anisa tri w

advertisement
KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS SOSIS SAPI YANG
MENGGUNAKAN PENGAWET ANTIMIKROBA DARI
Lactobacillus plantarum 1A5 YANG DISIMPAN
PADA SUHU DINGIN
SKRIPSI
ANISA TRI WIDIYASARI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
ANISA TRI WIDIYASARI. D14051263. 2009. Karakteristik Mikrobiologis Sosis
Sapi Yang Menggunakan Pengawet Antimikroba dari Lactobacillus plantarum
IA5 yang Disimpan pada Suhu Dingin Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si.
Pembimbing Anggota : Bramada Winiar Putra,S.Pt
Pembusukan atau kerusakan pada sosis dapat diatasi dengan cara pengawetan.
Pangawetan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan dari suatu bahan pangan.
Bahan pengawet yang digunakan bisa terbuat dari bahan sintetis atau alami.
Bahan pengawet yang berasal dari bahan sintesis dapat menyebabkan efek samping
bagi kesehatan. Oleh karena itu, konsumen mencari bahan pengawet yang alami yang
tidak menimbulkan efek samping. Salah satu bahan pengawet alami adalah
penggunaan antimikroba dari bakteri asam laktat (BAL). Jenis bakteri asam laktat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lactobacillus plantarum 1A5.
Penggunaan Lactobacillus plantarum 1A5 ini didasari oleh hasil penelitian
Permanasari (2008) yang menyatakan bahwa Lactobacillus plantarum 1A5
mempunyai aktivitas penghambatan (didominasi asam organik) yang baik terhadap
ketiga bakteri uji, yaitu E.coli, dan S.aureus, dan Salmonella. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh antimikroba
terhadap karakteristik
mikrobiologis dari sosis yang disimpan pada suhu dingin selama 0,5, dan 10 hari.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah produksi
antimikroba yaitu dengan membiakkan kultur bakteri asam laktat (BAL) dalam
media MRSB (de man ragosa sharp broth) yang ditumbuhkan selama 20 jam pada
suhu 37oC yang diperkaya dengan YE (yeast extract) untuk mendapatkan
antimikroba. Tahap kedua yaitu aplikasi substrat antimikroba sebagai biopreservatif
pada sosis pada lama simpan 0,5, dan 10 hari pada suhu dingin.
Karakteristik mikrobiologis yang didapat pada penelitian ini adalah pada
jumlah total bakteri (total plate count) dapat dihambat sampai lama simpan 5 hari,
begitu juga dengan bakteri E. coli dapat dihambat sampai lama penyimpanan 5 hari,
sedangkan untuk S. aureus pemberian antimikroba dapat menghambat pertumbuhan
bakteri ini. Uji Salmonella menunjukkan hasil yang negatif terhadap sosis yang
direndam substrat antimikroba. Pemberian antimikroba dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen.
Kata-kata kunci: mikrobiologis, sosis, substrat antimikroba, Lactobacillus plantarum
1A5, suhu dingin
ABSTRACT
Microbiology Characteristic of Beef Sausage with Antimicrobial added from
Lactobacillus plantarum 1A5
A.T. Widiyasari, I. I. Arief , B.W.Putra
Beef sausage is a very well known food product. This product has very short shelflife. Therefore, save and consumptable preservation like biopreservation is needed.
One of the biopreservation is LAB (Lactic Acid Bacteria) which produce
antimicrobial substrate on it to preserve the beef sausage. The aim of the research
was to observe antimicrobial effect from lactic acid bacteria to microbiological
quality of beef sausage during storage in refrigerate temperature. The result showed
that concentration of antimicrobial could reduce quantity of Total bacteria and E. coli
significantly in refrigerate temperature until five days. Antimicriobial also could
reduce S. aureus. In addition, Salmonella test produces negative result.
Keywords : Beef sausage, antimicrobial substrate, biopreservation
KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI SOSIS SAPI YANG
MENGGUNAKAN PENGAWET ANTIMIKROBA DARI
Lactobacillus plantarum IA5 YANG DISIMPAN
PADA SUHU DINGIN
ANISA TRI WIDIYASARI
D14051263
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGI SOSIS SAPI YANG
MENGGUNAKAN PENGAWET ANTIMIKROBA DARI
Lactobacillus plantarum IA5 YANG DISIMPAN
PADA SUHU DINGIN
Oleh
ANISA TRI WIDIYASARI
D14051263
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 26 Agustus 2009
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si
Bramada Winiar Putra, S.Pt
Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr
Prof.Dr.Ir.Cece Sumantri, M.Agr.Sc
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Januari 1986 di Pemalang. Penulis adalah
anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Darmanto dan Ibu Musiyam.
Pendidikan penulis diawali dengan pendidikan dasar yang diselesaikan pada tahun
1998 di SD Negeri 1 Sumberharjo, Pemalang. Pendidikan lanjutan menengah
pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 2 Pemalang dan pendidikan
lanjutan tingkat atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMAN 1 Pemalang. Penulis
diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2005 melalui jalur SPMB. Penulis diterima sebagai mahasiswa di
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2006.
Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah
Pendidikan Agama Islam pada tahun ajaran 2006/2007, 2007/2008, dan 2009/2010.
Selama kuliah penulis pernah mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa
(BBM) IPB. Penulis aktif dalam keanggotaan DKM Al-Hurriyyah periode
2005/2006 sebagai staff divisi infokom, Staf Komisi keuangan DPM (Dewan
Perwakilan Mahasiswa) Fakultas Peternakan periode 2006/2007, Badan Pengawas
(BP) pemira Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (MPM KM)
periode 2006/2007, Ketua Komisi Keuangan DPM-D periode 2007/2008,. Penulis
juga pernah terlibat dalam Kepanitiaan Open House 43 periode 2006/2007, SALAM
ISC tahun 2007 divisi Layanan Informasi SALAM (LIS). Panitia Pemilihan Raya
(PPR) Ketua BEM-D periode 2006/2007, Komisi Pemilihan Raya (KPR) Ketua
BEM-D periode 2007/2008. Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB)
sebagai penanggungjawab keluarga (PJK) tahun 2006, Masa Perkenalan Fakultas
(MPF) sebagai staf divisi MEDIS pada tahun 2007 dan sebagai pemandu anak koboi
(PAK) pada tahun 2008.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmannirrahim, penulis panjatkan
rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian dan skripsi dengan judul
Karakteristik Mikrobiologis Sosis Sapi yang menggunakan Pengawet Antimikroba
dari Lactobacillus plantarum IA5 yang Disimpan pada Suhu Dingin. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, para
sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Sosis merupakan bahan pangan yang sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri
pembusuk sehingga mudah rusak. Salah satu alternatif dalam mengatasi masalah
pembusukan atau kerusakan makanan yaitu dengan pengawetan. Salah satu caranya
adalah dengan memberikan antimikroba yang diisolasi dari bakteri asam laktat. Oleh
karena itu, adanya penambahan antimikroba diharapkan mampu memperpanjang
umur simpan dari sosis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai karakteristik mikrobiologi pada sosis yang diberi penambahan antimikroba
dari Lactobacillus plantarum 1A5 yang disimpan pada suhu dingin selama 0,5,dan
10 hari. Selain itu, dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa terdapat
pengawet alami yang dapat digunakan untuk mengawetkan sosis.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis
khususnya dan pembaca umumnya, Amien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..........................................................................................
i
ABSTRACT.............................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................
v
KATA PENGANTAR .............................................................................
vi
DAFTAR ISI............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL....................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
xi
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
Latar Belakang .............................................................................
Tujuan ..........................................................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
3
Sosis .............................................................................................
Penyimpanan Dingin....................................................................
Mikrobiologi Daging ...................................................................
Temperatur .......................................................................
Ketersediaan Air dan Tekanan Osmosis ..........................
Nilai Ph ............................................................................
Potensial Oksidasi Reduksi ..............................................
Atmosfer ..........................................................................
Bakteri Asam Laktat (BAL) ........................................................
Lactobacillus plantarum 1A5...........................................
Antimikroba .................................................................................
Bakteriosin .......................................................................
Asam Organik ..................................................................
Hidrogen Peroksida..........................................................
Bakteri Patogen ............................................................................
Staphylococcus aureus .....................................................
Escerichia coli .................................................................
Salmonella spp .................................................................
Bumbu ..........................................................................................
Garam...............................................................................
Bawang putih ...................................................................
STPP ................................................................................
3
3
4
4
5
5
5
6
7
8
8
9
10
10
11
11
12
12
13
13
13
14
METODE .................................................................................................
15
Lokasi dan Waktu ........................................................................
Materi ...........................................................................................
Rancangan ....................................................................................
Prosedur .......................................................................................
Penelitian pendahuluan ....................................................
Strain Bakteri dan Media Pertumbuhan ............
Ekstraksi Substrat Antimikroba ........................
Penelitian utama ...............................................................
Pembuatan Sosis ...............................................
Pengawetan Sosis dengan Antimikroba ............
Prosedur Analisis .............................................................
Analisis Kuantitatif Total Plate Count ..............
Analisis Kuantitatif Staphylococcus aureus .....
Analisis Kuantitatif Escherichia coli ..............
Analisis Konfirmasi Salmonella spp.................
Pra-pengayaan ..........................................
Pengayaan ................................................
Isolasi dan identifikasi .............................
15
15
15
16
16
16
16
16
17
17
19
19
19
20
20
20
20
20
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
22
Kuantitatif Mikrobiologi Daging Segar .......................................
Kualitas Mikrobiologi pada Sosis Perlakuan ...............................
Nilai pH............................................................................
Total Plate Count (TPC) pada Sosis Perlakuan ...............
Escherichia coli pada Sosis Perlakuan ............................
Staphylococcus aureus pada Sosis Perlakuan ..................
Salmonella spp pada Sosis Perlakuan .............................
22
24
24
25
28
29
31
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
34
Kesimpulan ..................................................................................
Saran ............................................................................................
34
34
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
36
LAMPIRAN.............................................................................................
39
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Komposisi Nutrisi Sosis…………………………………………….
3
2. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Daging (cfu/g).................
6
3. Hasil Uji Salmonella spp pada TSIA dan LIA...................................
20
4. Hasil Analisis Mikrobiologi pada Daging Segar (Log cfu/g)……..
21
5. Pengaruh Pemberian Antimikroba dan Lama simpan terhadap
pH........................................................................................
23
6. Pengaruh Pemberian Antimikroba dan Lama Simpan
terhadap Jumlah Total Bakteri ( log cfu/g)......................................
24
7. Pengaruh Pemberian Antimikroba dan Lama Simpan
terhadap jumlah Bakteri E. coli ( log cfu/g).......................................
26
8. Pengaruh Pemberian Antimikroba dan Lama Simpan
terhadap jumlah Bakteri S. aureus ( log cfu/g)..................................
28
9. Hasil Uji Salmonella pada Produk sosis…………………………….
30
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Bentuk Bakteri S. aureus ...................................................................
11
2. Bentuk Bakteri E. coli ........................................................................
12
3. Bentuk Bakteri Salmonella spp ..........................................................
13
4. Alur Proses Pembuatan Sosis ............................................................
17
5. Nilai pH pada sosis dengan Lama Simpan 0, 5 dan 10 Hari..............
23
6. Total populasi pada sosis dengan Lama Simpan 0, 5 dan 10 Hari ....
25
7. Populasi E. coli pada sosis dengan Lama Simpan 0, 5 dan 10 Hari…
27
8. Populasi S. aureus pada sosis dengan Lama Simpan 0, 5 dan
10 Hari..............................................................................................
29
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Analisis Ragam terhadap Nilai pH pada Sosis sapi yang
disimpan pada Suhu Dingin..........................................................
40
2. Analisis Ragam terhadap Jumlah Total Mikroba pada Sosis sapi
yang disimpan pada Suhu Dingin..................................................
40
3. Analisis Ragam terhadap Jumlah S.aureus pada Sosis sapi
yang disimpan pada Suhu Dingin.................................................
40
4. Analisis Ragam terhadap Jumlah E.coli pada Sosis sapi
yang disimpan pada Suhu Dingin..................................................
41
5. Proses Pembuatan Sosis………………………………………….
41
6. Total Mikroba sosis dengan lama penyimpanan 0,5, dan 10 hari..
43
7. Jumlah E.coli sosis dengan lama penyimpanan 0,5, dan 10 hari...
43
8. Jumlah S.aureus sosis dengan lama penyimpanan 0,5, dan
10 hari ………………………………………………………..........
44
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daging telah diketahui sebagai bahan yang mudah rusak, hal ini disebabkan
oleh komposisi gizinya yang baik untuk manusia maupun mikroorganisme, dan juga
karena pencemaran permukaan pada daging oleh mikroorganisme perusak. Sampai
saat
ini,
suhu
rendah
selalu
digunakan
untuk
memperlambat
kecepatan
berkembangnya pencemaran permukaan dari tingkat awal sampai ke tingkat akhir di
mana terjadi kerusakan. Waktu yang diperlukan untuk perkembangan mikroorgaisme
semacam itu merupakan ukuran ketahanan penyimpanan (Buckel et al., 1987).
Daging sangat memenuhi persyaratan perkembangan mikroorganisme
perusak atau pembusuk karena: (1) mempunyai kadar air yang tinggi (68-75%), (2)
kaya akan zat yang mengandung nitrogen dengan kompleksitasnya yang berbeda, (3)
mengandung sejumlah karbohidrat yang difermentasikan, (4) kaya akan mineral dan
kelengkapan faktor untuk pertumbuhan mikroorganisme, (5) mempunyai pH yang
menguntungkan bagi sejumlah mikroorganisme (5.3-6.5) (Soeparno, 1998).
Mikroorganisme yang sering mengontaminasi daging adalah bakteri yang
keberadaannya dapat menimbulkan dua efek negatif dan positif. Efek negatifnya
adalah terjadinya pembusukan pada daging sehingga dapat menimbulkan penyakit
sedangkan efek positifnya adalah penambahannya sebagai starter pada proses
fermentasi sehingga dihasilkan citarasa yang dikehendaki serta diharapkan untuk
menghasilkan antimikroba alami yang bermanfaat bagi keamanan pangan. Salah satu
kelompok bakteri yang dapat menimbulkan efek positif yaitu BAL (Bakteri Asam
Laktat). Daya hambat yang dimiliki BAL terhadap mikroorganisme negatif
dimungkinkan karena BAL menghasilkan produk metabolit yang bersifat
antimikroba antara lain diasetil, hidrogen peroksida, asam-asam organik, dan
bakteriosin (Schved et al, 1993). Salah satu genus BAL yang potensial dalam
memproduksi antimikroba adalah Lactobacillus plantarum. L.plantarum memiliki
zone penghambat terbesar terhadap semua bakteri patogen dibandingkan dengan
spesies BAL yang lain (Rini, 1995).
Sosis daging adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging
halus (mengandung daging tidak kurang dari 75%) dengan tepung atau pati dan
dengan atau tanpa penambahan bumbu dan bahan tambahan makanan lain yang
diijinkan dan dimasukkan ke dalam selubung sosis.
Sosis merupakan produk olahan daging yang mudah rusak, karena mudah
terkontaminasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu perlu dilakukan cara untuk
memperpanjang umur simpannya, salah satunya dengan pemberian substrat
antimikroba. Substrat antimikroba digunakan sebagai pengawet alami yang aman
dikonsumsi oleh manusia.
Penyimpanan dingin pada suhu mendekati 32o-34o F, diantisipasikan dapat
memperpanjang daya simpan makanan. Tidak hanya laju respirasi makanan, akan
tetapi pertumbuhan dari mikrobia dapat dihambat. Pengendalian suhu merupakan
cara yang positif untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba pembusuk makanan,
akan tetapi harus diingat bahwa pertumbuhan dihambat, tetapi tidak dihentikan
(Desroiser, 1988).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substrat antimikroba
terhadap karakteristik mikrobiologi dari sosis yang disimpan pada suhu dingin
selama 0,5, dan 10 hari.
TINJAUAN PUSTAKA
Sosis
Berdasarkan SNI 01-3820-1995, sosis daging adalah produk makanan yang
diperoleh dari campuran daging halus (mengandung daging tidak kurang dari 75%)
dengan tepung atau pati dan dengan atau tanpa penambahan bumbu dan bahan
tambahan makanan lain yang diijinkan dan dimasukkan ke dalam selubung sosis.
Kadar protein sosis minimal 13,0% (% b/b), kadar lemak maksimal 25,0% (%b/b),
dan kadar air maksimal 67,0% (% b/b) (Dewan Standardisasi Nasional, 1995).
Komposisi nutrisi sosis daging sapi menurut Dewan Standardisasi Nasional,
1995 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Nutrisi Sosis
Nutrisi
Persentase (%)
Air
maks 67,0
Protein
min 13,0
Abu
maks 3,0
Lemak
maks 25,0
karbohidrat
maks 8,0
Sumber: Dewan Standardisasi Nasional (DSN) (1995)
Produk daging proses sosis mengandung air kira-kira 45% - 60% dari
beratnya, tergantung pada jumlah cairan yang ditambahkan san macam daging.
Kadar air akhir produk daging, misalnya sosis masak harus tidak melebihi 4 kali
kadar protein daging hasil analisis ditambah 10 %. Kadar lemak mempengaruhi
keempukan, jus daging, dan kelezatan sosis (Soeparno,1992).
Penyimpanan Dingin
Penyimpanan dingin biasanya diartikan sebagai penggunaan suhu rendah
dalam kisaran 1o sampa 3,5o C, suhu yang jauh melebihi permulaan pembekuan otot,
tetapi masih berada dalam suhu optimum -2o C dan 7o C bagi pertumbuhan organisme
psikrofilik. Suhu rendah sampai saat ini selalu digunakan untuk memperlambat
kecepatan berkembangnya pencemaran permukaan dari tingkat awal sampai ke
tingkat akhir di mana terjadi kerusakan (Buckle et al,1987).
Penyimpanan pada suhu mendekati 0o-2o C, diantisipasikan dapat
memperpanjang daya simpan makanan. Tidak hanya laju respirasi makanan, akan
tetapi pertumbuhan dari mikroba dapat dihambat. Pengendalian suhu merupakan cara
yang positif untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba pembusuk makanan, akan
tetapi harus diingat bahwa pertumbuhan dihambat, tetapi tidak dihentikan (Desroiser,
1988).
Mikrobiologi Daging
Daging merupakan tempat yang memungkinkan untuk tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme karena mengandung kadar air sekitar 68-75%
nitrogen dengan kompleksitas yang berbeda, karbohidrat, kaya akan mineral dan
nilai pH yang menguntungkan yaitu sekitar 5,3-6,5 (Soeparno, 1994). Lawrie (1994)
menyatakan bahwa mikroorganisme pembusuk dapat tumbuh pada daging karena di
dalam daging terdapat sumber karbon, nitrogen, serta vitamin. Selain itu ada juga
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada daging
yaitu
Temperatur
Merupakan faktor yang paling utama dalam pertumbuhan mikroba. Semakin
tinggi temperatur maka semakin besar tingkat pertumbuhan. Banyak mikroorganisme
daging yang akan tumbuh (sedikit atau banyak) pada semua temperatur di bawah 0
o
C sampai di atas 65 oC tetapi untuk mikroorganisme tertentu, pertumbuhan yang
baik terjadi pada temperatur tertentu yang terbatas kisarannya. Organisme pembusuk
pada daging dibagi menjadi tiga kategori yaitu psikrofilik yang mempunyai
temperatur optimum antara -2 oC dan 7 oC, mesofilik antara 10 oC dan 40 oC serta
termofilik dari 43 oC hingga 66 oC. Perbedaan tersebut tidaklah mutlak, tetapi seperti
halnya bakteri Gram-negatif bentuk batang (biasanya dimasukkan dalam kategori
mesofil) dapat tumbuh pada temperatur -1,5 oC. Temperatur dingin dalam kondisi
aerob, flora pembusuk daging didominasi oleh pseudomonas dan dalam anerob oleh
bakteri lactobacilli. Bakteri tersebut pada awalnya menyerang glukosa dan lama
kelamaan menyerang asam amino yang dimiliki oleh daging.
Ketersediaan Air dan Tekanan Osmosis
Faktor yang tidak kalah pentingnya untuk pertumbuhan mikroba daging
walau beberapa tipe bakteri dapat tetap dalam keadaan dorman dalam jangka waktu
yang lama dalam kadar air yang rendah dan spora-spora lebih tahan destruksi dengan
panas
kering
daripada
panas
basah.
Organismenya
yaitu
Pseudomonas,
Achromobacter, Proteus, dan Micrococcus. Ketersediaan air bersifat komplementer
terhadap tekanan osmose yang merupakan fungsi dari konsentrasi substansi yang
larut dan didialisis (garam, karbohidrat, dan lain-lain) dalam mesia ekuilibrum.
Tingginya kadar solute cenderung menghambat pertumbuhan pengeringan substrat
dan bukan hanya dengan temperatur yang rendah, menghambat pertumbuhan
mikroba pada produk-produk daging yang dibekukan. Sekalipun demikian ada
banyak variasi antar spesies walau hampir semua organisme yang tumbuh pada
daging dihambat oleh garam.
Nilai pH
Nilai pH daging pada saat masih hidup sekitar 6,8-7,2 (Forrest et al, 1975)
sedangkan menurut Buckle et al (1987) berkisar antara 7,2-7,4. Nilai pH pasca mati
akan ditentukan oleh jumlah asam laktat yang dihasilkan dari glikogen selama proses
glikolisis anaerob yaitu sekitar 5,1-6,2 dan hal ini disebabkan hewan lelah, kelaparan
atau takut pada hewan sebelum dipotong, hampir semua bakteri tumbuh secara
optimal pada pH sekitar 7 dan tidak akan tumbuh di bawah pH 4 atau di atas pH 9.
Nilai pH tidak langsung turun begitu saja tetapi menurun secara bertahap yaitu pada
satu jam pertama setelah ternak dipotong dan semakin menurun lagi setelah
tercapainya rigormortis (Forrest et al,1975).
Potensial Oksidasi Reduksi
Pengaruh potensial oksidasi reduksi terhadap pertumbuhan mikroba adalah
memperpanjang fase lag awal selanjutnya pertumbuhan tidak lagi dipengaruhi oleh
potensial oksidasi reduksi, organisme pada saat adaptasi terhadap potensial oksidasi
reduksi yang tinggi maka tingkat pertumbuhannya akan menjadi sama dengan
potensial oksidasi reduksi yang rendah.
Atmosfer
Atmosfer yang terdiri atas 100% karbondioksida dapat digunakan untuk
menghambat laktobacili dan enterobakteria (Lawrie,1994).
Kebanyakan bakteri tumbuh di permukaan, namun tidak tertutup kemungkinan
ditemukan bakteri di dalam daging. Bakteri dapat memcapai jaringan dalam karkas
dengan berbagai cara, diantaranya melalui mekanisme berikut : (1) jaringan ternak
sehat dapat mengandung sebuah populasi kecil bakteri namun dinamis bila bakteri
secara terus-menerus memperoleh akses ke dalam jaringan ternak hidup, dengan
penetrasi membran mukpsa saluran respirasi dan percernaan, untuk mengganti yang
telah dibasmi oleh mekanisme ketahanan tubuh ternak, (2) bakteri dari usus dapat
menyerang jaringan karkas, baik selama pemotongan ( agonal invasion) maupun
setelah pemotongan ( postmortem invasion), (3) bakteri dapat terbawa ke jaringan
oleh luka sebelum pemotongan dan (4) bakteri yang mengkontaminasi permukaan
karkas dapat mempenetrasi ke lapisan jaringan otot yang lebih dalam ( Gill, 1982).
Tipe bakteri yang umum dalam daging adalah strain dari Pseudomonas,
Moraxella, Acinetobacter, Lactobacillus, Brochothrix thermophacta ( sebelumnya
dikenal dengan Microbacterium thermosphactum) dan beberapa genera dari famili
Enterobacteriaceae ( Gill, 1982). Batas maksimum cemaran mikroba pada daging
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Batas Maksimum Cemaran Mikroba pada Daging (cfu/g)
No
Jenis cemaran mikroba
1.
Angka lempeng total bakteri
Escherischia coli*
Staphylococcus aureus
Clostridium sp.
Salmonella sp.* *
Coliform
Enterococci
Campylobacter sp.
Listeria sp.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterangan:
Sumber:
(*) dalam satuan MPN/gram
(**) dalam satuan kualitatif
SNI No. 01-6366-2000
Batas maksimum cemaran mikroba
Daging tanpa
Daging segar/beku
tulang
4
1X10
1X104
5X101
5X101
1X101
1X101
0
0
Negatif
Negatif
2
1X10
1X102
1X102
1X102
0
0
0
0
Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat sering ditemukan secara alamiah dalam bahan pangan.
Bakteri ini hidup pada susu, daging segar, dan sayur-sayuran dalam jumlah yang
kecil (Rini, 1995). Bakteri asam laktat pada proses fermentasi daging spontan yang
berasal dari bahan mentah atau lingkungan menyebabkan terbentuknya asam laktat
dari penggunaan karbohidrat, serta penurunan nilai pH hingga 5,9 – 4,6 (Hugas dan
Monfort, 1997). Bakteri asam laktat juga digunakan sebagai probiotik karena mampu
: (1) menghasilkan asam laktat yang dapat menurunkan pH, (2) dalam kondisi aerob
memproduksi hidrogen
peroksida dan (3) memproduksi komponen penghambat
yang spesifik misalnya bakteriosin (Fuller, 1992).
Peran bakteri asam laktat dalam produk pangan yaitu meningkatkan
keamanan pangan dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan
perusak makanan bakteri gram positif maupun gram negatif. Keuntungan lainnya
adalah bakteri ini termasuk mikroorganisme GRAS (Generally Recognized as Safe)
yaitu mikroorganisme yang tidak beresiko terhadap kesehatan atau safe food grade
organism yaitu mikroorganisme yang tidak bersifat toksik dan tidak menghasilkan
toksin (Hugas dan Monfort, 1997). Bakteri asam laktat menurut Varnam dan
Sutherland (1995) yang digunakan sebagai starter kultur harus memenuhi kriteria
antara lain :
1) Mampu bersaing dengan mikroorganisme lain
2) Memproduksi asam laktat dalam waktu cepat
3) Mampu tumbuh pada konsentrasi garam kurang dari enam persen
4) Mampu bereaksi dengan NaNO3 dengan konsentrasi kurang dari 100 mg/kg
5) Mampu tumbuh pada temperatur antara 15 – 40 oC
6) Termasuk golongan homofermentatif
7) Bersifat proteolitik
8) Tidak menghasilkan peroksida dalam jumlah besar
9) Dapat mereduksi nitrat dan nitrit
10) Dapat meningkatkan flavor produk akhir
11) Tidak memproduksi senyawa amina
12) Dapat membunuh bakteri pembusuk dan patogen
13) Bersifat sinergis dengan senyawa starter lain
Daya hambat yang dimiliki BAL terhadap mikroorganisme negatif dimungkinkan
karena BAL menghasilkan produk metabolit yang bersifat antimikroba antara lain
diasetil, hidrogen peroksida, asam-asam organik, dan bakteriosin (Schved et al,
1993). Salah satu genus BAL yang potensial dalam memproduksi antimikroba adalah
Lactobacillus sp, L. plantarum yang memiliki zone penghambat terbesar terhadap
semua bakteri patogen dibandingkan dengan spesies BAL yang lain (Rini, 1995).
Lactobacillus plantarum 1A5
L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, ordo Lactobacillales,
famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan
bentuk batang, umumnya dalam rantai – rantai pendek. Lactobacillus merupakan
bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, anaerob fakultatif, koloninya dalam
media agar berukuran 2-5 mm, konfeks, opak atau sedikit transparan dan tak
berpigmen. Genus ini tumbuh baik pada suhu 30 – 40oC (Holt et al., 1994).
Bakteriosin merupakan senyawa polipeptida atau protein yang bersifat bakterisidal
yang dihasilkan oleh kultur bakteri, terutama L. plantarum (Lindgren dan Dobrogosz,
1990).
L. plantarum umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam dan oleh
karenanya menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe
asam laktat. Bakteri ini sering digunakan dalam fermentasi susu, sayuran dan daging
khususnya sosis. L. plantarum tampaknya yang paling banyak berperan dalam
fermentasi, ini mungkin karena suhu fermentasi yang digunakan lebih tinggi
dibanding bakteri fermentasi yang lainnya. Selain itu, fermentasi dari L. plantarum
merupakan homofermentatif sehingga tidak menghasilkan gas (Buckle et al., 1987).
Lactobacillus sp (1A5) memiliki daya hambat paling besar dibandingan
dengan isolat lainnya. Rataan diameter zona hambat yang terbentuk dari substrat
antimikroba 1A5 mempunyai penghambatan yang paling baik terhadap ketiga bakteri
patogen dan memiliki nilai asam tertitrasi cukup tinggi yang berbanding lurus
terhadap nilai pH yaitu 0,57 % (Permanasari, 2009).
Antimikroba
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan akivitas mikroba. Mekanisme penghambatan pertumbuhan
mikroba oleh senyawa antimikroba antara lain (1) perusakan dinding sel sehingga
mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan dinding sel pada sel yang
sedang tumbuh,
(2)
mengubah
permeabilitas
membrane sitoplasma
yang
menyebabkan kebocoran nutrient di dalam sel, (3) denaturasi protein, (4) perusakan
system metabolisme dalam sel dengan cara menghambat kerja enzim intraseluller
(Pelezar et al., 1979).
Menurut Fardiaz (1989), zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal
(membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan kapang) dan
germisidal (menghambat germinisasi spora bakteri). Kemampuan suatu zat
antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain (1) konsentrasi zat pengawet, (2) waktu penyimpanan, (3) suhu
lingkungan, (4)sifat-sifat mikroba (jenis, konsentrasi, umur dan keadaan mikroba),
(5) sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah
srnyawa di dalamnya.
Menurut Fardiaz (1992), makanan mungkin mengandung komponen yang
dapat menghambat pertumbuhan jasad renik. Komponen antimikroba tersebut
terdapat di dalam makanan melalui berbagai cara , yaitu: (1) terdapat secara alamiah
di dalam bahan pangan, (2) ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, (3)
terbentuk selama pengolahan atau oleh jasad renik yang tumbuh selama fermentasi
makanan. Zat-zat yang digunakan sebagai antimikroba harus mempunyai beberapa
kriteria ideal antara lain tidak bersifat racun bagi bahan pangan, ekonomis, tidak
menyebabkan resisten timbulnya galur resisten dan sebaiknya membunuh daripada
hanya menghambat pertumbuhan mikroba (Frazier dan Westhoff, 1988).
Bakteriosin
Bakteriosin adalah salah satu kategori substansi yang diproduksi oleh bakteri
yang dapat menghambat bakteri lainnya yang merugikan. Disamping bakteriosin ada
juga senyawa litik, enzim, dan produk metabolisme seperti hydrogen peroksida dan
diacetil. Bakteriosin disintesis oleh bakteri asam laktat yang berhubungan dengan
asam organik. Bakteriosin sering dihubungkan dengan senyawa antimikroba berupa
protein yang mudah didegradasi oleh enzim proteolitik dan mampu menghambat
pertumbuhan mikroba spesies lain yang biasanya berkerabat dekat dengan spesies
penghasil ( Jack et al., 1995). Substansi ini, diproduksi oleh beberapa strain bakteri,
termasuk dalam hal ini bakteri asam laktat ( BAL) (Gorris dan Bennik, 1994).
Bakteri mempunyai sifat bakterisidal yaitu mampu menghambat bakteri lainnya
seperti Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, Clostridium botulinum.
Bakteriosin bersifat irreversible, mudah dicerna, berpengaruh positif terhadap
kesehatan, aktif pada konsentrasi rendah dan pada bakteri asam laktat biasanya
digunakan sebagai biopreservatif makanan (Vuyst dan Vandamme, 1993).
Asam Organik
Asam ini dapat menyebabkan penurunan nilai pH yang menyebabkan
mikroba terhambat pertumbuhannya. Asam organik merupakan salah satu hasil
metabolit bakteri asam laktat yang bersifat antimikroba. Pembentukan asam organik
terjadi melalui proses fermentasi glukosa yang terdiri dari dua tahap yaitu (1)
pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang
karbon atom hidrogen, menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi
dibandingkan glukosa. Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh
atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama sehingga membentuk asam
piruvat; (2) tahap dua, asam piruvat bertindak sebagai penerima hidrogen, sehingga
asam piruvat yang direduksi oleh NADH2 menghasilkan asam laktat dan senyawa
lain seperti asam asetat, CO2 dan etanol (Fardiaz,1992). Jenie (1996) juga
menyatakan bahwa akumulasi produk akhir asam yang rendah dapat menghasilkan
penghambatan yang luas terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Efek
penghambatan dari asam organik terutama berhubungan dengan jumlah asam yang
tidak terdiosiasi yang dapat berdifusi ke dalam membran sel, asam tersebut
membelah menjadi proton dan anion mempengaruhi pH didalamnya (Rini, 1995).
Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk
cairan seperti sirup dan memiliki bau yang menusuk. Senyawa ini terdekomposisi
menjadi air dan oksigen dan pada suhu ruang dekomposisi H2O2 berjalan lambat.
Hidrogen peroksida ini merupakan oksidator, bleanching agent dan antibakteri.
Senyawa ini tergantung pada kenaikan suhu dimana apabila suhu meningkat maka
keefisienan menghancurkan bakteri meningkat dan kecepatan terdekomposisinya
juga semakin meningkat. Bakteri yang paling sensitif terhadap senyawa ini adalah
bakteri Gram negatif terutama koliform (Branen et al., 1990).
Bakteri Patogen
Bakteri patogen dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan sifat pewarnaan
garam yaitu Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang
memberikan respon berwarna biru jika dilakukan uji pewarnaan Gram sedangkan
bakteri Gram negatif memberikan respon berwarna merah ( Suriawiria, 2005).
Kelompok bakteri Gram positif diantaranya adalah S. Aureus dan S. Epidermis,
sedangkan bakteri Gram negatif diantaranya adalah E. Coli dan S. Typhimurium.
Berikut penjelasan singkat mengenai sifat-sifat bakteri tersebut:
Staphylococcus aureus
Bakteri ini termasuk famili micrococcaceae, berbentu bulat dengan ukuran
diameter 0,8-1,0 mikron, membentuk pigmen berwarna kuning keemasan, bersifat
Gram positif, tidak membentuk spora dan katalase positif ( Fardiaz, 1992). Sebagian
dari galur Staphylococcus aureus bersifat koagulase positif ( mampu mengkoagulase
plasma darah) dapat memproduksi enterotoksin yang dapat menimbulkan keracunan
makanan ( Frazier dan westhoff, 1988). Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif,
dengan bentuk tunggal, berpasangan, rantai pendek atau bergerombol seperti anggur,
non motil, tidak membentuk spora (Fardiaz, 1992). Koloni pada media agar
berbentuk bundar, licin, berwarna jingga hingga putih, berkilauan, menonjol dan
menyebar serta membutuhkan thiamin dan asam nicitinat untuk pertumbuhannya.
Bentuk bakteri ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bentuk Bakteri S.aureus (sumber: Ernest, 1996)
Suhu optimium, minimum dan maksimum untuk pertumbuhan bakteri
berturut-turut 37°C, 6,7 C dan 45,5 ° C ( Fardiaz,1992). Bakteri ini tumbuh pada 4,0
-8,0 dengan pH optimum 7-7,5, dan tetap dapat tumbuh dengan baik pada media
dengan konsentrasi NaCl 7,5%. Bakteri ini mempunyai waktu generasi 27-30 menit
(Fardiaz, 1989).
Escherichia coli
E.coli merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang, seperti terlihat
pada Gambar 2, termasuk dalam famili Enterobactericeae. Bakteri ini mempunyai
ukuran panjang 2,0-6,0 mikron sering terdapat dalam bentuk tunggal atau
berpasangan, bersifat motil atau non motil dengan flagella peritrikat dan bersifat
anaerobik fakultatif. Kisaran suhu pertumbuhannya adalah 10-40° C dengan suhu
optimum 37° C. Nilai pH medium optimum pertumbuhannya 7,0-7,5 ( Fardiaz,
1992).
Gambar 2. Bentuk Bakteri E.coli (sumber: Ernest, 1996)
Menurut Surono (2004), E.coli 0157:H7, suatu gram negatif berbentuk
batang, mengakibatkan keracunan makanan. Peradangan pada usus besar bisa
berakibat diare yang disertai darah dan sakit pada pinggang. Pada kondisi yang berat,
bisa mengakibatkan gagal ginjal permanen akibat pembekuan darah dalam ginjal,
bahkan kerusakan otak akibat pendarahan internal.
Salmonella spp.
Salmonella merupakan bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk
batang, dapat memfermentasi glukosa dan biasanya disertai dengan pembentukan gas
tetapi tidak memfermentasi laktosa maupun sukrosa. Salmonella tumbuh pada
kisaran suhu 2 oC - 47 oC dan mampu tumbuh pada kondisi aerobik maupun
anaerobik (Frazier dan Westhoff, 1978). Bentuk bakteri ini dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Bentuk Bakteri Salmonella spp.( sumber: http://web.uconn.edu/
/Salmonellatyphi/Salmonellatyphi.html)
Menurut Fardiaz (1992), Salmonella merupakan kelompok bakteri patogen
yang sering ditemukan pada produk pangan. Berdasarkan tingkat bahaya dan
penyebarannya, Salmonella berada pada kelompok bahaya sedang, dengan cepat dan
juga kelompok sangat berbahaya. Pemanasan merupakan cara yang paling banyak
dilakukan untuk membunuh Salmonella. Alternatif lainnya adalah dengan mengatur
pH, menambahkan bahan-bahan kimia, penyimpanan pada suhu rendah dan radiasi.
Pemanasan yang direkomendasikan untuk membunuh Salmonella spp. umumnya
dilakukan selama 12 menit pada suhu 66°C atau selama 78-83 menit pada suhu 60°C.
Bumbu
Garam
Garam dapur berfungsi untuk meningkatkan cita rasa sosis, sebagai pelarut
protein yaitu miosin sehingga dapat menstabilkan emulsi daging, sebagai pengawet
karena mempunyai sifat mencegah pertumbuhan mikroba sehingga dapat
memperlambat kebusukan dan meningkatkan daya mengikat air (Pearson dan
Tauber,1984). Menurut Sunarlim (1992), penambahan garam sebaiknya tidak kurang
dari
2%
dan lebih dari 4%, karena konsentrasi garam kurang dari 1,8%
menyebabkan rendahnya protein terlarut. Pada konsentrasi garam yang sama, sosis
yang teksturnya kasar nampaknya kurang asin bila dibadingkan dengan sosis yang
halus teksturnya (Kramlich, 1971).
Bawang Putih
Bawang putih merupakan rempah-rempah yang memiliki sifat antimikroba
terbaik terhadap E.coli, Aerobacter aerogenes, Staphylococcus aureus dan Shigella
sonnei. Bawang putih mengandung minyak atsiri yang bersifat antibakteri dan
antiseptik. Kandungan allicin dan allin berkaitan dengan antikolesterol (Setiawan et
al. 1999). Di samping itu bawang putih dapat mengurangi jumlah koliform, bakteri
dan total bakteri. Bawang putih (Allium sativum) menghasilkan 0,2 % minyak atsiri
yang mengandung dialil sulfida, dialil trisulfida, alil propel disulfide, allin dan alisin.
Hitokoro et al. (1990), menunjukan bahwa konsentrasi bubuk bawang putih 10 %
dapat menurunkan laju pertumbuhan Aspergilus flavus sedangkan ekstrak bawang
putih segar pada konsentrasi 0,5% dapat menghambat Salmonella sp dan E. coli.
Sodium Tripolifosfat (STPP)
Tujuan utama penambahan fosfat yaitu untuk mengurangi kehilangan lemak
dan air selama pemasakan, pengalengan, atau penggorengan ( Wilson et al., 1981).
Menurut Soeparno (1994), fungsi fosfat adalah untuk meningkatkan daya mengikat
air oleh protein daging, mereduksi pengerutan daging dan menghambat ketengikan.
Purnomo (1990) menyatakan bahwa terdapat pembatasan dalam penggunaan
polifosfat , hal ini disebabkan fosfat memiliki rasa agak pahit pada konsentrasi
tertentu. Penggunaan fosfat pada umumnya berkisar 0,3% dan tidak melebihi 0,5%.
Menurut Pearson dan Tauber (1984) konsentrasi STPP yang dapat ditolerir oleh
tubuh tanpa ada gangguan fisiologis adalah 0,5%.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai Nopember 2008.
Lokasi penelitian dilakukan di bagian Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Besar,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.
Materi
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sosis adalah daging segar,
lemak, tepung tapioka, STPP, garam, es batu, bawang putih, lada putih, penyedap
rasa, minyak nabati, susu skim, dan selongsong (casing). Kultur yang digunakan
adalah kultur bakteri Lactobacillus plantarum 1A5. Media yang digunakan untuk
penyegaran kultur starter yaitu de man ragosa sharp broth (MRS-B) lalu untuk
pembuatan kultur induk bahan yang digunakan adalah yeast extract 3%.
Peralatan
yang digunakan untuk membuat kultur kerja adalah tabung reaksi, cawan petri,
tabung scott, inkubator. Alat yang digunakan untuk membuat sosis adalah food
proccessor, stuffer, timbangan digital, peralatan dapur.
Rancangan
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu kualitas sosis dengan
pemberian substrat antimikroba dan kontrol dengan lama penyimpanan 0, 5 dan 10
hari pada suhu dingin (4-7o C) menggunakan 3 kali ulangan.
Model matematis yang digunakan berdasarkan Steel dan Torrie (1995) :
Yijk = µ + Ci + Pj + Cpij + ∈ ijk
i = 1, 2
j = 1, 2, 3
k = 1, 2, 3
Keterangan : Yijk : variabel respon akibat pengaruh substrat antimikroba ke-i dan
lama penyimpanan ke-j pada ulangan ke-k
µ
: Nilai tengah umum
Ci
: pengaruh substrat antimkroba ke-i terhadap kualitas sosis
Pj
: pengaruh lama penyimpanan ke-j terhadap kualitas sosis
CPij : pengaruh interaksi antara substrat antimikroba ke-i dengan
lama penyimpanan ke-j
∈ ijk : pengaruh galat percobaan pada unit percobaan ke-k dalam
kombinasi perlakuan ke-ij
Prosedur
Penelitian ini dilaksanakan dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk menyiapkan kultur bakteri
Lactobacillus
plantarum
1A5
untuk
kemudian
diekstraksi
dan
diambil
antimikrobanya.
Strain Bakteri dan Media Pertumbuhan. Bakteri asam laktat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah isolat BAL 1A5 dari daging. Kultur bakteri asam laktat
(BAL) yang tersedia dibiakkan dalam de Man Rogosa Sharpe broth (MRSB). Kultur
kerja yang disiapkan tersebut ditumbuhkan selama 20 jam pada suhu 37oC.
Ekstraksi Substrat Antimikroba. Media pertumbuhan bakteri asam laktat berupa
MRSB sebanyak 1500 ml yang ditambahkan dengan yeast extract sebanyak 3%.
Kultur BAL 1A5 ditumbuhkan pada media tersebut selama 20 jam pada suhu 37oC
(Ogunbawo et al., 2003). Setelah itu, antimikroba dari setiap media diekstraksi.
Ekstraksi substrat antimikroba yang dihasilkan berupa cairan bebas sel dengan cara
disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 20 menit pada suhu 4oC. Seluruh
cairan disaring steril dengan penyaring Milipore 0.22 µm hingga didapatkan
supernatan antimikroba (Ogunbawo et al., 2003). Supernatan antimikroba digunakan
untuk merendam produk.
Penelitian utama
Penelitian utama yang dilakukan adalah pembuatan sosis yang kemudian
diawetkan dengan antimikroba dari bakteri Lactobacillus plantarum 1A5.
Pembuatan Sosis. Daging segar dipotong-potong. Daging kemudian digiling dalam
food proccessor bersama 4 % garam, 0,5 % STPP , dan 20 % bagian es batu.
Bumbu-bumbu seperti lada putih dan bawang putih, 30 % tepung tapioka, 12% susu
skim, 10 % lemak, minyak nabati, penyedap rasa. Persentase bahan tambahan adalah
persentase dari berat daging. Adonan kembali digiling sampai tercampur rata dan
adonan menjadi legit. Adonan kemudian dimasukkan ke dalam selongsong sosis
(casing) dengan menggunakan stuffer. Sebagian sosis diambil sebagai kontrol dan
sebagian dikenakan perlakuan pengawetan dengan substrat antimikroba.
Pengawetan Sosis dengan Substrat Antimikroba. Sosis yang dikenakan perlakuan
pengawetan dimasukkan ke dalam plastik tahan panas yang telah disterilkan
sebelumnya lalu ditambahkan substrat antimikroba yang telah didapat dari hasil
ekstraksi dengan perbandingan 1: 1. Kemudian plastik ditutup dan dimasukkan
kedalam lemari pendingin selama 30 menit. Setelah itu sosis dipisahkan untuk
masing-masing disimpan dalam lemari pendingin selama 0, 5, dan 10 hari dengan 3
ulangan untuk dilakukan uji mikrobiologi yaitu uji E.coli, S.aureus, dan Salmonella
spp.
Prosedur pembuatan sosis dengan penambahan substrat antimikroba Lactobacillus
plantarum 1A5 dapat dilihat pada Gambar 4.
Daging
Dipotong-potong
Garam,
STPP, ½ es
Penggilingan
dengan food
processor
Homogenisasi
Lada putih, bawang
putih, tepung tapioka,
dan sisa ½ bagian es
Adonan
Dimasukkan dalam
casing (stuffer)
Sosis direbus
suhu 60o-70o
Sosis kontrol
tanpa perendaman
Sosis yg direndam
antimikroba
Penyimpanan suhu
dingin 0, 5 dan 10 hari
Gambar 4. Alur Proses Pembuatan Sosis dengan Penambahan Antimikroba
dari Lactobacillus plantarum 1A5
Prosedur Analisis
Analisis Kuantitatif Total Plate Count (APHA,1992)
Pengukuran TPC dilakukan dengan mencampurkan 10 g bahan bersama
larutan pengencer sebanyak 90 ml sampai larutan menjadi homogen. Pengenceran
dilakukan dengan mengambil 1 ml larutan sampel yang sudah homogen tersebut
denga menggunakan pipet steril kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi
9 ml larutan pengencer sehingga terbentuk pengenceran 10-1 kemudian larutan
tersebut dikocok sampai homogen. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan pipet pada pengenceran 10-5, 10-6, dan 10-7 sebanyak 1 ml larutan
sampel dan dipindahkan ke dalam cawan Petri steril secara duplo dengan
menggunakan pipet steril. Media agar ditambahkan ke dalam cawan Petri dengan
metode tuang sebanyak 20 ml dan digoyangkan sampai merata. Cawan Petri ( agar
yang sudah membeku ) diinkubasi dengan posisi terbalik dalam inkubator bersuhu 37
° C selam 48 jam. Perhitungan koloni bakteri pada cawan yang telah diinkubasi
dihitung berdasarkan jumlah yang layak dihitung (25 -250 koloni).
Analisis Kuantitatif Staphylococcus aureus (Fardiaz, 1993).
Pengukuran S. aureus dilakukan dengan cara sosis 10 g dimasukkan ke dalam
plastik steril yang telah berisi larutan pengencer (BPW) sebanyak 90 ml kemudian
dihancurkan sampai larutan menjadi homogen sebagai pengenceran pertama.
Sebanyak 1 ml dari larutan pengencer pertama yang sudah homogen dimasukkan ke
dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan pengencer sehingga terbentuk pengenceran
10-2 kemudian larutan tersebut dikocok sampai homogen. Pengenceran dilakukan
sampai 10-5. Setelah pengenceran, dilakukan pemupukan dengan cara mengambil
sebanyak 1 ml pengencer dari masing-masing tabung pengenceran (berdasarkan 3
pengenceran terakhir yaitu 10-3, 10-4, dan 10-5) dipindahkan ke dalam cawan Petri
steril secara duplo. Media agar Vogel Johnson Agar (VJA) yang ditambah dengan
kalium tellurit 1% dimasukkan ke dalam cawan Petri tersebut. Pemupukan ini
dilakukan dengan metode tuang sebanyak ±20 ml dan dihomogenkan membentuk
angka 8. Cawan Petri (agar yang sudah membeku) diinkubasi dengan posisi terbalik
dalam inkubator bersuhu 370C selama 24 jam. Koloni S. aureus berwarna hitam
dikelilingi kuning.
Analisis Kuantitatif Escherichia coli (APHA, 1992).
Pengukuran E. coli dilakukan cara 10 g sosis dimasukkan ke dalam plastik
yang telah steril berisi larutan pengencer (BPW) sebanyak 90 ml. Kemudian sosis
dihancurkan sampai larutan menjadi homogen sebagai pengenceran pertama.
Sebanyak 1 ml dari larutan pengencer pertama yang sudah homogen dimasukkan ke
dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan pengencer sehingga terbentuk pengenceran
10-2 kemudian larutan tersebut dikocok sampai homogen. pengenceran dilakukan
sampai 10-5. Setelah pengenceran, dilakukan pemupukan dengan cara mengambil
sebanyak 1 ml pengencer dari masing-masing tabung pengenceran (berdasarkan 3
pengenceran terakhir yaitu 10-3, 10-4, dan 10-5) dipindahkan ke dalam cawan Petri
steril secara duplo. Media agar Eosyn Methylen Blue Agar (EMBA) ditambahkan ke
dalam cawan Petri tersebut. Pemupukan ini dilakukan dengan metode tuang
sebanyak ±20 ml dan dihomogenkan membentuk angka 8. Cawan Petri (agar yang
sudah membeku) diinkubasi dengan posisi terbalik dalam inkubator bersuhu 370C
selama 24 jam. Koloni E. coli berwarna kehijauan jika diletakkan di bawah sinar
matahari atau sinar lampu.
Analisis Konfirmasi Salmonella spp (BAM, 2007)
Prinsip analisis Salmonella spp adalah dengan menumbuhkannya pada media
selektif dengan pra pengayaan (pre enrichment), dan pengayaan (enrichment) yang
dilanjutkan dengan isolasi dan identifikasi.
Pra-pengayaan. Sampel ditimbang sebanyak 25 gram atau ukur sebanyak 25 ml
sampel secara aseptis kemudian dimasukkan ke dalam wadah steril. 225 ml larutan
LB (Lactose Broth) ke dalam kantong steril yang berisi sampel, dihomogenkan
dengan stomacher selama 1 menit sampai dengan 2 menit. Suspensi dipindahkan ke
dalam labu erlemeyer atau wadah steril. Diinkubasikan pada temperatur 35°C selama
24 jam ± 2 jam.
Pengayaan. Biakan pra-pengayaan diaduk perlahan kemudian diambil dan
dipindahkan berturut-turut ke dalam media 10 ml SCB kemudian diinkubasi pada
temperatur 35°C selama 24 jam.
Isolasi dan identifikasi. Suspensi diambil dengan jarum ose dari masing-masing
media pengayaan yang telh diinkubasikan dan diinokulasikan pada media BSA.
Diinkubasikan pada temperatur 35°C selama 24 jam ± 2 jam. Kemudian koloni
diamati, pada media BSA koloni Salmonella terlihat keabu-abuan atau kehitaman,
kadang metalik, media di sekitar koloni berwarna coklat dan semakin lama waktu
inkubasi akan berubah menjadi hitam. Identifikasi dilakukan dengan mengambil
koloni yang diduga sebagai Salmonella dari ketiga media tersebut dan diinokulasikan
koloni ke TSIA dan LIA dengan cara menusuk ke dalam bagian tegak agar miring,
selanjutnya digores pada permukaan agar miring. Diinkubasikan pada temperatur
35°C selama 24 jam ± 2 jam. Koloni spesifik Salmonella diamati dengan merujuk
pada hasil reaksi seperti tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Salmonella spp pada TSIA dan LIA
Media
Agar Miring
Dasar Agar
H 2S
Gas
TSIA
Alkalin/K
Asam/A (kuning)
Positif
Negatif
(hitam)
positif
Negatif positif
(merah)
LIA
Alkalin/K
Alkalin/K
Positif
(ungu)
(ungu)
(hitam)
Keterangan : TSIA : Triple Sugar Iron Agar
LIA : Lysine Iron Agar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daging dan produk olahan daging merupakan medium sangat baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Pemotongan dan perusakan tenunan-tenunan daging
akan
menghilangkan
mekanisme
pertahanan
tenunan
terhadap
serangan
mikroorganisme. Penanganan dan pengolahan selanjutnya juga dapat menambah
kontaminasi oleh mikroorganisme pembusuk dan patogen, contohnya bakteri
Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella. Oleh karena itu daya
simpan produk-produk daging sangat dipengaruhi oleh cara penanganan dan
pengawetan yang dilakukan (Fardiaz,1990).
Kuantitatif Mikrobiologi Daging Segar
Total Plate Count (TPC), E.coli dan S.aureus pada Daging Segar
Daging mengandung kadar air dan gizi yang tinggi, sehingga mudah sekali
mengalami kerusakan secara mikrobiologis, karena menjadi tempat yang disukai
untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji mikrobiologi
terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut karena untuk mengurangi kontaminasi
awal. Berikut ini merupakan tabel dari uji mikrobiologi yang dilakukan pada
daging segar.
Tabel 4. Kualitas Mikrobiologi pada Daging Segar (Log cfu/g)
Peubah
Nilai
TPC
6,90
E.coli
4,59
S.aureus
5,69
Salmonella spp.
negatif
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah total mikroba pada daging
segar sudah melebihi batas maksimum cemaran. Menurut SNI No. 01-6366-2000
batas cemaran maksimum untuk total bakteri adalah 1 X 104 koloni/g . Kebanyakan
bakteri tumbuh di permukaan, namun tidak tertutup kemungkinan ditemukan bakteri
di dalam daging. Bakteri dapat mencapai jaringan dalam karkas dengan berbagai
cara, diantaranya melalui mekanisme berikut : (1) jaringan ternak sehat dapat
mengandung sebuah populasi kecil bakteri namun dinamis bila bakteri secara terusmenerus memperoleh akses ke dalam jaringan ternak hidup, dengan penetrasi
membran mukosa saluran respirasi dan percernaan, untuk mengganti yang telah
dibasmi oleh mekanisme ketahanan tubuh ternak, (2) bakteri dari usus dapat
menyerang jaringan karkas, baik selama pemotongan (agonal invasion) maupun
setelah pemotongan ( postmortem invasion), (3) bakteri dapat terbawa ke jaringan
oleh luka sebelum pemotongan dan (4) bakteri yang mengkontaminasi permukaan
karkas dapat menetrasi ke lapisan jaringan otot yang lebih dalam ( Gill, 1982).
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada dan
didalam daging termasuk temperatur, kadar air/kelembaban, oksigen, tingkat
keasaman dan kebasaan (pH) dan kandungan gizi daging. Daging sangat memenuhi
persyaratan
untuk
perkembangan
mikroorganisme
tersebut,
termasuk
mikroorganisme perusak atau pembusuk, karena : (1) mempunyai kadar air yang
tinggi (kira-kira 68-75%), (2) kaya akan zat yang mengandung nitrogen dengan
kompleksitasnya yang berbeda, (3) mengandung sejumlah karbohidrat yang dapat
difermentasikan, (4) kaya akan mineral dan kelengkapan faktor untuk pertumbuhan
mikroorganisme, (5) mempunyai pH yang menguntungkan bagi sejumlah
mikroorganisme (5,3-6,5) (Soeparno,1994).
Jumlah bakteri E.coli dan S.aureus pada daging segar juga sudah melebihi
batas cemaran mikroba. Menurut SNI No. 01-6366-2000 untuk E.coli 5 X 101
koloni/g, dan untuk S.aureus 1X101 koloni/g. Hal ini disebabkan daging sudah
mengalami kontaminasi awal. Kontaminasi awal pada daging berasal dari
mikroorganisme yang memasuki peredaran darah pada saat penyembelihan, jika alatalat yang dipergunakan untuk pengeluaran darah tidak steril. Darah masih
bersirkulasi selama beberapa saat setelah penyembelihan. Kontaminasi selanjutnya
dapat terjadi melalui permukaan daging selama operasi persiapan daging, yaitu
proses pembelahan karkas, pendinginan, pembekuan, penyegaran daging beku,
pemotongan karkas atau daging, penyimpanan, dan distribusi. Jadi segala sesuatu
yang dapat kontak dengan daging baik secara langsung maupun tidak langsung, bisa
merupakan sumber kontaminasi mikrobial. Besarnya kontaminasi mikrobial pada
daging akan menentukan kualitas dan masa simpan daging dan daging proses
(Soeparno,1994). Hasil analisis Salmonella spp. menunjukkan hasil negatif. Hal ini
sesuai dengan SNI No. 01-6366-2000 bahwa pada daging segar tidak boleh ada
Salmonella spp.
Kualitas Mikrobiologi pada Sosis Perlakuan
Nilai pH
Nilai pH merupakan nilai yang sangat menunjang kualitas mikrobiologi.
Mikroorganisme tumbuh baik pada pH sekitar 7.0 (6.6-7.5) dan hanya beberapa yang
dapat tumbuh dibawah pH 4.0 (Fardiaz,1992). Bakteri mempunyai kisaran pH
pertumbuhan yang lebih sempit dibanding dengan kapang dan khamir. Oleh karena
itu, makanan yang mempunyai pH lebih rendah akan semakin awet karena semakin
sedikit jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh.
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Antimikroba dan Lama simpan terhadap pH
perlakuan (%)
kontrol
penambahan
antimikroba
Rataan
0
5,93±0,12
5,59±0,12
Lama Simpan (Hari)
5
6,23±0.14
5,86±0.10
5,76±0,24a
6,04±0.27b
10
6,11±0,11
5,69±0,07
5,90±0,30ab
Keterangan : Huruf superskript yang beda pada baris atau kolom yang sama memiliki perbedaan yang
nyata (p<0,05)
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat
bahwa pemberian antimikroba
berpengaruh terhadap nilai pH sosis, sedangkan lama penyimpanan pada sosis hari
ke 0, 5, dan 10 juga mempengaruhi nilai pH. Nilai pH naik pada lama simpan 5 hari
sebesar 0,28 sedangkan nilai pH turun sebesar 0,14 pada lama simpan 10 hari. Nilai
pH turun disebabkan adanya antimikroba. Antimikroba mengandung hidrogen
peroksida, asam-asam organik, dan bakteriosin (Schved et al, 1993). Asam organik
ini menyebabkan penurunan pH. Asam organik merupakan salah satu hasil metabolit
bakteri asam laktat yang bersifat antimikroba. Pembentukan asam organik terjadi
melalui proses fermentasi glukosa yang terdiri dari dua tahap yaitu (1) pemecahan
rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang karbon atom
hidrogen, menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi dibandingkan
glukosa. Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen
yang dilepaskan dalam tahap pertama sehingga membentuk asam piruvat; (2) tahap
dua, asam piruvat bertindak sebagai penerima hidrogen, sehingga asam piruvat yang
direduksi oleh NADH2 menghasilkan asam laktat dan senyawa lain seperti asam
asetat, CO2 dan etanol (Fardiaz,1992). Nilai pH substrat antimikroba Lactobacillus
plantarum 1A5 sebesar 4,14.
Gambar 5. Nilai pH pada Sosis selama penyimpanan
Gambar 5 menunjukkan bahwa sosis yang direndam antimikroba mempunyai
nilai pH yang lebih rendah dibandingkan
dingkan dengan sosis kontrol.
kontrol Lamanya
penyimpanan mempengaruhi nilai pH. Penurunan pH juga dapat disebabkan karena
reaksi perubahan glikogen otot pada daging sapi menjadi asam laktat pada proses
glikolisis anaerob (Soeparno,1994) serta hasil metabolisme bakteri pembentuk asam
( Buckle et al,, 1987). Kenaikan
enaikan pH disebabkan karena bakteri memetabolisme
memetabo
alkalin sehingga menghasilkan basa (Takasari, 2008).
Total Plate Count (TPC)
(TPC pada Sosis Perlakuan
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang mencemari daging ditentukan oleh
o
tingkat pengendalian higienis yang dilaksanakan selama penanganan. Pertumbuhan
mikroorganisme berhubungan erat dengan kualitas daging segar. Peningkatan jumlah
mikroorganisme pembusuk berpengaruh terhadap daya tahan atau masa simpan
daging.
Tabel 6. Pengaruh Pemberian Antimikroba dan Lama Simpan terhadap
Jumlah Total Bakteri ( log cfu/g)
Lama simpan (hari)
Perlakuan (%)
0
5
10
kontrol
5,89 ± 0,37a
9,01 ± 0,75c
8,70 ± 0,24c
penambahan
antimikroba
5,35 ± 0,31a
7,14 ± 0,18b
8,70 ± 0,24c
Keterangan : Huruf superskript yang beda pada baris atau kolom yang sama memiliki perbedaan yang
nyata (p<0,05)
Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara lama simpan dengan
pemberian substrat antimikroba. Pada penyimpanan hari ke-5 total mikroba sudah
lebih dari batas maksimum cemaran mikroba, sehingga sudah tidak bisa
dipertahankan lagi. Menurut SNI 01-3818-1995 batas maksimum cemaran mikroba
adalah 1 X 105 koloni/g.
Pemberian substrat antimikroba mampu menurunkan
jumlah mikroba pada hari ke-0 sebesar 0,54 log cfu/g, sedangkan pada hari ke-5
jumlah mikroba berkurang sebesar 1,87 log cfu/g. Substrat antimikroba Lactobacillus
plantarum 1A5 menghasilkan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri. Menurut Savadogo (2006) menyatakan bahwa bakteri asam laktat
mengandung asam organik, hidrogen peroksida, antifungi seperti asam lemak, dan
bakteriosin. Bakteriosin adalah protein yang diproduksi oleh bakteri yang dapat
menghambat bakteri lainnya yang merugikan. Disamping bakteriosin ada juga
senyawa litic, enzim, dan produk metabolisme seperti hydrogen peroksida.
Bakteriosin disintesis oleh bakteri asam laktat yang berhubungan dengan asam
organik.
Bakteriosin sering dihubungkan dengan senyawa antimikroa berupa
protein yang mudah didegradasi oleh enzim proteolitik dan mampu menghambat
pertumbuhan mikroba spesies lain yang biasanya berkerabat dekat dengan spesies
penghasil ( Jack et al., 1995). Substansi ini, diproduksi oleh beberapa strain bakteri,
termasuk dalam hal ini bakteri asam laktat (Gorris dan Bennik, 1994). Bakteri
mempunyai sifat bakterisidal yaitu mampu menghambat bakteri lainnya seperti
Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes, Clostridium botulinum. Bakteriosin
bersifat irreversible, mudah dicerna, berpengaruh positif terhadap kesehatan, aktif
pada konsentrasi rendah dan pada bakteri asam laktat biasanya digunakan sebagai
biopreservatif makanan (Vuyst dan Vandamme, 1993).
Gambar 6. Total Mikroba pada Sosis selama penyimpanan
Berdasarkan Gambar
G
6 sosis yang direndam substrat antimikroba
mempunyai jumlah total bakteri yang lebih rendah dibandingkan
ndingkan dengan sosis
kontrol. Pemberian substrat antimikroba dapat menghambat jumlah
juml total bakteri
sampai hari kelima. Sosis kontrol pada hari kelima menunjukkan bahwa jumlah total
bakteri sebanyak 9,01 ± 0,75,
0,75 sedangkan pada hari ke-10
10 jumlah total bakteri turun
menjadi 8,70 ± 0,24 .Hal ini disebabkan
di
bakteri sudah mengalami fase kematian pada
hari ke-10
10 sehingga jumlah bakterinya turun.
Pertumbuhan jumlah mikroorganisme terjadi dalam beberapa fase. Sel bakteri
bertambah ukurannya sampai fase lag Pada kondisi yang baik untuk pertumbuhan
(Forrest et al,1975),
,1975), tetapi tidak ada pertumbuhan populasi,
populasi kemudian
emudian setelah
mengalami fase lag, fase pertumbuhan bakteri selanjutnya adalah fase logaritma atau
eksponensial. Di fase ini, populasi bertambah secara teratur, menjadi dua kali lipat
pada interval waktu tertentu
tentu (waktu generasi) selama inkubasi, fase pertumbuhan ini
juga disebut pertumbuham seimbang. Fase selanjutnya adalah fase stasioner, pada
fase ini terjadi penumpukan produk beracun dan kehabisan nutrien. Beberapa sel
mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah, sehingga jumlah sel hidupnya
tetap. Fase terakhir dari pertumbuhan bakteri yaitu fase kematian. Sel
S menjadi mati
lebih cepat dari pada terbentuknya sel-sel
sel
baru pada
ada fase ini, laju kematian
mengalami percepatan menjadi eksponensial (Pelezar et al,1986).
Escherichia coli pada Sosis Perlakuan
E. coli adalah suatu bakteri gram negatif berbentuk batang, bersifat anaerobik
fakultatif, dan mempunyai flagela peritrikat (Fardiaz,1989). E.coli dapat ditemukan
difeses. Habitat utama bakteri ini ada pada sistem pencernaan (khususnya di usus)
manusia dan dapat ditemukan dalam tanah, air, dan tempat lainnya yang menjadi
habitat asli bakteri ini (Jay, 1978).
Tabel 7. Pengaruh Pemberian Antimikroba dan Lama Simpan terhadap
Jumlah bakteri E. coli ( log cfu/g)
Perlakuan
kontrol
lama simpan (hari)
Rataan
0
5
3±0
4,00 ± 0,86
4,41 ± 0,57
3,8±0,73a
3±0
3,71 ± 0,77
3,24± 0,41b
3,5 ± 0,70ab
4,06 ±0,49b
penambahan substrat
3±0
antimikroba
Rataan
3±0a
10
Keterangan : Huruf superskript yang beda pada baris atau kolom yang sama memiliki perbedaan yang
nyata (p<0,05)
Tabel 7 menunjukkan bahwa lama penyimpanan dan pemberian antimikroba
tidak terdapat interaksi. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap populasi bakteri
E. coli (p<0,05) sampai lama penyimpanan 5 hari. Populasi bakteri E.coli masih
dalam batas cemaran sampai hari kelima penyimpanan. Batas cemaran maksimum
menurut SNI 01-3818-1995 untuk bakteri E. coli sebesar 1 X 103 koloni/g. Lama
penyimpanan hari ke-10 telah mengalami kenaikan sebesar 1,06 log cfu/g jika
dibandingkan dengan jumlah E.coli hari ke-0. Pemberian antimikroba Lactobacillus
plantarum 1A5 dapat menyebabkan penurunan jumlah populasi E.coli sebesar 0,56
log cfu/g. Sosis dengan penambahan antimikroba ini hanya dapat bertahan hingga
lama simpan 5 hari karena jumlah populasi E.colinya masih dalam batas cemaran
menurut SNI 01-3818-1995.
Gambar 7. E.coli pada Sosis selama penyimpanan
Berdasarkan Gambar
ambar 7 jumlah E.coli pada sosis yang direndam antimikroba
lebih rendah dibanding dengan sosis kontrol.
kontrol Bakteri Gram
ram negatif seperti E. coli dan
Salmonella typhimurium pada umumnya lebih tahan terhadap aktivitas antimikroba
dibandingkan dengan bakteri Gram
ram positif. Hali ini disebabkan perbedaan struktur
dinding sel bakteri. Susunan komponen dinding sel bakteri Gram
ram positif umumnya
lebih sederhana dibandingkan dengan dinding sel bakteri Gram
ram negatif sehingga
lebih mudah ditembus senyawa antimikroba
antimikr
(Rahayu, 2000).
E.coli termasuk ke dalam koloni koliform fekal yang mempunyai diameter
0,5-1,5
1,5 mm dan berwarna gelap dengan sinar hijau metalik (keemasan) pada media
EMBA (eosine methylen
ethylen blue agar ). Media EMBA mempunyai keistimewaan
mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasi
laktosa seperti E. coli dengan mikroba yang tidak memfermentasikan laktosa seperti
S. aureus, P. aeruginosa dan Salmonella.. Mikroba yang memfermentasi laktosa
lak
menghasilkan koloni dengan
dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam, sedangkan
mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan
methylene blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Media ini sangat baik
untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah
ada E. coli (Suwandi, 1999).
Staphylococcus aureus pada Sosis Perlakuan
Bakteri S.aureus merupakan bakteri berbentuk bulat yang terdapat dalam
bentuk tunggal atau berkelompok seperti buah anggur. Bakteri ini memproduksi
pigmen berwarna kuning sampai orange dan untuk pertumbuhannya
pertu buhannya membutuhkan
nitrogen organik (asam amino), dan bersifat anaerob fakultatif. S. aureus bersifat
patogen dan memproduksi enterotoksin yang tahan panas, dimana ketahanan
panasnya melebihi sel vegetatifnya (Fardiaz, 1992). S. aureus merupakan bakteri
penyebab keracunan yang memproduksi enterotoksin. S. aureus merupakan patogen
indikator sanitasi tangan pekerja, sehingga penting untuk mengetahui keamanan
mikrobiologis dari suatu produk ( Rahmadi, 2005).
Tabel 8. Pengaruh Pemberian Antimikroba dan Lama Simpan terhadap
jumlah Bakteri S. aureus ( log cfu/g)
perlakuan
lama simpan (hari)
0
5
10
Kontrol
3±0a
6,37 ± 0,42c
6,73 ± 0,34c
penambahan substrat
antimikroba
3±0a
4,51 ± 0,66b
6,70 ± 0,13c
Keterangan : Huruf superskript yang beda pada baris atau kolom yang sama memiliki perbedaan yang
nyata (p<0,05)
Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara lama simpan dengan
pemberian antimikroba. Pada hari ke-0 jumlah bakteri S. aureus antara sosis kontrol
dan sosis yang diberi perlakuan pemberian antimikroba jumlahnya sama. Pemberian
antimikroba dapat menghambat populasi bakteri S.aureus sampai hari kesepuluh.
Pemberian antimikroba dapat menurunkan populasi S. aureus sebesar 1,86 log cfu/g,
tetapi karena populasi S. aureus pada awalnya sudah melebihi batas maksimum
pencemaran menurut SNI-3820-1995 yaitu sebesar 1 X 102 koloni/g maka sudah
tidak bisa dipertahankan lagi. Hal ini disebabkan pada penanganan awal tidak
memperhatikan sanitasi atau kebersihan peralatan, tempat yang digunakan ataupun
peneliti sendiri yang kurang steril, sehingga sosisnya sudah terkontaminasi terlebih
dahulu.
Bakteri S.aureus termasuk dalam kelompok bakteri gram positif (Fardiaz,
1992). Substrat antimikroba BAL yang diisolasi dari daging sapi dapat menghambat
bakteri gram positif. Penghambatan terhadap bakteri Gram positif disebabkan oleh
senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh isolat BAL. Struktur dinding sel bakteri
Gram positif memiliki satu lapisan tebal peptidoglikan, sedangkan bakteri Gram
negatif relatif lebih kompleks dengan tiga lapisan yaitu, lapisan luar berupa
lipoprotein, lapisan tengah yang berupa liposakarida, dan lapisan dalam berupa
peptidoglikan
yang
lebih
tipis.
Perbedaan
peptidoglikan
tersebut
yang
mempengaruhi penghambatan pertumbuhan bakteri (Widiasih, 2008).
Gambar 8. Populasi S.aureus pada Sosis selama penyimpanan
Berdasarkan Gambar
ambar 8 sosis yang direndam substrat antimikroba mengalami
penurunan jumlah populasi bakteri S.aureus dibandingkan dengan sosis kontrol.
kontrol
Media yang digunakan untuk pertumbuhan S.aureus adalah Vogel Johnson Agar
(VJA) Medium. VJA mengandung mannitol, tellurite dan lithium chloride yang
berperan untuk mengisolasi bakteri yang bersifat koagulase positiff, karena semua
yang bersifat
sifat koagulase positif
positi akan tumbuh pada media ini. S.aureus mempunyai
koloni hitam sebagai akibat pengendapan hasil reduksi tellurite. Media di sekitar
koloni akan
kan berubah menjadi kuning akibat fermentasi mannitol. Adanya lithium
chloride sangat bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri lain termasuk E.
coli (Suwandi, 1999).
Salmonella spp pada Sosis Perlakuan
Salmonella merupakan kelompok bakteri patogen yang sering ditemukan
pada produk pangan. Berdasarkan tingkat bahaya dan penyebarannya, Salmonella
berada pada kelompok bahaya sedang, dengan cepat dan juga kelompok sangat
berbahaya. Pemanasan merupakan cara yang paling banyak dilakukan untuk
membunuh
Salmonella.
Alternatif
lainnya
adalah
dengan
mengatur
pH,
menambahkan bahan-bahan
bahan kimia, penyimpanan pada suhu rendah dan radiasi.
Pemanasan yang direkomendasikan untuk membunuh Salmonella spp.
spp umumnya
dilakukan selama 12 menit pada suhu 66°C atau selama 78-83 menit pada suhu 60°C
(Fardiaz,1992).
Tabel 9. Hasil Uji Salmonella spp pada Produk Sosis
TSIA
No
Kode
LIA
LB SCB BSA
Hasil
1
K0
+
-
-
Atas bawah gas H2S
Kuning Kuning + -
2
P0
+
-
-
Kuning Kuning +
-
Ungu
Ungu
+
3
K5
+
+
+
Merah
Kuning +
-
Ungu
Ungu
-
-
Negatif
4
P5
+
+
+
Merah
Kuning +
-
Ungu
Ungu
-
-
N egatif
5
K10
+
+
+
Merah
Merah
+
-
Ungu
Kuning
-
-
Negatif
6
P10
+
+
+
Kuning Kuning +
-
Ungu
Kuning
-
-
Negatif
7
DS
+
+
+
Merah
-
Ungu
Ungu
+
-
Negatif
Keterangan :
K0
P0
K5
P5
K10
P10
Merah
: Kontrol 0 hari
: Perlakuan 0 hari
: Kontrol 5 hari
: Perlakuan 5 hari
: Kontrol 10 hari
: Perlakuan 10 hari
+
Atas
Ungu
Bawah
Ungu
Gas
+
H2S
-
Negatif
-
Negatif
LB : Lactose Broth
SCB : Selenite Cystine Broth
TSIA: Triple Sugar Iron Agar
LIA : Lysine Iron Agar
BSA : Bismut Sulfit Agar
DS : Daging segar
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa hasil pengujian bakteri Salmonella
spp pada sosis yang direndam antimikroba hasilnya adalah negatif. Hal ini sesuai
dengan syarat mutu pada SNI 01-3818-1995 bahwa untuk cemaran Salmonella spp
harus bernilai negatif. Bakteri Salmonella spp ini termasuk bakteri enteropatogenik
yaitu bakteri penyebab infeksi gastrointestinal, oleh karena itu pada produk pangan
harus negatif dari cemaran bakteri Salmonella spp ini.
Media LB pada semua sampel yang di uji menunjukkan kekeruhan (positif),
hal ini disebabkan Salmonella tidak memfermentasi laktosa sedangkan bakteri lain
umumnya memfermentasi laktosa menghasilkan gas dan asam. Selanjutnya, pada
media Selenite Cystine Broth (SCB) yang digunakan pada tahap perbanyakan atau
enrichment yaitu tahap untuk memperbanyak bakteri yang di uji, sedangkan bakteri
lainnya dihambat pertumbuhannya menunjukkan hasil negatif pada sosis kontrol dan
sosis yang diberi perlakuan pada hari ke-0 saja, sedangkan menunjukkan hasil yang
positif pada lama simpan lainnya.
Tahap selanjutnya adalah tahap selektif atau isolasi , media yang digunakan
adalah Bismuth Sulfite Agar (BSA), tahap ini yaitu menumbuhkan pada media
selektif sehingga koloni bakteri yang akan diuji mudah untuk diisolasi dari mikroba
lainnya. Setelah tahap isolasi, tahap selanjutnya adalah tahap identifikasi primer dan
lengkap. Media yang digunakan pada tahap ini adalah Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
dan Lysine Indole Agar (LIA). Tahap ini adalah tahap membedakan bakteri yang di
uji dari bakteri lainnya yang sifatnya sangat berbeda. Pada media TSIA dapat
diketahui terjadinya fermentasi glukosa, laktosa, dan sukrosa, produksi gas dari
glukosa, dan produksi hidrogen sulfida (H2S). Warna merah menunjukkan reaksi
basa, sedangkan warna kuning menunjukkan reaksi asam. Warna merah pada
permukaan dan kuning pada bagian bawah menunjukkan terjadinya fermentasi
glukosa tetapi tidak laktosa dan sukrosa. Warna kuning pada permukaan dan bawah
tabung yaitu menunjukkan terjadinya fermentasi glukosa, laktosa, dan sukrosa.
Hasil pengujian bakteri Salmonella spp pada media TSIA menghasilkan gas,
tetapi bukan H2S. Pembentukan H2S ditandai dengan terbentuknya warna hitam,
sedangkan pembentukan gas dari glukosa ditandai dengan terbentuknya ronggarongga dibagian bawah agar. Sedangkan pada media LIA, dapat dilihat bahwa
terbentuk warna ungu yang disebabkan karena produksi lisin dekarboksilase, dan jika
tidak memproduksi enzim tersebut medium berwarna kuning. Pembentukan H2S juga
tidak terjadi di media ini (Fardiaz, 1989).
Antimikroba yang bekerja dalam menghambat pertumbuhan Salmonella spp
adalah asam organik. Efek antimikroba dari asam organik merupakan akibat dari
penurunan nilai pH dan juga bentuk tidak terdisiosiasi dari molekul asam organik (
Widiasih,2008). Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel dengan kandungan lipid
tinggi yaitu 11-22 % ( Fardiaz,1992), sehingga asam yang tidak terdisiosiasi dapat
menembus dinding sel dan bersifat antimikroba untuk pertumbuhan Salmonella spp.
Hal ini membuktikan bahwa antimikroba yang dihasilkan efektif dalam menghambat
bakteri gram negatif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pemberian antimikroba dapat mempengaruhi karakteristik mikrobiologi selama
penyimpanan. Jumlah total bakteri dapat dihambat sampai lama simpan 5 hari, begitu
juga dengan bakteri E. coli dapat dihambat sampai lama penyimpanan 5 hari,
sedangkan untuk S.aureus pemberian antimikroba dapat menghambat pertumbuhan
bakteri ini. Uji Salmonella menunjukkan hasil yang negatif terhadap sosis yang
direndam substrat antimikroba.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai waktu perendaman sosis
dengan substrat antimikroba yang lebih lama dari 30 menit.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
kekasih Allah, Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat serta para
pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Irma Isnafia Arief, S.Pt., M.Si.
dan Bramada Winiar Putra S.Pt. yang telah membimbing, mengarahkan, meluangkan
waktu serta membantu penulis, mulai saat penyusunan proposal, tahap penulisan
skripsi dan ujian akhir sarjana. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Tuti Suryati S.Pt., M.Si sebagai pembimbing akademik dan dosen penguji ujian
sidang , serta Ir. Widya H, M.si sebagai dosen penguji sidang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Darmanto dan Ibunda
Musiyam yang senantiasa memberikan kasih sayangnya yang tulus, mengajarkan,
mendidik dan mendo’akan yang terbaik untuk keberhasilan penulis. Terima kasih
kepada kakak dan adikku tercinta, Agustina Ika D, Aji Dwi S, Aprisha Catur K,
Arief U, Eka, dan si kecil, Aisyah dan Bilqis, yang selalu memberikan do’a dan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi selama di IPB.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan
dalam penelitian ini yang telah banyak membantu penulis dan memberikan banyak
pelajaran, sahabat-sahabat tercinta atas ukhuwah yang telah diberikan, teman-teman
di Famm Al-An’aam, DPM Fapet 2007/2008 dan teman-teman IPTP 42, keluarga
besar Wismo Ayu Depan terutama Nurul Diasmarani atas segala dukungan,
semangat, waktu, kesabaran, perhatian dan nasehat yang selalu diberikan, temanteman IPTP dan INTP angkatan 42,43,dan 44 yang banyak memberikan pelajaran
hidup yang sangat berharga bagi penulis. Terakhir, penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
APHA (American Public Health Association). 1992. Standard Method for the
Examination of Dairy Products. 16th Edition. Porth City Press, Washington
D.C.
Badan Standardisasi Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia 01-3818-1995.
Bakso Daging. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar Nasional Indonesia 01-6366-2000. Batas
Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam Bahan
Makanan Asal Ternak Hewan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
[BAM]Bacteriological Analytical Manual.2007. Salmonella. http://www. cfsan.
fdagof/abam/bam.Html (20 Mei 2009)
Branen, A. L., P. M. Davidson, dan S. Salminen. 1990. Food Additives. Marcel
Dekker, inc., New York.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton.1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan : H Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Desrosier, Norman W.1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Terjemahan : Muchji
Muljohardjo. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Dewan Standardisasi Nasional.1995. SNI 01-3820-1995. Sosis Daging. Standar
Nasional Indonesia, Jakarta.
Ernest, J. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC, Jakarta.
Fardiaz, S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Mikrobiologi Pangan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi. Pusat
antar universitas Pangan dan Gizi, institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Forrest,J.C., E.D. Aberle, H.B Hendrick,. M.D. Judge and R.A. Merkel. 1975.
Principle of Meat Science. W.H. Freeman and Co,. New York
Fuller, R. 1992. Probiotics The Scientifics Basis. Chapman dan Hall. London
Gill, C.O. 1982. Microbial Interaction with Meats. In : Brown, M.H. (ed), Meat
Microbiology. Applied Science Publisher, London and New York, 225-261
Gorris, L.G.M. dan M.H.J. Bennik. 1994. Bacteriocins for Food Preservation.
Internationale Zeitschriff fur-lebenmittel-technik-Marketing-Verpackungund-Analytik
Hitokoro, H., S. Morozomi, T. Wauke,S. Sakai dan H. Murata. 1990. Inhibitory
effect of spices on growth and toxin production of toxigenic fungi. Journal
Applied Environment. Microbial.39 (4) : 818-888.
Holt, J. G., N. R. Krieg, P. H. A. Sneath, J. T. Staley dan S. T. Williams. 1994.
Bergey’s Manual of determinative Bacteriology. 9th ed. Williams and Wilkins,
Maryland.
Hugas, M. dan J.M. Monfort. 1997. Bacterial Starter Cultures For Meat
Fermentation. Food Chemist. (59) 4:547-554.
Jack, R. W., Tagg J. R. dan Ray, B. 1995. Bacteriocins of Gram-positive bacteria.
Microbiol. Rev., 59:171-200.
Jay, James M,.1978. Modern Food Microbiology. Litton Educational Publishing Inc,
New York.
Jenie, B. S. L. 1996. Peranan bakteri asam laktat sebagai pengawet hayati makanan.
J. Ilmu dan Teknologi Pangan. 1(2):60-73.
Kramlich, W.E. 1971. Sausage Product. In: Prce, J.F.dan B.S. Schweigert. The
Science of Meat Product. W.H. Freeman and Co, San Fransisco.
Lawrie, R.A.1994. Ilmu Daging. Edisi kelima. Terjemahan : A. Parakkasi.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Lindgren, S. E. dan W. J. Dobrogosz. 1990. Antagonistic Activities of Lactic Acid
and Bacteria. Dalam : Food and Food Fermentation. Microbiology Reviews
87 : 148-164.
Ogunbanwo, S.T, A.I Sanni, dan A.A Onilude.2003. Influence of cultural conditions
on the production of bacteriocin by Lactobacillus brevis OG1. African
Journal of Biotechnology Vol. 2 (7), pp. 179-184.
Pearson, A.M. and F. M. Tauber. 1984. Processed meat. The AVI Publishing Co,
Inc, Westport, CT.
Pelezar, M.J., R.d. Reiddan E.C.S. Chan.1979. Microbilogy. Mc Graw Hill Book
Co., New york.
Permanasari, R. 2008. Karakteristik substrat antimikroba bakteri asam laktat hasil
isolasi dari daging sapi dan aktivitas antagonistiknya terhadap bakteri
patogen. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Purnomo,H. 1990. Kajian bakso daging, bakso urat dan bakso aci di daerah
Bogor.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Rahayu, W. P. 2000. Aktivitas Antimikroba Bumbu Masakan Tradisional Hasil
Olahan Industri Terhadap Bakteri Pathogen dan Perusak. Buletin Teknologi
dan Industri Pangan Vol. 11 (2). Hlm 42.
Rahmadi, A. 2005. Aplikasi bakteri asam laktat untuk meningkatkan keamanan
mikrobiologis terhadap Staphylococcus aureus pada proses olah minimal
buah apel Malang (malus sylvestris mill). Fakultas Pertanian, universitas
Mulawarman.
Rini, E.S. 1995. Aktivitas antimikroba dari Lactobacillus trehadap bakteri patogen
dan perusak ikan Rucah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Savadogo, A., A. T. Quattara Cheik, H. N. Bassole Imael dan S. A. Traore. 2006.
Bacteriosins and lactic acid bacteria – a minireview. African Journal of
Biotechnology Vol. 5 (9), pp. 678-683.
Schved, F., Lalazar, A. Henis, Y. dan Juven, B.J. 1993. Pherification, partial
characterization and plasmid linkage of pediosin Sj-1, a bacteriocin produced
by Pediococcus acidilactili. J.Appl. Bacteriol.74:267-273
Setiawan C, Moeis X, Iskwara H. 1999. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta: PT Intisari
Mediatama.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Steel. R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu
Pendekatan Biometrik. Terjemahan : B. Sumantri. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Sunarlim, R. 1992. Karakteristik mutu bakso daging sapi dan pengaruh penambahan
natrium klorida dan natrium tipolofosfat terhadap perbaikan
mutu. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Papas Sinar Sinanti. Jakarta
Surono, I. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. PT Tri Cipta Karya,
Jakarta.
Suwandi, Usman. 1999. Peran Media untuk Identifikasi Mikroba Patogen.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10PeranMediauntukIdentifikasiMikrob
a124.pdf/10PeranMediauntukIdentifikasiMikroba124.html [26 September
2008]
Takasari, C. 2008. Kualitas mikrobiologi daging sapi segar dengan penambahan
Lactobacillus sp. SCG 1223 yang diisolasi dari susu sapi. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Varnam. A. H. dan J. P. Sutherland. 1995. Meat and Meat Products. Chapmann and
Hall, London
Vuyst, L. D dan E. J. Vandamme. 1994. Lactid Acid bacteria and bacteriocins : their
practical importence. Dalam : Bacteriocins of Lactid Acid Banteria.
Microbiology, Genetics and Application. Blakie Academic and Profesional,
London.
Widiasih, T. 2008. Aktivitas substrat antimikroba bakteri asam laktat yang diisolasi
dari daging sapi terhadap bakteri patogen dan konsentrasi minimum
penghambatannya. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Wilson N.R.P.1981. Meat and Maet Product: Factor Affecting Quality Control.
Applied Science Publisher, London
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Ragam terhadap Nilai pH pada Sosis sapi yang
disimpan pada Suhu Dingin
Sumber
Keragaman
db
SBS
1
Lama Simpan
2
JK
KT
F Hit
P
0,23396
0,11698
9,08
0,004
0,64601
0,64601
50,15
0,000
0,00487
0,00243
0,19
0,830
Error
12
0,15457
Total
17
1,03940
Keterangan : P<0,05 = Nyata
0,15457
0,01288
SBS*Lama Simpan 2
Lampiran 2. Analisis Ragam terhadap Jumlah Total Mikroba pada Sosis sapi
yang disimpan pada Suhu Dingin
Sumber
Keragaman
db
JK
SBS
1
2,8944
Lama Simpan
2
SBS*Lama Simpan 2
Error
12
KT
F Hit
P
2,8944
18,03
0,001
31,7301
15,8650
98,80
0,000
2,7898
1,3949
8,69
0,005
1,9269
1,9269
0,1606
Total
17
39,3411
Keterangan : P<0,05 = Nyata
Lampiran 3. Analisis Ragam terhadap Jumlah S.aureus pada Sosis sapi yang
disimpan pada Suhu Dingin
Sumber
Keragaman
db
SBS
1
Lama Simpan
2
JK
KT
F Hit
P
1,7718
1,7718
13,99
0,003
42,8804
21,4402
169,26
0,000
3,4158
1,7079
13,48
0,001
12
1,5200
1,5200
0,1267
17
49,5881
SBS*Lama Simpan 2
Error
Total
Keterangan : P<0,05 = Nyata
Lampiran 4. Analisis Ragam terhadap Jumlah E.coli pada Sosis sapi yang
disimpan pada Suhu Dingin
Sumber
Keragaman
db
SBS
1
Lama Simpan
2
JK
KT
F Hit
P
1,4602
1,4602
5,19
0,042
3,4120
1,7060
6,06
0,015
0,7970
0,3985
1,42
0,280
Error
12
3,3756
Total
17
9,0448
Keterangan : P<0,05 = Nyata
3,3756
0,2813
SBS*Lama Simpan 2
Lampiran 5. Proses Pembuatan Sosis
Daging segar
Sosis direbus
Sosis matang
Adonan sosis
Adonan dimasukkan ke dalam selongsong
Sosis yang direndam antimikroba
Lampiran 6. Total Mikroba sosis dengan lama penyimpanan 0,5, dan 10 hari
Kontrol 0 hari
+ antimikroba 5 hari
+ antimikroba 0 hari
Kontrol 5 hari
Kontrol 10 hari
+ antimikroba 10 hari
Lampiran 7. Jumlah E.coli sosis dengan lama penyimpanan 0,5, dan 10 hari
Kontrol 0 hari
+ antimikroba 5 hari
+ antimikroba 0 hari
Kontrol 5 hari
Kontrol 10 hari
+ antimikroba 10 hari
Lampiran 8. Jumlah S.aureus sosis dengan lama penyimpanan 0,5, dan 10
hari
Kontrol 0 hari
+antimikroba 0 hari
Kontrol 5 hari
+ antimikroba 5 hari
Kontrol 10 hari
+ antimikroba 10 hari
Download