Lanjutan bab 6 ……. Pertemuan 13 6.6. ANALISIS FINANSIAL Analisis Finansial digunakan untuk mengetahui apakah usahatani yang diusahakan layak dan menguntungkan untuk dikembangkan atau dikatakan masih dalam tingkat efisiensi. Berbagai kriteria investasi dapat dipertanggungjawabkan dan sering digunakan untuk menilai kelayakan investasi tersebut adalah R/C Ratio, Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Break Event Point (BEP), dan Payback Period. 1. R/C Rasio (Return/Cost Ratio) k R C YiPi i 1 i 1 k Xm . Pxn n 1 k Yi : jumlah produk Pxn : harga input Pi : harga produk Xn : jumlah input 1...m : jumlah jenis input R/C ≥1 : menguntungkan R/C <1 : menguntungkan 2. B/C Ratio (Benefit/Cost Ratio) Net Benefit Cost Ratio adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif Suatu proyek layak dan efisien untuk dilaksanakan jika nilai Net b/C > 1, yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan berlaku sebaliknya. Secara matematis Net Benefit Cost Ratio dirumuskan sebagai berikut : n Bt t 1 i i 1 B n C Ct t i 1 1 i Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t i = tingkat bunga yang berlaku t = jangka waktu proyek/usahatani n = umur proyek/usahatani B/C>1 = memberikan manfaat 3. NPV (Net Present Value) Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. NPV adalah selisih antara Present Value dari arus Benefit dikurangi Present Value PV dari arus biaya (Soekartawi, 1996). Proyek yang memberikan keuntungan adalah proyek yang memberikan nilai positif atau NPV > 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang dikeluarkan. Jika NPV = 0, berarti manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya total yang dikeluarkan. NPV < 0, berarti rugi, biaya total yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut : NPV n 1 i t 1 Bt Ct t i Bt Ct t = Benefit pada tahun ke-t = Biaya pada tahun ke-t = lamanya waktu investasi = tingkat bunga Contoh Soal: Petani ingin membeli tanah seluas 2 ha dengan harga Rp 1.000.000/ha untuk w tahun mendatang sedangkan tingkat bunga simpanan 15 % per tahun. Berapa uang yang harus ditabung petani pada saat ini? A1 = PV (1+i) A2 = PV (1+i)2 A1 = Jumlah uang yang diperkirakan 1 tahun lagi A2 = Jumlah uang yang diperkirakan 2 tahun lagi i = tingkat bunga Untuk 1 tahun : 2.000.000 = PV(1 + 0,15) 2.000.000 1.739.130 1,15 Untuk 2 tahun mendatang : PV PV A 2 1 i n 1.739.130 2.000.000 1,15 2 Rp 2.512.287 1 PV An n 1 i (1 + i )n : discount factor → ada pada tabel PV Contoh : DF untuk 1 tahun dengan i = 15 %, PV → 0,86957 DF untuk 2 tahun dengan i = 15 %, PV → 0,75614 PV dari Rp 1 yang akan diterima satu tahun lagi = 0,86957 PV dari Rp 1 yang akan diterima dua tahun lagi = 0,75614 1,62571 4. Internal Rate Return (IRR) Untuk mengetahui sejauh mana proyek memberikan keuntungan, digunakan analisis IRR. IRR dinyatakan dengan persen (%) yang merupakan tolok ukur dari keberhasilan proyek (Soekartawi, 1996) Penggunaan Investasi akan layak jika diperoleh IRR yang persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, karena proyek berada dalam keadaan yang menguntungkan, demikian juga sebaliknya jika IRR lebih kesil dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, berarti proyek merugi dan tidak layak untuk dilaksanakan Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut : IRR i1 NPV i i NPV NPV 1 2 1 1 2 NPV1 = Perhitungan NPV positif mendekati nol dengan bunga modal sebesar i1 persen NPV2 = Perhitungan NPV negatif mendekati nol dengan bunga modal sebesar i2 persen i1 = Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif 5. Break Event Point (BEP) Analisis Break Event Point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (Riyanto, 1997). Analisis Break Event Point dalam perencanaan keuntungan merupakan suatu pendekatan perencanaan keuntungan yang mendasarkan pada hubungan antara cost (biaya) dengan revenu (penghasilan penjualan). Salah satu syarat perhitungan analisis Break Event Point adalah bahwa semua biaya yang terkait dengan proses produksi mulai dari setiap jenis produk atau jasa yang dihasilkan terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Rangkuti (1997), yang dimaksud biaya tetap adalah semua biaya yang jumlahnya relatif konstan dan sedikit sekali dipengaruhi banyaknya keluaran yang dihasilkan, misalnya biaya penyusutan. Biaya variabel adalah semua biaya yang sifatnya berubah-ubah tergantung pada jumlah unit yang dihasilkan, misalnya bahan baku. 1. 2. 3. 4. 5. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis Break Event Point adalah Biaya perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti biaya variabel per unitnya adalah tetap sama. Besarnya biaya tetap secara totalitas adalah tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah kareana adanya perubahan volume produksi. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, apabila diproduksi lebih dari satu macam produk pertimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk adalah tetap konstan. Menurut Riyanto (1997), BEP dapat dihitung dengan dua cara yaitu: a. Atas dasar penjualan dalam unit BEP FC P VC FC P V = Biaya tetap = Harga jual per unit = Biaya variabel per unit Atas dasar penjualan dalam rupiah FC BEP VC 1 P FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel per unit P = Penjualan Y Penerimaan dan Biaya TR TC BEP VC FC Volume produksi (kg) X Gambar Kurva Break Event Point Berdasarkan gambar kurva BEP, dapat dijelaskan bahwa BEP adalah terletak pada perpotongan garis penerimaan dan biaya. Daerah di FC BEP kiri titik Break Event yaitu bidang antara garis biaya total dengan sebelah VC 1 daris penerimaan merupakan daerah rugi karena hasil penjualan lebih P rendah dari biaya total. Daerah disebelah kanan garis biaya total dengan daris penerimaan merupakan daerah laba karena hasil penjualan lebih tinggi dari biaya total. 6. Payback Period Tingkat pengembalian investasi diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Menghitung Payback Period tidak perlu memperhitungkan tingkat bunga dan Present Value dengan menggunakan discount factor. Penghitungan Payback Period hendaknya dilakukan setelah menghitung IRR dan kriteria investasi lainnya. Semakin cepat tingkat pengembalian investasi maka proyek layak untuk diusahakan dan sebaliknya semakin lambat investasi yang digunakan itu dikembalikan maka proyek tidak layak untuk diusahakan. n PBP T p 1 n I B i 1 i i 1 icp 1 BP PBP= Payback Period Tp-1= Jumlah benefit yang telah di-discount Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah di-discount sebelum Payback Period Bp = Jumlah benefit pada Payback Period berada Atau menurut Soekartawi (1995) Payback period = Tahun kumulatif positif + (nilai kumulatif – investasi awal)x12 Pendapatan tahun kumulatif Kepekaan / Sensitivity Kadariah (199) mengungkapkan bahwa Sensitivity analisis bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya/benefit. 1. 2. 3. 4. Pada bidang pertanian proyek sensitif berubah-ubah akibat masalah utama, antara lain : Harga Keterlambatan pelaksanaan Kenaikan biaya Hasil Contoh pengaplikasiaan analisis finansial usahatani : Penelitian mengenai analisa kelayakan financial usahatani melati (Rizqi Ainiyah Rahmah) Tujuan penelitian ini adalah menganalisa apakah usahatani melati tersebut layak secara financial dengan menggunakan perhitungan NPV, Net B/C, IRR, OCC, payback period serta analisis kepekaan. Tanaman melati dipanen dalam bentuk segar dengan harga juak Rp 10.000 per-kilogram. Rata-rata hasil produksi dan penerimaan usahatani melati per-ha :