pelaksanaan perjanjian internasional

advertisement
Ikaningtyas
PELAKSANAAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL
 Suatu perjanjian internasional yang sudah
memenuhi syarat dan tahapan untuk mulai
berlaku, selanjutnya harus dilaksanakan oleh para
pihak yang telah menyatakan untuk terikat
 Perjanjian internasional hanya berlaku pada
peserta/ para pihak yang mengikatkan diri pada
perjanjian tersebut
 Each of the states for which a treaty is a party
(article 2(1)(g))
 Even, before the treaty is in force, this does not
mean it have no legal effect. Certain of its
provisions have to apply from moment it is
adopted, authentication of the text, right to
participate, entry into force and depository
function. (article 24(4))
 Untuk menghindari terjadinya sengketa dalam
pelaksanaan perjanjian internasional. Perlu dipahami
landasan/asas-asas dalam pelaksanannya :
 Free consent --- kebebasan berkehendak, sudah ada ketika para





pihak berproses
Good faith ---itikad baik, ada pada awal inisiasi perjanjian int.
Pacta sunt servanda, (pasal 26)
Pacta tertiis nec nocent nec prosunt (suatu perjanjian int. hanya
memberikan hak dan membebani kewajiban kepada para pihak
yang terikat pada perjanjian itu, atau suatu perjanjian int. tidak
memberikan hak maupun membebani kewajiban kepada pihak
ketiga kecuali jika pihak ketiga tersebut menyetujuinya (pasal
34)
Jus cogens
Non-retroactive (pasal 28)
Pasal 26 Kw 1969
 Menetapkan tentang asas pacta sunt
servanda sebagai dasar pelaksanaan suatu
perjanjian internasional bahwa suatu
perjanjian internasional berlaku dan memiliki
kekuatan hukum dan harus dilaksanakan
dengan good faith
Waktu pelaksanaan perjanjian
1. A treaty enters into force in such manner and upon such date
as it may provide or as the negotiating States may agree.
Failing any such provision or agreement, a treaty enters into
force as soon as consent to be bound by the treaty has been
established for all the negotiating States.
2. When the consent of a State to be bound by a treaty is
established on a date after the treaty has come into force, the
treaty enters into force for that State on that date, unless the
treaty otherwise provides.
3. The provisions of a treaty regulating the authentication of its
text, the establishment of the consent of States to be bound
by the treaty, the manner or date of its entry into force,
reservations, the functions of the depositary and other
matters arising necessarily before the entry into force of the
treaty apply from the time of the adoption of its text.
(Article 24(1))
Cara-cara yang biasa dilakukan untuk
memberlakukan perjanjian int:
1. Pada tanggal yang telah ditentukan
dalam teks PI
2. Pada saat penandatanganan oleh
seluruh pihak
3. Saat ratifikasi
4. Penandatanganan oleh sejumlah negara
yang telah ditentukan
5. Penandatanganan oleh jumlah minimum
sebuah negara
6. Pada saat pertukaran nota diplomatik
7. Pada tanggal nota diplomatik dijawab
8. Pada tanggal yang telah disetujui
contoh
 Persetujuan RI-Vietnam tentang penetapan
batas landas Kontinen
 1. this agreement shall be ratified in
accordance with the constitutional
requirements of the contracting states
 2. this agreement shall enter into force on the
date of the exchage of the instrument of
ratification
Teritorial (wilayah berlakunya perjanjian
int.) Article 29 Territorial scope of
treaties
 Kecuali perjanjian internasional menentukan
lain, perjanjian int, berlaku di seluruh wilayah
(darat, laut, udara) dari para pihak
 Karena setiap negara memiliki kedaulatannya
sendiri, maka negara tersebutlah yang
menentukan sendiri scope pemberlakuan
perjanjian int
Perjanjian int VS Hukum
Nasional
 Dalam pelaksanaan perjanjian int. berkaitan
dengan adanya hukum nasional, ada 2
kemungkinan :
 Perjanjian int selaras dengan hukum nasional
 Perjanjian int beberapa ketentuan di dalamnya
bertentangan dengan hukum nasional ( diketahui
setelah negara meratfikasi)
 Pasal 27
A party may not invoke the provisions of its internal
law as justification for its failure to perform a
treaty. This rule is without prejudice to article 46
Pasal 46
1. A State may not invoke the fact that its
consent to be bound by a treaty has been
expressed in violation of a provision of its
internal law regarding competence to
conclude treaties as invalidating its consent
unless that violation was manifest and
concerned a rule of its internal law of
fundamental importance.
2. A violation is manifest if it would be
objectively evident to any State conducting
itself in the matter in accordance with normal
practice and in good faith.
Perjanjian Internasional dan
pihak ketiga


Sesuai asas Pacta tertiis nec nocent nec prosunt (suatu
perjanjian int. hanya memberikan hak dan membebani
kewajiban kepada para pihak yang terikat pada
perjanjian itu, atau suatu perjanjian int. tidak
memberikan hak maupun membebani kewajiban
kepada pihak ketiga kecuali jika pihak ketiga tersebut
menyetujuinya (pasal 34)
Hal ini merupakan wujud komgkret dari pelaksanaan
asas free consent
 Ada 3 macam pembebanan hak/kewajiban
kepada pihak ketiga :
 Pembebanan hak disertai pembebanan kewajiban
yang timbal balik
 Hanya pembebanan hak saja, tanpa pembebanan
kewajiban (pasal 36)
 Hanya pembeban kewajiban saja tanpa diimbangi
pembebanan hak (pasal 35)
 Penarikan kembali atau pengubahan atas kewajiban
ataupun hak yang dibebankan kepada pihak ketiga,
secra tegas diperkenankan tetapi hal itu hanya bisa
dilakukan kalau ada persetujuan dari negara2 peserta
dan negara ketiga yang bersangkutan (pasal 37)
 Perjanjian int. dapat diterapkan sementara waktu,
sambil menunggu berlakunya perjanjian int.
tersebut (pasal 25)
 Seluruh atau hanya sebagian isi saja dari perjanjian int
tersebut
 Penerapan sementara tersebut dapat merupakan
kesepakatan dari seluruh subyek hukum atau negara2
yang ikut serta dalam negosiasi yang menghasilkan
perjanjian tersebt, atau kesepakatan dari beberapa negara
saja
 Diterapkan sebelum perjanjian tersebut mulai berlaku
 Pemberlakuan sementara tersebut tidak boleh
menghalang-halangi pencapaian maksud dan tujuan dari
perjanjian tersebut
Non-Retroactive
 a treaty will not have retroactive effects
 Article 28 Non-retroactivity of treaties
“Unless a different intention appears from the treaty or
is otherwise established, its provisions do not bind a
party in relation to any act or fact which took place or
any situation which ceased to exist before the date of
the entry into force of the treaty with respect to that
party”.
 See also, article 103, UN Charter
“in the event of conflict between the obligations of the
members of the UN under the present charter and their
obligations under any other international agreement,
the obligation under the present charter shall prevail”
Download