2_Hotden_Nainggolan

advertisement
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
Peranan Identifikasi Komoditi Pangan Unggulan Pada Tiga
Kabupaten di Kawasan Tapanuli Dalam Rangka
Peningkatan Ketahanan Pangan Wilayah
Hotden Leonardo Nainggolan dan Johndikson Aritonang
ABSTRACT
Development is the leading food commodities is one way to spur growth in the
region through increased productivity and at the same time in order to create a
regional food security. The study was conducted to identify the three leading food
commodities in the region Tapanuli District in order to increase food security. The
research method used Location Quotient (LQ), using secondary data with time
series 2005-2009. From the results of the study concluded: a) there are 2 (two)
types of food commodity that is superior in Toba Samosir namely; rice and peanuts,
b) there are 4 (four) types of food commodities in the pre-eminent North Tapanuli,
namely; rice, dry rice, corn and whereas peanuts, and there are 3(three) types of
food commodity that is superior in Humbang Hasundutan, namely; rice, corn and
peanuts, which commodities are included in government programs in order to
achieve sustainable food self-sufficiency, c) in developing this leading commodities
need to do specific efforts to increase productivity through appropriate programs,
d) food security in every region affected by the productivity of the commodity and
with a consistent increase in productivity will ensure the availability of food at
affordable prices. Furthermore, based on the results of this study is suggested: a)
that the government Toba Samosir, North Tapanuli and Humbang Hasundutan,
productivity improvement efforts are more focused on commodity crops seeded
either through intensification or extensification program supported by the
improvement of farm technology, infrastructure development and provision of
facilities production, cultivation and post harvest technology improvements as well
as perform a variety of training to extension workers and farmers themselves.
-------------Keywords: leading commodities, agricultural, productivity, food crops.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan komperatif untuk
sektor pertanian dan sektor kelautan, keunggulan ini merupakan modal
fundamental bagi pertumbuhan ekonomi yang perlu didorong dan dikelola dengan
baik. Kuncoro, M (2005), menyampaikan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan
keungulan komperatif akan memberikan perkembangan bukan hanya pada sektor
itu saja melainkan juga sektor lain yang memiliki keterkaitan.
Negara Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar untuk beberapa
komoditi pertanian, namun persoalannya adalah produk pertanian kita tidak
memiliki kemampuan untuk bersaing dengan produk negara produsen lainnya
dikancah perdagangan bebas. Disamping itu bahwa nilai tambah yang dapat
1043
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
dinikmati petani dari keunggulan komperatif tersebut masih relative kecil sehingga
tingkat pendapatan petani tetap kecil maka dengan sendirinya ketahanan pangan di
tingkat petani itu sendiri juga tidak terjamin.
Usaha pengembangan komoditi unggulan dalam sektor pertanian yang
meliputi komoditi perkebunan, hortikultura dan tanaman pangan pada suatu
wilayah merupakan salah satu strategi regional untuk memacu pertumbuhan
ekonomi daerah yang pada gilirannya akan memberikan efek pengganda
(multiflier effect) pada sektor lain yang terkait. Beberapa wilayah kabupaten di
Sumatera Utara tentu memiliki komoditi unggulan masing-masing untuk
dikembangkan sebagai pendorong utama (prime mover) bagi pertumbuhan
ekonomi wilayahnya dan mendukung ketersediaan kebutuhan pangan dalam
rangka menciptakan kemandirian pangan secara regional (Nainggolan, H. L.
2011).
Propinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk mencapai 12 juta
orang, memiliki tenaga kerja sebanyak 9.108.738 jiwa yang terdiri atas angkatan
kerja 6.298.070 jiwa. Dan sekitar 47,12% angkatan kerja itu diserap oleh sektor
pertanian dan sektor ini juga memiliki angka distribusi persentase sebesar 23,0%
terhadap pembentukan PDRB Sumatera Utara dan hanya terpaut 1,0% dari sektor
industri (BPS Sumut, 2008). Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah
2.021,8 km2 memiliki jumlah penduduk 175.325 jiwa. Salah satu pilar
pembangunan di wilayah ini adalah terciptanya pertanian yang maju menuju
sektor andalan dalam menggerakkan perekonomian daerah. Pada tahun 2009,
bahwa sektor pertanian ini memberikan kontribusi sebesar 36,29 % bagi
pembentukan PDRB Toba Samosir (BPS Toba Samosir, 2010).
Sementara bagi Tapanuli Utara bahwa sampai saat ini sektor pertanian
merupakan tulang punggung perekonomian daerah, sumber devisa dan penyedia
lapangan pekerjaan. Tahun 2009 sektor pertanian ini memberikan kontribusi 54,74
% bagi pembentukan PDRB wilayah ini. (BPS Tapanuli Utara, 2010). Kemudian
bagi kabupaten Humbang Hasundutan bahwa sektor pertanian merupakan
penggerak perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah maupun
sumber penghasilan masyarakat, hal ini terlihat dari luas lahan yang digunakan
untuk sektor pertanian dan kontribusi sektor ini bagi PDRB kabupaten Humbang
Hasundutan yang mencapai 59,08%. (BPS Humbang Hasundutan, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk
“mengetahui Peranan Identifikasi Komoditi Pangan Unggulan Pada Tiga
Kabupaten yaitu Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan di
Kawasan Tapanuli Dalam Rangka Peningkatan Ketahanan Pangan Wilayah“.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
permasalahan yang terdiri atas :
1. Bagaimana peranan komoditi pangan unggulan pada tiga kabupaten di
kawasan Tapanuli bagi peningkatan ketahanan pangan wilayah ?.
1044
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
2. Bagaimana peranan identifikasi komoditi pangan unggulan terhadap
peningkatan ketahanan pangan di kawasan Tapanuli ?.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Peranan komoditi pangan unggulan pada tiga kabupaten di kawasan
Tapanuli bagi peningkatan ketahanan pangan wilayah.
2. Peranan identifikasi komoditi pangan unggulan terhadap peningkatan
ketahanan pangan di kawasan Tapanuli.
1.4. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak pengambil keputusan,
lembaga terkait mengenai pemetaan komoditi pangan unggulan pada tiga
kabupaten di kawasan Tapanuli dalam rangka menciptakan ketahanan
pangan secara regional.
2. Untuk menambah kazanah ilmu pengetahuan secara khusus untuk bidang
ekonomi regional bidang aplikasi pertanian.
II. TELAAH LITERATUR
2.1. Komoditi Unggulan
Komoditi unggulan merupakan komoditi yang mampu memberikan
sumbangan pendapatan bagi sebuah daerah dan setiap wilayah memiliki jenis
komoditi unggulan yang berbeda-beda. Ada beberapa kriteria yang dapat
menjelaskan sebuah komoditi dikatakan unggul yaitu; (a) dikenal luas oleh
masyarakat, kriteria ini mencerminkan secara sosial bidang usaha ini diterima
masyarakat setempat. (b) Memiliki sumbangan yang signifikan bagi perekonomian
masyarakat. Bidang usaha unggulan yang ditetapkan harus dapat bersaing dengan
bidang usaha yang sama pada wilayah lain. (c) Memiliki kesesuaian dengan aspek
agroekologis lokasi pengembangan. Kesesuaian bidang usaha dengan kondisi
agroekologis dapat diketahui dengan menggunakan indikator produktifitas yang
dapat menggambarkan efisiensi produksi, (d) Memiliki potensi pasar dan peluang
ekspor dan memiliki pasar yang jelas dan prospek yang cerah, (e) Mendapat
dukungan kebijakan pemerintah yang meliputi dukungan pasar, baik pasar input
maupun pasar output. Ketersediaaan faktor-faktor pendukung lain seperti
dukungan kelembagaan, teknologi, modal, sarana dan prasarana angkutan serta
sumber daya manusia yang tersedia didaerah yang bersangkutan, akan turut
menentukan keunggulan usaha, (f) Memiliki kelayakan investasi dan finansial
yang baik, dimana setiap bidang usaha unggulan yang ditetapkan harus layak
secara finansial dan ekonomi (Nainggolan H, L. 2011).
2.2. Ketahanan Pangan.
Salah satu masalah nasional yang dihadapi dewasa ini adalah masalah
pangan, dimana pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk
1045
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
mempertahankan hidup. Kecukupan pangan bagi setiap orang setiap saat
merupakan hak azasi manusia maka pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh
penduduk menjadi sasaran utama kebijakan pemerintah (Suryana, A. 2005).
Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) dalam
Nainggolan H, L (2011) mendefenisikan ketahanan pangan yakni akses semua
orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat. Undang-undang No.
7 Tahun 1996, menyebutkan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari; (1) tersedianya pangan secara
cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; (4) terjangkau.
Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat dipahami
dengan; (a) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup dalam
arti ketersediaan pangan yang mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak
dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi kesehatan, (b) Terpenuhinya
pangan dengan kondisi yang aman dalam arti bebas dari pencemaran biologis,
kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan
kesehatan manusia serta aman menurut kaidah agama, (c) Terpenuhinya pangan
dengan kondisi yang merata dalam arti pangan yang harus tersedia setiap saat dan
merata di seluruh tanah air, (d) Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau
dimana pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.
Friyatno, S (2001) menyampaikan keberhasilan peningkatan produktifitas
usahatani tanaman pangan dipengaruhi beberapa faktor yaitu; (a) perbaikan
teknologi usahatani, (b) tersedianya anggaran pemerintah yang cukup untuk
membiayai berbagai proyek dan program pengembangan teknologi usahatani serta
proses sosialisasi di tingkat petani, (c) pengembangan infrastruktur seperti; irigasi,
lembaga penyuluhan dan sebagainya.
2.3. Hipotesa Penelitian.
1. Komoditi pangan unggulan memiliki peran penting bagi peningkatan
ketahanan pangan pada tiga kabupaten di kawasan Tapanuli.
2. Identifikasi komoditi pangan unggulan berperan penting dalam upaya
peningkatan ketahanan pangan di kawasan Tapanuli.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
nonprobability sampling dengan teknik pengambilan sampling adalah convenience
sampling dengan memilih sampel secara sengaja dengan pertimbanganpertimbangan khusus (Kuncoro M, 2009). Penelitian ini di lakukan pada tiga
kabupaten di kawasan Tapanuli yaitu; Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara
dan Humbang Hasundutan sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini dengan
alasan bahwa ke tiga kabupaten ini merupakan daerah yang bukan hanya fokus
pada sektor pertanian namun juga sektor lainnya.
1046
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
3.2. Sumber dan Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan runtun waktu 5 (lima) tahun (2009-2005) yang bersumber dari publikasi
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten dalam Angka dan publikasi-publikasi resmi lainnya yang berkaitan.
3.1. Metode Analisis Data
Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Location
quetion (LQ). Location quotient (LQ) atau kuosien lokasi adalah perbandingan
tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan
sektor tersebut secara nasional. Banyak variabel yang bisa diperbandingkan namun
secara umum adalah nilai tambah (tingkat pendapatan) dan jumlah lapangan kerja
(Tarigan R, 2005). Penelitian ini menggunakan data produktifitas komoditi
tanaman pangan yang diteliti (produksi per satuan luas lahan) dengan formulasi
sebagai berikut;
KiKab/ TPkKab
LQ = --------------------PKiProp/ TPkProp
dimana :
PKiKab
: Produktifitas komoditi i di kabupaten yang dianalisis
TPkKab
: Total produktifitas komoditi di kabupaten yang dianalisis
KiProp
: Produktifitas komoditi i diwilayah propinsi
TPkProp
: Total produktifitas komoditi diwilayah propinsi
3.1. Menentukan Komoditi Unggulan
Untuk mengetahui komoditi yang unggul pada suatu wilayah kabupaten
dalam konteks wilayah propinsi adalah melalui hasil analisis LQ, analisis ini dapat
memberikan gambaran komoditi unggulan dengan baik jika menggunakan data
“time series” (Tarigan R, 2005), dimana dengan hasil analisis LQ yang
menggunakan data time series akan diketahui perkembangan LQ masing-masing
komoditi unggulan dari tahun ke tahun sehingga berdasarkan nilai LQ tersebut
dapat dikenali komoditi yang konsisten sebagai unggulan. Secara umum komoditi
yang dianalisis dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelompok berdasarkan nilai LQ
nya (Kuncoro, M. 2009) yaitu; (a) apabila LQ > 1, maka tingkat spesialisasi
komoditi lebih besar di kabupaten dibanding dengan komoditi yang sama di
Propinsi, (b) selanjutnya bila LQ < 1 maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut di
kabupaten lebih kecil dari komoditi yang sama di Propinsi, (c) kemudian bila LQ
= 1, maka tingkat spesialisasi komoditi tertentu di kabupaten sama dengan di
tingkat Propinsi.
1047
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara
Sumatera Utara dengan jumlah penduduk lebih dari 12 juta jiwa, memiliki
angkatan kerja sebanyak 6,29 juta jiwa yang terdiri dari 5,54 juta jiwa kategori
bekerja dan 554,5 ribu jiwa kategori mencari pekerjaan dan tidak bekerja
(pengangguran terbuka). Penduduk tersebut sebagian bekerja pada sektor pertanian
yaitu 47,12 % disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,20%.
(BPS Sumut 2010).
Penduduk yang bekerja pada sektor pertanian tersebut sebahagian besar
bekerja pada sub sektor tanaman pangan. Data BPS tahun 2010 menunjukkan
bahwa perkembangan luas panen dan produksi tanaman pangan di Sumatera Utara
untuk periode 10 tahun sejak 1999-2009 mengalami pertumbuhan rata-rata plus
minus 0,11% per tahun, demikian juga dengan produktifitasnya juga mengalami
trend pertumbuhan plus minus yang bervariasi. Pada tahun 2005 produktifitas padi
sawah di Sumatera Utara 4,36 ton/ ha, kemudian tahun 2006 hanya naik 0,92 %
dengan produksi 4,40 ton/ ha. Kemudian 2009, produktifitas komoditi padi sawah
ini 4,71 ton/ ha, dengan kenaikan 2,80% dari tahun sebelumnya. Sementara itu
produktifitas jagung terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005
produktifitasnya adalah 0,30 ton/ ha dan mengalami peningkatan tahun 2006
menjadi 3,41 ton/ ha. Untuk lebih jelasnya mengenai peningkatan produktifitas
komoditi pangan di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara
No Jenis Komoditi
1
2
3
4
5
6
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar
2005
4.36
2.65
0.30
1.10
12.52
9.63
Produktiftas (ton/ ha)
Perubahan Produktifitas
2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09
4.40 4.50 4.58 4.71
0.92% 2.27% 1.75% 2.80%
2.51 2.66 2.91 2.93
-5.25% 5.87% 9.75% 0.42%
3.41 3.50 4.57 4.80 1046.65% 2.74% 30.56% 5.11%
1.12 1.15 1.16 1.17
2.01% 2.74% 1.12% 0.99%
12.57 12.60 19.42 26.09
0.39% 0.23% 54.14% 34.34%
9.66 9.70 11.07 11.34
0.31% 0.38% 14.12% 2.44%
Sumber : Data sekunder diolah. 2012.
4.2. Komoditi Tanaman Pangan Pada Tiga Kabupaten di Kawasan Tapanuli.
4.2.1. Komoditi Tanaman Pangan Toba Samosir.
Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah 2.021,8 Km2 memiliki
jumlah penduduk 175.325 jiwa. Salah satu pilar pembangunan kabupaten Toba
Samosir, adalah terciptanya pertanian yang maju sehingga menjadi sektor andalan
dalam menggerakkan perekonomian daerah, hal ini terlihat dari kontribusi sektor
pertanian bagi pembentukan PDRB Toba Samosir yang mencapai angka 36,29%
pada tahun 2009.
1048
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
Sebagian besar penduduk Toba Samosir menggantungkan hidupnya pada
sektor pertanian, hal ini dapat dilihat dari luasnya hamparan pertanian. Tahun 2005
luas lahan padi sawah yang dikelola masyarakat adalah 20.575 ha dengan produksi
119.113 ton. Luas lahan komoditi ini mengalami pertumbuhan hingga tahun 2007
yang mencapai 24.328 ha dengan produksi 133.633 ton. Tahun 2008 dan 2009,
luas lahan komoditi ini mengalami penurunan diikuti dengan penurunan produksi.
Tahun 2005 luas lahan komoditi tanaman jagung yang dikelola oleh masyarakat di
wilayah ini adalah 2.869 ha dengan produksi 12.968 ton. Luas lahan komoditi ini
mengalami peningkatan hingga tahun 2008, dengan luas lahan mencapai 7.856 ha
dengan produksi 25.116 ton, peningkatan ini disebabkan karena adanya
pembukaan lahan-lahan pertanian yang baru di Toba Samosir (BPS Toba Samosir,
2010).
Disamping perkembangan luas lahan dan produksi, berdasarkan data yang
diperoleh tahun 2005 produktifitas padi sawah 5,79 ton/ha, turun menjadi 4,64 ton/
ha pada tahun 2008, turun 15,58 % dari tahun sebelumnya. Dan produktifitas
komoditi ini tahun 2005 tercatat 4,52 ton/ ha dan mengalami penurunan pada
tahun 2008 menjadi 3,20 ton/ ha atau turun 22,15 % dari tahun sebelumnya. Untuk
lebih jelasnya mengenai perkembangan produktifitas komoditi pangan di
kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Perkembangan Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Toba Samosir
Produktiftas (ton/ ha)
Perubahan Produktifitas
No Jenis Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09
1 Padi Sawah
5.79 5.52 5.49 4.64 5.27 -4.63% -0.51% -15.58% 13.75%
2 Padi Ladang
2.48 2.55 3.06 1.38 3.71 2.97% 20.17% -54.92% 168.99%
3 Jagung
4.52 4.87 4.11 3.20 3.77 7.63% -15.59% -22.15% 18.00%
4 Kacang Tanah 1.87 1.91 1.92 1.16 1.15 2.29% 0.78% -39.44% -1.29%
5 Ubi Kayu
14.08 15.68 15.72 12.55 12.67 11.36% 0.23% -20.14% 0.98%
6 Ubi Jalar
9.55 9.61 9.60 9.05 9.80 0.66% -0.06% -5.72% 8.27%
Sumber : Data sekunder diolah. 2012.
4.2.2. Komoditi Tanaman Pangan Tapanuli Utara.
Sektor pertanian bagi daerah kabupaten Tapanuli Utara sampai saat ini
masih merupakan tulang punggung perekonomian daerah, sumber devisa dan
penyedia lapangan pekerjaan. Hal itu dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian
dalam pembentukan PDRB Tapanuli Utara tahun 2009 yang mencapai 54,74%.
Maka dengan demikian bahwa sektor ini memiliki peran penting bagi daerah
Tapanuli Utara dalam rangka meningkatkan pembangunan wilayah dan ketahan
pangan masyarakat (BPS Tapanuli Utara, 2010)
Sektor pertanian di kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari sub sektor
tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sub
sektor pertanian yang paling dominan yang dibudidayakan masyarakat adalah
1049
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
tanaman pangan yang terdiri dari tanaman padi, plawija dan hortikultura. Pada
tahun 2005 luas lahan padi sawah yang dikelola masyarakat mencapai 22.772 ha
dengan produksi mencapai 131.792 ton. Luas lahan komoditi ini mengalami
pertumbuhan hingga tahun 2007 yang mencapai 24.470 ha dengan produksi
140.931 ton dan tahun 2009 luas lahan komoditi padi sawah yang dikelola oleh
masyarakat Tapanuli Utara mencapai 24.046 ha dengan total produksi mencapai
138.131 ton. Kemudian untuk tanaman jagung yang dikelola oleh masyarakat
mencapai 2.850 ha dengan produksi mencapai 9.634 ton (tahun 2005) dan terus
mengalami peningkatan hingga tahun 2009, dengan luas lahan menjadi 4.589 ha
dengan produksi 15.601 ton (BPS Tapanuli Utara, 2010).
Disamping perkembangan luas lahan dan produksi, berdasarkan data yang
diperoleh bahwa produktifitas komoditi tanaman pangan di kabupaten Tapanuli
Utara cenderung fluktuatif. Tahun 2005 produktifitas padi sawah 5,79 ton/ha,
turun menjadi 5,76 ton/ ha pada tahun 2007 atau turun 0,49% dari tahun
sebelumnya. Kemudian produktifitas komoditi jagung pada tahun 2005 tercatat
3,38 ton/ ha dan mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 3,37 ton/ ha atau
turun 0,66% dari tahun sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai
perkembangan produktifitas komoditi pangan di Tapanuli Utara dapat di lihat pada
tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Perkembangan Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Tapanuli Utara
Produktiftas (ton/ ha)
Perubahan Produktifitas
No Jenis Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09
1 Padi Sawah
5.79 5.79 5.76 5.77 5.74 0.01% -0.49% 0.25% -0.51%
2 Padi Ladang
2.53 2.53 2.53 2.48 2.53 0.05% 0.08% -1.98% 1.99%
3 Jagung
3.38 2.93 3.40 3.37 3.40 -13.22% 15.74% -0.66% 0.80%
4 Kacang Tanah 1.76 1.99 1.77 1.77 1.53 13.32% -11.12% 0.19% -13.66%
5 Ubi Kayu
7.71 7.68 7.70 7.69 7.69 -0.43% 0.26% -0.09% -0.09%
6 Ubi Jalar
6.72 6.92 6.79 6.63 6.77 2.96% -1.88% -2.33% 2.15%
Sumber : Data sekunder diolah. 2012.
4.2.3. Komoditi Tanaman Pangan Humbang Hasundutan.
Sektor pertanian bagi penduduk kabupaten Humbang Hasundutan sampai
saat ini masih merupakan penggerak perekonomian daerah, baik sebagai penghasil
nilai tambah maupun sumber penghasilan masyarakat, hal ini terlihat dari luas
lahan yang digunakan untuk sektor pertanian dan kontribusi sektor ini bagi PDRB
kabupaten Humbang Hasundutan yang mencapai 59,08%. (BPS Humbang
Hasundutan, 2010).
Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu sub sektor
pertanian yang mencakup tanaman padi, plawija dan hortikultura. Jika dilihat dari
luas lahan, bahwa tanaman padi merupakan tanaman pertanian yang paling
dominan yang dibudidayakan di Humbang Hasundutan. Tahun 2005 luas lahan
1050
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
padi sawah yang dikelola masyarakat adalah 17.527 ha dengan produksi 92.086
ton. Luas lahan komoditi padi sawah ini terus mengalami pertumbuhan hingga
tahun 2008 yang mencapai 20.834 ha dengan produksi 110.213 ton, namun tahun
2009, mengalami penurunan yang dikuti dengan penurunan produksi. Pada tahun
2005 luas lahan komoditi tanaman jagung di Humbang Hasundutan adalah 1.352
ha dengan produksi 5.195 ton. Dan kemudian pada tahun 2009 luas lahan komoditi
ini mengalami penurunan menjadi 578 ha yang diikuti dengan penurunan produksi
menjadi 2.485 ton. (BPS Humbang Hasundutan, 2010).
Disamping perkembangan luas lahan dan produksi berdasarkan data yang
diperoleh dapat disajikan bahwa tahun 2005 produktifitas padi sawah di kabupaten
Humbang Hasundutan adalah 5,25 ton/ha, dan turun menjadi 5,13 ton/ ha pada
tahun 2006. Kemudian tahun 2009 menjadi 5,32 ton / ha atau naik sebesar 0,54 %
dari tahun sebelumnya. Kemudian produktifitas komoditi jagung pada tahun 2005
tercatat sebesar 3,84ton/ ha dan produktifitas komoditi ini terus mengalami
kenaikan menjadi 4,30 ton/ ha pada tahun 2009 atau naik sebesar 2,47% dari tahun
sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan produktifitas komoditi
pangan di kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada tabel 4 di bawah
ini:
Tabel 4. Perkembangan Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten
Humbang Hasundutan.
No Jenis Komoditi
1
2
3
4
5
6
Padi Sawah
Padi Ladang
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Produktiftas (ton/ ha)
2005 2006 2007 2008 2009
5.25 5.13 5.13 5.29 5.32
1.50 2.96 3.00 3.00 3.08
3.84 3.88 4.12 4.20 4.30
1.75 1.77 1.86 1.88 1.82
6.51 7.90 7.97 8.05 8.09
7.07 7.14 7.07 7.05 7.16
Perubahan Produktifitas
05/06 06/07 07/08 08/09
-2.34% -0.05% 3.15% 0.54%
97.57% 1.23% 0.13% 2.42%
0.88% 6.38% 1.75% 2.47%
1.00% 5.33% 0.80% -2.91%
21.42% 0.83% 1.04% 0.42%
0.99% -1.00% -0.29% 1.59%
Sumber : Data sekunder diolah. 2012.
4.3. Identifikasi Komoditi Pangan Unggulan Kabupaten Toba Samosir,
Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan
Identifikasi komoditi pangan unggulan di kabupaten Toba Samosir,
Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan dilakukan dengan menggunakan
analisis LQ, berdasarkan pengolahan data yang dilakukan diketahui bahwa pada
tiga kabupaten tersebut terdapat beberapa jenis komoditi pangan unggulan
sebagaimana pada Tabel 5 di bawah ini:
1051
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
Tabel 5. Nilai LQ Komoditi Pangan Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan
Humbang Hasundutan.
No
Jenis Komoditi
Tahun
Nilai LQ Komoditi Pangan
Toba Samosir
Tapanuli Utara
Humbang Hasundutan
2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009
1 Padi Sawah
1.06 1.05 1.04 1.38 1.57 1.46 1.59 1.56 1.99 2.25 1.42 1.36 1.33 1.71 1.94
2 Padi Ladang
0.75 0.85 0.99 0.65 1.78 1.05 1.22 1.16 1.34 1.60 0.67 1.38 1.32 1.53 1.80
3 Jagung
12.14 1.20 1.00 0.96 1.10 12.46 1.04 1.18 1.16 1.31 15.23 1.33 1.38 1.36 1.53
4 Kacang Tanah 1.36 1.43 1.43 1.37 1.37 1.76 2.15 1.88 2.41 2.41 1.88 1.85 1.90 2.40 2.66
5 Ubi Kayu
0.90 1.05 1.07 0.88 0.68 0.67 0.74 0.75 0.62 0.54 0.61 0.74 0.74 0.62 0.53
6 Ubi Jalar
0.79 0.83 0.85 1.12 1.21 0.76 0.87 0.85 0.94 1.10 0.86 0.86 0.85 0.94 1.08
Sumber : Data Sekunder diolah. 2012.
Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada tabel 5 di atas
bahwa di kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan,
komoditi padi sawah memiliki nilai LQ > 1 mulai dari tahun 2005-2009 secara
konsisten, hal ini menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi
yang lebih besar pada ke tiga kabupaten tersebut dibandingkan dengan Propinsi
Sumatera Utara. Artinya komoditi padi sawah ini merupakan komoditi unggulan
di kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Untuk
komoditi padi ladang di kabupaten Tapanuli Utara yang memiliki nilai LQ > 1
mulai tahun 2005-2009 secara kontinu, berarti komoditi ini memiliki spesialisasi
di kabupaten Tapanuli Utara di banding Propinsi Sumatera Utara, dengan
demikian komoditi pada ladang ini merupakan komoditi pangan unggulan di
kabupaten Tapanuli Utara.
Sementara itu di kabupaten Toba Samosir dan Humbang Hasundutan
tahun 2005 – 2009 komoditi padi ladang ini memiliki nilai LQ yang selalu
berubah, maka komoditi ini tidak dikategori sebagai komoditi unggulan Toba
Samosir dan Humbang Hasundutan, karena berdasarkan analisis LQ dengan data
time series menunjukkan bahwa nilai LQ tidak konsisten (Tarigan, R. 2005).
Dapat dilihat bahwa di kabupaten Toba Samosir komoditi padi ladang pada tahun
2005-2006 memiliki nilai LQ<1 dan tahun 2007 komoditi ini memiliki nilai LQ :
1,05 (LQ>1) artinya pada tahun 2007 komoditi ini memiliki spesialisasi komoditi
di kabupaten jika dibandingkan dengan di Propinsi. Dan tahun 2008 komoditi ini
memiliki nilai LQ: 0,86 (LQ<1) dan tahun 2009 memiliki LQ : 1, 86 (LQ>1).
Sementara itu di kabupaten Humbang Hasundutan komoditi padi ladang
tahun 2005 – 2009 memiliki nilai LQ yang selalu berubah sehingga komoditi ini
tidak dikategori sebagai komoditi unggulan Humbang Hasundutan, karena
berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ
tidak konsisten (Tarigan, R. 2005), tahun 2005 memiliki nilai LQ sebesar 0,67
atau <1. Kemudian pada tahun 2006 komoditi ini memiliki nilai LQ: 1,38 (LQ>1)
artinya tahun 2006 komoditi ini memiliki spesialisasi komoditi di kabupaten jika
1052
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
dibandingkan dengan di Propinsi. Dan tahun 2008 komoditi ini memiliki nilai LQ:
1,53(LQ<1) dan tahun 2009 memiliki LQ : 1,80 (LQ>1).
Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 5 di atas bahwa di
kabupaten Toba Samosir komoditi tanaman jagung, tidak dikategorikan sebagai
komoditi unggulan karena tidak memiliki nilai LQ >1 secara konsisten tahun
2005-2008. Sehingga komoditi ini tidak memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten
jika dibandingkan dengan Propinsi. Sementara itu di kabupaten Tapanuli Utara
dan Humbang Hasundutan bahwa komoditi jagung secara konsisten memiliki nilai
LQ>1 sejak tahun 2005 hingga 2009, maka komoditi ini juga dikategorikan
sebagai komoditi unggulan di samping komoditi tanaman padi sawah, artinya
komoditi ini juga memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten Tapanuli Utara dan
Humbang Hasundutan jika dibandingkan dengan Propinsi, karena berdasarkan
analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi
jagung ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R. 2005).
Kemudian sesuai dengan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 5 di
atas bahwa komoditi kacang tanah untuk kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara
dan Humbang Hasundutan secara konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun
2005, dimana komoditi ini disamping komoditi tanaman padi sawah adalah
merupakan komoditi unggulan bagi ketiga kabupaten dimaksud, artinya komoditi
ini memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten jika dibandingkan dengan propinsi,
karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan
bahwa komoditi kacang tanah ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan,
R. 2005).
Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 5 diatas bahwa
komoditi ubi kayu dan ubi jalar tidak memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005
hingga tahun 2009, untuk ketiga kabupaten tersebut, artinya kedua komoditi ini
tidak dikategorikan sebagai komoditi pangan unggulan pada wilayah tersebut
sesuai dengan hasil yang ditunjukkan oleh analisis LQ dengan data time series
(2005-2009) dimana komoditi ubi kayu dan ubi jalar tidak memiliki nilai LQ> 1,
secara konsisten (Tarigan, R. 2005).
4.4. Analisis Komoditi Pangan Unggulan Dan Ketahanan Pangan pada Tiga
Kabupaten di Kawasan Tapanuli
Berdasarkan hasil analisis LQ sebagaimana pada tabel 5 diatas dengan
data time series (2005-2009) diketahui bahwa di kabupaten Toba Samosir terdapat
2 (dua) jenis komoditi tanaman pangan yang memiliki nilai LQ>1 secara berturutturut yaitu komoditi padi sawah dan kacang tanah. Sementara di kabupaten
Tapanuli Utara terdapat 4 (empat) jenis komoditi tanaman pangan yang memiliki
nilai LQ> 1 yaitu komoditi padi sawah, padi ladang, jagung dan kacang tanah dan
di kabupaten Humbang Hasundutan terdapat 3 (tiga) jenis komoditi pangan yang
memiliki nilai LQ> 1 yaitu komoditi padi sawah, komoditi jagung dan komoditi
kacang tanah.
1053
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
Tarigan, R (2005) menyampaikan bahwa apabila nilai LQ>1, maka tingkat
spesialisasi komoditi lebih besar di kabupaten dibanding di Propinsi. Komoditi
yang memiliki nilai LQ> 1 secara berturut turut sejak tahun 2005 – 2009, maka
komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi yang lebih di kabupaten/ Kota jika
dibanding dengan di Propinsi artinya komoditi tersebut dikategorikan sebagai
komoditi unggulan karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series
menunjukkan bahwa nilai LQ> 1 secara konsisten (Tarigan, R. 2005).
Melalui analisis LQ ini, dapat diketahui bahwa kabupaten Toba Samosir
memiliki komoditi unggulan padi sawah dan kacang tanah. Kemudian kabupaten
Tapanuli Utara yang memiliki komoditi unggulan padi sawah, padi ladang, jagung
dan kacang tanah sementara kabupaten Humbang Hasundutan memiliki komoditi
unggulan padi sawah, komoditi jagung dan komoditi kacang tanah. Maka dengan
demikian bahwa masing-masing komoditi unggulan ini yang merupakan komoditi
unggulan pada kabupaten di Kawasan Tapanuli merupakan komoditas strategis
yaitu komoditi padi dan komoditi jagung yang termasuk dalam program
pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan yang ditempuh
pemerintah melalui berbagai cara untuk meningkatkan produksi dan produktifitas
pangan secara berkelanjutan (Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011).
Dengan diketahuinya komoditi unggulan di kabupaten Toba Samosir,
kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan maka Pemerintah
akan dapat melakukan upaya peningkatan produktifitas komoditi unggulan ini
secara spesifik melalui berbagai program peningkatan produktifitas yang tepat
dalam rangka menciptakan ketahanan pangan wilayah. Demikian juga dengan
kabupaten lainnya di kawasan Tapanuli perlu melakukan terobosan dalam rangka
peningkatan produktifitas komoditi unggulan wilayah masing-masing dan perlu
mendapat perhatian secara khusus dalam rangka peningkatan produktifitas secara
konsisten untuk mendukung kemandirian pangan wilayah.
Pemerintah kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang
Hasundutan hendaknya mengupayakan apa yang disampaikan oleh Friyatno, S
(2001) bahwa kunci keberhasilan dalam peningkatan produktifitas komoditi
tanaman pangan unggulan tersebut agar lebih baik harus didukung oleh beberapa
faktor yaitu; a) usaha peningkatan produktifitas komoditi unggulan melalui
perbaikan teknologi usahatani, b) perlunya pengembangan infrastruktur seperti;
irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya. Dan sejalan dengan itu pemerintah
kabupaten di wilayah Tapanuli harus melakukan upaya-upaya dalam rangka
peningkatan produktifitas tanaman pertanian mereka untuk menjamin kemandirian
pangan wilayah adalah harus melalui penyediaan sarana produksi yang terjangkau,
perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen serta melakukan berbagai pelatihan
kepada petani dan penyuluh sehingga dengan demikian upaya menciptakan
ketahanan dan kemandirian pangan di wilayah kawasan Tapanuli akan dapat
tercapai.
1054
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan yang dilakukan atas hasil
penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah,1) kabupaten Toba
Samosir memiliki 2 (dua) jenis komoditi tanaman pangan unggulan yang
teridentifikasi, yaitu komoditi padi sawah dan komoditi kacang tanah, 2)
kabupaten Tapanuli Utara yang memiliki 4 (empat) jenis komoditi unggulan yaitu
padi sawah, padi ladang, jagung dan kacang tanah,3) kabupaten Humbang
Hasundutan memiliki 3 (tiga) jenis komoditi unggulan yang dapat diidentifikasi
yaitu komoditi padi sawah, komoditi jagung dan komoditi kacang tanah,4)
ketahanan pangan di setiap wilayah sangat dipengaruhi oleh produktifitas sebuah
komoditi, jika produktifitasnya mengalami peningkatan secara konsisten maka
ketersediaan pangan wilayah akan terjamin dan dengan harga yang terjangkau.
5.2. Saran
Berdasarkan kajian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut; 1) agar pemerintah kabupaten kabupaten Tapanuli Utara, Toba
Samosir dan Humbang Hasundutan dapat melakukan upaya peningkatan
produktifitas dan lebih fokus pada komoditi tanaman pangan unggulan yang
terdapat diwilayah masing-masing baik melalui program intensifikasi maupun
ekstensifikasi yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani, pengembangan
infrastruktur serta penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan
pascapanen,2) agar pemerintah kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir dan
Humbang Hasundutan juga mengembangkan sektor-sektor ekonomi potensial dan
bidang usaha yang sesuai dengan potensi agroekologis dan ekogeografis wilayah
masing-masing dalam rangka peningkatan dan pemenuhan akan kebutuhan pangan
wilayah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
BPS, Sumatera Utara Dalam Angka 2010. Medan
BPS, Sumatera Utara Dalam Angka 2008. Medan
BPS, Tapanuli Utara Dalam Angka 2010. Tarutung.
BPS, Toba Samosir Dalam Angka 2010. Balige.
BPS, Humbang Hasundutan Dalam Angka 2010. Doloksanggul.
Friyatno, S. 2001. Analisis Penerapan Intensifikasi Usahatani Padi Sawah Pasca
Krisis Ekonomi (Kasus di Kabupaten Subang, Jawa Barat). Makalah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI.
1055
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
Irawan, dkk. 2000. Perumusan Model Kelembagaan Reservasi Lahan Pertanian.
Laporan Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
Bogor.
Kuncoro, M. 2005. Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif ?.
Erlangga. Jakarta.
Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Erlangga.
Jakarta.
Nainggolan, H. L. 2011. Identifikasi Komoditi Unggulan Dalam Rangka
Pengembangan Komoditi Tanaman Pangan Untuk Menciptakan
Ketahanan Pangan Wilayah, Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan
Toba Samosir. Makalah Seminar Nasional Pertanian Presisi Menuju
Kedaulatan Pangan. Medan.
Suryana, A. 2005. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Simposium Nasional
Ketahanan dan Keamanan Pangan Pada Era Otonomi dan Globalisasi.
IPB. Bogor.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011. Studi Kelayakan Penerapan Bioteknologi
Pertanian Dalam Pengembangan Tanaman Pangan Jagung di Lahan
Perkebunan di Sumatera Utara. Makalah Seminar Nasional Perhimpunan
Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI). Medan.
1056
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
CURRICULUM VITAE
Hotden L. Nainggolan, lahir di Janji Pusuk Kecamatan Parlilitan Kabupaten
Humbang Hasundutan, tanggal 25 November 1976. Lulus dari SMA Negeri
1 Balige. Kabupaten Toba Samosir pada tahun 1995. Menyelesaikan
Program S-1 (Sarjana Pertanian) dari Fakultas Pertanian Universitas HKBP
Nommensen Medan pada tahun 1999. Menyelesaikan Program S-2
(Magister Sains), dari Program Studi Ekonomi Pembangunan. Sekolah
Pasca Sarjana (SPS) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pada tahun
2007. Staff Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas HKBP
Nommensen Medan, sejak tahun 2009.
Johndikson Aritonang, lahir di Pematang Siantar, tanggal 14 Agustus 1957.
Menyelesaikan Program S-1 (Sarjana Pertanian) dari Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1980. Menyelesaikan Program S2 (Magister Sains) Program Studi Ekonomi Pertanian dari Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1990. Dosen pada
Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan sejak tahun
1984 s/d sekarang.
1057
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2012) 20 (3) 1043-1056
1058
_____________
ISSN 0853-0203
Download