PRODUKSI BIOHIDROGEN OLEH BAKTERI

advertisement
1
PENDAHULUAN
Penggunaan
bahan
bakar
fosil
menyebabkan sejumlah persoalan-persoalan
seperti: keterbatasan pasokan energi bahan
bakar fosil dan emisi karbon hasil
pembakaran bahan bakar fosil yang
menyebabkan perubahan iklim global,
kerusakan lingkungan, dan penurunan
kesehatan. Pencarian alternatif energi
terbarukan yang ramah lingkungan menjadi
salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan
energi dan mengatasi persoalan akibat
penggunaan bahan bakar fosil.
Beberapa alternatif energi terbarukan yang
ramah lingkungan yaitu bioetanol, biodiesel,
biobutandiol, dan biohidrogen (Bio-H2).
Biohidrogen merupakan energi masa depan
yang menarik banyak perhatian baik dari
kalangan ilmuan maupun politisi dunia.
Hidrogen merupakan sumber energi yang
bersih dan efisien karena proses pembakaran
hidrogen di udara hanya menghasilkan uap air
dan energi panas (Mahyudin & Koesnandar
2006). Nilai panas yang dihasilkan pada
pembakaran hidrogen adalah 282.119 kJ per
mol H2O yang dihasilkan. Nilai tersebut lebih
tinggi dari panas hasil pembakaran bahan
bakar fosil (Chen et al. 2005).
Hidrogen merupakan energi baru dan
dapat diperbaharui. Senyawa hidrogen berada
melimpah di alam baik dalam gas maupun
dalam bentuk komponen yang mengandung
hidrogen seperti: biomasa, bahan bakar fosil,
dan air. Hidrogen dapat dihasilkan dari
berbagai substrat atau bahan baku yang
mengandung hidrogen.
Berbagai metode yang digunakan untuk
menghasilkan hidrogen memerlukan sumber
energi berupa panas, elektrolitik, dan energi
cahaya. Produksi hidrogen secara biologi
berbeda dari cara kimia atau elektrokimia,
yaitu dapat dilakukan pada tekanan dan suhu
normal (Kotay & Das 2008). Produksi
hidrogen secara biologis dapat menggunakan
limbah organik sebagai substrat fermentasi
sehingga membantu dalam menangani
limbah-limbah organik dan membuat produksi
hidrogen lebih ekonomis.
Sejumlah spesies mikrob dari berbagai
taksa dan tipe fisiologi mampu menghasilkan
hidrogen, di antaranya adalah sianobakteria,
bakteri anaerob, dan bakteri fotosintetik.
Mikrob tersebut memproduksi hidrogen
dengan sistem fermentasi dengan bantuan
energi cahaya. Proses fermentasi tersebut
menggunakan substrat organik dan cahaya
untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP)
dan ferredoksin tereduksi (Fdred), kemudian
enzim nitrogenase menggunakan ATP dan
Fdred untuk menghasilkan hidrogen, sehingga
produksi hidrogen lebih efisen. Jenis
fermentasi
tersebut
dikenal
dengan
fotofermentasi.
Menurut Koku et al. (2002), bakteri
fotosintetik merupakan jenis mikrob yang
menguntungkan untuk produksi hidrogen
dalam skala besar. Bakteri fotosintetik
nonsulfur
menghasilkan
hidrogen
menggunakan senyawa organik dan energi
cahaya.
Bakteri
tersebut
memiliki
kemampuan tinggi dalam mengkonversi
substrat
secara
efisien
dan
dapat
menggunakan secara luas berbagai susbtrat
baik untuk pertumbuhan maupun produksi
hidrogen. Efisiensi energi cahaya untuk
memproduksi
hidrogen
oleh
bakteri
fotosintetik lebih tinggi dibandingkan
sianobakteria. Rhodobium marinum (ATCC
35675) merupakan salah satu contoh bakteri
fotosintetik ungu nonsulfur yang dapat
memproduksi H2 (Hiraishi 1995).
Produksi biohidrogen oleh bakteri
fotosintetik ungu nonsulfur melibatkan enzim
nitrogenase dan hidrogenase. Namun, sejak
produksi hidrogen lebih diutamakan pada
nitrogenase, aktivitas hidrogenase ini
terabaikan. Aktivitas nitrogenase pada bakteri
ini terstimulasi kuat oleh cahaya. Pola
iluminasi saat periode terang dan gelap juga
berpengaruh besar dalam kestabilan aktivitas
nitrogenase. Kerja nitrogenase dalam
menghasilkan hidrogen memerlukan sejumlah
besar ATP dan energi tereduksi yang
didapatkan dari hasil fotosistem bakteri
tersebut (Meyer et al. 1978).
Penelitian tentang pengaruh cahaya
ultraviolet (UV) dan warna (merah, biru,
kuning) terhadap produksi hidrogen oleh
Rhodobium marinum belum
dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan
cahaya efektif dari cahaya UV dan warna
(merah, biru, kuning) bagi bakteri fotosintetik
R. marinum untuk memproduksi hidrogen
secara maksimum. Hipotesis penelitian ini
adalah cahaya UV yang memiliki energi lebih
tinggi dibandingkan cahaya tampak atau
cahaya tampak (merah, kuning, biru) menjadi
panjang gelombang maksimum bagi R.
marinum dalam menghasilkan hidrogen
secara maksimum. Hasil penelitian ini
diharapkan memberi informasi lebih lanjut
mengenai cahaya UV atau warna dalam
menghasilkan hidrogen secara maksimum dan
bermanfaat untuk perencanaan produksi
hidrogen skala besar.
Download