Buku Penuntun Praktikum Kimia Organik

advertisement
1
DESTILASI SEDERHANA
I. Tujuan
1. Mengenal beberapa cara destilasi.
2. Mengerti prinsip masing-masing destilasi.
3. Memahami kegunaan masing-masing destilasi.
II. Teori Singkat
Destilasi atau penyulingan adalah suatu proses penguapan suatu cairan dan kondensasi
kembali uap yang terjadi. Jadi alat destilasi paling sederhana terdiri dari sistem pemanasan
untuk menguapkan cairan yang dirangkai dengan sistem pendinginan untuk mengkondensasi
uap yang terjadi pada proses pemanasan. Tergantung tujuan penggunaan proses destilasi,
Dewasa ini dikenal bermacam-macam destilasi, yaitu:
A. Destilasi sederhana
Alat destilasi sederhana merupakan alat standar yang terdiri dari labu destilasi sebagai
tempat memanaskan cairan, termometer untuk mengukur temperatur, pendingin untuk
mendapatkan cairan kembali, serta bejana untuk menampung cairan yang keluar dari
pendingin. Destilasi sederhana digunakan untuk menentukan titik didih suatu cairan dan juga
dapat digunakan untuk memurnikan zat cair dari pengotor yang terlarut dan mempunyai titik
didih yang sangat berbeda dengan cairan yang akan dimurnikan. Seperti gula garam logam dan
lain-lain.
Dalam menentukan titik didih, hal yang harus diperhatikan adalah:

Cara meletakkan termometer.
Titik didih adalah temperatur dimana terjadi keseimbangan uap dengan cairan. Oleh
karena itu, ujung air raksa dari termometer, harus diletakkan tepat ditempat terjadinya
kesetimbangan tersebut yaitu dipersimpangan yang menuju pendingin.

Koreksi termometer.
Untuk zat yang sama, bila digunakan termometer yang berbeda, ada kemungkinan
menunjukkan titik didih yang berbeda pula. Dalam hal ini, kesalahan berarti
disebabkan oleh kesalahan termometer. Bila harga titik didih akan digunakan sebagai
karakterisasi zat dengan cara membandingkan harga titik didih yang diperoleh dengan
harga pada referensi, maka kesalahan termometer ini akan berakibat kesalahan
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
2
interpretasi zat yang dianalisis. Untuk menghindari kesalahan ini, maka sebelum
digunakan, sebaiknya dilakukan kalibrasi terhadap termometer yang akan dipakai.

Koreksi terhadap tekanan dan temperatur ruang.
Sebelum membandingkan harga titik didih dengan literatur, terlebih dahulu harus
dikoreksi terhadap suhu dan tekanan ruang pada saat pengukuran dilakukan Seperti
diketahui, titik didih suatu zat cair, tergantung tekanan atmosfir. Sedangkan harga yang
tercantum dalam literatur, umumnya adalah harga standar (250 1 atm).
B. Destilasi uap
Destilasi uap biasa digunakan dalam proses isolasi minyak atsiri dari alam. Pada
destilasi uap, uap air yang berasal dari pembangkit uap, dilewatkan pada bahan yang
mengandung minyak. Minyak atsiri tidak bercampur dengan air, tetapi masing-masing zat
mempunyai tekanan uap parsial. Ini berarti setelah uap air kontak dengan permukaan bahan,
pada uap air akan terkandung sejumlah uap minyak. Selanjutnya, campuran uap ini akan
terkondensasi bersama sebagai destilat.
Destilat yang ditampung terdiri dari air dan minyak yang tidak saling larut. Dengan
cara ini, dimungkinkan memperoleh destilat minyak tanpa terlebih dahulu mengalami
penguapan pada titik didih normalnya.
C. Destilasi Bertingkat
Destilasi bertingkat digunakan untuk memisahkan campuran yang mempunyai
perbedaan titik didih kecil. Alat destilasi bertingkat sama dengan destilasi sederhana,
ditambah kolom fraksinasi. Kolom fraksinasi berfungsi memperpanjang jalan uap menuju
tempat terjadinya kondensasi. Apabila pada penguapan dari labu destilasi ada
kemungkinan uap mengandung lebih dari satu komponen, maka selama melewati kolom
fraksinasi, komponen dengan titik didih tinggi akan mencair dan turun kembali ke labu
destilasi. Sedangkan komponen dengan titik didih rendah, akan terus naik menuju tempat
terjadinya kondensasi. (Dalam kolom fraksinasi, uap akan berbenturan dengan dinding
kolom, dan terjadi transfer energi).
D. Destilasi Vakum
Destilasi ini digunakan untuk mendestilasi senyawa-senyawa yang bila dipanaskan
pada titik didih normalnya dapat rusak atau terurai. Dengan menurunkan tekanan, maka
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
3
titik didih komponen akan turun dibawah titik didih normalnya, sehingga pada proses
destilasi, zat tidak rusak.
III. Alat dan Bahan
Alat
Bahan
1. Termometer
1. Aquades
2. Alat destilasi lengkap
2. Alkohol
3. Labu erlenmeyer
3. Pelarut organik/Etanol/Aseton
4. Gelas kimia besar
4. CuSO4
5. Tabung reaksi
5. Es batu, garam dapur
6. Pemanas/Heating mantle
6. Kertas saring
IV. Prosedur Kerja
Kalibrasi termometer
a) Kalibrasi titik nol

Siapkan gelas kimia berisi es dan garam dapur.

Masukkan akuades ke dalam tabung reaksi.

Celupkan termometer ke dalam tabung tersebut.

Masukkan tabung reaksi ke dalam gelas kimia berisi es.

Amati temperatur pada saat air mulai membeku sampai semua air membeku.

Ulangi lima kali dan gunakan haga rata-rata untuk perhitungan.
b) Kalibrasi titik seratus
 Pasang alat destilasi sederhana. Gunakan termometer yang akan dikalibrasi.
 Masukkan sejumlah aquades ke dalam labu destilasi, tambahkan batu didih,
panaskan!
 Catat suhu pada saat tetesan destilat mulai keluar.
 Amati suhu selama tiga menit. Catat apakah terjadi perubahan suhu!
 Ukur tekanan dan suhu ruang pada waktu anda melakukan percobaan.
 Lakukan koreksi titik didih terhadap tekanan menggunakan rumus :
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
4
c) Destilasi Sederhana
o Ganti akuades yang digunakan pada percobaan B dengan pelarut organik yang
disediakan.
o Lakukan destilasi dan catat temperatur pada waktu destilat mulai keluar.
o Gunakan faktor koreksi termometer (dari percobaan A dan B) untuk
menghitung berapa sebenarnya temperatur yang ditunjuk termometer anda dan
bandingkan dengan literatur untuk pelarut yang sama.
o Ganti isi labu dengan campuran air ditambah alkohol.
o Lakukan destilasi!
o Uji kemurnian alkohol yang diperoleh (apa kesimpulan anda)!
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
5
PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK BERWUJUD KRISTAL
I. Tujuan
1. Memahami teknik pemurnian senyawa organik berbentuk kristal.
2. Mempelajari pengaruh pelarut pada rekristalisasi.
3. Mempelajari cara menentukan kemurnian senyawa organik berbentuk kristal.
II. Teori Singkat
Senyawa organik yang kita peroleh baik sebagai hasil isolasi dari bahan alam maupun
sebagai hasil sintesis, jarang dalam keadaan murni tetapi selalu dalam bentuk tercampur
dengan pengotornya. Jika senyawa dalam bentuk padat perlu dimurnikan dengan proses yang
disebut rekristalisasi.
Landasan rekristalisasi adalah meningkatnya kelarutan dengan peningkatan suhu, dan
karena perbedaan kelarutan dengan pelarut tertentu antara pengotor dengan senyawa yang akan
dimurnikan. Keberhasilan proses kristalisasi sangat ditentukan oleh penggunaan pelarut yang
cocok.
Kriteria pelarut yang dapat digunakan untuk rekristalisasi suatu zat antara lain :
a. Melarutkan sedikit pada suhu dingin dan melarutkan dengan jumlah banyak pada suhu
yang lebih tinggi.
b. Tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan.
c. Mudah melarutkan pengotor pada suhu rendah, atau sama sekali tidak melarutkan baik
pada suhu rendah maupun suhu tinggi.
d. Mudah dipisahkan dari produk utama (zat yang akan dimurnikan).
e. Mudah didapat.
Dalam proses kristalisasi, kadang-kadang kita perlu menambahkan zat aktif permukaan
untuk menyerap pengotor dalam bentuk zat warna. Tapi jangan menggunakannya terlalu
banyak, karena akan dapat menyerap senyawanya sendiri. Setelah proses kristalisasi selesai,
kita perlu menguji kemurnian hasil. Uji kemurnian zat organik dalam bentuk padat biasanya
dengan mengukur titik leleh. Titik leleh senyawa murni mempunyai rentangan harga yang
besar. Disamping itu, harga titik leleh juga dapat digunakan untuk membantu dalam
identifikasi awal suatu senyawa, dengan cara membandingkan harga titik leleh yang didapat
dengan titik leleh dari literatur.
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
6
III. Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas kimia 250 mL
3. Pengaduk kaca
4. Lampu spirtus
5. Kaki tiga
Bahan
1. Aquades
2. Alkohol
3. Asetamida
4. Asam Benzoat
6. Kasa asbes
7. Melting point apparatus
8. Erlenmeyer
9. Corong
IV. Prosedur Kerja

Timbang 3 gram asam benzoat.

Kemudian masukkan zat campuran tersebut ke dalam erlenmeyer yang bersih.

Masukkan 200 mL akuades/etanol ke dalam labu erlenmeyer yang berisi zat
campuran.

Panaskan sampai larut (sambil memanaskan, tambahkan norit secukupnya)

Tambahkan kembali 50 mL aquadest/etanol ke dalam erlenmeyer, panaskan.

Saring larutan, apabila mengkristal di kertas saring siram dengan air panas.

Dinginkan filtrate hingga terbentuk Kristal.

Setelah dingin, saring kristal dengan corong buchner.

Keringkan kristal dalam oven.

Timbang kristal yang didapat.
Data yang dibahas:
Berat asam benzoat awal : .......
Berat kertas saring awal : ........
Berat asam benzoat hasil : (berat hasil pengeringan – berat kertas saring awal)
% Perolehan hasil asam benzoat : berta hasil/berat awal x 100%
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
7
PENGENALAN GUGUS FUNGSI
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengenal perbedaan golongan senyawa organik berdasarkan gugus
fungsinya.
2. Mahasiswa dapat membandingkan sifat fisik dan kimia dari beberapa golongan
senyawa organik.
3. Mahasiswa dapat menentukan golongan senyawa organik berdasarkan reaksi-reaksi
identifikasi gugus fungsi.
II. Teori Singkat
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
8
Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawaan organik yang hanya terdiri dari karbon dan hidrogen.
Dua sumber utama hidrokarbon adalah minyak bumi termasuk gas alam dan batu bara. Minyak
bumi merupakan campuran senyawa kompleks, terutama dari golongan hidrokarbon alifatik.
Hidrokarbon aromatik terutama diperoleh dari batubara.
Hidrokarbon alifatik terdiri dari alkana, alkena dan alkuna berdasarkan ketidakjenuhan
ikatannya.
Pada percobaan kali ini anda akan membedakan alkana dari alkena berdasarkan
reaksinya. Senyawa hidrokarbon aromatik walaupun mempunyai ketidakjenuhan, tetapi
bersifat stabil (mengapa?). Anda dapat membuktikan kestabilan ini dengan cara
membandingkan reaksi antara alkena dengan aromatik ini.
Alkohol
Metanol merupakan golongan alkohol yang paling sederhana. Etanol adalah golongan
alkohol yang paling sering dikenal sebagai antiseptik, pelarut, juga pengawet. Etanol larut
dalam air dengan segala perbandingan. Pencampuran 52 mL etanol dengan 48 mL air akan
menghasilkan total volume 96,3 mL.
Berdasarkan struktur kerangka karbonnya, alkohol dibagi menjadi alkohol primer,
sekunder dan tersier. Kereaktifan masing-masing alkohol terhadap pereaksi tertentu sangat
berbeda. Sehingga kita dapat menentukan apakah suatu alkohol masuk dalam kelompok
primer, sekunder atau tersier dengan jalan mengamati kereaktifan terhadap pereaksi tertentu
misalnya reaksi oksidasi.
Fenol
Ditinjau dari strukturnya, fenol mirip dengan alkohol, tetapi sifatnya sangat berbeda.
Fenol tidak menjalani reaksi dehidrasi menjadi alkena, sedangkan alkohol dapat. Fenol tidak
dapat dioksidasi menjadi aldehid atau keton, sedangkan alkohol dapat (mengapa?). Fenol
sebenarnya merupakan nama sekelompok senyawa yang memiliki gugus OH yang terikat
langsung pada cincin aromatik. Tetapi nama fenol juga dipakai untuk senyawa yang paling
sederhana. Fenol bersifat sebagai asam lemah, sehingga dengan basa kuat dapat menghasilkan
garam. Fenomena ini dapat anda gunakan untuk membedakan fenol dari alkohol.
Reaksi identifikasi yang khas untuk fenol adalah feriklorida yang akan memberikan warna.
Warna yang terjadi tergantung jenis fenol yang digunakan.
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
9
Asam Karboksilat
Asam karboksilat adalah asam lemah, artinya dalam air sedikit mengurai menghasilkan
H+ dan anion karboksilat.
Asam karboksilat yang paling sering dijumpai sehari-hari adalah asam asetat. Asam
asetat murni pada suhu 16,60 C akan membeku menjadi kristal yang disebut juga cuka es.
Selain asam asetat, di alam dijumpai juga asam formiat atau asam semut (mengapa disebut
asam semut?). Asam format mudah dioksidasi menjadi CO2 dan H2O, dan mudah mereduksi
kalium permanganat.
Turunan asam karboksilat adalah golongan ester. Ciri khas dari ester adalah baunya
yang harum. Pengesteran asam karboksilat dengan alkohol adalah reaksi yang dapat balik.
Uji kelarutan
Kelarutan senyawa organik dalam berbagai pereaksi merupakan sifat yang penting.
Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar, sebaliknya senyawa non polar akan larut dengan
baik dalam pelarut non polar. Kepolaran suatu senyawa organik ditentukan oleh gugus fungsi
dan rantai alkilnya. Untuk molekul kecil, gugus fungsi polar sangat menentukan kepolaran
senyawa, tetapi untuk molekul besar, gugus fungsi polar tidak terlalu terpengaruh
dibandingkan rantai alkil yang bersifat nonpolar. Sebagai contoh, etanol jauh lebih larut dalam
air dibandingkan normal heksanol. Suatu senyawa yang bereaksi dengan pereaksi tertentu,
dapat berubah sifat kelarutannya. Alkilamina yang tidak larut dalam air akan bereaksi dengan
asam membentuk garam alkil amonium yang larut dalam air.
Uji kelarutan merupakan uji awal dalam mengelompokkan senyawa organik. Pengelompokkan
ini sebagai dasar bagi beberapa uji khas untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang ada. Yang
paling mudah adalah membagi senyawa organik menjadi dua kelompok besar menurut
kelarutan dalam air. Selanjutnya dibagi lagi berdasarkan kelarutan dalam pelarut lain. Suatu
bagan pemisahan yang didasarkan pada kelarutan dalam pereaksi tertentu dilukiskan dalam
skema dibawah ini.
III. Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Rak tabung
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
10
Bahan
1. Aquades
13. Asam sulfat
2. Sikloheksana
14. Kalsium dikromat
3. Sikloheksen
15. Fenol
4. CCl4
16. NaOH
5. Bromium
17. Feriklorida
6. KMnO4
18. Asam format
7. Toluene
19. NH4OH
8. Etanol
20. AgNO3
9. Benzene
21. Asam asetat
10. Asam nitrat
22. Formaldehida
11. Asetaldehida
23. Benzophenon
12. Aseton
24. Ethyl Methyl Keton
IV. Prosedur Kerja
A. Hidrokarbon
1. Sifat fisik hidrokarbon
Masukkan 10 tetes sikloheksana dan toluene dalam tabung reaksi yang bersih
dan kering. Tambahkan 10 tetes air ke dalam masing-masing tabung, kocok dan
perhatikan apakah hidrokarbon larut dalam air!
Ulangi percobaan di atas tetapi air diganti dengan CCl4
2. Reaksi dengan brom
Masukkan 10 tetes sikloheksana dan sikloheksena masing-masing dalam 2 tabung
reaksi yang kering dan bersih. Tambahkan 2 tetes larutan brom dalam CCl4. Amati bila
terjadi reaksi.
3. Reaksi dengan KMnO4
Larutkan 6 tetes sikloheksana, sikloheksena, dan toluene dalam 2 mL etil alcohol
dalam tabung reaksi terpisah. Tambahkan 2 tetes larutan KMnO4 2%. Catat perubahan
yang terjadi pada masing-masing tabung!
B. Benzene
Campurkan ke dalam tabung reaksi kering kira-kira 1 mL HNO3 pekat dengan 2
mL H2SO4 pekat (kerjakan dalam lemari asam). Dinginkan tabung di bawah air kran.
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
11
Tambahkan 1 mL benzene, kocok betul sambil terus didinginkan. Campuran dituangkan
ke dalam gelas piala berisi air. Minyak kuning yang kental akan mengendap pada dasar
gelas dan mempunyai bau yang khas. Tulis persamaan reaksi dan tentukan senyawa apa
yang mengendap tersebut!
C. Alkohol

Tambahkan beberapa tetes etanol ke dalam air. Catat kelarutannya dalam air!
 Tambahkan beberapa tetes asam sulfat dan sedikit kalsium dikromat, panaskan!
Catat perubahan yang terjadi dan tuliskan reaksinya! Perhatikan juga bau yang
timbul!
D. Aldehid dan Keton
1) Masukkan 1 mL larutan AgNO3 5% ke dalam tabung reaksi.
2) Tambahkan 1 tetes larutan NaOH 10% dan kocok hingga homogen.
3) Tambahkan ke dalam campuran tersebut larutan encer NH4OH hingga endapan
AgOH melarut (hindari penggunaan larutan ammonia berlebihan).
4) Tambahkan + 2 tetes larutan yang akan diuji ke dalam campuran diatas.
5) Tabung tersebut dikocok dan dibiarkan selama 10 menit.
6) Jika reaksi tidak terjadi dalam waktu 10 menit, panaskan tabung reaksi dalam
di atas penangas air selama 5 menit.
7) Reaksi positif akan ditunjukkan dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding metalik.
E. Fenol
1) Catat bau yang khas dari senyawa ini!
2) Ke dalam 2 mL air dalam tabung reaksi tambahkan sedikit demi sedikit Kristal
fenol. Pada setiap penambahan dikocok dan diamati kelarutannya. Bila
terbentuk larutan jenuh, panaskan dan kocok, amati kembali kelarutannya.
Campuran ini dibagi dua.
3) Ke dalam tabung reaksi pertama tambahkan larutan NaOH tetes demi tetes.
Amati setiap kali penambahan!
4) Ke dalam tabung reaksi yang lain tambahkan air sampai lapisan fenol melarut
semua. Larutan ini juga dibagi dua. Pada bagian pertama tambahkan larutan
feriklorida. Catat pengamatan anda!
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
12
5) Ke dalam bagian lain dari percobaan 4 tambahkan air brom, amati dan apa
kesimpulan anda?
F. Asam Karboksilat
1) Uji kelarutan asam format dalam air. Catat juga bau yang merangsang dari
asam ini!
2) Ke dalam beberapa mL asam format tambahkan NH4OH secukupnya, sampai
bila dikocok bau amoniak dapat kenali. Didihkan larutan ini 2-3 menit sehingga
kelebihan amoniak hilang, tambahkan larutan AgNO3amati dan catat reaksi
yang terjadi!
3) Tambahkan beberapa tetes asam format ke dalam beberapa mL larutan asam
sulfat encer, lalu tambahkan kalium permanganate secukupnya, sehingga
terbentuk warna merah jambu.
4) Lakukan percobaan 3 dengan mengganti asam format dengan asam asetat. Apa
kesimpulan anda?
UJI PENDAHULUAN KARBOHIDRAT DAN PROTEIN
I. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan macam‐macam karbohidrat (mono‐, di‐, oligo‐,
dan polisakarida) dengan cara mengamati reaksi‐reaksi spesifik untuk masing‐masing
golongan.
b. Mahasiswa dapat menidentifikasi protein dan asam‐asam amino pembangun protein.
II. Teori Singkat
Karbohidrat dan protein merupakan senyawa metabolit primer selain lemak yang
banyak terdapat dalam jaringan tumbuhan dan hewan termasuk manusia. Struktur kimia
karbohidrat mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen dengan rumus molekul Cn(H2O)n.
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
13
Berdasarkan strukturnya, karbohidrat dapat digolongkan dalam beberapa kelompok
yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Karbohidrat dapat diisolasi
dari bahan alam, dan hasil isolasi ini dapat diidentifikasi dengan reaksi‐reaksi khusus untuk
membuktikan adanya karbohidrat hasil isolasi tersebut. Selain untuk membuktikan adanya
karbohidrat reaksi‐reaksi spesifik ini dapat juga membedakan karbohidrat berdasarkan
golongannya.
Demikian juga protein yang merupakan senyawa bermolekul besar yang dibangun oleh
satuan‐satuan asam amino dengan struktur kimia mengandung gugus asam karboksilat dan
gugus amina. Setiap asam amino berbeda mempunyai struktur kimia yang berbeda pula. Jika
asam amino direaksikan dengan pereaksi tertentu (pengenal protein dan asam amino) dapat
memberikan reaksi yang spesifik. Sehingga demikian hasil reaksi dengan pereaksi pengenal
ini dapat digunakan untuk identifikasi dan mengetahui adanya protein atau asam amino dari
bahan yang dianalisis.
III. Alat dan Bahan
Alat
一. Tabung reaksi (bersih dan kering)
一. Pipet tetes
一. Gelas kimia
一. Penangas air
Bahan
一. Karbohidrat (glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa, amilum)
一. Pereaksi Molish
一. Peraksi Bial
一. Pereaksi Benedict
一. Pereaksi Barfoed
一. Pereaksi Tollens
一. Pereaksi Fehling A
一. Pereaksi Fehling B
一. Pereaksi Seliwanof
一. Amil alkohol
一. Fenilhidrazin HCl
一. Natrium asetat
一. Aquades
一. Larutan protein (putih telur, glisin, fenil
alanin, triptofan, dan tirosin)
一. Pereaksi Hopkin Cole
一. Pereaksi Millon
一. Larutan NaOH 10%
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
一. Larutan CuSO4 2%
一. HNO3 pekat
14
一. CuSO4 5%
一. H2SO4 pekat
一. Ninhidrin 0,2%
IV. Prosedur Kerja
A. Uji Karbohidrat
a. Pengenalan Pati dengan Tes Molisch
1) Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL
akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.
2) Tambahkan 2 tetes pereaksi Molisch ke dalam masing‐masing tabung reaksi
kemudian kocok hingga tercampur dengan baik.
3) Miringkan tabung reaksi, dan dengan hati‐hati tambahkan 1‐2 mL H2SO4 pekat
ke dasar tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes. Amati dan catat
perubahan warna di batas kedua lapisan cairan untuk masing‐masing tabung.
Timbulnya warna ungu menandakan tes positif terhadap pati.
b. Tes Bial (tes pentosa)
1) Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL
akuades dalam tabung lain sebagai kontrol.
2) Tambahkan ke dalam masing‐masing tabung, 2 mL reagen Bial, kemudian
panaskan perlahan‐lahan kedua tabung di atas penangas air sampai mendidih,
kemudian dinginkan. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif
ditandai dengan terbentuk warna hijau.
3) Jika warna yang timbul tidak nyata, encerkan larutan tersebut dengan air sebanyak
tiga kali volumenya kemudian tambahkan 1 mL amil alcohol dan kocok beberapa
saat sampai warna hijau muncul pada lapisan amil alkohol.
c. Tes Benedict (tes gugus pereduksi)

Tempatkan 1 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan dalam
tabung reaksi lain 1 mL akuades sebagai kontrol.

Tambahkan 5 tetes pereaksi Benedict ke dalam masing‐masing tabung dan
panaskan tabung di atas penangas air mendidih selama 2‐5 menit kemudian amati
perubahan yang terjadi. Jika bahan uji mengandung gula pereduksi, maka akan
terbentuk endapan merah bata.
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
15
d. Tes Barfoed (tes mono‐ dan disakarida)

Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL
akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.

Tambahkan 2 mL larutan Barfoed ke dalam masing‐masing tabung reaksi
kemudian panaskan kedua tabung reaksi diatas penangas air. Bila dalam waktu dua
menit
terbentuk
endapan
berwarna
merah
bata
menunjukkan
adanya
monosakarida. Tapi bila endapan merah bata baru terbentuk setelah pemanasan +
10 menit, maka dalam larutan uji terdapat disakarida.
e. Tes tollens (tes pentose dan heksosa)

Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam suatu tabung reaksi dan tempatkan
akuades dalam tabung reaksi yang lain sebagai kontrol.

Tambahkan pada masing‐masing tabung 2 mL pereaksi Tollens kemudian
panaskan di atas penangas air. Amati perubahan yang terjadi, bila terjadi warna
merah anggur menunjukkan adanya pentosa.
f. Tes Fehling (tes gugus pereduksi)

Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL
akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.

Tambahkan 2 mL larutan Fehling (Fehling A + Fehling B) pada masing‐masing
tabung kemudian panaskan di atas penangas air selama 3‐4 menit. Amati perubahan
yang terjadi, jika dalam larutan uji terdapat gula pereduksi maka terbentuk endapan
merah bata.
g. Tes Seliwanof (tes ketosa dan aldosa)

Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL
akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.

Tambahkan 5 mL pereaksi Seliwanof pada masing‐masing tabung dan panaskan di
atas penangas air selama 1 menit. Amati perubahan yang terjadi, jika terbentuk
warna merah bata maka bahan uji mengandung ketosa.
h. Tes Osazon (tes mono‐ dan disakarida)

Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan tempatkan 2 mL
akuades pada tabung lain sebagai kontrol.
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
16

Tambahkan pada masing‐masing tabung reaksi 0,1 gram Fenilhidrazin HCl dan 0,2
gram Natrium asetat kemudian dikocok sampai homogen.

Panaskan kedua tabung tabung di atas penangas air kemudian amati waktu
terjadinya endapan kuning dari Osazon. Jika ada monosakarida Osazon terbentuk
dalam keadaan panas, tapi jika ada dissakarida maka pembentukan Osazon terjadi
setelah didinginkan.
B. Uji Protein dan Asam Amino
a. Reaksi Biuret (tes umum protein)
 Tempatkan 2mL larutan protein/asam amino ke dalam tabung reaksi. Tambahkan
1 mL NaOH 10%, kemudian tambahkan tetes demi tetes larutan CuSO4 0,5%.
Amati perubahan yang terjadi, tes positif ditandai terbentuknya warna ungu.
b. Tes Ninhidrin (tes umum asam amino)
1) Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan beberapa tetes larutan Ninhidrin 0,2% dan dikocok beberapa saat.
2) Panaskan di atas penangas air selama 10 menit. Amati perubahan yang terjadi,
reaksi positif jika terbentuk warna ungu.
c. Tes Ksantoprotein (tes gugus fenil asam amino)

Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan 1 mL HNO3 pekat dan kocok beberapa saat.

Panaskan di atas penangas air selama 3‐6 menit. Amati perubahan yang terjadi,
reaksi positif jika terbentuk endapan kuning (warna kuning akan lebih terang jika
ditambahkan 2‐3 tetes NaOH 10%).
d. Tes Hopkin Cole (tes triptopan)

Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan 2 mL pereaksi Hopkin Cole dan dikocok beberapa saat.

Tambahkan perlahan‐lahan 1 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi yang
dimiringkan sehingga terbentuk 2 lapisan. Reaksi positif bila terlihhat cincin ungu
pada bidang batas.
e. Tes Millon (tes asam amino tirosin)
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
17

Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan beberapa tetes pereaksi Millon dan dikocok beberapa saat.

Panaskan di atas penangas air selama 4‐6 menit. Amati perubahan yang terjadi,
reaksi positif ditandai terjadinya endapan merah.
V. Pertanyaan
Buatlah reaksi‐reaksi uji karbohidrat dengan pereaksi Bial, Benedict, Barfoed, Fehling,
Tollens, dan Seliwanof.
Buatlah reaksi‐reaksi uji protein dan asam amino dari percobaan ini.
PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK
Ekstraksi: Isolasi Kafein dari Teh dan Uji Alkaloid
I. TUJUAN
Pada akhir percobaan diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan konsep dan jenis
ekstraksi, serta terampil dalam melakukan ekstraksi. Selain itu juga, mahasiswa diharapkan
dapat menjelaskan tujuan penggaraman dan pengeringan larutan.
II. Pendahuluan
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
18
Kelarutan senyawa dalam suatu pelarut dinyatakan sebagai jumlah gram zat terlarut
dalam 100mL pelarut pada 25oC. Senyawa akan larut dalam suatu pelarut jika kekuatan atraktif
antara kedua molekul (zat terlarut dan pelarut) adalah sesuai atau disukai. Yang polar larut
dalam pelarut polar, dan sebaliknya. Jadi sifat kepolaran senyawa, zat terlarut maupun pelarut,
merupakan dasar paling penting dalam proses pelarutan. Kepolaran ditentukan oleh perbedaan
keelektronegatifan
unsur-unsurnya.
Senyawa
non-polar
terjadi
karena
perbedaan
kelektronegatifannya kecil atau sama, misalnya C-C, C-H; sedangkan senyawa polar terdapat
perbedaan keelektronegatifan besar seperti pada C-O, C-N, C-X. Demikian pula diantara
molekul yang mengandung O-H atau N-H akan terjadi ikatan hidrogen (antar molekul) sangat
menentukan kelarutan.
Ekstraksi adalah metoda pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau
lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Jika kedua
fasa tersebut adalah zat cair yang tidak saling bercampur, disebut ekstraksi cair-cair. Dalam
sistem ini satu atau lebih senyawa berpartisi di antara kedua pelarut, yaitu sebagian kecil
senyawa akan berada dalam salah satu pelarut, dan sebagian besar lainnya akan berada dalam
pelarut yang kedua. Keberhasilan pemisahan sangat tergantung pada perbedaan kelarutan
senyawa tersebut dalam kedua pelarut. Secara umum prinsip pemisahannya adalah senyawa
tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut di pelarut lainnya. Air banyak
dipakai dalam sistem ekstraksi cair-cair senyawa organik, karena banyak senyawa organik
yang bersifat ion atau sangat polar yang cukup larut dalam air. Pelarut lainnya adalah pelarut
organik yang tidak bercampur dengan air (yaitu bukan dari golongan alkohol dan aseton).
Dalam sistem ekstraksi ini akan dihasilkan dua fasa yaitu fasa air (aqueous) dan fasa organik.
Selain syarat kelarutan yang harus berbeda jauh perbedaannya di kedua pelarut tersebut, juga
syarat lain adalah pelarut organik harus mempunyai titik didih jauh lebih rendah dari senyawa
terektraksi (biasanya dibawah 100oC), tidak mahal dan tidak bersifat racun.
Ekstraksi asam-basa, adalah termasuk jenis ekstraksi yang didasarkan pada sifat asam
dan basa senyawa organik, disamping kelarutannya. Senyawa asam atau basa organik
direaksikan dengan basa atau asam sehingga membentuk garamnya. Garam ini tidak larut
dalam pelarut organik (non polar) tetapi larut baik dalam air. Ekstraksi basa, dikembangkan
untuk isolasi kovalen asam organik dari campurannya, juga kovalen basa organik (alkaloid)
yang diekstraksi dengan asam mineral dengan cara titrasi.
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
19
Ekstraksi padat-cair, adalah juga termasuk cara ekstraksi yang lazim disebut ekstraksi
pelarut, dimana zat yang akan diekstraksi (biasanya zat padat) terdapat dalam fasa padat. Cara
ini banyak digunakan dalam isolasi senyawa organik (padat) dari bahan alam. Efesiensi
ekstraksi padat cair ini ditentukan oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung
zat organik, dan banyaknya kontak dengan pelarut. Maka dari itu dalam praktek isolasi bahan
alam harus menggunakan peralatan ekstraksi kontinu yang biasa disebut soxhlet.
III. Alat dan Bahan
Alat :

Labu erlenmeyer

Corong pisah

Kertas saring

Alat destilasi

Pipet
Bahan :

25 g daun teh kering

20 g natrium karbonat

275 mL aquadest

30 mL diklorometana

Kalsium klorida anhidrat

Ligroin (n-heksan)

Aseton panas
IV. Cara kerja
1. Masukkan 25 g daun teh kering (atau 10 kantong teh celup) dan 20 g natrium karbonat
ke dalam labu erlenmeyer 250 mL, lalu tambahkan 225 mL air mendidih.
2. Biarkan campuran selama 7 menit
3. Campuran kemudian di dekantasi ke dalam labu erlenmeyer lain.
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
20
4. Tambahkan lagi 50 mL air panas ke dalam daun teh/kantong teh lalu segera dekantasi
ekstrak teh dan gabungkan dengan ekstrak teh sebelumnya.
5. Untuk mengekstrak sisa kafein yang mungkin ada, didihkan air berisi daun teh/kantong
teh selama 20 menit, lalu dekantasi ekstraknya.
6. Dinginkan ekstrak teh hingga suhu kamar, lalu lakukan ekstraksi di dalam corong pisah
dengan penambahan 30 mL diklorometana.
7. Kocok corong pisah secara perlahan selama 5 menit (supaya tidak terbentuk emulsi),
sambil membuka keran corong pisah untuk mengeluarkan tekanan udara/gas dari dalam
corong pisah.
8. Ulangi ekstraksi dengan menambahkan 30 mL diklorometana ke dalam corong pisah.
9. Gabungkan ekstrak diklorometana dan semua fraksi yang berwujud emulsi di dalam labu
erlenmeyer 125 mL (atau 250 mL kalau tidak ada), lalu tambahkan kalsium klorida
anhidrat ke dalam gabungan ekstrak dan emulsi, sambil diaduk/digoyang selama 10
menit.
10. Secara hati-hati, dekantasi ekstrak diklorometana jangan sampai gumpalan kalsium
klorida anhidrat ikut terbawa. Atau Anda dapat menyaring ekstrak diklorometana
menggunakan penyaringan biasa.
11. Bilaslah erlenmeyer dan kertas saring dengan 5 mL diklorometana.
12. Gabungkan filtrat dan lakukan distilasi menggunakan penangas air untuk menuapkan
diklorometana (hati-hati dalam pemakaian api! Jangan lupa menggunakan batu
didih/potongan gabus!).
13. Timbang produk yang terbentuk (akan diperoleh kristal putih kehijauan sebanyak 0,25
g).
14. Lakukan rekristalisasi menggunakan 5 mL aseton panas, lalu pindahkan dengan pipet
larutan ini ke dalam labu erlenmeyer kecil, dan dalam keadaan panas, tambahkan ligroin
(atau n-heksan) tetes demi tetes sampai terbentuk kekeruhan.
15. Dinginkan perlahan labu erlenmeyer sampai dengan suhu kamar.
16. Kristal yang terbentuk disaring dengan penyaringan isap (vakum). Cuci kristal dengan
beberapa tetes ligroin (n-heksan) dingin.
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
21
Esterifikasi Fenol: Sintesis Aspirin
I. Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan terampil dalam melakukan sintesis
aspirin dari asam salisilat, sekaligus menentukan % rendemen hasil sintesis.
II. Pendahuluan
Salicin merupakan kelompok senyawa yang dikenal sebagai glikosida. Glikosida
adalah senyawa yang memiliki bagian gula (glikosa) yang terikat pada bagian non-glikosa
(suatu aglikon). Aglikon dalam salisin adalah salicil alkohol yang merupakan bentuk tereduksi
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
22
sempurna dari asam salisilat. Asam salisilat memiliki sifat antipiretik dan analgesik;
sayangnya, senyawa ini terlalu keras terhadap bibir, kerongkongan dan perut. Pada tanggal 10
Agustus 1897, Felix Hoffmann, seorang kimiawan dari pabrik kimia Bayer, membuat sampel
asam asetil salisilat murni untuk pertama kalinya, yang oleh Bayer diberi nama dagang aspirin.
Senyawa ini pun memiliki sifat-sifat analgesik dan antipiretik. Walaupun aspirin lebih ringan
terhadap perut daripada asam salisilat, namun dapat menyebabkan perih lambung dan mual.
Semenjak itu, aspirin telah digunakan untuk membantu pencegahan penyakit stroke dan
kelainan jantung. Hal ini karena aspirin menghambat produksi prostaglandin, yang terlibat
dalam pembentukan zat beku darah dan penimbul rasa sakit. Dalam percobaan ini Anda akan
mencoba melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan kemudian menentukan
rendemennya.
III. Alat dan Bahan
Alat :

Penangas air

Labu erlenmeyer

Batang pengaduk

Corong buchner

Kertas saring
Bahan :

Air

Asam salisilat

Anhidrida asam asetat

H3PO4

Aqua dm

etanol
IV. Cara kerja
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
23
1. Panaskan air dalam wadah penangas air.
2. Timbang sekitar 1,4 g asam salisilat dalam labu erlenmeyer 125 mL. Tambahkan 4 mL
anhidrida asam asetat dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat membilas serbuk asam
salisilat yang menempel di dinding wadah.
3. Tambahkan dengan hati-hati (bekerjalah di ruang asam!) 5 tetes larutan 85% H3PO4. Aduk
larutan dengan batang pengaduk kaca.
4. Panaskan labu erlenmeyer berisi campuran reaksi tersebut dalam penangas air yang airnya
telah dipanaskan selama 5 menit. Sebaiknya labu erlenmeyer dipegang dengan klem.
5. Setelah 5 menit, angkat labu erlenmeyer dari penangas air dan segera tambahkan 2 mL
aqua dm.
6. Setelah 2 atau 3 menit, tambahkan lagi 20 mL aqua dm dan biarkan labu berisi campuran
reaksi mencapai suhu kamar dan mulai mengalami kristalisasi. Pastikan bahwa kristal
telah terbentuk sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Anda dapat menggores dinding
bagian dalam labu dengan batang pengaduk kaca untuk mempercepat pembentukan
kristal, jika kristal tak juga muncul.
7. Tambahkan 50 mL aqua dm dingin dan dinginkan labu beserta isinya dalam wadah
penangas berisi es sehingga proses pembentukan kristal sempurna.
8. Kumpulkan kristal yang diperoleh menggunakan corong Büchner yang telah dilapisi
kertas saring. Cuci kristal dengan sedikit air dingin.
9. Lakukan rekristalisasi untuk mendapatkan kristal yang lebih murni, dengan cara
melarutkan kristal yang sudah terbentuk dalam 5 mL etanol (hati-hati alkohol mudah
terbakar! Jauhkan dari sumber api!). Kemudian tambahkan 20 mL air hangat. Panaskan
larutan sampai semua kristal tepat larut, dan kemudian biarkan larutan dingin sampai
kembali terbentuk kristal. Saring kembali kristal dengan corong Büchner.
10. Timbang kristal yang terbentuk sesudah dikeringkan di udara. Kemudian hitung rendemen
hasil kristal asam asetil salisilat (aspirin) yang diperoleh, dengan membandingkan berat
hasil percobaan dengan berat hasil teoritis (berdasarkan perhitungan stoikiometrik, sesuai
persamaan reaksi di bawah ini)
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
24
Perhitungan persen rendemen adalah sebagai berikut:
Universitas 17 Agustus 1945 | Kimia Organik
Download