5476 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI
SALURAN KEMIH PADA PASIEN WANITA DI INSTALASI RAWAT
INAP RSUD AMBARAWA PERIODE JULI 2015 – JUNI 2016
ARTIKEL
Oleh:
NOVIA DEVI PERMATASARI
050112a064
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
Artikel dengan judul “PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT
INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD AMBARAWA PERIODE JULI 2015-JUNI 2016” yang disusun oleh :
Nama
: NOVIA DEVI PERMATASARI
Nim
: 050112a064
Program Studi
: FARMASI
Telah disetujui oleh pembimbing skripsi Program Studi Farmasi
Ungaran, Februari 2017
Pembimbing Utama
Dian Oktianti.,S.Far.,M.Sc.,Apt
NIDN. 0625108102
HALAMAN PENGESAHAN
Artikelberjudul:
PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI
SALURAN KEMIH PADA WANITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD
AMBARAWA PERIODE JULI 2015-JUNI 2016
Disusunoleh:
NOVIA DEVI PERMATASARI
050112a064
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Telahdiperiksadandisetujuiolehpembimbingdantelahdiperkenakanuntukdiujikan.
Ungaran, Februari 2017
Pembimbingutama
Dian Oktianti.,S.Far.,M.Sc.,Apt
NIDN. 0625108102
PROFIL PENGGUNAAN
ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI
SALURAN KEMIH PADA PASIEN WANITA DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD AMBARAWA PERIODE JULI 2015 – JUNI 2016
Dian Oktianti¹, Richa Yuswantina¹, Novia Devi P¹.
Program Studi Farmasi, Universits Ngudi Waluyo
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latar belakang : Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan ditemukannya
mikroorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Infeksi saluran kemih (ISK)
merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering di komunitas dan hampir
10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di
seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih.
Tujuan : Untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik pada pasien wanita untuk
penyakit infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap RSUD Ambarawa Periode Juli
2015 – Juni 2016.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat non eksperimental dan
menggunakan pendekatan retrospekstif. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini berupa teknik total sampling sampel sebanyak 53 pasien.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan profil penggunaan obat berdasarkan golongan
antibiotik yang banyak digunakan di RSUD Ambarawa adalah golongan
sefalosporin generasi III sebanyak 90,56%. Ceftriakson merupakan jenis obat yang
sering digunakan sebesar 79,24%.
Simpulan : Golongan antibiotik yang sering digunakan adalah sefalosporin generasi
III. Jenis antibiotik yang sering digunakan adalah Ceftriakson.
Kata Kunci
: Profil penggunaan antibiotik, ISK, Sefalosporin generasi III,
Ceftriaksone
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
1
ABSTRACT
Background: Urinary Tract Infection (UTI) is a state to find microorganisms in
urine in a certain amount. Urinary tract infection (UTI) is an infection with a
common bacteria involved in the community and nearly 10% of people everet UTI
during their lifetime. Approximately 150 million people worldwide each year are
diagnosed with urinary tract infection.Objective: To determine the profile of
antibiotic use in female patients suffering from urinary tract infection in inpatient
room of Ambarawa hospital in the period of July 2015 - June 2016.Methods: The
study used non experimental and retrospective approach. The sampling technique
used total sampling to 53 patients.Results: The results showed that the profile of
drug use based on the class of antibiotics that was widely used in Ambarawa hospital
was the third generation of cephalosporin class as many as 90.56%. Ceftriaxone was
the type of drug that was often used by 79.24%.Conclusion: Antibiotic group that is
often used is the third generation of cephalosporins. The type of antibiotic that is
often used is ceftriaxone.
Keywords
: Antibiotic profile, UTI, third generation of cephalosporins,
Ceftriaxone
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
2
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan ditemukannya
mikroorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu (Coyle dan Prince.,
2005). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak, remaja, maupun pada umur
lanjut. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin ternyata ISK pada wanita lebih
sering terjadi daripada pria dengan populasi umum kurang lebih 5-15%
(Tessy dkk., 2001). Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung
bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya, dengan kata lain bahwa
diagnosis ISK ditegakkan dengan membuktikan adanya mikroorganisme
didalam saluran kemih. Sebanyak 25 juta kematian diseluruh dunia pada
tahun 2011, sepertiganya disebabkan oleh infeksi (WHO, 2011). Infeksi
saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering
di komunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya.
Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis
menderita infeksi saluran kemih. Prevalensi sangat bervariasi berdasar pada
umur dan jenis kelamin, dimana infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan dengan pria yang oleh karena perbedaan anatomis antara
keduanya (Rajabina, 2012).
Infeksi saluran kemih dapat meluas ke organ-organ saluran kemih,
sehingga memperparah kondisi pasien apabila penanganan dan
pengobatannya tidak tepat.Sasaran terapi pada infeksi saluran kemih adalah
bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.Oleh karena itu,
pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotik yang tepat
sehingga tidak menimbulkan resistensi tehadap bakteri.Penggunaan
antibiotik juga harus disesuikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga
memperhatikan riwayat antibiotik yang digunakan pasien (Depkes, 2007).
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui profilpenggunaanantibiotik pada pasien
wanita untuk penyakit infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap
RSUD Ambarawa.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui penggunaan antibiotik pada pasien wanita untuk
penyakit infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap RSUD
Ambarawa berdasarkan golomgan antibiotik, jenis antibiotik, rute
pemberian antibiotik, penyakit lain dan obat lain.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode yang bersifat non eksperimental dan menggunakan pendekatan
retrospekstif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan
observasi, pengumpulan data sekaligus pada satu waktu dan
menggunakan data yang lalu (Notoatmojo, 2012).
Bahan dan sumber data dari penelitian ini diperoleh dari catatan
rekam medis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Ambarawa periode Juli 2015-Juni 2016.
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
3
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik
Nonprobability yakni sampel jenuh atau sering disebut total sampling.
Sampel jenuh atau total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel
(Sugiyono, 2013). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a) Kriteria Inklusi :
Kriteria inklusi merupakan kriteria yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmojo, 2012). Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti
adalah:
1. Pasien yang terdiagnosa Infeksi Saluran Kemih dan menggunakan
antibiotik di Rumah Sakit Umum Ambarawa.
2. Pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Ambarawa.
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria anggota kelompok yang
tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2012). Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini meliputi :
1. Pasien dengan infeksi lain.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari rekam medik yaitu sebanyak
53pasien.Distribusi masuknya pasien tiap bulan dapat dilihat pada :
10
8
8
6
5
4
6
5
6
4
2
5
3
4
2
3
2
0
Gambar 1.distribusi masuknya pasien tiap bulan
Tabel 1 Profil Penggunaan Antibiotik berdasarkan umur pasien
Keterangan
Umur
Rentang umur
20-40 tahun
41-50 tahun
Total
Jumlah
26
27
53
Persentase (%)
49,1
50,9
100
Tabel 1 menunjukkan bahwa pasien wanita penderita ISK di RSUD Ambarawa
53 pasien. Apabila dilihat dari umur pasien ( 20-40 tahun) 49,1 % sedangkan pada
umur (41-50 tahun) 50,9 %.
Hal ini disebabkan karena produksi hormon esterogen dan progesteron menurun
yang mengakibatkan PH pada cairan vagina naik sehingga menyebabkan
meningkatnya perkembangan mikroorganisme pada vagina (Anonim, 2012) . Angka
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
4
kejadian infeksi saluran kemih lebih besar terkena pada pasien wanita karena uretra
lebih pendek (2-3 cm) dibanding laki-laki. Pendeknya uretra pada wanita
menyebabkan bakteri mudah masuk kedalam kandung kemih kemudian
menyebabkan infeksi (Tjay dan Raharja 2009).
Tabel 2Profil penggunaan antibiotik menurut golongan
Golongan antibiotik
Penisilin
Quinolon
Cefalosporin generasi
III
Sulfametoxazole dan
trimetroprim
Total
Jumlah
1
3
48
Presentase %
1,89
5,66
90,56
1
1,89
53
100
Berdasarkan golongan penggunaan antibotik yang paling banyak digunakan
pasien adalah sefalosporin golongan III dengan presentase 90,56%, quinolon
5,66%, penislin 1,89%, dan sulfametoxazole dan trimetroprim 1,89%.
Sefalosporin generasi III memiliki spektrum yang lebih diperluas kepada
bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah otak (Katzung 2007). Hal
ini sudah didukukung dari penelitian sebelumnya Golongan kuinolon aktif
terhadap gram negatif dan positif. Antibiotik ini memblok sintesis DNA bakteri
dengan menghambat DNA gyrase dan topoisomerase ( Katzung, 2007). Penisilin
mengalami aktivitas terhadap bakteri gram negatif golongan ini menghambat
sintesis dinding sel bakteri, terjadi proses transpeptidasi pada rantai
peptidoglikan dan adanya aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel bakteri
(Katzung 2007), sedangkan pada sulfametoxazole dan trimetoprim menghambat
sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak terbentuknya
basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetroprim dan
sulfametoxazole bekerja dengan sinergis dan saling menguatkan.sulfametoxazole
akan menghambat sintesis asam dihidroflat dari PABA, selanjutnya akan
menghambat sintesis asam tetrahidrofolat (Pratiwi. 2008).
Tabel 4Profil Penggunaan jenis Antibiotik.
Jenis Antibiotik
Jumlah
Persentase Jenis (%)
Amoxicillin
Ciprofloksasin
Ceftriaxone
Cefixime
Cefotaxime
Cotrimoxazole
Ceftriakson+metronidazol
Cefotaxime+metronidazol
Total
1
3
38
1
4
1
4
1
53
1,89
5,66
79,24
1,89
9,43
1,89
7,55
1,89
100
Dari hasil penelitian di instalasi rawat inap RSUD Ambarawa terdapat
beberapa penggunaan antibiotik yang digunakan. Persentase penggunaan
jenisantibiotik tertinggi adalahCeftriaxone sebesar 38 (71.69%), Cefotaxim 4
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
5
(7,54%), Ciprofloksasin 3 (5,66%), Cotrimoxazole 1 (1,89%), Cefixim 1
(1,89%), Amoxcilin 1 (1,89%), ceftriakson+metronidazol 4 (7,55%),
cefotaxim+metronidazol 1 (1,89%).
Asma Useng melakukan penelitian di rumah sakit x periode Januari-juni
2013, bahwa terapi golongan sefalosporin jenis ceftriaksone sebanyak
71,17%.
Penggunaan ceftriaxone banyak digunakan di Rumah Sakit Umum
Ambarawa berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman untuk
ketangguhan dindingnya, waktu paruh ceftriaxone lebih panjang dibandingan
golongan sefalosporin yang lain seperti cefotaxime, cefixime, (Anonim, 2008).
Ceftriaxone merupakan antibiotik yang memiliki efek antibakterial dengan
dengan spektrum luas aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif , seta
bakteri anaerob. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis
mukopeptida yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel bakteri yaitu
menghambat reaksi transpeptidse tahap ketiga dalam rangkaian pembentukan
dinding sel. Pada ciprofloksasin juga digunakan namun tidak banyak pasien
menggunaakan antibiotik itu, ciprofloksasin bekerja dengan menghambat DNA
gyrase sehingga sintesis DNA kuman terganggu (Anonim, 2008) .Cotrimoxazole
tidak banyak digunakan mekanisme kerjanya dengan menganggu sintesa asam
folat bakteri dan pertumbuhan lewat penghambat pembentukan asam dihidrofolat
dan asam para aminobenzoat. Sedangkan pada amoxcilin dengan cara
menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding
sel mikroba. Obat ini diabsorbsi lebih baik diberikan per oral dan menghasilkan
kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan (Anonim, 2008).
Penggunaan kombinasi antibiotik pada golongan sefalosporin jenis
antibiotik ceftriakson dengan metronidazol dan cefotaxim dengan metronidazol
diberikan untuk pasien dengan infeksi saluran kemih dengan
gastroenteritis.Metronidazole merupakan drug of choice yang digunakan untuk
mengobati disentri amoeba atau giardiasis sehingga diberikan dua kombinasi
antibiotik.Metronidazol adalah salah satu anti protozoa berspektrum luas yang
efektif untuk melawan banyak protozoa bahkan juga terhadap bakteri patogen
anaerob (Priyatno, 2009).
Tabel 5 Profil cara pemberian antibiotik
Jenis antibiotik Cara pemberian
Jumlah
Presentase %
Oral
1
1,89
Amoxicilin
injeksi
oral
3
5,66
Ciprofloxsasin
injeksi
oral
79,24
Ceftriaxon
injeksi
42
oral
1
1,89
Cefixicim
injeksi
oral
9,43
Cefotaxcim
injeksi
5
oral
1
1,89
Kotrimoxsasol
injeksi
53
100
Total
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
6
Apabila dilihat dari cara pemberian obat yang paling banyak digunakan
pasien adalah ceftriaxone golongan sefalosporin generasi III dengan persentase
79,24% secara injeksi, sefotaxim 9,43% secara injeksi, ciprofloksasin 5,66%
secara oral, cefixim 1,89% secara oral kotrimoxzasol 1,89% secara oral dan
amoxcilin 1,89% secara oral.
Sediaan injeksi intravena banyak digunakan pada hasil penelitian
memberikan reaksi tercepat karena obat yang dimasukkan melalui satu
pembuluh darah langsung bereaksi menuju sel dan jaringan, sehingga efek lebih
cepat dan kuat dibandingkan diberikan secara oral masih melewati proses
ADME (Tjay, 2002).
Tabel 6 Profil Penggunaan Penyakit Penyerta dan Non antibiotik
Keterangan
Penyakit penyerta
dyspepsia
Tanpa penyakit penyerta
Jumlah
Non antibiotik
Antibiotik
Jumlah
Jumlah
3
Persentase (%)
5,66
50
53
51
2
94,34
100
96,23
3,77
53
100
Tabel 7 Presentase Non Antibiotik Yang Digunakan
Keterangan
Paracetamol
Omeprazol
Ketorolak
Ranitidin
Ondansentron
Antasid
Ketokonazol
Dexamethasone
Metronidazol
Mecobalamin
Sucralfat
Antalgin
Total
Jumlah
33
7
15
29
22
9
1
4
5
3
5
2
135
Presentase (%)
24,44
5,18
11,12
21,48
16,29
6,66
0,74
2,96
3,71
2,23
3,71
1,48
100
Berdasarkan penyakit penyerta dispepsia 5,66 % dan tanpa penyakit penyerta
94,34% sedangkan yang menggunakan obat lain persentasenya 96,23%
sedangkan tanpa obat lain 3,77%.
Dari hasil penelitian ini adalah pasien menderita dispepsia 5,66% dan tanpa
penyakit penyerta 94,34% dalam hal ini penyakit infeksi saluran kemih tidak
semua ada penyakit penyerta seperti pada hasil penelitian yang terjadi pada
instalasi RSUD Ambarawa. Dispepsia meupakan rasa nyeri atau tidak
menyenangkan pada bagian atas perut. Dispepsia merupakan keluhan atau gejala
klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di daerah abdomen
bagian atas yang disertai dengan keluhan lain yaitu perasaan panas di dada dan
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
7
perut, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual
muntah, dan banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Almatsier, 2004).
Untuk non antibiotik banyak digunakan disebabkan karena adanya gejala
yang timbul pada pasien rawat inap di RSUD Ambarawa. Obat non antibiotik
yang banyak digunakan pada infeksi saluran kemih adalah paracetamol dengan
persentase 24,44% penderita infeksi timbul karena adanya demam pada pasien.
Ranitidin juga banyak diberikan pada infeksi saluran kemih ini karena adanya
rasa tidak nyaman pada bagian lambung.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien wanita
Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap RSUD
Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016”. Maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan karakteristik pada pasien rawat inap wanita penderita infeksi
saluran kemih berdasarkan umur yang menggunakan antibiotik ( 20-40
tahun) 49,1 % sedangkan pada umur (41-50 tahun) 50,9 %.
2. Profil golongan obat yang paling bayak digunakan pasien adalah
sefalosporin golongan III dengan presentase 90,56%, quinolon 5,66%,
penislin 1,89% dan sulfametoxazole dan trimetroprim 1,89%.
3. Profil penggunaan jenis antibiotik tertinggiadalahCeftriaxone sebesar 42
(79,24%), cefotaxime 5 (9,43), ciprofloksasin 3 (5,66%), 1 (1,89%),
cefixime 1 (1,89%), amoxcilin 1 (1,89%).
4. Profil penggunaan antibiotik dari cara pemberian obat yang paling bayak
digunakan pasien adalah ceftriaxson golongan sefalosporin generasi III
dengan prosentase 79,24% secara injeksi, sefotaxim 9,43 secara injeksi,
ciprofloksasin 5,66% secara oral, cefixim 1,89 secara oral kotrimoxzasole
1,89% secara oral dan amoxcilin 1,89% secara oral.
Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yaitu:
1. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai profil penggunaan antibiotik pada
tahun berbeda sebagai bahan perbandingan dan perbaikan tingkat
rasionalitas dalam pemberian antibiotik.
2. Peningkatan peran farmasis dalam asuhan kefarmasian sebagai pelayanan
kesehatan untuk kualitas hidup pasien mengenai ketepatan jenis pemilihan
antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta : PT Gramedia
Anonim, 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
Anonim, 2012, Profil Data Kesehatan Indonesia, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2014. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI. Jakarta
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
8
Katzung, B.G. 2007. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition. United
States: Lange Medical Publications.
Notoatmojo, S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta. Penerbit Erlangga .
Halaman 176
Prayitno.2009. Dasar Teori dan Praktis Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Rajabina, 2012, Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung
Tjay,H.T; dan Rahardja, K. 2009. Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi 5. Penerbit PT Elex Media Komputindo
KelompokKompas Gramedia, Jakarta.
World Health Organization. 2011. Antimicroba Resistence. World Health
Organization
Media
Centre.
Availabel
from
http://www.who.int/mewdiacentre/factsheets. [28 April 2016]
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
9
Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016
10
Download