Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk ABSTRAK ANALISIS KANDUNGAN GIZI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (MUSA PARADISIACA Formatypica) SEBAGAI BAHAN BAKU KERUPUK 1 Cornelia Pary, 2Masita, 3Annisa Safitrah, 4Maya Nurfadillah, 5Endang Setiyawati 1,2 Dosen Pengajar Pendidikan Biologi, FITK IAIN Ambon 3,4,5 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, FITK IAIN Ambon E-mail: [email protected] Abstarak: Hasil penelitian yang diperoleh diketahui kulit pisang kepok memiliki kandungan nutrizi seperti kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Kandungan nutrizi yang terbaik yaitu terdapat pada kulit pisang kepok yang mengkal atau agak matang, yaitu untuk kandungan karbohidratnya terbaik pada kulit pisang kepok mengkal yang dikering anginkan yaitu sebesar 14.19%. Kandungan protein pada kulit pisang kepok mengkal yang dikering anginkan yiatu sebesar 1,84%, sedangkan untuk kandungan lemak yang terbesar yaitu terdapat pada kulit pisang kepok matang yaitu 3,28% namun tidak berbeda jauh pada kulit pisang pisang kepok mengkal yaitu 3,16%. Dengan berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui kulit pisang kepok yang baik kandungan nutrizinya untuk dapat digunakan sebagai bahan tambahan produk olahan kerupuk yaitu kulit pisang kepok yang masih mengkal. Kata Kunci: Kulit Pisang Kepok, Kandungan Gizi, Kerupuk Pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi dibandingkan dengan buah yang lain dan dikonsumsi tanpa memperhatikan tingkat sosial (Marai Rahmawati & Erita Hayati, 2013). Selain karena mudah didapat dan harganya terjangkau, buah pisang juga sejak lama dikenal sebagai buah yang lezat dan berkhasiat bagi kesehatan (Titin Supriyanti dkk, 2015). Kemudahannya untuk dikonsumsi menjadikan nilai tambah tersendiri produk ini untuk pola masyarakat modern saat ini. Pisang diketahui mengandung gizi tinggi dan sebagai sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Kandungan nutrisi lainnya seperti serat dan vitamin dalam buah pisang seperti vitamin A, B, dan C, dapat membantu memperlancar sistem metabolisme tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh dari radikal bebas. Serta menjaga kondisi tetap kenyang dalam waktu lama (Wijaya, 2013). Adanya kandungan nilai gizi yang tinggi dari kulit pisang maka banyak masyarakat dapat mengolahnya menjadi berbagai produk konsumsi lain seperti dodol BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 112 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk pisang,, selei pisang, sirup pisang, kripik pisang, kerupuk dan penganan berbahan dasar kulit pisang lainnya. Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang banyak digemari sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk sangat digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat karena harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Untuk menambah variasi kerupuk yang beredar di kalangan masyarakat maka peniliti memanfaatkan kulit pisang kepok sebagai bahan pembuatan kerupuk (Koswara, 2009). Tujuan penelitian ini diharapkan Untuk mengetahui nilai kandungan gizi pada kulit pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica) yang dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kerupuk. Adapun luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah teknologi pemanfaatkan kulit pisang sebagai bahan baku pembuatan kerupuk, sehingga dapat mengubah sampah kulit pisang menjadi makanan olahan seperti kerupuk yang berpotensi untuk dijual agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. METODE PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 2. Tahap Pelaksanaan a. Analisis Kadar Karbohidrat (Sherly, 2014) Prosedur analisis kadar karbohidrat adalah sebagai berikut: 1) Ditimbang kulit pisang yang telah dihaluskan sebanyak 1 g ke dalam Erlenmeyer. 2) Ditambahkan 25 ml HCl 3%. 3) Didihkan selama 1.5 jam dengan pendingin tegak 4) Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml. 5) Dinetralkan dengan NaOH 3.25% (indikator PP) 6) Dihimpitkan hingga 250 ml. 7) Disaring, lalu diambil fitratnya. 8) Dipipet sebanyak 10 ml (fitrat) ke dalam Erlenmeyer asah. 9) Ditambahkan 25 ml Luff dan 15 ml H2O. 10) Dididihkan selama 10 menit dengan pendingin tegak BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 113 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk 11) Ditambahkan KI 30% sebanyak 10 ml dan 25 ml H2SO4 25%. 12) Dititrasi dengan tio 0.1 N terstandarisasi dengan indikator kanji. 13) Dibandingkan terhadap blanko. Rumusnya: a) Blanko Vt Vt blanko Vt sampelml b) Kadar karbohidrat mg glukosa fp % karbohidrat 100% mg sampel b. Analisis Kadar Protein Analisis kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl, yaitu oksidasi bahanbahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia oleh asam sulfat, selanjutnya amonia bereaksi dengan kelebihan asam membentuk amonium sulfat. Prosedur analisis kadar protein adalah sebagai berikut: 1. Sampel yang telah halus ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml, ditambahkan dengan 1/4 buah tablet kjeltab, kemudian didekstruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) sampai larutan menjadi hijau jernih dan SO2 hilang. 2. Larutan dibiarkan dingin dan dipindahkan ke labu 50 ml dan diencerkan dengan akuades sampai tanda tera. 3. Masukkan ke dalam alat destilasi, ditambahkan dengan 5-10 ml NaOH 30-33% dan dilakukan destilasi. 4. Destilat ditampung dalam larutan 10 ml asam borat 3% dan beberapa tetes indikator (larutan bromcresol green 0,1% dan 29 larutan metil merah 0,1% dalam alkohol 95% secara terpisah 5. Campurkan antara 10 ml bromcresol green dengan 2 ml metil merah kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai larutan berubah warnanya menjadi merah muda. Kadar protein dihitung dengan rumus: Pr otein % (VA - VB) HCL × N HCL × 14,007 × 6,25 × 100% W x 1000 Keterangan: BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 114 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk VA = ml HCl untuk titrasi sampel VB = ml HCl untuk titrasi blangko N = normalitas HCl standar yang digunakan 14,007 = berat atom Nitrogen 6, 25 = faktor konversi protein untuk ikan W = berat sampel dalam gram Kadar protein dinyatakan dalam satuan g/1 g sampel (%). c. Analisis Kadar Lemak Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode Soxhlet, yaitu lemak yang terdapat dalam sampel diekstrak dengan menggunakan pelarut lemak non polar. Prosedur analisis kadar lemak sebagai berikut: 1. Panaskan labu lemak dalam oven sampai beratnya konstan, 2. Timbang 1 gr sampel dalam kertas saring selanjutnya dimasukkan dalam selubung lemak. 3. Masukkan 150 ml kloroform sebagai pelarut lemak kedalam labu lemak kemudian memasangnya pada alat ekstraksi lemak. 4. Masukkan lemak yang berisi sampel ke dalam labu soxhlet dan diusahakan terendam dalam pelarut lemak, lalu merefluksi lemak pada suhu 60 OC selama 8 jam. 5. Evaporasi campuran lemak dan kloroform dengan menggunakan rotary evaporator sampai kering. 6. Masukkan labu lemak dan lemak ke dalam oven pada suhu 1050 C selama ± 1 jam untuk menghilangkan sisa kloroform 7. Dinginkan dalam desikator selama 30 menit. 8. Labu lemak berisi lemak kemudian ditimbang. Kadar Lemak dapat dihitung dengan rumus: Kadar Lemak % Berat Lemak (g) x 100% Berat Sampel Dimana : W1 = Berat sampel (gr) W2 = Berat labu lemak (gr) W3 = Berat labu lemak + ekstrak lemak (gr) d. Analisis Kadar Vitamin C BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 115 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk Analisis kandungan vitamin C dilakukan dengan metode titrasi iodometri. Prosedur analisis kadar Vitamin C sebagai berikut (Fitria Apriyani dkk, 2013): 1. Sampel yang telah dihaluskan diambil sebanyak 1.5 g dan dimasukkan dalam labu ukur 100 mL. 2. Tambahkan akuades sampai volume mencapai 100 mL, kemudian disaring dengan kertas saring. 3. Filtrat diambil 20 mL dan dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 125 mL kemudian ditambahkan 2 mL larutan amilum1%. 4. Titrasi dengan larutan iodin standar 0, 01 N yang dibuat dari bahan KI dan yodium sampai larutan berwarna biru. 5. Perhitungan : 1 ml 0,01N Iodium = 0,88 mg kadar vitamin C Kadar Vitamin C dapat dihitung dengan rumus: Asam Askorbat Keterangan: Volume Titer Volume sampel Fp Volume Titer (ml) x 0.88 mg x fp Volume sampel (ml) = Volume iodium yang terpakai (ml) = Volume Sampel (ml) = Faktor pengenceran. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16-19 Agustus 2016 di Laboratorium Kimia Dasar Universitas Pattimura Ambon. Analisis kandungan kimia pada kulit pisang kepok dilaksanakan untuk mengetahui kandungan kimia pada suatu produk. Dalam proses pembuatan kerupuk, kandungan yang ingin diketahui adalah kandungan kadar karbohidrat, protein dan lemak. Berikut adalah analisis kandungan gizi kulit pisang kepok (Musa paradisiaca Formatypica). 1. Kandungan Karbohidrat Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca Formatypica) Tabel 1. Kandungan Karbohidrat Kulit Pisang Kepok No Kode Sampel Berat Sampel (gr) A 1 2 3 B 4 Kulit Pisang Kepok Matang segar dikering anginkan direbus Kulit Pisang Kepok Segar segar Karbohidrat (%) 1.0 1.0 1.0 10.8000 10.0097 11.2711 1.0 13.4658 BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 116 Jurnal Biology Science & Education 2016 5 dikering anginkan 6 direbus Sumber: Hasil Penelitian (2016) 1.0 1.0 Cornelia pary, dkk 14.1920 12.9851 Tabel 1 menunjukan kandungan karbohidrat pada kulit pisang kepok matang segar sebesar 10,80%, untuk perlakuan dengan cara dikering anginkan diperoleh kandungan karbohidrat sebesar 10.01% dan kulit pisang kepok matang dengan cara direbus yaitu sebesar 11,27%. Berbeda dengan hasil tersebut pada kulit pisang kepok mengkal yang segar diperoleh kandungan karbohidrat sebesar 13,46%, sementara perlakuan kulit pisang kepok mengkal dengan cara dikering anginkan diperoleh kandungan karbohidrat sebesar 14,19% dan untuk kulit pisang mengkal yang direbus sebesar 12,98%. 2. Kandungan Protein Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) Tabel 2. Kandungan Protein Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) No Kode Sampel Berat Sampel (gr) Kadar Protein (%) A Kulit Pisang Kepok Matang 1 segar 1.0 1,2005 2 dikering anginkan 1.0 1,8371 3 Direbus 1.0 1,7151 B Kulit Pisang Kepok Mengkal 4 Segar 1.0 1,2853 5 dikering anginkan 1.0 1,8412 6 Direbus 1.0 1,5006 Sumber: Hasil Penelitian (2016) Berdasarkan tabel 2 diketahui kandungan kulit pisang kepok matang segar sebesar 1 gr memiliki kandungan protein 1,2005%, sedangkan untuk kulit pisang kepok matang dikering anginkan memiliki kandungan protein sebesar 1,8371%, sementara kulit pisnag matang dengan perlakuan direbus memiliki kandungan protein sebesar 1.7151%. Berbeda dengan hal tersebut, kulit pisang kepok mengkal segar memiliki kandungan protein sebesar 1,2853%. Untuk kulit pisang kepok mengkal yang dikering anginkan memiliki kandungan protein sebesar 1,8412%, dan kulit pisang kepok mengkal yang direbus memiliki kandungan protein sebesar 1,5006%. 3. Kandungan Lemak Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) Adapun kandungan lemak kulit pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica) dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Kandungan Lemak Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) No Kode Sampel Berat Sampel (gr) Kadar Lemak (%) A Kulit Pisang Kepok Matang 1 segar 5.0 3,1870 2 dikering anginkan 5.0 2,8776 3 Direbus 5.0 3,2834 B Kulit Pisang Kepok Mengkal 4 Segar 5.0 2,3461 5 dikering anginkan 5.0 3,1633 6 Direbus 5.0 2.3603 BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 117 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk Sumber: Hasil Penelitian (2016) Berdasarkan tabel di atas, kandungan kulit pisang segar dengan berat 5 gr memiliki kandungan lemak sebesar 3.1870%, sedangkan kandungan kulit pisang kepok dikeringkan memiliki kandungan lemak sebesar 2, 8776%. Sementara pada kulit pisang kepok yang direbus sebesar 3, 2834%. Sedangkan kulit pisang kepok mengkal segar memiliki kandungan lemak sebesar 2,3461%, untuk kulit pisang kepok mengkal yang dikering anginkan sebesar 3, 1633% dan untuk kandungan lemak kulit pisang kepok mengkal yang direbus sebesar 2, 3603%. 4. Kandungan Vitamin C Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) Tabel 4. Kandungan Vitamin C Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) No Kode Sampel Berat Sampel (gr) Kadar Vitamin C (%) A Kulit Pisang Kepok Matang 1 segar 1,5 0,1501 2 dikering anginkan 1,5 0,1849 3 Direbus 1,5 0,3006 B Kulit Pisang Kepok Mengkal 4 Segar 1,5 0,2025 5 dikering anginkan 1,5 0,2075 6 Direbus 1,5 0,3810 Sumber: Hasil Penelitian (2016) Berdasarkan Tabel 4 di atas, kandungan kulit pisang kepok matang segar dengan berat 1.5 gr memiliki kandungan vitamin C sebesar 0, 1501%, sedangkan kandungan kulit pisang kepok matang dikering anginkan sebesar 0,1849% dan kandungan kulit pisang kepok matang yang direbus sebesar 0, 3006%. Sedangkan kulit pisang kepok mengkal segar memiliki kandungan vitamin C sebesar 0,2025%, sementara untuk kandungan kulit pisang kepok dikering anginkan mempunyai kandungan vitamin C sebesar 0,2075% dan kulit pisang kepok mengkal yang direbus mempunyai kandungan citamin C sebesar 0,3810%. Kulit pisang kepok mengkal mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih besar dibandingkan dengan kulit pisang kepok yang telah matang secara fisiologis. Rata-rata kandungan karbohidrat pada kulit pisang kepok matang segar sebesar 10,80%, untuk perlakuan dengan cara dikering anginkan diperoleh kandungan karbohidrat sebesar 10.01% dan kulit pisang kepok matang dengan cara direbus yaitu sebesar 11,27%. Berbeda dengan hasil tersebut pada kulit pisang kepok mengkal yang segar diperoleh kandungan karbohidrat sebesar 13,46%, sementara perlakuan kulit pisang BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 118 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk kepok mengkal dengan cara dikering anginkan diperoleh kandungan karbohidrat sebesar 14,19% dan untuk kulit pisang mengkal yang direbus sebesar 12,98%. Besarnya kandungan karbohidrat pada kulit pisang kepok mengkal disebabkan umur panen pisang, berdasarkan penelusuran literaur diketahui perubahan kandungan pati pada buah akan meningkat pada saat pertumbuhan mencapai 80% masa pertumbuhannya dan setelah itu akan menurun (Isye J.L, 2014). Selain itu, diketahui bahwa kandungan karbohidrat terbesar terdapat pada kulit pisang kepok mengkal dengan cara dikering anginkan. Diketahui pengeringan tanpa paparan sinar matahari langsung adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian kandungan air dari suatu bahan agar memproleh kandungan nutrizi yang baik (naming. W, 2011). Karbohidrat hidrat arang yang dikandung oleh kulit pisang adalah amilum. Amilum atau pati ialah jenis polisakarida karbohidrat (karbohidrat kompleks). Amilum (pati) tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Amilum merupakan sumber energi utama bagi orang dewasa di seluruh penduduk dunia, terutama di negara berkembang oleh karena itu dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan sehingga kulit pisang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan tambahan produk olahan pangan (Johari, 2006). Salah satu bentuk dari produk olahan yang berpotensi dikembangkan adalah kerupuk kulit pisang kepok. Industri kerupuk kulit pisang dapat dikembangkan menjadi sebuah usaha yang menjanjikan. Kajian hasil perolehan kandungan protein, diketahui kandungan protein pada kulit pisang kepok segar baik kulit pisang mengkal dan matang memiliki kandungan yang rendah, sedangkan kandungan protein pada kulit pisang kepok yang direbus terlihat lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang telah dikering anginkan. Rendahnya kandungan protein ini berhubungan dengan proses pengolahan kulit pisang dengan cara direbus yang dapat mengakibatkan hilangnya kandungan asam-asam amino yang mudah larut dalam air maupun mudah menguap jika mengalami pemanasan. Hilangnya kandungan asam-asam amino yang mudah larut dalam air sejalan dengan pernyataan sudarmadji dkk. (1966) dalam Liur (2014) bahwa protein mudah sekali BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 119 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk mengalami perubahan yang dapat disebabkan oleh air dan panas. Dengan adanya kandungan protein yang tinggi maka kulit pisang kepok dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pembuatan produk makanan. Berdasarkan fungsinya protein memiliki fungsi yang penting bagi kebutuhan manusia, yaitu sebagai sumber energi, zat pembangun, zat pengatur, dan juga sebagai enzim (Winarno, 1997). Kulit pisang kepok mengkal merupakan bahan yang mempunyai kandungan nilai gizi baik untuk digunakan sebagai bahan tambahan produk olahan pangan misalnya kerupuk kulit pisang. Sebab berdasarkan fungsinya lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Disamping itu, lemak dalam bahan pangan berperan untuk memperbaiki tekstur dan citarasa produk yang dihasilkan (Lailiyana, 2011). Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kulit pisang kepok mengkal memiliki kandungan nutrisi yang baik bila dibandingkan dengan kulit pisang yang telah matang secara fisiologis. Hal ini dipertegas oleh penelitian Liur yaitu kadar kandungan nutrisi buah yang menunjukan kondisi optimumnya yakni saat pertumbuhan mencapai 80% masa pertumbuhannya dan setelah itu akan menurun (Sumadi, 2004). Demikian pula menurut Winarno dan Arman, buah yang masih mengkal mengandung vitamin yang cukup banyak sehingga semakin tua buah maka semakin berkurang kandungan vitaminnya (Winarno, 1981). Dengan adanya kandungan nutrisi yang terdapat dalam kulit pisang kepok maka dapat diolah menjadi makanan olahan berupa kerupuk berbahan dasar kulit pisang. Kulit pisang kepok mengkal memiliki kandungan vitamin C yang baik bila dibandingkan dengan kulit pisang yang telah matang. Hal ini dipertegas oleh penelitian Liur yaitu kandungan kandungan kadar vitamin C pada buah pada saat pertumbuhan mencapai 80% masa pertumbuhannya ditandai dengan perubaha warna, sehingga biosintesis vitamin C menunjukkan kondisi optimumnya dan setelah itu akan menurun. Demikian pula menurut Winarno dan Arman, buah yang masih mentah mengandung vitamin C yang cukup banyak sehingga semakin tua buah maka semakin berkurang kandungan vitamin C. Peningkatan kadar vitamin C dikarenakan terjadinya biosintesis vitamin C dari glukosa yang terdapat pada buah. BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 120 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk Dengan adanya kandungan vitamin yang terdapat dalam kulit pisang maka dengan penambahan kulit pisang dapat memperbaiki kandungan gizi pada kerupuk khususnya kandungan vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan camitime, terlibat dalam metabolisme kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C mempunyai sifat antioksidan potensial yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat dam asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies (ROS) serta mencegah hiperpigmentasi (Arifin dkk, 2007). Bertolak dari hasil penelitian tentang kandungan nutrisi yang terdapat dalam kulit pisang kepok maka dapat diolah menjadi makanan olahan berupa kerupuk berbahan dasar kulit pisang. KESIMPULAN Kandungan nutrizi yang terbaik yaitu terdapat pada kulit pisang kepok yang mengkal atau agak matang, yaitu untuk kandungan karbohidratnya terbaik pada kulit pisang kepok mengkal yang dikering anginkan yaitu sebesar 14.19%. Kandungan protein pada kulit pisang kepok mengkal yang dikering anginkan yiatu sebesar 1,84%, sedangkan untuk kandungan lemak yang terbesar yaitu terdapat pada kulit pisang kepok matang yaitu 3,28% namun tidak berbeda jauh pada kulit pisang pisang kepok mengkal yaitu 3,16%. Dengan berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui kulit pisang kepok yang baik kandungan nutrizinya untuk dapat digunakan sebagai bahan tambahan produk olahan kerupuk yaitu kulit pisang kepok yang masih mengkal. SARAN Bagi para petani maupun para pedagang pisang agar tidak membuang percuma limbah kulit pisang, karena limbah tersebut masih memiliki kandungan nutrizi tinggi dan dapat diolah sebagai produk olahan makanan. DAFTAR PUSTAKA BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 121 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk Helmi Arifin, Vivi Delvita, dan Almahdy. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Fetus Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, Universitas Andalas Koswara, 2009. Uji Umur Simpan Formulasi Minuman Berbasis Pisang. Ebook pangan.com. Jakarta. Lailiyana. 2012. Analisis Kandungan Zat Gizi Dan Uji Hedonik Cookies Kaya Gizi Pada Siswi SMPN 27 Pekanbaru. Tesis. Universitas Indonesia Liur, Isye Jean. 2014. Analisa Sifat Kimia Dari Tiga Jenis Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L). Jurnal Agrinimal, Vol. 4, No. 1 Mawdsley, Nick, Gary Swisher, H. Risnarto, Sulaiman Sembiring, Andiko, Robert Oszaer, Muchtar Adam dan Suaib. 2005. Pembangunan Ekonomi Lokal, Sumber Daya Alam dan Penghidupan Maluku Utara, Maluku dan Sulawesi Tengah. Kajian Tematis Palupi, Hapsari, Titi. 2012. Pengaruh Jenis Pisang Dan Bahan Perendam Terhadap Karakteristik Tepung Pisang (Musa Spp). Jurnal Teknologi Pangan Vol.4 No.1 Rahmawati, Marai dan Erita Hayati, 2013. Pengelompokan Berdasarkan Karakter Morfologi Vegetatif Pada Plasma Nutfah Pisang Asal Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agrista Vol. 17 No. 3 Ramdani, Fitria Apriliani, Gebi Dwiyanti, Wiwi Siswaningsih. 2013. Penentuan Aktivitas Antioksidan Buah Pepaya (Carica papaya L.) dan Produk Olahannya Berupa Manisan Pepaya. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. Volume 4 No. 2 Sadat, Anwar, Tamrin, Cicih Sugianti. 2015. Pengaruh Pemeraman Menggunakan Batu Karbit (CaC2) Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt)), J. Rekayasa Pangan dan Pert., Vol. 3 No. 4. Sherly, Antiantia, Cahyaningrum, Sary Edi. 2014. Aktivasi Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate L.) Dengan H2SO4 dan Aplikasinya Sebagai Adsorben Ion Logam Cr (VI). UNESA Journal of Chemistry Vol. 3, No 1 Supriyanti, F. Maria Titin, Hokcu Suanda, Riska Rosdiana. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa bluggoe) Sebagai Sumber Antioksidan pada Produksi Tahu. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VII. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Sugiharto, Sumadi, B. dan Suyanto. 2004. Metabolisme sukrosa pada proses pemasakan buah pisang yang diperlukan pada suhu berbeda. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 5(1). Wahyuningtyas Nanin. 2011. Pembuatan Kerupuk dengan Subtitusi Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana). Laporan Praktek Produksi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Wakano, Deli., Efraim Samson dan Lady D. Tetelepta. 2015. Pengolahan Limbah Kulit Pisang Sebagai Makanan yang Berkalsium Tinggi dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Desa Batu Merah Kota Ambon. Usulan Program Iptek Bagi Masyarakat, Universitas Pattimura Widyatmoko, Ardian, Dwi Hastutik, Ari Sudarmanto, Endang Lukitaningsih. 2016. Vitamin C, Vitamin A And Alpha Hydroxy Acid In Bengkoang (Pachyrhizus erosus) Trad. Med. J., Vol. 21(1)), p 48-54 BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 122 Jurnal Biology Science & Education 2016 Cornelia pary, dkk Wijaya. 2013. Manfaat Buah Asli Indonesia. PT Gramedia. Jakarta Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta. Winarno R.G, Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Penerbit Sastra Hudaya. Jakarta. BIOLOGI SEL (vol 5 no 1 edisi jan-jun 2016 issn 2252-858x) Page 123