ETHYLENE dan ABSCISIC ACID (ABA) Irsanty Nadya Isnasa 115040201111263 Ilham Fajar sutresno 115040201111335 Joko Pilianto 115040213111043 ETHYLENE • Etilen adalah salah satu hormon tumbuhan yang berbentuk gas dan berperan dalam berbagai proses fisiologis tumbuhan. Hormon ini diketahui berperan dalam memicu perkecambahan, pertumbuhan, pembungaan, kerontokan daun, pematangan dan kelayuan (senesence) . • Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethene Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap. ETHYLENE Prekursor Methionine • Dapat merangsang pembungaan pada tanaman nanas • Dapat meningkatkan jumlah bunga betina pada tanaman famili Cucurbitaceae Ethylene dapat terbentuk karena: ada jaringan yang luka, pada proses kemasakan buah, tanaman yang tergenang atau tanaman yang mengalami cekaman air Peran Fisiologis Ethylene: 1. Kemasakan buah 2. Absisi daun 3. Pembungaan ETHYLENE • Substansi pelepas Ethylene Ethrel atau Ethephon (2chloroethyl phosphonic acid) dalam air pada pH netral atau basa dapat membentuk ethylene, ion Cl- dan H2PO4• Pada proses luka Ethylene berperan dalam merangsang terbentuknya enzim peroksidase yang dapat mencegah terjadinya infeksi • Tingkat resistensi tanaman atas serangan hama tergantung pada kemampuan tanaman untuk memproduksi enzim phenyl-amonia lyase (PAL) dan Tyrosine amonia lyase (TAL) membentuk phenolic acid Manfaat Etilen Dalam pematangan buah, etilen bekerja dengan cara memecahkan klorofil pada buah muda, sehingga buah hanya memiliki xantofil dan karoten. Dengan demikian, warna buah menjadi jingga atau merah. Fungsi lain etilen secara khusus adalah: Mengakhiri masa dormansi • Merangsang pertumbuhan akar dan batang • Pembentukan akar adventif • Merangsang absisi buah dan daun • Merangsang induksi bunga Bromiliad • Induksi sel kelamin betina pada bunga • Merangsang pemekaran bunga Kerjasama dengan Hormon Lain • Apabila konsentrasi etilen sangat tinggi dibanding hormon auksin dan giberelin, etilen dapat menghambat proses pembentukkan batang, akar, dan bunga. Namun etilen juga dapat merangsang pembentukkan bunga bila bersama-sama dengan hormon auksin. Biosintesis dan Metabolisme • Etilen diproduksi oleh tumbuhan dari asam amino metionin yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan perkembangan. • Etilen dibentuk dari metionin melalui 3 proses: 1. ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan membuat metionin kehilangan 3 gugus fosfat. 2. Asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat sintase(ACC-sintase) kemudian memfasilitasi produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin). 3. Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi ini dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilen. BIOSINTESIS ETYLEN PRODUKSI ETILEN • Produksi etilen terjadi pada tahap perkembangan tertentu seperti perkecambahan, pemasakan buah , pemekaran bunga, dan proses kelayuan daun dan bunga(Ting,1982) • Di pengaruhi faktor Internal dan Eksternal • Faktor Internal : jenis jaringan, spesies, dan tahap perkembangan tumbuhan, hormon auksin dan hormon sitokinin. • Faktor Eksternal: stress dari lingkungan, adanya luka, jumlah oksigen yang sangat rendah, dan serangan patogen (mikroorganisme). Stres yang berasal dari lingkungan dapat berupa banjir (kondisi tergenang), kekeringan, dan proses pendinginan (Wilkins, 1989). Climateric and Nonclimateric fruits Etiolasi, Epinasti, Senescence, Pertumbuhan rambut akar ASAM ABSISAT (ABA) Asam absisat merupakan molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan Asam absisat berperan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan. menghadapi kondisi cekaman lingkungan. contohnya: Kekeringan mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder ABSCISIC ACID (ABA) • ABA terdapat pada semua jenis tanaman, kecuali Algae, Cendawan, dan Bakteri • Tanaman yang mengalami cekaman air, panas, dan cekaman salinitas tinggi akan banyak memproduksi ABA merangsang penutupan stomata • Pada Short-Day Plants, kandungan ABA 3-4 kali lebih banyak dari pada Long-Day Plants BIOSYNTHESIS ABA • Biosintesis ABA ada 2: 1 secara langsung 2 tidak langsung kedua itu di lakukan dengan memanfaatkan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas. • Ada dua jalur metabolisme untuk menghasilkan ABA yaitu : - jalur asam mevalonat (MVA) - jalur metileritritol fosfat (MEP). Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA. Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat. BIOSYNTHESIS ABA ABSCISIC ACID (ABA) • Gibberellic Acid dapat memecahkan dormansi biji Monocotyl • Cytokinin dapat memecahkan dormansi biji Dicotyl • Pengaruh ABA dalam permeabilitas membran dapat diatasi dengan pemberian Fusicoccin (merupakan super Auxin) dapat mempercepat pertumbuhan sel • Super Auxin tidak dapat dihambat oleh inhibitor ABA SIGNALING IN STOMATAL GUARD CELL ABA & Stomata ABA & Penutupan Stomata • Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel. • Akibatnya, kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. • ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. Referensi: • Salisbury FB, Ross CW (1992). Plant Physiology. Belmont. • Linda RB (2007). Introductory Botany: Plants, People, and the Environment. Brooks Cole. ISBN 978-0-534-46669-5. • Campbell NA, Reece JB (2004). Biology, 7th Edition. Benjamin Cummings. ISBN 978-0-8053-7146-8. • Lerner HR (1999). Plant Responses to Environmental Stresses: From Phytohormones to Genome Reorganization: From Phytohormones to Genome Reorganization. CRC Press. ISBN 9780-8247-0044-7. • Arteca RN (1995). Plant growth substances: principles and applications. Springer. ISBN 978-0-412-03911-9. • Peter J. Davies (2005). Plant hormones: biosynthesis, signal transduction, action!. Springer. ISBN 978-1-4020-2684-3. • W. Dieter Jaschke, Andreas D. Peuke1, John S. Pate, Wolfram Hartung (1997) • wikipedia,(2012).file:///C:/Users/USER/Downloads/fistan/Asam_absi sat.htm