PEMAKAIAN OBAT PADA IBU HAMIL Oleh : Ibuke Bogi Obat (obat moderen-hasil sintesis kimiawi), ibarat mata coin. Satu sisi jelas banyak sekali manfaat/kegunaan terapinya (penyembuhan), namun jangan lupa satu sisi lainnya mengandung resiko efek samping (bahkan efek toksik) bagi konsumennya. Sebagaimana Paracelcus (dokter dan Farmasi di jaman Yunani kuno) mengingatkan bahwa obat adalah racun. Yang membedakan keduanya adalah DOSIS yang diberikan. Pemakaian obat oleh ibu hamil biasanya meningkat tajam, disebabkan oleh gangguan yang dialami ibu hamil. Mulai dari mual, muntah (pada awal kehamilan), nyeri punggung (karena janin semakin besar, membuat tulang belakang harus menyangga lebih berat sehingga timbul nyeri), nyeri ulu hati yang biasa dikira gastritis (peradangan di maag/lambung) yang disebabkan janin makin mendesak ke ulu hati karena janin berputar dan kepala janin mengenai ulu hati, ingin pipis terus (disebabkan janin mengenai kandung kemih karena semakin bulan, posisi janin siap di ruang antara panggul), hingga gatal-gatal di perut samping (karena peregangan kulit perut dengan makin besarnya janin). Kesemua gangguan ini sebenarnya adalah respon normal dari fisiologis tubuh karena adanya kehamilan, namun banyak ibu yang menganggap semua ini adalah penyakit dan harus minum obat. Ditambah lagi ibu yang memiliki resiko hipertensi karena tingginya kadar protein dalam urin (preeklamsi/eklamsi) dan munculnya diabetes karena ketidaknormalan insulin pada beberapa ibu hamil (diabetes mellitus gestasional/DMG). Tak heran jika konsumsi obat makin meningkat disbanding sebelum hamil. Obat bila dikonsumsi oleh ibu hamil akan memberikan efek baik kepada ibu maupun ke janin karena adanya umbilical cord (tali placenta) yang menghubungkan darah ibu dengan tubuh janin. Selain sari-sari makanan, tentu saja juga obat yang dikonsumsi ibu akan didistribusikan ke janin. Sebagian besar obat mempunyai sifat-sifat yang memungkinkannya menembus barier placenta yaitu : a. berat molekul/BM yang kecil (obat biasanya mempunyai BM 200-400 dalton) b. lipofilisitas/kelarutan dalam komponen lemak tubuh (semakin kecil lipofilisitasnya, maka obat makin mudah menembus barier placenta) c. jumlah protein pengikat obat yang cenderung turun pada ibu hamil Bila obat menembus placenta, maka kemungkinan obat akan menimbulkan efek samping ke janin akan semakin meningkat. Terjadinya efek samping obat tsb (ESO) tergantung dari : 1. keadaan genetic ibu dan janin.pada individu tertentu, keadaan genetiknya membuat sensitivitas terhadap obat meningkat, sehingga terjadinya ESO juga makin mungkin terjadi. 2. masa konsumsi obat terkait dengan fase perkembangan janin. Tiap fase dalam perkembangan janin akan memberikan ESO yang berbeda : Minggu ke- Fase perkembangan janin ESO yang mungkin terjadi (trimester) 1-8 Konsepsi/pertemuan sel Abortus berulang telur dan sperma, nidasi/penempelan hasil pembuahan di endometrium 8-12 (I) Pembentukan organ vital Cacad/tak terbentuk organ vital 12-24 (II) Penyempurnaan fisik Gangguan motorik organ organ 24-36 atau Terbentuk fungsi organ Gangguan lbh (III) behaviour/down syndrom 3. dosis obat yang dikonsumsi. Makin besar dosis obat yang dikonsumsi, makin parah ESO yang terjadi. 4. interaksi obat dengan bahan lain yang dikonsumsi (bahan tambahan makanan-pewarna, pengawet, penambah rasa- atau kondisi lingkunganinsektisida,hasil pembakaran sampah, asbes dll). Obat dengan adanya bahan kimia lain dapat mengalami proses interaksi yang akan menyebabkan masuknya obat ke darah makin meningkat atau eliminasi/pembuangan obat dari urin dan feses menurun. Kedua hal tsb akan menyebabkan akumulasi obat dalam darah. Melihat begitu besar bahaya obat pada janin, maka ibu hamil harus mengetahui secar pasti jenis obat yang dikonsumsinya bila itu obat bebas dan bebas terbatas (tanda lingkaran hijau dan biru di Indonesia/tanda R atau L di Australia). Juga bila ibu hamil periksa ke dokter dalam kaitannya dengan penyakit yg dideritanya sementara kehamilannya belum tampak jelas oleh dokter, maka ibu hamil harus proaktif menyampaikan kehamilannya pada dokter agar dapat diberikan obat yang aman bagi kehamilan. Berikut ini, penggolongan jenis obat yang terkait dengan keamanan bagi ibu hamil. Obat digolongkan berdasarkan resiko dan manfaatnya. Dalam hal kehamilan, yang dimaksud manfaat adalah manfaat pengobatan bagi ibu hamil, sementara resiko adalah ESO yang dialami janin. Mestinya ibu hamil dan dokter bias memilih obat yang lebih mengutamakan tidak munculnya resiko untuk janin walaupun manfaat pengobatan bagi ibu tak terlalu besar, daripada manfaat besar tapi resiko kepada janin juga besar. Obat digolongkan menjadi 5 golongan sebagai berikut : (Tabel 1) Table 1: Pregnancy-Risk Categories The Cleveland Clinic Foundation Adapted from: Briggs GG, Freeman RK, Yaffe SJ. Drugs in pregnancy and lactation. 5th ed. Baltimore: Williams & Wilkins;1998. Category Definition A Controlled studies in women fail to demonstrate a risk to the fetus in the first trimester, and the possibility of fetal harm appears remote. B Either animal studies do not indicate a risk to the fetus and there are no controlled studies in pregnant women, or animal studies have indicated fetal risk, but controlled studies in pregnant women failed to demonstrate a risk. C Either animal studies indicate a fetal risk and there are no controlled studies in women, or there are no available studies in women or animals. D There is positive evidence of fetal risk, but there may be certain situations where the benefit might outweigh the risk (life-threatening or serious diseases where other drugs are ineffective or carry a greater risk). X There is definite fetal risk based on studies in animals or humans or based on human experience, and the risk clearly outweighs any benefit in pregnant women. Sementara itu WHO juga memiliki penggolongan obat untuk kehamilan yang lebih mudah dipahami oleh awam yaitu : Golongan A B C D X Arti Proved safe Not proven risk Possible risk Proven risk Do not use Dengan melihat kategori obat ibu hamil dapat berhati-hati dalam mengkonsumsi obat. Berikut ini contoh obat yang kemungkinan besar dikonsumsi ibu hamil dan kategori/penggolongannya Tabel 2, 3 dan 4). Table 2: Drugs Used in the Management of Nausea and Vomiting During Pregnancy Drug Pregnancy Risk Category B Metoclopramide (Reglan®) Cyclizine (Marezine®) B Ondansetron (Zofran®) B Promethazine (Phenergan®) Prochlorperazine (Compazine®) Chlorpromazine (Thorazine®) C C C Table 3: Drugs Used for the Management of Hypertension During Pregnancy Drug Class Example Pregnancy Comment Risk Central Methyldopa (Aldomet®) Category C Drug of choice by the NHBPEP* Working Group ΰ-agonist α-Blockers Atenolol (Tenormin®) C Metoprolol (Lopressor®) C Labetolol (ΰ and α)(Normodyne®) Calcium antagonists Diltiazem (Cardizem® CD, Dilacor® XR, Trizac®) Verapamil (Calan®, ACE inhibitors Covera-HS®, Verelan®) Captopril (Capoten®) Angiotensin Enalapril (Vasotec®) IIReceptor blockers Lisinopril (Prinivil, Zestril®) Losarten (Cozaar®) Valsarten (Diovan®) C C Potential synergism with magnesium sulfate may lead to precipitous hypotension C D DDDD Fetal abnormalities including death, can be caused, and should not be used in pregnancy Diuretics DCCBBDB Recommended for chronic hypertension if prescribed before gestation or if patients are saltsensitive. Not recommended in preclampsia Bumetanide (Bumex®) Frosemide (Lasix®) Hydrochlorothiazide (HydroDIURIL®) Indapamide (Lozol®) Spironolactone (Aldactone®) Directvasodilators Triamterine (Dyrenium®) Hydralazine (Apresoline®) CC Hydralazine is parenteral drug of choice vased on its long history of safety and efficacy Minoxidil (Loniten®) * NHBPEP: National High Blood Pressure Education Program Adapted from: The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. The sixth report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatmenrt of high blood pressure. Arch Intern Med 1997; 157: 2413-46. Table 4: Drugs Used in the Treatment of Migraines during Pregnancy Drug Acetominophen (Tylenol®) Ibuprofen (Motrin®) Pregnancy Risk Category B Ergotamine tartrate (Ergotrate®) Dihydroergotamine (Migranal®) Prochlorperazine (Compazine®) Sumatriptan (Imitrex®) Naratriptan (Amerge®) Zolmitriptan (Zomig®) B D X C C C C Adapted from: Pfaffenrath V, Rehm M. Migraine in Pregnancy: What are the Safest Treatment Options? Drug Saf 1998; 19 (5): 383-8 Tabel 5. Obat yang beredar di Indonesia dan penggolongan serta kemungkinan ESO Obat Accupril (quinopril HCl) Golongan C Kemungkinan ESO/saran Resiko pada trimester 2 & 3 Alupent (metaproterenol sulfat) Amaryl (glimepirid) C - C Amoksil (amoksisilin) ampicillin B B Android / andro gel (testosterone) Anusol HC/supositoria X aspirin ? Bactrim (cotrimoksasol) C Ergotamin cafein captopril ciprofloksasin X C/D C deksametason ? Dietil stilbesterol/DES X Flagyl (metronidasol) Lipitor Kontrasepsi oral Tamiflu (oseltamivir fosfat)=obat flu burung Tetrasiklin B X X C Dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah bayi yang baru lahir (syok hipoglikemi) Keamanan belum terbukti Gunakan bila benar-benar membutuhkan Mengakibatkan maskulinisasi pada bayi perempuan yang baru lahir Jangan digunakan secara berlebihan/lama Hindari pemakaian pada trimester 3, menunda kelahiran Hindari pada trimester 1, mengganggu metabolisme asam folat Jangan digunakan Hindarkan selama kehamilan Gunakan bila benar-benar membutuhkan Menyebabkan gangguan fungsi kelenjar adrenalin pada bayi Menyebabkan kanker organ reproduksi bayi Jangan digunakan pada trimester 1 Jangan digunakan Jangan digunakan Menunggu hasil penelitian lanjut Voltaren (natrium diklofenak) Vitamin A dosis tinggi B C B B Menyebabkan kerapuhan gigi dan pewarnaan gigi bayi Tidak boleh digunakan pada trimester 3, menunda persalinan Menyebabkan tak terbentuknya langit-langit bayi @@@@@@@@@@@@@@@@SEMOGA BERMANFAAT@@@@@@@@