Nama : Maulana N.F.A Tanggal Praktikum : 7 Maret 2016 NIM : 1504592 Tanggal Laporan : 14 Maret 2016 Judul Praktikum : Pemeriksaan Mikroorganisme dari Makanan Beku (Daging Beku) BAB VI PEMBAHASAN Daging merupakan bahan pangan yang memiliki lemak dan protein yang cukup lengkap dibandingkan bahan pangan nabati. Kandungan lain pada daging yaitu air, dan sedikit karbohidrat. Kandungan yang dimiliki oleh daging merupakan media yang paling tepat untuk pertumbuhan suatu mikroorganisme terutama bakteri, karena salah satu indikator sebuah pangan dapat terkena bakteri yaitu air. Menurut Sopandi dan Wardah (2014, hlm. 55) awal terjadinya kontaminasi pada daging berasal dari kulit, rambut, bulu, saluran pencernaan, respirasi, urinogenital, dan lain-lain. Selain itu berasal dari lingkungan peternakan dan padang rumput seperti pakan, air, dan kotoran ternak serta dari lingkungan fasilitas penyembelihan, seperti peralatan, air, udara dan manusia. Menurut Gustiani (2009, hlm. 98) Pencemaran daging oleh mikroba dapat terjadi sebelum dan setelah hewan dipotong. Sesaat setelah dipotong, darah masih bersirkulasi ke seleruh anggota tubuh hewan sehingga penggunaan pisau yang tidak bersih dapat menyebabkan mikroorganisme masuk ke dalam darah. Penvemaran mikroba terjadi sejak di peternakan sampai ke meja makan. Sumber pencemaran tersebut antara lain: 1) Hewan (kulit, kuku, isi jeroan); 2) Pekerja/manusia yang mencemari produk ternak melalui pakaian, rambut, hidung, mulut, tangan, jari, kuku, alas kaki; 3) Peralatan (piasu, alat potong/talenan, boks); 4) Bangunan (lantai); 5) Lingkungan (udara, air, tanah); 6) Kemasan. Secara normal, jumlah awal bakteri pada karkas rata-rata 101-3 sel/inchi. Berbagai patogen enterik seperti Salmonella serovars, Yersinia enteroclitica, Camphylobacter jejuni, Escherichia coli, Clostridium perfringens, dan Staphylococcus aureus, dapat berada dalam ternak termasuk unggas dan manusia, tetapi dalam jumlah yang kecil (Ray, dalam Sopandi dan Wardah, 2014, hlm.5556). Daging dingin mengandung bakteri mesofil seperti Micrococcus, Enterococcus, Staphylococcus, Bacillus, Clostridium, Lactobacillus, koliforms dan Enterobacteriaceae lain termasuk bakteri enterik. Bakteri psikrofil yang dominan dalam daging mentah adalah bakteri Lactobacilli, Leuconoctoscs, Brochothrix thermosphacta, Cl. Laramie, beberapa koliforms, Serratia, Pseudomonas, Alteromonas, Achromobacter, Alcaligenes, Acinetobacter, Moraxella, Aeromonas, dan Proteus. Patogen psikrofil termasuk, Listeria monocytogenes dan Y. enterocolitica (Sopandi dan Wardah, 2014, hlm. 56). Bahan makanan dibekukan bersifat awet karena dua hal yaitu: i) penurunan suhu mengakibatkan dihambatnya laju pertumbuhan mikroorganisme, reaksi-reaksi kimia dan biokimia dalam bahan pangan tersebut, ii) pembekuan (penuerunan suhu di bawah 0°C) mengakibatkan sebagian air dalam bahan pangan berubah menjadi es, sehingga tidak lagi tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan reaksireaksi kimia. Pembentukan es ini efeknya sama seperti penurunan aktivitas air akibat pengeringan (Afrianti, 2013, hlm. 74). Mikroorganisme dapat diklasifikasikan atas dasar suhu optimum untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan pada suhu di bawah kira-kira (-12°C) belum dapat diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan makanan beku pada suhu (-18°C) dan di bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobiologis. Pendinginan lambat dapat merusak populasi mikroorganisme. Bentuk mikroba yang sangat peka adalah sel-sel vegetatif, sedangkan spora biasanya rusak pada pembekuan (Afrianti, 2013, hlm. 84). Mikroorganisme psikrofilik mempunyai kemampuan tumbuh pada suhu lemari es, terutama antara 0°C dan 5°C. Pembekuan dan penyimpanan makanan beku juga mempunyai pengaruh pada kerusakan sel mikroba. Jika sel yang rusak tersebut mendapat kesempatan menyembuhkan dirinya, maka perumbuhan yang cepat akan terjadi jika lingkungan di sekitarnya memungkinkan. Penyimpanan dingin dapat memperlambat reaksi oleh enzim. Pembekuan dapat menghentikan pertumbuhan mikroba. Untuk pertumbuhannya, mikroba mempunyai batas suhu minimal, untuk pertumbuhannya artinya di bawah suhu tersebut mikroba tidak akan memperbanyak diri (walaupun belum tentu mati, walaupun tidak dapat dipungkiri ada juga mikroba yang mati) (Hermanianto, 2008). BAB VII KESIMPULAN Dari percobaan hingga uraian pada laporan ini, maka praktikan menyimpulkan bahwa: 1) Jenis mikroba yang terdapat dalam makanan beku sangat beragam jenisnya, diklasifikasikan berdasarkan suhu yaitu mesofil dan psikrofil. Keduannya yang memungkinkan tumbuh pada bahan makananan beku. Jenis dari mesofil yaitu Micrococcus, Enterococcus, Staphylococcus, Bacillus, Clostridium, Lactobacillus, koliforms dan Enterobacteriacea. Jenis dari psikrofil yaitu Lactobacilli, Leuconoctoscs, Brochothrix thermosphacta, Cl. Laramie, beberapa koliforms, Serratia, Pseudomonas, Alteromonas, Achromobacter, Alcaligenes, Acinetobacter, Moraxella, Aeromonas, dan Proteus. Patogen psikrofil termasuk, Listeria monocytogenes dan Y. enterocolitica 2) Kerusakan mikroorganisme yang mungkin terjadi pada makanan beku yaitu pada bakteri, suhu beku dapat merusak sel bakteri, tetapi secara umum suhu dingin hanya menghambat pertumbuhan mikroba dan hanya sebagian kecil atau bahkan jenis mikroba tertentu yang dapat mati oleh suhu dingin. DAFTAR PUSTAKA Afrianti, L. (2013). Teknologi Pengawetan Pangan. Cetakan kedua. Alfabeta: Bandung. Guatiani, E. (2009). Pengendalian Cemaran Mkroba Pada Bahan Pangan Asal Ternak (Daging dan Susu) Mulai dari Peternakan sampai dihidangkan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(3), hlm 96-100. Hermanianto, J. (2008). Penyimpanan Beku Daging. Referensi Industri dan Teknologi Pangan Indonesia. Diakses dari http://www.foodreview.co.id/login/preview.php?view&id=55637 Sopandi, T & Wardah. (2014). Mikrobiologi Pangan Teori dan Praktik. Andi: Yogyakarta.