Strategi Pengurangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bengkulu Oleh: Purmini, M.Sc Regional Economist Provinsi Bengkulu Pendahuluan Pada hakikatnya pembangunan merupakan suatu proses berkelanjutan yang bersifat multidimensi yang terdiri dari berbagai aspek yang saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya, yang dilaksanakan melalui pemanfaatan berbagai sumberdaya sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembangunan yakni meningkatkan kesejahteraan bagi segenap masyarakat dari waktu ke waktu. Perubahan dalam salah satu aspek pembangunan dapat secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap perubahan pada aspek-aspek lainnya yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap rangkaian proses, kinerja dan pencapaian tujuan pembangunan. PEL Provinsi Bengkulu terletak di pantai barat Sumatra, berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia, tidak dilewati jalan poros trans Sumatra. Masalah utama yang menghambat pembangunan di Provinsi Bengkulu adalah akses dan konektivitas. Diantara propinsi-propinsi lain di Sumatra, pendapatan perkapita penduduk propinsi Bengkulu paling rendah. Tulisan singkat ini hanya ingin membahas secara singkat strategi pembangunan di Provinsi Bengkulu sehubungan dengan peningkatan akses dan konektivitas agar dapat keluar dari ketertinggalan dan kemiskinan. Letak Geografis Provinsi Bengkulu Provinsi Bengkulu terletak di sebelah barat pegunungan Bukit Barisan, dengan luas wilayah 34.724,69 km² terdiri dari luas daratan 19.795,15 km² luas lautan 14.929,54 km² (Bakosurtanal: 2010). Terdiri dari Kawasan Hutan dan Suaka Alam sebesar 46,52 % (2/3 bagian merupakan kawasan lindung), peruntukan lainnya sebesar 53,48 %. Wilayah administrasi Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Sumatera Barat sampai perbatasan Provinsi Lampung dengan jarak ± 567 km dengan jumlah penduduk 1.742.080 jiwa (BPS 2011). Provinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis pantai sepanjang ± 433 km. Bagian timurnya berbukit-bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedangkan bagian barat merupakan dataran rendah yang relatif sempit, memanjang dari utara ke selatan serta diselang selingi daerah yang bergelombang dan curam, sehingga berpotensi terjadinya tanah longsor pada sepanjang aliran sungai karena derasnya arus, dan potensi banjir pada hilir sungai karena adanya penumpukan air yang cepat dan besar pada hilir sungai. Daerah ini juga termasuk satu diantara daerah rawan gempa Indonesia yang ada di Sumatera, daerah lainnya adalah Aceh, Sumatera Utara, Simeloe, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Lampung. Hal ini juga diperkuat posisi Indonesia yang berada diatas lempeng aktif Eurosia dan diapit oleh lempeng Indo-Australia . Menurut Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, sebanyak 196 desa di Bengkulu berada dalam zona merah, atau rawan bencana tsunami. Terdapat di lima kabupaten dan kota (Kabupaten Mukomuko, Seluma, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, dan Kota Bengkulu) yang berhadapan langsung dengan laut tanpa adanya penahan desa, baik alami maupun buatan bila terjadi tsunami. Perkembangan Ekonomi Provinsi Bengkulu Akses dan konektivitas menjadi masalah utama bagi provinsi Bengkulu. Pada tahun 2005, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) telah mengklasifikasikan Provinsi Bengkulu sebagai salah satu provinsi tertinggal di Indonesia yang ditentukan dengan menggunakan beberapa indikator seperti masih rendahnya pendapatan per kapita, rendahnya tingkat pendidikan, tingginya tingkat kemiskinan, dan masih terbatasnya akses dan sarana transportasi yang teridentifikasi sebagai kendala potensial yang mengisolasi dan menghambat kelancaran berbagai aktifitas pembangunan daerah. Hasil kajian KPDT tersebut telah dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pembangunan daerah . Provinsi Bengkulu terdiri dari 9 kabupaten dan satu Kota, 5 kabupaten diataranya adalah kabupaten yang baru terbentuk (Daerah Otonomi Baru). Dari 9 kabupaten dan 1 Kota tersebut, 5 diantaranya (Daerah Otonomi Baru), masuk dalam kategori Kabupaten Tertinggal (lihat table 1). Indeks Pembangunan Manusia di daerah tertinggal lebih rendah daripada IPM daerah tertinggal nasional, dan Jumlah Penduduk Miskin di daerah tertinggal provinsi Bengkulu lebih tinggi daripada nasional. Tabel 1. Daerah Tertinggal di Provinsi Bengkulu Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 1 Persentase kabupaten tertinggal terhadap provinsi, Nasional % 69,57 52.17 52.17 52.17 46.67 2 Persentase kabupaten tertinggal di provinsi Bengkulu % 66,6 66,6 66,6 66,6 66,6 3 IPM di daerah tertinggal Nasional Indeks 71.64 72.29 72.83 73.18 70.09 4 IPM di daerah tertinggal di Provinsi Bengkulu Indeks 68,53 69,01 69,52 70,04 70.50 5 Jumlah Penduduk Miskin di Daerah Tertinggal Ribu org 127,10 118,60 120,70 123,60 6 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu Ribu org 317,90 281,20 303,60 311,66 320,41 Melihat perkembangan jumlah kabupaten tertinggal (Kabupaten Kaur, Seluma, Mukomuko, Lebong, Kepahiang dan Bengkulu Tengah) tidak mengalami perubahan selama lima tahun terakhir artinya belum ada satu pun dari kabupaten tertinggal yang ada di provinsi Bengkulu berubah status menjadi kabupaten yang maju. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi di beberapa wilayah di kabupaten tertinggal provinsi Bengkulu belum memadai sepenuhnya¸ seperti, listrik, Air, prasarana jalan serta penghasilan masyarakat yang masih tergolong rendah sehingga berdampak terhadap perekonomian yang buruk dan berimplikasi pada angka kemiskinan yang meningkat. Selain itu kemampuan anggaran pemerintah yang kecil dan sangat tergantung kepada pemerintah pusat, membatasi ruang gerak pemerintah dalam upaya percepatan pembangunan. Struktur PDRB Propinsi Bengkulu cenderung tidak berubah: pertanian ( 40% ), perdagangan, hotel dan restoran ( 21% ), jasa-jasa ( 16% ). Dalam penciptaan lapangan kerja sektor pertanian terbesar ( > 50% ), Perdagangan 13%, jasa-jasa 8%. Dari sisi penggunaan, PDRB didominasi oleh konsumsi rumahtangga (>63%), PMTB (investasi) sebesar 12%, Pengeluaran Pemerintah: 16%, Net Ekspor: 10%. Tingkat pertumbuhan ekonomi meningkat dari tahun ke tahun. Namun, pendapatan perkapita di Propinsi Bengkulu relatif kecil, hanya sekitar separoh dari pendapatan perkapita nasional. Mayoritas masyarakat bekerja di sektor pertanian dengan tingkat produktifitas yang relatif rendah sehingga berpendapatan rendah menimbulkan tingginya angka kemiskinan. Dari capaian beberapa indicator ekonomi menunjukkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi provinsi Bengkulu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga di atas rata-rata IPM nasional, namun di sisi lain angka kemiskinan masih jauh di atas ratarata nasional. Mengapa pertumbuhan tidak mampu menurunan angka kemiskinan? Mengapa kemiskinan Provinsi Bengkulu masih cukup tinggi padahal IPM tinggi? relatif Tabel 2. Beberapa Indikator Ekonomi Provinsi Bengkulu dan Nasional Pendapatan 2013 Daerah/ Nasional Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan perkapita 6,21% 15,10 juta Bengkulu 5,78% Indonesia 36, 51 juta Sektor Utama Pertanian > Serapan TK menurut sektor Pertanian 40% >50 % Manufaktu Manufaktu r 60% r 38% Tingkat Kemiskin an 17,5% 74,41 8,34% 73,81 IPM Sumber: BPS Secara nasional persentasi kemiskinan pada tahun 2009 sampai dengan 2013 berturut-turut yaitu 11.51%, 11.31%, 10.83%, 11.11%, 8.34%. Penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2009-2014 sebesar 3.17 persen. Sementara jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu pada kurun waktu 2009 -2011 menunjukkan penurunan dari 18.59% tahun 2009 menjadi 17.36 persen pada tahun 2011, namun pada tahun 2012 persentase kemiskinan tersebut mengalami kenaikan sebesar 0.34 % dan pada tahun 2013 naik sebesar 0.05%. Artinya tingkat kemiskinan Provinsi Bengkulu masih sangat jauh, di atas rata-rata kemiskinan tingkat nasional. Walaupun tingkat kemiskinan Provinsi Bengkulu mengalami penurunan, namun tingkat penurunan tersebut belum signifikan mengurangi tingkat kemiskinan. Tabel 3. Indikator Kemiskinan di Provinsi Bengkulu Indikator Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 1 Persentase penduduk miskin % 18,14 16,37 17,36 17,70 17,50 2 Indeks gini % 0,30 0,37 0,36 0,35 0,386 3 PDRB per kapita Rp 9.045.322 4 Jumlah Penduduk Miskin org 317.90 Sumber: BPS 10.842.274 12.117.735 13.521.905 15.095.290 281.20 303.40 303.35 310,5 Penelitian Septarini (2013) dengan menggunakan model regresi untuk melihat hubungan kausalitas antara kemiskinan dengan pertumbuhan ekonomi dan IPM menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu periode 2002-2012 dipengaruhi oleh IPM (yang meliputi tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan). Hal ini berarti bahwa kemiskinan di Provinsi Bengkulu periode 2002-2012 dipengaruhi oleh variabel yang bersifat kompleks. Kedua, penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu tidak signifikan memengaruhi persentase penduduk miskin Provinsi Bengkulu periode 2002-2012. Namun, pertumbuhan ekonomi bersama-sama dengan IPM signifikan memengaruhi persentase penduduk miskin. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan peningkatan kualitas masyarakat (tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pendapatan) agar dapat berpengaruh pada upaya penanggulangan kemiskinan di Provinsi Bengkulu. Penurunan persentase penduduk miskin selama periode 2002-2012 dipengaruhi oleh peningkatan IPM pada periode yang sama. Permasalahannya adalah meskipun cenderung menurun, namun persentase penduduk miskin Provinsi Bengkulu masih cukup tinggi. Hal ini terjadi karena salah satu komponen IPM, yaitu pendapatan per kapita Provinsi Bengkulu masih sangat rendah, hanya setengah dari pendapatan per kapita nasional. Kesimpulan penelitian ini mengkonfirmasi teori dan konsep mengenai kemiskinan, yaitu kemiskinan adalah masalah kompleks serta kemiskinan adalah fenomena yang umum terjadi di wilayah sedang berkembang dengan tingkat pendapatan per kapita rendah. Jika determinan kemiskinan dilihat dari tiga faktor yaitu SDM, Infrastruktur dan Ekonomi, menurut Quick Wins BAPPENAS 2012 (sumber: MP3KI Bappenas), dari sisi SDM beberapa karakteristiknya adalah kesadaran bersekolah rendah dan pola hidup tidak sehat, sementara dari sisi Infrastruktur beberapa karakteristiknya adalah fasilitas air (minum dan baku) kurang, jalan dan irigasi sangat diperlukan, perlu penyediaan listrik dan pemukiman yang layak; sementara dari sisi ekonomi ditandai dengan kurangnya diversifikasi keahlian, arus barang tidak lancar karena kendala infrastruktur serta perlunya digali kewirausahaan. Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah (Bappenas) menyebutkan bahwa: Pertama, daerah otonomi baru (DOB) adalah daerah kantong-kantong kemiskinan, umumnya adalah daerah tertinggal dengan sumber daya alam – pertanian -- yang terbatas (miskin) sehingga sangat terbatas pula kemungkinan untuk memaksimalkan potensi sumber daya. Umumnya sektor pertanian ‘menyumbang’ kemiskinan cukup tinggi yakni sekitar 60% . Kedua, infrastruktur penunjang, seperti jalan, sekolah maupun prasarana ekonomi, masih sangat terbatas dan lokasi daerah otonomi baru pada umumnya jauh dari ibukota Kabupaten. Bahkan banyak daerah otonomi baru yang lokasinya yang cukup terpencil, baik di wilayah pegunungan maupun di wilayah pesisir. Hal ini mengakibatkan keterbatasan akses bagi kelompok-kelompok miskin untuk memperbaiki kehidupannya, termasuk modal ekonomi yang dimiliki, baik lahan pertanian maupun keuangan. Ketiga, dari sisi sosial, penduduk miskin umumnya memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah mengingat terbatasnya kemampuan untuk mendapatkan akses pendidikan. Akibatnya, dalam kurun waktu singkat amatlah sulit untuk menurunkan tingkat kemiskinan tersebut. Di provinsi Bengkulu sebaran penduduk miskin relatif lebih terkonsentrasi di daerah bagian Selatan provinsi Bengkulu seperti kabupaten Kaur (22,7 %), kabupaten Bengkulu Selatan (23,0 %), dan kota Bengkulu (22,1 %). Dominannya penduduk miskin pada wilayah bagian Selatan provinsi Bengkulu tidak terlepas dari lebih baiknya sumberdaya alam, investasi dan lebih menggeliatnya kegiatan ekonomi yang terdapat di bagian Utara provinsi Bengkulu (kabupaten Bengkulu Utara dan kabupaten Mukomuko, dan bagian Timur provinsi Bengkulu ( kabupaten Kepahyang, Rejang Lebong dan kabupaten Lebong) dibandingkan dengan bagian Selatan provinsi Bengkulu. Menggeliatnya kondisi ekonomi provinsi Bengkulu bagian Utara terindikasi dari banyaknya jumlah perkebunan besar swasta (PMA dan dan PMDN), pabrik CPO, crumb rubber, perikanan, dan batu bara. Sedangkan wilayah bagian Timur provinsi Bengkulu merupakan sentra produksi hortikultura, perikanan darat, dan kopi. Dengan kata lain, perkembangan ekonomi di bagian Utara dan Timur provinsi Bengkulu tentu memberikan multiplier efek kepada kegiatan ekonomi masyarakat sekitarnya, sehingga wilayah tersebut memiliki lebih sedikit sebaran jumlah penduduk miskin (Laporan EKPD Provinsi Bengkulu 2014). Pada sector pertanian, factor yang menyebabkan tingkat pendapatan yang rendah adalah rendahnya harga komoditas pertanian di tingkat petani/produsen di daerah pedesaan dibandingkan dengan harga di perkotaan untuk komoditas dengan kualitas yang sama (komoditas belum diproses). Rendahnya harga komoditas pertanian di tingkat petani merupakan akibat dari tingginya biaya transportasi untuk pemasaran hasil pertanian dari desa surplus. Biaya transportasi akan lebih tinggi pada moda transportasi selain moda kendaraan bermotor – melewati jalan setapak dan jalan kecil dengan tenaga manusia atau hewan, misalnya pada daerah yang tidak memiliki akses jalan yang memadai. Dalam sebuah kajian cepat terhadap penyebab kemiskinan di 5 kabupaten di Indonesia, masyarakat desa di daerah terpencil mengeluhkan tingginya biaya transportasi sebagai penyebab utama kemiskinan (Dewan Ketahanan Pangan, 2009). Harga komoditas pertanian yang menguntungkan di tingkat petani akan menyebabkan tingkat pendapatan petani menjadi lebih baik. Namun pendapatan yang lebih baik saja tidak cukup, bagi masyarakat pedesaan yang terpencil masih perlu didukung dengan akses terhadap pelayanan jasa dan infrastruktur yang memadai agar dapat lebih menjamin pendapatan yang lebih baik lagi bagi masyarakat pertanian. Dengan pengembangan akses jalan akan mempermudah guru-guru di pedesaan miskin untuk menjangkau sekolah-sekolah sehingga lebih bersemangat mengajar, pada akhirnya sumberdaya manusia di wilayah tersebut dapat ditingkatkan. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dapat menjangkau petani pedesaan dalam memberikan bantuan teknis dan informasi lainnya. Masyarakat pedesaan dapat menjangkau pusat kesehatan lebih baik sehingga angka kematian anak dapat dikurangi. Manfaat pembangunan akses jalan di pedesaan yang berpenduduk miskin akan sangat dirasakan dalam peningkatan aspek social maupun ekonomi penduduk desa. Keterbelakangan infrastruktur menghalangi laju perkembangan dari suatu wilayah. Infrastruktur yang baik akan menarik investasi yang lebih besar pada berbagai sector. Hal itu akan memberikan daya dorong terhadap penghidupan berkelanjutan. Akses jalan memberikan akses yang lebih baik ke pasar bagi para produsen, penjual dan pembeli. Kondisi Infrastruktur Di Provinsi Bengkulu Salah satu determinan kemiskinan adalah kurangnya infrastruktur seperti Fasilitas Air (minum dan baku) kurang, Jalan dan Irigasi sangat diperlukan, Penyediaan Listrik, Pemukiman yang layak. Untuk provinsi Bengkulu, yang terletak di pantai barat Sumatra, dari sisi lokasi provinsi ini jauh dari pasar, tidak dilewati jalan lintas Sumatra, pembangunan infrastruktur menjadi sangat penting untuk menunjang perekonomian yaitu akses dan konektivitas ke pasar baik local, nasional maupun internasional. Panjang jalan nasional yang ada di provinsi Bengkulu, dalam beberapa tahun terakhir tidak mengalami perubahan yaitu tetap sepanjang 774,82 km , artinya tidak ada pembangunan jalan nasional yang baru di daerah ini. Meskipun panjang jalan nasional tidak bertambah, kondisi kualitas jalan nasional cenderung mengalami perbaikan terutama dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2009 kondisi jalan nasional dalam keadaan baik hanya 28,17% (189,88 km), sedang: 39,32% (265,04 km), sementara itu dalam kondisi rusak ringan: 20,79% (140,15 km) dan rusak berat: 11,71% (78,93 km). Pada tahun 2013 kondisi kualitas jaringan jalan terus mengalami peningkatan¸ jalan dalam kondisi baik menjadi: 76,57% (473,67 Km), kondisi jalan dalam kategori sedang: 6,64% (41,05 Km), kondisi jalan dalam keadaan rusak ringan : 5,76% (35,62 Km) dan rusak berat : 11,04% (68,27 Km). Dibandingkan dengan tahun 2012, ada peningkatan kondisi jalan dari sedang ke baik, namun ada juga yang dari kondisi sedang ke kondisi buruk. Perkembangan kondisi jalan nasional di Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada grafik 1. Grafik 1. Perkembangan Kondisi Jalan Nasional di Provinsi Bengkulu, 2009-2013 90 80 76.57 71.81 70 60 54.55 53.4 50 40 30 39.32 32.5 28.17 - Baik 40.91 - Sedang 29.21 16.24 20 - Buruk 16.79 16.56 11.63 5.69 10 6.64 0 2009 2010 2011 2012 2013 Namun apabila dilihat kondisi jalan nasional berdasarkan kabupaten dan kota pada tahun 2012 dan 2013 kondisi jalan nasional yang masuk kategori rusak berat paling banyak terdapat di kabupaten Mukomuko (29,10 Km) kemudian disusul Bengkulu Utara (20 Km), Bengkulu Tengah (15,34 Km) dan kota Bengkulu (3,43 Km). Banyaknya ruas jalan nasional yang rusak di daerah ini karena banyak dilalui oleh kendaraan angkutan barang dengan muatan melebihi tonase kelas jalan, jalan nasional yang ada saat ini hanya kelas III. Masih banyaknya jalan dalam kondisi yang rusak secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas perekonomian dan sosial, karena jalan yang rusak menyebabkan waktu tempuh menjadi lebih lama, kerusakan kendaraan, tingginya ongkos angkut serta merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banyak kecelakaan lalulintas. Secara umum kondisi jalan nasional di provinsi Bengkulu cenderung mengalami peningkatan, namun jika dibandingkan dengan kondisi jalan nasional secara keseluruhan belum lebih baik kualitasnya. Meskipun secara umum kinerja pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional sudah lebih baik capaiannya, kerusakan di beberapa ruas jalan perlu segera ditangani agar lalu lintas orang dan barang tidak terganggu. Untuk mengetahui perbandingan keadaan kondisi jalan nasional di provinsi Bengkulu dapat dilihat pada gambar berikut. Grafik 2. Perbandingan Jalan Nasional menurut Kondisi Jalan di Provinsi Bengkulu, Tahun 2009 – 2012 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 79.00 70.00 81.00 71.81 54.55 86.00 81.00 76.57 53.40 28.17 2009 2010 2011 2012 2013 % jalan nasional dalam kondisi Baik % jalan nasional di Prov. Bengkulu dalam kondisi Baik Meskipun kondisi jalan di daerah ini sudah cukup baik, namun beberapa ruas jalan nasional yang termasuk jalan Lintas Barat (Jalinbar) Sumatera mengalami kerusakan yang sangat mengkhawatirkan apabila tidak segera ditangani, seperti di daerah kabupaten Mukomuko di desa Air Dikit disebabkan oleh abrasi, begitu juga abrasi dan jalan longsor di kabupaten Bengkulu Utara di desa Serangai dan jalan longsor di jalur lintas tengah yang menghubungkan kota Bengkulu dengan kabupaten Kepahiang. Daya Tarik Investasi Apabila dilihat perbandingan secara regional di pulau Sumatera realisasi investasi PMA dan PMDN di daerah ini menempati urutan terendah di pulau Sumatera dan secara nasional kontribusinya belum mencapai 1 (satu) persen. Masih rendahnya realisasi investasi PMA maupun PMDN menunjukkan rendahnya daya saing dalam menarik investor untuk menginvestasikan modal di daerah ini. Rendahnya daya saing ini dapat disebabkan karena masih terbatasnya infrastruktur dasar dan prosedur yang masih panjang dengan persyaratan yang cukup banyak. Sementara itu peluang dan potensi investasi di daerah ini masih cukup banyak yang dapat dikelola, baik di bidang perkebunan (sawit dan karet), kelautan dan perikanan, pertambangan, industri hilir pengolahan hasil perkebunan maupun pariwisata dan jasa-jasa. Nilai realisasi investasi PMDN yang dilaporkan adalah diluar Investasi Sektor Minyak dan Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sector, Investasi Porto Folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga. Tabel 4. Perkembangan Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) Menurut Lokasi,Tahun 2010 s/d 2013 NO LOKASI I SUMATERA 1 2010 P 2011 I P 2012 I P 2013 I P I 359 747.1 667 2,076.6 695 3,729.3 3,395.3 272 NAD 13 4.6 40 22.5 26 172.3 87 94.2 2 Sumatera Utara 78 181.1 115 753.7 133 645.3 347 887.5 3 Sumatera Barat 10 7.9 43 22.9 45 75.0 94 91.4 4 RIAU 45 86.6 64 212.3 81 1,152.9 168 1,304. 9 5 Jambi 12 37.2 31 19.5 30 156.3 61 34.3 6 Sumatera Selatan 51 186.3 99 557.3 107 786.4 142 485.9 7 Bengkulu 11 25.1 18 43.1 21 30.4 27 22.3 8 Lampung 31 30.7 54 79.5 57 114.3 50 46.8 9 Bangka Belitung 22 22.0 48 146.0 30 59.2 50 112.4 10 Kepulauan Riau 86 165.7 155 219.7 165 537.1 87 94.2 Indonesia 3,076 16,214.8 4,342 19,474.5 Sumber: BKPM, 2013 Ket: P = Proyek I=Nilai Investasi dalam US juta 4,579 24,564.7 9,612 28,617.5 Tabel 5 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) Menurut Lokasi, Tahun 2010 s/d 2013 NO. 2010 LOKASI P SUMATERA 2011 I 2012 P I 2013 P I P I 222 4.224,2 370 16.334, 3 287 14.256, 2 522 22,913. 8 5 40,9 16 259,4 11 60,2 71 3,636.4 1 NAD 2 Sumatera Utara 41 662,7 79 1.673,0 61 2.550,3 147 5,068.9 3 Sumatera Barat 11 73,8 24 1.026,2 22 885,3 35 677.8 4 RIAU 52 1.037,1 56 7.462,6 51 5.450,4 64 4,874.3 5 Jambi 17 223,3 30 2.134,9 24 1.445,7 48 2,799.6 6 Sumatera Selatan 29 1.738,4 48 1.068,9 32 2.930,6 47 3,396.0 7 Bengkulu 2 8,5 2 - 1 52,6 2 109.6 8 Lampung 32 272,3 58 824,4 48 304,2 23 1,325.3 9 Bangka Belitung 5 0,4 7 514,4 4 533,5 11 608.2 10 Kepulauan Riau 28 166,9 50 1.370,4 33 43,5 74 417.7 875 60,626.3 Indonesia 1,313 76,000.7 1,210 92,182.0 2,129 128,150.6 Sumber: BKPM, 2014 Ket: P = Proyek I=Nilai Investasi dalam Rp.milyar Data dari BKPMD Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa PMA dan PMDN pada tahun 2013 adalah seperti pada table 5. Investasi PMDN dan PMA di Provinsi Bengkulu masih didominasi oleh usaha investasi sektor primer khususnya perkebunan. Investasi dalam 5 tahun ke depan akan diarahkan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan industri kerakyatan seperti pabrik-pabrik industri hilir pengolah hasil pertanian, perkebunan dan perikanan (RPJMD Provinsi Bengkulu 2010-2015, Bab IV Analisis Isu-isu Strategis). Tabel 6. Investasi PMDN dan PMA di Provinsi Bengkulu Tahun 2013 No Jenis Investasi Sektor Jumlah Realisasi 1 PMDN Primer 74 Rp1.331.445.881.483 2 PMA Primer 32 Rp1.402.542.183.037 US$204.385.485 3 PMDN Sekunder 19 Rp614.404.803.384 4 PMA Sekunder 18 Rp386.626.084.588 US$116.436.073 5 PMDN Tersier 31 Rp3.703.924.449.137 6 PMA Tersier 21 Rp25.560.224.728 US$71.681.231 Sumber: BKPMD Provinsi Bengkulu, 2014, dalam bkpmd.bengkuluprov.go.id Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan Permasalahan utama provinsi Bengkulu adalah akses dan konektivitas yang berimplikasi pada tingkat kemiskinan. Dari sisi akses dan konektivitas, terbatasnya infrastruktur daerah khususnya jalan merupakan factor penting dalam mempengaruhi daya tarik investasi daerah ini. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai investasi PMA maupun PMDN yang ada di daerah ini dari tahun ke tahun tetap berada pada ranking terbawah di Sumatra. Selain mempengaruhi dayatarik investasi, terbatasnya infrastruktur jalan juga berimplikasi pada mahalnya biaya transportasi produk-produk yang dihasilkan dari daerah produksi menuju ke pasar maupun biaya produksi produk-produk yang didatangkan dari luar Bengkulu untuk dikonsumsi oleh masyarakat Bengkulu, sehingga harga-harga barang di Bengkulu menjadi relative mahal. Rendahnya investasi berpengaruh terhadap rendahnya kesempatan/ lapangan kerja yang tersedia dan tingkat pengangguran, yang pada akhirnya berimplikasi pada tingkat pendapatan masyarakat dan kemiskinan. B. Rekomendasi 1. Program Infrastruktur a. Program percepatan pembangunan infrastruktur difokuskan untuk membuka keterisolasian daerah atau jalur-jalur ekonomi, dan membangun interkoneksi jalan Provinsi dengan jalan nasional. b. Pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten dan kota hendaknya memprioritas alokasi anggaran untuk pembangunan/peningkatan maupun pemeliharaan jalan. c. Pembangunan dan pengembangan pelabuhan Pulau Baai, d. Jaringan kereta api Pulau Baai - Muaraenim; Linau - Tanjungenim; e. Perluasan dan Peningkatan Bandara Fatmawati f. Menindak tegas pengguna jalan dengan muatan berlebih karena kondisi jalan yang ada adalah jalan kelas III g. Meningkatkan sebagian ruas jalan nasional dari kelas III menjadi kelas II h. Percepatan Program Pemerintah: Re-alignment jalan Bengkulu - Lubuk Linggau, yaitu pelebaran dan pelurusan jalan serta percepatan pembangunan jalan By Pass dari kota Bengkulu ke batas Sumatera Selatan (Lubuk Linggau). i. Melakukan pengawasan secara ketat dalam hal teknis pembangunan dan pemeliharaan jalan. j. Melakukan pengaturan dan penertiban terhadap tata guna lahan, dalam upaya untuk membenahi ruang manfaat jalan, daerah milik jalan, dan ruang pengawasan jalan k. Perbaikan infrastruktur ekonomi terutama jalan di daerah pedesaan, daerah terpencil, daerah pertanian, dan wilayah kumuh dan miskin di perkotaan 2. Program Peningkatan Pendapatan dan Penanggulangan Kemiskinan a. Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks, multidimensi, menyangkut masalah structural dan cultural, oleh karena itu program peningkatan pendapatan dan penanggulangan kemiskinan harus bersifat b. jangka panjang dan terstruktur, program pemberdayaan masyarakat yang bersifat mengubah kultur dan pola pikir, selain memberi ikan tapi juga memberikan kail atau bahkan cara membuat kail. Telah banyak program- program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, namun karena hasilnya belum optimal, program-program semacam ini perlu terus diupayakan, yang pada intinya pemerintah lokal dan kelompok-kelompok komunitas harus punya inisiatif, bukan berperan pasif . c. Selain program khusus penanggulangan kemiskinan, strategi pembangunan yang perlu dilakukan pemerintah adalah pengembangan ekonomi berbasis sumberdaya ekonomi lokal, untuk meningkatkan jumlah dan variasi peluang pekerjaan yang tersedia bagi penduduk lokal, diantaranya: Prioritas alokasi anggaran untuk menunjang penguatan sektor pertanian, termasuk perikanan dan kelautan dan sektor-sektor terkait. Penguatan sektor unggulan daerah Peningkatan produktifitas sektor pertanian (termasuk perikanan dan kelautan) melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung, Meningkatkan nilai tambah produk pertanian, melalui program industrialisasi, termasuk penguatan sektor-sektor terkait (hilirisasi), Peningkatan keterampilan dan kualitas SDM khususnya di sektor pertanian (termasuk perikanan dan kelautan). Kemudahan akses terhadap layanan lembaga keuangan (financial inclusion), Kemudahan dalam pengurusan izin usaha, Kemudahan dalam mengakses sumber-sumber informasi, Kemudahan dalam mendapatkan berbagai jenis pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah dan stakeholder lainnya, Kemudahan dalam memperluas pangsa pasar, Kemudahan dalam proses transfer teknologi Daftar Pustaka ______, 2009, Badan Ketahanan Pangan, Deptan, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia _____,2014,Badan Pusat Statistik Bengkulu, 2014, Bengkulu Dalam Angka 2014 _____, 2008, Bappenas bekerja sama dengan UNDP, Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah 2001-2007 _____, 2014, Laporan Akhir EKPD Provinsi Bengkulu _____, 2014, Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bengkulu _____, 2014, Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia 2013, Menjaga Stabilitas, Mendorong Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkelanjutan,. Deni Septarina, 2013, Poor vs Growth, Harian Rakyat Bengkulu Pradono, 2009, LERD, Pengertian dan Perkembangan , makalah disampaikan pada Pelatihan LERD, di ITB Bandung, 30 Mei 2009.