BAB I PENDAHULUAN Alam dan ekosistem merupakan tempat manusia hidup yang memberikan manfaat luar biasa bagi peradaban manusia. Alam dan ekosistem tersebut merupakan pinjaman dari anak cucu. Dengan demikian harus dapat dimanfaatkan dan dikelola secara bijaksana tanpa mengganggu kelestariannya sepanjang waktu. Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan yang berkualitas yang melibatkan berbagai pihak baik Perencana, Pengambil Keputusan, Penegak Hukum dan Pejabat Pemerintah, maupun dunia usaha serta masyarakat. Oleh karenanya kesamaan persepsi dan sikap semua pihak yang terlibat dalam menghadapi persoalan lingkungan hidup perlu dibina agar pengelolaan dapat mencapai hasil yang optimal. Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sebagai lembaga Institusi yang bertugas membantu Walikota Bengkulu dalam menentukan kebijaksanaan di bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup di daerah telah menetapkan Program serta Kegiatan pembangunan lingkungan hidup yang akan dilaksanakan dan tertuang dalam Rencana Kerja Tahun Anggaran 2014. 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja (RENJA) Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu adalah dokumen perencanaan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program dan kegiatan. Renja merupakan sebuah dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan program dan kegiatan pelayanan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu khususnya, dan pembangunan daerah pada umumnya. Rencana kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem perencanaan daerah, karena Renja merupakan produk penyempurnaan perencanaan pada unit organisasi pemerintah terendah dan terkecil. Renja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu berperan penting dalam setiap kinerja suatu SKPD dalam memaksimalkan kegiatan yang telah di rancang sebelumnya. Proses penyusunan Renja dimulai dengan usulan dari setiap bidang dan juga dari sekretariat yang awal perencanaan berubah sehingga diperlukan perubahan dalam Program maupun Kegiatan. Menganalisa gambaran pelayanan SKPD untuk menentukan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sehingga perumusan tujuan dan sasaran yang dihasilkan berdasarkan review hasil evaluasi renja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu tahun yang telah lalu serta mengacu pada Renstra Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu yang didasarkan pada penelaahan rancangan awal RKPD. Selanjutnya menjadi perumusan kegiatan prioritas yang juga didasarkan kepada penelaahan usulan kegiatan masyarakat. Prinsip-prinsip di dalam penyusunan rancangan Renja SKPD, adalah sebagai berikut : a. Berpedoman pada Renstra dan mengacu pada rancangan awal RKPD; b. Rumusan program/kegiatan di dalam Renja didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang telah kami sepakati bersama dan mempertimbangkan pagu indikatif masing-masing; c. Penyusunan Renja sebagian besar merupakan pergeseran dana yang dari kegiatan kurang maksimal penyerapannya maka akan dipindahkan ke kegiatan yang masih memerlukan dana sehingga kegiatan tersebut dapat mencapai persentase sesuai yang diharapkan sampai dengan akhir tahun 2014 nanti; d. Program dan kegiatan yang direncanakan memuat tolok ukur dan target capaian kinerja,keluaran, biaya satuan per keluaran, total kebutuhan dana, baik untuk tahun perubahan n dan tahun n+1. 1.2. Landasan Hukum Dasar Hukum penyusunan Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Tahun 2014 adalah : 1. Undang–undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 5. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) 8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 517); 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud disusunnya Renja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Tahun 2014 adalah untuk memaksimalkan dan melaksanakan dokumen suatu perencanaan suatu kerja perangkat daerah periode 1 (satu) tahun yang dimulai tanggal 01 Januari 2014 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 serta menggambarkan capaian kinerja yang dapat ditransformasikan ke dalam Rencana Kerja anggaran Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu. Sedangkan tujuan penyusunan Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu adalah melaksanakan Tugas pokok dan fungsi dibidang pengendalian dampak lingkungan serta mendeskripsikan tentang programprogram prioritas yang akan dilaksanakan serta program tersebut dapat terlaksana sesuai yang diharapkan dan juga dapat tercapai persentase hingga maksimal. 1.4. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Maksud dan Tujuan 1.4. Sistematika Penulisan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU 2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD 2.2 Analisis Kinerja Pelayanan SKPD 2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD 2.4 Review terhadap Rancangan Awal RKPD 2.5 Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat BAB III TUJUAN, SASARAN , PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional 3.2 Tujuan dan Sasaran Renja SKPD 3.3 Program dan Kegiatan BAB IV PENUTUP BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Program Renstra SKPD Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu adalah penjabaran perencanaan tahunan. Tercapai tidaknya pelaksanaan kegiatankegiatan atau program yang telah disusun dapat dilihat berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. Akuntabilitas merupakan suatu bentuk perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Terkait dengan hal tersebut Rencana Kerja (RENJA) Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu ini menyajikan dasar pengukuran kinerja kegiatan dan Pengukuran Kinerja Sasaran dari hasil apa yang telah diraih atau dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu selama tahun 2013 dan perkiraan target tahun 2014 Pengukuran kinerja kegiatan dan Pengukuran Kinerja Sasaran melalui tahapan sebagai berikut : A. Penetapan Indikator Kinerja Penetapan indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator Kinerja Kegiatan meliputi indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits) dan dampak (impacts). Indikator-indikator tersebut dapat berupa dana, sumber daya manusia, laporan, buku dan indikator lainnya. Penetapan indikator kinerja ini diikuti dengan penetapan besaran indikator kinerja untuk masing-masing jenis indikator yang telah ditetapkan. B. Capaian Analisis Kinerja Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja kegiatan. Pengukuran ini dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja. Evaluasi Program Tahun 2012 Anggaran Tahun 2012 Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dengan APBD (murni) sebesar Rp. 1.526.604.000,- yang terdiri dari 6 (enam) program dan 20 (dua puluh) kegiatan. Dari jumlah dana tersebut terealisasi sebesar Rp. 1.384.177.000,- dari anggaran dengan capaian kinerja fisik sebesar 100% dan capaian kinerja keuangan sebesar 98,67%. Penyerapan anggaran terendah yaitu pada kegiatan : 1. Kegiatan Penyediaan jasa Komunikasi, sumber daya air dan listrik dengan penyerapan anggaran terealisasi sebesar Rp. 12.553.530,- atau sebesar 98,22% dari pagu anggaran sebesar Rp. 12.780. 000,2. Kegiatan Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/operasional terealisasi sebesar Rp. 4.994.935,- atau sebesar 99,89% dari pagu anggaran sebesar Rp. 5.000.000,Perkiraan pencapaian Tahun Anggaran 2012 Sedangkan untuk tahun berjalan yakni Anggaran tahun 2013 dengan usulan sebesar Rp. 2.106.573.750,- terurai dalam 8 (delapan) program dan 24 kegiatan, diharapkan keberhasilan kinerja mencapai 100% atau minimal sama dengan tahun 2012, baik realisasi keuangan maupun realisasi fisik. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui penilaian kinerja terhadap program maupun kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2013 serta perkiraan capaian program dan kegiatan tahun 2013, dalam menjalankan kegiatannya, Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu masih menghadapi hambatan/kendala yang meliputi : a. Sumber Daya Manusia (SDM) Pada Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Sumber Daya Manusia (SDM) masih belum cukup memadai dan juga pengetahuan dan ketrampilan terutama dibidang keahlian tertentu dari masing-masing personil. kurangnya pegawai pelaksana sehingga tidak berimbang antara kegiatan yang dilaksanakan dengan jumlah aparatur yang ada serta kurangnya tenaga Laboratorium sehingga belum optimal beroperasi. b. Sarana Kerja dan Perlengkapan Untuk sarana kerja dan perlengkapan belum memadai sehingga dalam pelaksanaan tugas di lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu belum dapat berjalan secara maksimal. c. Anggaran Terbatasnya anggaran sehingga masih banyak kegiatan yang tidak terakomodir dan sarana Gedung Kantor yang masih belum memadai. Dari permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan tugas tersebut, ke depan akan dilakukan perbaikan melalui peningkatan dan pengembangan aparatur di lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu melalui pendidikan serta diklat yang dikuti oleh semua staf setiap tahunnya, fungsional maupun tenaga teknis. Membangun sistim pengumpulan data kinerja dengan baik demi terciptanya perencanaan yang akurat dan up-to-date demi terciptanya pembangunan yang berdasarkan aspirasi dari masyarakat dan pemangku kepentingan. Dan dapat dilihat dalam tabel 2.1. berikut ini 2.2. ANALISIS KINERJA PELAYANAN SKPD Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu. Mengacu pada Peraturan Daerah tersebut, Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu membantu Kepala Daerah dalam merumuskan kebijakan Lingkungan Hidup sekaligus melaksanakan pelayanan dan pengawasan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Adapun struktur organisasi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu adalah sebagai berikut : 1. Kepala Badan 2. Sekretariat, terdiri dari : a. Kasubbag Umum dan Kepegawaian b. Kasubbag Perencanaan c. Kasubbag Keuangan 3. Bidang Pengawasan dan Pengendalian, terdiri dari : a. Subbid Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan b. Subbid Pengembangan Kapasitas dan Penataan Lingkungan 4. Bidang Analisa dan Pencegahan Dampak Lingkungan, terdiri dari : a. Subbid Pengkajian Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan b. Subbid Evaluasi dan Perizinan 5. Bidang Pemantauan dan Pemulihan a. Subbid Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup b. Subbid Peran Serta Masyarakat 6. Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Sumber Daya Lingkungan, terdiri dari : a. Subbid Peningkatan Sarana Teknis dan Pendidikan b. Subbid Data dan Informasi. 7. Kelompok Jabatan Fungsional 8. Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB). Kepala Badan H. Shafwan, SH Sekretaris Jabatan Fungsional Subbag Umum Subbag Perencanaan Subbag Keuangan Sulistyartama,S.Sos Nayu Aldila Putri, SH Dra. Zievy Apriyani Bidang Pengawasan dan Pengendalian Bidang Analisa Pencegahan Dampak Lingkungan Bidang Pemantauan dan Pemulihan Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Sumber Daya Lingkungan Dra. Dewi Murni Dra. Hj. Wahyuliati Ziamriani, S.Sos Drs. Thamrin, M.Si Subbid Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Subbid Pengkajian Teknis Analisis Mengenai Dampak LIngkungan Subbid Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Subbid Peningkatan Sarana Teknis dan Pendidikan Sunanto, B.Pa Eka Faini Silvianti, S.Sos Deswarti, S.ST Ir. Efrizal, SE, M.Sc Subbid Pengembangan Kapasitas dan Penataan Lingkungan Subbid Evalusi dan Perizinan Subbid Peran Serta Masyarakat Subbid Data dan Informasi Evi Heryati, SE Subri, SE Eva Suswita, S.Sos Hasri Juliantoni, S.Kom UPTB Kondisi sumberdaya manusia yang terdapat di Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sebagai berikut : Tabel 2.1. Kondisi SDM Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA D3 Sarjana Pasca Sarjana Jumlah Tabel 2.2. 3 3 25 4 35 Golongan Orang Orang Orang Orang Orang Jumlah (orang) Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV Jumlah Tabel 2.3 ( orang ) Kondisi SDM Berdasarkan Golongan No 1. 2. 3. 4. Jumlah 3 26 6 35 Orang Orang Orang Orang Dukungan Pegawai dalam SPM-LH No Jenis Pelayanan 1 Pelayanan Pencegahan Pencemaran air dari sumber tidak bergerak SDM PNS/ Lain Non -nya PNS 16 2 Unit Tupoksi Sarana Teknis, Pemantauan, Pengawasan. Mendata semua jenis usaha dan/atau kegiatan Mengidentifikasi usaha yang berpotensi mencemari air Memeriksa dokumen administrative. Pengambilan sampel Pemeriksaan kualitas 2 3 4 air Analisa data Melakukan pengawasan dan pembinaan Inventarisasi industry yang potensial mencemari udara Melakukan Pemantauan Pengambilan uji emisi udara Pelaporan hasil pemantauan Pelayanan Pencegahan Pencemaran udara dari sumber tidak bergerak 10 3 Sarana Teknis, Pemantauan, Pengawasan. Pelayanan Informasi Status Kerusakan Lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa 8 4 Sarana Teknis, Pemantauan, Pengawasan. Identifikasi kondisi awal tanah Analisis Sifat Dasar Tanah Evaluasi penetapan status kerusakan tanah Pelayanan Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat 5 3 Pemantauan, Pengawasan. Pengaduan Rapat I Indentifikasi Verifikasi Rapat II Tindakan Kondisi Sarana prasarana yang terdapat di Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sebagai berikut : 1. Kantor dengan luas 280 m2, 2. Laboratorium 3. Kendaraan 7 Unit, Pelayanan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana Pemerintah Daerah dituntut untuk memberikan Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup, selain itu penetapan jenis dan target pelayanan bidang lingkungan hidup termuat dalam Permen LH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dan Juknis SPM Bidang LH Daerah Provinsi termuat dalam Permen LH Nomor 20 Tahun 2008, dan tentunya Perda Nomor 10 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu. Pencapaian kinerja Pelayanan Minimal dan pelayanan lain berdasarkan tupoksi yang diberikan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dapat dilihat pada penjelasan sebagai berikut : Pelayanan dengan Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) A. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air dan Realisasinya Pencegahan pencemaran manajemen/administratif dan air secara adalah tehnik tindakan yang dilakukan secara oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam rangka mencegah dimasukannnya mahluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam air oleh manusia. Pencegahan pencemaran air dapat dilakukan dengan cara membatasi jumlah air limbah yang dibuang dari sumber pencemar. Secara administrasi, pembatasan dilakukan dengan menetapkan baku mutu air dari masing-masing sumber pencemar. Selanjutnya pencegahan dilakukan melalui pengawasan untuk melihat ketaatan penanggung jawab usaha terhadap peraturan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran air. Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota melakukan pemantauan dan inventarisasi/identifikasi terhadap usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan adminstratif dan teknis pencegahan pencemaran air dengan melakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar dan kelengkapan persyaratan administratif : a. Mendata semua jenis usaha dan/atau kegiatan (industry, hotel, rumah sakit, rumah makan, dan permukiman/perumahan). b. Mengidentifikasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi mencemari air. c. Memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan administrasi jenis usaha dan/atau kegiatan. 2. Menentukan prioritas jenis usaha dan atau kegiatan yang akan di pantau dan diawasi berdasarkan hasil identifikasi persyaratan teknis (paling sedikit 5 (lima) usaha & diambil air limbahnya dalam satu tahun. 3. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang diprioritaskan tersebut dan diambil contoh air limbahnya paling sedikit 1 (satu) kali setahun, dan dilakukan pemeriksaan terhadap parameter kunci dari masing-masing usaha. 4. Menyampaikan laporan hasi pemantauan usaha dan/atau kegiatan yang menaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan air. 5. Menyampaikan informasi status penaatan usaha dan/atau kegiatan. Meningkatnya perkembangan dunia usaha menyebabkan meningkatnya potensi pencemaran air akibat limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas usaha tersebut. Usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah cair seperti industri, rumah sakit, hotel dan kegiatan domestic harus melakukan upaya pencegahan pencemaran air. Pemantauan berkala terhadap parameter pH, BOD, COD dan TSS harus dilakukan, dengan nilai parameter disesuaikan dengan baku mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan peruntukannya. Kebijakan Adanya berbagai masalah yang timbul ini dilakukan berbagai pengelolaan untuk mengurangi dampaknya. Respon dari masyarakat cukup besar terbukti dengan beberapa pengaduan masyarakat terhadap dampak dari berbagai usaha bidang industri, baik industri kecil maupun industri rumah tangga. Pemerintah daerah menanggapi respon masyarakat tersebut, dan kemudian dilakukan cek dan recek ke lokasi yang ditengarahi sebagai sumber pencemaran tersebut. Melalui instansi yang terkait, akan memberikan bimbingan dan pengarahan untuk mengelola limbah dengan penggunaan teknologi yang sederhana dengan menggunakan sistim reuse dan recycle, sehingga limbah dapat dimanfaatkan kembali dan melakukan kegiatan berupa : 1) Melakukan pengawasan, pemantauan dan pembinaan terhadap pengelola usaha dan/atau kegiatan untuk mematuhi aturan dalam upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. 2) Pengelolaan limbah bekerja sama dengan lembaga pendidikan Pengelolaan terhadap permasalahan lingkungan dalam rangka untuk mengatasi dampak terhadap menurunnya kualitas sumber daya air, yaitu dengan mengadakan pelatihan terhadap beberapa masyarakat disekitar lokasi dampak, untuk memanfaatkan kembali limbah yang dihasilkan oleh suatu industri. Misalnya melakukan pelatihan pembuatan nata de soya dari limbah tahu. Disamping itu pelatihan juga dilakukan untuk mengolah limbah padat organik, salah satunya untuk campuran makanan ternak dengan nilai nutrisi yang cukup tinggi. 3) Pengelolaan melalui program prokasih Program prokasih (program kali bersih) sudah cukup lama dicanangkan oleh pemerintah pusat dan kemudian direspon oleh pemerintah daerah. Program prokasih (Program Kali Bersih) ini dilaksanakan dengan cara, melakukan cek dan recek terhadap berbagai parameter biologi dan parameter kimia yang digunakan untuk menentukan kualitas air sungai yang telah disesuaikan peruntukannya melalui Peraturan Daerah (Perda). Sasaran utama program kali bersih adalah sungai-sungai yang digunakan untuk bahan baku air minum (PDAM). Apabila hasil laboratoriumnya menunjukan adanya parameter tertentu yang tinggi, maka dilakukan penelusuran terhadap sumber dampak tersebut. Apabila sumbernya berasal dari masyarakat maka selain dilakukan penyuluhan, maka daerah-daerah tertentu tersebut dilakukan penanaman kembali, sebagai realisasi dari program penghutanan kembali daerah-daerah sepadan sungai. Daerah sepadan sungai untuk sungai yang kecil sejauh 50 m dari bibir sungai dan untuk sungai yang besar adalah 100 m dari bibir sungai. 4) Gerakan menanam pohon di sekitar kawasan hutan Penurunan kuantitas (debit) dan kualitas air sungai terjadi akibat degradasi lingkungan yang mendahuluinya seperti degradasi hutan dan lahan. Efektifitas daerah tangkapan air DAS ini cenderung menurun dari tahun ke tahun. Memperhatikan hal ini, untuk penyelamatan sumberdaya air (sungai). Pemerintah Kota Bengkulu melaksanakan program gerakan rehabilitasi hutan dan lahan melalui penanaman pohon di kawasan hutan pantai dan lahan kritis lainnya. Dengan kegiatan penanaman di lahan kritis ini, Kota Bengkulu menjadi hijau. bervegetasi pohon, yang akhirnya akan menjadi sarana untuk perlindungan tanah dan air, sehingga ke depan nantinya kualitas air di Kota Bengkulu dapat dipertahankan. Adapun media informasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai kualitas air adalah buku status lingkungan hidup (SLHD) Kota Bengkulu Tahun 2012. B. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak Pencemaran udara adalah turunnya kualitas udara sehingga udara mengalami penurunan mutu dalam penggunaannya yang akhirnya tidak dapat digunakan kembali sebagai mana mestinya sesuai dengan fungsinya. Pencemaran udara berkaitan erat dengan sumber yang menghasilkan pencemaran udara, salah satunya berasal dari kegiatan sumber tidak bergerak di mana yang paling dominan adalah industri. Pencegahan pencemaran udara dapat dilakukan dengan mengurangi atau mencegah terjadinya pencemaran udara. Upaya yang dilakukan oleh pihak industry untuk mengendalikan pencemaran udara dengan cara tiga tahap dalam industry itu sendiri, yang meliputi : a. Tahap pertama, pada input dengan cara menggunakan bahan bakar ramah lingkungan seperti bahan bakar gas, batubara yang mengandung kadar sulfur rendah, atau baggase yang telah dikeringkan ( bila industry tersebut menggunakan bahan bakar biomassa). b. Tahap kedua, menggunakan proses produksi yang ramah lingkungan seperti proses gasifikasi, pirolisis, atau exhaustgas recirculation). c. Tahap ketiga, merupakan teknologi tahap akhir berupa pemasangan peralatan penyaring polutan debu dan gas-gas seperti bag hause, EP ( Elektrostatik Precipitator), cyclone untuk polutan debu dan De-Nox untuk mengurangi kadar NOx dan FGD (Flue Gas Desulfurisasi) untuk mengurangi kadar SO2. Untuk pelaksanaan pemenuhan standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup dapat dilakukan secara efektif dan efisien, Pemerintah Kota harus melakukan pembinaan dengan memberikan pengetahuan kepada industri agar menerapkan ketentuan peraturan perundangan perundangan khususnya yang diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber tidak bergerak. Usaha dan/atau kegiatan yang diawasi dan dibina untuk mentaati persyaratan administrative antara lain izin usaha dan/atau kegiatan, analisis mengenai dampak lingkungan hidup, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dan persyaratan teknis antara lain dengan melakukan pengolahan emisi udara sehingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan, cerobong dilengkapi dengan lubang sampling, lantai kerja, tangga dan pagar pengaman limbah, serta melakukan pemantauan emisi secara rutin. Secara alami, lingkungan mempunyai sistem tersendiri dalam menjaga kualitas udara agar tetap bersih. Sarana untuk membersihkan udara antara lain adalah tumbuh-tumbuhan, angin dan hujan yang menetralisir dan mengendapkan zat-zat pencemar di udara. Namun, dengan semakin meningkatnya kadar zat pencemar, proses alamiah di alam tidak akan mampu lagi menetralisir dan zat pencemar akan bertahan di udara untuk jangka waktu yang cukup lama. Dengan demikian pemanfaatan udara harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Di beberapa kota besar dan daerah industri di Indonesia, pencemaran udara menyebabkan adanya gangguan pernapasan, iritasi pada mata dan telinga, serta timbulnya penyakit tertentu seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Selain itu juga mengakibatkan gangguan jarak pandang yang sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas terutama lalu lintas di udara dan laut. Namun kondisi demikian jarang terjadi di Kota Bengkulu, mengingat walau Kota Bengkulu merupakan sebagai Ibukota Propinsi Bengkulu, tidak terdapat industri besar atau menengah yang memungkinkan terjadinya pencemaran udara. Kalaupun ada biasanya limpasan dari propinsi tetangga berupa pencemaran asap dari pembakaran hutan. Walaupun demikian untuk mendapatkan udara yang sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan maka pengendalian pencemaran udara menjadi sangat penting untuk dilakukan. Upaya pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan melalui program langit biru, pengurangan pengaruh dari faktor-faktor penyebab pencemaran udara, penerapan teknologi bersih untuk industri dan kendaran bermotor, penataan baku mutu udara ambien dan ambang batas emisi gas buangan, pengelolaan sistem transportasi dan lalu lintas yang lebih baik, penetapan kebijakan-kebijakan yang diperlukan, serta melalui upaya penyediaan informasi tentang kualitas udara secara terus menerus. Dalam menyusun kebijakan tata ruang, perlu dialokasikan kawasankawasan hijau yang dapat difungsikan sebagai paru-paru kota guna menyaring udara kotor yang berada pada suatu kawasan. Kebijakan kawasan hijau ini didukung oleh penetapan dan alokasi ruang yang dikhususkan sebagai kawasan hijau yang diatur sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan lahan. Pemantauan kualitas udara dapat dilakukan secara secara manual ataupun otomatis dan berkesinambungan. Untuk pemantauan yang sifatnya otomatis dan berkesinambungan, data-data dari stasiun pemantau dapat ditampilkan pada lokasi tertentu sebagai informasi bagi masyarakat, yang dinyatakan dalam Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). a. Kualitas Udara Kota Bengkulu Hasil pemantauan kualitas udara di Kota Bengkulu ditujukan pada parameter udara ambien seperti SO2, CO, NO2, O3, HC PM2,5, PM10 dan Pb. Stasiun pengamatan di Jalan Suprapto sebagai salah satu lokasi pusat perdagangan dan jasa yang sangat padat di Kota Bengkulu menunjukan parameter sulfur dioksida (SO2) berada diatas ambang batas yang ditolerir yaitu 364 mg/Nm3, namun kondisi ini tidak terjadi sepanjang waktu karena hanya pada saat puncak kesibukan dimana jumlah kendaraan sangat padat. Sedangkan untuk parameter kualitas udara lainnya masih cukup baik bagi kehidupan masyarakat. Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya menjadi kuning kecoklatan atau merah kecoklatan dan berbintik-bintik. Gas ini juga menyebabkan hujan asam, korosi pada permukaan logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain. Gas SO2 menyebabkan terjadinya kabut dan mengganggu reaksi fotosintesa pada permukaan daun. Dengan air, gas SO2 membentuk asam sulfat dan dalam udara tidak stabil. Sumber gas SO2 adalah asap gunung api, pengecoran biji logam, pabrik asam sulfat, peleburan tembaga dan lain-lain. Dalam konsentrasi melebihi nilai ambang batas dapat mematikan. Walaupun SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya merupakan bagian kecil dari SO2 yang ada diatmosfer, tetapi pengaruhnya sangat serius karena SO2 langsung dapatmeracuni makhluk disekitarnya. SO2 yang ada diatmosfer menyebabkan iritasi saluran pernapasandan kenaikan sekresi mucus. Orang yang mempunyai pernapasan lemahsangat peka terhadap kandungan SO2 yang tinggi diatmosfer. Dengan konsentrasi 500ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia. Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanamaniniakan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubahmenjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti batu kapur, batupualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut Partikel merupakan zat dispersi terdapat dalam atmosfer, berbagai larutan, mempunyai sifat fisis dan kimia. Partikel dalam udara terdiri dari 1) Asap yang merupakan hasil dari suatu pembakaran, 2) Debu yaitu partikel kecil dengan diameter 1 mikron, 3) Kabut yaitu partikel cairan dengan garis tengah tertentu, 4) Aerosol yaitu merupakan inti dari kondensasi uap dan 5) Fume yang merupakan hasil penguapan. Telah disadari bahwa kemajuan industri dan teknologi yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia, namum demikian juga dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap manusia. Oleh karena itu penerapan kemajuan industri dan teknologi tersebut harus disesuaikan dan ramah terhadap lingkungan. Harus ditelaah kembali agar penerapan kemajuan industri dan teknologi tersebut dapat memberikan hasil dan manfaat yang lebih baik bagi kelangsungan hidup manusia. Pencemaran lingkungan akan sangat merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara langsung apabila pencemaran lingkungan tersebut secara cepat dan langsung dapat dirasakan akibatnya oleh manusia; sedangkan kerugian secara tidak langsung adalah apabila akibat pencemaran tersebut lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung alam terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi berkurang. Keadaan akan menjadi lebih parah lagi kalau daya dukung alam sudah tidak ada lagi bagi kelangsungan hidup manusia. b. Kebijakan Usaha-usaha penanggulangan perlu dilakukan agar usaha peningkatan kesejahteraan melalui penerapan kemajuan industri dan teknologi dapat terwujud sesuai dengan yang di harapkan. Jangan sampai penerapan kemajuan industri dan teknologi justru menimbulkan masalah baru yang berupa dampak pencemaran lingkungan yang merugikan manusia. Oleh karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan sangat merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran llingkungan atau bila mungkin meniadakannya sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran melalui penanggulangan secara non-teknis dan penanggulangan secara teknis. Untuk mengendalikan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak, KLH telah mengeluarkan Kepmen LH Nomor 13 tahun 1995 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak. Beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan industri berdasarkan kedua peraturan tersebut adalah: Melengkapi industrinya dengan fasilitas pengendalian emisi dan 1) pengukuran emisi gas buang. Fasilitas pengukuran emisi gas buang tersebut meliputi lubang sampling, landasan untuk petugas mengambil sampel, tangga yang aman dan tenaga listrik. 2) Melakukan uji emisi dari cerobong secara berkala. 3) Mengukur emisi secara terus menerus dengan menggunakan continous emission monitoring (CEM). Mencatat hasil emisi harian yang dikeluarkan dari cerobong 4) tertentu. Melaporkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh industri kepada 5) bupati dan tembusan ke Gubernur dan KLH setiap tiga bulan sekali. C. Pelayanan Informasi Status Kerusakan Lahan Dan/Atau Tanah Untuk Produksi Biomassa. Pelayanan informasi status kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah hasil pengukuran kriteria baku kerusakan tanah yang diinformasikan kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik atau papan pengumuman. Pelaksanaan pengendalian kerusakan tanah : a. Identifikasi kondisi awal tanah untuk mengetahui areal yang berpotensi mengalami kerusakan. b. Analisis sifat dasar tanah, mengacu pada criteria baku kerusakan tanah yang mengacu pada PP Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa. c. Evaluasi untuk penetapan status kerusakan tanah, dengan membandingkan hasil analisis sifat dasar tanah dengan criteria baku kerusakan tanah. d. Dari hasil evaluasi tersebut Walikota menetapkan status kerusakan tanah yang diumumkan kepada masyarakat. Hasil evaluasi tersebut juga digunakan untuk verifikasi atau updating status kerusakan lahan dan/atau tanah pada setiap satuan peta kerusakan lahan dan/atau tanah yang telah disusun sebelumnya atau dalam kurun waktu lima tahun. a. Kondisi Lahan dan Tanah di Wilayah Kota Bengkulu Kota Bengkulu mempunyai lingkungan pantai yang berhadapan dengan rezim energi (gelombang) kuat, yang dipengaruhi oleh swell atau gelombang laut besar dan diperkirakan menimbulkan erosi alami pantai akibat kuatnya gelombang tersebut. Erosi alami pantai atau abrasi pantai (beach erosion) ini berpotensi untuk menimbulkan sedimen pada garis pantai dan hal ini akan diperparah oleh suplai sedimen dari das besar yang terletak di sekitar Kota Bengkulu. Secara umum topografi Kota Bengkulu terdiri atas daerah pantai dan dataran rendah yang relatif datar. Wilayah yang relatif datar terutama berada di wilayah pantai dengan ketinggian berkisar 0-10 meter dpl, sedangkan dibagian timur ketinggiannya berkisar 25 - 50 meter dpl. Jenis tanah di wilayah Kota Bengkulu berdasarkan daerah endapan dibedakan dalam 3 daerah yaitu 1) Daerah endapan tinggi yang terdapat di sekitar pantai, 2) Daerah endapan rendah yang terdapat di tepi air Bengkulu dan 3) Daerah endapan rendah sekali yang berada di daerah genangan dan rawa. Adapun secara administratif, Kota Bengkulu mempunyai luas wilayah sekitar 151,7 km², yang terdiri dari 9 kecamatan dan 67 kelurahan. Wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Selebar yaitu 46,36 km2 dan wilayah kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Teluk Segara yaitu 2,76 km2. Terlihat pada gambar 2.2. bahwa terdapat perbedaan luas wilayah kecamatan yang sangat ekstrim terutama antara kecamatan-kecamatan yang ada di kawasan pusat kota dan di pinggiran kota. Demikianpun dengan komposisi luas penggunaan lahan atau tutupan lahan. Sebagian besar adalah lahan kering dan non pertanian, dimana kawasan ini digunakan sebagai permukiman dan perdagangan jasa. Lainny a Non 16% Pertanian 24% Hutan 4% Perkebunan 14% Saw ah 17% Lahan Kering 25% Gambar 2.1 Penggunaan Lahan Menurut Luas Wilayah di Kota Bengkulu. Wilayah hutan yang ada di Kota Bengkulu sangat kecil, hanya 4% dari total luas wilayah. Kawasan hutan yang ada berupa hutan kota seluas 539 ha yaitu hutan kota taman remaja, hutan kota UNIB dan STAIN, sedangkan wilayah hutan lainnya adalah hutan pantai seluas 3.060 ha yang digunakan sebagai taman wisata dan Cagar Alam Dusun Besar seluas 577 ha. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kondisi ekonomi yang tidak stabil, telah memacu meningkatnya intensitas pemanfaatan lahan dan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam berbagai bentuk pengelolaannya. Tekanan penduduk ini menimbulkan permasalahan pemanfaatan lahan di Kota Bengkulu yaitu alih fungsi lahan pertanian potensial menjadi lahan permukiman dan perdagangan jasa. Demikian juga dengan kawasan Cagar Alam Dusun Besar yang berada di tengah Kota Bengkulu, terletak pada ketinggian ± 15 m dpl, dengan topografi 0 – 8 %, relatif bergelombang. Bentukan lahan dari batuan yang menyusun kawasan terdiri dari batuan Neogin (Pliosin dan Miosin). Di tengah kawasan terdapat danau dimana alur Danau mengarah ke Sungai Bengkulu melalui saluran irigasi yang sekaligus mengairi lahan persawahan di sekitarnya. Fungsi yang diemban kawasan ini bagi Kota Bengkulu adalah sebagai daerah tangkapan air (cathment area). Kawasan ini merupakan daerah yang menyediakan air bagi sebagian besar kawasan kota dalam cadangan air tanah. Kondisi saat ini kawasan Cagar Alam Dusun Besar berdasarkan dari Citra Landsat tahun 1998, yang masih berhutan seluas 52 Ha dan lahan tidak berhutan seluas 525 Ha. Danau Dendam Tak Sudah itu sendiri hanya merupakan bagian kecil dari kawasan Cagar Alam Dusun Besar. Luas Danau ini ha 37,50 Ha dengan daya tarik tanaman anggrek (Vanda hookeriana) yang langka ditemui di daerah lain. Perambahan kawasan oleh masyarakat terhadap Cagar Alam Dusun Besar diperkirakan telah mencapai ± 70 % dari luas kawasan, terutama sepanjang kiri Jalan Air Sebakul - Desa Nakau. Akibat perambahan ini terhadap kondisi fisik kawasan adalah terancam punahnya beberapa flora dan fauna spesifik kawasan tersebut. Keasrian Danau sudah jauh berkurang dengan adanya perubahan penggunaan lahan di sekitarnya yang semula dari pemanfaatan untuk lahan pertanian menjadi lahan permukiman. Hal ini memerlukan penanganan serius demi terjaganya kelestarian sumberdaya alam dan keberlanjutan ekosistem yang telah terbangun dan dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup di sekitarnya. Permasalahan lahan lain yang dihadapi Kota Bengkulu adalah makin besarnya jumlah lahan kritis yang timbul akibat menurunnya perhatian masyarakat terhadap pengelolaan lingkungannya. Luas total lahan kritis adalah 2.382 ha, tersebar diseluruh Kecamatan dalam wilayah Kota Bengkulu. Lahan kritis terluas ada di Kecamatan Gading Cempaka (340 ha) yang menunjukan perkembangan penduduk terbesar, sedangkan lahan kritis terkecil terdapat di Kecamatan Ratu Samban (40 ha). Disamping itu di beberapa wilayah terdapat juga penurunan kondisi lingkungan dari waktu sebelumnya, yang mengindikasikan terjadinya degradasi kawasan. Kondisi ini dijumpai pada beberapa tempat seperti di kawasan Cagar Alam Dusun Besar, Persawahan Kecamatan Muara Bangkahulu, Pesisir Kelurahan Pasar Bengkulu, dan Kawasan Hutan Bakau di Kecamatan Kampung Melayu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.2. Peta Degradasi Kawasan Konservasi Kota Bengkulu b. Kebijakan Persoalan penggunaan lahan akan berkaitan erat dengan persoalan sumberdaya air. Kekeringan dan banjir adalah dua contoh klasik yang kontras tentang perilaku air sebagai akibat perubahan tataguna lahan dan faktor meteorologinya, terutama curah hujan. Untuk itu salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan teknis, seperti pengelolaan vegetasi DAS dan bentang alamnya, khususnya vegetasi hutan, di daerah tangkapan air sedangkan pengelolaan non teknis meliputi penyebarluasan informasi tentang pentingnya vegetasi tegakan pohon sebagai media mempertahankan kondisi lingkungan dan air. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengelolaan daerah aliran sungai adalah rehabilitasi lahan terlantar, kritis, atau lahan yang produktif tetapi digarap dengan cara yang tidak mengindahkan prinsipprinsip konservasi tanah dan air; perlindungan terhadap lahan-lahan yang sensitif terhadap erosi yang diperkirakan memerlukan tindakan rehabilitasi; dan peningkatan atau pengembangan sumber daya alam dan sumber daya manusia sekitar kawasan tangkapan air dengan upaya-upaya yang mengarah kepada konservasi tanah dan air. Kegiatan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengelolaan daerah aliran sungai, seperti meningkatkan stabilitas tata air, meningkatkan stabilitas tanah, dan meningkatkan perilaku masyarakat ke arah kegiatan konservasi. Gangguan pada lahan dan hutan umumnya berasosiasi dengan aktivitas pembalakan hutan, perladangan masyarakat, dan peningkatan lahan pemukiman. Akibat kegiatan tersebut, lahan hutan menjadi terbuka, dan menjadi lahan yang terlantar dan kritis. Metode rehabilitasi untuk lahan hutan biasanya prinsip-prinsip : 1) Menghilangkan atau membatasi faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan sumberdaya hutan dan lahan hutan. 2) Memperluas atau mempertahankan vegetasi, terutama pada lahan yang tidak atau kurang ditumbuhi vegetasi. 3) Memisahkan aliran air hujan dengan membuat sistem drainase dan sistem kelola lahan yang konservatif (teras siring, guludan, lubang biopori, dsb) Di Kota Bengkulu, tindak nyata yang akan dan terus dilakukan dalam memperbaiki kondisi lahan dan hutan yang rusak adalah dengan penananam lahan masyarakat dengan tanaman bermanfaat seperti tanaman buah-buahan, penanaman kawasan pesisir, pembuatan lubang biopori, pembuatan sumur resapan air. D. Pelayanan Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat Meningkatnya pembangunan telah mengakibatkan dampak negatif timbulnya pencemaran lingkungan hidup, kondisi tersebut dan dorongan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat menyebabkan meningkatnya pengaduan masyarakat ke instansi lingkungan hidup. Untuk meningkatkan efektifitas pengaduan masyarakat, instansi lingkungan hidup instansi lingkungan hidup kabupaten/kota melalui bupati/walikota atau kepala instansi yang bersangkutan dapat membentuk pos pengaduan lingkungan. Pos tersebut berfungsi sebagai unit kerja yang mengkoordinir pengelolaan pengaduan pencemaran dan / atau perusakan lingkungan hidup, untuk instansi yang belum memiliki unit kerja yang belum memiliki unit kerja struktural yang bertanggung jawab untuk mengelola pengaduan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 2.2. berikut ini : 2.3. Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD A. Isu Internal 1. Tugas Pokok dan Fungsi Selalu cermat dan tanggap atas segala kondisi dan situasi yang terjadi di dalam perkembangan dan keinginan masyarakat, sehingga apa yang diinginkan semua pihak dapat diwujudkan dengan baik dan terencana. 2. Sumber Daya Manusia Aparatur a. Mengikuti pendidikan lanjutan, kursus, pelatihan untuk meningkatkan proses dan hasil kegiatan. b. Kriteria kelayakan SDM sesuai dengan Tupoksi dan kebutuhan untuk meningkatkan profesionalisme aparatur. c. Kriteria kelayakan SDM sesuai dengan Tupoksi dan kebutuhan untuk seleksi rekruitmen aparatur yang sesuai dengan latar belakang profesionalisme. 3. Sarana dan Prasarana a. Mengembangkan perangkat keras dan kelengkapannya dalam mendukung manajemen pengelolaan Lingkungan Hidup yang lebih baik dalam menunjang pembangunan. b. Pemanfaatan sarana dan prasarana sesuai dengan tuntutan tugas. c. Daftar kebutuhan dan pemeliharaan untuk melakukan pengadaan secara bertahap dan optimasi pemeliharaan. 4. Keterbatasan Kemampuan Anggaran Pemerintah Daerah Keterbatasan pada kemampuan anggaran tersebut tidak saja dialami oleh pemerintah pusat namun juga dialami oleh pemerintah daerah Kota Bengkulu. Salah satu konsekuensi menjadi daerah otonomi harus mampu membiayai seluruh kebutuhan daerah, sehingga Kota Bengkulu menerapkan skala prioritas untuk berbagai kebutuhan program dan kegiatan. Sehingga tidak semua program dan kegiatan yang disusun dapat disetujui penganggarannya. Diperlukan kreativitas dan inovasi dalam menyikapi keterbatasan anggaran sehingga dapat menampung semua aspirasi dan program yang ada. B. Isu Eksternal 1. Globalisasi Seiring kemajuan jaman, pemerintah daerah dituntut untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara mengikuti perkembangan teknologi agar para aparatur berdaya saing tinggi dan memiliki kemampuan yang sejajar agar daerah dapat berkembang dengan pesat. Kemajuan teknologi di bidang teknologi, transportasi, telekomunikasi, dan informasi telah menciptakan dunia tanpa batas, memudahkan terjadinya mobilitas manusia antar daerah maupun pertukaran informasi melalui dunia maya (virtual). 2. Peraturan Perundang-Undangan Gerakan reformasi nasional telah mendorong dilaksanakannya berbagai perubahan-perubahan penting dalam praktek penyelenggaraan good governance dengan menerapkan prinsip partisipasi masyarakat, transparansi, dan akuntabilitas. Dibutuhkan komitmen dari semua pihak, pemerintah, dan masyarakat serta pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata supaya penyelenggaraan good governance berlangsung secara berdaya dan pembangunan guna, berhasil guna, dapat bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari KKN. Isu strategis lingkungan yang ada di kota Bengkulu sebagai berikut : 1. Perubahan lahan pertanian menjadi areal pemukiman dan jasa perdagangan dan alih fungsi kawasan hutan lindung menjadi areal pemukiman dan pariwisata. 2. Pembukaan areal hutan pantai menjadi areal pemukiman dan kebun masyarakat. 3. Pengelolaan persampahan: a. Dari luas wilayah TPA sebesar 11 Ha, yang efektif digunakan 3,5 Ha. b. Pengelolaan sampah di TPA 99% berupa open dumping, sehingga menimbulkan pencemaran, bahaya kebakaran, dan kecelakaan/keselamatan manusia. c. Keterbatasan dana, sehingga pengadaan sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah terbatas, mengakibatkan hanya 75% dari keseluruhan sampah yang ada di Kota Bengkulu dapat diolah setiap harinya. 4. Penurunan kondisi lingkungan a. Meningkatnya kekeruhan air Sungai Bengkulu. b. Penurunan kualitas dan kuantitas air tanah. c. Rendahnya kesadaran dari masyarakat dan dunia usaha untuk mencegah pencemaran lingkungan. 5. Peningkatan kawasan kumuh a. Penanganan drainase yang kurang baik dan berwawasan lingkungan. b. Kurangnya perhatian terhadap sanitasi. Permasalahan Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai peraturan perundang- undangan mengenai Lingkungan Hidup serta ketidaktahuan mengenai tupoksi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sehingga masyarakat kadang menyalah artikan Tupoksi Badan Lingkungan Hidup dalam pengawasan dan pembinaan kepada Perusahaan yang ada di Kota Bengkulu. Dampak Ketidaksesuaian dokumen perencanaan awal sangat berpengaruh terhadap hasil-hasil dokumen perusahaan yang memenuhi dokumen AMDAL yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup. 2.4. Review Terhadap Rancangan Awal RKPD Review terhadap rancangan awal RKPD tahun 2013 terhadap hasil analisis kebutuhan dapat dilihat pada tabel berikut ini: 2.5. Penelahaan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu akan menampung usulan program dan kegiatan yang diusulkan para pemangku kepentingan, baik dari kelompok masyarakat terkait langsung dengan pelayanan, LSM, asosiasiasosiasi maupun dari dinas instansi di Lingkungan Kota Bengkulu yang langsung ditujukan kepada Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu maupun berdasarkan hasil pengumpulan informasi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dari penelitian lapangan dan pengamatan pelaksanaan musrenbang kecamatan. Akan tetapi sampai sejauh ini belum ada pengusulan tersebut. BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah perlu menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Tahunan atau Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan pemerintahan di pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat. Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Tahun 2014 adalah dokumen perencanaan yang substansinya sebagai penjabaran visi, misi dan arah pembangunan daerah Kota Bengkulu yang merupakan satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Penyusunannya dilakukan secara terencana, sistematis yang didasarkan pada kondisi, potensi, proyeksi sesuai kebutuhan. Mengacu pada semangat pencapaian visi dan misi Walikota Bengkulu pada tahun 2013-2018 yaitu “Terwujudnya Kota Bengkulu Yang Sejahtera dan Bermartabat APBD Untuk Rakyat”, Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu melaksanakan tugas penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Lingkungan Hidup harus mampu merespon dan bersinergi terhadap berbagai perubahan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kota Bengkulu. Untuk itu BLH telah menyusun visi sebagai bentuk respon dan sinergi terhadap visi Kota Bengkulu 2013-2018, visi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu adalah “Terwujudnya Peningkatan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup Melalui Badan Lingkungan Hidup sebagai Institusi yang Handal dan Proaktif Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kota Bengkulu” , Berdasarkan visi tersebut, maka sesuai dengan fungsi dan tugas pokok, Misi yang diemban oleh BLH adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh suatu organisasi sebagai upaya pencapaian visi yang telah ditetapkan. Adanya pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengetahui dan mengenal keberadaan serta peran suatu organisasi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya. Oleh sebab itu misi suatu organisasi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka dirumuskan misi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu 2013-2018 sebagai berikut : 1. Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. 2. Membangun koordinasi dan kemitraan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara efisien, adil dan berkelanjutan. 3. Mewujudkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pertimbangan pertimbangan visi, misi, tujuan, sasaran dan Kebijakan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Bengkulu selanjutnya ditetapkan program-program beserta indikasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dalam kurun waktu 2013 – 2018 meliputi : 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Kegiatan Pokok : a. Penyediaan jasa surat menyurat b. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya listrik dan air c. Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor d. Penyediaan jasa administrasi keuangan e. Penyediaan jasa kebersihan kantor f. Penyediaan alat tulis kantor g. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan h. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor i. Penyediaan peralatan kantor j. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perudang-undangan k. Penyediaan makan dan minum l. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah 2. Program Peningkatan Pengembangan Sarana dan Prasarana Aparatur Kegiatan Pokok : a. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor b. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan kantor c. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Kegiatan Pokok : a. Pendidikan dan Pelatihan Formal b. Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang-undangan c. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan 4. Program Peningkatan Disiplin Aparatur Kegiatan Pokok : a. Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu b. Pengadaan pakaian olahraga 5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Kegiatan Pokok : a. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD b. Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) c. Penyusunan Laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) 6. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah pencemaran lingkungan hidup baik di darat, perairan tawar dan laut, maupun udara sehingga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Kegiatan Pokok: a. Koordinasi Kota Sehat/Adipura b. Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup c. Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup d. Pengelolaan B3 dan Limbah B3 e. Pengembangan Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan f. Penyusunan Kebijakan Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup g. Koordinasi Penyusunan AMDAL h. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengendalian dan Perusakan Lingkungan Hidup (Pembinaan Sekolah Adiwiyata) i. Penegakan Hukum Perdata dan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan 7. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Program ini bertujuan untuk melindungi sumber daya alam dari kerusakan dan mengelola kawasan konservasi yang sudah ada untuk menjamin kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan dapat terjaga dengan baik. Kegiatan Pokok: a. Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumbersumber Air b. Pengendalian dan Pengawasan Pemanfaatan SDA c. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Perlindungan dan Konservasi SDA 8. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam Program ini bertujuan untuk meningkatkan rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam. Kegiatan Pokok: a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan b. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam. 9. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kegiatan Pokok: a. Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) b. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 10. Program Peningkatan Pengendalian Polusi Berupa kegiatan pokok : a. Pembangunan tempat pembuangan benda padat/cair yang menimbulkan polusi b. Peningkatan Kinerja Laboratorium Lingkungan 11. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka mendukung perencanaan pemanfaatan sumber daya alam, perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Kegiatan Pokok: a. Penyusunan Data Sumberdaya Alam dan Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) Nasional dan Daerah b. Penguatan Jejaring Informasi Lingkungan Pusat dan Daerah 3.2. Tujuan dan Sasaran Renja SKPD Tujuan dan sasaran didasarkan atas rumusan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu yang dikaitkan dengan sasaran target kinerja Renstra Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Tahun 2013-2018. 1. Tujuan Sesuai dengan visi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu yakni “Terwujudnya Peningkatan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup Melalui Badan Lingkungan Hidup sebagai Institusi yang Handal dan Proaktif Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kota Bengkulu” yang merupakan tujuan umum pembangunan lingkungan hidup di Kota Bengkulu dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah pencemaran lingkungan hidup baik di darat, perairan tawar dan laut maupun udara sehngga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat. b. Meningkatnya kepatuhan pelaku pembangunan untuk menjaga kualitas fungsi lingkungan hidup. c. Meningkatkan kapasitas BLH yang handal dan proaktif dalam pengelolaan lingkungan hidup. 2. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan adalah sebagai berikut : a. Penurunan beban pencemaran lingkungan meliputi air, udara, tanah dan pesisir laut. b. Penurunan laju kerusakan lingkungan hidup yang meliputi sumber daya air, hutan dan lahan, kenakeragaman hayati, energi, atmosfir, serta ekosistem pesisir dan laut. c. Meningkatkan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui tata kelola yang baik (good governance) berdasarkan prinsip transparansi partisipasi dan akuntabilitas. d. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisa dan memberikan rekomendasi demi tercapainya tujuan organisasi 3.3. Program dan Kegiatan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga teknis daerah yang melaksanakan pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah dan membantu Walikota Bengkulu dalam menyusun dan merumuskan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup program dan kegiatan yang dirancang Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu tahun 2014 terdiri dari : 1. Program Utama : a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah pencemaran lingkungan hidup baik di darat, perairan tawar dan laut, maupun udara sehingga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Kegiatan Pokok: 1) Koordinasi Kota Sehat/Adipura 2) Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup 3) Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup 4) Koordinasi Penyusunan AMDAL 5) Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengendalian dan Perusakan Lingkungan Hidup (Pembinaan Sekolah Adiwiyata) b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Program ini bertujuan untuk melindungi sumber daya alam dari kerusakan dan mengelola kawasan konservasi yang sudah ada untuk menjamin kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan dapat terjaga dengan baik. Kegiatan Pokok: 1) Pengendalian dan Pengawasan Pemanfaatan SDA c. Program Peningkatan Pengendalian Polusi Program ini bertujuan untuk mengendalikan tingkat polusi dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan hidup. Kegiatan Pokok : 1) Peningkatan Kinerja Laboratorium Lingkungan d. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka mendukung perencanaan pemanfaatan sumber daya alam, perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Kegiatan Pokok: 2) Penyusunan Data Sumberdaya Alam dan Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH) Nasional dan Daerah (Laporan Status Lingkungan Hidup). Secara rinci rencana program dan kegiatan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini BAB IV PENUTUP Rencana Kerja diharapkan menjadi acuan dalam menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik sesuai dengan tuntutan paradigma baru, yang pada gilirannya akan mampu menciptakan kebijaksanaan yang dampaknya merembes kebawah (trickle down effect) sehingga keberpihakan pada masyarakat kecil benar-benar dikedepankan dan diharapkan dapat memaksimalkan persentase Program dan Kegiatan yang ada di Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sampai dengan akhir tahun 2014. Output Rencana Kerja Badan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu adalah Program Tahunan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu yang sesuai dengan Tupoksi dan sasaran Program Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu. Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu ini disusun sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2014, dengan Renja pelaksanaan anggaran diharapkan dapat memicu tercapainya persentase pelaksanaan kegiatan pada Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu tanpa mengabaikan pelayanan yang maksimal bagi masyarakat serta mengedepankan kualitas kinerja yang lebih lagi, sehingga Perencanaan dan Penganggaran yang dibuat dapat berhasil dan berdaya guna bagi pembangunan Kota Bengkulu. LEMBAR PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk periode 1 (satu) tahun yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Program dan Kegiatan Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari program dan kegiatan yang sedang berjalan, kegiatan alternatif baru, indicator kinerja dan kelompok sasaran yang menjadi bahan utama RKPD serta menunjukkan perkiraan maju dengan pagu indikatif. Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Tahun 2014 merupakan dokumen perencanaan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Tahun 2014 dan menjadi pedoman bagi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dalam menyusun program dan kegiatan prioritas Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu pada Tahun 2014. Ditetapkan di : Bengkulu Pada Tanggal : Juni 2013 Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Ir. H. FACHRIZA, MM Pembina Utama Muda / NIP. 19650122 198907 1 001