PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN WANITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD AMBARAWA PERIODE JULI 2015 – JUNI 2016 ARTIKEL Oleh: NOVIA DEVI PERMATASARI 050112a064 PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017 HALAMAN PERSETUJUAN Artikel dengan judul “PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD AMBARAWA PERIODE JULI 2015-JUNI 2016” yang disusun oleh : Nama : NOVIA DEVI PERMATASARI Nim : 050112a064 Program Studi : FARMASI Telah disetujui oleh pembimbing skripsi Program Studi Farmasi Ungaran, Februari 2017 Pembimbing Utama Dian Oktianti.,S.Far.,M.Sc.,Apt NIDN. 0625108102 HALAMAN PENGESAHAN Artikelberjudul: PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD AMBARAWA PERIODE JULI 2015-JUNI 2016 Disusunoleh: NOVIA DEVI PERMATASARI 050112a064 PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO Telahdiperiksadandisetujuiolehpembimbingdantelahdiperkenakanuntukdiujikan. Ungaran, Februari 2017 Pembimbingutama Dian Oktianti.,S.Far.,M.Sc.,Apt NIDN. 0625108102 PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN WANITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD AMBARAWA PERIODE JULI 2015 – JUNI 2016 Dian Oktianti¹, Richa Yuswantina¹, Novia Devi P¹. Program Studi Farmasi, Universits Ngudi Waluyo Email : [email protected] ABSTRAK Latar belakang : Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan ditemukannya mikroorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering di komunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih. Tujuan : Untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik pada pasien wanita untuk penyakit infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016. Metode : Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat non eksperimental dan menggunakan pendekatan retrospekstif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik total sampling sampel sebanyak 53 pasien. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan profil penggunaan obat berdasarkan golongan antibiotik yang banyak digunakan di RSUD Ambarawa adalah golongan sefalosporin generasi III sebanyak 90,56%. Ceftriakson merupakan jenis obat yang sering digunakan sebesar 79,24%. Simpulan : Golongan antibiotik yang sering digunakan adalah sefalosporin generasi III. Jenis antibiotik yang sering digunakan adalah Ceftriakson. Kata Kunci : Profil penggunaan antibiotik, ISK, Sefalosporin generasi III, Ceftriaksone Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 1 ABSTRACT Background: Urinary Tract Infection (UTI) is a state to find microorganisms in urine in a certain amount. Urinary tract infection (UTI) is an infection with a common bacteria involved in the community and nearly 10% of people everet UTI during their lifetime. Approximately 150 million people worldwide each year are diagnosed with urinary tract infection.Objective: To determine the profile of antibiotic use in female patients suffering from urinary tract infection in inpatient room of Ambarawa hospital in the period of July 2015 - June 2016.Methods: The study used non experimental and retrospective approach. The sampling technique used total sampling to 53 patients.Results: The results showed that the profile of drug use based on the class of antibiotics that was widely used in Ambarawa hospital was the third generation of cephalosporin class as many as 90.56%. Ceftriaxone was the type of drug that was often used by 79.24%.Conclusion: Antibiotic group that is often used is the third generation of cephalosporins. The type of antibiotic that is often used is ceftriaxone. Keywords : Antibiotic profile, UTI, third generation of cephalosporins, Ceftriaxone Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 2 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan ditemukannya mikroorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu (Coyle dan Prince., 2005). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak, remaja, maupun pada umur lanjut. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin ternyata ISK pada wanita lebih sering terjadi daripada pria dengan populasi umum kurang lebih 5-15% (Tessy dkk., 2001). Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya, dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan membuktikan adanya mikroorganisme didalam saluran kemih. Sebanyak 25 juta kematian diseluruh dunia pada tahun 2011, sepertiganya disebabkan oleh infeksi (WHO, 2011). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering di komunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih. Prevalensi sangat bervariasi berdasar pada umur dan jenis kelamin, dimana infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria yang oleh karena perbedaan anatomis antara keduanya (Rajabina, 2012). Infeksi saluran kemih dapat meluas ke organ-organ saluran kemih, sehingga memperparah kondisi pasien apabila penanganan dan pengobatannya tidak tepat.Sasaran terapi pada infeksi saluran kemih adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.Oleh karena itu, pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotik yang tepat sehingga tidak menimbulkan resistensi tehadap bakteri.Penggunaan antibiotik juga harus disesuikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga memperhatikan riwayat antibiotik yang digunakan pasien (Depkes, 2007). 2. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Untuk mengetahui profilpenggunaanantibiotik pada pasien wanita untuk penyakit infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap RSUD Ambarawa. b. Tujuan Khusus Mengetahui penggunaan antibiotik pada pasien wanita untuk penyakit infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap RSUD Ambarawa berdasarkan golomgan antibiotik, jenis antibiotik, rute pemberian antibiotik, penyakit lain dan obat lain. B. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang bersifat non eksperimental dan menggunakan pendekatan retrospekstif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pendekatan observasi, pengumpulan data sekaligus pada satu waktu dan menggunakan data yang lalu (Notoatmojo, 2012). Bahan dan sumber data dari penelitian ini diperoleh dari catatan rekam medis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa periode Juli 2015-Juni 2016. Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 3 Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik Nonprobability yakni sampel jenuh atau sering disebut total sampling. Sampel jenuh atau total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2013). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Kriteria Inklusi : Kriteria inklusi merupakan kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2012). Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah: 1. Pasien yang terdiagnosa Infeksi Saluran Kemih dan menggunakan antibiotik di Rumah Sakit Umum Ambarawa. 2. Pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Ambarawa. b) Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi merupakan kriteria anggota kelompok yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2012). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi : 1. Pasien dengan infeksi lain. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari rekam medik yaitu sebanyak 53pasien.Distribusi masuknya pasien tiap bulan dapat dilihat pada : 10 8 8 6 5 4 6 5 6 4 2 5 3 4 2 3 2 0 Gambar 1.distribusi masuknya pasien tiap bulan Tabel 1 Profil Penggunaan Antibiotik berdasarkan umur pasien Keterangan Umur Rentang umur 20-40 tahun 41-50 tahun Total Jumlah 26 27 53 Persentase (%) 49,1 50,9 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa pasien wanita penderita ISK di RSUD Ambarawa 53 pasien. Apabila dilihat dari umur pasien ( 20-40 tahun) 49,1 % sedangkan pada umur (41-50 tahun) 50,9 %. Hal ini disebabkan karena produksi hormon esterogen dan progesteron menurun yang mengakibatkan PH pada cairan vagina naik sehingga menyebabkan meningkatnya perkembangan mikroorganisme pada vagina (Anonim, 2012) . Angka Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 4 kejadian infeksi saluran kemih lebih besar terkena pada pasien wanita karena uretra lebih pendek (2-3 cm) dibanding laki-laki. Pendeknya uretra pada wanita menyebabkan bakteri mudah masuk kedalam kandung kemih kemudian menyebabkan infeksi (Tjay dan Raharja 2009). Tabel 2Profil penggunaan antibiotik menurut golongan Golongan antibiotik Penisilin Quinolon Cefalosporin generasi III Sulfametoxazole dan trimetroprim Total Jumlah 1 3 48 Presentase % 1,89 5,66 90,56 1 1,89 53 100 Berdasarkan golongan penggunaan antibotik yang paling banyak digunakan pasien adalah sefalosporin golongan III dengan presentase 90,56%, quinolon 5,66%, penislin 1,89%, dan sulfametoxazole dan trimetroprim 1,89%. Sefalosporin generasi III memiliki spektrum yang lebih diperluas kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah otak (Katzung 2007). Hal ini sudah didukukung dari penelitian sebelumnya Golongan kuinolon aktif terhadap gram negatif dan positif. Antibiotik ini memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat DNA gyrase dan topoisomerase ( Katzung, 2007). Penisilin mengalami aktivitas terhadap bakteri gram negatif golongan ini menghambat sintesis dinding sel bakteri, terjadi proses transpeptidasi pada rantai peptidoglikan dan adanya aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel bakteri (Katzung 2007), sedangkan pada sulfametoxazole dan trimetoprim menghambat sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak terbentuknya basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetroprim dan sulfametoxazole bekerja dengan sinergis dan saling menguatkan.sulfametoxazole akan menghambat sintesis asam dihidroflat dari PABA, selanjutnya akan menghambat sintesis asam tetrahidrofolat (Pratiwi. 2008). Tabel 4Profil Penggunaan jenis Antibiotik. Jenis Antibiotik Jumlah Persentase Jenis (%) Amoxicillin Ciprofloksasin Ceftriaxone Cefixime Cefotaxime Cotrimoxazole Ceftriakson+metronidazol Cefotaxime+metronidazol Total 1 3 38 1 4 1 4 1 53 1,89 5,66 79,24 1,89 9,43 1,89 7,55 1,89 100 Dari hasil penelitian di instalasi rawat inap RSUD Ambarawa terdapat beberapa penggunaan antibiotik yang digunakan. Persentase penggunaan jenisantibiotik tertinggi adalahCeftriaxone sebesar 38 (71.69%), Cefotaxim 4 Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 5 (7,54%), Ciprofloksasin 3 (5,66%), Cotrimoxazole 1 (1,89%), Cefixim 1 (1,89%), Amoxcilin 1 (1,89%), ceftriakson+metronidazol 4 (7,55%), cefotaxim+metronidazol 1 (1,89%). Asma Useng melakukan penelitian di rumah sakit x periode Januari-juni 2013, bahwa terapi golongan sefalosporin jenis ceftriaksone sebanyak 71,17%. Penggunaan ceftriaxone banyak digunakan di Rumah Sakit Umum Ambarawa berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman untuk ketangguhan dindingnya, waktu paruh ceftriaxone lebih panjang dibandingan golongan sefalosporin yang lain seperti cefotaxime, cefixime, (Anonim, 2008). Ceftriaxone merupakan antibiotik yang memiliki efek antibakterial dengan dengan spektrum luas aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif , seta bakteri anaerob. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis mukopeptida yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel bakteri yaitu menghambat reaksi transpeptidse tahap ketiga dalam rangkaian pembentukan dinding sel. Pada ciprofloksasin juga digunakan namun tidak banyak pasien menggunaakan antibiotik itu, ciprofloksasin bekerja dengan menghambat DNA gyrase sehingga sintesis DNA kuman terganggu (Anonim, 2008) .Cotrimoxazole tidak banyak digunakan mekanisme kerjanya dengan menganggu sintesa asam folat bakteri dan pertumbuhan lewat penghambat pembentukan asam dihidrofolat dan asam para aminobenzoat. Sedangkan pada amoxcilin dengan cara menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Obat ini diabsorbsi lebih baik diberikan per oral dan menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan (Anonim, 2008). Penggunaan kombinasi antibiotik pada golongan sefalosporin jenis antibiotik ceftriakson dengan metronidazol dan cefotaxim dengan metronidazol diberikan untuk pasien dengan infeksi saluran kemih dengan gastroenteritis.Metronidazole merupakan drug of choice yang digunakan untuk mengobati disentri amoeba atau giardiasis sehingga diberikan dua kombinasi antibiotik.Metronidazol adalah salah satu anti protozoa berspektrum luas yang efektif untuk melawan banyak protozoa bahkan juga terhadap bakteri patogen anaerob (Priyatno, 2009). Tabel 5 Profil cara pemberian antibiotik Jenis antibiotik Cara pemberian Jumlah Presentase % Oral 1 1,89 Amoxicilin injeksi oral 3 5,66 Ciprofloxsasin injeksi oral 79,24 Ceftriaxon injeksi 42 oral 1 1,89 Cefixicim injeksi oral 9,43 Cefotaxcim injeksi 5 oral 1 1,89 Kotrimoxsasol injeksi 53 100 Total Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 6 Apabila dilihat dari cara pemberian obat yang paling banyak digunakan pasien adalah ceftriaxone golongan sefalosporin generasi III dengan persentase 79,24% secara injeksi, sefotaxim 9,43% secara injeksi, ciprofloksasin 5,66% secara oral, cefixim 1,89% secara oral kotrimoxzasol 1,89% secara oral dan amoxcilin 1,89% secara oral. Sediaan injeksi intravena banyak digunakan pada hasil penelitian memberikan reaksi tercepat karena obat yang dimasukkan melalui satu pembuluh darah langsung bereaksi menuju sel dan jaringan, sehingga efek lebih cepat dan kuat dibandingkan diberikan secara oral masih melewati proses ADME (Tjay, 2002). Tabel 6 Profil Penggunaan Penyakit Penyerta dan Non antibiotik Keterangan Penyakit penyerta dyspepsia Tanpa penyakit penyerta Jumlah Non antibiotik Antibiotik Jumlah Jumlah 3 Persentase (%) 5,66 50 53 51 2 94,34 100 96,23 3,77 53 100 Tabel 7 Presentase Non Antibiotik Yang Digunakan Keterangan Paracetamol Omeprazol Ketorolak Ranitidin Ondansentron Antasid Ketokonazol Dexamethasone Metronidazol Mecobalamin Sucralfat Antalgin Total Jumlah 33 7 15 29 22 9 1 4 5 3 5 2 135 Presentase (%) 24,44 5,18 11,12 21,48 16,29 6,66 0,74 2,96 3,71 2,23 3,71 1,48 100 Berdasarkan penyakit penyerta dispepsia 5,66 % dan tanpa penyakit penyerta 94,34% sedangkan yang menggunakan obat lain persentasenya 96,23% sedangkan tanpa obat lain 3,77%. Dari hasil penelitian ini adalah pasien menderita dispepsia 5,66% dan tanpa penyakit penyerta 94,34% dalam hal ini penyakit infeksi saluran kemih tidak semua ada penyakit penyerta seperti pada hasil penelitian yang terjadi pada instalasi RSUD Ambarawa. Dispepsia meupakan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut. Dispepsia merupakan keluhan atau gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain yaitu perasaan panas di dada dan Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 7 perut, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual muntah, dan banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Almatsier, 2004). Untuk non antibiotik banyak digunakan disebabkan karena adanya gejala yang timbul pada pasien rawat inap di RSUD Ambarawa. Obat non antibiotik yang banyak digunakan pada infeksi saluran kemih adalah paracetamol dengan persentase 24,44% penderita infeksi timbul karena adanya demam pada pasien. Ranitidin juga banyak diberikan pada infeksi saluran kemih ini karena adanya rasa tidak nyaman pada bagian lambung. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian “Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien wanita Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016”. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan karakteristik pada pasien rawat inap wanita penderita infeksi saluran kemih berdasarkan umur yang menggunakan antibiotik ( 20-40 tahun) 49,1 % sedangkan pada umur (41-50 tahun) 50,9 %. 2. Profil golongan obat yang paling bayak digunakan pasien adalah sefalosporin golongan III dengan presentase 90,56%, quinolon 5,66%, penislin 1,89% dan sulfametoxazole dan trimetroprim 1,89%. 3. Profil penggunaan jenis antibiotik tertinggiadalahCeftriaxone sebesar 42 (79,24%), cefotaxime 5 (9,43), ciprofloksasin 3 (5,66%), 1 (1,89%), cefixime 1 (1,89%), amoxcilin 1 (1,89%). 4. Profil penggunaan antibiotik dari cara pemberian obat yang paling bayak digunakan pasien adalah ceftriaxson golongan sefalosporin generasi III dengan prosentase 79,24% secara injeksi, sefotaxim 9,43 secara injeksi, ciprofloksasin 5,66% secara oral, cefixim 1,89 secara oral kotrimoxzasole 1,89% secara oral dan amoxcilin 1,89% secara oral. Saran Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yaitu: 1. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai profil penggunaan antibiotik pada tahun berbeda sebagai bahan perbandingan dan perbaikan tingkat rasionalitas dalam pemberian antibiotik. 2. Peningkatan peran farmasis dalam asuhan kefarmasian sebagai pelayanan kesehatan untuk kualitas hidup pasien mengenai ketepatan jenis pemilihan antibiotik. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta : PT Gramedia Anonim, 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan. Anonim, 2012, Profil Data Kesehatan Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2014. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Jakarta Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 8 Katzung, B.G. 2007. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition. United States: Lange Medical Publications. Notoatmojo, S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta. Penerbit Erlangga . Halaman 176 Prayitno.2009. Dasar Teori dan Praktis Pendidikan. Jakarta: Grasindo Rajabina, 2012, Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Tjay,H.T; dan Rahardja, K. 2009. Obat-obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Edisi 5. Penerbit PT Elex Media Komputindo KelompokKompas Gramedia, Jakarta. World Health Organization. 2011. Antimicroba Resistence. World Health Organization Media Centre. Availabel from http://www.who.int/mewdiacentre/factsheets. [28 April 2016] Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 9 Profil Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Wanita Di Instalasi Rawat Inap RSUD Ambarawa Periode Juli 2015 – Juni 2016 10