HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA UNTUK LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) SPHERICAL GRIP DENGAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN STROKE di RSUD DR WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO Noer Saudah*, Ayu Lestari** STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto E-mail : http://www.stikes-ppni.ac.id ABSTRACT Family support was important in stroke recovery program. So that with the support of family, affection and good treatment that helped acceleration of the stroke patients recovery. Stroke recovery effort do rehabilitation exercises that would be given is susceptible of motion is often called range of motion in the form of spherical grip. The purpose of this study was to determine the relationship of family support for the Range Of Motion spherical grip with muscle strength in people with stroke in nerve poly RSU. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. The research design was used in this study is an analytic correlation with cross sectional approach. The population of all patients with stroke in nerve poly RSU. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto and obtained a sample of 35 people taken by using consecutive sampling was conducted on 18 to 22 April 2016. The independent variables and the dependent variable was muscle strength. Retrieving data using questionnaires and physical examinations Manual Muscle Testing (MMT). Data analysist with Spearman Rank Test Rho is known ρ (0.000) <α (0.05) so that there is a relationship of family support for range of motion (ROM) of spherical gripexercise with muscle strength. If the family coping mechanisms which was used are adaptive (constructive), it can be increase in muscle strength. Family support is also very involved in the range of motion spherical gripexercise, because the better family support, the faster the process of increasing muscle strength. Keywords: stroke, spherical grip range of motion, muscle strength, family support. PENDAHULUAN Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebab lain kecuali gangguan pembuluh darah otak (WHO dalam Tarwoto, 2007). Stroke atau serebrovasculer accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.Sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskular selam beberapa tahun (Brunner& Suddart, 2002).Jadi strokemerupakan penyakit saraf pada otak akibatterjadinya gangguan peredaran darah otak. Menurut taksiran WHO, sebanyak 20,5juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia (Sutrisno, 2007). Hasil Rikesdas 2013 menyatakan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Pada Riskesdas jumlah penderita stroke di tahun 2007 usia 4554 sekitar 8%, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 10%. Selanjutnya jumlah penderita stroke usia 55-64 tahun pada Riskesdas 2007 sebanyak 15%, sedangkan pada Riskesdas 2013 mencapai 24%. Angka kejadian stroke di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya mencapai 500.000 orang. Dari jumlah tersebut terdapat sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya cacat ringan (Yastroki, 2006). Kejadian stroke di RSU. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto dalam 3 bulan terakhir antara November 2015 sampai Januari 2016 berjumlah 325 pasien. Keluarga dapat membantu perawatan pada penderita stroke, baik memberikan perawatan secara fisik maupun secara psikis karena banyaknya stigma buruk berkembang di masyarakat terhadap penderita stroke, sehingga dengan adanya dukungan, kasih saying serta perawatan yang baik tersebut membantu mempercepat pemulihan pasien stroke (Suprayitno, 2004). Banyak keluarga yang terlambat membawa pasien stroke kerumah sakit sehingga terjadi kematian atau kecacatan.Padahal jendela terapi stroke hanya 3-6 jam. Artinya dalam waktu tersebut, pasien harus segera di tangani. Rehabilitasi pada pasien stroke terdiri dari terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, konseling dan bimbingan rohani. Salah satu rehabilitasi yang digunakan adalah terapi fisik (fisioterapi). Fisioterapi pada prinsipnya dilakukan sesegera mungkin dan disesuaikan dengan kondisi pasien (Pinzon, 2010). Salah satu rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke adalah latihan rentang gerak atau yang sering disebut Range Of Motion (ROM). ROM merupakan latihan yang digunakan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan untuk menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Irfan, 2010). Ekstremitas atas merupakan salah satu bagian dari tubuh yang penting untuk dilakukan ROM. Hal ini dikarenakan ekstremitas atas fungsinya sangat penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian yang paling aktif, maka lesi pada bagian otak yang mengakibatkan kelemahan ekstremitas akan sangat menghambat dan mengganggu kemampuan dan aktivitas sehari-hari seseorang. Gerak pada tangan dapat distimulasi dengan latihan fungsi menggenggam yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu membuka tangan, menutup jari-jari untuk menggenggam objek dan mengatur kekuatan menggenggam (Irfan, 2010). Keluarga sangat berperan dalam fase pemulihan ini, sehingga sejak awal perawatan keluarga diharapkan terlibat dalam penanganan penderita (Mulyatsih, 2008). Pengambilan keputusan untuk tindakan kesehatan pada pasien stroke bergantung dari sikap dan pengetahuan keluarga pasien stroke sendiri. Tujuan penelitian ini dalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga untuk latihan Range Of Motion ( ROM ) spherical grip dengan kekuatan otot ekstremitas atas pada penderita stroke di RSU. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan analitik korelational dan metode yang digunakan adalah Cross sectional.Cross sectional adalah penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya 1 kali pada satu saat. Jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini dukungan keluarga danvariabel dependen kekuatan otot. Popilasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke di poli saraf RSU. DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-23 April 2016 dan ditemukan sampel sebanyak 35 responden. Penelitian ini menggunakan teknikconsecutive sampling.Consecutive sampling, yaitu teknik pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang ditentukan terpenuhi (Sastroasmoro dalam Nursalam, 2008).Alat penggumpulan data yaitu menggunakan kuesioner dan observasi hasil penggukuran peningkatan kekuatan otot. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan Spearman Rank (Rho) untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal. Pada penelitian ini di peroleh hasil ρ = 0,000 dengan α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ρ < α maka hipotesis Ho ditolak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.7 4.5 Distribusi frekuensi dukungan kelurgadi RSU. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Mojokerto tahun 2016. No 1. Dukungan Keluarga Ada Frekuen si 22 Prosent ase (%) 62.9 2. Tidak ada 13 37.1 35 100 Total Tabulasi silang hubungan dukungan keluarga untuk latihan range of motion (ROM) spherical grip dengan kekuatan otot Pasien Strokedi Poli Saraf RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Mojokerto tahun 2016. Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden mendapat dukungan keluarga yaitu Hasil sebanyak 22 responden (62.9%). analisis menggunakan SPSS uji statistik korelasi Spearman 4.6 Distribusi frekuensi kekuatan ototdi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Mojokerto2016. Rank Rho di peroleh hasil ρ = 0,000 No Kekuatan Frekuensi Prosentase Otot (%) 1. 4 (good) 5 14.3 bahwa ρ < α maka hipotesis Ho ditolak dengan α = 0,05. Hal ini menunjukan berarti ada hubungan dukungan keluarga untuk latihan range of motion 2. 3 (fair) 25 71.4 3. 2 (poor) 3 8.6 4. 1 (trace) 1 2.9 5. 0 (zero) 1 2,9 Husodo Mojokerto tahun 2016.Dengan Total 35 100 nilai koefisiensi korelasinya 0,621 (ROM) Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami peningkatan kekuatan otot cukup yaitu sebanyak 25 responden (71,4%). spherical grip dengan kekuatan otot Pasien Stroke di Poli Saraf RSU Dr. Wahidin Sudiro menunjukkan hubungan kuat (tinggi). PEMBAHASAN 4.1.1 Dukungan keluarga pasien stroke Hasil penelitian sebagian besar responden mendapatkan ada dukungan keluarga yaitu 2 responden (62,7%). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Suprajitno, 2004).Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya.Anggota keluarga juga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2000). Hampir semua orang dalam kehidupan mendapat dukunga keluarga yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.Salah satunya adalah umur, jenis kelamin, hubungan keluarga, pekerjaan, dan sebagainya dapat menimbulkan reaksi dukungan keluarga yang bersifat negative (Kuneoningrat, 2000). Beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga pada pasien stroke dipoli saraf dalam RSU.Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto diantaranya adalah umur dan jenis kelamin. Sebagai contoh, pasien yang menderita suatu penyakit tertentu dan harus berobat sedangkan usia>45 tahun perlu adanya dukungan keluarga dalam melakukan pengobatan. Jenis kelamin juga sangat berpengaruh. Laki-laki lebih membutuhkan dukungan keluarga yang sangat optimal untuk proses penyembuhan, karena kewajiban lakilaki selain sebagai kepala rumah tangga tapi juga sebagai pemberi nafkah. Jika seorang laki-laki jatuh sakit, maka akan mempengaruhi pekerjaan. Pekerjaan dapat mempengaruhi biaya untuk kehidupan sehari-hari bila dalam kondisi sakit, maka dalam mencapai kesembuhan keluarga harus memberikan dukungan baik secara informasional, emosional, instrumental, maupun penghargaan . 4.1.2 Kekuatan otot pasienstroke Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami peningkatan kekuatan otot cukup yaitu 25 responden (71,4%).Namun kekuatan otot baik dapat berpotensi mengalami kelumpuhan jika terjadi serangan stroke berulang. Kekuatan otot yaitu kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot, merupakan suatu kemampuan untuk membangkitkan teganggan terhadap suatu tahanan.Kekuatan otot penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kekuatan otot dipengaruhi oleh : usia, jenis kelamin, aktivitas fisik (Pudjiastuti , 2003). Malas berolahraga juga dapat menurunkan kekuatan otot yang dapat membuat seseorang rentan mengalami cedera saat beraktivitas (Carpenito, 2009). Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan kekuatan otot seseorang, diantaranya adalah jenis kelamin, resiko stroke pada pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria terjadi diusia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar (Sustrani, 2004). Pelaksanaanpemulihan untuk peningkatan kekuatan otot harus dilakuakan secara teratur, karena program pemulihan stroke membutuhkanwaktu yang lama untuk mendapatkan kekuatan otot yang maksimal.Kehilangan motorik yang paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. 4.1.2 Hubungan Dukungan Keluarga untuk Latihan Range Of Motion (ROM) Spherical Grip dengan Kekuatan Otot Pasien Stroke Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kekuatan otot pada pasien stroke di poli saraf dalam RSU. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Dari hasil penelitian menggunakan uji statistik korelasi Spearman Rank Rho di peroleh hasil ρ = 0,000 dengan α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ρ < α maka hipotesis Ho ditolak berarti ada hubungan dukungan keluarga untuk latihan range of motion (ROM) spherical grip dengan kekuatan otot Pasien Stroke di Poli Saraf RSU. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto tahun 2016.Dengan nilai koefisiensi korelasinya 0,621 menunjukkan hubungan kuat (tinggi). Program rehabilitasi termasuk pengobatan dengan posisi, kompleks senam terapi berdasarkan pendekatan sanogenetik untuk masalah perbaikan fungsi motorik sesuai dengan tahapan ontogenesis postnatal (Khristova, 2013). Keluarga sangat berperan dalam fase pemulihan ini, sehingga sejak awal perawatan keluarga diharapkan terlibat dalam penanganan penderita.Pengambilan keputusan untuk tindakan kesehatan pada pasien stroke bergantung dari sikap dan pengetahuan keluarga pasien stroke sendiri (Mulyatsih, 2008). Responden yang mendapatkan dukungan keuarga kurang, maka tidak mengalami peningkatan kekuatan otot.Ini menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan peningkatan kekuatan otot.Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan setiap responden yang berbeda dalam mendapatkan dukungan keluarga.Jika mekanisme koping keluarga yang digunakan adalah adaptif(konstruktif) maka dapat terjadi peningkatan kekuatan otot. Namun jika mekanisme koping keluarga maladaptif (destruktif) maka tidak terjadi peningkatan kekuatan otot. Respon ini dapat menyebabkan kontraktur maupun kelumpuhan permanen. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan adahubungan dukungan keluarga untuk latihan range of motion (ROM) spherical grip dengan kekuatan otot Pasien Stroke.Semakin baik dukungan keluarga maka semakin cepat proses peningkatan kekuatan otot. SARAN 1. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk mengupas faktorfaktor lainnya yang dapat menyebabkan peningkatan kekuatan otot pada penderita stroke. 2. Untuk penderita yang tidak mengalami peningkatan kekuatan otot maka diberikan Healt Education pada keluarga agar memberikan dukungan baik secara informasional, emosional, instrumental, maupun penghargaan agar dapat mempercepat proses peningkatan kekuatan otot. Pudjiastuti. Sri Surini. 2003. Fisioterapi Pada Lansia, Jakarta: EGC DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L.J. 2009.Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC Sustrani, Lanny, dkk. 2004. Stroke Informasi Lengkap Untuk Penderita Dan Keluarganya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Friedmann, MM. 2000.Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek Ed 3, Alih Bahasa Debora RI, Jakarta: EGC Sutrisno, Alfred. 2007. Stroke You Must Know Before You Get It, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Irfan, M. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke, Yogyakarta: Graha Ilmu Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan, Sasak Panjang: Sagung Seto Khristova. 2013. Motor Function Recovery Of People Of Mature Years After Stroke By Means Of Physical Rehabilitation.http://www.sport pedagogy.org.ua/html/journal/2 013-02/pdf-en/13ktempr.pdf Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar.(http://www.RisetKeseha tanDasar.co.id) diakses tanggal 24 November 2015. Smeltzer, Suzane. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart Ed 8, Jakarta: EGC Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik, Jakarta: EGC Wurtiningsih, Budi. 2012. Dukungan Keluarga Pada Pasien Stroke Di Ruang Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang: Instalasi Rawat Inap A RSUP Dr. Kariadi Semarang. Yastroki. (2006). Tingkat terjadinya stroke diIndonesia. www. Yastroki.or.id