MANUSKRIP LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA Tn. S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUD AMBARAWA Oleh: I KOMANG ARYA WIBOWO 0121614 AKADEMI KEPERAWAATAAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA Tn. S DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUD AMBARAWA I Komang Arya Wibowo*, Ummu Muntamah, S.Kep.,Ns.,M.Kes**, Mukhamad Musta’in, S.kep.,Ns*** Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Latih gerak /Range Of Motion (ROM) adalah manajemen pencegahan terhadap kelumpuhan yang sangat diperlukan seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan geraknya secara total, khususnya didaerah persendian seperti kaki, tangan, tungkai bawah agar bisa beraktifitas secara normal. Tujuan penulis ini untuk mengetahui pengelolaan gangguan kerusakan mobilitas fisik pada pasien denga stroke non hemoragikk di RSUD Ambarawa. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam memenuhi kebutuhan pencegahan kelumpuhan pada anggota gerak. Pengelolaan latih gerak ROM aktif dan pasif dilakukan selama 2 hari pada Tn. S. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan ektremitas atas dan bawah bagian kanan belum ada pergerakan pada pasien tersebut. Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan pelayanan tindakan latih gerak ROM ini untuk menunjang pencegahan kelumpuhan pada anggota gerak pasien. Kata Kunci : Pencegahan kelumpuhan anggota gerak Kepustakaan : 9 (2000-2013) PENDAHULUAN Gaya hidup manusia saat ini semakin mengarah kepada gaya hidup modern serba instan dan praktis. Hal itu membuat sejumlah orang malas menjalankan pola hidup sehat dan mengabaikan segala hal yang akan timbul sebagai akibat dibalik gaya hidup tersebut. Gaya hidup seperti ini tentu akan membawa berbagai konsekuensi, dan salah satu konsekuensinya adalah masalah kesehatan. Pola hidup yang instan dapat menyebabkan segala penyakit akan datang menyerang seperti merokok, makan-makanan cepat saji, dan minum kopi yang berlebihan untuk mengusir rasa ngantuk akibat lelah berkerja, serta gaya hidup yang selalu identik dengan alkohol. Jika tidak diimbangi dengan aktifitas fisik atau berolahraga, beragam penyakit bisa timbul. Bermula dari kelebihan kolestrol, kelelahan karena kurang istirahat, tingkat stres yang tinggi dan hipertensi maka timbullah berbagai penyakit seperti jantung dan stroke. Saat ini, stroke menjadi masalah untuk masyarakat modern. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah gagguan dari fungsi otak yang menyebabkan terhentinya aliran darah ke bagian otak. Penyakit stroke disebut kulminasi dari penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun belakangan ini (Brunner & Suddarth, 2013). Stroke menjadi penyakit yang mulai diperhatikan dengan serius, pasalnya stroke menjadi penyebab kematian nomer tiga pada orang dewasa di Amerika Serikat. Stroke menjadi masalah neurologik primer di Negara AS dan juga di dunia. Walaupun upaya untuk pencegahannya telah menimbulkan dampak penurunan kejadian dalam beberapa tahun terakhir, stroke tetap menjadi peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju mortalitas sebesar 18% sampai 37% untuk stroke yang pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya. Sekitar 2 juta orang bisa bertahan dari stroke tetapi mengalami kecacatan, dari angka ini 40% memerlukan bantuan dalam semua aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari (Brunner & Suddrth. 2013). Pada teori lain menyatakan bahwa, stroke dapat menyerang siapapun dengan kejadian sangat mendadak dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi utama di Indonesia selain penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan prevalensi stroke dipopulasi sekitar 47 per 10.000 yang umumnya mengalami kecacatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan stroke mengalami gangguan cognitive (33%), gangguan ekstremitas (30%), dan gangguan bicara (27%) (Anthony Rudd dalam Tarwoto, 2013). Menurut Junaidi ( 2012), serangan awal stroke berupa gangguan kesadaran, menjadi bingung, sakit kepala, sulit untuk berkosentrasi atau dalam bentuk yang lain. Gangguan kesadaran dapat menimbulkan perasaan ingin tidur, sulit mengingat, pengelihatan kabur dan sebagainya. Namun dalam beberapa jam gangguan kesadaran dapat menimbulkan turunnya kekuatan otot dan koordinasi, kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari–hari, seperti berdiri, berjalan, mengambil atau memegang gelas, pensil, sendok dan garpu, termasuk hilangnya kekerasan otot, seperti jari –jari dan tungkai yang melemah, kaki menjadi melemah dan kehilangan koordinasi gerak. Terjadinya gangguan mobilitas fisik merupakan salah satu masalah utama didalam individu yang mengalami Stroke Non Hemoragik. Dimulai dari vasospasme arteri serebral atau pelebaran saraf serebral akan berdampak pada terjadinya iskemik / infark pada sistem sirkulasi yang memberikan dampak secara general pada seluruh sistem tubuh. Baik sistem neurologi, pernafasan, sirkulasi, dan sistem tubuh vital yang lain. Defisit neurologi mempunyai dampak pada tingkat kesadaran individu akibat beberapa faktor yaitu : pada tingkatan sistem sistemik, dengan atau tanpa perdarahan araknoid, ventrikel sampai ke hematoma serebral hingga herniasis serebral yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan tekanan intracranial. Terjadinya gangguan pada hemiparase kanan / kiri akan berpengaruh pada pusat saraf yang mengendalikan bagian tubuh kanan / kiri. Terjadinya gangguan pada hemiparase kanan akan berpengaruh pada aktifitas motorik dan simpatis bagian tubuh kiri, dengan gangguan bagian tubuh kiri menyebabkan individu mengalami hemiparase kiri. Sedangkan gangguan pada hemiparase kiri, berakibat hemiparase/plegi anggota tubuh kanan. Dengan terjadinya hemiparase kanan/kiri akan mempengaruhi aktifitas mobilitas fisik pada individu. Kehilangan kendali motorik pada bagian tubuh, akan memberikan keterbatasan mobilitas individu dimana dengan terjadinya gangguan itu segala pergerakan tubuh akan mengalami penurunan. Hingga dengan anggota tubuh yang statis tanpa adanya pergerakan mobilitas otot dan sistem penyokong yang lain berakibat pada kelemahan dan penurunan fungsi setiap sistem dalam tubuh. Stroke biasanya ditimbulkan oleh perubahan aliran darah otak, baik karena sumbatan pembuluh darah otak atau karena pendarahan di dalam otak yang menyebabkan suplai oksigen dan glukosa yang tidak adekuat. Ini menyebabkan darah berdilatasi sebagai kompensasi dari tubuh untuk meningkatkan aliran darah yang lebih banyak lagi agar bisa merangsang oksigen yang berkurang atau meningkatnya karbondioksida. Sebaliknya keadaan vasodilatasi memberi efek pada peningkatan tekanan intrakranial. Kekurangan oksigen dalam otak atau hipoksia akan menimbulkan iskemik. Keadaan ini yang cukup singkat dapat kembali yang disebut dengan Transient Aschemic Attacks (TIAs). Selama periode anoxia (tidak ada oksigen) akan menyebabkan otak akan cepat terganggu. Sel otak akan mati dan terjadi perubahan permanen antara 3 - 10 menit anoksia (Tarwoto, 2013). Menurut Black (2009) dalam Tarwoto (2013 )mengatakan stroke secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat suplay darah ke otak berkurang, hal ini akibat dari obtruksi total atau sebagai pembuluh darah otak. Terjadinya stroke iskemik dapat dibagi menjadi 5 mekanisme yaitu thrombosis, emboli, perfusi iskemik, penyempitan lumen arteri dan venus congesti. Sedangkan stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak baik di subarachnoid, intraserebral maupun karena aneurisma. Saat ini diperkirakan 1 dari 3 orang akan terserang stroke, dan 1 dari 7 orang sering meninggal dari serangan stroke. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan populasi terjadinya stroke berdasarkan data rumah sakit sekitar 63 per 100.000 penduduk usia 65 tahun akan terserang stroke. Sedangkan sekitar 125.000 jiwa per tahun meninggal dunia akibat serangan stroke. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) setiap tahunnya menangani kasus penyakit stroke. Jadi bisa disimpulkan bahwa setiap harinya ada 2 orang Indonesia yang terkena serangan stroke. Penyakit stroke (cerebroscascular accident) dewasa ini tidak hanya menyerang kelompok usia diatas 50 tahun tetapi sudah mulai menyerang kelompok usia yang produkltif yaitu dibawah 45 tahun yang menjadi tulang punggung keluarga bahkan ada lagi yang lebih ekstrim yaitu menyerang kelompok usia dibawah 30 tahun (Junaidi, 2012). Menurut study pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD Ambarawa pada tanggal 16 April 2015 dari catatan rekam medik didapatkan jumlah pasien dengan stroke non hemoragik pada periode januari sampai desembar 2014 di RSUD didapat angka kejadian sebanyak 126 kasus. Kejadian stroke non hemoragik sebanyak 126 kasus dan angka kejadian terbanyak terjadi pada bulan November 2014 dengan jumlah laki-laki 13 orang (17%) dan perempuan sebanyak 12 orang (15%) dari 25 orang pasien. Dari keseluruhan data satu tahun terakhir penderita stroke non hemoragik banyak diderita pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 75:78, sehingga dapat disimpulkan kejadian stroke non hemoragik lebih banyak menyerang pada laki-laki dengan angka kejadian 75 pasien . hal ini didukung oleh Thom et al (1994) dalam Potter & Perry (2006) mengatakan bahwa epidemiologi stroke non hemoragik sering terjadi pada laki-laki dari pada wanita tanpa memandang etnik, dan asal negara. Wanita mendapatkan serangan yang lebih rendah pada masa dewasa dari pada lakilaki. Pola serangan ini berhubungan dengan perlindungan oleh hormon seksual wanita. Perbandingan serangan stroke antara laki-laki dengan wanita akan terstimasi dengan baik ketika masa menupouse wanita. Melihat dari angka kejadian dari stroke non hemoragik , maka penulis mengambil judul Karya Tulis Ilmiah ini yaitu “Pengelolaan Klien Dengan Gangguang Mobilitas Fisik Pada Tn.S dengan Stroke Non Hemoragik Di Ruang Flamboyan RSUD Ambarawa” dan sebagai kasus kelolaan dalam penyusun tugas akhir. Pengkajian adalah suatu proses dari pengumpulan dan komunikasi data tentang pasien yang mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (Klien) dan sumber sekunder (keluarga dan tenaga kesehatan) serta analisis data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosa keperawatan (Bandman, 2006 dalam Junaidi, 2012). Dalam pengkajian pada pasien dapat dilakukan yaitu: pengkajian kesehatan masa lalu, pengkajian pola fungsional, pemeriksaan fisik, dan data laboratorium. Metode Pengelolaan Pembahasan Pengkajian Dari hasil pengkajian penulis merumuskan intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguang mobilitas Tindakan Keperawatan Intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguang mobilitas yang dialami Tn. S dengan intervensi yang pertama yaitu kaji kemampuan motorik pasien. Intervensi yang kedua yaitu ajarkan ROM. Intervensi yang ketiga yaitu anjurkan untuk meluruskan tubuh ditempat tidur. Dan intervensi yang keempat yaitu anjurkan keluarga klien untuk membantu aktifitas dari klien. Hasil Pengelolaan Implementasi dilakukan yaitu yang pertama mengkaji kemampuan motorik pasien, melakukan pemeriksaan tanda vital, mengajarkan Range Of Motion (ROM), menganjurkan untuk meluruskan badan di tempat tidur, anjurkan keluarga klien untuk membantu aktivitas dari klien serta memberikan manitol 125 ml. yang dialami Tn. S dengan intervensi yang pertama yaitu kaji kemampuan motorik pasien yang bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan memberikan informasi mengenai pemulihan (Doenges, Moorhouse & Geissler, 2000). Intervensi yang kedua yaitu ajarkan ROM yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur pada ekstremitas yang mengalami kelemahan. Menurut Tarwoto (2013) mengatakan bahwa pemberian terapi fisik (ROM) dapat mengembalikan fungsi fisik dan mencegah terjadinga komplikasi, seperti kelumpuhan, kontraktur, atropi serta kehilangan tonus otot. Tetapi ROM dilakukan dengan melihat kondisi dan tingkat stabilitas dari pasien. Intervensi yang ketiga yaitu anjurkan untuk meluruskan tubuh ditempat tidur yang bertujuan untuk mencegah terjadinya edema dan kontraktur fleksi pada pergelangan, serta mencegah footdrop dan kontraktur fleksi bahu. Intervensi ini akan mengurangi aktifitas fisik dan kebutuhan oksigen serta memungkinkan klien untuk beristirahat dan mengembalikan kekuatan (Mc Cance & Huether, 1994 dalam Potter & Perry 2006). Intervensi yang keempat yaitu anjurkan keluarga klien untuk membantu aktifitas dari klien yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan klien selama klien sakit sehingga keluarga klien selalu menemani klien selama sakit. Intervensi yang kelima yaitu kolaborasikan dengan ahli terapi dalam pemberian terapi gerak yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mobilitas, koordinasi dan kekuatan pada ekstremitas (Tarwoto, 2013). Kesimpulan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam didapatkan evaluasi S: istri pasien mengatakan pasien masih belum bisa menggerakkan ekstremitas kanan. Dan data O : nampak pasien masih hanya berbaring lemas 35 ditempat tidur, kekuatan otot 3 5, TD : 150/90 mmHg, RR : 23x/menit, N : 80x/menit, S : 36C. Sehingga kesimpulan dari evaluasi diatas adalah masalah belum teratasi, oleh karena itu rencana keperawatan yang akan dilakukan penulis adalah keperawatan mandiri dan kolaborasi dalam pemberian obat untuk mengatasi kelemahan ekstremitas kanan. Daftar Pustaka Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC. Doenges, M.E.,Moorhouse M.F., Geissler A.C., (2000). Rencana Asuhan Keperawayan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, Terjemahan I Made Kariyasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC. Junaidi, dr. I., (2012). Buku Stroke Waspadai Ancamannya. Jakarta : Andi. Khan J & dkk, (2006). Manajemen Hipertensi Untuk Pencegahan Stroke. http://www.neuro.fk.unand.ac.i d. Diakses tanggal 29 maret 2015. Nurarif. H.A.,(2013). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta : Mediaction Publishing. Potter & Perry, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC. Smelter,C. S., & Bare. B. G., (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Yulinda. W., (2009). Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia di RSUP H. Adam Malik Medan. http://www.repository.usu.ac.id . Diakses pada tanggal 15 juni 2015. Thom et al, (2006). Angka Kejadian Serangan Stroke Pada Laki-laki. http://www.Jurnal.Unimus.ac.id (diakses tanggal 29 Maret 2015). Tarwoto, (2013). Buku Keperawatan Medikal Bedah : Gangguan Sistem Persarafan. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto. Wijaya & Putri, 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Keperawatan Dewasa. Bengkulu : Numed.