makalah tanggungjawab sosial perusahaan

advertisement
Tugas Kelompok
PEKSOS INDUSTRI
TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Diajukan untuk memenuhi Salah satu tugas Mata Kuliah Pekerjaan Sosial Industri
Dosen :
Drs. Suhendar, MP
Drs. Ajat Sudrajat, MP
Disusun Oleh :
Joko Setiawan
08.04.100
Ferdyan Dwi Arsy
08.04.093
Ocktina Ariyanti
08.04.027
SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
TAHUN 2010
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
1
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Masyarakat berkembang semakin kompleks. Sasaran, bidang garapan dan intervensi
pekerjaan social juga semakin luas. Globalisasi dan industrialisasi telah membuka kesempatan
bagi pekerja social untuk terlibat dalam bidang yang relative baru, yakni dunia industry. Dunia
industry kini sedang menggali manfaat- manfaat positif dari adanya pekerja social industry, baik
terhadap aspek financial ataupun relasi social dengan para pekerja dan masyarakat.
Ide mengenai Tanggunjawab Sosial Perusahaan ( TSP ) atau yang dikenal dengan
Corporate Social Responbility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Kelompok yang
mendukung wacana TSP berpendapat bahwa perusahaan tidak dapat dipisahkan dari para
individu yang terlibat didalamnya, yakni pemilik dan karyawannya. Namun mereka tidak boleh
hanya memikirkan keuntungan finansialnya saja, melainkan pula harus memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap publik.
Secara lebih teoritis dan sistematis, konsep Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
yang dikembangakan oleh Archie B Carrol memberi justify logis mengapa sebuah perusahaan
perlu menerapkan TSP bagi masyarakat di sekitarnya. Sebuah perusahaan tidak hanya memiliki
tangungjawab ekonomis, melainkan pula tanggungjawab legal, etis dan filantropis.
RUMUSAN MASALAH
a. Definisi tanggungjawab sosial perusahaan
1. Konsep tanggung jawab dalam makna responsibility
2. Konsep tanggung jawab dalam makna liability
b. Perkembangan dan Motif Tanggungjawab Sosial
c. Model Tanggungjawab Sosial Perusahaan
d. Comdev dan Pemberdayaan Masyarakat
e. Peraturan Perundangan CSR
f. Beragam CSR oleh Perusahaan
g. Peran Pekerja Sosial dalam CSR
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
2
TUJUAN PENULISAN
Untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuiah Pekerjaan Sosial Industri dan untum
mengetahui tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Schermerhorn (1993) memberi definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai
suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri
dalam melayanai kepentingan organisasi dan kepentingan public eksternal.
Secara konseptual, TSP adalah pendekatan dimana perusahaan mengintegarasikan
kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan ( stakeholders ) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. ( Nuryana,
2005 ). Meskipun sesungguhnya memiliki pendekatan yang relative berbeda, beberapa nama lain
yang memiliki kemiripan atau bahkan identik dengan TSP antara lain, Investasi Sosial
Perusahaan( corporate social Investment/investing), pemberian perusahaan ( Corporate Giving),
kedermawanan Perusahaan ( Corporate Philantropy ).
Secara teoretis, berbicara mengenai tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
perusahaan, maka setidaknya akan menyinggung 2 makna, yakni tanggung jawab dalam makna
responsibility atau tanggung jawab moral atau etis, dan tanggung jawab dalam makna liability
atau tanggung jawab yuridis atau hukum.
1. Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Responsibility
Burhanuddin Salam, dalam bukunya “Etika Sosial”, memberikan pengertian bahwa
responsibility is having the character of a free moral agent; capable of determining one’s acts;
capable deterred by consideration of sanction or consequences. (Tanggung jawab itu memiliki
karakter agen yang bebas moral; mampu menentukan tindakan seseorang; mampu ditentukan
oleh sanki/hukuman atau konsekuensi). Setidaknya dari pengertian tersebut, dapat kita ambil 2
kesimpulan : a)harus ada kesanggupan untuk menetapkan suatu perbuatan; dan b)harus ada
kesanggupan untuk memikul resiko atas suatu perbuatan. Kemudian, kata tanggung jawab
sendiri memiliki 3 unsur : 1)Kesadaran (awareness). Berarti tahu, mengetahui, mengenal.
Dengan kata lain, seseorang(baca : perusahaan) baru dapat dimintai pertanggungjawaban, bila
yang bersangkutan sadar tentang apa yang dilakukannya; 2)Kecintaan atau kesukaan (affiction).
Berarti suka, menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan dan kesediaan berkorban. Rasa cinta timbul
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
4
atas dasar kesadaran, apabila tidak ada kesadaran berarti rasa kecintaan tersebut tidak akan
muncul. Jadi cinta timbul atas dasar kesadaran, atas kesadaran inilah lahirnya rasa tanggung
jawab; 3)Keberanian (bravery). Berarti suatu rasa yang didorong oleh rasa keikhlasan, tidak
ragu-ragu dan tidak takut dengan segala rintangan. Jadi pada prinsipnya tanggung jawab dalam
arti responsibility lebih menekankan pada suatu perbuatan yang harus atau wajib dilakukan
secara sadar dan siap untuk menanggung segala resiko dan atau konsekuensi apapun dari
perbuatan yang didasarkan atas moral tersebut. Dengan kata lain responsibility merupakan
tanggung jawab dalam arti sempit yaitu tanggung yang hanya disertai sanksi moral. Sehingga
tidak salah apabila pemahaman sebagian pelaku dan atau perusahaan terhadap CSR hanya
sebatas tanggung jawab moral yang mereka wujudkan dalam bentuk philanthropy maupun
charity.
2. Konsep Tanggung Jawab dalam Makna Liability
Berbicara tanggung jawab dalam makna liability, berarti berbicara tanggung jawab dalam
ranah hukum, dan biasanya diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab keperdataan. Dalam
hukum keperdataan, prinsip-prinsip tanggung jawab dapat dibedakan sebagai berikut : 1)Prinsip
tanggung jawab berdasarkan adanya unsure kesalahan (liability based on fault); 2)Prinsip
tanggung jawab berdasarkan praduga(presumption of liability); 3)Prinsip tanggung jawab mutlak
(absolute liability or strict liability). Selain ketiga hal tersebut, masih ada lagi khusus dalam
gugatan keperdataan yang berkaitan dengan hukum lingkungan ada beberapa teori tanggung
jawab lainnya yang dapat dijadikan acuan, yakni : 1)Market share liability; 2)Risk contribution;
3)Concert of action; 4)Alternative liability; 5)Enterprise liability. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat disimpulkan perbedaan antara tanggung jawab dalam makna responsibility dengan
tanggung jawab dalam makna liability pada hakekatnya hanya terletak pada sumber
pengaturannya. Jika tanggung jawab itu belum ada pengaturannya secara eksplisit dalam suatu
norma hukum, maka termasuk dalam makna responsibility, dan sebaliknya, jika tanggung jawab
itu telah diatur di dalam norma hukum, maka termasuk dalam makna liability
Munculnya Konsep TSP didorong oleh terjadinya Kecenderungan pada masyarakat
industri yang dapat disingkat dengan fenomena DEAF (yang dalam bahasa inggris berarti Tuli),
sebuah akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi ( Suharto, 2005)
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
5
1. Dehumanisas industry. Efisien dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri
telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di
perusahaan tersebut, maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. “Merger mania”
dan perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja
dan pengangguran, ekspansi dan eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi
dan kerusakan lingkungan yang hebat.
2. Equalisasi hak-hak publik. Masyarakat kini
semakin
sadar akan haknya untuk
meminta pertanggungjawaban perusahaaan atas berbagai masalah sosial yang sering kali
ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran
ini
akuntabilitas (accountability)
dalam
perusahaan
bukan
saja
semakin
menuntut
proses
produksi,
melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai
dampak sosial yang ditimbulkannya.
3. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja ini semakin transparan dan terbuka laksana
sebuah akuarium .Perusahaan
yang hanya memburu rente ekonomi dan cenderung
mengabaikan hokum, prinsip, etis,dan, filantropis tidak akan mendapat dukungan publik.
Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini di
tutup.
4. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja semakin menuntut
dunia perusahaan, bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian
cuti hamil dan melahirkan, kesehatan dan keselamatan kerja, melainkan pula terhadap
timbulnya
biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak, kenakalan remaja akibat
berkurangnya kehadiran ibu-ibu dirumah dan tentunya dilingkungan masyarakat.
Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care), pendirian fasilitas pendidikan
dan kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi
remaja bisa merupakan sebuah “kompensasi” sosial terhadap isu ini.
B. PERKEMBANGAN DAN MOTIF TANGGUNGJAWAB SOSIAL
Sebagaimana dinyatakan Porter dan Kramer (2002) diatas, Pendapat yang menyatakan
bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan bertentangan adalah pandangan yang
keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu
Piramida Tanggungjawab Sosial Perusahaan yang dikemukakan oleh Archie B. Carrol harus
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
6
dipahami sebagai satu kesatuan. Karenanya secara konseptual, TSP merupakan Keedulian
perusahaan yang didasari 3 prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines yaiu,
3P :
1. Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2. People, Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia.
Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa
bagi pelajar
sekitar
perusahaan,
pendirian
sarana
pendidikan
dan
kesehatan,
penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang
berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat
3. Plannet, Perusahaan peduli terhadap lingkunga hidup dan berkelanjutan keragaman
hayati. Beberapa program TSP yan berpijak pada prinsip ini biasanay berupa
penghijaunan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman,
pengembangan pariwisata (ekoturisme ) dll.
Secara Tradisional, para teoritisi maupun pelaku bisnis memiliki interprestasi yang
keliru mengenai keuntungan ekonomi perusahaan. Pada umumnya mereka berpendapat
mencari laba adalah hal yang harus diutamakan dalam perusahaan. Diluar mencari laba
hanya akan menggangu efisiensi dan efektifitas perusahaan. Karena seperti yang dinyatakan
Milton Friedman, Tanggungjawab Sosial Perusahaan tiada lain dan harus merupakan usaha
mencari laba itu sendiri ( Saidi dan Abidan (2004:60)
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability development) dapat juga berarti menjaga
pertumbuhan jumlah penduduk yang tetap sepadan dengan kapasitas produksi sesuai dengan
daya dukung lingkungan. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan merupakan integrasi
dari cita ideal untuk memenuhi kebutuhan generasi kini secara merata (intra-generational
equity), hal ini menentukan tujuan pembangunan, dan memenuhi kebutuhan generasi kini dan
generasi mendatang secara adil (inter-generational equity) menentukan tujuan kesinambungan.
Pembangunan berkelanjutan sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan antara jumlah
penduduk dan kemampuan produksi sesuai daya dukung lingkungan mengindikasikan adanya
keterbatasan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
7
keseimbangan dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi kesinambungan yang
akan berubah sesuai situasi dan kondisi serta waktu. Pada intinya pembangunan berkelanjutan
memiliki dua unsur pokok yaitu kebutuhan yang wajib dipenuhi terutama bagi kaum miskin, dan
kedua adanya keterbatasan sumber daya dan teknologi serta kemampuan organisasi sosial dalam
memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa mendatang. Untuk
itu Komisi Brandtland memberikan usulan penting dalam pembangunan berkelanjutan yaitu
adanya keterpaduan konsep politik untuk melakukan perubahan yang mencakup berbagai
masalah baik sosial, ekonomi maupun lingkungan. Pembangunan berkelanjutan perlu dilakukan
karena dorongan berbagai hal, salah satunya adalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
pelaksanaan pembangunan. Pengalaman negara maju dan negara berkembang menunjukkan
bahwa pembangunan selain mendorong kemajuan juga menyebabkan kemunduran karena dapat
mengakibatkan kondisi lingkungan rusak sehingga tidak lagi dapat mendukung pembangunan.
Pelaksanaan pembangunan akan berhasil baik apabila didukung oleh lingkungan (sumber daya
alam) secara memadai.
Penerapan TSP di Indonesia semakin meningkat, baik dalam kuantitas maupun
kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin bervariasi, dilihat dari
kontribusi finansial, jumlahnaya semakin besar. Penelitian PIRAC pada tahun 2001
menunjukkan bahwa Dana TSP di Indonesia mencapai lebih dari 115 miliar rupiah atau sekitar
11,5 juta dolar AS dari 180 Perusahaan yang dibelanjakan untuk 279 kegiatan sosial yang
terekam oleh media masa. Meskipun dana ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan dana
TSP di Amerika Serikat, dilihat dari angka kumulaitif tersebut, perkembangan TSP di Indonesia
cukup menggembirakan. Angka rata-rata perusahaan yang menyumbangkan dana bagi kegiatan
TSP adalah sekitar 640 juta rupiah atau sekitar 413 juta per kegiatan. Sebagai perbandingan, di
AS porsi sumbangan dana TSP pada atahun 1998 mencapai 21,51 miliar dollar dan tahun 2000
mencapai 203 miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun rupiah ( Saidi dan Abidin, 2004:64).
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
8
Apa yang memotivasi perusahaan melakukan TSP ?
Saidi dan Abidin ( 2004:69) membuat matriks yang menggambarkan tiga tahap atau
paradigma yang berbeda, diantaranya :
1. Corporate Charity, yakni dorongan amal berdasarakan motivasi keagamaan.
2. Corporate Philanthropy,yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari
norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan kemerataan
sosial.
3. Corporate Citizenship, yakni motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan social
berdasarkan prinsip keterlibatan social.
Jika dipetakan, tampaklah bahwa spectrum paradigm ini terentang dari “sekedar
menjalankan kewajiban” hingga “ demi kepentingan bersama “ atau dari “
membantu dan beramal kepada sesama” menjadi “memberdayakan manusia”.
Meskipun tidak selalu berlaku otomatis, pada umumnya perusahaan melakukan TSP
didorong oleh motivasi Karitatif kemudian kemanusiaan dan akhirnya kewargaan.
Motivasi
Semangat/Prinsip
Tahapan/Paradigma
Karitatif
Filantropis
Agama, Tradisi, Adat Norma,
hukum
Kewargaan
etika,
dan Pencerahan diri dan
universal: rekonsiliasi
redistribusi kekayaan
Misi
Mengatasi
masalah Menolong sesama
sesaat/saat itu
dengan
ketertiban sosial
Mencari
dan
mengatai
akar
masalah
:
memberikan kotribusi
kepada masyarakat
Pengelolaan
Jangka Pendek dan Terencana,terorganisasi, Terinternalisasi
Parsial
dan terprogram
dalam
kebijakan
perusahaan
Pengorganisasian
Kepanitiaan
Yayasan/ dana abadi
Professional
:
keterlibatan
tenaga-
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
9
tenaga
ahli
didalamnya
Penerima Manfaat
Orang Miskin
Masyarakat Luas
Masyarakat luas dan
perusahaan
Kontibusi
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Hibah sosial maupun
pembangunan
dan
keterlibatan sosial
Inspirasi
Kewajiban
Kemanusiaan
Kepntingan bersama
Sumber : Dikembangkan dari Saidi dan Abidin (2004:69)
C. MODEL TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Menurut Saidi dan Abidin ( 2004:64-65) ada empat model pola TSP di Indonesia :
1. Keterlibatan langsung, Perusahaan menjalankan program TSP secara langsung
dengan menyelengarakan sendiri kegaiatn social atau menyerahkan sumbangan ke
masyarakat tanpa perantara.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupaka adopsi dari
model yang lazm diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju.
3. Bermitra dengan pihak lain, Perusahaan menyelenggarakan TSP melalui kerjasama
dengan lembaga sosial atau organisasinn pemerintah (Ornop), Instansi Pemerintah,
Universitas atau media masa, baik dalam mengelola dana maupun dalam
melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu Konsorsium, perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga social yang didirikan
untuk tujuan social tertentu
Jenis kegiatan TSP berdasarkan jumlah kegiatan dan dana
No. Jenis/Sektor Kegiatan
Jumlah Kegiatan
Jumlah Dana (rupiah)
1
Pelayanan Sosial
95 kegiatan(34,1 % )
38 miliar (33,0 % )
2
Pendidikan dan Penelitian
71 kegiatan(25,4 % )
66,8 miliar (57,9 % )
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
10
3
Kesehatan
46 kegiatan(16,4 % )
4,4 miliar (3, 8% )
4
Kedaruratan (emergency)
30 kegiatan(10,8 % )
2,9 miliar (2,5 % )
5
Lingkungan
15 kegiatan(5,4 % )
395 juta (0,3 % )
6
Ekonomi Produktif
10 kegiatan(3,6 % )
640 juta ( 0,6 % )
7
Seni, olahraga dan pariwisata
7 kegiatan(2,5 % )
1 miliar ( 0,9 % )
8
Pembangunan
5 kegiatan(1,8 % )
1,3 miliar (1,0 % )
Hokum, advokasi, politik
0
0
JUMLAH
279 Kegiatan
115,3 miliar
prasarana,perumahan
9
D. COMDEV DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Sebagaimana dijelaskan dimuka, konsep TSP seringkali diidentikkan dengan metoda
Pengembangan Masyarakat ( Community Develompment ) yang akhir-akhir ini banyak
diterapkan oleh Perusahaan dengan istilah Comdev. Dilihat dari motivasi dan paradigm TSP
diatas, maka sesungguhnya Pendekatan Comdev merupaka salah satu bentuk TSP yang lebih
banyak didorong oleh motivasi kewargaan, meskipun pada beberapa aspek lain masih diwarnai
oleh motivasi filantropis.sebagai ilustrasi, Comdev berangkat dari pendayagunaan hibah
pembangunan yang dicirikan oleh adanya langkah proaktif beberapa pihak dan kemampuan
mereka dalam mengelola program dalam merespon kebutuhan masyarakat disuatu tempat. Hibah
pembangunan merujuk pada bantuan selektif pada satu lembaga nirlaba yang menjalankan satu
kegiatan yang sejalan dengan pemberi bantuan yang dalam hal ini adalah perusahaan. Sedangkan
kegiatan-kegiatan amal atau karitatif yang bergaya sinterklas, lebih banyak didorong oleh
motivasi karitatif dan pendayagunaan hibah sosial. Hibah Sosial adalah bantuan kepada suatu
lembaga sosial guna menjalankan kegiatan-kegiatan sosial, pendidikan, sedekah, atau kegiatan
untuk kemaslahatan umat dnegan hak pengelolaaan
hibah sepenuhnya pada penerima. Saidi
dan Abidin ( 2004:61).
Kalau ditelaah secara seksama, maka tujuan utama pendekatan Comdev adalah bukan
sekedar membantu atau memberi barang kepada si penerima. Melainkan berusaha agar si
penerima memiliki kemamuan atau kapasitas untuk mampu menolong dirinya sendiri. Dengan
kata lain, semangat utama Comdev adalah Pemberdayaan Masyarakat. Oleh karena itu
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
11
kegiatan Comdev biasanya diarahkan pada proses pemerkuasaan, peningktan kekuasaan, atau
penguatan kemampuan para penerima pelayanan.
Pemberdayaan masyarakat ini pada dasarnya merupakan kegiatan terencana dan kolektif
dalam memperbaiki kehidupan masyarakat yang dilakukan melalui program peningkatan
kapasitas orang, terutama kelompok lemah atau kurang beruntung(disadvantaged groups ) agar
mereka memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, mengemukakan gagasan,
melakukan pilihan-pilihan hidup, melaksanakan kegiatan ekonomi, menjangaku dan memobilisai
sumber, serta berpartisipasi dalam kegiatan social.
Meskipun pemberdayaan masyarakat dpat dilakukan terhadap semua kelompok atau
kelas masyarakat, namun pada umumnya pemerdayaan dilakukan terhadap kelompok masyarakat
yang dianggap lemah atau kurang berdaya yang memiliki karakteristik lemah atau rentan dalam
aspek :
1. Fisik : Orang dengan kecatatan dan kemampuan khusus.
2. Psikologis : Orang yang mengalami masalah personal dan penyesuaian diri.
3. Finansial : Orang yang tidak memiliki Pekerjaan, pendapatan, modal, dan asset yang
mampu menopang kehidupannya.
4. Struktural : Orang yang mengalami diskriminasi dikarenakan status sosialnya,
gender, etnis,orientasi sosial, dan pilihan politiknya.
Selanjutnya, melalui program-program pelatihan, pemberian modal usaha, perluasan
akses terhadap pelayanan sosial, dan peningkatan kemandirian, proses pemberdayaan diarahkan
agar kelompok lemah tersebut mimiliki kemampuan atau keberdayaan. Keberdayaan disini
bukan saja dalam arti fisik atau ekonomi, melainkan pula dalam arti psikologis dan sosial, seperti
:
1. Memiliki sumber pendapatan yang dapat menopang kebutuhan diri dan keluarganya.
2. Mampu mengemukakan gagasan didalam keluarga mauoun didepan umum.
3. Memiliki mobilitas yang cukup luas : pergi keluar rumah atau wilayah tempat
tinggalnya.
4. Berpartisipasi dalam kehidupan sosial.
5. Mampu membuat keputusan dan menentukan pilihan-pilihan hidupnya.
Proses Pemberdayaan Masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan :
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
12
1. Menentukan populasi atau kelompok sasaran
2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kelompok sasaran
3. Merancang program kegiatan dan cara-cara pelaksanaannya
4. Menentukan sumber pendanaan
5. Menentukan dan mengajak pihak-pihak yang akan dilibatkan
6. Melaksakan kegiatan atau mengimplementasiakan program
7. Dan, memonitor dan mengevaluasi kegiatan.
Kegiatan-kegiatan
pemberdayaan
biasanya
dilakukan
secara
berkelompok
dan
terorganisir dengan melibatkan beberapa strategi seperti pendidikan dan pelatihan keterampilan
hidup ( life skills ), ekonomi produktif, perawatan social, penyadaran dan pengubahan sikap dan
perilaku,
advokasi,
pendampingan
dan
pembelaan
hak-hak
klien,
aksi
sosial,
sosialisasi,kampanye, demonstasi,kolaborasi, kontes, atau pengubahan kebijakan publik agar
lebih responsive terhadap kebutuhan kelompok sasaran.
Berbeda dengan kegiatan Bantuan Sosial karitatif yang dicirikan oleh adanya hubungan “
patron-klien “ yang tidak seimbang, maka pemberdayaan masyarakat dalam program Comdev
didasari oleh pendekatan yang partisipatoris, humanis, emansipatoris yang berpijak pada
beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Bekerja bersama berperan setara.
2. Membantu rakyat agar mereka bisa membantu dirinya sendiri dan orang lain.
3. Pemberdayaan bukan kegiatan satu malam.
4. Kegiatan diarahkan bukan saja untuk mendapat satu hasil, melainkan juga agar
menguasai prosesnya.
Agar berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya berpusat pada komunitas lokal,
melainkan pula pada sistem sosial yang lebih luas termasuk kegiatan sosial.
E. PERATURAN PERUNDANGAN CSR
Pada bulan
September 2004, ISO (International Organization for Standardization)
sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak
untuk
membentuk
tim
(working
group)
yang
membidani
lahirnya
panduan
dan
standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000: Guidance
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
13
Standard on Social Responsibility. ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat
sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua
sektor badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju.
Dengan Iso 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab
sosial yang berkembang saat ini dengan cara: 1)mengembangkan suatu konsensus terhadap
pengertian
tanggung
jawab sosial
dan isunya;
2) menyediakan pedoman tentang
penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif; dan 3) memilah
praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan
komunitas atau masyarakat internasional.
Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang
menggodok ISO 26000 Guidance Standard on Social responsibility yang secara konsisten
mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah SR akan mencakup 7 isu pokok yaitu:
1. Pengembangan Masyarakat
2. Konsumen
3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat
4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
6. Hak asasi manusia
7. Organizational Governance (governance organisasi)
ISO 26000 menerjemahkan
tanggung
jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu
organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan
lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang:
Konsisten
dengan
pembangunan
berkelanjutan
dan
kesejahteraan
masyarakat;
Memperhatikan kepentingan dari para stakeholder; Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten
dengan
norma-norma internasional; Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam
pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa.
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
14
Berdasarkan
konsep
ISO
26000,
penerapan
sosial
responsibility
hendaknya
terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 isu pokok diatas. Dengan
demikian jika suatu perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya suatu
perusahaan
sangat peduli terhadap isu
lingkungan, namun perusahaan
tersebut masih
mengiklankan penerimaan pegawai dengan menyebutkan secara khusus kebutuhan pegawai
sesuai dengan gender tertentu, maka sesuai dengan konsep ISO 26000 perusahaan
tersebut sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara utuh.
F. BERAGAM CSR OLEH PERUSAHAAN
Di Indonesia sekarang ini, sudah banyak perusahaan-perusahaan besar yang
melaksanakan program CSR. Bentuknya pun sangat beragam dan manfaatnya bisa diterapkan di
semua kalangan. Pada tulisan ini kami akan menampilkan berbagai macam perusahaan yang
melaksanakan program CSR sebagai bentuk Social Investment serta bentuk-bentuk nyata disertai
contohnya.
1. PT Jababeka Infrastruktur
Program CSR yang dijalankan oleh pihak Jababeka adalah mencakup : Program
pemberdayaan ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, Pengembangan kebudayaan, dan
Kepedulian terhadap lingkungan.
a. Pemberdayaan ekonomi : Memberikan pelatihan keterampilan seperti usaha jahit
dan ternak sapi. Kemudian memberikan dana bantuan juga sebagai modal awal
bagi masyarakat di sekitar.
b. Kesehatan : Memberikan pelayanan pemeriksaan gratis dan pembagian obatobatan secara Cuma-Cuma. Jababeka juga menyediakan edukasi kesehatan bagi
siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
c. Pendidikan : Menyediakan beasiswa bagi anak SD, SMP, dan SMA. Kemudian
memberikan bantuan peralatan kepada pihak sekolah. Serta mengadakan
perlombaan yang sifatnya edukatif.
d. Pengembangan
kebudayaan
:
Memberikan
bantuan
sumbangan
untuk
pembangunan masjid, perbaikan jalan, serta mengadakan event-event pagelaran
budaya bagi masyarakat.
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
15
e. Lingkungan : Mengelola limbah B3 dengan baik, membangun kolam renang yang
asri, menanam pohon sebagai penghijauan, dan Membangun Jababeka Botanical
Garden yang luasnya mencapai 100 Ha.
2. PT Unilever Indonesia, Tbk
Unilever melaksanakan program CSR yang beragam pula, diantaranya : Green and
Clean dengan memanfaatkan bekas kantong produk Unilever menjadi bentuk baru
yang bermanfaat; Pemberdayaan petani kedelai hitam; Program kesehatan dengan
adanya pemeriksaan kesehatan gratis, periksa gigi gratis, serta membangun kaderkader yang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan.
3. PT Bakrie Sumatera Plantations
Program-program CSR yang dijalankannya adalah: Membangun koperasi desa;
memberikan bantuan pendidikan bagi siswa SD; mengadakan perkumpulan ibu-ibu
pengajian; dan juga Memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat kurang
mampu.
4. PT Adaro Indonesia, Tbk
a. Bidang ekonomi : Menciptakan program kemitraan untuk membuat usaha kecil
menengah yang berkelanjutan
b. Bidang Pendidikan : Menciptakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Integrasi
program PAUD dengan Posyandu; Memberikan bantuan sarana dan prasarana
untuk PAUD; Memberikan beasiswa kepada siswa berpretasi pada tingkat SD,
SMP, dan SMA; Memberikan pelatihan kepada para guru dalam bidang IT.
c. Bidang Lingkungan : Menyediakan pusat air bersih dan menjualnya kepada
masyarakat dengan harga terjangkau. Pengaturannya dijalankan oleh warga
masyarakat tersebut sendiri.
5. PT Indominco Mandiri
a. Bidang Sosial : Memberdayakan perempuan agar dapat menjadi sosok mandiri;
Menyelenggarakan kegiatan budaya untuk mempererat tali silaturahmi di antara
warga.
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
16
b. Bidang Ekonomi : Mengambangkan usaha kecil rumput laut serta pendampingan
kepada masyarakat; Memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan kepada
masyarakat, perempuan, dan anak-anak usia produktif.
6. PT Bank Mandiri, Tbk
a. Bidang Sumber Daya Manusia : Memberikan pelatihan kewirausahaan dan
mengadakan berbagai macam event wirausaha muda dengan memberikan dana
bantuan bagi pengusung format wirausaha yang fresh dan achievable.
b. Bidang Pendidikan : Memberikan support dan rangsangan lomba-lomba untuk
mengasah kecerdasan dan kreatifitas siswa; Memberikan dana beasiswa bagi yang
ebrprestasi dan kurang mampu.
7. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
a. Bidang IT : Mendirkan kampung digital sehingga di sana(Sampali, Sumut)
banyak orang yang melek teknologi, utamanya computer dan internet; pelatihan
berbagai macam program komputer perkembangan; Memberikan pelatihan
kepada siswa SMP dan SMA.
b. Bidang Sosial : Pemberdayaan pendidikan anak kurang mampu; Pembinaan
remaja olahraga; Pasar murah penjualan sembako; Cerdas cermat; Gebyar festival
seni Islami; dan juga Peringatan HUT RI dengan mengadakan berbagai macam
lomba.
c. Bidang Ekonomi : Program kemitraan untuk usaha kecil menengah; Kelompok
usaha pembuatan pupuk organik; dan juga Membuat koperasi simpan pinjam.
d. Bidang Lingkungan : Perbaikan dan pengembangan drainase; Penanaman pohon
pelindung; Pengerasan dan pengaspalan jalan; Pembuatan gapura Kampung
Digital Sampali; dan Pembuatan plang nama PKK Kampung Sampali.
8. PT HM Sampoerna, Tbk
Berbagai macam kegiatan CSR nya antara lain : Membentuk Tim Sampoerna Resque
untuk melaksanakan tanggap darurat terhadap bencana; Menciptakan air bersih untuk
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
17
masyarakat; Membangun usaha mikro dan kecil; Memberikan beasiswa bagi SMA
dan Sarjana; Melakukan penanaman pohon untuk reboisasi.
9. PT Tambang Batubara Bukit Asam
a. Bidang Lingkungan : Pembuatan kolam pengendap lumpur; Pemanfaatan tanaman
minyak kayu putih; Membangun Taman Hutan Raya
b. Bidang Ekonomi : Membangun kelompok usaha pupuk Bokashi Organik
c. Bidang Sosial : Penataan Pasar Tanjung Enim
10. PT Arutmin Indonesia
Programnya antara lain : Kerjasama dengan KUD setempat; Program AHPB(Aku
Himung Petani Banua) yang mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya
alam di sekitarnya; Membangun insfrastruktur; Memberikan bantan kesehatan dan
sosial lainnya.
11. PT Bakrieland Development, Tbk
Program CSR di Bakrieland antara lain : Membangun Rasuna Epicentrum, yakni
sebuah kawasan resapan air; Penggunaan solar energy system dalam setiap project
Bakrieland; Goes Green di Bali Nirwana Resort; Mempekerjakan 2 orang anggota
keluarga yang tanahnya dibeli Bakrieland.
12. PT Berau Coal
Program yang telah dilaksanakan antara lain :
a. Pemanfaatan lahan mejadi area tanaman buah-buahan
b. Pemanfaatan lahan sebagai area peternakan sapi
c. Pemanfaatan lahan perkebunan
d. Pemanfaatan tanaman kehutanan
e. Percobaan penanaman karet
f. Pembangunan lapangan golf
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara konseptual, TSP adalah pendekatan dimana perusahaan mengintegarasikan
kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan ( stakeholders ) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. ( Nuryana,
2005 ). Meskipun sesungguhnya memiliki pendekatan yang relative berbeda, beberapa nama lain
yang memiliki kemiripan atau bahkan identik dengan TSP antara lain, Investasi Sosial
Perusahaan( corporate social Investment/investing), pemberian perusahaan ( Corporate Giving),
kedermawanan Perusahaan ( Corporate Philantropy ).
Secara teoretis, berbicara mengenai
tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, maka setidaknya akan menyinggung 2
makna, yakni tanggung jawab dalam makna responsibility atau tanggung jawab moral atau etis,
dan tanggung jawab dalam makna liability atau tanggung jawab yuridis atau hukum.
Burhanuddin Salam, dalam bukunya “Etika Sosial”, memberikan pengertian bahwa
responsibility is having the character of a free moral agent; capable of determining one’s acts;
capable deterred by consideration of sanction or consequences. (Tanggung jawab itu memiliki
karakter agen yang bebas moral; mampu menentukan tindakan seseorang; mampu ditentukan
oleh sanki/hukuman atau konsekuensi).
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
19
HASIL DISKUSI DI KELAS
Setelah makalah kami presentasikan di depan kelas, terjadi diskusi yang menghasilkan
beberapa pertanyaan yang harus kami jawab. Pertanyaan itu antara lain :
Bagaimana perlakuan pemerintah kepada Perusahaan yang di satu sisi melaksanakan CSR
namun di sisi lain produknya juga merugikan masyarakat?
Sebenarnya perusahaan sudah melakukan kesalahan yang besar dengan menghasilkan produk
yang merugikan bagi masyarakat. Namun, kembali lagi dengan permintaan dari masyarakat itu
sendiri, selama produknya masih dibeli oleh masyarakat, selama itu pulalah perusahaan itu masih
akan tetap berdiri. Mengenai peran pemerintah sendiri sudah jelas, ia adalah sebagai regulator
dari segala kebijakan yang ada. Mungkin saja masyarakat kita masih kurang pengetahuan
mengenai dampak buruk yang bisa disebabkan oleh produk suatu perusahaan, maka di sinilah
peran pemerintah, yakni memberikan pengetahuan yang baik bagi masyarakatnya.
Sebenarnya apakah
perusahaannya?
tujuan
suatu
perusahaan
melaksanakan
program
CSR
di
Tujuannya jelas!!! Yakni untuk membuat citra yang positif bagi perusahaan oleh masyarakat.
Semakin perusahaan dikenal “baik” oleh masyarakat, secara tidak langsung produk yang
dihasilkannya pun akan mendapatkan predikat “baik” pula, dan itu akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan tentunya meningkatkan hasil penjualan juga.
Adapun alasan perusahaan melakukan CSR ada 3 hal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya :
1. Corporate Charity, yakni dorongan amal berdasarakan motivasi keagamaan.
2. Corporate Philanthropy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari
norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan kemerataan
sosial.
3. Corporate Citizenship, yakni motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial
berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.
Ketiga hal di atas pulalah yang menjadi dasar suatu perusahaan melaksanakan program CSR bagi
masyarakat di sekitarnya.
Apa langkah kongkrit pemerintah dalam hal menjadi Regulator atas kebijakan perusahaan?
Sebenarnya Indonesia sudah memiliki seperangkat aturan tentang perlindungan lingkungan
hidup (UU No. 23/1997) dan perlindungan konsumen (UU No. 8/1999) dan peraturan itu secara
implisit sudah menekankan suatu perusahaan menerapkan CSR. Keterkaitan dengan CSR
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
20
Perusahaan secara langsung, pemerintah telah membuat aturan Pasal 74 UU PT No. 40/2007
meskipun menuai kontroversi. Namun, ya itulah langkah kongrit pemerintah dalam peranannya
sebagai regulator.
Apa peranan seorang Pekerja Sosial di dalam pelaksanaan CSR suatu perusahaan?
Menarik sekali pertanyaannya karena ini sudah memasuki wilayah pekerja sosial dalam
kaitannya dengan pelaksanaan CSR perusahaan. Yang jelas Pekerja Sosial di sana dapat menjadi
seorang manajer program, artinya Pekerja Sosial lah yang merancang program-program
pelayanan CSR bagi masyarakat. Pekerja Sosial juga yang melakukan asesmen terhadap
kebutuhan pelayanan masyarakat. Jadi nantinya program CSR yang dijalankan oleh perusahaan
akan tepat guna dan bermanfaat.
Bagaimana peluang kerja bagi Pekerja Sosial Industri di suatu perusahaan?(Kaitannya
dengan kenyataan saat ini)
Ini juga sebuah pertanyaan yang menarik dan kami rasa patut menjadi pertanyaan kita semua.
Baiklah akan coba kami jawab. Sejatinya peluang Pekerja Sosial Industri ini amatlah luas. Hanya
saja memang dari kitanya sendiri yang masih “malu-malu” menunjukkan kualitas kita. Alhasil ya
malah orang lain yang menyerobot posisi strategis itu. Padahal sebenarnya kita yang bisa
menghandle dan mengerti kebutuhan khusus dari masyarakat melalui asesmen yang detil. Nah,
jadi sekarang ini merupakan PR bagi kita semua untuk menunjukkan kualitas kita sebagai
Pekerja Sosial Profesional dan juga dukungan dari semua pihak untuk ikut mempromosikan
profesi ini.
Kita saat ini sedang menjalani Jurusan Rehabilitasi Sosial, bagaimana penerapan Pekerja
Sosial Klinis dalam perusahaan?
Sungguh pertanyaan yang kritis. Sebagai Pekerja Sosial Klinis, kita dalam perusahaan bisa
memberikan pelayanan kepada Bos dan Karyawan dalam rangka ikut menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang dialami dan juga memberikan pelayanan konseling guna
meningkatkan kualitas dan semangat kerja.
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
21
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Isa & Busyra Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility : Prinsip, Pengaturan dan
Implementasi. Malang : Inspire.
Tofi, La. Majalah Bisnis dan CSR. Juli 2008. Jakarta : LatofiSukma DivaEvente
http://www.jababeka.com/site/
http://www.unilever.co.id/ourvalues/
Suharto, Edi, Ph.D, 2007, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab
Sosial Perusahaan. Bandung : Refika Aditama.
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa, STKS Bandung Jurusan Rehabilitasi Sosial 2008
http://bocahbancar.wordpress.com/
22
Download