JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 PROFESSIONAL, BUT NOT SPIRITLESS EDUCATION Gregorius Suwito (Dosen Prodi Teologi, [email protected]) abstraksi STT adalah sebuah institusi rohani yang rentan terjebak dalam kekeringan rohani, karena mengejar tingginya ilmu. STT harus menempatkan ilmu teologi di dalam kotaknya yang benar: spiritualitas yang diterangi oleh Roh Kudus. STT adalah gereja dan harus belajar hidup sebagai sebuah keluarga. STT adalah gereja dan sebab itu tidak dapat lepas dari Amat Agung Tuhan. A. PENDAHULUAN Sekolah Tinggi Teologi adalah sebuah institusi yang sangat penting di dalam kerajaan Allah. Dari STT lah para hamba Tuhan muda dihasilkan. Mereka akan melayani jemaat Tuhan dan masyarakat Kristen pada umumnya, dan kelak akan terlibat dalam suksesi kepemimpinan. Hari-hari ini hampir semua sinode besar di dunia memiliki STT nya sendiri. Sehingga dapat dikatakan: seperti itu STT nya, demikianlah kelak warna sinodenya. STT-STT di Indonesia mengalami perkembangannya. Para pemangku jabatan di STT semakin sadar bahwa STT harus dikelola secara profesional.1 Paling tidak ini sudah menjadi tuntutan negara. Oleh sebab itu sebagai sebuah lembaga pendidikan mayoritas STT juga berlomba-lomba untuk memperoleh status terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi BAN PT. Akreditasi merupakan bentuk akuntabilitas kepada publik yang dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.2 Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi adalah proses evaluasi dan penilaian secara komprehensif atas komitmen perguruan tinggi terhadap mutu dan kapasitas penyelenggaraan program Tridarma Perguruan Tinggi, untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan. Komitmen tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah standar akreditasi. BAN-PT adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengevaluasi dan menilai, serta menetapkan status dan peringkat mutu institusi perguruan tinggi berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan.3 Penulis menilai bahwa sistem akreditasi yang ditetapkan pemerintah adalah baik. Namun Akreditasi BAN PT hanyalah sebuah alat manajemen, guna menjaga standar mutu sebuah perguruan tinggi, seperti halnya sertifikasi ISO-9000. Akreditasi BAN PT tidak berkaitan secara langsung dengan aspek-aspek spiritual yang harus dipertahankan dan terus menerus mewarnai dengan pekat sebuah lembaga pendidikan agama seperti STT. Hanya dengan terakreditasi A sebuah prodi atau STT tidak dapat memberikan jaminan bahwa ia dapat memperoleh perkananan di hati Tuhan. Di dunia ini ada STT yang sudah menempatkan keTuhanan Yesus di luar institusi dan menggantikannya dengan teologi masa kini, yang diklaim lebih ilmiah, namun tanpa berani mengakui bahwa yang diajarkan kering dan tanpa kuasa yang dapat menyelamatkan orang berdosa. Hendaklah pemangku jabatan STT memperhatikan hal ini. Terakreditasi A memang harus diupayakan, namun visi misi dan nilai-nilai core values STT tetaplah harus selaras dengan hati Tuhan. Seperti yang diajarkan oleh pendiri STT ini, Pdt Ir. Timotius Subekti dalam bukunya Tafsir Kitab Daniel, empat serangkai: Sadrakh, Mesakh, Abednego dan Daniel adalah sekelompok pemuda 1 Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org./Diakses tanggal 02 Juli 2015. http://ban-pt.kemdiknas.go.id/rasional./Diakses tanggal 02 Juli 2015. 3 http://bpm.unitri.ac.id/2013/11/unitri-pentingnya-akreditasi-institusi.html. ./Diakses tanggal 02 Juli 2015. 2 29 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 pandai yang dididik di istana raja Babel Nebukadnezar. Mereka dipersiapkan untuk menjadi pejabatpejabat negara. Mereka memperoleh pendidikan terbaik di zamannya. Namun pendidikan di sana sudah barang tentu bersifat sekuler dan diwarnai dengan praktek-praktek keagamaan dan nafas spiritual yang bertentangan dengan iman mereka, sebagai pemuda-pemuda Yahudi yang taat kepada hukum Taurat. Sekalipun mereka tidak menolak untuk dididik, bahkan sebaliknya sangat berprestasi, namun tetaplah keempat sekawan ini sanggup mempertahankan warna iman mereka di tengah lingkup pendidikan Babel yang sekuler. Demikian pula di tengah-tengah hantaman pendidikan sekuler yang kian memikat, teologi kontemporer yang semakin liberal, pendidikan di STT harus dapat mempertahankan sifat injilinya, sehingga melalui pendidikan di STT mahasiswa dapat mempertahankan imam mereka, bahkan memiliki iman yang kuat dan sempurna. Manajemen profesional itu baik dan sangat diperlukan jika sebuah STT ingin terus berkembang menjadi besar. Jadi, akreditasi itu baik, sangat baik dan memang diperlukan. Sebuah sekolah yang terakreditasi berarti ia sudah mencapai standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Para konsumennya mendapat kepastian bahwa sekolah yang mereka pilih bukanlah sekolah tidak bermutu (abal-abal). Namun jika akreditasi menjadi yang terpenting dan menyita fokus perhatian para pemangku jabatan dan tenaga pendidik di STT, maka penulis mengkhawatirkan STT tersebut telah bergeser dari fokus yang semestinya: Tuhan Yesus Kristus yang mulia. Pendidikan Kristen yang profesional di sebuah STT tidak boleh melalaikan sisi spiritualitas dan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Apapun pernyataan visi misi sebuah STT, ia harus selaras dengan visi misi Tuhan-Nya. Bukankah Tuhan Yesus adalah kepala gereja? Apa yang penting bagi Tuhan, itulah juga yang harus dianggap penting oleh STT. Demikian juga apa yang tidak penting bagi Tuhan, seperti misalnya popularitas, menjadi yang terbaik, paling top, tidak boleh dianggap penting bagi pemangku jabatan STT. Para pejabat STT adalah hamba Tuhan. Sebagai seorang hamba ia harus menundukkan dirinya di bawah kehendak, otoritas dan visi misi Tuannya. Seluruh dosen dan staf dari sebuah STT adalah orang-orang terdepan yang harus hidup di dalam kebenaran firman Allah. Sebagai sekumpulan orang-orang percaya, mereka harus mempraktekkan gaya hidup Kristen dalam keseharian pelayanan mereka. Dosen dan staf harus menjiwai nilai kebenaran firman Tuhan, menunjukkan dan mengajarkannya kepada mahasiswa, agar kelak setiap alumni dapat menggulirkan nilai luhur yang sama kepada orang-orang yang dipimpinnya. STT adalah institusi rohani dan harus mengedepankan nilai-nilai kebenaran Tuhan. Sebuah STT yang terakreditasi harus dapat mempertahankan nilai-nilai Kekristenannya, sejalan dengan visi Tuhan dan tentunya yang terpenting memperoleh perkenanan Tuhan. Ia harus memiliki perbedaan dengan lembaga-lembaga pendidikan sekuler “biasa”. Para dosen, staf dan mahasiswa harus dapat menemukan perjumpaan pribadi dengan Tuhan di dalam STT, sama seperti jemaat mengalami lawatan Tuhan di dalam gereja. STT harus memiliki formulasi kurikulum dan profil lulusan sedemikian rupa, sehingga setiap lulusannya dapat dipastikan tidak hanya pandai dan berpengetahuan luas, namun juga telah mengalami perubahan karakter dan perjumpaan dengan Tuhan sendiri. Hanya orang yang sudah ditrasformasi oleh Tuhanlah yang sanggup mengubah orang lain. Namun bagaimana mencapai semua ini? B. METODOLOGI Metodologi yang digunakan dalam penulisan ini adalah kualitatif dengan menggunakan kajian pustaka sebagai sumber data. Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme/enterpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Seperti pendapat Creswell yang dikutip oleh Sugiyono yang menyatakan 30 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 bahwa penelitian kualitatitif berarti proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusian.4 C. PEMBAHASAN 1. STT adalah Sebuah Gereja Penulis akan menjawabnya dengan menyoroti pengajaran Rasul Paulus. Ia adalah seorang rasul Tuhan yang memiliki latar belakang pendidikan berkualitas, baik dalam hal Yudaisme maupun filosofi Yunani.5 Di Yerusalem ia menjadi murid Rabi Gamaliel, yang merupakan cucu dan pengganti Rabi Hillel (60sM-20M). Paulus adalah orang Farisi. Orang Farisi adalah ahli Perjanjian Lama atau Ahli Taurat. Orang Farisi sangat patuh pada hukum Taurat, bahkan suka membuat aturan-aturan yang mengatur secara rinci pelaksanaan Hukum Taurat.6 Jika Paulus hidup di zaman sekarang, maka ia dapat dikategorikan sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan rohani, seperti STT. Ia adalah seorang rasul yang menulis paling banyak soal gereja. Tuhan mewahyukan dengan indah rahasia gereja kepada dirinya. Ia menulis sebagian besar isi Perjanjian Baru. Ekklesiologi Paulus berkaitan erat dengan Eskatologinya (ilmu akhir zaman). Gereja adalah sekumpulan orang percaya yang harus siap menyongsong Mempelainya yang segera datang. Paulus menggunakan kata ekklesia untuk gereja. Arti dari kata ini adalah kumpulan, assembly. Secara politis kata ini digunakan dalam dunia Helenis untuk menerangkan sekumpulan orang yang sedang mengelola urusan kenegaraan. Secara keagamaan kata ekklesia dipakai di Septuaginta dan tulisan Yahudi lain dari jaman antara PL dan PB untuk menterjemahkan kata qahal dalam PL. Kata ini memiliki arti teologis untuk menjelaskan sekumpulan umat Allah yang sedang melakukan aktifitas penyembahan.7 Paulus juga menggunakan kata jemaat Allah, hal ini mengacu pada konsep Paulus bahwa gereja memiliki kontinuitas dengan bangsa Israel, sekalipun gereja bukanlah bangsa Israel.8 Marvin Pate juga sependapat dengan ini.9 Ridderbos berpendapat bahwa gereja adalah penggenapan janji Allah kepada Abraham tentang keturunannya. Di dalam gereja seluruh hak istimewa yang dimiliki bangsa Israel karena kovenan di padang gurun teraplikasi seturut maksud Allah. Paulus menggunakan istilah ekklesia baik untuk gereja yang Am, gereja lokal dan juga gereja rumah.10 Di era globalisasi, postmoderen seperti ini ada banyak sekali corak gereja. Masyarakat menjadi sangat majemuk, sangat segmented. Tuhan bekerja diseluruh lapisan masyarakat. Definisi gereja yang klasik perlu diredefinisikan. Gereja bukanlah saja sekelompok manusia yang berkumpul dalam sebuah gedung gereja. Penulis percaya gereja adalah benar-benar sekumpulan orang percaya. Di mana ada orang percaya berkumpul, berkomunitas dan mempermuliakan Tuhan di dalamnya, dengan cara saling membangun di dalam kasih dan kebenaran, di situlah gereja berada. Di mana dua tiga orang berkumpul dalam nama Tuhan, meninggikan nama Tuhan, di sana ada sekumpulan orang percaya, di sana ada gereja. STT juga terdiri dari sekumpulan orang percaya. Jadi penulis percaya bahwa STT termasuk dalam salah satu jenis gereja. Di dalam kampus para dosen, staf dan mahasiswa saling berinteraksi, juga terlibat dalam kegiatan teaching, coaching dan mentoring. Beberapa tinggal di dalam asrama, 4 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2014), 348. Paul Barnett, The Birth of Christianity (Malang: Gandum Mas, 2012), 27. 6 J.I. Packer et al., Dunia Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1993), 104. 7 Marvin Pate, The End of The Ages Has Come (Malang: Gandum Mas, 1995), 186. 8 Tom Jacobs, Paulus, Hidup, Karya dan Teologinya (Yogyakarta: Kanisius, 1983), 332. 9 Marvin Pate, 186. 10 Herman Ridderbos, Paulus Pemikiran Utama Theologinya (Surabaya: Momentum, 2008), 5 345-349. 31 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 sehingga memiliki hubungan yang lebih intim daripada sebuah hubungan yang terjalin di dalam sebuah gereja pada umumnya. Di dalam gedung gereja biasanya jemaat hanya melakukan kegiatan tertentu di hari tertentu, terutama di hari Minggu. Bahkan keluarga Kristen juga dalam batasan tertentu dapat dipandang sebagai sebuah gereja. Nah, pewahyuan apa yang Paulus terima dari Tuhan Yesus bagi gereja? Apa tujuan Yesus Kristus untuk membentuk gereja-Nya di dunia ini? Paulus menulis bahwa gereja harus dipenuhi dengan seluruh kepenuhan Allah. Gereja adalah representatif dari kerajaan Allah di bumi, namun kerajaan Allah tidak hanya terdiri dari tersebut. Kerajaan Allah juga mencakup gereja yang ada di sorga dan seluruh penghuni sorga. Kata “kamu” dalam Ef 3:19 ditulis dalam bentuk jamak. Ef 3:19: “dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” Karena ditulis dalam bentuk jamak, maka kepenuhan Kristus tidak dimaksudkan terjadi pada individu-individu saja, namun juga gereja lokal dan gereja Tuhan secara Am. Karena penulis menganggap bahwa STT adalah salah satu bentuk dari gereja, maka penulis akan sering mengganti kata “gereja” dengan “STT”. STT harus menjadi habitat Allah di bumi. Ef 2:22: “In whom ye also are builded together for an habitation of God through the Spirit.” (Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh). Ef 4:12-15: “12 For the perfecting of the saints, for the work of the ministry, for the edifying of the body of Christ: 13 Till we all come in the unity of the faith, and of the knowledge of the Son of God, unto a perfect man, unto the measure of the stature of the fulness of Christ: 14 That we henceforth be no more children, tossed to and fro, and carried about with every wind of doctrine, by the sleight of men, and cunning craftiness, whereby they lie in wait to deceive; 15 But speaking the truth in love, may grow up into him in all things, which is the head, even Christ:” (12 untuk memperlengkapi orangorang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, 13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, 14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, 15 tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.). Ayat 12-13, dan 15 adalah penjabaran dari dan langkah-langkah menuju kepenuhan Kristus, kulminasi dari tujuan Kristus menyelamatkan umat manusia dan membentuk gereja: Memperlengkapi (menyempurnakanKJV) orang-orang kudus, bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus, i) Sampai menjadi satu di dalam iman, ii) Satu dalam pengetahuan akan anak allah, iii) Menjadi dewasa penuh (manusia sempurna-kjv), iv) Mengalami kepenuhan kristus, (ef 3:99, 2:22) v) Semua anggota bertumbuh ke arah Kristus yang adalah Kepala. Leonard Sweet dan Frank Viola dalam bukunya Jesus Manifesto sangat menekankan Kristus di atas segala-galanya. Bagi mereka, gereja harus berpusat pada Kristus, memberitakan Kristus, menyatakan Kristus, mengkhotbahkan Kristus. Kristus, Kristus dan hanya Kristus adalah inti dan fokus gereja.11 Kembali kepada profesionalisme, penulis percaya melayani secara profesional di dunia rohani tidak sama dengan bekerja secara profesional di dunia sekuler. Jika perusahaan biasanya memiliki pernyataan visi dan misi, maka gereja dewasa ini juga berlomba-lomba mencanangkan pernyataan visi dan misinya. Setuju dengan Leonard dan Frank, Penulis yakin apapun bentuk pernyataan visi misi STT, ia harus berpusat pada pribadi Kristus, harus menuju kepada ke enam hal di atas. Seluruh pelayan Tuhan dan mahasiswa di STT harus menuju ke sana. Seluruh civitas akademika 11 Leonard Sweet dan Frank Viola, Jesus Manifesto (Jakarta: Metanoia: 2014) 32 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 STT harus terus menerus saling membangun dan menyempurnakan sehingga menjadi semakin kudus, satu iman, satu pengenalan akan Allah, mengalami kepenuhan Kristus sesuai kadar masing-masing, dan setiap individu menjadikan Kristus yang utama. Apapun visi dan misi STT, ia harus selaras dengan visi misi Kristus. Oleh sebab itu para pendidik STT harus memahami, menjiwai, dan mengamalkan seluruh kebenaran firman Allah, sambil mengedepankan persatuan tubuh Kristus. Hal ini harus nampak sampai para mahasiswa dapat mengambil teladan dari para pendidiknya. Semangat bekerjasama dan saling melengkapi harus dikembangkan sedemikian, sampai roh mementingkan diri sendiri tidak dapat tumbuh dalam lingkungan STT. Mahasiswa dapat mempelajari karakter Kristus dengan baik, jika para pengajarnya mampu memberikan contoh dan teladan yang diharapkan. Kini dapat timbul pertanyaan, apakah tidak berlebihan atau terlalu sulit atau terlalu idealis jika STT harus mengacu kepada hal-hal di atas? Penulis percaya untuk mencapai hal-hal di atas tentu jauh lebih sulit daripada hanya sekedar memperlengkapi anak didik dengan pengetahuan teologi. Namun inilah yang harus menjadi tolok ukur dan tujuan STT, bukankah setiap firman Tuhan dalam Alkitab harus digenapi dalam kehidupan orang percaya? Sekali lagi STT adalah gereja dan wajib untuk mencapai impian Kristus. Alumni STT nanti akan kembali ke masyarakat (Kristen) dan akan meneruskan pencapaian visi Kristus di sana. Jikalau STT menganggap hal ini terlalu sulit atau bahkan mustahil untuk dilakukan, maka STT harus mengingat kembali teologi Paulus. Ia juga memahami kesulitan ini. Eskatologi Paulus diwarnai oleh ketegangan antara aspek penggenapan dan aspek pengharapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa menurut Paulus kedua jaman aeon itu berpadu, yang akan datang telah memasuki yang kini. Di satu pihak ciptaan baru masih hidup di kekinian, namun di lain pihak mereka yang ada di dalam Kristus harus hidup dalam nilai, prinsip dan tatanan dunia yang baru. Kesemuanya ini akan terus berjalan seiring kairos Tuhan, tidak dapat dihentikan oleh siapa dan apa saja.12 Penulis percaya di saat pemangku jabatan dan seluruh civitas akademika STT memiliki kemauan dan kesungguhan untuk meraih visi Kristus, maka Roh Kudus akan melimpahkan kasih karunia-Nya yang memampukan. 2. Berakar dalam Kasih, Penuh Kasih Karunia dan Kuasa Untuk mencapai hal-hal di atas Tuhan tidak tinggal diam. Ia telah menganugerahkan segala hal yang dinilai-Nya cukup untuk memampukan gereja (STT) meraih impian Tuhan. Untuk itu Allah menginjinkan kuasa-Nya bekerja di dalam STT. Ef 3:20: “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” Kuasa Allah, yang tentunya supranatural diberikan untuk membangun STT. Jadi seharusnya di dalam STT setiap anggotanya dapat mengalami kuasa Allah yang dinyatakan dalam berbagai cara, bentuk dan tujuan, baik itu untuk pelayanan, kesembuhan, kecukupan, pemulihan, dll. Civitas akademika STT harus belajar berjalan dalam iman, karena kuasa Allah hanya bisa diakses dengan iman. Selanjutnya agar mengalami kepenuhan Allah, Yesus Kristus harus berdiam dahulu di dalam STT. Yoh 1:16: “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;” Kristus yang berdiam di dalam STT lah yang akan melimpahi STT dengan kasih karunia-Nya, yang harus dimanifestasikan dengan mau berakar dan berdasar dalam kasih. Ef 3:17: “sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih”. STT harus belajar hidup di dalam kasih, sedemikian sehingga menjadi kudus dan tidak bercacat di dalam kasih. Ef 1:4: “According as he hath chosen us in him before the foundation of the world, that we should be holy and without blame before him in love:” Hendaklah hal kesempurnaan 12 Herman Ridderbos, 45. 33 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 dalam kasih ini jangan dianggap remeh oleh setiap orang yang melayani di dalam STT. Ini penting bagi Allah, Ia sudah merencanakannya sejak dunia belum dijadikan. Apa yang penting bagi Allah, harus juga penting bagi kita. Tuhan juga mau setiap anggota STT berjalan sesuai dengan panggilannya. Ef 4:1: “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orangorang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.” Paulus menulis surat ini dari dalam penjara, ia harus menghemat. Apa yang ia tuliskan adalah yang penting-penting saja. Apa yang penting bagi Paulus, haruslah juga penting bagi kita. Ef 3:21: “bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.” Jadi, gereja (STT) yang memuliakan Allah bukanlah selalu gereja (STT) yang besar. Kasihan gereja-gereja di pedesaan. Berarti gembalanya tidak ada yang berprestasi? Tentu tidak. Gereja (STT) yang mencerminkan karakter Kristuslah yang memuliakan Allah. Hanya dengan demikian Tuhan Yesus akan dipermuliakan oleh STT. Agar visi Kristus tentang gereja ini tercapai, maka Ia mentahbiskan ordained bagi setiap anggota STT sebuah pekerjaan yang baik, Tuhan ingin setiap anggota STT ada atau berjalan di dalamnya. Ef 2:10: “For we are his workmanship, created in Christ Jesus unto good works, which God hath before ordained that we should walk in them.” (Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.) Masing-masing anggota STT harus berfungsi sesuai pekerjaan baik yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Tiap pekerjaan baik ini terkait dengan talenta dan karunia tertentu, yang berguna untuk saling membangun di dalam kasih. Kata ordained hendaknya diberi perhatian khusus. Ternyata setiap orang memiliki posnya, destiny nya, tugasnya masing-masing dalam tubuh Kristus. Hendaknya setiap kita menemukannya, setia dalam perkara kecil dan terus berjalan dalam tuntunan Roh Kudus agar dapat menyenangkan Tuhan. Untuk meminimalkan gesekan dalam usaha saling membangun, menjaga persatuan dan kesatuan tubuh Kristus, setiap anggota harus mengenakan kualitas karakter Kristus yang Paulus catat dalam Ef 4:2-6: “With all lowliness and meekness, with longsuffering, forbearing one another in love; Endeavouring to keep the unity of the Spirit in the bond of peace. 4 There is one body, and one Spirit, even as ye are called in one hope of your calling; 5 One Lord, one faith, one baptism, 6 One God and Father of all, who is above all, and through all, and in you all.” (2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. 3 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: 4 satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, 5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, 6 satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua). Perpecahan Tubuh Kristus sesungguhnya dapat dihindari jika setiap anggotanya memahami dan mempraktekkan kerendahan hati, kelemah lembutan, panjang sabar dan mau menahan/menanggung satu dengan yang lain dalam kasih. Kata forbearing memiliki kata dasar bearing. Dalam dunia teknik, sebuah pompa memiliki komponen yang disebut bearing. Komponen ini terdiri dari bola baja kecil-kecil yang dikenal dengan gotri. Komponen ini bertugas untuk menjaga agar kedua benda yang berputar atau saling bergesekan tidak mengalami kerusakan dan meminimalkan keausannya. Demikianlah fungsi kasih dalam tubuh Kristus. Gesekan tidak dapat dihindari, namun dapat diminimalkan dan ditanggulangi. Ef 4:16: “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” Tubuh Kristus hanya bisa bertumbuh di dalam sebuah habitat yang penuh dengan kasih. Sekumpulan orang percaya sebagai Tubuh Kristus 34 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 menerima pertumbuhannya tidak secara otomatis, melainkan lewat cara “membangun diri di dalam kasih“.13 Gordon D. Fee merincikan hal ini sebagai berikut: Mereka adalah anggota seorang terhadap yang lain (Rm. 12:5; Ef. 4:25), yang harus membangun satu terhadap yang lain (I Tes. 5:11; Rom. 14:19), saling memperhatikan (I Kor. 12:25), saling mengasihi seorang terhadap yang lain (I Tes. 3 :12, 4:9; II Tes 1:3, Rom 13:8), mengusahakan kebaikan seorang terhadap yang lain (I Tes. 5:15), menunjukkan kasih dalam hal saling membantu (Ef. 4:2); bertolong-tolongan menanggung beban (Gal 6:2), ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni (Ef. 4:32; bdg. Kol. 3:13), merendahkan diri seorang terhadap yang lain (Ef. 5:21), menganggap yang lain lebih utama dari diri sendiri (Flp. 2:3),...14 Kolose 4:6: “ 6 Let your speech be alway with grace, seasoned with salt, that ye may know how ye ought to answer every man.” (Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang). Demikian pula Paulus mengajarkan bahwa seluruh staf dan pengajar STT harus mempraktekan gaya bicara kasih, sesuatu yang tidak mudah bagi beberapa orang jika tidak dilatih dan dibiasakan. Tuhan tidak hanya mempercayakan sebuah pekerjaan yang baik bagi setiap anggota tubuh Kristus, namun Ia juga memperlengkapi setiap anggota STT dengan kasih karunia menurut ukurannya masing-masing. Kasih karunia adalah pemberdayaan ilahi. Ef 4:7: “But unto every one of us is given grace according to the measure of the gift of Christ.” (Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus). Selain kasih karunia Tuhan memperlengkapi STT dengan lima macam jenis pelayan dan atau pelayanan. Ef 4:11-15: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar.” Berkaitan dengan pelayanan lima jawatan atau lima jenis pelayanan, STT jelas secara dominan mengemban fungsi pengajar, sekalipun terlibat juga dalam fungsi pelayanan yang lainnya. STT hendaknya mempelengkapi, atau setidak-tidaknya memperkenalkan kepada mahasiswanya keseluruhan dari lima aspek pelayanan ini, sehingga kelak para alumninya dapat menggenapi rencana agung Allah yang Am. Para teolog dan praktisi pelayanan hendaknya tidak perlu memperdebatkan apakah pentahbisan jabatan nabi dan rasul masih diperlukan hari-hari ini setelah kanon Alkitab ditutup. Namun gereja hendaklah paham bahwa kelima fungsi pelayanan itu harus berjalan hingga akhir dunia ini. Jika tidak demikian maka Paulus tidak perlu menuliskannya. Entah apakah pelayan yang berfungsi sebagai nabi dan rasul perlu ditahbiskan atau tidak, seperti halnya gembala, fungsi kenabian dan rasul masih tetap aktif berjalan hingga sekarang. Nabi ada untuk menunjukkan arah dan memperingatkan umat Tuhan yang berdosa. Rasul berfungsi untuk menyatukan tubuh Kristus dan merintis jemaat lintas budaya. Penulis berpendapat jika Tuhan menganggap mereka perlu ditahbiskan, namun manusia (sinode) menolak untuk mentahbiskan entah dengan alasan apapun, Tuhan tetap tidak dapat dihentikan. Pribadi-pribadi yang bersangkutan akan tetap dapat menunaikan tugasnya dengan baik dan benar, dengan tingkatan urapan dan otoritas penuh, sekalipun manusia tidak pernah mengakui jawatan mereka. Sevisi dengan kitab Efesus, kesatuan tubuh Kristus lah yang didoakan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam Yohanes 17:21: “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Tuhan Yesus lah yang selama ini menjawab seluruh doa-doa kita, namun gerejalah yang harus menjawab doa permohonan Tuhan di atas. Dalam hal ini timbul pertanyaan, siapakah yang dimaksudkan oleh Tuhan tentang “mereka”? Apakah anggota gereja Tuhan pada umumnya atau murid Tuhan saja? Samakah anggota gereja Tuhan dan murid Tuhan? Yesus tidak 13 Tom Jacobs, Paulus, Hidup, Karya dan Teologinya (Yogyakarta: Kanisius, 1983), 337. Gordon D. Fee, Paulus, Roh Kudus dan Umat Allah (Malang: Gandum Mas, 2004), 96-97. 14 35 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 berdoa secara spesifik untuk murid-murid tertentu (misalnya kedua belas rasul). Semua yang menjadi pengikut-Nya adalah murid-Nya. Ayat ini sudah digenapi oleh para rasul dan orang percaya mulamula, yang bersatu memberitakan Injil ke segala bangsa. Dan mereka berhasil menjadi kesaksian yang baik. Sekalipun ada cacat dan cela, gereja Tuhan yang Am sepanjang sejarah juga berusaha menggenapi ayat ini. Apakah di akhir zaman gereja akan berhasil? 3. Satu Koin Dua Rupa Banyak hal dalam dunia ini dapat digambarkan oleh sebuah koin. Artinya satu hal memiliki dua sisi. Gereja yang bertumbuh dewasa seperti dibahas di atas adalah salah satu sisi impian Tuhan Yesus tentang gereja yanga dalah mempelainya. Di sisi lain Yesus mengimpikan gereja yang dewasa sebagai “prajurit”-Nya, yang menjalankan amanat agung-Nya. Seperti yang dipahami oleh Steve Murrell, gembala pendiri Victory di Manila Filipina, amanat agung tidak terbatas pada memenangkan individu lepas individu bagi Kristus, namun memuridkan sebuah bangsa, mentransformasi sebuah bangsa. Ia menyebut ini sebagai mandat kultural. Dibutuhkan baik pengkhotbah-pengkhotbah besar, maupun negarawan-negarawan Kristen yang mentransformasi sebuah bangsa, seperti Willam Wilberforce dan John Witherspoon.15 Melihat hal ini, tentu tantangan STT menjadi lebih berat. Mahasiswa STT kebanyakan diperlengkapi untuk merintis gereja, memenangkan jiwa-jiwa secara individu dan bukan mentrasformasi sebuah lingkungan, desa, kota dan bangsa. Namun jika mahasiswa STT dibekali dengan keterampilan dan semangat berjejaring sehingga dapat bekerjasama dengan banyak anak Tuhan lain dengan berbagai talenta dan karunia berbeda, maka tidaklah mungkin beberapa di antara alumni STT ada yang dapat mentransformasi sebauah lingkungan, entah desa, kota atau bangsa. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Tuhanlah yang menggerakkan hati seseorang untuk melakukan ini atau itu (Flp. 2:13: “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya”). Jika seseorang dipilih untuk tugas tertentu, termasuk transformasi kota, maka Tuhan akan melengkapi dia dengan segala kebutuhan yang ia perlukan. Ini disebut kasih karunia yang memberdayakan. Ketika kita sedang melayani Tuhan, maka pimpinan, petunjuk, dan pelayanan mengalir keluar dari takhta Allah (baca Kis. 13:2). Ada empowerment di hadapan takhta Allah.16 Jika seseorang ingin mengalami kelimpahan dari takhta Allah, maka ia harus memiliki kehidupan doa yang baik. Poin ini harus diperhatikan baik-baik oleh STT jika ingin para alumninya berhasil. Para dosen dan pengajar harus memberikan teladan kehidupan doa yang baik. Para dosen dan pengajar harus mengalami kelimpahan anugerah Allah terlebih dahulu sebelum para mahasiswanya. Seorang pemimpin berjalan di depan, ia tidak dapat membawa orang yang ia pimpin ke tempat yang ia belum pernah pergi ke situ. Itulah sebabnya Musa dididik Allah 40 tahun di padang gurun, agar ia dapat memimpin umat Israel melintasi padang gurun. Seorang pengajar STT tidak cukup hanya memiliki berbagai kompetensi seorang pendidik dan jenjang pendidikan yang dibutuhkan, namun ia harus penuh dengan Roh Kudus.17 Ia harus mampu membimbing dan menuntun peserta didiknya untuk mengalami kepenuhan Kristus, seperti layaknya Musa dan Yoshua, Elia dan Elisa, Paulus dan Timotius. Dan kemuliaan STT bukanlah banyaknya peminat yang sekolah di sana melainkan ini: 1 Tes. 2:19-20: “19 Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? 20 Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.” Sesuai konteks dari ayat ini, Paulus bermegah atas jemaat 15 Steve Murrel, Wikichurch (Yogjakarta: Andi, 2014), 168. Paul Caram, Kekristenan Sejati (Jakarta: Voice of Hope, 2004). 17 Bailey J., Brian, Menuju Kemuliaan (Jakarta: Voice of Hope, 2004). 16 36 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 Tesalonika, jika atau karena jemaat ini bertumbuh dan memberikan kesaksian yang baik di manamana. 1 Tes 1:6-7: “6Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, 7 sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya.” Penulis percaya jika para alumninya berhasil di medan pelayanan, itu akan diperhitungkan juga oleh Tuhan sebagai keberhasilan para staf STT. Oleh sebab itu STT harus memiliki hubungan yang kuat dengan para alumninya, selalu memberi dukungan dan memantau keadaan mereka. 4. Menjabarkan Integritas Pendiri STT KAO, Pdt Ir Timotius Subekti saat mengisi sesi kepemimpinan dalam pembekalan kenaikan jenjang hamba-hamba Tuhan Badang Persekutuan Gereja Beth-El Tabernakel BP GBT pada tanggal 20-22 Maret 2015 yang bertempat di Kampus STT KAO, memperkenalkan sebuah bentuk kepemimpinan yang Beliau eksegesis dari kehidupan Ayub, yaitu “Kepemimpinan Klasik”.18 STT KAO sendiri harus mampu mencerna dan mengejawantahkan apa yang foundernya ajarkan, sehingga dalam poin kedua motto STT KAO: Sarjana, Integritas dan Profetik, STT KAO memiliki standar nilai yang dapat diukur dan dicapai. Pdt. Subekti sangat menekankan kejujuran, sebagai salah satu kualitas karakter yang mutlak harus dimiliki oleh para hamba Tuhan. Seorang Pemimpin hanya dapat memiliki integritas yang tinggi, jika ia mau dipimpin oleh Sang Integritas itu sendiri, yaitu Yesus Kristus (Ams. 11:3). Integritas adalah kebenaran Allah. Tuhan Yesus berkata jika kita mengikuti dia, maka kita akan dijadikan penjala manusia (Mat. 4:19). Pdt. Subekti menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki integritas dalam hal: perkataan (Ayb. 31:5-6), kelakuan yang benar (Ayb. 31:7-8), seks (Ayb. 31:9-12), sikap terhadap sesama (Ayb. 31:13-15), kemurahan hati (Ayb. 31:16-23), kepercayaan / iman (Ayb. 31:24-28), kasih kepada sesama (Ayb. 31:29-32), kejujuran saat salah (Ayb. 31:33-37) dan melestarikan alam alias tidak tamak (Ayb. 31:38-40). Demikian pula Paul Caram dalam bukunya “The Minister’s Manual” menjelaskan bahwa seorang hamba Tuhan haruslah memiliki visi yang dari Allah (sekedar visi yang baik, bagus dan benar saja tidak cukup), pandangan yang benar tentang kesuksesan, memiliki rumah tangga yang baik, kejujuran dalam hal keuangan, motivasi yang murni dan moralitas yang baik.19 STT KAO telah mendefinisikan kembali integritas yang tercantum dalam profil lulusan, yang dirumuskan oleh tim perumus dan yang disahkan pada tahun 2015 oleh ketua STT KAO. a. SARJANA Hamba Tuhan yang berpengetahuan unggul Indikator: 1) Memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan berdasar nilai-nilai iman Kristen 2) Memiliki kemandirian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam lingkup gereja dan masyarakat 3) Memiliki kepekaan terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan dalam gereja dan masyarakat 4) Memiliki pengajaran yang sehat dan alkitabiah 5) Memiliki kemampuan praktis dalam bidang pelayanan kristiani 18 Timotius Subekti, Handout Sesi Pembekalan Kenaikan Jenjang Hamba-Hamba Tuhan BP GBT, 20-22 Maret 2015 di Semarang. 19 Paul Caram, Pedoman Bagi Hamba Tuhan (Jakarta: Voice of Hope: 2007) 37 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 b. INTEGRITAS Hamba Tuhan yang memiliki kepribadian serupa Kristus Indikator: 1) Hidup berdasarkan firman Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus a) Berpegang teguh pada nilai2x iman Kristen dalam menjalankan tugas profesinya b) Memiliki kejujuran dalam pengembangan keilmuan c) Dapat menjadi teladan dalam hidup bagi orang lain d) Jujur dalam perkataan dan tindakan e) Menjadi terang dan garam dunia melalui profesinya f) Menghasilkan buah Roh Kudus 2) Memiliki kemampuan memimpin dalam bidang yang ditekuninya a) Menjadi pemimpin yang berhati hamba b) Menjadi pemimpin yang rendah hati c) Menjadi pemimpin yang rajin dan inisiatif d) Menjadi pemimpin yang kreatif dan inovatif c. PROFETIK Hamba Tuhan yang melayani dengan bercirikan pentakosta karismatik Indikator: 1) Memiliki kehidupan doa puasa yang baik 2) Memiliki gaya hidup sebagai penyembah dalam Roh dan Kebenaran 3) Melayani dalam pelayanan lima jawatan: apostolik, profetik, evangelistik, pastoral, didaktik 4) Melayani dengan karunia-karunia Roh Kudus 5. Roh Allah yang Memberi Hidup Israel seperti halnya bangsa-bangsa kuno Timur Tengah lainnya, memiliki rumah bagi Allahnya. Bangsa-bangsa Timur Tengah menempatkan patung sesembah di dalam kuil dewa-dewinya, namun tidak demikian dengan Israel. Bangsa ini tidak boleh membuat patung seperti apapun untuk “mendokumentasikan” YHWH. Namun bangsa Israel boleh menempatkan tabut perjanjian di tengahtengah bait Allah. Tabut Perjanjian berisi dua loh batu, tongkat Harun yang berbunga dan Manna. Tabut Perjanjian the Arc of The Covenant adalah lambang dari kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Rumah Allah pertama tidak dibangun di Yerusalem. Rumah Allah pertama adalah tabernakel Musa yang mobile, dapat diusung kemanapun bangsa ini pergi mengembara dalam perjalanan masuk ke Tanah Kanaan. Saat bangsa Israel sudah masuk ke tanah Kanaan, rumah Allah didirikan di Silo, bukan sebuah bait Allah seperti yang dibangun Salomo, melainkan sebuah rumah yang lebih permanen ketimbang kemah suci.20 Di zaman Imam Eli memerintah, Silo ditinggalkan Tuhan sebab hukuman Allah akan kedegilan orang Israel. Hal ini ditandai dengan kematian Hofni dan Pinehas anak Imam Eli yang cabul, serta dirampasnya tabut Allah oleh bangsa Filistin. Momen ini mengakhiri pemerintahan hakimhakim dan dimulainya pemerintahan raja-raja. Pemerintahan raja-raja kemudian juga diakhiri dengan dirobohkannya bait Allah Salomo oleh Bangsa Babel dan sekaligus memulai pemerintahan di bawah kepemimpinan para ahli Taurat dalam dewan Sanhedrin. Dan pada puncaknya era pemerintahan Sanhedrin digantikan oleh era gereja Tuhan pada saat Pentakosta. 20 E Sword. ISBE Bible Dictionary: shiloh. 38 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 Apa kaitan kesemuanya ini dengan STT? Peristiwa ini memberikan pelajaran berharga tentang “Roh Allah yang memberi hidup”. Bangsa Israel, dan manusia pada umumnya, memiliki kecenderungan yakin sesuatu ada jika dapat dilihat. Oleh sebab itu sekalipun Tuhan sudah meninggalkan Israel, mereka masih merasa aman dan dapat mengalahkan orang Filistin karena tabut Allah ada di tengah mereka. Namun tetap saja mereka tidak memperoleh kemenangan. 1 Samuel 4:311, 3Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: "Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita." 4Kemudian bangsa itu menyuruh orang ke Silo, lalu mereka mengangkat dari sana tabut perjanjian TUHAN semesta alam, yang bersemayam di atas para kerub; kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ada di sana dekat tabut perjanjian Allah itu. 5Segera sesudah tabut perjanjian TUHAN sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar. 6 Dan orang Filistin yang mendengar bunyi sorak itu berkata: "Apakah bunyi sorak yang nyaring di perkemahan orang Ibrani itu?" Ketika diketahui mereka, bahwa tabut TUHAN telah sampai ke perkemahan itu, 7ketakutanlah orang Filistin, sebab kata mereka: "Allah mereka telah datang ke perkemahan itu," dan mereka berkata: "Celakalah kita, sebab seperti itu belum pernah terjadi dahulu. 8 Celakalah kita! Siapakah yang menolong kita dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? Inilah juga Allah, yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun. 9 Kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki, hai orang Filistin, supaya kamu jangan menjadi budak orang Ibrani itu, seperti mereka dahulu menjadi budakmu. Berlakulah seperti laki-laki dan berperanglah!" 10 Lalu berperanglah orang Filistin, sehingga orang Israel terpukul kalah. Mereka melarikan diri masing-masing ke kemahnya. Amatlah besar kekalahan itu: dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan berjalan kaki. 11Lagipula tabut Allah dirampas dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas. Hadirat Allah, Roh Allah harus ada di tengah-tengah umat-Nya. Gereja/STT hendaknya tidak puas diri saat semua sudah terpenuhi, fasilitas baik, jumlah jemaat/mahasiswa banyak dan ada pemasukan arus uang yang tetap dan mencukupi. Nafas dari sebuah institusi keagamaan adalah Tuhan sendiri. Hal ini tentu berkaitan dengan unsur ke tiga dari motto STT KAO: Profetik. Melayani dengan urapan dan kuasa Roh Kudus hanya dapat diperoleh dengan jalan mendekat kepada Sang Sumber Kuasa, Tuhan Yesus Kristus sendiri dan dengan iman mempraktekkan pelayanan yang berkuasa. Ezekiel 37:1-14 Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang. 2 Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering. 3 Lalu Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Aku menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!" 4 Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN! 5 Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. 6 Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN." 7 Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan kepadaku; dan segera sesudah aku bernubuat, kedengaranlah suara, sungguh, suatu suara berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain. 8 Sedang aku mengamatamatinya, lihat, urat-urat ada dan daging tumbuh padanya, kemudian kulit menutupinya, tetapi mereka belum bernafas. 9 Maka firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh 39 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 ini, supaya mereka hidup kembali." 10Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara yang sangat besar. 11Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang. 12Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel. 13Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya. 14Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN." Nubuat di atas berbicara tentang kebangkitan Israel, namun memiliki makna rohani. Gereja (STT) harus bangkit untuk mengatasi kekeringan rohani, jika memang demikian adanya. Kekeringan rohani hanya dapat dipuaskan pada saat Allah menghembuskan Roh-Nya. Hanya Allah sajalah yang dapat menghidupkan kerohanian yang mati. Hal ini tidak dimaksudkan dengan apa yang terjadi saat seseorang mengalami kelahiran kembali, melainkan kenagunan rohani secara korporat. STT tidak boleh “mati” didalam genangan ilmu pengetahuan, namun sebaliknya Allah menghembusi pengetahuan dengan Roh-Nya, sehingga teologi yang dihasilkan memiliki dampak dalam kehidupan nyata. Seperti semboyan men sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, demikianlah STT yang sehat harus memiliki roh yang menyala-nyala. Sama seperti gereja pada umumnya, STT menghadapi peperangan rohani melawan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12). Tidak heran jika rasul Petrus telah menubuatkan bahwa di akhir zaman akan ada guru-guru palsu. 2 Pet. 2: “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaranpengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”. STT sebagai bagian dari gereja mengemban tugas di garda terdepan untuk menghadang ajaran-ajaran sesat yang berkembang sekarang. Jemaat Tuhan bagaikan domba yang sangat bergantung dari gembalanya. Gereja Tuhan harus berpartner dengan STT dalam memberitakan ajaran sehat dan menolak ajaran sesat. STT juga harus menjadi salah satu tonggak gereja dalam mempertahankan kemurnian berita Injil dan nilai-nilai Kekristenan di tengah hembusan angin pluralisme. Pluralisme dalam batasan tertentu dianggap baik demi menjaga kerukunan antar umat beragama. Sedangkan oikumene dipandang baik demi persatuan gereja. Namun tidak hanya teolog Kristen injili yang pada umumnya meragukan semangat pluralisme adalah benar. Pengamat liberalisme Adian Husaini berpendapat bahwa pluralisme justru memaksa orang untuk ragu pada agamanya sendiri. Bahkan gara-gara pluralisme-lah orang jadi tidak beragama dan mendekat pada konsep atheisme.21 Memang harus dibedakan antara penyesatan dan kesalahan teologis. Penyesatan dapat membawa orang berpaling atau melenceng dari pada iman sejati yang tertuju kepada Kristus yang dinyatakan oleh Alkitab. Penyesatan mengakibatkan kehidupan yang juga menyimpang dari iman Kristen. Penyesatan menghasilkan juga kehidupan yang tidak berstandarkan Allah.22 Sekalipun keduanya dapat berdasar pada kesalahan penafsiran ayat Alkitab, namun kesalahan teologis bobotnya lebih ringan. Kesalahan teologis tidak membuat penganutnya menyumpang dari iman Kristen, namun 21 http://www.kompasiana.com/abdull/pluralisme-dalam-pandanganagama_5529443ff17e6113568b456d. diakses tanggal 02 Juli 2015. 22 http://www.truth-media.com/buah-penyesatan/.diakses tanggal 02 Juli 2015. 40 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 dapat berakibat pada kehidupan Kristen yang tidak maksimal. Mempercayai bahwa semua sakit penyakit adalah salib adalah sebuah kesalahan teologis. Sakit penyakit bisa saja berasal dari serangan roh jahat atau kecerobohan seseorang, sehingga dapat dihindari atau ditanggulangi. Penyesatan, bidah atau ajaran sesat biasanya terjadi saat seseorang menambahkan kebenaran Alkitab dengan unsur yang lain: injil palsu, pengalaman spiritual pribadi yang bertentangan dengan Alkitab, kitab-kitab lain yang diklaim berasal dari Tuhan, dll. Penyesatan menyebabkan seseorang tidak mendapatkan kehidupan kekal, sekalipun ia menyebut diri sebagai orang Kristen. Yesus sering menyebut ajaran sesat dengan istilah ragi. Ragi orang Farisi (Mat. 16:12) adalah ajaran orang Farisi yang berusaha menambahkan Taurat dengan berbagai aturan manusia. Ajaran Farisi membuat pengikutnya, bahkan mereka sendiri, tidak dapat masuk kerajaan Sorga. Setiap pengajar di STT harus mengawasi ajarannya sendiri, jika ia tidak ingin menyesatkan orang lain. 1 Tim. 4:16: “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.” Memang benar, ada kebebasan mimbar akademik, namun hal itu harus tunduk di bawah terang Alkitab. Alkitab adalah otoritas tertinggi, berdiri mengatasi kebebasan berpikir seorang teolog. Tuhan Yesus mengajar umatNya untuk lebih takut kepada Allah daripada kepada manusia. Hendaklah STT tidak terjebak dengan perkembangan ilmu pengetahuan sekuler. Jika di dunia sekuler penemuan baru terus bermunculan (invention but not creation), namun di dunia rohani tidaklah demikian. Pewahyuan sudah berhenti dengan ditutupnya kanon Alkitab, namun iluminasi berjalan terus. Seorang teolog boleh memperoleh pengertian baru atas sebuah kebenaran, iluminasi baru, atau kebenaran yang disingkapkan, namun ia harus tetap tunduk di bawah otoritas Alkitab. Segala hal yang betentangan dengan Alkitab bukanlah kebenaran (mungkin hanya setengah benar). Kita harus Alkitabiah, namun perlu diperhatikan juga, bahwa ada banyak hal yang tidak tertulis dalam Alkitab, namun mereka riil dan berhubungan dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. Kebeadaannya harus disoroti dengan terang firman Tuhan. Seorang teolog tidak boleh memaksakan kehendak, dengan mencocok-cocokkan sesuatu yang tidak tertulis dalam Alkitab dengan ayat-ayat tertentu. Alkitab tidak pernah mencatat tentang sebuah mobil, namun tidak berarti mengendarai mobil tidak alkitabiah. Mengendarai mobil menjadi tidak alkitabiah jika sudah berlawanan dengan prinsip Alkitab, misalnya: mengancam keselamatan sesama pengguna jalan. Tugas STT menjadi semakin berat dengan semakin kompleksnya kehidupan manusia yang nampaknya mustahil untuk diterangi hanya dengan bermodalkan 66 kitab “kuno” dalam Alkitab. Oleh sebab itu diperlukan Roh Allah yang memberi hikmat kepada pembacanya, sehingga ayat-ayat dalam Alkitab dapat menjadi “hidup” dan relevan untuk segala zaman. D. KESIMPULAN STT adalah sebuah institusi rohani yang rentan terjebak dalam kekeringan rohani, karena mengejar tingginya ilmu. STT harus menempatkan ilmu teologi di dalam kotaknya yang benar: spiritualitas yang diterangi oleh Roh Kudus. STT adalah gereja dan harus belajar hidup sebagai sebuah keluarga. STT adalah gereja dan sebab itu tidak dapat lepas dari Amat Agung Tuhan. 41 JURNAL TEOLOGI DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN SHIFTKEY 2015 DAFTAR PUSTAKA Barnett, Paul. The Birth of Christianity. Malang: Gandum Mas, 2012. Brian, Bailey J. Menuju Kemuliaan. Jakarta: Voice of Hope, 2004. Caram, Paul. Kekristenan Sejati . Jakarta: Voice of Hope, 2004. ________. Pedoman Bagi Hamba Tuhan. Jakarta: Voice of Hope, 2007 Fee, Gordon D. Paulus, Roh Kudus dan Umat Allah. Malang: Gandum Mas, 2004. Jacobs, Tom Jacobs. Paulus, Hidup, Karya dan Teologinya. Yogyakarta: Kanisius, 1983. ________. Paulus, Hidup, Karya dan Teologinya. Yogyakarta: Kanisius, 1983. Murrel, Steve. Wikichurch. Yogjakarta: Andi, 2014. Packer, J.I. et al. Dunia Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1993. Pate, Marvin. The End of The Ages Has Come. Malang: Gandum Mas, 1995. Ridderbos, Herman Ridderbos. Paulus Pemikiran Utama Theologinya. Surabaya: Momentum, 2008. Subekti, Timotius. Tafsir Daniel: Nubuat Akhir Zaman. Yogyakarta: Andi Offset, 1994. Sweet, Leonard dan Frank Viola. Jesus Manifesto. Jakarta: Metanoia, 2014. Timotius Subekti, Handout Sesi Pembekalan Kenaikan Jenjang Hamba-Hamba Tuhan BP GBT, 2022 Maret 2015 di Semarang. Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org./Diakses tanggal 02 Juli 2015. http://ban-pt.kemdiknas.go.id/rasional./Diakses tanggal 02 Juli 2015. http://bpm.unitri.ac.id/2013/11/unitri-pentingnya-akreditasi-institusi.html. ./Diakses tanggal 02 Juli 2015. http://www.kompasiana.com/abdull/pluralisme-dalam-pandanganagama_5529443ff17e6113568b456d. diakses tanggal 02 Juli 2015. http://www.truth-media.com/buah-penyesatan/.diakses tanggal 02 Juli 2015. Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org./Diakses tanggal 02 Juli 2015. http://bpm.unitri.ac.id/2013/11/unitri-pentingnya-akreditasi-institusi.html. ./Diakses tanggal 02 Juli 2015. 42