Document

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
PERCOBAAN 3
PEMBUATAN MEDIA PADAT DAN ISOLASI MIKROORGANISME
DENGAN METODE TUANG DAN AGAR MIRING
OLEH:
RAMADHAN NURCHOLIS (1500529)
AYU ARTI PUTRI HANDA (1500634)
RIZKI YANTI RAHAYU (1500753)
GHINA ANZALINA (1500769)
NOVITA PURNAMASARI HENDARMIN (1503646)
KELOMPOK 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
I.
Teori
1.1.Yoghurt
Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena
mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein,
lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Nilai gizinya yang tinggi juga menyebabkan susu merupakan
medium yang sangat disukai oleh mikrooganisme untuk pertumbuhan dan
perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi
tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar. Mikroorganisme
yang berkembang didalam susu selain menyebabkan susu menjadi rusak juga
membahayakan kesehatan masyarakat sebagai konsumen akhir. Disamping itu
penanganan susu yang benar juga dapat menyebabkan daya simpan susu
menjadi singkat, harga jual murah yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi pendapatan peternak sebagai produsen susu. Kerusakan pada
susu disebabkan oleh terbentuknya asam laktat sebagai hasil fermentasi
laktosa oleh koli. Fermentasi oleh bakteri ini akan menyebabkan aroma susu
menjadi berubah dan tidak disukai oleh konsumen. Untuk meminimalkan
kontaminasi oleh mikroorganisme dan menghambat pertumbuhan bakteri pada
susu agar dapat disimpan lebih lama maka penanganan sesudah pemerahan
hendaknya menjadi perhatian utama peternak. Salah satu cara yang dapat
ditempuh untuk mencegah kerusakan pada susu adalah dengan cara
pemanasan (pasteurisasi) baik dengan suhu tinggi maupun suhu rendah yang
dapat diterapkan pada peternak. Dengan pemanasan ini diharapkan akan dapat
membunuh bakteri patogen yang membahayakan kesehatan manusia dan
meminimalisasi perkembangan bakteri lain, baik selama pemanasan maupun
pada saat penyimpanan. Proses pengolahan susu bertujuan untuk memperoleh
susu yang beraneka ragam, berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, tahan
simpan, mempermudah pemasaran dan transportasi, sekaligus meningkatkan
nilai tukar dan daya guna bahan mentahnya. Proses pengolahan susu selalu
berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu dibidang tekologi pangan.
Dengan demikian semakin lama akan semakin banyak jenis produk susu yang
dikenal. Hal ini sangat menggembirakan dan merupakan langkah yang sangat
tepat untuk mengimbangi laju permintaan pasar. Banyak jenis bahan makanan
yang dapat dibuat dari bahan baku susu. Antara lain jenis produk susu yang
sudah dikenal dikalangan masyarakat adalah es krim, susu bubuk, susu kental,
mentega, yoghurt yang dihasilkan melalui proses homogenisasi, sterilisasi,
pasteurisasi dan fermentasi.
Yoghurt adalah bahan makanan yang berasal dari susu sapi, yang
merupakan hasil pemeraman susu dalam bentuk mirip bubur atau es krim yang
mempunyai rasa agak asam sebagai hasil fermentasi oleh bakteri-bakteri
tertentu. Pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman beberapa abad yang
lalu dengan membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi masam
pada suhu tinggi, mungkin sekitar 40-50°C. Akhir-akhir ini ditemukan pula
bahwa yoghurt dapat pula dibuat dari susu skim, full krim atau bahkan dari
kacang kedelai (disebut Soyghurt). Yoghurt lebih mudah dicerna didalam
perut dibandingkan susu biasa. Selain itu yoghurt juga mengandung nilai
pengobatan terhadap lambung dan usus yang terluka, kadar kolestrol didalam
darah dapat diturunkan dengan mengkonsumsi yoghurt, sehingga dapat
mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah (atherosklerosis). Yoghurt
sangat sesuai dikonsumsi oleh penderita defisiensi enzim laktase dalam
tubuhnya (lactose intolerance), dimana tubuh tidak mampu mengubah laktose
menjadi glukosa dan galaktosa. Kelainan ini mengakibatkan timbulnya sakit
perut dan diare setelah mengkonsumsi susu. Dengan mengkonsumsi yoghurt
kejadian tersebut tidak perlu terjadi. Yoghurt mempunyai kandungan protein
lebih daripada susu sapi, tetapi mempunyai lemak yang lebih rendah. Hal ini
tentu sangat bermanfaat bagi orang yang ingin melakukan diet. Prinsip
pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan cara penambahan bakteribakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptoccus thermophillus. Dengan
fermentasi ini maka rasa yoghurt akan menjadi asam, karena adanya
perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri-bakteri tersebut. Apabila
tidak diinginkan rasa yang tidak terlalu asam, tambahkan zat pemanis (gula,
sirup) maupun berbagai flavour buatan dari buah-buahan strawberry, nenas,
mangga, jambu, dan sebagainya.
Lactobacillus termasuk golongan bakteri asam laktat yang sering
dijumpai pada makanan fermentasi, produk olahan ikan, daging, susu, dan
buah-buahan (Napitupulu et al., 1997). Sejauh ini telah diketahui bahwa
keberadaan bakteri ini tidak bersifat patogen dan aman bagi kesehatan
sehingga sering digunakan dalam industri pengawetan makanan, minuman dan
berpotensi sebagai produk probiotik. Sifat yang menguntungkan dari bakteri
Lactobacillus dalam bentuk probiotik adalah dapat digunakan untuk
mendukung peningkatan kesehatan. Bakteri tersebut berperan sebagai flora
normal dalam sistem pencernaan. Fungsinya adalah untuk menjaga
keseimbangan asam dan basa sehingga pH dalam kolon konstan. Cartney
(1997) melaporkan bahwa bakteri probiotik menjaga kesehatan usus,
membantu
penyerapan
makanan,
produksi
vitamin,
dan
mencegah
pertumbuhan bakteri patogen. Selain itu dapat meningkatkan fungsi sistem
kekebalan tubuh, metabolisme kolesterol, karsinogenesis, dan menghambat
penuaan. Heprer et al., (1979) menyatakan bahwa pemberian suplemen
yoghurt selama satu minggu, dapat menurunkan serum kolesterol pada
manusia. Yoghurt dan susu menurunkan kolesterol setelah menginduksi
hypercholesterolemia kelinci. Yoghurt lebih besar memberi pengaruh dari
pada susu. Lactobacillus mempunyai potensi yang besar sebagai produk
probiotik karena keunggulannya dibanding bakteri asam laktat lainnya (Davis
dan Gasson. 1981; Muriana dan Klaenhammer, 1987). Selanjutnya Annonym
(2000) mengatakan bahwa Lactobacillus plantarum dan L. casei dapat aktif
pada pH rendah dan menghasilkan asam laktat dalam jumlah banyak sehingga
pada makanan ternak dapat membantu menyimpan energi. Napitupulu et al.
(2000) melaporkan bahwa Lactobacillus menghasilkan anti bakteri. Filtrat
Lactobacillus dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen Streptococcus,
Staphylococcus aureus, dan Escerichia coli, bahkan filtrat yang sudah
disimpan selama 6 bulan memiliki kemampuan sama. Lactobacillus juga
mampu menghambat pertumbuhan bakteri lain yang merugikan atau patogen
(Tagg et al., 1976; Chassy, 1987). Goldin dan Gorbach (1992) mengatakan
bahwa beberapa substansi antimikroba yang dihasilkan bakteri probiotik,
misalnya L. acidophilus menghasilkan acidotin, acidophilin, bacteriocin,
lactocidin, L. bulgaricus (bulgarican), L. plantarum (lactolin), L. brevis
(lactobullin, lactobrevin), dan L. reuteri (rauterin). Beberapa kriteria penting
untuk karakter fisiologi yang merupakan seleksi kelayakan bakteri sebagai
produk probiotik antara lain uji pertumbuhan/resistensi bakteri probiotik pada
pH rendah. Fetlinski dan Stepaniak (1994) menyebutkan bahwa dapat
tidaknya suatu bakteri sebagai probiotik tergantung resistensi atau ketahanan
probiotik terhadap pH rendah, garam empedu, dan kemampuan untuk hidup
dalam sistem pencernaan.
Dalam praktikum kali ini, kami menggunakan sampel yoghurt dan
memanfaatkan bakteri yang ada di dalam yoghurt yaitu Lactobacillus
bulgaricus dan Streptoccus thermophillussebagai biakan untuk di isolasi di
media pertumbuhan mikroorganisme
1.2.Media Pertumbuhan Mikroorganisme
Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk
menumbuhkanmikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma
dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu,
sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia sel mikroba relatif
tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel. Dari
hasil analisis kimia diketahui bahwa penyusun utama sel adalah unsur kimia
C, H, O, N, dan P, yang jumlahnya + 95 % dari berat kering sel, sedangkan
sisanya tersusun dari unsur-unsur lain.
Susunan dan kadar nutrisi suatu medium untuk pertumbuhan
mikroba harus seimbang agar mikroba dapat tumbuh optimal. Hal ini perlu
dikemukakan mengingat banyak senyawa yang menjadi zat penghambat atau
racun bagi mikroba jika kadarnya terlalu tinggi (misalnya garam dari asam
lemak, gula, dan sebagainya). Banyak alga yang sangat peka terhadap fosfat
anorganik.
Disamping
itu
dalam
medium
yang
terlalu
pekat aktivitas metabolisme dan pertumbuhan mikroba dapat berubah.
Perubahan faktor lingkungan menyebabkan aktivitas fisiologi mikroba dapat
terganggu, bahkan mikroba dapat mati. Medium memerlukan kemasaman
(pH) tertentu tergantung pada jenis jasad yang ditumbuhkan. Aktivitas
metabolisme mikroba dapat mengubah pH, sehingga untuk mempertahankan
pH medium ditambahkan bahan buffer. Beberapa komponenpenyusun
medium dapat juga berfungsi sebagai buffer. Berikut imi adalah macammacam medium pertumbuhan:
1. Medium dasar/basal mineral
Medium dasar adalah medium yang mengandung campuran senyawa
anorganik. Medium dasar ini selanjutnya ditambah zat lain apabila
diperlukan, misalnya sumber karbon, sumber energi, sumber nitrogen,
faktor tumbuh, dan faktor lingkungan yang penting seperti pH dan oksigen
serta tekanan osmosis.
2. Medium sintetik
Medium sintetik adalah medium yang seluruh susunan kimia dan kadarnya
telah diketahui dengan pasti. Sebagai contoh adalah medium dasar yang
ditambah NH4Cl (medium 1) dengan sumber karbon berupa gas CO2,
apabila diinkubasikan dalam keadaan gelap dapat digunakan untuk
menumbuhkan
bakteri
nitrifikasi
khemoototrof,
misalnya
bakteri
Nitrosomonas. Bakteri ini memperoleh energi dari oksidasi amonium,
selain itu amonium juga berfungsi sebagai sumber nitrogen. Contoh lain
adalah medium dengan susunan sama dengan medium 1 tetapi ditambah
glukosa (medium 2). Dalam keadaan aerob merupakan medium untuk
perbanyakan jamur dan bakteri yang bersifat heterotrof. Glukosa berfungsi
sebagai sumber karbon dan sumber energi. Dalam keadaan anaerob,
medium ini dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri fakultatif
anaerob maupun anaerob obligat. Energi diperoleh dari hasil fermentasi
glukosa.
Untuk menumbuhkan mikroba yang memerlukan faktor tumbuh dapat
menggunakan medium yang komposisinya sama dengan medium 2 tetapi
ditambah asam nikotinat (vitamin) sebagai faktor tumbuh (medium 3).
3. Medium kompleks
Medium kompleks adalah medium yang susunan kimianya belum
diketahui
dengan pasti. Sebagai contoh medium ini adalah medium dasar yang
ditambah glukosa dan ekstrak khamir (medium 4). Susunan kimia ekstrak
khamir tidak diketahui secara pasti, tetapi mengandung berbagai faktor
tumbuh yang sering diperlukan oleh mikroba. Medium ini dapat untuk
menumbuhkan
mikroba
khemoheterotrof
aerob
maupun
anaerob baik yang memerlukan maupun yang tidak memerlukan faktor
tumbuh. Medium yang juga termasuk medium kompleks adalah yang
mengandung ekstrak tanah.
4. Medium diperkaya
Medium Medium diperkaya adalah medium yang ditambah zat tertentu
yang merupakan nutrisi spesifik untuk jenis mikroba tertentu. Medium ini
digunakan untuk membuat kultur diperkaya (enrichment culture) dan
untuk mengisolasi mikroba spesifik, dengan cara mengatur faktor
lingkungan (suhu, pH, cahaya), kebutuhan nutrisi spesifik dan sifat
fisiologinya. Dengan demikian dapat disusun medium diperkaya untuk
bakteri
yang bersifat khemoheterotrof, khemoototrof, fotosintetik, dan untuk
mikroba lain yang bersifat spesifik.
1.3.Fungsi Nutrisi Bagi Mikroba
Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel.
Unsurtersebut diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik
yang jumlahnyaberbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa
golongan mikroba misalnyadiatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si)
yang biasanya diberikan dalambentuk silikat untuk menyusun dinding sel.
Fungsi dan kebutuhan natrium (Na) untukbeberapa jasad belum diketahui
jumlahnya. Natrium dalam kadar yang agak tinggidiperlukan oleh bakteri
tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru, dan bakterifotosintetik. Natrium
tersebut tidak dapat digantikan oleh kation monovalen yang lain.Jasad hidup
dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat maupun cair(larutan).
Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat tergolong
tipeholozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk cair
tergolong tipeholofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan
dalam bentuk padat, tetapimakanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di
luar sel dengan pertolongan enzimekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini
dikenal sebagai extracorporeal digestion.Bahan makanan yang digunakan oleh
jasad hidup dapat berfungsi sebagaisumber energi, bahan pembangun sel, dan
sebagai aseptor atau donor elektron. Dalamgaris besarnya bahan makanan
dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi,sumber karbon,
sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumbernitrogen.
1. Air
Air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Fungsi air
adalahsebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi.
Selain itu air berfungsisebagai pelarut dan alat pengangkut dalam
metabolisme.
2. Sumber energi
Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik
atauanorganik yang dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.
3. Sumber karbon
Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik
maupunanorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein,
asam amino, asamorganik, garam asam organik, polialkohol, dan
sebagainya. Senyawa anorganikmisalnya karbonat dan gas CO2 yang
merupakan sumber karbon utama terutama untuktumbuhan tingkat tinggi.
4. Sumber aseptor elektron
Proses
oksidasi
biologi
merupakan
proses
pengambilan
dan
pemindahanelektron dari substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada
dalam bentuk bebas,maka harus ada suatu zat yang dapat menangkap
elektron tersebut. Penangkapelektron ini disebut aseptor elektron. Aseptor
elektron ialah agensia pengoksidasi. Padamikrobia yang dapat berfungsi
sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa organik, NO3-, NO2-, N2O, SO2, CO2, dan Fe3+.
5. Sumber mineral
Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O,
N, H,dan P. unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg,
Na, S, Cl. Unsurmineral yang digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah
Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo,Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang
tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan dalam jumlah besar disebut
unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo,dan dalam jumlah sangat
sedikit unsur mikro. Unsur mikro sering terdapat sebagaiikutan
(impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke dalam medium
lewatkontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu.Selain
berfungsi
sebagai
penyusun
sel,
unsur
mineral
juga
berfungsi
untukmengatur tekanan osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan
potensial oksidasireduksi (redox potential) medium.
6. Faktor tumbuh
Faktor
tumbuh
ialah
senyawa
organik
yang
sangat
diperlukan
untukpertumbuhan (sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan
senyawa ini tidak dapatdisintesis dari sumber karbon yang sederhana.
Faktor tumbuh sering juga disebut zattumbuh dan hanya diperlukan dalam
jumlah sangat sedikit.Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam
metabolisme, faktor tumbuhdigolongkan menjadi asam amino, sebagai
penyusun protein; base purin dan pirimidin,sebagai penyusun asam
nukleat; dan vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktifdari enzim.
7. Sumber nitrogen
Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat,
asamamino, protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang
digunakan tergantungpada jenis jasadnya. Beberapa mikroba dapat
menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara. Mikroba
ini disebut mikrobia penambat nitrogen.
1.4.Isolasi Mikroorganisme
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam
dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi
mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang
berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan
membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Isolasi bakteri atau
biakan yang terdiri dari satu jenis mikroorganisme (bakteri) dikenal
sebagaibiakan murniataubiakan aksenik. Biakan yang berisi lebih dari satu
macam mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagaibiakan campuran, jika hanya
terdiri dari dua jenis mikroorganisme, yang dengan sengaja dipelihara satu
sama lain dalam asosiasi, dikenal sebagaibiakan dua-jenis.
Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah harus
adanya kondisi optimum untuk pertumbuhan organisme inangnya. Sumber
bakteriofage yang paling baik dan paling utama adalah habitat inang. Sebagai
contoh fage koli yang di jumpai di dalam pencernaan dapat diisolasi dari
limbah atau pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi
bahan sumbrnya dan
penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel
bakterinya (Adams, 2000). Ada beberapa cara yang digunakan untuk bakteri,
fungi, dan khamir dengan metode garis, metode tuang, metode sebar, metode
penuangan, serta micromanipulator. Dua diantaranya yang paling sering
banyak digunakan adalah teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode
ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme
sedemikian rupa sehingga individu species dapat dipisahkan (plezar, 2006)
Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada medium yang terdiri dari
bahan nutrient. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bergantung kepada
banyak faktor seperti seperti apa jenis mikroorganisme yang akan
ditumbuhkan.
1.5.Pertumbuhan Mikroorganisme
Ada 4 fase kurva pertumbuhan mikroorganisme, yaitu :
1. Fase lag
Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-mula akan
mengalami
fase
adaptasi
untuk
menyesuaikan
dengan
kondisi
lingkungandi sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh
beberapa factor,diantaranya:
a. Medium dan lingkungan pertumbuhan
Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan
lingkungansebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi.
Tetapi jika nutrient yangtersedia dan kondisi lingkungan yang baru
berbeda dengan sebelumnya,diperlukan waktu penyesuaian untuk
mensintesa enzim-enzim.
b. Jumlah inokulum
Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase
adaptasi.Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa
sebab, misalnya: (1)kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien
ke medium yang kandungannuriennya terbatas, (2) mutan yang baru
dipindahkan dari fase statis ke medium barudengan komposisi sama
seperti sebelumnya.
2. Fase log
Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti
kurva logaritmik. Pada fase inikecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi
oleh medium tempat tumbuhnya sepertipH dan kandungan nutrient, juga
kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembabanudara. Pada fase ini
mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada faselainnya. Pada
fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir faselog,
kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :
a. Nutrien di dalam medium sudah berkurang.
b. Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat
menghambatpertumbuhan mikroba.
3. Fase stationer
Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh
sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi
lebihkecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis.
Karenakekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi
yang berbedadengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini
sel-sel lebih tahanterhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi,
dan bahan-bahan kimia.
4. Fase kematian
Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian
karena beberapa sebab yaitu:
a. Nutrien di dalam medium sudah habis.
b. Energi cadangan di dalam sel habis.
Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan
jenis
mikroba.
II.
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara pembatan media padat.
2. Untuk mengetahui cara pengenceran.
3. Untuk mengetahui isolasi mikroorganisme dengan metode tuang dan agar
miring.
III.
3.1
Alat dan Bahan
A. Pembuatan Media Padat (Nutrient Agar)
Alat
Bahan
Hot plate
Nutrient Agar
Erlenmeyer
Aquades
Gelas ukur
Autoklaf
B. Pengenceran
Alat
Bahan
Erlenmeyer
NaCl fisiologis
Autoklaf
Aquades
Tabung ulir
Sampel (yogurt)
Rak tabung reaksi
Pipet ukur
Bunsen
Beaker glass
C. Inokulasi Mikroorganisme pada Yogurt
Alat
Bahan
Inkubator
Nutrient Agar
Jarum ose
NaCl fisiologi
Bunsen
Yogurt
Petridisk
Alkohol 95%
Tabung ulir
Rak tabung reaksi
Pipet ukuran 1 ml
Pipet ukuran 10 ml
IV.
Prosedur Kerja
4.1 Pembuatan Media Padat (Nutrient Agar)
1. Timbang komponen medium dengan menggunakan timbangan analitis
untuk volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut:
 Beef extract 3 g
 Peptone 5 g
 Agar 15 g
 Akuades s.d 1000 ml
2. Akuades sebanyak 100 ml dibagi menjadi dua satu bagian untuk
melarutkan Beef extract dan peptone dan sebagian lagi untuk
melarutkan agar. Sebaiknya air untuk melarutkan agar lebih banyak.
3. Agar dilarutkan pada sebagian air tersebut dengan mengaduk secara
konstan dan diberi panas. Dapat menggunakan kompor gas atau hot
plate stirrer (jangan sampai overheat, karena akan terbentuk busa dan
memuai sehingga tumpah).
4. Sementara itu sebagian akuades digunakan untuk melarutkan peptone
dan beef extract, cukup dengan pengadukan.
5. Setelah keduanya larut, larutan dituangkan ke larutan agar dan diaduk
sampai homogen. Kemudian pH media diukur dengan mencelupkan
kertas pH indikator. Jika pH tidak netral maka dapat ditambahkan
HCl/NaOH.
6. Setelah itu media dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan
disterilisasi dengan autoklaf.
7. Meyimpan media di labu erlenmeyer tidak boleh terlalu penuh
8. Tutup erlenmeyer dengan sumbat kapas dan alumunium foil lalu
rekatkan dengan plastik wrap.
9. Sterilisasi media menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 20
menit.
4.2 Pengenceran
1. Membuat NaCl fisiologis

Timbang 8,5 gram NaCl masukkan dalam labu ukur 1 liter

Tambahkan 1 liter aquades

Simpan dalam botol PP
2. Membuat Pengenceran
-
Pipet 9 ml NaCl fisiologis lalu masukkan ke dalam labu ulir
-
Tutup labu ulir lalu sterilisasi menggunakan autoclave 121oC
selama 30 menit.
-
Timbang 1 gram bahan yang ingin diketahui kandungan
mikroorganismenya lalu simpan dalam tabung reaksi.
-
Tambahkan 9 ml aquadest steril (pengenceran 0)
Lakukan pengenceran sampai (10-5 ) dengan cara ambil 1 ml dari
pengenceran ke-0 lalu masukkan ke dalam labu ulir yang telah
berisi 9 ml NaCl fisiologis (pengenceran 10-1), lalu ambil 1 ml dari
pengeceran 10-1 lalu masukkan ke dalam labu ulir yang telah berisi
9 ml NaCl fisiologis (pengenceran 10-2), lalu ambil 1 ml dari
pengeceran 10-2 lalu masukkan ke dalam labu ulir yang telah berisi
9 ml NaCl fisiologis (pengenceran 10-3), lalu ambil 1 ml dari
pengeceran 10-3 lalu masukkan ke dalam labu ulir yang telah berisi
9 ml NaCl fisiologis (pengenceran 10-4), lalu ambil 1 ml dari
pengeceran 10-4 lalu masukkan ke dalam labu ulir yang telah berisi
9 ml NaCl fisiologis (pengenceran 10-5).
4.3 Inokulasi Mikroorganisme pada Yogurt
1) Cara Tuang
Ambil 1 ml dari pengenceran 10-5 lalu tanam di media nutrien agar
dengan cara tuang yaitu :

Suspensi bakteri dituangkan ke dalam media Nutrient Agar steril
yang belum membeku (suhu ± 45oC) supaya bakteri tidak mati.

Memutarkan cawan petri beberapa kali dengan gerakan ke kiri dan
kanan supaya bakteri menyebar merata.

Setelah media padat, Inkubasi media selama 24 jam dengan cara
meletakkan petridish terbalik.

Amati bakteri yang ada.
2) Cara Tuang Gores

Media nutrisi agar steril yang telah dipanaskan (media mencair)
dituangkan sebanyak 10 ml ke dalam petridish steril.

Biarkan media menjadi padat dan dingin.

Ambil ose lalu ujung ose dibakar terlebih dahulu sampai memijar,
kemudian ambil satu ose suspensi campuran bakteri dalam tabung
reaksi yang telah disediakan, segera goreskan ose yang telah
mengandung suspensi bakteri dengan goresan sebagai berikut :

Cawan petri disimpan dengan tutup di sebelah bawah untuk
menjaga supaya air kondensasi tidak jatuh ke permukaan media
yang akan mengganggu pertumbuhan koloni.

Inkubasi satu sampai dua hari untuk memberikan kesempatan pada
bakteri membentuk koloni.

Amati koloni yang terbentuk, catat dan bedakan berdasarkan sifatsifat koloni yaitu warna, bentuk, margin/tepian.
3) Cara Agar Miring

Sediakan kurang lebih 5 ml media Nutrient Agar pada tabung
reaksi lalu disterilkan. Pada saat media masih panas, tabung
diletakkan dalam keadaan miring (sekitar 15o) sampai media
membeku.

Ambil satu ose bakteri secara aseptik, buatlah goresan sebanyak
mungkin pada permukaan media (goresan zigzag).

Inkubasikan 24 jam.

Lihat pertumbuhannya.
V.
Hasil Pengamatan
Kelompok
VI.
Metode (Jumlah Koloni)
Cara Tuang
Tuang Gores
Agar Miring
1
9
7
0
2
5
7
0
3
8
9
0
4
1
17
0
5
37
28
0
6
11
19
0
Pembahasan
Nama : Novita Purnamasari H
Tanggal Praktikum : 29 September 2015
NIM : 1503646
Tanggal Laporan : 15 Oktober 2015
Judul Praktikum : Pembuatan Media Padat dan Isolasi Mikroorganisme
dengan Metode Tuang dan Agar Miring
Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk
menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma
dan bagian-bagian sel lain. Susunan dan kadar nutrisi suatu medium untuk
pertumbuhan mikroba harus seimbang agar mikroba dapat tumbuh optimal.
Hal ini perlu dikemukakan karena banyak senyawa yang menjadi zat
penghambat atau racun bagi mikroba jika kadarnya terlalu tinggi. Selain itu,
dalam medium yang terlalu pekat aktivitas metabolisme dan pertumbuhan
mikroba dapat terganggu. Perubahan faktor lingkungan menyebabkan aktivitas
fisiologi mikroba dapat terganggu, bahkan mikroba dapat mati (Haribi, 2008).
Dalam praktikum kali ini, media yang digunakan adalah media padat, yaitu
Nutrient Agar, komponen penyusunnya adalah Beef extract, Peptone, dan
Agar. NA (Nutrient Agar) adalah medium umum untuk uji air dan produk
dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme
yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. NA merupakan
salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti
uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk
pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam
kultur murni. NA juga di gunakan sebagai media kapang dan khamir. Nutrient
Agar yang digunakan dalam praktikum ini adalah Nutrient Agar instan,
sehingga sudah siap pakai, caranya dengan melarutkan NA sebanyak 8,5 gram
dengan 40 ml aquades, kemudian diaduk secara konstan dan diberi panas,
dapat menggunakan kompor gas atau hot plate stirrer (jangan sampai
overheat). Lalu NA disimpan di tabung ulir (tidak boleh terlalu penuh), dan
disterilkan di dalam autoklaf selama 20 menit pada suhu 121̊ C.
Terlebih dahulu semua alat-alat yang akan digunakan untuk
pengerjaan medium dan pengenceran inokulasi benar-benar steril. Hal ini
untuk menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang
tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah
benar-benar biakan murni. Sampel yang digunakan dalam praktikum ini
adalah bakteri yang ada di yogurt, yaitu Lactobacillus bulgaricus dan
Streptoccus thermophillus. Sebelumnya sampel tersebut harus disuspensikan
dalam larutan NaCl fisiologis 0,85% yang telah disterilkan. Setelah terbentuk
suspensi
maka
dilakukan
pengenceran
sampai
tahap10-5.Pengenceran
dilakukan agar pertumbuhan mikroorganisme pada sampel tidak terlalu
banyak sehingga dapat dilakukan penghitungan. NaCl fisiologis digunakan
sebagai pengencer agar suspensi sampel tetap steril dan menghindari adanya
kontaminan
pada
sampel.
Selain
itu,
NaCl
fisiologis
juga
dapat
mempertahankan kondisi pH. Sebagaimana kita ketahui bahwa pertumbuhan
mikroorganisme sangat peka terhadap perubahan pH, sehingga diperlukan
suatu larutan pengencer yang tidak mempengaruhi kondisi pH.
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau
dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian.
Dalam pengerjaannya pun harus dilakukan di dekat bunsen yang menyala,
agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dari udara.Terdapat 3 metode yang
dilakukan dalam inokulasi bakteri di praktikum ini, yaitu :
1. Cara tuang
Satu mili suspensi bakteri yang sudah melewati tahappengenceran
dicampur dengan NA yang masih cair (belum membeku) di cawan petri,
dengan demikian akan diperolehpiaraan adukan. Setelah itu tunggu
beberapa saat hingga NA membeku.
2. Cara tuang gores
Jarum ose yang membawa bakteri digesekkan atau digoreskan dengan
bentuk zig-zag pada permukaan NA yang telah membeku (padat) dalam
cawan petri sampai meliputi seluruh permukaan, perlu kehati-hatian saat
melakukan hal ini, supaya NA tidak ikut tergores hingga sobek. Untuk
memperoleh hasil yang
baik diperlukan keterampilan, yang biasanya
diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan
baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang
diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah
tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk
digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan
cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga
menyulitkan pemisahan sel - sel yang digores.
3. Cara agar miring
Jarum ose yang membawakan bakteri digesekkan atau digoreskan secara
zigzag pada permukaan NA(yang telah membeku) di dalam tabung reaksi
yang dimiringkan hingga sudut 15º.
Setelah semua metode telah dilakukan, cawan petri disimpan di
inkubasi selama 24 jam. Cawan petri yang disimpan di inkubasi harus dalam
keadaan terbalik, hal ini bertujuan untuk uap-uap air yang dihasilkan tidak
menempel di langit-langit cawan petri, lalu tetesan air tersebut jatuh mengenai
agar, sehingga pertumbuhan bakteri jauh lebih cepat karena lingkungan cawan
petri menjadi lembab. Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang
dipilih untuk pengitungan koloni adalah yang mengandung antara 30-300
koloni, apabila terdapat >300 koloni, maka disebut TBUD (terlalu banyak
untuk dihitung) atau TNTC (too numerous to count), apabila terdapat <300
koloni, maka disebut Too Few To Count.Berdasarkan hasil pengamatan,
tampak bahwa setiap kelompok mempunyai jumlah koloni 0 di metode agar
miring. Kemungkinan hal ini terjadi karena praktikan kurang berhati-hati saat
melakukan inokulasi bakteri, kemungkinan jarum ose yang dipijarkan terlalu
panas sehingga bakteri yang akan dipindahkan sudah mati, atau mungkin juga
karena praktikan kurang terampil saat melakukan penggoresan di agar miring.
Nama : Ayu Arti Putri
Tanggal Praktikum : 29 September 2015
NIM : 1500634
Tanggal Laporan : 15 Oktober 2015
Judul Praktikum : Pembuatan Media Padat dan Isolasi Mikroorganisme
dengan Metode Tuang dan Agar Miring
Nama : Rizki Yanti Rahayu
Tanggal Praktikum : 29 September 2015
NIM : 150753
Tanggal Laporan : 15 Oktober 2015
Judul Praktikum : Pembuatan Media Padat dan Isolasi Mikroorganisme
dengan Metode Tuang dan Agar Miring
Isolasi air adalah cara pemisahan mikroorganisme tertentu dari
lingkungan, sehingga dapat diperoleh biakkan yang sifatnya murni,sehingga
dapat di buat sebagai biakkan kultur murni. (Nurhaeria.2013)
Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada bahan nutrient yang
di sebut medium yang tersedia, yaitu macamnya yang di pakai bergantung
kepada banyak faktor, salah satu diantaranya adalah macam mikroorganisme
yang akan ditumbuhkan.(pelczar.1988) Pemindahan bakteri dari medium yang
lama ke medium yang baru harus dengan ketelitian yang tinggi. Terlebih
dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat dalam keadaan steril untuk
mencegah terjadinya kontaminasi. Media yang di gunakan yaitu terdiri dari
tiga jenis yaitu:
1. Media padat
Media padat diperoleh dengan cara menambahkan agar-agar. Agarnya itu
berasal dari ganggang,alga yang berfungsi sebagai bahan pemadat.Alga
digunakan karena bahan ini tidak diuraikan oleh mikroorganisme, dan
dapat membeku pada suhu diatas 45o C. Media padat terbagi menjadi agar
miring dan agar deep.
2. Media setengah padat di buat dengan bahan sama dengan media
padat,akan tetapi yang berbedda adalah komposisi agarnya. Media ini
digunakan untuk melihat gerak kuman secara mikroskopik.
Medium untuk membiakkan microbe haruslah steril sebelum digunkan.
Engenceran (kontaminas) dari luar terutama bersal dari udara yang
mengandung banyak mikroorganisme. Teknik biakan murni untuk satu spesies
dikenal dengan beberapa cara, yaitu:
1. Cara pengenceran
Cara dalam metode ini dengan mengencerkan suatu suspense yang
berupa campuran bermacam-macam spesies yang kemudian diencerkan
dalam suatu tabung tersendiri. Dari pengenceran ini kemudian di ambil 1
ml untuk diencerkan lagi. Kalau perlu, dari enceran yang kedua dimbil 1
ml untuk diencerkan lebih lanjut.
Langkah selanjutnya yaitu dari pengenceran yang ketiga di ambil
0,1 ml untuuk disebarkan pada suatu medium padat. Kemungkinan besar
kita akan mendapatkan beberapa koloni tumbuh dalam medium tersebut,
tetapi mungkin juga memperoleh satu koloni murni, dan selanjutnya
spesies ini dapat kita jadikan piaraan murni.
2. Cara Penuangan
Isolasi dengn menggunaan medium cair dengan cara pengenceran, seperti
yang telah di jelaskan ebelumnya. Prinsip melakukan pengenceran adalah
dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudhah
diencerkan, dan sampl itu kemudian di sebarkan dalam suatu medium .
Dengan mengulang pekerjaan sepertidiatas, akhirnya akan diperoleh
biakan murni yang lebih terjamin.Agar tidak leka mencar, karena titik
cairnya 95o C. Sehingga teknik ini sekarang sering fdisebut dengan teknik
agar tuang.
3. Cara penggoresan
Cara ini lebih mengutungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan
waktu,
tetapi
memerlukan
keerampilan
yang
diperoleh
dari
latihan.Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang
terpisah. Tetapi kelemahan cara ini adalah bakteri-bakteri anaerob tidak
dapat tumbuh.
Bakteri mempunyai flagel seringkali membentuk koloni yang menyebar
terutama bila digunakan lempengan agar yang basah. Untuk mencegah hal ini
hars digunakan lempengan agar yang benar-benar kering. Untuk mendapatkan
koloni yang terpisah sewaktu melakukan goresan harus memperhatikan:
1. Gunakan ose yang telah dingin untuk menggores permukaan lempengan
agar. Ose yang dipanaskan akan mematikan mikroorganisme, sehingga
tidak terjadi pertumbuhan pada bekas goresan.
2. Sewaktu
menggores,
lempengan.
Agar
ose
yang
dibiarkan
luka
meluncur
akan
diatas
mengganggu
permukaan
pertumbuhan
mikroorganisme, sehingga sulit diperoleh koloni yang terpisah
3. Oe yang harus dioijarkan setelah menggores suatu daerah, hal ini dengan
tujuan mematikan mikroorganisme yang melekat pada mata ose dan
mencegah pencemaran pada penggorsan berikutnya.
4. Menggunakan tutup cawan petr untuk melindungi permukaan supaya
terhindar dari pencemaran.
5. Membalikkan lempeng agar untuk mencegah air kondensasi jatuh diatas
permukaan sehingga dapat terjadi penyebaran koloni.
Ada beberapa teknik penggoresan yaitu:
a. Goresan T
b. Goresan kuadran, teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan
aar dibagi menjadi 4
c. Goresan Radian
d. Goresan Sinambung
Metode-metode ini mengasumsikan jumlah bakteri yang di tanam pada
suatu cawan sama dengan jumlah koloni pada cawan tersebut. Perhitungan
metode ini juga di bantu dengan alat yang disebut colony counter. Alat colony
counter masih mngaruskan para peneliti pada laboratorium menghitung
jumlah koloni secara manual. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel
mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin
membentuk satu koloni. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin
menghasilkan nilai yang berbeda pula. Mikroba yang di tumbuhkan harus
dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan
jelas tidak menyebar. Selain itu juga memerlukan persiapan waktu inkubasi
beberapa hari sehingga pertumbuhan koloni dapat diitung.
Nama : Ramadhan Nurcholis
Tanggal Praktikum : 29 September 2015
NIM : 1500529
Tanggal Laporan : 15 Oktober 2015
Judul Praktikum : Pembuatan Media Padat dan Isolasi Mikroorganisme
dengan Metode Tuang dan Agar Miring
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan
bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian
sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba (Sutedjo,1991). Media
pertumbuhan bakteri atau media kultur bakteri adalah cairan atau gel yang di
design untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme dan sel. Terdapat dua
jenis utama media pertumbuhan yaitu media yang digunakan untuk kultur
pertumbuhan sel tumbuhan atau binatang dan jenis yang kedua yaitu kultur
mikrobiologi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme seperti
bakteri dan jamur (Madigan, 2005).
Menurut Murachman (1995), macam-macam media yaitu sebagai berikut:
1. Media cair (liquid media) yaitu media yang, berbentuk cair.
2. Media padat (solid media) yaitu media yang berbentuk padat. Media
dapat berupa bahan organik alamiah misalnya media wortel, media
kentang atau anorganik (silika gel).
3. Media padat yang dapat dicairkan (semi solid) yaitu media yang
dalam keadaan panas berbentuk cair, sedangkan dalam keadaan dingin
berbentuk padat, misalnya mengandung agar atau gelatin.
Praktikum sesi pertama kita membuat media padat dengan alat & bahan
sebagai berikut:
-
Erlenmayer
- NA (Nutrient Agar)
-
Autoclave
- Aquades
-
Timbangan analitik
Langkah pertama kita menimbang NA dengan timbangan analitik seberat
15 gr, selanjutnya aquades 100 ml dibagi menjadi dua bagian. Larutkan NA
pada aquades dan taruh pada hot plate stirrer hingga mendidih dan sebaiknya
tidak sampai over heat. Aquades lainnya digunakan untuk melarutkan peptone
+ beef extract dengan diaduk lalu dituanglan pada larutan agar yang telah
dipanaskan di hot plate stirrer dan diaduk hingga larutan tersebut menjadi
homogen. Kemudian larutan tersebut dituangkan kedalam tabung erlenmayer
dan disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121°C selama 20 menit.
Selanjutnya kita melakukan pengenceran NaCl fisiologis dengan alat &
bahan sebagai berikut:
-
Erlenmeyer
-
Autoklaf
-
Tabung ulir
-
Rak tabung reaksi
-
Pipet ukur
-
Bunsen
-
NaCl Fisiologis
Aquades
Langkah pertama yang dilakukan untuk pengenceran adalah menimbang
NaCl 8,5 gr lalu masukan kedalam labu ulir 1 L dan ditambahkan Aquades 1
L simpan dalam botol PP. Pipet 9ml NaCl fisiologis lalu masukan pada labu
ulir dan sterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121°C selama 30
menit. Setelah larutan NaCl fisiologis disterilisai kemudian siapkan 9ml
aquades dan lakukan pengenceran dengan pipet 1ml aquades lalu masukan ke
labu ulir yang berisi 9ml larutan NaCl fisiologis (pengenceran 10ˉ1) lakukan
hingga pengenceran 10ˉ5.
Praktikum terakhir kita melakukan Inokulasi. Inokulasi merupakan
kegiatan memindahkan mikroorganisme baik berupa bakteri maupun jamur
dari tempat atau sumber asalnya ke medium baru yang telah dibuat dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis. Dengan demikian akan
didapatkan biakan mikroorganisme murni yang dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran maupun untuk kepentingan lainnya. Inokulasi yang kita
laksanakan melakukan tiga perlakuan yaitu, cara tuang, tuang gores dan agar
miring. Alat dan bahan yang dibutuhkan saat inokulasi seperti berikut:
-
Jarum ose
- NA
-
Bunsen
- NaCl Fisiologis
-
Petri disc
- Alkohol 95%
-
Tabung reaksi
-
Rak tabung reaksi
-
Inkubator
-
Pipet ukuran 1 ml dan 10 ml
- Yoghurt
Pertama, kita melakukan inokulasi dengan cara tuang, ambil 1 ml dari
pengenceran 10-5yang telah kita lakukan sebelumnya lalu tanam pada nutrient
agar. Masukan NA dan suspensi bakteri kedalam petri disk sebelum agar
mengeras. Kemudian putar cawan petri agar NA dan suspensi bakteri
tercampur dengan rata. Setelah NA telah memadat masukan kedalam
inkubator selama 24 jam dengan posisi petri disk secara terbalik.
Kedua, kita melakukan inokulasi dengan cara tuang gores, langkah
pertama masukan 10 ml NA steril kedalam petri disk lalu tunggu hingga NA
memadat dan dingin, kemudian pijarkan ose ke bunsen lalu masukan kedalam
yoghurt dan goreskan ke permukaan agar yang telah memadat. Inkubsi petri
disk dengan cara terbalik agar air kondensasi tidak jatuh ke media.
Ketiga, praktikum kita yang terakhir adalah inokulasi dengan cara agar
miring. Langkah pertama tuangkan 5 ml NA kedalam tabung ulir lalu
disterilisasikan. Setelah disterilisasikan NA masih dalam keadaan panas
langsung dimiringkan 15 derajat hingga NA menjadi dingin dan memadat.
Selanjutnya jarum ose dipijarkan lalu ambil suspensi bakteri dan digoreskan
perlahan diatas permukaan NA secara zig-zag. Terakhir menginkubsi tabung
ulir selama 24 jam.
Nama : Ghina Anzalina
Tanggal Praktikum : 29 September 2015
NIM : 1500769
Tanggal Laporan : 15 Oktober 2015
Judul Praktikum : Pembuatan Media Padat dan Isolasi Mikroorganisme
dengan Metode Tuang dan Agar Miring
Berdasarkan konsistensinya, media dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu media cair (liquid media) dan media padat (solid media).
Apabila media cair merupakan ekstrak kompleks maerial biologis, maka
media
tersebud
dinamakan rich
medaia atau broth. Media
padat
menggunakan bahan pembeku (solidifying agent), misalnya agar, suatu
kompleks polisakarida yang diperoleh dari alga merah (red algae). Agar
memiliki komposisi kimia berupa D-galaktosa, 3,6-anhidro-L-galaktosa, Dglucuronic acid. Agar sebagai bahan pembeku akan mencair saat didihkan,
kemudian didnginkan pada suhu 40-42o C sebelum dibekukan. Medai agar ini
tidak akan mencair lagi kecuali pada suhu 80-90o C. Agar merupakan agen
pengeras
yang
bagus
sekali
karena
tidak
dapat
didegradasi
oleh
mikroorganisme (Sylvia, 2008).
Menurut Nurohaianah et al (2007), Pengenceran merupakan proses
yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan
dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan
menjadi berubah.
Menurut Nur, I. dan Asnani (2007), Prinsip dari isolasi mikroba adalah
memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari
campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk
koloni sel yang tetap pada tempatnya.
Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu
dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telah dan
identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri
dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan Isolasai
Mikroba (Admin, 2008) :
Untuk menumbuhkan suatu biakan bakteri dalam media steril sejumlah
sel-sel (inokulum) dipindahkan (diinokulasi) ke dalam media dengan
perlakuan khusus untuk mempertahankan kemurnian dari biakan . Dalam
waktu inokulasi harus dipijarkan di atas api segera sebelum dan sesudah
melakukan pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan setiap bentuk
kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat pemindah . Bagian jarum
yang dipanaskan tidak terbatas pada bagian ujungnya saja tetapi termasuk pula
bagian bawahnya (Mulyono, 1992).
Seperti semua bentuk kehidupan lain, mikroba membutuhkan zat-zat
hara dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Pertama-tama media
harus mangandung senyawa-senyawa hara yang penting untuk pertumbuhan
mikroba. Disamping itu media harus juga memberikan lingkungan yang cocok
bagi pertumbuhan seperti pH, tekanan osmosis, oksigen dan lain-lain. Pada
umumnya semua media untuk pertumbuhan mikroba terdapat dalam dua
bentuk yaitu media cair (Broth Media) dan media Padat (Solid Media)
(Mulyani, 1991).
Sifat-sifat umum suatu koloni:
A. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa suatu titik, ada pula
yang melebar sampai menutup permukaan medium.
B. Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang, ada tepi yang rata,
ada tepinya yang tidak rata.
C. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul, yaitu menjulung tebal diatas permukaan
medium.
D. Halus-kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaanya halus saja, ada
yang permukaanya kasar tidak rata.
E. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaanya mengkilat, ada yang
permukaanya suram.
F. Warna. Kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuningkuningan, akan tetapi ada juga kolini yang kemerah-merahan, coklat,
jingga, biru, hijau dan ungu.
G. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak seperti
mentega ada yang keras dan kering (Dwidjoseputro, 2005).
Populasi bakteri tumbuh sangat cepat ketika mereka ditambahkan dan
disesuaikan dengan gizi dan kondisi lingkungan yang memungkinkan mereka
untuk berkembang. Melalui pertumbuhan ini, berbagai jenis bakteri kadang
memberi penampilan yang khas. Beberapa koloni mungkin akan berwarna,
ada yang berbentuk lingkaran, sementara ada yang bentuknya tidak teratur.
(Devacurii, 2012).
Cara mengisolasi mikroba dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
sebagai berikut ini:
a.
Isolasi mikroba dengan cara penggoresan.
Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni
bakteri yang terpisah dengan baik dari suspensi sel yang pekat. Cara ini lebih
menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tapi memerlukan
ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah. Ada beberapa teknik goresan, antara lain
: Goresan T, Goresan kuadran, Goresan radian, dan Goresan sinambung.
b.
Isolasi mikroba dengan cara penaburan
Cara penaburan ( pour plate) merupakan cara yang kedua di samping
penggoresan untuk memperoleh biakan murni dari biakan campuran mikroba.
Cara ini berbeda dari cara penggoresan dimana media agar diinokulasi dalam
keadaan tetap cair yaitu pada suhu 450C, dan demikian pula koloni-koloni
akan berkembang di seluruh media, tidak hanya pada permukaan. Untuk
beberapa tujuan hal ini menguntungkan, contohnya dalam mempelajari
pertumbuhan koloni streptococcal pada sel-sel darah merah. Supaya koloni
yang tumbuh dalam cawan tidak terlalu banyak ataupun sedikit maka contoh
diencerkan hingga beberapa kali pengenceran dan ditaburkan pada beberapa
cawan.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan
dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan
keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode
cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan
yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai
mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium
dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme
menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu
banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna,
1990).
Larutan pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan
untuk mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran
dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung
yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya
dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya. Larutan Fisiologis ini lebih
tepatnya medium setengah padat karena mengandung 0,9 % NACl yang
terkandung didalamnya. Medium sintetis juga bias dibilang bagian dari larutan
fisiologis karena Larutan fisiologis ini sudah diketahui jumlah, jenis dan
takarannya, (Feny, 2013).
Pada praktikum pembuatan media padat dan isolasi mikroorganisme
pada tanggal 29 september 2015, didapatkan pembahasan sebagai berikut :
1. Pada pembuatan media padat menggunakan Nutrient Agar instant, dengan
cara melarutkan Nutrient Agar 8 gr dengan aquades 100 ml kemudian
dipanaskan. Media padat Nutrient Agar sendiri bisa padat karena
mengandung bahan beef extract, pepton dan juga agar.
Larutan NA dengan aquades yang telah tercampur dimasukan ke
dalam labu erlenmeyer kemudian mengukur pH larutan menggunakan pH
indikator dan jika larutan telah memiliki pH netral maka selanjutnya
disterilisasi dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan suhu
121oC. Larutan memiliki warna kekuningan.
2. Pada pengenceran, menggunakan larutan Nacl fisiologis 0,8% dengan
aquades kemudian dimasukan ke dalam tabung ulir sebanyak 9 ml.
kemudian dalam praktikum ini menggunakan bahan yoghurt yang
dimasukan sebanyak 1 ml ke dalam tabung ulir (pengenceran 10 o).
melakukan pengenceran sampai dengan 10-5 dengan cara mengambil 1 ml
dari tabung sebelumnya dan dimasukan ke tabung selanjutnya.
Pengenceran bertujuan untuk membuat penyebaran bakteri dan akan
memudahkan pada saat menghitung jumlah bakteri.
Jika tidak dilakukan pengenceran, maka bakteri akan sulit dihitung
karena jumlahnya yang sangat banyak.
3. Isolasi mikroorganisme yang digunakan yaitu dengan cara tuang, tuang
gores dan agar miring. Pada cara tuang dengan menuangkan sespensi
bakteri ke dalam media Nutrient Agar pada cawan petri kemudian
diinkubator denagn suhu 45oC selama 24 jam dan meletakkan cawan petri
terbalik. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa koloni bakteri yang
tumbuh yaitu 5 koloni.
Pada cara tuang gores, menuangkan media Nutrient Agar pada cawan
petri dan biarkan sampai padat. Jarum ose dipanaskan terlebih dahulu
sampai memijar kamudian mengambil campuran bakteri dalam tabung
reaksi kemudian menggoreskannya pada media padat dan di inkubasi
selama 24 jam. koloni yang tumbuh pada cara tuang gores yaitu sebanyak
7 koloni.
Pada cara agar miring menggunakan media Nutrient Agar pada tabung
reaksi yang disterilkan. Pada saat media masih panas, tabung diletakkan
dalam keadaan miring sekitar 15O sampai media padat. Kemudian
mengambil bakteri menggunakan jarum ose yang dipanaskan dan
membuat goresan pada media yang telah padat. Membuat goresan pada
permukaan media secara zigzag dan diinkubasi selama 24 jam. Pada hasil
praktikum menggunakan cara agar miring ini koloni bakteri tidak tumbuh.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada saat pemindahan jarum ose
terlalu panas sehingga bakteri mati atau terkontaminasi sehingga tidak
steril.
VII.
Kesimpulan
A. Novita Purnamasari Hendarmin (1503646)
1. Pembuatan Nutrient Agar pada praktikum ini adalah NA instan,
caranya dengan melarutkan NA sebanyak 8 gram dengan 40 ml
aquades, kemudian diaduk secara konstan dan diberi panas, dapat
menggunakan kompor gas atau hot plate stirrer (jangan sampai
overheat).
2. Semua alat-alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan
pengenceran inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kontaminasi.
3. Sampel tersebut harus disuspensikan dalam larutan NaCl fisiologis
0,85% yang telah disterilkan. Setelah terbentuk suspensi maka
dilakukan pengenceran sampai tahap10-5. Pengenceran dilakukan agar
pertumbuhan mikroorganisme pada sampel tidak terlalu banyak
sehingga dapat dilakukan penghitungan.
4. NaCl fisiologis dapat mempertahankan kondisi pH.
5. Metode yang dilakukan pada inokulasi bakteri adalah cara tuang, cara
tuang gores, cara agar miring.
B. Ayu Arti Putri H
C. Rizki Yanti Rahayu (1500753)
1. Alat-alat yang di gunakan dalam praktikum ini harus benar-benar
dalamkeadaan steril agar terhindar dari kontaminasi udara kotor dan
bakteri .
2. Metode yang di lakukan pada isolasi mikroorganisme ini yaitu cara
tuang,gores, dan agar miring.
3. Pembuatan isolasi mikroorganisme media padat berupa nutrient agar
harus benar-benar dalam keadaan padat.
4. Pemanasan ose dalam cara gores dan agar miring sebaiknya tidak
terlalu panas agar bakteri yang ada dalam media tersebut tidak
mati,dan pada saat memasukkan ose juga harus dalam keadaan steril
baik secara alat-alatnya maupun lingkungan sekitar agar tidak
terkontaminasi pada media yang akan di uji.
D. Ramadhan Nurcholis (1500529)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Inokulasi dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu, cara tuang, cara tuang
gores, dan cara agar miring
2. Faktor yang dapat memengaruhi tumbuhnya koloni bakteri di media
adalah tertgantung benar tidaknya saat proses inokulasi.
3. Cara tuang menghaasilkan 5 koloni
4. Cara tuang gores menghasilkan 7 koloni
Cara agar miring tidak menghasilkan koloni dikarenakan saat
pemindahan suspensi bakteri ke media, jarum ose terlalu masuk
kedalam permukaan NA.
E. Ghina Anzalina (1500769)
1. Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan
atau memperkecil konsentrasi larutan.
2. Pengencerandilakukan karena untuk membuat penyebaran bakteri dan
akan memudahkan pada saat menghitung jumlah bakteri
3. Pembuatan media padat menggunakan Nutrient Agar instant, dengan
cara melarutkan Nutrient Agar dengan aquades yang dipanaskan.
Media padat Nutrient Agar sendiri bisa padat karena mengandung
bahan beef extract, pepton dan juga agar.
4. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba
dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam
mikroba.
5. Isolasi mikroorganisme menggunakan 3 cara yaitu cara tuang, tuang
gores dan agar miring.
6. Pada hasil pengamatan kelompok 2, Pada cara tuang bakteri yang
tumbuh yaitu 5 koloni, pada cara tuang gores bakteri yang tumbuh
yaitu 7 koloni dan pada cara agar miring tiak ada bakteri yang tumbuh.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada saat pemindahan jarum ose
terlalu panas sehingga bakteri mati atau terkontaminasi sehingga tidak
steril.
VIII.
Daftar Pustaka
A. Novita Purnamasari Hendarmin (1503646)
Anonim.
(2013).
Teknik
Isolasi
Bakteri.
[Online].
Diases
dari
https://mikrobiologilautunpad.files.wordpress.com/2013/04/3_mikrolaut_
modul_3_ta2013.pdf
Hardiningsih, Riani, dkk. (2005). Isolasi dan Uji Resistensi Beberapa
Isolat Lactobacillus pada pH Rendah. Journal of Biological Diversity, vol
7 no 1, hlm 15-17
Sumarsih, Sri. (2003). Mikrobiologi Pangan. Diktat kuliah. Jurusan Ilmu
Tanah Universitas Veteran (UPN): Yogyakarta
Saleh, Eniza. (2004). Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan
Ternak. USU digital library
B. Ayu Arti Putri
C. Rizki Yanti Rahayu (1500753)
Waluyo, Lud. (2011). Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang
D. Ramadhan Nurcholis (1500529)
Murachman, Ahmad Soewarso, dan Heppy Nursyam.1995. Buku Panduan
Praktikum Mikrobiologi jilid 2.FPIK. Universitas Brawijaya : Malang.
Sutedjo, Mulmulyani., A. E. Kartapoerta, dan S. Sastroatmojo. 1991.
Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta : Jakarta
Download