANCASILA Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Agraria Dosen Pengampu Triana Rejekiningsih SH.KN.MPd Oleh : Fitria Utami Putri Bintari K6412027 A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara agraris, sebab sebagaian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Dengan keadaan geografis di Indonesia 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT sehingga di Indonesia beriklm tropis yang sangat mendukung dalam kehidupan bercocok tanam dan masih banyaknya gunung api di Indonesia membuat tanah di Indonesia sangat subur. Maka dengan letak geografis tersebut membuat tanah sangat vital bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang bermata pencaharian sebagai petani. Karena tanah sangat penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia, pemerintah membuat aturan – aturan mengenai tanah salah satunya yang terdapat dalam Undang – Undang Pokok Agraria. Undang – Undang Pokok Agraria tersebut memuat mengenai reforma agraria merupakan implementasi dari Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (TAP MPR RI) Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam adalah proses restrukturisasi (penataan ulang susunan) kepemilikan, peguasaan, dan penggunaan sumber – sumber agraria (khususnya tanah) yang dilaksanakan untuk tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam program yang terdapat reforma agraria yaitu perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan – hubungan hukum yang bersangkutan dengan pengusahaan tanah disebut landreform1. Landreform ini bertujuan untuk mengatur serta melindungi kepemilikan dan pemanfaatan atas tanah pertanian. Dengan adanya landreform ini para petani dapat meningatkan hasil pertanian dan meningkatkan pula taraf kehidupannya. Landreform membuat pembatasan mengenai kepemilikan tanah pertaniandan batas maksimum kepemilikan tanah pertanian. Sehingga landreform juga membantu menata penguasaan tanah dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan untuk masyarakat terutama pada petani kecil dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan sila – sila yang terdapat dalam Pancasila. 2 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana latar belakang dan dasar penerapan landreform di Indonesia ? 2. Apa saja program landreform dalam penguatan tanah pertanian dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur menurut Pancasila ? 3. Bagaimana presepsi dan ekspetasi landreform di Indonesia ? 4. Apa tanggapan mahasiswa dalam program landreform dalam penguatan tanah pertanian dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur menurut Pancasila ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui latar belakang dan dasar penerapan landreform di Indonesia 2. Untuk mengetahui program – program landreform dalam penguatan tanah pertanian dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur menurut Pancasila 3. Untuk mengetahui presepsi dan ekspetasi landreform di Indonesia 4. Untuk menjadi dasar untuk menanggapi program landreform dalam penguatan tanah pertanian dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur menurut Pancasila 3 BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Landreform di Indonesia Landreform berasal dari bahasa Inggris yaitu “land” dan “reform”. Land artinya tanah, sedang reform artinya perombakan atau perubahan untuk membangun atau membentuk atau menata kembali struktur pertanian baru. Sedangkan landreform dalam arti sempit adalah penataan ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah, merupakan bagian pokok dalam konsep reform agraria (agraria reform). Budi Harsono menyatakan bahwa landreform meliputi perompakan mengenai kepemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan yang bersangkutan dengan penguasaaan tanah. Ini berarti bahwa nampaknya selama belum dilaksanakannya landreform keadaan pemilikan dan penguasaan tanah di Indonesia dipandang perlu dirubah strukturnya. Menurut King menunjukan bahwa pada umumnya perbedaan pengertian dan definisi menyoroti 2 pengertian secara umum (King 1977): 1. Landreform is a inveriably a more t, publiciy controlled change in the existing character of land ownership 2. It normally attempt a diffusion of wealth and produstive capacity Bila dilihat dari arti diatas, pada dasarnya landreform memerlukan program redistribusi tanah untuk keuntungan pihak yang mengerjakan tanah dan pembatasan dalam hak-hak individu atas sumber-sumber tanah. Di Indonesia terdapat perbedaan antara agraria reform dan landreform. A agrarian reform diartikan sebagai landreform dalam arti luas yang meliputi 5 program: a. Pembaharuan Hukum Agraria b. Penghapusan hak-hak asing dan konsepsi-konsepsi kolonial atas tanah c. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur d. Perombakam mengenal pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah e. Perencanaan persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung didalmnya itu secara berencana sesuai dengan daya kesanggupan kemampuannya. B. Tujuan Landreform 4 Di Indonesia pelaksanaan landreform berlandaskan kepada Pancasila dan UUD 1945 yang terwujud di dalam satu rangkaian kegiatan bidang pertanahan. Kemudian dikatakan bahwa Landreform bertujuan untuk memperkuat dan memperluas pemilikan tanah untuk seluruh rakyat Indonesia terutama kaum tani. Secara umum tujuan Landreform adalah untuk mewujudkan penguasaan dan pemilikan tanah secara adil dan merata guna meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya petani. Secara terperinci tujuan landreform di Indonesia adalah : 1. Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat tani yang berupa tanah, dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil pula, dengan merombak struktur pertanahan sama sekali secara revolusioner, guna merealisir keadilan sosial. 2. Untuk melaksanakan prinsip tanah untuk tani, agar tidak terjadi lagi tanah sebagai obyek spekulasi dan alat pemerasan. 3. Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap warga negara Indonesia yang berfungsi sosial. 4. Untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan dan penguasaan tanah secara besar-besaran dengan tak terbatas, dengan menyelenggarakan batas maksimum dan batas minimum untuk tiap keluarga. Dengan demikian mengikis pula sistem liberalisme dan kapitalime atas tanah dan memberikan perlindungan terhadap golongan ekonomis yang lemah. 5. Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya pertanian yang intensif secara gotong-royong dalam bentuk koperasi dan bentuk gotong-royong lainnya. C. Dasar Teori Penerapan Landreform di Indonesia Di Indonesia prinsip dan landasan landreform beralasan Prinsip Hak Menguasai dari Negara. Landasan ideal landreform di Indonesia adalah Pancasila karena Pancasila merupakan ideologi, cara pandang bangsa dan rakyat Indonesia. Landasan Konstitusional yang merupakan hukum dasar bangsa Indonesia dalam menjamin dan memberi hak-hak rakyatnya dalam hal ini mengenai agrarian yaitu yang terdapat dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Landasan Operasional pelaksanaan landreform menurut Undang – Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria di Indonesia yaitu ; 5 1. Pasal 7, “Untuk tidak merugikan kepentingan umum, maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan”. 2. Pasal 10 ayat (1), “Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai hak atas tanah pertanian pada dasarnya diwajibkan mengerjakan dan mengusahakan sendiri secara aktif dengan mencegah cara - cara pemerasan”. Ayat (2) “ Pelaksanaan dari pada ketentuan dalam ayat (1) pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan. 3. Pasal 17 ayat (1), “Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7, maka untuk mencapai tujuan dalam pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum dan luas minimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam pasal 16 oleh satu keluarag atau badan hukum”. Ayat (2) “ penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat 1 pasal ini dilakukan dengan peraturan perundangan di dalam waktu yang singkat”. Ayat (3) “ tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum yang termaksud dalam ayat 2 pasal ini diambil oleh pemerintah dengan ganti rugi, untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah”. Ayat (4) “ tercapainya batas maksimum termaksud dalam ayat 1 yang akan ditetapkan dengan peraturan perundangan dilaksanakan secara berangsur-angsur. Dengan landreform diatur siapa-siapa yang berhak mempunyai hak milik, pembatasan luas minimal dan maksimal luas tanah, pencegahan tanah menjadi terlantar dan tanda bukti pemelikan atas tanah ( Fauzi 1999). Jika diperinci, landasan landreform antara lain: a. Adalah hak negara untuk menguasai seluruh kekayaan alam Indonesia yang bersumber dari pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Hak menguasai dari negara bukan hak pemilikan dari negara (kolonial) seperti asas domain, tetapi sama dengan hak ulayat dalam hukum adat. Negara diberi wewenang untuk mengatur antara lain kekayaan itu mensejahterakan rakyat, antara lain dengan mengatur peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa(pasal 2 UUPA). b. Memberikan kewenangan pada negara untuk mengeluarkan tanda bukti pemilikan tanah. Pemegang hak atas tanah hanya warga WNI tanpa membedakan jenis kelamin, sedangkan WNA tidak diberi hak demikian (prinsip nasionalitas pasal 9 jo 21 ayat 1 UUPA). Pasal tersebut membatasi 6 kewenangan warga negara asing untuk menguasai tanah Indonesia. Hal ini untuk mencegah beralihnya keuntungan SDA Indonesia. c. Luas tanah dengan status hak milik dibatasi luasnya, luas minimal maupun maksimal pemilikan tanah dibatasi agar tidak tumbuh lagi tuan tanah yang menghisap tenaga kerja petani melalui sistem persewaan tanah atau gadai tanah (pasal 7 jo pasal 17 UUPA). Pengaturan ini ditujukan agar keluarga petani tidak hidup dari luas tanah yang kecil. Pemilikan tanah yang terlalu kecil, tidak hanya berakibat kecilnya pendapatan pemilikannya, juga secara nasional merugikan karena rendahnya produktivitas (pasal 13 jo pasal 17 UUPA). d. Pemilik hak atas tanah haruslah menggarap sendiri tanahnya secara aktif (pasal 10 UUPA) sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat banyak. UUPA melarang pemilik tanah pertanian yang tidak dikerjakan sendiri oleh pemiliknya karena akan menimbulkan tanah terlantar (tanah guntai/absentee) atau meluasnya hubungan buruh tani dan pemilik tanah yang mempunyai kecenderungan yang memeras pasal 10 ayat(1) jo pasal 11 ayat(1)). e. Panitia landreform akan mendaftar mereka yang mendapatkan pemilikan tanah, untuk selanjutnya mereka akan diberikan suatu tanda bukti pemilikan hak atas tanah. Alat bukti pemilikan itu, maka menjamin kepastian hukum atas tanah. D. Program Landreform dalam Penguatan Tanah Pertanian di Indonesia Program landreform dalam penguatan tanah pertanian di Indonesia meliputi : 1. Larangan untuk menguasai tanah pertanian yang melampaui batas Pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas merugikan kepentingan umum, karena terbatasnya persediaan tanah pertanian, khususnya didaerah yang padat penduduknya hal itu menyebabkan menjadi sempitnya kalau tidak dapat dikatakan hilangnya sama sekali kemungkinan bagi banyak petani untuk memiliki tanah sendiri seperti yang diatur dalam Undang – Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria pasal 7 dan pasal 17. 2. Larangan pemilik tanah secara absentee Diartikan sebagai pemilikan tanah yang letaknya di luar daerah tempat tinggal pemiliknya. Diatur dalam pasal 3 Peraturan Pemerintahan No 224 Tahun 1962 dan 7 pasal 1 Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1964. Mlarang pemilik tanah pertanian oleh orang yang bertempat tinggal diluar kecamatan tempat letak tanahnya dan pengukuran yang diatur asal pemilik tanah masih dapat mengerjakan tanah secara efisien. 3. Redistribusi tanah – tanah yang selebihnya dari batas maksimum, tanah tanah yang terken absentee, tanah bekas swapraja dan tanah negara lainnya 4. Pengaturan mengenai pengembalian dan penebusan tanah – tanah pertanian yang digadaikan Gadai adalah hubungan hukum antara seorang dengan tanah kepunyaan orang lain, yang telah menerima uang gadai daripadanya. Selama uang gadai itu belum dikembalikan, maka tanah tersebut dikuasai oleh “pemegang gadai”, selama itu hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai. Pengembalian uang gadai atau yang lazim disebut “penebusan kembali tanahnya” tergantung pada kemauan dan kemampuan pemilik tanah yang menggadaikan 5. Pengaturan kembali perjajian bagi hasil tanah pertanian Sebagaimana diketahui, yang dimaksudkan dengan Perjanjian Bagi Hasil menurut UU No. 2 Tahun 1960 adalah perjanjian yang diadakan antara pemilik tanah dengan seseorang atau badan hukum yang disebut penggarap, berdasarkan perjanjian mana penggarap diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan usaha pertanian di atas tanah pemilik, yang hasilnya dibagi antara kedua belah pihak menurut imbalan yang disetujui sebelumnya. UU No. 2 Tahun 1960 yang bertujuan untuk memperbaiki nasib para penggarap tanah milik pihak lain, jika benar-benar dilaksanakan akan mempunyai efek yang sama dengan penyelenggaraan redistribusi tanah kelebihan dan tanah absentee terhadap penghasilan para petani penggarap. Mereka akan menerima bagian yang lebih besar dari hasil tanahnya. 6. Penetapan batas minimum kepemilikan tanah pertanian disertai larangan untuk melakukan perbuatan – perbuatan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah – tanah pertanian menjadi bagian – bagian yang terlampau kecil 7. Untuk mempertinggi taraf hidup petani, kepada mereka perlu diberikan tanah garapan yang cukup luasnya. Oleh karena itu, maka pasal 17 UUPA selain luas maksimum menghendaki juga pengaturan tentang luas minimumnya. Berhubungan dengan itu dalam pasal 8 UU No. 56/Prp/1960 diperintahkan kepada Pemerintah untuk mengadakan usaha-usaha agar supaya setiap petani sekeluarga 8 memiliki tanah pertanian minimal 2 ha. Menurut penjelasannya, 2 ha tanah pertanian itu bisa berupa sawah, tanah kering atau sawah dan tanah kering. Ditetapkannya luas minimum tersebut tidak berarti bahwa orang-orang yang mempunyai tanah kurang dari 2 ha akan diwajibkan untuk melepaskan tanahnya. 2 ha itu merupakan tujuan yang harus diusahakan tercapainya secara berangsurangsur (pasal 17 ayat 4 UUPA). E. Presepsi dan Ekspetasi Landreform di Indonesia Presepsi pemerintah sejak tahun 2007 terutama Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, secara gencar telah melaksanakan program Landreform yang lebih berpihak kepada petani/penggarap. Pelaksanaan landreform dari pemerintah tidak hanya sekedar kegiatan Asset Reform yang berupa sertipikasi, tetapi juga dibarengi dengan kegiatan Access Reform yang berupa pembinaan dan fasilitasi pasca Redistribusi Tanah. Access Reform adalah suatu proses penyediaan akses/sarana bagi masyarakat (subyek penerima redistribusi tanah) terhadap segala hal yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan tanah pertanian sebagai sumber kehidupan petani (partisipasi ekonomi-politik, modal, pasar, teknologi, pendampingan, peningkatan kapasitas dan kemampuan). Access Reform dilakukan oleh instansi-instansi penyedia akses/sarana kepada petani penerima redistribusi tanah yang tergabung dalam kelompok tani dengan bantuan fasilitasi dari Badan Pertanahan Nasional. Dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota bertindak sebagai fasilitator. Access Reform dilakukan dengan menggandeng pihak ketiga seperti Bank atau lembaga keuangan dan dinas-dinas teknis terkait lainnya. Pihak Bank seperti BRI dapat digandeng untuk penyediaan akses permodalan kepada petani penerima redistribusi tanah melalui penyaluran kredit usaha tani dengan agunan sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan. Dinas Pertanian dan Perkebunan digandeng untuk penyediaan sarana produksi (seperti bibit unggul, pupuk, obat-obatan hama dan penyakit tanaman) bagi kelangsungan kegiatan usaha tani petani penerima redistribusi tanah. Juga penyediaan teknologi pengolahan pasca panen bagi produk pertanian yang dihasilkan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi petani. Sementara Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berperan dalam peningkatan ketrampilan dan kemampuan ibu-ibu rumah tangga petani melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan usaha kecil dan menengah (industri rumah tangga). 9 Access Reform atau penyediaan akses/sarana ini dikembangkan berdasarkan potensi-potensi yang ada pada masing-masing daerah. Tidak semua daerah akan mendapatkan akses/sarana yang sama. Access Reform diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan sekedar wacana atau arahan. Oleh karena itu demi keberhasilan kegiatan dimaksud diperlukan urutan pelaksanaan kegiatan yang dimulai dari penggalian potensi daerah, rapat koordinasi antara kelompok tani, instansi terkait dan Badan Pertanahan Nasional (Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota), penyuluhan sampai penandatanganan MOU atau Surat Perjanjian Kerjasama. Indikator keberhasilan kegiatan Access Reform adalah terbitnya MOU atau Surat Perjanjian Kerjasama antara kelompok tani dengan instansi terkait selaku penyedia akses/sarana. Ekspetasi pemerintah yaitu terwujudnya pemeratan hak atas tanah diantara para pemilik tanah terutama tanah untuk pertanian yang selama ini Indonesia dikenal dengan negara agraris. Pemerintah menginginkan kemajuan dalam segi sosial ekonomi khususnya dalam sektor pertanian yang dapat meningkaykan penghasilan dan taraf hidup masyarakat. Dalam segi politis sistem tuan tanah dihapuskan dan kepemilikan tanah berskala besar dapat dibatasi dengan dibagikan secara adil agar menjadi sumber penghidupan rakyat. F. Tanggapan Mengenai Landreform di Indonesia Menurut pendapat saya, pemerintah sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan yaitu dengan membuat Undang – Undang namun tidak itu saja yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Tuajuan yang diinginkan Pemerintah harus dapat mengimplementasikan program – program dalam penyelenggaraan Undang – Undang tersebut. Yaitu dengan kegiatan pokok Landreform yang harus dapat dilaksanakan yaitu : 1. Kegiatan inventarisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang dilakukan dengan mengkaji data dan informasi mengenai penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan setiap bidang tanah. Namun terkadang data yang didapatkan oleh petugas pemerintahan tidak sesuai dengan senyatanya dilapangan, maka petugas tidak hanya menganalisis lewat data atau informasi tapi juga harus menganalisis dengan terjun langsung melihat kondisi tanah serta kepemilikan tanah. 10 2. Redistribusi tanah objek landreform, Kegiatan redistribusi tanah objek landreform terdiri dari serangkaian sub kegiatan yang meliputi kegiatan penyuluhan, inventarisasi dan identifikasi penerima manfaat dan tanah yang dialokasikan (subyek dan obyek), pengukuran dan pemetaan, penerbitan Surat Keputusan pemberian hak atas tanah dalam rangka redistribusi dan pendaftaran hak atas tanah (penerbitan sertifikat hak atas tanah), yang di dalam pelaksanaannya memerlukan koordinasi dan sinkronisasi berbagai bidang yang terkait. Dalam hal ini kerja sama dituntut untuk dapat menciptakan pemerataan kepemilikan tanah. Dengan dilakukanya kegiatan tersebut setidaknya pihak – pihak yang berkerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dapat berkerja dengan baik. Tidak hanya mengkroscek data atau informasi melalui berkas – berkas saja tapi harus dapat informasi dari lapangan. G. Penerapan Program Landreform dalam Penguatan Tanah Pertanian untuk Mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur Berdasarkan Pancasila Program landreformyang dilakukan oleh pemerintah dalam penguatan tanah pertanian di Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang belandaskan Pancasila meliputi larangan untuk menguasai tanah pertanian yang melampaui batas sehingga adanya pelarangan tuan tanah yang memiliki tanah dengan luas terbesar sesuai dengan aturan akan dibagikan kepada petani kecil untuk dimanfaatkan dalam hal pemerataan tanah dalam menciptakan masyarakat yang keadilan dan dapat memakmurkan rakyat dengan memberikan lahan untuk petani kecil agar dikelola dalam sektor pertanian dengan begitu, petani kecil akan dapat mensejahterakan dan meningkatkan taraf kehidupannya. Program – program lain yang dilakukan pemerintah adalah larangan pemilik tanah secara absentee, redistribusi tanah – tanah yang selebihnya dari batas maksimum, tanah tanah yang terkena absentee, tanah bekas swapraja dan tanah negara lainnya, pengaturan mengenai pengembalian dan penebusan tanah – tanah pertanian yang digadaikan, pengaturan kembali perjajian bagi hasil tanah pertanian, penetapan batas minimum kepemilikan tanah pertanian disertai larangan untuk melakukan perbuatan – perbuatan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah – tanah pertanian menjadi bagian – bagian yang terlampau kecil, dan untuk mempertinggi taraf hidup petani, kepada mereka perlu diberikan tanah garapan yang cukup luasnya. 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Budi Harsono menyatakan bahwa landreform meliputi perompakan mengenai kepemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan yang bersangkutan dengan penguasaaan tanah. Ini berarti bahwa nampaknya selama belum dilaksanakannya landreform keadaan pemilikan dan penguasaan tanah di Indonesia dipandang perlu dirubah strukturnya. Landreform juga diatur di dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agrarian (UUPA). Tujuan landerform menurut Michael Lipton dalam Arie S. Hutagalung (1985) adalah Menciptakan pemerataan hak atas tanah diantara para pemilik tanah. Dalam mewujudkan tujuan tersebut dilakukana melalui usaha yang intensif yaitu dengan redistribusi tanah, untuk mengurangi perbedaan pendapatan antara petani besar dan kecil yang dapat merupakan usaha untuk memperbaiki persamaan diantara petani secara menyeluruh. Prinsip dari dilakukannya landreform salah satunya adalah bahwa pertanahan berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraanrakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangankemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan, serta pertanahan berkontribusi secara nyata dalam peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Di dalam landreform hal-hal yang diatur antara lain adalah penetapan luas maksimum dan minimum pemilikan dan penguasaan tanah pertanian dan larangan pemilikkan tanah secara absentee. B. Saran Undang-Undang Pokok Agararia sebagai landasan terselenggaranya Landreform hanya berisikan hal-hal yang pokok saja, pengaturan secara khusus dapat dijumpai di dalam Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya yang tentu saja dapat berubah atau disempurnakan dan keseluruhannya bergantung pada situasi dan kondisi yang berkembang. Maka dengan perkembangan masyarakat pada saat ini serta kebutuhan akan tanah yang meningkat, program Landreform harus dituntaskan pelaksanaannya yang tentu harus didukung oleh kemauan politik Permerintah, oleh 12 karena itu kebijakan pertanahan perlu untuk diperbaharui sesuai konsep pembaharuan agraria dan paradigma baru yang mendukung ekonomi kerakyatan, demokratis dan partisipatif. Usaha perlu dilakukan agar tercapaiannya tujuan landreform itu sendiri misalnya pembukuan tanah, pembukaan tanah pertanian baru, industrialisasi, transmigrasi, usaha untuk mempertinggi produktivitas, ketersediaan yang cukup dan dapat diperoleh pada waktunya dengan mudah dan murah serta tindakan-tindakan lainnya. Selain itu juga diperlukan adanya penegakan hukum yang pasti dan kesadaran akan aturan yang berlaku dari masing-masing anggota masyarakat. 13 DAFTAR PUSTAKA Prof . Dr. H. Muchsin SH. Dkk. Hukum Agraria Indonesia dalam Prespektif Sejarah. 2007. Bandung : Retika Aditama Effendi Perangin SH. Hukum Agraria Di Indonesia. 1989. Jakarta : CV Rajawali Prof Mr Dr Sudargo Gautaa. Tafsiran Undang – Undang Pokok Agraria. 1981. Bandung : Alumni Dr. A.P Parlindungan SH. Kapita Slekta Hukum Agraria. 1981. Bandung : Alumni http://hukum.kompasiana.com/2013/05/09/landreform-di-indonesia-558376.html 14