Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 1 – Maret 2009 (ISSN : 1410-7031) 1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ENZIM PAPAIN DALAM SEDIAAN KRIM TERHADAP Staphylococcus aureus Ermina Pakki, Syaharuddin Kasim, Muzakkir Rewa, dan Sony Karangan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antibakteri enzim papain dalam sediaan krim terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari enzim papain dalam sediaan krim. Penelitian ini meliputi pembuatan krim enzim papain dengan konsentrasi beturut-turut 2,5%, 5%, dan 10%, kemudian dilakukan pengujian antibakteri menggunakan metode difusi pada medium Glukosa Nutrien Agar (GNA) menggunakan “paper disc” dengan waktu inkubasi 1 x 24 jam pada suhu 37 0 C. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa enzim papain dalam sediaan krim mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambatan untuk masing-masing konsentrasi 21,68 mm untuk konsentrasi 2,5%, 24,51 mm untuk konsentrasi 5%, dan 27,24 mm untuk konsentrasi 10%. Kata kunci : enzim papain, aktivitas antibakteri, krim, Staphylococcus aureus PENDAHULUAN Papain merupakan salah satu enzim paling kuat yang dihasilkan oleh seluruh bagian tanaman pepaya yang diperoleh melalui penyadapan getah buah pepaya minimal berumur 3 bulan. Senyawa terdapat dalam enzim papain antara lain lebih dari 50 asam amino, di antaranya asam aspartat, treonin, serin, asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin, histidin, lisin, arginin, triptofan, dan sistin (1). Papain bersifat antibakteri karena dapat mencerna protein bakteri. Selain itu papain juga mengandung 1,2% sulfur yang berfungsi mengobati penyakit kulit seperti jerawat, kutil, bekas luka. Penyakit kulit sering disebabkan oleh bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus, Streptococcus epidermidis, dan bakteri gram negatif yaitu Pseudomonas aeruginosa. Staphylococci hidup pada lingkungan pH antara 2,6 dan 10 dengan pH optimum 6,8 – 8,2. Bakteri ini terdapat pada kulit, rambut, mulut, usus. Bakteri ini dapat menginfeksi luka terbuka, mengiritasi kulit, menimbulkan nanah, dan bisul (1,6,7). Penelitian sebelumnya tentang aktivitas antibakteri enzim papain terhadap bakteri Staphylococcus aureus, memberikan hasil bahwa enzim papain dengan konsentrasi 2,5% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Bahan penambah dalam krim kemungkinan dapat mempengaruhi daya antibakteri dari enzim papain. Papain dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan krim pembersih kulit terutama muka. Krim merupakan salah satu bentuk sediaan emulsi yang terdiri dari dua tipe yaitu tipe minyak dalam air (M/A) jika minyak terdispersi dalam fase air dan tipe air dalam minyak (A/M) jika air terdispersi dalam fase minyak sebagai pembawa. Emulsi tipe A/M memberikan lapisan yang lebih baik dari pada emulsi tipe M/A karena emulsi tipe A/M mengandung lipid yang lebih besar sehingga kontak dengan kulit lebih lama (2,3,4,5). Permasalahan yang timbul yaitu apakah dalam bentuk sediaan krim enzim papain dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Maka untuk itu telah dilakukan 2 Universitas Hasanuddin, Makassar pengujian aktivitas antibakteri krim enzim papain dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari enzim papain dalam sediaan krim. METODE PENELITIAN Penyiapan Sampel Sampel yang digunakan adalah enzim papain produksi Merck. Pembuatan Krim Sediaan krim dibuat dalam tiga macam konsentrasi papain, yaitu 2,5%, 5%, dan 10%, dengan komposisi sebagaimana pada tabel 1. Tabel 1. Rancangan formula krim dengan variasi kandungan enzim papain Bahan Formula Krim (%) Enzim papain 2,5 5 10 Setil alkohol 4 4 4 Parafin cair 25 25 25 Asam stearat 20 20 20 Lanolin Anhidrat 3 3 3 Propilenglikol 10 10 10 Polisorbat 80 1,32 1,32 1,32 Sorbitan 80 Natrium EDTA α-Tokoferol Air suling 3,47 0,1 0,02 30,59 3,47 0,1 0,02 28,09 3,47 0,1 0,02 23,09 Fase minyak dibuat dengan melebur asam stearat, setil alkohol, parafin cair, adeps lanae, α-tokoferol, sorbitan 80, pada suhu 70o C. Fase air dibuat dengan memanaskan propilenglikol, polisorbat 80, air, dan natrium EDTA pada suhu 70o C. Krim dibuat dengan cara mencampurkan fase air sedikit-sedikit ke dalam fase minyak sambil diaduk dengan pengaduk elektrik sampai terbentuk emulsi. Enzim papain dengan konsentrasi 10% digerus dalam mortir lalu ditambahkan basis krim sedikit-sedikit sambil diaduk hingga homogen kemudian dipindahkan ke gelas piala lalu ditambahkan sisa basis dan diaduk kembali. Dibuat dengan cara yang sama untuk krim enzim papain konsentrasi 2,5% dan 5%. Pengujian Aktivitas Antibakteri Biakan bakteri Staphylococcus aureus disuspensikan dengan menambahkan larutan fisiologis NaCl hingga batas agar miring. Medium GNA dituang ke dalam cawan petri sebanyak 15 ml kemudian dibiarkan memadat. Suspensi bakteri diambil dengan spoit steril sebanyak 0,1 ml lalu disebarkan di permukaan medium GNA yang telah memadat kemudian diratakan. Kertas cakram direndam dalam krim enzim papain pada masing-masing konsentrasi selama 15 menit, kemudian dikeringkan pada suhu 40o C. Kertas cakram diletakkan di atas medium GNA. Diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Diamati dan diukur zona hambatannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian uji aktivitas antibakteri enzim papain dalam sediaan krim terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus setelah masa inkubasi 24 jam sebagai berikut : 1. Dari hasil pengamatan terlihat adanya zona hambatan pada medium Glukosa Nutrien Agar (GNA). 2. Krim enzim papain dengan konsentrasi 2,5% memberikan diameter zona hambatan rata-rata 21,68 mm. 3. Krim enzim papain dengan konsentrasi 5% memberikan diameter zona hambatan rata-rata 24,51 mm. 4. Krim enzim papain dengan konsentrasi 10% memberikan diameter zona hambatan rata-rata 27,24 mm. Dalam penelitian ini krim enzim papain dibuat dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10%. Pemilihan konsentrasi didasarkan pada hasil pengujian enzim papain terhadap Staphylococcus aureus yang telah dilakukan sebelumnya. Krim dibuat dengan tipe air dalam minyak (A/M) karena krim mengandung air kurang dari 40%. Krim tipe ini mengandung lipid yang lebih besar dari krim tipe minyak dalam air (M/A) sehingga kontak Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 1 – Maret 2009 (ISSN : 1410-7031) dengan kulit lebih lama. Penambahan natrium EDTA dimaksudkan untuk menjaga kestabilan enzim dan meningkatkan aktivitas dari enzim papain (9,10). Staphylococcus aureus dipilih sebagai bakteri uji karena bakteri ini banyak terdapat di permukaan kulit, saluran, jaringan kulit bagian dalam dari bisul bernanah. Infeksi kulit dan luka salah satunya sering disebabkan oleh bakteri ini (gram positif) (6). Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar yaitu metode pengujian di mana sampel akan berdifusi dari pencadang ke medium agar. Dalam penelitian ini digunakan kertas cakram untuk memudahkan krim berdifusi ke dalam medium agar dikarenakan konsistensi krim yang berbentuk semi padat. Dari hasil pengamatan setelah inkubasi selama 24 jam, terlihat bahwa krim enzim papain memberikan daya hambat. Papain dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena papain dapat mencerna protein mikroorganisme yaitu dengan mengkatalisis ikatan peptida pada protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino (1,8). Enzim papain termasuk dalam golongan enzim protease sulfuhidril yang artinya mempunyai residu sulfuhidril pada lokasi aktifnya yang bekerja pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri (11). Dari hasil pengukuran diameter zona hambatan dari krim enzim papain diperoleh hasil dari masing-masing konsentrasi yaitu 2,5% sebesar 21,68 mm, 5% sebesar 24,51 mm, dan 10% sebesar 27,24 mm. Pengamatan pada kontrol memberikan hasil negatif karena kontrol hanya terdiri dari basis krim yang tidak mengandung enzim. Berdasarkan hasil ini ternyata enzim papain dalam sediaan krim memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri uji. Pada hasil analisis statistik dengan rancangan acak lengkap dan uji lanjutan memperlihatkan hasil yang sangat signifikan yang berarti perbe- 3 daan konsentrasi sangat mempengaruhi hasil. Besar kecilnya daya hambat dapat dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa antimikroba, jumlah mikroba, suhu, waktu, jenis mikroba, pH, dan zat atau bahan organik terlarut (12). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Enzim papain dalam sediaan krim mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambatan untuk masing-masing konsentrasi 2,5% sebesar 21,68 mm, 5% sebesar 24,51 mm, 10% sebesar 27,24 mm. 2. Hasil statistik menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi mempengaruhi besarnya daya hambat enzim papain dalam sediaan krim. SARAN Disarankan untuk dilakukan pengujian pengaruh kondisi dan lama penyimpanan terhadap kestabilan fisik krim dan kestabilan enzim papain dalam sediaan krim. Disarankan untuk dilakukan pengujian aktivitas antibakteri enzim papain yang diekstraksi dari getah pepaya. DAFTAR PUSTAKA 1. Fitriani, V. 2006. Getah Sejuta Manfaat. http: //www.trubus-online. com/mod.php?mod, diakses 7 September 2006. 2. Teknologi Pangan dan Gizi-IPB. 2006. Enzim Papain Dari Papaya. http://warintek.ristek.go.id/pangankesehatan, diakses 11 September 2006. 3. Lieberman, A., Herbert, Rieger M., Martin. 1998. Pharmaceutical Dosage Forms. Vol. 1. Marcel Dekker, INC. New York, 200 4. Mollet, H., & Grubenmann, A. 2001. Formulation Technology. Weley-VCH. New York, 331 Universitas Hasanuddin, Makassar 5. Jenkins, L., Glenn. 1957. The Art of Compounding. McGraw – Hill Book Company, inc. New York, 316 6. Staf Pengajar FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Binapura Aksara. Jakarta, 32 7. Jellinek, J., Stephan. 1970. Formulation and Function of Cosmetic’s. a Division of John Wiley and Sons. New York, 77, 78 8. Purnomo, Y. 2006. Virgin Coconut Oil Versus papain si Getah Pepaya. http: //www.kimianet.lipi. go.id, diakses 7 September 2006. 9. Sigma-Aldrich. 2007. Papain Enzime Explorer. http://www.sigma aldrich.com/area_of_interest/Bioch 4 emicals/Enzyme_Explorer/analytic al_Enzimes/papain, diakses 22 Februari 2007. 10. Lachman, L. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Terjemahan oleh Siti Suyatmi. 1994. Universitas Indonesia Press, 1039 11. Siswandono, & Soekardjo, Bambang. 2000. Kimia Medisinal. Airlangga University Press. Surabaya, 169 12. Pelczar, M.J. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Ed.2. Terjemahan Ratna Sri Hadioetomo. Universitas Indonesia Press. Jakarta Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 13, No. 1 – Maret 2009 (ISSN : 1410-7031) 5