BAB I PENDAHULUAN Alam dan ekosistem merupakan tempat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Alam dan ekosistem merupakan tempat manusia hidup yang memberikan
manfaat luar biasa bagi peradaban manusia. Alam dan ekosistem tersebut
merupakan pinjaman dari anak cucu. Dengan demikian harus dapat dimanfaatkan
dan dikelola secara bijaksana tanpa mengganggu kelestariannya sepanjang waktu.
Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan upaya untuk menciptakan
lingkungan yang berkualitas yang melibatkan berbagai pihak baik Perencana,
Pengambil Keputusan, Penegak Hukum dan Pejabat Pemerintah, maupun dunia
usaha serta masyarakat. Oleh karenanya kesamaan persepsi dan sikap semua pihak
yang terlibat dalam menghadapi persoalan lingkungan hidup perlu dibina agar
pengelolaan dapat mencapai hasil yang optimal. Badan Lingkungan Hidup Kota
Bengkulu sebagai lembaga Institusi yang bertugas membantu Walikota Bengkulu
dalam menentukan kebijaksanaan di bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup di
daerah telah menetapkan Program serta Kegiatan pembangunan lingkungan hidup
yang akan dilaksanakan dan tertuang dalam Rencana Kerja Tahun Anggaran
2014.
1.1. Latar Belakang
Rencana Kerja (RENJA) Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
adalah dokumen perencanaan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program dan
kegiatan. Renja merupakan sebuah dokumen rencana resmi daerah yang
dipersyaratkan untuk mengarahkan program dan kegiatan pelayanan Badan
Lingkungan Hidup Kota Bengkulu khususnya, dan pembangunan daerah
pada umumnya. Rencana kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem perencanaan daerah,
karena Renja merupakan produk penyempurnaan perencanaan pada unit
organisasi pemerintah terendah dan terkecil. Renja Badan Lingkungan
Hidup Kota Bengkulu berperan penting dalam setiap kinerja suatu SKPD
dalam memaksimalkan kegiatan yang telah di rancang sebelumnya.
Proses penyusunan Renja dimulai dengan usulan dari setiap bidang
dan juga dari sekretariat yang awal perencanaan berubah sehingga
diperlukan perubahan dalam Program maupun Kegiatan. Menganalisa
gambaran
pelayanan
SKPD
untuk
menentukan
isu-isu
penting
penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup
Kota
Bengkulu sehingga perumusan tujuan dan sasaran yang dihasilkan
berdasarkan review hasil evaluasi renja Badan Lingkungan Hidup Kota
Bengkulu tahun yang telah lalu serta mengacu pada Renstra Badan
Lingkungan Hidup
Kota Bengkulu yang didasarkan pada penelaahan
rancangan awal RKPD. Selanjutnya menjadi perumusan kegiatan prioritas
yang juga didasarkan kepada penelaahan usulan kegiatan masyarakat.
Prinsip-prinsip di dalam penyusunan rancangan Renja SKPD, adalah
sebagai berikut :
a. Berpedoman pada Renstra dan mengacu pada rancangan awal RKPD;
b. Rumusan
program/kegiatan
di
dalam
Renja
didasarkan
atas
pertimbangan-pertimbangan yang telah kami sepakati bersama dan
mempertimbangkan pagu indikatif masing-masing;
c. Penyusunan Renja sebagian besar merupakan pergeseran dana yang dari
kegiatan kurang maksimal penyerapannya maka akan dipindahkan ke
kegiatan yang masih memerlukan dana sehingga kegiatan tersebut dapat
mencapai persentase sesuai yang diharapkan sampai dengan akhir tahun
2014 nanti;
d. Program dan kegiatan yang direncanakan memuat tolok ukur dan target
capaian kinerja,keluaran, biaya satuan per keluaran, total kebutuhan
dana, baik untuk tahun perubahan n dan tahun n+1.
1.2. Landasan Hukum
Dasar Hukum penyusunan Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup
Kota Bengkulu Tahun 2014 adalah :
1.
Undang–undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2.
Undang-undang Nomor 25 tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
3.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4.
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
5.
Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten / Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737)
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Tahapan,
Tatacara
Penyusunan,
Pengendalian,
dan
Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2010 Nomor 517);
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya Renja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
Tahun 2014 adalah untuk memaksimalkan dan melaksanakan dokumen
suatu perencanaan suatu kerja perangkat daerah periode 1 (satu) tahun yang
dimulai tanggal 01 Januari 2014 dan berakhir pada tanggal 31 Desember
2014 serta menggambarkan capaian kinerja yang dapat ditransformasikan ke
dalam Rencana Kerja anggaran Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.
Sedangkan tujuan penyusunan Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup
Kota Bengkulu adalah melaksanakan Tugas pokok dan fungsi dibidang
pengendalian dampak lingkungan serta mendeskripsikan tentang programprogram prioritas yang akan dilaksanakan serta program tersebut dapat
terlaksana sesuai yang diharapkan dan juga dapat tercapai persentase hingga
maksimal.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU
2.1
Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra
SKPD
2.2
Analisis Kinerja Pelayanan SKPD
2.3
Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
2.4
Review terhadap Rancangan Awal RKPD
2.5
Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat
BAB III TUJUAN, SASARAN , PROGRAM DAN KEGIATAN
3.1
Telaahan terhadap Kebijakan Nasional
3.2
Tujuan dan Sasaran Renja SKPD
3.3
Program dan Kegiatan
BAB IV PENUTUP
BAB II
EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU
2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Program
Renstra SKPD
Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu adalah
penjabaran perencanaan tahunan. Tercapai tidaknya pelaksanaan kegiatankegiatan atau program yang telah disusun dapat dilihat berdasarkan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah. Akuntabilitas merupakan suatu bentuk
perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban
yang dilaksanakan secara periodik. Terkait dengan hal tersebut Rencana
Kerja (RENJA) Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu ini menyajikan
dasar pengukuran kinerja kegiatan dan Pengukuran Kinerja Sasaran dari
hasil apa yang telah diraih atau dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kota Bengkulu selama tahun 2013 dan perkiraan target tahun 2014
Pengukuran kinerja kegiatan dan Pengukuran Kinerja Sasaran melalui
tahapan sebagai berikut :
A. Penetapan Indikator Kinerja
Penetapan indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang
telah ditetapkan. Indikator Kinerja Kegiatan meliputi indikator masukan
(inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits) dan
dampak (impacts). Indikator-indikator tersebut dapat berupa dana,
sumber daya manusia, laporan, buku dan indikator lainnya. Penetapan
indikator kinerja ini diikuti dengan penetapan besaran indikator kinerja
untuk masing-masing jenis indikator yang telah ditetapkan.
B. Capaian Analisis Kinerja
Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator
kinerja kegiatan. Pengukuran ini dilakukan dengan memanfaatkan data
kinerja.
Evaluasi Program Tahun 2012
Anggaran Tahun 2012 Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
dengan APBD (murni) sebesar Rp. 1.526.604.000,- yang terdiri dari 6
(enam) program dan 20 (dua puluh) kegiatan. Dari jumlah dana tersebut
terealisasi sebesar Rp. 1.384.177.000,- dari anggaran dengan capaian
kinerja fisik sebesar 100% dan capaian kinerja keuangan sebesar 98,67%.
Penyerapan anggaran terendah yaitu pada kegiatan :
1. Kegiatan Penyediaan jasa Komunikasi, sumber daya air dan listrik
dengan penyerapan anggaran terealisasi sebesar Rp. 12.553.530,- atau
sebesar 98,22% dari pagu anggaran sebesar Rp. 12.780. 000,2. Kegiatan Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan
dinas/operasional terealisasi sebesar Rp. 4.994.935,- atau sebesar
99,89% dari pagu anggaran sebesar Rp. 5.000.000,Perkiraan pencapaian Tahun Anggaran 2012
Sedangkan untuk tahun berjalan yakni Anggaran tahun 2013
dengan usulan sebesar Rp. 2.106.573.750,- terurai dalam 8 (delapan)
program dan 24 kegiatan, diharapkan keberhasilan kinerja mencapai
100% atau minimal sama dengan tahun 2012, baik realisasi keuangan
maupun realisasi fisik. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui
penilaian kinerja terhadap program maupun kegiatan yang telah
dilaksanakan pada tahun 2013 serta perkiraan capaian program dan
kegiatan
tahun
2013,
dalam
menjalankan
kegiatannya,
Badan
Lingkungan Hidup Kota Bengkulu masih menghadapi hambatan/kendala
yang meliputi :
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Pada Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Sumber Daya Manusia
(SDM) masih belum cukup memadai dan juga pengetahuan dan
ketrampilan terutama dibidang keahlian tertentu dari masing-masing
personil. kurangnya pegawai pelaksana sehingga tidak berimbang
antara kegiatan yang dilaksanakan dengan jumlah aparatur yang ada
serta kurangnya tenaga Laboratorium sehingga belum optimal
beroperasi.
b. Sarana Kerja dan Perlengkapan
Untuk sarana kerja dan perlengkapan belum memadai sehingga dalam
pelaksanaan tugas di lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota
Bengkulu belum dapat berjalan secara maksimal.
c. Anggaran
Terbatasnya anggaran sehingga masih banyak kegiatan yang tidak
terakomodir dan sarana Gedung Kantor yang masih belum memadai.
Dari permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan tugas tersebut,
ke
depan
akan
dilakukan
perbaikan
melalui
peningkatan
dan
pengembangan aparatur di lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota
Bengkulu melalui pendidikan serta diklat yang dikuti oleh semua staf
setiap tahunnya, fungsional maupun tenaga teknis. Membangun sistim
pengumpulan data kinerja dengan baik demi terciptanya perencanaan
yang akurat dan up-to-date demi terciptanya pembangunan yang
berdasarkan aspirasi dari masyarakat dan pemangku kepentingan. Dan
dapat dilihat dalam tabel 2.1. berikut ini
2.2. ANALISIS KINERJA PELAYANAN SKPD
Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu. Mengacu pada
Peraturan Daerah tersebut, Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
membantu Kepala Daerah dalam merumuskan kebijakan Lingkungan Hidup
sekaligus melaksanakan pelayanan dan pengawasan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup. Adapun struktur organisasi Badan Lingkungan
Hidup Kota Bengkulu adalah sebagai berikut :
1. Kepala Badan
2. Sekretariat, terdiri dari :
a. Kasubbag Umum dan Kepegawaian
b. Kasubbag Perencanaan
c. Kasubbag Keuangan
3. Bidang Pengawasan dan Pengendalian, terdiri dari :
a. Subbid Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan
b. Subbid Pengembangan Kapasitas dan Penataan Lingkungan
4. Bidang Analisa dan Pencegahan Dampak Lingkungan, terdiri dari :
a. Subbid Pengkajian Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
b. Subbid Evaluasi dan Perizinan
5. Bidang Pemantauan dan Pemulihan
a. Subbid Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup
b. Subbid Peran Serta Masyarakat
6. Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Sumber Daya
Lingkungan, terdiri dari :
a. Subbid Peningkatan Sarana Teknis dan Pendidikan
b. Subbid Data dan Informasi.
7. Kelompok Jabatan Fungsional
8. Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB).
Kepala Badan
H. Shafwan, SH
Sekretaris
Jabatan Fungsional
Subbag Umum
Subbag Perencanaan
Subbag Keuangan
Sulistyartama,S.Sos
Nayu Aldila Putri, SH
Dra. Zievy Apriyani
Bidang Pengawasan dan
Pengendalian
Bidang Analisa
Pencegahan Dampak
Lingkungan
Bidang
Pemantauan dan
Pemulihan
Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan
Peningkatan Sumber Daya Lingkungan
Dra. Dewi Murni
Dra. Hj. Wahyuliati
Ziamriani, S.Sos
Drs. Thamrin, M.Si
Subbid Pengawasan dan
Pengendalian
Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan
Subbid Pengkajian
Teknis Analisis
Mengenai Dampak
LIngkungan
Subbid Pemantauan
dan Pemulihan
Kualitas Lingkungan
Subbid Peningkatan
Sarana Teknis dan
Pendidikan
Sunanto, B.Pa
Eka Faini Silvianti,
S.Sos
Deswarti, S.ST
Ir. Efrizal, SE, M.Sc
Subbid Pengembangan
Kapasitas dan Penataan
Lingkungan
Subbid Evalusi dan
Perizinan
Subbid Peran Serta
Masyarakat
Subbid Data dan
Informasi
Evi Heryati, SE
Subri, SE
Eva Suswita, S.Sos
Hasri Juliantoni, S.Kom
UPTB
Kondisi sumberdaya manusia yang terdapat di Badan Lingkungan Hidup
Kota Bengkulu sebagai berikut :
Tabel 2.1. Kondisi SDM Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tingkat Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
D3
Sarjana
Pasca Sarjana
Jumlah
Tabel 2.2.
3
3
25
4
35
Golongan
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Jumlah (orang)
Golongan I
Golongan II
Golongan III
Golongan IV
Jumlah
Tabel 2.3
( orang )
Kondisi SDM Berdasarkan Golongan
No
1.
2.
3.
4.
Jumlah
3
26
6
35
Orang
Orang
Orang
Orang
Dukungan Pegawai dalam SPM-LH
No
Jenis Pelayanan
1
Pelayanan
Pencegahan
Pencemaran air dari
sumber tidak
bergerak
SDM
PNS/
Lain
Non
-nya
PNS
16
2
Unit
Tupoksi
Sarana
Teknis,
Pemantauan,
Pengawasan.
Mendata semua jenis
usaha
dan/atau
kegiatan
Mengidentifikasi
usaha
yang
berpotensi
mencemari air
Memeriksa dokumen
administrative.
Pengambilan sampel
Pemeriksaan kualitas
2
3
4
air
Analisa data
Melakukan
pengawasan
dan
pembinaan
Inventarisasi industry
yang
potensial
mencemari udara
Melakukan
Pemantauan
Pengambilan
uji
emisi udara
Pelaporan
hasil
pemantauan
Pelayanan
Pencegahan
Pencemaran udara
dari sumber tidak
bergerak
10
3
Sarana
Teknis,
Pemantauan,
Pengawasan.
Pelayanan
Informasi Status
Kerusakan Lahan
dan/atau tanah
untuk produksi
biomassa
8
4
Sarana
Teknis,
Pemantauan,
Pengawasan.
Identifikasi kondisi
awal tanah
Analisis Sifat Dasar
Tanah
Evaluasi penetapan
status
kerusakan
tanah
Pelayanan Tindak
Lanjut Pengaduan
Masyarakat
5
3
Pemantauan,
Pengawasan.
Pengaduan
Rapat I
Indentifikasi
Verifikasi
Rapat II
Tindakan
Kondisi Sarana prasarana yang terdapat di Badan Lingkungan Hidup
Kota Bengkulu sebagai berikut :
1. Kantor dengan luas 280 m2,
2. Laboratorium
3. Kendaraan 7 Unit,
Pelayanan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Bengkulu mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana Pemerintah
Daerah dituntut untuk memberikan Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan
Hidup, selain itu penetapan jenis dan target pelayanan bidang lingkungan
hidup termuat dalam Permen LH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Propinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota dan Juknis SPM Bidang LH Daerah Provinsi termuat dalam
Permen LH Nomor 20 Tahun 2008, dan tentunya Perda Nomor 10 Tahun
2008 tentang Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.
Pencapaian kinerja Pelayanan Minimal dan pelayanan lain berdasarkan
tupoksi yang diberikan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dapat
dilihat pada penjelasan sebagai berikut :
Pelayanan dengan Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)
A. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air dan Realisasinya
Pencegahan
pencemaran
manajemen/administratif
dan
air
secara
adalah
tehnik
tindakan
yang
dilakukan
secara
oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam rangka mencegah
dimasukannnya mahluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke
dalam air oleh manusia.
Pencegahan pencemaran air dapat dilakukan dengan cara membatasi
jumlah air limbah yang dibuang dari sumber pencemar. Secara
administrasi, pembatasan dilakukan dengan menetapkan baku mutu air
dari masing-masing sumber pencemar. Selanjutnya pencegahan dilakukan
melalui pengawasan untuk melihat ketaatan penanggung jawab usaha
terhadap peraturan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran air.
Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota melakukan pemantauan
dan inventarisasi/identifikasi terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
mentaati persyaratan adminstratif dan teknis pencegahan pencemaran air
dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
1.
Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar dan
kelengkapan persyaratan administratif :
a. Mendata semua jenis usaha dan/atau kegiatan (industry, hotel, rumah
sakit, rumah makan, dan permukiman/perumahan).
b. Mengidentifikasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi
mencemari air.
c. Memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan administrasi jenis
usaha dan/atau kegiatan.
2. Menentukan prioritas jenis usaha dan atau kegiatan yang akan di pantau
dan diawasi berdasarkan hasil identifikasi persyaratan teknis (paling
sedikit 5 (lima) usaha & diambil air limbahnya dalam satu tahun.
3. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang diprioritaskan tersebut dan diambil contoh air limbahnya
paling sedikit 1 (satu) kali setahun, dan dilakukan pemeriksaan terhadap
parameter kunci dari masing-masing usaha.
4. Menyampaikan laporan hasi pemantauan usaha dan/atau kegiatan yang
menaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan air.
5.
Menyampaikan informasi status penaatan usaha dan/atau kegiatan.
Meningkatnya perkembangan dunia usaha menyebabkan meningkatnya
potensi pencemaran air akibat limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas
usaha tersebut. Usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah cair
seperti industri, rumah sakit, hotel dan kegiatan domestic harus
melakukan upaya pencegahan pencemaran air.
Pemantauan
berkala
terhadap parameter pH, BOD, COD dan TSS harus dilakukan, dengan
nilai parameter disesuaikan dengan baku mutu yang telah ditetapkan
sesuai dengan peruntukannya.
Kebijakan
Adanya berbagai masalah yang timbul ini dilakukan berbagai
pengelolaan untuk mengurangi dampaknya. Respon dari masyarakat
cukup besar terbukti dengan beberapa pengaduan masyarakat terhadap
dampak dari berbagai usaha bidang industri, baik industri kecil maupun
industri rumah tangga. Pemerintah daerah menanggapi respon
masyarakat tersebut, dan kemudian dilakukan cek dan recek ke lokasi
yang ditengarahi sebagai sumber pencemaran tersebut. Melalui instansi
yang terkait, akan memberikan bimbingan dan pengarahan untuk
mengelola limbah dengan penggunaan teknologi yang sederhana
dengan menggunakan sistim reuse dan recycle, sehingga limbah dapat
dimanfaatkan kembali dan melakukan kegiatan berupa :
1)
Melakukan pengawasan, pemantauan dan pembinaan terhadap
pengelola usaha dan/atau kegiatan untuk mematuhi aturan dalam
upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
2)
Pengelolaan limbah bekerja sama dengan lembaga pendidikan
Pengelolaan terhadap permasalahan lingkungan dalam rangka
untuk mengatasi dampak terhadap menurunnya kualitas sumber
daya air, yaitu dengan mengadakan pelatihan terhadap beberapa
masyarakat disekitar lokasi dampak, untuk memanfaatkan kembali
limbah yang dihasilkan oleh suatu industri. Misalnya melakukan
pelatihan pembuatan nata de soya dari limbah tahu. Disamping itu
pelatihan juga dilakukan untuk mengolah limbah padat organik,
salah satunya untuk campuran makanan ternak dengan nilai nutrisi
yang cukup tinggi.
3)
Pengelolaan melalui program prokasih
Program prokasih (program kali bersih) sudah cukup lama
dicanangkan oleh pemerintah pusat dan kemudian direspon oleh
pemerintah daerah. Program prokasih (Program Kali Bersih) ini
dilaksanakan dengan cara, melakukan cek dan recek terhadap
berbagai parameter biologi dan parameter kimia yang digunakan
untuk menentukan kualitas air sungai yang telah disesuaikan
peruntukannya melalui Peraturan Daerah (Perda). Sasaran utama
program kali bersih adalah sungai-sungai yang digunakan untuk
bahan baku air minum (PDAM). Apabila hasil laboratoriumnya
menunjukan adanya parameter tertentu yang tinggi, maka
dilakukan penelusuran terhadap sumber dampak tersebut. Apabila
sumbernya berasal dari masyarakat maka selain dilakukan
penyuluhan, maka daerah-daerah tertentu tersebut dilakukan
penanaman kembali, sebagai realisasi dari program penghutanan
kembali daerah-daerah sepadan sungai. Daerah sepadan sungai
untuk sungai yang kecil sejauh 50 m dari bibir sungai dan untuk
sungai yang besar adalah 100 m dari bibir sungai.
4)
Gerakan menanam pohon di sekitar kawasan hutan
Penurunan kuantitas (debit) dan kualitas air sungai terjadi akibat
degradasi lingkungan yang mendahuluinya seperti degradasi hutan
dan lahan. Efektifitas daerah tangkapan air DAS ini cenderung
menurun dari tahun ke tahun.
Memperhatikan hal ini, untuk
penyelamatan sumberdaya air (sungai). Pemerintah Kota Bengkulu
melaksanakan program gerakan rehabilitasi hutan dan lahan
melalui penanaman pohon di kawasan hutan pantai dan lahan kritis
lainnya. Dengan kegiatan penanaman di lahan kritis ini, Kota
Bengkulu menjadi hijau. bervegetasi pohon, yang akhirnya akan
menjadi sarana untuk perlindungan tanah dan air, sehingga ke
depan nantinya kualitas air di Kota Bengkulu dapat dipertahankan.
Adapun media informasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi
mengenai kualitas air adalah buku status lingkungan hidup (SLHD) Kota
Bengkulu Tahun 2012.
B.
Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak
Bergerak
Pencemaran udara adalah turunnya kualitas udara sehingga udara
mengalami penurunan mutu dalam penggunaannya yang akhirnya tidak
dapat digunakan kembali sebagai mana mestinya sesuai dengan fungsinya.
Pencemaran udara berkaitan erat dengan sumber yang menghasilkan
pencemaran udara, salah satunya berasal dari kegiatan sumber tidak
bergerak di mana yang paling dominan adalah industri.
Pencegahan pencemaran udara dapat dilakukan dengan mengurangi
atau mencegah terjadinya pencemaran udara. Upaya yang dilakukan oleh
pihak industry untuk mengendalikan pencemaran udara dengan cara tiga
tahap dalam industry itu sendiri, yang meliputi :
a. Tahap pertama, pada input dengan cara menggunakan bahan bakar
ramah lingkungan seperti bahan bakar gas, batubara yang mengandung
kadar sulfur rendah, atau baggase yang telah dikeringkan ( bila
industry tersebut menggunakan bahan bakar biomassa).
b. Tahap kedua, menggunakan proses produksi yang ramah lingkungan
seperti proses gasifikasi, pirolisis, atau exhaustgas recirculation).
c. Tahap ketiga, merupakan teknologi tahap akhir berupa pemasangan
peralatan penyaring polutan debu dan gas-gas seperti bag hause, EP (
Elektrostatik Precipitator), cyclone untuk polutan debu dan De-Nox
untuk mengurangi kadar NOx dan FGD (Flue Gas Desulfurisasi) untuk
mengurangi kadar SO2.
Untuk pelaksanaan pemenuhan standar pelayanan minimal bidang
lingkungan hidup dapat dilakukan secara efektif dan efisien, Pemerintah
Kota harus melakukan pembinaan dengan memberikan pengetahuan
kepada industri agar menerapkan ketentuan peraturan perundangan
perundangan khususnya yang diatur dalam Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 205 Tahun 1996 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber tidak bergerak.
Usaha dan/atau kegiatan yang diawasi dan dibina untuk mentaati
persyaratan administrative antara lain izin usaha dan/atau kegiatan, analisis
mengenai dampak lingkungan hidup, upaya pengelolaan lingkungan hidup
dan upaya pemantauan lingkungan hidup dan persyaratan teknis antara lain
dengan melakukan pengolahan emisi udara sehingga memenuhi baku mutu
yang telah ditetapkan, cerobong dilengkapi dengan lubang sampling, lantai
kerja, tangga dan pagar pengaman limbah, serta melakukan pemantauan
emisi secara rutin.
Secara alami, lingkungan mempunyai sistem tersendiri dalam
menjaga kualitas udara agar tetap bersih. Sarana untuk membersihkan
udara antara lain adalah tumbuh-tumbuhan, angin dan hujan yang
menetralisir dan mengendapkan zat-zat pencemar di udara. Namun,
dengan semakin meningkatnya kadar zat pencemar, proses alamiah di
alam tidak akan mampu lagi menetralisir dan zat pencemar akan bertahan
di udara untuk jangka waktu yang cukup lama. Dengan demikian
pemanfaatan
udara
harus
dilakukan
secara
bijaksana
dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Di beberapa kota besar dan daerah industri di Indonesia, pencemaran
udara menyebabkan adanya gangguan pernapasan, iritasi pada mata dan
telinga, serta timbulnya penyakit tertentu seperti ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut). Selain itu juga mengakibatkan gangguan jarak pandang
yang sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas terutama lalu lintas di
udara dan laut. Namun kondisi demikian jarang terjadi di Kota Bengkulu,
mengingat walau Kota Bengkulu merupakan sebagai Ibukota Propinsi
Bengkulu,
tidak
terdapat
industri
besar
atau
menengah
yang
memungkinkan terjadinya pencemaran udara. Kalaupun ada biasanya
limpasan dari propinsi tetangga berupa pencemaran asap dari pembakaran
hutan.
Walaupun demikian untuk mendapatkan udara yang sesuai dengan
tingkat kualitas yang diinginkan maka pengendalian pencemaran udara
menjadi sangat penting untuk dilakukan. Upaya pengendalian pencemaran
udara dapat dilakukan melalui program langit biru, pengurangan pengaruh
dari faktor-faktor penyebab pencemaran udara, penerapan teknologi bersih
untuk industri dan kendaran bermotor, penataan baku mutu udara ambien
dan ambang batas emisi gas buangan, pengelolaan sistem transportasi dan
lalu lintas yang lebih baik, penetapan kebijakan-kebijakan yang
diperlukan, serta melalui upaya penyediaan informasi tentang kualitas
udara secara terus menerus.
Dalam menyusun kebijakan tata ruang, perlu dialokasikan kawasankawasan hijau yang dapat difungsikan sebagai paru-paru kota guna
menyaring udara kotor yang berada pada suatu kawasan. Kebijakan
kawasan hijau ini didukung oleh penetapan dan alokasi ruang yang
dikhususkan sebagai kawasan hijau yang diatur sesuai dengan kebutuhan
dan ketersediaan lahan.
Pemantauan kualitas udara dapat dilakukan secara secara manual
ataupun otomatis dan berkesinambungan. Untuk pemantauan yang sifatnya
otomatis dan berkesinambungan, data-data dari stasiun pemantau dapat
ditampilkan pada lokasi tertentu sebagai informasi bagi masyarakat, yang
dinyatakan dalam Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU).
a. Kualitas Udara Kota Bengkulu
Hasil pemantauan kualitas udara di Kota Bengkulu ditujukan pada
parameter udara ambien seperti SO2, CO, NO2, O3, HC PM2,5, PM10
dan Pb. Stasiun pengamatan di Jalan Suprapto sebagai salah satu lokasi
pusat perdagangan dan jasa yang sangat padat di Kota Bengkulu
menunjukan parameter sulfur dioksida (SO2) berada diatas ambang
batas yang ditolerir yaitu 364 mg/Nm3, namun kondisi ini tidak terjadi
sepanjang waktu karena hanya pada saat puncak kesibukan dimana
jumlah kendaraan sangat padat. Sedangkan untuk parameter kualitas
udara lainnya masih cukup baik bagi kehidupan masyarakat.
Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya menjadi kuning
kecoklatan atau merah kecoklatan dan berbintik-bintik. Gas ini juga
menyebabkan hujan asam, korosi pada permukaan logam dan merusak
bahan nilon dan lain-lain. Gas SO2 menyebabkan terjadinya kabut dan
mengganggu reaksi fotosintesa pada permukaan daun. Dengan air, gas
SO2 membentuk asam sulfat dan dalam udara tidak stabil. Sumber gas
SO2 adalah asap gunung api, pengecoran biji logam, pabrik asam
sulfat, peleburan tembaga dan lain-lain. Dalam konsentrasi melebihi
nilai ambang batas dapat mematikan.
Walaupun SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya
merupakan bagian kecil dari SO2 yang ada diatmosfer, tetapi
pengaruhnya sangat serius karena SO2 langsung dapatmeracuni
makhluk disekitarnya. SO2 yang ada diatmosfer menyebabkan iritasi
saluran
pernapasandan
kenaikan
sekresi
mucus.
Orang
yang
mempunyai pernapasan lemahsangat peka terhadap kandungan SO2
yang tinggi diatmosfer. Dengan konsentrasi 500ppm, SO2 dapat
menyebabkan kematian pada manusia.
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada
konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran
daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2
menyebabkan
terjadinya
khlorosis.
Kerusakan
tanamaniniakan
diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan
berubahmenjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya
pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh
aerosol asam sulfat
Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti
batu kapur, batupualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara.
Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilannya, integritas
struktur, dan umur dari gedung tersebut
Partikel merupakan zat dispersi terdapat dalam atmosfer, berbagai
larutan, mempunyai sifat fisis dan kimia. Partikel dalam udara terdiri
dari 1) Asap yang merupakan hasil dari suatu pembakaran, 2) Debu
yaitu partikel kecil dengan diameter 1 mikron, 3) Kabut yaitu partikel
cairan dengan garis tengah tertentu, 4) Aerosol yaitu merupakan inti
dari kondensasi uap dan 5) Fume yang merupakan hasil penguapan.
Telah disadari bahwa kemajuan industri dan teknologi yang mampu
meningkatkan kesejahteraan manusia, namum demikian juga dapat
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, yang pada akhirnya
berdampak negatif terhadap manusia. Oleh karena itu penerapan
kemajuan industri dan teknologi tersebut harus disesuaikan dan ramah
terhadap lingkungan. Harus ditelaah kembali agar penerapan kemajuan
industri dan teknologi tersebut dapat memberikan hasil dan manfaat
yang lebih baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Pencemaran lingkungan akan sangat merugikan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara langsung apabila
pencemaran lingkungan tersebut secara cepat dan langsung dapat
dirasakan akibatnya oleh manusia; sedangkan kerugian secara tidak
langsung adalah apabila akibat pencemaran tersebut lingkungan
menjadi rusak sehingga daya dukung alam terhadap kelangsungan
hidup manusia menjadi berkurang. Keadaan akan menjadi lebih parah
lagi kalau daya dukung alam sudah tidak ada lagi bagi kelangsungan
hidup manusia.
b. Kebijakan
Usaha-usaha penanggulangan perlu dilakukan agar usaha peningkatan
kesejahteraan melalui penerapan kemajuan industri dan teknologi
dapat terwujud sesuai dengan yang di harapkan. Jangan sampai
penerapan kemajuan industri dan teknologi justru menimbulkan
masalah baru yang berupa dampak pencemaran lingkungan yang
merugikan manusia. Oleh karena pencemaran lingkungan mempunyai
dampak yang sangat luas dan sangat merugikan manusia maka perlu
diusahakan pengurangan pencemaran llingkungan atau bila mungkin
meniadakannya
sama
sekali.
Usaha
untuk
mengurangi
dan
menanggulangi pencemaran melalui penanggulangan secara non-teknis
dan penanggulangan secara teknis.
Untuk mengendalikan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak,
KLH telah mengeluarkan Kepmen LH Nomor 13 tahun 1995 tentang
baku mutu emisi sumber tidak bergerak. Beberapa kewajiban yang
harus dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan industri berdasarkan
kedua peraturan tersebut adalah:
Melengkapi industrinya dengan fasilitas pengendalian emisi dan
1)
pengukuran emisi gas buang. Fasilitas pengukuran emisi gas buang
tersebut meliputi lubang sampling, landasan untuk petugas
mengambil sampel, tangga yang aman dan tenaga listrik.
2)
Melakukan uji emisi dari cerobong secara berkala.
3)
Mengukur emisi secara terus menerus dengan menggunakan
continous emission monitoring (CEM).
Mencatat hasil emisi harian yang dikeluarkan dari cerobong
4)
tertentu.
Melaporkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh industri kepada
5)
bupati dan tembusan ke Gubernur dan KLH setiap tiga bulan
sekali.
C.
Pelayanan Informasi Status Kerusakan Lahan Dan/Atau Tanah
Untuk Produksi Biomassa.
Pelayanan informasi status kerusakan tanah untuk produksi biomassa
adalah
hasil
pengukuran
kriteria
baku
kerusakan
tanah
yang
diinformasikan kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik atau
papan pengumuman.
Pelaksanaan pengendalian kerusakan tanah :
a. Identifikasi kondisi awal tanah untuk mengetahui areal yang berpotensi
mengalami kerusakan.
b. Analisis sifat dasar tanah, mengacu pada criteria baku kerusakan tanah
yang mengacu pada PP Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.
c. Evaluasi
untuk
penetapan
status
kerusakan
tanah,
dengan
membandingkan hasil analisis sifat dasar tanah dengan criteria baku
kerusakan tanah.
d. Dari hasil evaluasi tersebut Walikota menetapkan status kerusakan
tanah yang diumumkan kepada masyarakat. Hasil evaluasi tersebut
juga digunakan untuk verifikasi atau updating status kerusakan lahan
dan/atau tanah pada setiap satuan peta kerusakan lahan dan/atau tanah
yang telah disusun sebelumnya atau dalam kurun waktu lima tahun.
a.
Kondisi Lahan dan Tanah di Wilayah Kota Bengkulu
Kota Bengkulu mempunyai lingkungan pantai yang berhadapan
dengan rezim energi (gelombang) kuat, yang dipengaruhi oleh swell
atau gelombang laut besar dan diperkirakan menimbulkan erosi alami
pantai akibat kuatnya gelombang tersebut. Erosi alami pantai atau
abrasi pantai (beach erosion) ini berpotensi untuk menimbulkan
sedimen pada garis pantai dan hal ini akan diperparah oleh suplai
sedimen dari das besar yang terletak di sekitar Kota Bengkulu.
Secara umum topografi Kota Bengkulu terdiri atas daerah pantai
dan dataran rendah yang relatif datar. Wilayah yang relatif datar
terutama berada di wilayah pantai dengan ketinggian berkisar 0-10
meter dpl, sedangkan dibagian timur ketinggiannya berkisar 25 - 50
meter dpl. Jenis tanah di wilayah Kota Bengkulu berdasarkan daerah
endapan dibedakan dalam 3 daerah yaitu 1) Daerah endapan tinggi
yang terdapat di sekitar pantai, 2) Daerah endapan rendah yang
terdapat di tepi air Bengkulu dan 3) Daerah endapan rendah sekali
yang berada di daerah genangan dan rawa.
Adapun secara administratif, Kota Bengkulu mempunyai luas
wilayah sekitar 151,7 km², yang terdiri dari 9 kecamatan dan 67
kelurahan. Wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Selebar yaitu
46,36 km2 dan wilayah kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan
Teluk Segara yaitu 2,76 km2. Terlihat pada gambar 2.2. bahwa
terdapat perbedaan luas wilayah kecamatan yang sangat ekstrim
terutama antara kecamatan-kecamatan yang ada di kawasan pusat kota
dan di pinggiran kota. Demikianpun dengan komposisi luas
penggunaan lahan atau tutupan lahan. Sebagian besar adalah lahan
kering dan non pertanian, dimana kawasan ini digunakan sebagai
permukiman dan perdagangan jasa.
Lainny a
Non
16%
Pertanian
24%
Hutan
4%
Perkebunan
14%
Saw ah
17%
Lahan Kering
25%
Gambar 2.1 Penggunaan Lahan Menurut Luas Wilayah di Kota
Bengkulu.
Wilayah hutan yang ada di Kota Bengkulu sangat kecil, hanya 4%
dari total luas wilayah. Kawasan hutan yang ada berupa hutan kota
seluas 539 ha yaitu hutan kota taman remaja, hutan kota UNIB dan
STAIN, sedangkan wilayah hutan lainnya adalah hutan pantai seluas
3.060 ha yang digunakan sebagai taman wisata dan Cagar Alam Dusun
Besar seluas 577 ha. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk
dan kondisi ekonomi yang tidak stabil, telah memacu meningkatnya
intensitas pemanfaatan lahan dan hutan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dalam berbagai bentuk pengelolaannya. Tekanan penduduk ini
menimbulkan permasalahan pemanfaatan lahan di Kota Bengkulu
yaitu alih fungsi lahan pertanian potensial menjadi lahan permukiman
dan perdagangan jasa.
Demikian juga dengan kawasan Cagar Alam Dusun Besar yang
berada di tengah Kota Bengkulu, terletak pada ketinggian ± 15 m dpl,
dengan topografi 0 – 8 %, relatif bergelombang. Bentukan lahan dari
batuan yang menyusun kawasan terdiri dari batuan Neogin (Pliosin
dan Miosin). Di tengah kawasan terdapat danau dimana alur Danau
mengarah ke Sungai Bengkulu melalui saluran irigasi yang sekaligus
mengairi lahan persawahan di sekitarnya.
Fungsi yang diemban
kawasan ini bagi Kota Bengkulu adalah sebagai daerah tangkapan air
(cathment area). Kawasan ini merupakan daerah yang menyediakan air
bagi sebagian besar kawasan kota dalam cadangan air tanah.
Kondisi saat ini kawasan Cagar Alam Dusun Besar berdasarkan
dari Citra Landsat tahun 1998, yang masih berhutan seluas 52 Ha dan
lahan tidak berhutan seluas 525 Ha. Danau Dendam Tak Sudah itu
sendiri hanya merupakan bagian kecil dari kawasan Cagar Alam
Dusun Besar. Luas Danau ini ha 37,50 Ha dengan daya tarik tanaman
anggrek (Vanda hookeriana) yang langka ditemui di daerah lain.
Perambahan kawasan oleh masyarakat terhadap Cagar Alam
Dusun Besar diperkirakan telah mencapai ± 70 % dari luas kawasan,
terutama sepanjang kiri Jalan Air Sebakul - Desa Nakau.
Akibat
perambahan ini terhadap kondisi fisik kawasan adalah terancam
punahnya beberapa flora dan fauna spesifik kawasan tersebut. Keasrian
Danau sudah jauh berkurang dengan adanya perubahan penggunaan
lahan di sekitarnya yang semula dari pemanfaatan untuk lahan
pertanian menjadi lahan permukiman. Hal ini memerlukan penanganan
serius demi terjaganya kelestarian sumberdaya alam dan keberlanjutan
ekosistem yang telah terbangun dan dapat dimanfaatkan oleh makhluk
hidup di sekitarnya.
Permasalahan lahan lain yang dihadapi Kota Bengkulu adalah
makin besarnya jumlah lahan kritis yang timbul akibat menurunnya
perhatian masyarakat terhadap pengelolaan lingkungannya. Luas total
lahan kritis adalah 2.382 ha, tersebar diseluruh Kecamatan dalam
wilayah Kota Bengkulu. Lahan kritis terluas ada di Kecamatan Gading
Cempaka (340 ha) yang menunjukan perkembangan penduduk
terbesar, sedangkan lahan kritis terkecil terdapat di Kecamatan Ratu
Samban (40 ha). Disamping itu di beberapa wilayah terdapat juga
penurunan kondisi lingkungan dari waktu
sebelumnya,
yang
mengindikasikan terjadinya degradasi kawasan. Kondisi ini dijumpai
pada beberapa tempat seperti di kawasan Cagar Alam Dusun Besar,
Persawahan Kecamatan Muara Bangkahulu, Pesisir Kelurahan Pasar
Bengkulu, dan Kawasan Hutan Bakau di Kecamatan
Kampung
Melayu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.2. Peta Degradasi Kawasan Konservasi Kota Bengkulu
b.
Kebijakan
Persoalan penggunaan lahan akan berkaitan erat dengan persoalan
sumberdaya air. Kekeringan dan banjir adalah dua contoh klasik yang
kontras tentang perilaku air sebagai akibat perubahan tataguna lahan
dan faktor meteorologinya, terutama curah hujan. Untuk itu salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan teknis, seperti
pengelolaan vegetasi DAS dan bentang alamnya, khususnya vegetasi
hutan, di daerah tangkapan air sedangkan pengelolaan non teknis
meliputi penyebarluasan informasi tentang pentingnya vegetasi
tegakan pohon sebagai media mempertahankan kondisi lingkungan dan
air.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengelolaan daerah aliran
sungai adalah rehabilitasi lahan terlantar, kritis, atau lahan yang
produktif tetapi digarap dengan cara yang tidak mengindahkan prinsipprinsip konservasi tanah dan air; perlindungan terhadap lahan-lahan
yang sensitif terhadap erosi yang diperkirakan memerlukan tindakan
rehabilitasi; dan peningkatan atau pengembangan sumber daya alam
dan sumber daya manusia sekitar kawasan tangkapan air dengan
upaya-upaya yang mengarah kepada konservasi tanah dan air.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pengelolaan daerah aliran sungai, seperti meningkatkan stabilitas tata
air, meningkatkan stabilitas tanah, dan meningkatkan perilaku
masyarakat ke arah kegiatan konservasi.
Gangguan pada lahan dan hutan umumnya berasosiasi dengan
aktivitas pembalakan hutan, perladangan masyarakat, dan peningkatan
lahan pemukiman.
Akibat kegiatan tersebut, lahan hutan menjadi
terbuka, dan menjadi lahan yang terlantar dan kritis.
Metode
rehabilitasi untuk lahan hutan biasanya prinsip-prinsip :
1)
Menghilangkan atau membatasi faktor-faktor penyebab terjadinya
kerusakan sumberdaya hutan dan lahan hutan.
2)
Memperluas atau mempertahankan vegetasi, terutama pada lahan
yang tidak atau kurang ditumbuhi vegetasi.
3)
Memisahkan aliran air hujan dengan membuat sistem drainase dan
sistem kelola lahan yang konservatif (teras siring, guludan, lubang
biopori, dsb)
Di Kota Bengkulu, tindak nyata yang akan dan terus dilakukan dalam
memperbaiki kondisi lahan dan hutan yang rusak adalah dengan
penananam lahan masyarakat dengan tanaman bermanfaat seperti
tanaman buah-buahan, penanaman kawasan pesisir, pembuatan lubang
biopori, pembuatan sumur resapan air.
D.
Pelayanan Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat
Meningkatnya pembangunan telah mengakibatkan dampak negatif
timbulnya pencemaran lingkungan hidup, kondisi tersebut dan dorongan
oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat menyebabkan meningkatnya
pengaduan masyarakat ke instansi lingkungan hidup.
Untuk
meningkatkan
efektifitas
pengaduan
masyarakat,
instansi
lingkungan hidup instansi lingkungan hidup kabupaten/kota melalui
bupati/walikota atau kepala instansi yang bersangkutan dapat membentuk
pos pengaduan lingkungan. Pos tersebut berfungsi sebagai unit kerja yang
mengkoordinir pengelolaan pengaduan pencemaran dan / atau perusakan
lingkungan hidup, untuk instansi yang belum memiliki unit kerja yang
belum memiliki unit kerja struktural yang bertanggung jawab untuk
mengelola pengaduan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 2.2. berikut ini :
2.3. Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
A. Isu Internal
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Selalu cermat dan tanggap atas segala kondisi dan situasi yang terjadi
di dalam perkembangan dan keinginan masyarakat, sehingga apa yang
diinginkan semua pihak dapat diwujudkan dengan baik dan terencana.
2. Sumber Daya Manusia Aparatur
a. Mengikuti
pendidikan
lanjutan,
kursus,
pelatihan
untuk
meningkatkan proses dan hasil kegiatan.
b. Kriteria kelayakan SDM sesuai dengan Tupoksi dan kebutuhan
untuk meningkatkan profesionalisme aparatur.
c. Kriteria kelayakan SDM sesuai dengan Tupoksi dan kebutuhan
untuk seleksi rekruitmen aparatur yang sesuai dengan latar
belakang profesionalisme.
3. Sarana dan Prasarana
a. Mengembangkan perangkat keras dan kelengkapannya dalam
mendukung manajemen pengelolaan Lingkungan Hidup yang lebih
baik dalam menunjang pembangunan.
b. Pemanfaatan sarana dan prasarana sesuai dengan tuntutan tugas.
c. Daftar kebutuhan dan pemeliharaan untuk melakukan pengadaan
secara bertahap dan optimasi pemeliharaan.
4. Keterbatasan Kemampuan Anggaran Pemerintah Daerah
Keterbatasan pada kemampuan anggaran tersebut tidak saja dialami
oleh pemerintah pusat namun juga dialami oleh pemerintah daerah
Kota Bengkulu. Salah satu konsekuensi menjadi daerah otonomi harus
mampu membiayai seluruh kebutuhan daerah, sehingga Kota
Bengkulu menerapkan skala prioritas untuk berbagai kebutuhan
program dan kegiatan. Sehingga tidak semua program dan kegiatan
yang disusun dapat disetujui penganggarannya. Diperlukan kreativitas
dan inovasi dalam menyikapi keterbatasan anggaran sehingga dapat
menampung semua aspirasi dan program yang ada.
B. Isu Eksternal
1. Globalisasi
Seiring kemajuan jaman, pemerintah daerah dituntut untuk selalu
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dengan
cara
mengikuti
perkembangan teknologi agar para aparatur berdaya saing tinggi dan
memiliki kemampuan yang sejajar agar daerah dapat berkembang
dengan pesat. Kemajuan teknologi di bidang teknologi, transportasi,
telekomunikasi, dan informasi telah menciptakan dunia tanpa batas,
memudahkan terjadinya mobilitas manusia antar daerah maupun
pertukaran informasi melalui dunia maya (virtual).
2. Peraturan Perundang-Undangan
Gerakan reformasi nasional telah mendorong dilaksanakannya berbagai
perubahan-perubahan penting dalam praktek penyelenggaraan good
governance dengan menerapkan prinsip partisipasi masyarakat,
transparansi, dan akuntabilitas. Dibutuhkan komitmen dari semua
pihak, pemerintah, dan masyarakat serta pengembangan dan penerapan
sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata supaya
penyelenggaraan
good
governance
berlangsung secara berdaya
dan
pembangunan
guna, berhasil
guna,
dapat
bersih dan
bertanggungjawab serta bebas dari KKN.
Isu strategis lingkungan yang ada di kota Bengkulu sebagai berikut :
1. Perubahan
lahan
pertanian
menjadi
areal
pemukiman
dan
jasa
perdagangan dan alih fungsi kawasan hutan lindung menjadi areal
pemukiman dan pariwisata.
2. Pembukaan areal hutan pantai menjadi areal pemukiman dan kebun
masyarakat.
3. Pengelolaan persampahan:
a.
Dari luas wilayah TPA sebesar 11 Ha, yang efektif digunakan 3,5 Ha.
b.
Pengelolaan sampah di TPA 99% berupa open dumping, sehingga
menimbulkan
pencemaran,
bahaya
kebakaran,
dan
kecelakaan/keselamatan manusia.
c.
Keterbatasan dana, sehingga pengadaan sarana dan prasarana dalam
pengelolaan sampah terbatas, mengakibatkan hanya 75% dari
keseluruhan sampah yang ada di Kota Bengkulu dapat diolah setiap
harinya.
4. Penurunan kondisi lingkungan
a.
Meningkatnya kekeruhan air Sungai Bengkulu.
b.
Penurunan kualitas dan kuantitas air tanah.
c.
Rendahnya kesadaran dari masyarakat dan dunia usaha untuk
mencegah pencemaran lingkungan.
5. Peningkatan kawasan kumuh
a.
Penanganan drainase yang kurang baik dan berwawasan lingkungan.
b.
Kurangnya perhatian terhadap sanitasi.
Permasalahan
Kurangnya
pengetahuan
masyarakat
mengenai
peraturan
perundang-
undangan mengenai Lingkungan Hidup serta ketidaktahuan mengenai tupoksi
Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sehingga masyarakat kadang
menyalah artikan Tupoksi Badan Lingkungan Hidup dalam pengawasan dan
pembinaan kepada Perusahaan yang ada di Kota Bengkulu.
Dampak
Ketidaksesuaian dokumen perencanaan awal sangat berpengaruh terhadap
hasil-hasil dokumen perusahaan yang memenuhi dokumen AMDAL yang
sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup.
2.4. Review Terhadap Rancangan Awal RKPD
Review terhadap rancangan awal RKPD tahun 2013 terhadap hasil analisis
kebutuhan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
2.5. Penelahaan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat
Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu akan menampung usulan
program dan kegiatan yang diusulkan para pemangku kepentingan, baik dari
kelompok masyarakat terkait langsung dengan pelayanan, LSM, asosiasiasosiasi maupun dari dinas instansi di Lingkungan Kota Bengkulu yang
langsung ditujukan kepada Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu maupun
berdasarkan hasil pengumpulan informasi Badan Lingkungan Hidup Kota
Bengkulu dari penelitian lapangan dan pengamatan pelaksanaan musrenbang
kecamatan. Akan tetapi sampai sejauh ini belum ada pengusulan tersebut.
BAB III
TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional
Berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), dan Undang-undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah perlu menyiapkan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM)
dan Rencana Tahunan atau Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan pemerintahan di pusat dan daerah
dengan melibatkan masyarakat. Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup
Kota Bengkulu Tahun 2014 adalah dokumen perencanaan yang substansinya
sebagai penjabaran visi, misi dan arah pembangunan daerah Kota Bengkulu
yang merupakan satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Penyusunannya dilakukan secara terencana, sistematis yang
didasarkan pada kondisi, potensi, proyeksi sesuai kebutuhan.
Mengacu pada semangat pencapaian visi dan misi Walikota Bengkulu
pada tahun 2013-2018 yaitu “Terwujudnya Kota Bengkulu Yang Sejahtera
dan Bermartabat APBD Untuk Rakyat”, Badan Lingkungan Hidup Kota
Bengkulu melaksanakan tugas penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
dibidang Lingkungan Hidup harus mampu merespon dan bersinergi terhadap
berbagai perubahan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Kota Bengkulu. Untuk itu BLH telah menyusun visi sebagai bentuk respon
dan sinergi terhadap visi Kota Bengkulu 2013-2018, visi Badan Lingkungan
Hidup Kota Bengkulu adalah “Terwujudnya Peningkatan Kualitas dan
Fungsi Lingkungan Hidup Melalui Badan Lingkungan Hidup sebagai
Institusi yang Handal dan Proaktif Guna Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat Kota Bengkulu” ,
Berdasarkan visi tersebut, maka sesuai dengan fungsi dan tugas pokok,
Misi yang diemban oleh BLH adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh
suatu organisasi sebagai upaya pencapaian visi yang telah ditetapkan. Adanya
pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dapat mengetahui dan mengenal keberadaan
serta peran suatu organisasi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya.
Oleh sebab itu misi suatu organisasi harus jelas dan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka dirumuskan misi Badan
Lingkungan Hidup Kota Bengkulu 2013-2018 sebagai berikut :
1. Mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran
sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
2. Membangun koordinasi dan kemitraan para pemangku kepentingan
dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup secara efisien, adil dan berkelanjutan.
3. Mewujudkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup guna mendukung tercapainya pembangunan
berkelanjutan.
Berdasarkan pertimbangan pertimbangan visi, misi, tujuan, sasaran dan
Kebijakan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kota Bengkulu selanjutnya
ditetapkan
program-program
beserta
indikasi
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dalam kurun
waktu 2013 – 2018 meliputi :
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Kegiatan Pokok :
a. Penyediaan jasa surat menyurat
b. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya listrik dan air
c. Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor
d. Penyediaan jasa administrasi keuangan
e. Penyediaan jasa kebersihan kantor
f. Penyediaan alat tulis kantor
g. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
h. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
i. Penyediaan peralatan kantor
j. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perudang-undangan
k. Penyediaan makan dan minum
l. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
2. Program Peningkatan Pengembangan Sarana dan Prasarana Aparatur
Kegiatan Pokok :
a. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
b. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan kantor
c. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Kegiatan Pokok :
a. Pendidikan dan Pelatihan Formal
b. Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang-undangan
c. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan
4. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Kegiatan Pokok :
a. Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu
b. Pengadaan pakaian olahraga
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan
Kegiatan Pokok :
a. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja
SKPD
b. Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
c. Penyusunan Laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
6. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup
dalam upaya mencegah pencemaran lingkungan hidup baik di darat,
perairan tawar dan laut, maupun udara sehingga masyarakat memperoleh
kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Kegiatan Pokok:
a. Koordinasi Kota Sehat/Adipura
b. Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup
c. Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup
d. Pengelolaan B3 dan Limbah B3
e. Pengembangan Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan
f. Penyusunan Kebijakan Pengendalian Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup
g. Koordinasi Penyusunan AMDAL
h. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengendalian dan
Perusakan Lingkungan Hidup (Pembinaan Sekolah Adiwiyata)
i. Penegakan Hukum Perdata dan Penyelesaian Sengketa di Luar
Pengadilan
7. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program ini bertujuan untuk melindungi sumber daya alam dari kerusakan
dan mengelola kawasan konservasi
yang sudah ada untuk menjamin
kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan
dapat terjaga dengan baik.
Kegiatan Pokok:
a. Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumbersumber Air
b. Pengendalian dan Pengawasan Pemanfaatan SDA
c. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Perlindungan dan
Konservasi SDA
8. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Program ini bertujuan untuk meningkatkan rehabilitasi dan pemulihan
cadangan sumber daya alam.
Kegiatan Pokok:
a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan
b. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Rehabilitasi dan
Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam.
9. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kegiatan Pokok:
a. Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
b. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau (RTH)
10. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
Berupa kegiatan pokok :
a. Pembangunan
tempat
pembuangan
benda
padat/cair
yang
menimbulkan polusi
b. Peningkatan Kinerja Laboratorium Lingkungan
11. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan akses informasi
sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka mendukung
perencanaan pemanfaatan sumber
daya alam, perlindungan dan
pelestarian lingkungan hidup.
Kegiatan Pokok:
a. Penyusunan Data Sumberdaya Alam dan Neraca Sumber Daya Hutan
(NSDH) Nasional dan Daerah
b. Penguatan Jejaring Informasi Lingkungan Pusat dan Daerah
3.2. Tujuan dan Sasaran Renja SKPD
Tujuan dan sasaran didasarkan atas rumusan isu-isu penting
penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
yang dikaitkan dengan sasaran target kinerja Renstra Badan Lingkungan
Hidup Kota Bengkulu Tahun 2013-2018.
1. Tujuan
Sesuai dengan visi Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu yakni
“Terwujudnya Peningkatan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup
Melalui Badan Lingkungan Hidup sebagai Institusi yang Handal dan
Proaktif
Guna
Meningkatkan
Kesejahteraan
Masyarakat
Kota
Bengkulu” yang merupakan tujuan umum pembangunan lingkungan
hidup di Kota Bengkulu dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah
pencemaran lingkungan hidup baik di darat, perairan tawar dan laut
maupun udara sehngga masyarakat memperoleh kualitas lingkungan
hidup yang bersih dan sehat.
b.
Meningkatnya kepatuhan pelaku pembangunan untuk menjaga
kualitas fungsi lingkungan hidup.
c.
Meningkatkan kapasitas BLH yang handal dan proaktif dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pengelolaan lingkungan hidup
yang berkelanjutan adalah sebagai berikut :
a.
Penurunan beban pencemaran lingkungan meliputi air, udara, tanah
dan pesisir laut.
b.
Penurunan laju kerusakan lingkungan hidup yang meliputi sumber
daya air, hutan dan lahan, kenakeragaman hayati, energi, atmosfir,
serta ekosistem pesisir dan laut.
c.
Meningkatkan kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup melalui tata kelola yang baik (good governance)
berdasarkan prinsip transparansi partisipasi dan akuntabilitas.
d.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisa dan
memberikan rekomendasi demi tercapainya tujuan organisasi
3.3. Program dan Kegiatan
Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya sebagai lembaga teknis daerah yang melaksanakan pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah dan membantu Walikota Bengkulu dalam
menyusun dan merumuskan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup
program dan kegiatan yang dirancang Badan Lingkungan Hidup Kota
Bengkulu tahun 2014 terdiri dari :
1. Program Utama :
a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup
dalam upaya mencegah pencemaran lingkungan hidup baik di darat,
perairan tawar dan laut, maupun udara sehingga masyarakat
memperoleh kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Kegiatan Pokok:
1) Koordinasi Kota Sehat/Adipura
2) Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup
3) Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup
4) Koordinasi Penyusunan AMDAL
5) Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengendalian dan
Perusakan Lingkungan Hidup (Pembinaan Sekolah Adiwiyata)
b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program ini bertujuan untuk melindungi sumber daya alam dari
kerusakan dan mengelola kawasan konservasi yang sudah ada untuk
menjamin kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga sistem
kehidupan dapat terjaga dengan baik.
Kegiatan Pokok:
1) Pengendalian dan Pengawasan Pemanfaatan SDA
c. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
Program ini bertujuan untuk mengendalikan tingkat polusi dalam rangka
peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Kegiatan Pokok :
1) Peningkatan Kinerja Laboratorium Lingkungan
d. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan akses informasi
sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka mendukung
perencanaan pemanfaatan sumber
daya alam, perlindungan dan
pelestarian lingkungan hidup.
Kegiatan Pokok:
2)
Penyusunan Data Sumberdaya Alam dan Neraca Sumber Daya Hutan
(NSDH) Nasional dan Daerah (Laporan Status Lingkungan Hidup).
Secara rinci rencana program dan kegiatan tahun 2014 dapat dilihat
pada tabel 3.3 di bawah ini
BAB IV
PENUTUP
Rencana Kerja diharapkan menjadi acuan dalam menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik sesuai dengan tuntutan paradigma baru, yang pada
gilirannya akan mampu menciptakan kebijaksanaan yang dampaknya merembes
kebawah (trickle down effect) sehingga keberpihakan pada masyarakat kecil
benar-benar dikedepankan dan diharapkan dapat memaksimalkan persentase
Program dan Kegiatan yang ada di Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
sampai dengan akhir tahun 2014.
Output Rencana Kerja Badan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu
adalah Program Tahunan Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu yang sesuai
dengan Tupoksi dan sasaran Program Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu.
Rencana Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu ini disusun
sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2014, dengan
Renja pelaksanaan anggaran diharapkan dapat memicu tercapainya persentase
pelaksanaan kegiatan pada Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu tanpa
mengabaikan pelayanan yang maksimal bagi masyarakat serta mengedepankan
kualitas kinerja yang lebih lagi, sehingga Perencanaan dan Penganggaran yang
dibuat dapat berhasil dan berdaya guna bagi pembangunan Kota Bengkulu.
LEMBAR PENETAPAN
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Rencana Kerja
(Renja) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan dokumen
perencanaan pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk
periode 1 (satu) tahun yang memuat kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Program dan Kegiatan Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
terdiri dari program dan kegiatan yang sedang berjalan, kegiatan alternatif
baru, indicator kinerja dan kelompok sasaran yang menjadi bahan utama
RKPD serta menunjukkan perkiraan maju dengan pagu indikatif.
Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Lingkungan
Hidup Kota Bengkulu Tahun 2014 merupakan dokumen perencanaan Badan
Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Tahun 2014 dan menjadi pedoman bagi
Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu dalam menyusun program dan
kegiatan prioritas Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu pada Tahun
2014.
Ditetapkan di
: Bengkulu
Pada Tanggal
:
Juni 2013
Kepala Badan Lingkungan Hidup
Kota Bengkulu
Ir. H. FACHRIZA, MM
Pembina Utama Muda / NIP. 19650122 198907 1 001
Download