SYAFRIANI HUBUNGAN PEMBERIAN ANESTESI PADA SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2013 Syafriani Dosen S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau ABSTRACT In Indonesia, in general, the number of deliveries sectio caesarea in government hospitals is about 20-25 per cent of total deliveries. While in private hospitals the number is as high as 30-80 per cent of total deliveries. Sectio Cesarean delivery of a fetus is a way to make an incision in the wall of the uterus through the front wall of the abdomen. The purpose of this study was to determine the relationship of sectio caesarea anesthesia on the incidence of neonatal asphyxia at Arifin Achmad Pekanbaru 2013. The study design used in this study is an analytic with cross sectional design. The sampling technique in this penellitian is simple random sampling. Data analysis was univariate and bivariate. The results showed that the type of anesthesia maternity sectio caesarea with spinal anesthesia as many as 173 people (59.5%) while the level of asphyxia in babies born to mothers with sectio caesarea majority are at the level of mild asphyxia as many as 169 infants (58.1 %). Based on the manual test count x2> x2 table is 235.9> 5.991, so Ho rejected at the 0.05 significance level, this indicates an association between anesthesia in sectio caesarea with asphyxia neontaorum at Arifin Achmad Pekanbaru 2013. The results of this study is expected to improve the performance and knowledge we as health workers in hospitals Arifin Achmad, especially midwives and also as separate documentation at Arifin Achmad Hospital on the Relationship Giving anesthesia in Sectio Caesarea with Genesis asphyxia Neonatorum at Arifin Achmad Hospital in 2013. Bibliography Keywords : 27 Reference (2002-2013) : Anesthesia at Sectio Caesarea, asphyxia Neonatorum Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 53 HUBUNGAN PEMBERIAN ANESTESI PADA SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2013 PENDAHULUAN Tujuan pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup secara optimal. Pembangunan dibidang kesehatan merupakan integrasi dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mencapai derajat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat secara optimal, mandiri, baik jasmani, rohani, sosial maupun ekonomi. Realisasi pembangunan kesehatan Indonesia dilaksanakan dalam bentuk upayaupaya kesehatan yang ditetapkan berdasarkan standar pengukuran atau indikator kesehatan. Adapun indikator utama untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat salah satunya adalah Angka Kematian Ibu atau sering disingkat dengan AKI (Atika, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara – negara berkembang. Rasio kematian ibu di Negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 per 1000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran (Wordpress, 2012). Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) menurut WHO dan Save the Children menyatakan setiap tahun, 3,3 juta bayi baru lahir meninggal dalam empat minggu pertama usia mereka (Sinha, 2011). Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi AKB adalah dengan melakukan antenatal care terhadap ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional, serta melakukan postnatal care pada ibu pasca melahirkan (Helfizon, 2012). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Dalam survei yang sama, lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Oleh sebab itu tenaga kesehatan harus fokus pada pendekatan dan upaya preventif meningkatkan kesehatan masyarakat. Terhadap ibu hamil, tindak pencegahan dan pemantauan harus dilakukan sedini mungkin (Tempo, 2013). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu. Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat dan terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan seperti: terlambatnya dilakukan tindakan seperti sectio caesarea (Admin, 2012). Angka kematian pada sectio caesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam. Bahkan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam (Admin, 2012). Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 54 SYAFRIANI melalui dinding depan perut. Dewasa ini, sectio caesarea jauh lebih aman berkat kemajuan dalam antibiotik, tranfusi darah, anestesi dan teknik operasi yang lebih sempurna. Karena itu, saat ini timbul kecenderungan untuk melakukan operasi tersebut tanpa dasar indikasi yang cukup kuat (Sofian, 2011). Di Indonesia sendiri, secara umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah sakit Pemerintah adalah sekitar 20-25 persen dari total persalinan. Sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 persen dari total persalinan. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara keduanya. Di karenakan rumah sakit swasta punya fasilitas yang lebih canggih dibandingkan rumah sakit pemerintah (Admin, 2009). Di Provinsi Riau tahun 2009 angka kematian ibu tercatat 195,36 dari 100 ribu kelahiran, tahun 2010 tercatat 115,2 dari 100 ribu kelahiran (Helfizon, 2012). Angka kematian bayi di Provinsi Riau selama periode 2011-2012 tercatat masih tinggi, mencapai 24 bayi per seribu kelahiran. Pada tahun 2008-2010 angka kematian bayi dapat diturunkan 7,9 per 1000 kelahiran, tapi justru terjadi penambahan tahun 2011 menjadi 11,4 persen dan tahun 2012 terus meningkat menjadi 24 per 1000 kelahiran (Jabarullah, 2013). Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir diperlukan upaya dan inovasi baru, Seperti penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluargamasyarakat dengan menggunakan buku kesehatan ibu dan anak, dan upaya yang paling mutakhir adalah program Jampersal yang digulirkan sejak tahun 2011 yang lalu. Target Millenium Development Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup (Admin, 2012). Data jumlah seluruh persalinan menurut jenisnya di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1 Jumlah Persalinan Menurut Jenisnya di Ruang Camar I RSUD ArifinAchmad Pekanbaru Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Sc % Sc Januari 13 Februari 18 7,4 Maret 28 47,4 April 30 12,5 Mei 74 13,6 Juni 56 29,9 Juli 85 21,1 Agustus 96 31,9 September 74 34,8 Oktober 80 29,0 November 81 29,2 Desember 75 30,5 Jumlah 710 Sumber: RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru 2012 Berdasarkan tabel jumlah seluruh persalinan menurut jenisnya di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2012 diketahui bahwa dari 2853 persalinan, 710 kasus (28,9%) merupakan persalinan dengan tindakan sectio caesarea (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2012). Sedangkan data jumlah seluruh persalinan menurut jenisnya di RSUD Arifin Achmad pekanbaru Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.2 Jumlah Persalinan Menurut Jenisnya di Ruang Camar I RSUD ArifinAchmad Pekanbaru Tahun 2013 Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 55 HUBUNGAN PEMBERIAN ANESTESI PADA SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Sc Sc % 63 73 68 120 112 128 119 94 89 74 82 50 1072 24,6 29,8 21,2 41,5 40 44,7 41,7 35,7 33,2 27,2 30,9 20,3 Sumber : RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2013 `Berdasarkan tabel data jumlah seluruh persalinan menurut jenisnya di RSUD Arifin Achmad pekanbaru Tahun 2013 di atas diketahui bahwa dari 3236 persalinan, 1072 kasus (33,1%) merupakan persalinan dengan tindakan sectio caesarea (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2013). Sebagai data pembanding kasus sectio caesarea di RSUD Bangkinang pada tahun 2013 jumlah seluruh persalinan tercatat sebanyak 734 persalinan, dan angka kejadian sectio caesarea sebanyak 240 kasus (32,6%). Dari data tersebut dapat diketahui, bahwa kasus sectio caesarea dari tahun ketahun meningkat. Anestesi untuk sectio caesarea dan teknik anestesi lokal dan umum untuk pembedahan persalinan telah ditunjang oleh pengalaman dari semua yang terlibat dalam perawatan obstetri. Perkembangan ini lebih dipercepat oleh penerbitan laporan nasional di Inggris setiap 3 tahun sekali tentang penyebab kematian ibu (Llewellyn, 2008). Meskipun demikian anestesi pada sectio caesarea juga memiliki efek samping diantaranya adalah gangguan pernafasan, berhentinya kerja jantung, regurgitasi, muntah – muntah, pendarahan, reaksi toksik sistemik dan efek samping lainnya dapat berupa nyeri kepala, infeksi, dan keluhan – keluhan neurologi pasca anestesi. Sedangkan pada janinnya bisa terjadi kompilkasi diantaranya terganggunya oksigenisasi pada janin (seperti asfiksia neonatorum), dan pengaruh obat yang melewati urin (Sofian, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Nia dan Uripno (2009) di RSUP dr. Karyadi Semarang, dengan judul Perbandingan skor apgar bayi yang lahir melalui bedah sesar dengan pemberian anelgesi spinal dan anelgesi epidural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada skor apgar bayi yang lahir melalui sectio caesarea dengan pemberian anelgesi spinal dan analgesi epidural pada menit kelima, sedangkan pada menit kesepuluh terdapat perbedaan yang bermakna. Asfiksia neonatorum merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru–parunya (Hidayat, 2008). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) penyebab kematian neonatal 0 – 6 hari adalah gangguan pernafasan (asfiksia) (37%), diikuti oleh prematuritas (34%), sepsis (12%), kemudian hipotermi (7%), kelainan darah/ikterus (6%), postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%). Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 56 SYAFRIANI Data 10 Penyakit terbesar di Ruangan Perinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.3 Data 10 Penyakit Terbesar Ruang Perinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Penyakit BBLR Ikterik RDS Sepsis SGN TTN Asfiksia BBLSR Aspirasi Hypotermi Jumlah Total % 207 93 80 71 62 61 56 38 34 28 730 28,3 12,8 10,9 9,7 8,4 8,3 7,6 5,2 4,6 3,8 100 Tabel 1.4 Data 10 Penyakit Terbesar Ruang Perinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013 No Nama Total % Penyakit 1 BBLR 145 19,1 2 Ikterik 139 18,2 3 TTN 115 15,1 4 RDS 104 13,6 5 Asfiksia 71 8,4 6 Hypotermia 59 7,8 7 SGN 53 6,9 8 BBLSR 25 3,3 9 Sepsis 25 3,3 10 Intraventricula 23 3,0 r haemorrage Jumlah 759 100 Sumber : RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2013 Berdasarkan tabel data 10 Penyakit terbesar di Ruangan Perinatologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2012 dan 2013 diketahui bahwa angka kejadian asfiksia di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dari tahun ke tahun meningkat yaitu 15 bayi (0,8%) dari 56 kasus pada tahun 2012 menjadi 71 kasus tahun 2013. Sebagai data pembanding di RSUD Bangkinang tahun 2013 asfiksia juga termasuk dalam 10 penyakit terbesar di ruangan Perinatologi sebanyak 210 bayi (61,7%) dari 430 kasus. Sectio caesarea merupakan pilihan terakhir untuk menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan atau persalinan kritis. Indikasi dilakukan sectio caesarea salah satunya adalah preeklamsi. Persalinan sectio caesarea paling banyak pada kelompok ibu primigravida karena primigravida beresiko terjadi preeklamsi. Pada pasien preeklamsi sering dilakukan sectio caesarea yang diputuskaan secara mendadak, tanpa perawataan preoperatif yang memadai dan tanpa direncanakan sebelumnya. Hal ini menyebabkan angka kematian ibu dan bayi pada sectio caesarea terjadi. Angka kematian ibu karena sectio caesarea yang terjadi sebesar 15,6% dari 1000 ibu, kejadian asfiksia pada sectio caesarea 8,7% dari 1000 kelahiran hidup (Setyobudi, 2008). Sering kali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Rohani, 2011). RSUD Arifin Achmad Pekanbaru merupakan rumah sakit rujukan di Propinsi Riau, yang tentunya banyak menerima kasus rujukan komplikasi kehamilan dan persalinan yang tidak dapat ditangani di Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau. Kejadian asfiksia merupakan salah satu penyebab kematian bayi di RSUD Arifin Achmad dari 71 kasus asfiksia Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 57 HUBUNGAN PEMBERIAN ANESTESI PADA SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2013 tahun 2013, sebanyak 29 bayi meninggal akibat asfiksia. Sehubungan dengan tingginya angka kejadian sectio caesarea dan angka kejadian asfiksia neonatorum serta tingginya angka kematian bayi yang disebabkan oleh asfiksia dan komplikasi yang ditimbulkan pasca sectio caesarea, maka berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pemberian Anestesi Pada Sectio Caesarea Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013”. Rumusan Masalah. Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara Pemberian Anestesi pada Sectio Caesarea dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013 ?”. Tujuan Penelitian. Untuk mengetahui hubungan antara Pemberian Anestesi pada Sectio Caesarea dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013. METODE PENELITIAN Pekanbaru pada tanggal 30 Mei - 10 Juni 2014. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rekam medik ibu bersalin dengan sectio caesarea di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013 yaitu sebanyak 1072 persalinan. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 291 rekam medik ibu bersalin dengan sectio caesarea di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013 Alat Pengumpulan Data Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar checklist (√). Peneliti mengumpulkan data melalui data sekunder yaitu melihat catatan rekam medik ibu bersalin dengan sectio caesarea di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013 yang mencakup variabel yang diteliti (variabel independen yaitu pemberian anestesi pada sectio caesarea dan variabel dependen yaitu asfiksia neonatorum. Analisa Data Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan antara pemberian anestesi pada sectio caesarea dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik RSUD Arifin Achmad Analisa Univariat Analisa univariat yaitu analisa yang digunakan terhadap satu variabel dan dari hasil penelitian umumnya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisa Bivariat Analisa bivariat yaitu analisa yang digunakan terhadap dua variabel yang Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 58 SYAFRIANI diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisa bivariat digunakan untuk menguji hipotesa, yaitu ada tidaknya hubungan pemberian anastesi pada sectio caesarea dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013. Dalam penelitian ini, analisis bivariat menggunakan tabel silang dan di uji menggunakan uji Chi-Square (x²) dengan tingkat kemaknaan (p-value) p<0,05 HASIL PENELITIAN Analisa Univariat Berdasarkan Jenis Anestesi Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Anestesi dengan Sectio Caesarea di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013 No Anestesi Frekuensi (%) 1. Umum 118 40,5 2. Spinal 173 59,5 Total 291 100 Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 291 ibu bersalin dengan sectio caesarea di RSUD Arifin Achamad tahun 2013 mayoritas anestesi spinal yaitu sebanyak 173 orang (59,5%) Untuk melihat ada tidaknya hubungan pemberian anestesi pada sectio caesarea dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013 dilakukan uji manual yang mana x2 hitung > x2 tabel yaitu 235,9 > 5,991, 38 sehingga Ho ditolak pada derajat kemaknaan 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian anestesi pada sectio caesarea dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013. Berdasarkan Tingkatan Asfiksia Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Bayi yang Dilahirkan Ibu Bersalin dengan Sectio Caesarea Berdasarkan Tingkatan Asfiksia No Asfiksia Frekuensi (%) 1. Ringan 169 58,1 2. Sedang 88 30,2 3. Berat 34 11,7 Total 291 100 Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan tingkatan asfiksia bayi yang dilahirkan ibu bersalin dengan sectio caesarea di RSUD Arifin Achmad tahun 2013 mayoritas berada pada tingkatan asfiksia ringan yaitu sebanyak 169 bayi (58,1%). Analisa Bivariat Berdasarkan analisa bivariat dapat dilihat bahwa ibu bersalin dengan sectio caesarea dengan anestesi spinal sebanyak 173 (59,5%) orang dan bayi-bayi yang dilahirkan dengan tingkatan asfiksia yaitu asfiksia ringan 164 (56,4%) bayi, asfiksia sedang 7 (2,4%) bayi dan asfiksia berat 2 (0,7%) bayi, sedangkan dari 118 orang (40,5 %) ibu bersalin dengan sectio caesarea dengan anestesi umum dan bayi – bayi Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 59 HUBUNGAN PEMBERIAN ANESTESI PADA SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2013 yang dilahirkan dengan tingkatan asfiksia yaitu asfiksia ringan 5 (1,7%) bayi, asfiksia sedang 81 (27,8%) bayi dan asfiksia berat 32 (11%) bayi. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diperoleh gambaran prevelansi pemberian anestesi pada ibu bersalin dengan sectio caesarea di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013 mayoritas jenis anestesi spinal yaitu 173 orang (59,5%). Anestesi pada sectio caesarea adalah hilangnya rasa atau sensasi, istilah ini digunakan oleh para ahli saraf dengan maksud untuk menyatakan bahwa terjadi kehilangan rasa secara patologis pada bagian tertentu dari tubuh (Boulton, 2013). Anestesi terbagi 2 yaitu anestesi umum dan anestesi spinal. Anestesi umum adalah anestesi di mana pasien tidak sadar (tidur), hilang rasa sakit seluruh tubuh. Metode anestesi umum ini seminimal mungkin mendepresikan janin (Melinda, 2012). Keuntungan anestesi umum adalah efek kerjanya cepat, mudah dikendalikan, kegagalan anestesi tidak ada. Kerugian yang ditimbulkan akibat pemakaian anestesi ini yaitu kemungkinan adanya aspirasi, masalah pengelolaan jalan nafas, obat yang diperlukan lebih banyak yang kemudian obat ini diabsorbsi lewat vena yang pada akhirnya dapat menyebabkan depresi otak pada bayi. Anestesi umum juga menimbulkan hipotensi pada ibu akan tetapi tidak terjadi secara mendadak seperti anestesi spinal (Melinda, 2012). Sedangkan Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarakhnoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid. Larutan anestesi lokal yang disuntikan pada ruang subarachnoid akan memblok konduksi impuls syaraf. Dosis yang dibutuhkan relatif kecil sehingga efek pada janin juga rendah. Kelebihan pemakaian anestesi spinal, diantaranya biaya minimal, kepuasan pasien, tidak ada efek pada pernafasan, jalan nafas pasien terjaga. Sedangkan kekurangan pemakaian anestesi spinal akan menimbulkan hipotensi yang mendadak pada ibu sehingga menimbulkan aliran darah ibu ke plasenta berkurang, dan hal tersebut menyebabkan depresi neonatus (Karikaturijo, 2010). Sedangkan kelebihan lainnya yaitu waktu yang cepat, dosis yang dibutuhkan relatif sedikit dan menghasilkan keadaan anestesi yang memuaskan. Anestesi spinal merupakan pilihan anestesi pada daerah dibawah umbilikus, misalnya repair hernia, ginekologi, operasi urogenital dan operasi di daerah perineum dan genitalia. Dan anestesi spinal juga merupakan pilihan saat terjadi kegawat-daruratan obstetri karena mula kerjanya yang cepat (Karikaturijo, 2010). Gambaran Prevelansi Tingkat Asfiksia pada Bayi yang Dilahirkan oleh Ibu Bersalin dengan Sectio Caesarea di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013 Dari hasil penelitian didapatkan 291 ibu bersalin dengan sectio caesarea di RSUD Pekanbaru tahun Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 60 SYAFRIANI 2013 melahirkan bayi seluruhnya dengan asfiksia yaitu asfiksia ringan 169 (58,1%), asfiksia sedang 88 (30,2%) dan asfiksia berat 34 (11,7%). pada menit kelima pada anestesi spinal lebih rendah dibandingkan dengan anestesi umum yaitu 2,9% dibanding 8,6% (Setyobudi, 2008). Pada penelitian ini terbukti bahwa bayi yang dilahirkan melalui sectio caesarea dengan pemberian anestesi spinal lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian anestesi umum. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena perbedaan dosis kedua anestesi tersebut. Dapat juga disebabkan oleh obat yang digunakan pada anestesi umum diabsorbsi lewat vena yang pada akhirnya menyebabkan depresi otak pada bayi (Melinda, 2012). Hal tersebut dikarenakan pada anestesi spinal dosis yang dibutuhkan relatif kecil sehingga efek pada janin juga rendah. Sedangkan pada anestesi umum dosis yang diperlukan lebih banyak yang kemudian obat tersebut diabsorbsi lewat vena yang pada akhirnya menyebabkan depresi otak pada bayi (Melinda, 2012). Hubungan Pemberian Anestesi Pada Sectio Caesarea dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian anestesi spinal pada sectio caesarea sebanyak 173 orang (59,5%), dan bayi yang dilahirkan mayoritas dengan asfiksia ringan sebanyak 169 (58,1%). Sedangkan berdasarkan uji manual x2 hitung > x2 tabel yaitu 235,9 > 5,991, sehingga Ho ditolak pada derajat kemaknaan 0,05, ini berarti hipotesis nol ditolak dan ada hubungan yang bermakna antara pemberian anestesi pada sectio caesarea dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013. Salah satu pengaruh anestesi terhadap janin adalah terjadinya asfiksia neonatorum dimana angka kejadian asfiksia neonatorum pada menit pertama pada anestesi spinal lebih rendah dibandingkan anestesi umum yaitu 15,7% dibanding 52,9%. Sedangkan angka kejadian asfiksia Hasil penelitian di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hari Hendrianto pada tahun 2002 yang berjudul “ Perbandingan Skor Apgar Bayi yang Lahir Melalui Sectio Cesarea dengan Pemberian Anestesi Umum dan Anestesi Spinal “, dengan hasil penelitian tersebut adalah skor apgar bayi yang lahir menggunakan teknik anestesi spinal lebih baik dari pada yang menggunakan teknik asnestesi umum. Menurut asumsi peneliti berdasarkan teori dan hasil yang didapatkan terdapat hubungan antara pemberian anestesi pada sectio caesarea dengan kejadian asfiksia neonatorum. Anestesi pada sectio caesarea ini sama-sama mempengaruhi aliran darah baik secara langsung maupun tidak langsung. Anestesi spinal disini merupakan anestesi yang dominan digunakan pada ibu yang bersalin dengan sectio caesarea, dan tingkatan asfiksianya yaitu asfiksia ringan, hal ini dapat terjadi karena anestesi spinal akan menimbulkan penurunan tekanan darah secara mendadak pada ibu sehingga menimbulkan aliran darah ibu ke plasenta berkurang yang pada akhirnya dapat menyebabkan depresi Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 61 HUBUNGAN PEMBERIAN ANESTESI PADA SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2013 pada neonatus, sedangkan anestesi umum juga menimbulkan penurunan tekanan darah akan tetapi tidak terjadi secara mendadak. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa pemakaian anestesi spinal ini akan menyebabkan bayi asfiksia yang tergolong asfiksia ringan sedangkan anestesi umum juga menyebabkan bayi asfiksia akan tetapi tergolong pada asfiksia sedang. Hal ini terjadi karena perbedaan dosis kedua anestesi ini yang juga mengakibatkan perbedaan efek pada bayi nya pun juga bebeda. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian dengan judul “Hubungan Pemberian Anestesi Pada Sectio Caesarea dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013”, yaitu : 1. Prevalensi pemberian anestesi pada sectio caesarea di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013 mayoritas anestesi spinal sebanyak 173 orang (59,5%). 2. Prevalensi kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2013 mayoritas asfiksia ringan sebanyak 169 (58,1%). 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian anestesi pada sectio caesarea dengan kejadian asfiksia neonatorum. Saran 1. Bagi Peneliti Diharapkan peneliti dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam hal menganalisa ataupun mengolah data, serta dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti tentang metodologi penelitian. 2. Bagi Rumah Sakit Diharapkan kepada seluruh petugas rumah sakit khususnya bidan untuk lebih mengantisipasi segera pada bayi baru lahir dengan sectio caesarea dan juga untuk meningkatkan kemandirian dalam mendeteksi dini kejadian asfiksia neonatorum, sehingga nantinya dapat menurunkan angka kematian bayi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan Karya Tulis Ilmiah yang peneliti buat dapat menambah sumber keilmuan di STIKes Tuanku Tambusai Riau, dan juga sebagai dokumentasi bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian tentang hubungan pemberian anestesi pada sectio caesarea dengan kejadian asfiksia neonatorum. DAFTAR PUSTAKA Admin, 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. Diperoleh tanggal 20 Februari 2014 dari http://www/kesehatananak.dep kes.go.id Admin, 2009. Plus Minus Melahirkan Secara Sesar. Diperoleh tanggal 2 Maret 2014 dari http://www.hariansumutpos.co m Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 62 SYAFRIANI Arif, 2009. Penyebab Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Diperoleh tanggal 21 Maret 2014 dari http://[email protected] Jabarullah, 2013. Angka Kematian di Riau Masih Tinggi. Diperoleh tanggal 13 Maret 2014 dari http://www.antaranews.com Depkes RI, 2005. Profil Kesehatan Indonesia. Diperoleh tanggal 5 Maret 2014 dari http://www/tenagakesehatan.co.id Karikaturijo, 2010. Kasus Anestesi Pada Sectio. Diperoleh tanggal 10 Juni 2014 dari http://karikaturijo.blogspot.co m/2010/06/presentasi-kasusseksio-cesaria.html Dewi dan Eliza, 2003. Pengaruh Anestesi Spinal dan Anestesi Umum Terhadap Kejadian Asfiksia Bayi yang Dilahirkan Secara Sectio Caesarea di RS Sardjito Jogjakarta. Diperoleh tanggal 25 Februari 2014 dari Tesis Gwinnut, 2011. Anestesi Klinis Catatan Kuliah. Jakarta : EGC Helfizon, 2012. Berita Angka Kematian Ibu Dan Anak Masih Tinggi. Diperoleh tanggal 2 Maret 2014 dari http://www.riaupos.co/23074berita-angka-kematian-ibudan-anak-masih-tinggi-html Hidayat, 2011. Pengantar Ilmukesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika Liwellyn, 2008. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates Melinda, 2012. Pilihan Anestesi Untuk Sectio. Diperoleh tanggal 10 Juni 2014 dari http://www.melindahospital.co m Nanny, 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika Nia dan Uripno, 2010. Perbandingan Skor Apgar Bayi Yang Lahir Melalui Bedah Sesar Dengan Pemberian Analgesi Spinal Dan Anelgesi Epidural. Diperoleh tanggal 27 Februari 2014 dari Karya Tulis Ilmiah Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Pengantar Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 63 HUBUNGAN PEMBERIAN ANESTESI PADA SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2013 Rustam, 2008. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jakarta : EGC Rohani, 2011. Asuhan Kebidan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba perawatan Medika Satoto, 2002. Perbandingan Skor Apgar Bayi yang lahir Melalui Sectio Caesarea Dengan Pemberian Anestesi Umum dan Anestesi Spinal (Artikel Ilmiah). Semarang Setyobudi, 2008. Asfiksia Neonatorum. Diperoleh tanggal 21 Maret 2014 dari http://atd.eprints.ums.ac.id Sutanto Priyo Hastono dan Luknis Sabri, 2011. Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers Tempo, 2012. Menkes Kaget Angka Kematian Ibu Dan Bayi Masih Tinggi. Diperoleh tanggal 25 februari 2014 dari http://www.tempo.co/read/new s/2013/09/26/060516873/menk es-kaget-angka-kematian-ibumasih-tinggi Wahyu, 2012. Seputar Asfiksia Neonatorum. Diperoleh tanggal 8 Maret 2014 dari http://www.Kampuskedokteran .blogspot.com Wordpress, 2012. Angka Kematian Ibu di Indonesia Tertinggi. Diperoleh tanggal 2 Maret 2014 dari http://midwifecare.wordpress.c om Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 64