efektivitas mind mapping dalam meningkatkan

advertisement
EFEKTIVITAS MIND MAPPING
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA
DI SMP DHARMA WIDYA TANGERANG KELAS VII B
ARTIKEL SKRIPSI
Oleh
ANIK WIRIYANTI
NIM 0250112010491
SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA
TANGERANG BANTEN
2016
EFEKTIVITAS MIND MAPPING
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA
DI SMP DHARMA WIDYA TANGERANG KELAS VII B
Anik Wiriyanti
[email protected]
Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya nilai Pendidikan
Agama Buddha siswa SMP Dharma Widya Tangerang kelas VII B. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui efektivitas mind mapping dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha di SMP
Dharma Widya Tangerang kelas VII B.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama dua siklus. Masingmasing siklus terdiri dari dua pertemuan. Pelaksanaan masing-masing siklus
dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Dharma Widya
Tangerang kelas VII B berjumlah 32 siswa, 21 putra dan 11 putri. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Instrumen dalam penelitian menggunakan lembar observasi, lembar wawancara,
catatan lapangan, dan instrumen hasil belajar. Observasi dilakukan untuk
mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan mind
mapping. Pengamatan psikomotor siswa dilakukan ketika membuat mind mapping
berkelompok. Analisis data penelitian dilakukan secara deskripsif kuantitatif dan
kualitatif.
Hasil dari penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
kognitif, afektif, dan psikomotor siswa setelah menggunakan mind mapping.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui dari siklus I dan siklus II. Nilai
rata-rata kognitif siklus I 71,46 dan meningkat pada siklus II sebesar 80, 74. Nilai
afektif siswa meningkat dari siklus I 60,00 menjadi 80,00 pada siklus II. Nilai
psikomotor siswa berupa produk pada siklus I 60,00 dan meningkat pada siklus II
menjadi 84,16. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa efektivitas mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha SMP Dharma Widya kelas VII B.
Kata kunci: Mind Mapping, Hasil Belajar, Pendidikan Agama Buddha.
Abstract
Problem in the research is the low value of Education of Junior High
School students of Dharma Widya Tangerang Class VII B. The purpose of this
research is to know the effectiveness of mind mapping in improving student
learning outcomes on the subjects of education Junior High School of Buddhism
in the Dharma Widya Tangerang Class VII B.
1
2
Class action research was conducted for two cycles. Each cycle consists of
two meetings. The subject of this research is the VII B grade Junior High School
students of Dharma Widya Tangerang amounted to 32 students, 21 sons and 11
daughters. The data in this study were obtained from the results of the interview,
observation, and documentation. Instrument in research using observation sheets,
sheet interviews, field note, instrument and results of the study. Observations were
conducted to observe the activity of the teachers and students in learning using
mind mapping. Student's psychomotor observations done when creating a group
mind mapping. The analysis of research data carried out quantitative and
descriptive qualitative.
The result of the research shows an increase in the results of a study of
cognitive, affective, and psychomotor students after using mind mapping.
Improved student learning outcomes can be known from the cycle I and cycle II.
The average value of cognitive cycle I and cycle increased 71.46 II of 80, 74.
Affective value students increased from cycle I 60.00 be 80.00 in cycle II. The
value of the student in the form of psychomotor product on cycle I and cycle
increased 60.00 II becomes 84.16. Based on the research results and discussion
can be concluded that the effectiveness of mind mapping can improve student
learning results on subjects of Buddhist Education on VII B grade Junior High
School students of Dharma Widya.
Key words: Mind Mapping, Student Learning Outcomes, Buddhist Religious
Education.
Pendahuluan
Pendidikan menghasilkan sumber daya manusia yang unggul, baik dari
segi akhlak maupun intelektual, sehingga dapat berkontribusi terhadap kemajuan
bangsa. Fullan (dalam Hamzah, 2013: 13) mengemukakan bahwa pendidikan
dalam prosesnya mencakup tujuan pengembangan aspek pribadi dan sosial yang
memungkinkan orang hidup dalam suatu kelompok yang kreatif, inovatif,
memiliki rasa empati, dan keterampilan interpersonal sebagai bekal hidup di
masyarakat. Lembaga pendidikan tidak hanya menyediakan sarana dan prasarana
tetapi juga tenaga pengajar yang berkompeten. Mulyasa (2006: 17) menjelaskan
bahwa kompetensi guru meliputi kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional.
Seorang guru yang memiliki kompetensi pedagogik harus mampu mengelola
3
pembelajaran yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, serta pengembangan peserta
didik untuk memaksimalkan dan mengaktualisasi kemampuan yang dimiliki.
Guru sebagai pendidik dapat mengembangkan ide maupun gagasannya
mengikuti
perkembangan
zaman.
Guru
hendaknya
memperbaharui
pengetahuannya setiap saat karena ilmu pengetahuan bersifat dinamis begitu pula
dengan metode pembelajaran yang semakin berkembang dan beragam. Upaya
mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan kerja sama yang baik antara siswa dan
guru. Seorang guru berperan penting terhadap keberhasilan siswanya, maka dari
itu diperlukan guru yang profesional. Guru yang profesional dapat menerapkan
berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan sasaran dan materi yang
diajarkan. Metode yang diterapkan guru mempengaruhi keberhasilan dan
efektivitas pembelajaran. Metode diumpamakan sebagai alat motivasi untuk
membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan seperti yang dijelaskan di atas
telah diupayakan guru Pendidikan Agama Buddha SMP Dharma Widya. Saat
kegiatan
pembelajaran
berlangsung,
guru
menerapkan
berbagai
metode
pembelajaran seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan menonton
film yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Akan tetapi, upaya yang
dilakukan guru masih kurang efektif. Idealnya, kegiatan pembelajaran di kelas
seharusnya menjadi kegiatan yang menyenangkan dan dapat menciptakan suasana
belajar yang nyaman serta membangkitkan semangat belajar pada diri siswa.
Suasana tersebut berbeda dengan yang terjadi di kelas VII B SMP Dharma Widya
Tangerang. Menurut penuturan guru Pendidikan Agama Buddha di SMP Dharma
4
Widya Tangerang saat kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha
berlangsung ada beberapa siswa terlihat asyik dengan kegiatan mereka sendiri,
seperti berbisik-bisik dengan teman sebelahnya dan ada pula yang terlihat
melamun padahal guru sedang menjelaskan materi pembelajaran. Selain itu
sebagian besar dari penghuni kelas VII B merupakan siswa yang tergolong cukup
aktif daripada siswa kelas VII lainnya. Hal tersebut terkadang dapat menyebabkan
konsentrasi siswa lain terganggu.
Hasil belajar siswa selama pembelajaran pada semester ganjil berlangsung
menunjukkan bahwa masih ada beberapa siswa yang hasil belajarnya masih di
bawah rata-rata kelas. Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan di SMP Dharma Widya pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Buddha adalah 80. Siswa lain yang bernama Chintya mengungkapkan bahwa
sebenarnya mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha menyenangkan demikian
juga dengan guru yang mengajar. Menurutnya guru yang mengajar sudah
menjelaskan dengan pelan dan dapat dimengerti akan tetapi ketika mengerjakan
soal latihan maupun ulangan sering kali ada beberapa materi yang terlupakan. Hal
ini yang menyebabkan hasil belajar kurang memuaskan. Dari pernyataan tersebut
menunjukkan
bahwa
siswa
kurang
mendayagunakan
ingatan
sehingga
menyebabkan hasil belajarnya kurang memuaskan.
Berdasarkan masalah yang diperoleh dari hasil wawancara di atas maka
dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah berupa penggunaan mind
mapping dalam pembelajaran Pendidikan Agama Buddha. DePorter, Reardon, &
Nourie (2007: 175), mengemukakan bahwa mind mapping (peta pikiran)
merupakan metode mencatat kreatif yang memudahkan untuk menyerap berbagai
5
informasi dengan cara mengorganisasikan informasi yang diterima oleh individu.
Sejalan dengan DePorter, Reardon, & Nourie, Khoo (2008: 78) menyatakan
bahwa mind mapping merupakan alat pencatat utama. Mind mapping berbeda
dengan catatan linier yang tidak begitu efektif karena mind mapping
menggunakan kata kunci, menggabungkan ketujuh prinsip super memory
(visualisasi, asosiasi, membuat sesuatu jadi berbeda, imajinasi, warna, irama, dan
holisme), serta menggabungkan penggunaan otak kiri dan otak kanan.
Penggunaan otak kiri dan otak kanan secara bersamaan dapat memaksimalkan
kinerja kedua otak, sehingga keseimbangan akan tetap terjaga.
Melalui mind mapping diharapkan dapat membantu meningkatkan
beberapa aspek dalam proses pembelajaran yaitu: motivasi, konsentrasi,
kreativitas, daya ingat, dan pemahaman, sehingga siswa dapat memperoleh hasil
yang lebih baik. Penggunaan mind mapping dapat memberikan wadah maupun
kesempatan siswa untuk menuangkan ide maupun kreativitasnya, sehingga siswa
yang aktif dapat memaksimalkan keaktifannya dalam tindakan yang lebih
bermanfaat dan tidak mengganggu siswa lain. Dengan demikian kesulitan belajar
yang dialami siswa diharapkan dapat teratasi.
Hasil belajar yang diharapkan bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi
psikomotorik dan afektif juga perlu diperhatikan. Ketiganya harus saling
berkesinambungan sebagai satu kesatuan yang utuh. Siswa hendaknya tidak hanya
pintar dalam hal ilmu pengetahuan, karakter dan keterampilan juga harus
ditekankan pada proses pembelajaran. Sunaryo (dalam Komalasari, 2013: 2),
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang membuat atau
menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang meliputi
6
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut tentunya mengarah
pada perubahan yang positif dan dapat membentuk kepribadian seseorang menjadi
pribadi yang lebih baik. Artinya, perubahan yang dilakukan bukan semata-mata
perubahan biasa tetapi lebih cenderung untuk mencapai kesempurnaan hidup yang
sebenarnya.
Sehubungan dengan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian
tindakan kelas yang berjudul “Efektivitas Mind Mapping dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha di SMP
Dharma Widya Tangerang kelas VII B”. Alasan utama penulis mengangkat
masalah tersebut adalah hasil belajar beberapa siswa yang kurang memuaskan
karena ketidakmampuan siswa dalam mendayagunakan ingatan maupun
imajinasinya. Selain itu, kurangnya antusias dan semangat siswa dalam belajar
mempengaruhi proses pembelajaran di kelas yang akan berdampak pada aspek
afektif dan psikomotorik. Upaya yang dilakukan oleh tenaga pendidik belum
sepenuhnya membuahkan hasil yang baik.
Metode Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model
Kemmis dan McTaggart. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari sampai dengan
Juli 2016. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu: perencanaan pada Januari
sampai dengan Februari 2016, pelaksanaan pada April sampai dengan Mei 2016,
dan ujian hasil penelitian pada Agustus 2016. Penelitian dilaksanakan di SMP
Dharma Widya, Jl. Rawa Kucing No. 90 Rt.001/006 Kota Tangerang, Provinsi
Banten.
7
Subjek penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Buddha dan siswa
kelas VII B SMP Dharma Widya Tangerang Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah
siswa kelas VII B sebanyak 32 orang terdiri dari 21 putra dan 11 putri. Objek
penelitian ini adalah pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Buddha kelas VII B SMP Dharma Widya Tangerang dengan
menggunakan mind mapping. Tahapan dalam penelitian ini yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keempat tahapan dalam tindakan tersebut
merupakan unsur untuk membentuk siklus. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik test dan nontest. Teknik test digunakan untuk melihat hasil belajar siswa, sedangkan teknik
non-test digunakan untuk melihat efektivitas pembelajaran dengan mind mapping.
Teknik non-test dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa dokumen,
pedoman observasi, pedoman wawancara, dan soal. Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah analisis kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif
berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
hasil observasi dan wawancara dengan guru maupun siswa.
Hasil Penelitian
Siklus I
Peneliti melakukan kolaborasi dengan guru Pendidikan Agama Buddha
SMP Dharma Widya dalam melakukan penelitian. Guru melaksanakan
pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun bersama dengan peneliti,
8
sedangkan peneliti sebagai pengamat. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Siklus I dalam penelitian
ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pada hari Selasa 6 April 2016
Pukul 07.00-08.20 WIB dan 12 April 2016 Pukul 07.00-08.20 WIB. Proses
pelaksanaan siklus I terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi.
Berdasarkan data-data yang diperoleh baik hasil dari observasi,
wawancara, maupun studi dokumen peneliti merangkum dan mengetahui kegiatan
yang telah dan belum dilaksanakan serta kegiatan yang menunjukkan peningkatan
maupun yang belum, sebagai dasar dalam perbaikan pada siklus II. Perbaikan
dilakukan dengan berdiskusi bersama guru.
Pelaksanaan pembelajaran dengan mind mapping yang telah direncanakan
dan diobservasi pada siklus I masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu
diperbaiki, yaitu: 1) terdapat beberapa siswa yang masih melamun dan kurang
fokus; 2) alokasi waktu dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup yang
direncanakan tidak sesuai dengan pelaksanaan di kelas; 3) beberapa siswa masih
terlihat bingung dan kesulitan dalam membuat mind mapping; 4) hasil belajar
kognitif siswa masih ada yang belum sesuai dengan KKM. 5) hasil belajar afektif
siswa perlu ditingkatkan karena hanya baberapa siswa yang sesuai dengan
kriteria. 6) hasil psikomotor juga perlu ditingkatkan karena siswa masih
belumterbiasa dalam membuat mind mapping. Dari beberapa kekurangan ini,
peneliti berdiskusi bersama guru akan melakukan perbaikan pada siklus II.
Perbaikan dilakukan dengan cara guru akan berusaha lebih memotivasi
siswa agar bersemangat dalam pembelajaran. Mengatur kembali alokasi waktu
9
pada kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup agar sesuai dengan pelaksanaan di
kelas. Guru menjelaskan kembali tentang mind mapping dan mendekati siswa
yang masih belum paham. Guru berusaha menjelaskan materi lebih jelas lagi agar
siswa memahami materi yang disampaikan.
Siklus II
Siklus II dalam penelitian ini terdiri dua kali pertemuan yaitu pada hari
Selasa tanggal 19 April 2016 dan 3 Mei 2016. Pelaksanaan pembelajaran dengan
mind mapping yang telah direncanakan dan diobservasi pada siklus II sudah lebih
baik daripada siklus I. Siswa terlihat cukup fokus selama pembelajaran
berlangsung walaupun masih ada yang terlihat melamun guru dapat mengatasinya
dengan memberikan pertanyaan. Siswa dapat membuat mind mapping tepat
waktu. Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa cukup memuaskan,
akan tetapi guru harus tetap memotivasi siswa dalam mempertahankan dan
meningkatkan hasil belajar. Peneliti mengambil keputusan untuk berhenti
melakukan tindakan di siklus II, karena dianggap sudah menunjukkan hasil yang
lebih baik daripada siklus I. Keberhasilan yang diperoleh pada siklus dua
mencapai ≥75% dari total keseluruhan siswa.
Pembahasan
Berdasarkan tindakan pada siklus I pembelajaran Pendidikan Agama
Buddha belum terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan karena masih terdapat
beberapa siswa yang belum memahami mind mapping, siswa sulit menuangkan
ide dan ada beberapa siswa yang tidak suka menggambar. Kondisi pembelajaran
pada siklus I berpengaruh pada hasil tes kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
10
Keberhasilan tes kognitif siswa pada siklus I pertemuan pertama belum mencapai
75% dari total keseluruhan siswa. Sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada siklus II dengan berpedoman pada RPP. Setelah
dilakukan perbaikan pada siklus II diperoleh bahwa hasil belajar kognitif siswa
pada siklus II telah mencapai 75% dari total keseluruhan siswa kelas VII B.
Adapun rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa
Siklus I
Rata-rata
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai yang sering muncul
Standar deviasi
Varian
Nilai rentang
68,62
90
74,31
90
0
54
60
15,40
237,40
35
80
8,60
73,96 4
36
Siklus II
76,46
85,03
95
0
98
80
78
80
20,77
31,48
25
4,51
20,41
18
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus I sudah mulai terlihat
adanya kenaikan nilai dari pertemuan I menuju pertemuan ke 2. Peningkatan
tersebut sebesar 5,68 dari 68,62 menjadi 74,31. Nilai tertinggi siswa pada
pertemuan I dan pertemuan II adalah 90. Nilai terendah pada pertemuan I adalah 0
dikarenakan ada siswa yang tidak hadir akan tetapi jika dihitung berdasarkan
siswa yang hadir maka nilai terendah pada pertemuan I adalah 50 sedangkan pada
pertemuan II 54. Nilai yang sering muncul pada pertemuan I adalah 60 dan pada
pertemuan II sebesar 80. Standar deviasi pada pertemuan I sebesar 15,40
sedangkan pada pertemuan II sebesar 8,6. Varian pada pertemuan I adalah 237,40
sedangkan pada pertemuan II adalah 73,96. Nilai rentang adalah nilai hasil selisih
11
antara nilai tertinggi dan nilai terendah, nilai rentang pada pertemuan I adalah 35
sedangkan pada pertemuan II adalah 36.
Pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan nilai dari hasil siklus I.
Peningkatan siklus II dapat dilihat dari peningkatan rata-rata tiap pertemuan. Nilai
rata-rata pada pertemuan I adalah 76,46 sedangkan pada pertemuan II sebesar
85,03, jadi peningkatan dari pertemuan I dan II adalah 10,56. Nilai tertinggi siswa
pada pertemuan I adalah 95 dan pertemuan II adalah 98. Nilai terendah pada
pertemuan I adalah 0 dikarenakan ada siswa yang tidak hadir akan tetapi jika
dihitung berdasarkan siswa yang hadir maka nilai terendah pada pertemuan I
adalah 70 sedangkan pada pertemuan II 80. Nilai yang sering muncul pada
pertemuan I adalah 78 dan pada pertemuan II sebesar 80. Standar deviasi pada
pertemuan I sebesar 20,77 sedangkan pada pertemuan II sebesar 4,51. Varian pada
pertemuan I adalah 431,48 sedangkan pada pertemuan II adalah 20,41. Nilai
rentang pada pertemuan I adalah 25 sedangkan pada pertemuan II adalah 18.
Peningkatan nilai kognitif siswa dikarenakan di dalam mind mapping terdapat
materi yang dijelaskan guru sehingga siswa dapat belajar dengan menggunakan
catatan mind mapping.
Penilaian afektif siswa dalam berkelompok meliputi empat aspek yaitu
kepedulian, tanggung jawab individu, tanggung jawab sosial, dan kepedulian
terhadap hak dan kewajiban. Dalam proses pembelajaran menggunakan mind
mapping secara berkelompok siswa dilatih memiliki sifat peduli, yaitu peka
terhadap perasaan orang lain dengan mencoba untuk membantu siswa/guru yang
membutuhkan bantuan. Siswa dapat dilatih memiliki tanggung jawab individu,
yaitu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dapat dipercaya/diandalkan, dan
12
tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan orang lain.Siswa dapat dilatih
memiliki tanggung jawab sosial, yaitu dengan cara siswa mengerjakan tugas
kelompok untuk kepentingan bersama dan secara suka rela membantu teman/guru.
Siswa dapat dilatih memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai siswa
maupun hak dan kewajiban sebagai anggota dalam suatu kelompok belajar. Pada
siklus I rata-rata keseluruhan afektif siswa sebesar 55% dan siklus II sebesar 80%.
Penilaian hasil psikomotor siswa dalam penelitian ini meliputi
perencanaan, proses dan produk. Data hasil perencanaan dan proses kegiatan
psikomor siswa diperoleh melalui catatan lapangan, sedangkan penilaian produk
diperoleh melalui lembar observasi sekaligus lembar penilaian yang di dalamnya
terdapat lima aspek yaitu: kerapian, kesesuaian gambar, keindahan, ketepatan
waktu, dan kerjasama. Penilaian psikomotor siswa dilakukan hanya pada
pertemuan kedua setiap siklusnya.
Adapun hasil dari penilaian psikomotor pada siklus I secara keseluruhan
aspek yang memiliki persentase paling rendah dari kelima aspek tersebut adalah
ketepatan waktu sebesar 46,67% hal ini disebabkan karena siswa lamban dalam
membuat mind mapping secara berkelompok. Pada siklus I pertemuan pertama
siswa sama sekali belum mengenal mind mapping hanya ada dua orang yang telah
mengenal sebelumnya, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk
memahami mind mapping. Pada siklus II aspek yang memiliki nilai terendah
adalah kerapian dan keindahan sebesar 63,33% hal ini dikarenakan siswa kurang
memberikan warna pada gambar yang disebabkan keterbatasan perlengkapan
mewarnai. Selain itu, pembuatan mind mapping yang terburu-buru menyebabkan
13
penggunaan warna yang tidak maksimal. Secara umum rata-rata nilai kelompok
psikomotor siswa berupa produk sebesar 84,16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mind mapping cocok diterapkan di
kelas VII B SMP Dharma Widya Tangerang untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Keberhasilan tersebut didukung dengan data yang diperoleh selama
penelitian berlangsung. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas
penggunaan mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Buddha di SMP Dharma Widya Tangerang kelas VII
B. Siswa dapat membuat mind mapping sesuai dengan langkah-langkah yang
telah dijelaskan oleh guru. Mind mapping yang dibuat siswa mencakup materi
yang sudah diajarkan guru sehingga dapat dijadikan sarana dalam belajar.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, peneliti menyimpulkan
bahwa penerapan mind mapping pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha
di SMP Dharma Widya kelas VII B dilakukan sesuai dengan tahap-tahap
pembelajaran yang telah direncanakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dilihat dari perbandingan nilai rata-rata
siklus I sebesar 71,46 dan siklus II sebesar 80,75. Afektif siswa dalam
berkelompok meliputi kepedulian, tanggung jawab individu, tanggung jawab
sosial, dan kepedulian terhadap hak dan kewajiban mengalami peningkatan pada
tiap siklus. Hasil belajar afektif siswa pada siklus I sebesar 55% dan siklus II
sebesar 80%. Psikomotor siswa berupa produk mengalami peningkatan pada tiap
siklusnya, rata-rata pada siklus I sebesar 60,00 dan pada siklus II sebesar 84,16.
14
Aspek yang diamati pada psikomotorik yaitu kerapian, kesesuaian gambar dengan
materi, keindahan, ketepatan waktu, dan kerja sama. Pengamatan psikomotorik
siswa dilakukan ketika membuat mind mapping secara berkelompok.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran
kepada guru agar dapat menerapkan mind mapping sebagai variasi dalam proses
pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penerapan mind
mapping guru hendaknya dapat mengatur waktu sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan dalam RPP. Guru
hendaknya dapat membuat suasana kelas menjadi nyaman dan menyenangkan.
Guru harus tetap memberikan nasehat maupun motivasi agar siswa memiliki
semangat untuk terus belajar dan mempraktikan nilai-nilai kepedulian, tanggung
jawab individu, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap hak dan
kewajiban.
Kepada
siswa
agar
dapat
menggunakan
mind
mapping
dalam
pembelajaran sebagai salah satu keterampilan belajar yang efektif untuk
meningkatkan hasil belajar. Siswa hendaknya dapat membuat mind mapping
secara tepat waktu dan sesuai dengan prosedur. Siswa hendaknya tetap
mempraktikan dan mempertahankan nilai-nilai kepedulian, tanggung jawab
individu, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap hak dan kewajiban
dalam pembelajaran.
15
Daftar Pustaka
DePorter, Bobby., Mark Reardon, & Sarah Singer Nourie. 2007. Quantum
Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Bandung: Penerbit Kaifa.
Hamzah, Syukri. 2013. Pendidikan Lingkungan Sekelumit Wawasan Pengantar.
Bandung: PT Refika Aditama.
Khoo, Adam. 2008. I Am Gifted, So Are You!. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Download